PENGEMBANGAN KEMITRAAN LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DUDI) UNTUK PENJAMINAN MUTU LKP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KEMITRAAN LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DUDI) UNTUK PENJAMINAN MUTU LKP"

Transkripsi

1 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ PENGEMBANGAN KEMITRAAN LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DUDI) UNTUK PENJAMINAN MUTU LKP ALEX SUJANTO AMIK Jakarta Teknologi Cipta alex_sujanto@yahoo.com Abstrak Di tengah-tengah persaingan yang semakin kompetitif pada era pasar bebas Asian atau Asean Economi Community (AEC) 2015, dan mulai berlakunya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) atau adanya kerjasama pasar bebas antara China dan negara negara Asean, memacu perkembangan perindustrian di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Peran lembaga kursus dan pelatihan (LKP) sangat diperlukan dalam memenuhi animo masyarakat untuk mendapatkan keterampilan yang kompeten. LKP harus mampu mempertahankan eksistensinya melalui penjaminan mutu dan mengembangkan strategi kemitraan yang digunakan untuk mampu menembus pasar tenaga kerja dalam program jangka panjang. Pemerintah mengimplementasikan berbagai kebijakan agar mutu lembaga kursus dan pelatihan terjamin, diantaranya: LKP harus mempunyai (1) Nilek Online, (2) Ter-Akreditasi, (3) Mempunyai Kinerja Lembaga dan pada Penjaminan mutu proses, lembaga kursus dan pelatihan harus menerapkan standar kurikulum dengan memakai: standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) dan dijabarkan menjadi Bahan Ajar. Pengembangan strategi kemitraan yang digunakan untuk mampu menembus pasar tenaga kerja, dalam kerja sama dunia usaha dan industri (DUDI), antara lain Kerja sama dalam menyusun kurikulum kursus, pengajaran peserta didik, on the job training dan penempatan lulusan LKP ke dunia usaha dunia industri (DUDI). Kata Kunci: Lembaga Kursus dan Pelatihan, Penjaminan mutu, Kemitraan dan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) Abstract In the midst of growing competition that increasingly competitive in era of free market Asian or Asean Economic Community (AEC) in 2015, and the implementation of CAFTA (China - ASEAN Free Trade Area) or co-operation of the free market between China and ASEAN countries, stimulate the development of industry in the Southeast Asia region, including Indonesia. The role of the courses and training institution (CTI) is necessary to meet the public interest to acquire the competence of skills. CTI should be able to maintain its existence through quality assurance and develop a partnership strategy used to be able to penetrate the labor market in the long-term program. Government implements various policies for the quality of courses and training institutions is assured, including : CTI must have (1) Online Nilek, (2) accredited, (3) Having the Performance Institute and quality assurance of processes, CTI courses and training institutions should implement curriculum standards, by using: Indonesia's National Work Competence Standards (INWCS), Graduate Competency Standards (GCS), and competency based curriculum (CBC) and translated into Teaching Material. Developing a partnership strategy used to be able to penetrate the labor market, cooperation world of business and industry (WBI), including, cooperation in developing the course curriculum, in teaching learners, on the job training and placement of graduates into world of business and industry (WBI). Keywords: Courses and training Institution, quality assurance, Partnership and World of Business and Industrial (WBI)

2 60 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) adalah satuan pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, (permendiknas nomor 81 tahun 2013 pasal:1 ayat 4). Adapun Program pendidikan nonformal adalah layanan pendidikan yang diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Program Pendidikan Kecakapan Hidup adalah program pendidikan nonformal yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri. Dalam menyiapkan peserta didik untuk bekerja atau usaha mandiri, maka lembaga kursus dan pelatihan harus melakukan kemitraan dengan Dunia usaha dan Dunia Industri, agar peserta didik mempunyai bekal ketrampilan untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan kompetensi/keahliannya pada DUDI. Di tengah-tengah persaingan yang semakin kompetitif antara LKP dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam menghadapi pasar bebas Asian atau Asean Economi Community (AEC) 2015, dan Mulai berlakunya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) atau kerjasama pasar bebas antara China dan negara negara Asean memacu perkembangan perindustrian di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia untuk saling berlombalomba. peran LKP sangat diperlukan dalam memenuhi animo masyarakat untuk mendapatkan keterampilan/keahlian yang kompeten untuk memenuhi tuntutan tersebut, sehingga di dalam program jangka panjang sebuah LKP harus mampu mempertahankan eksistensinya dan menjaga keberlangsungannya melalui kemitraan yang digunakan untuk mampu menembus pasar tenaga kerja. Tetapi kenyataan di lapangan, sesuai data yang disampaikan oleh direktur kursus dan pelatihan, Banyak pengelola lembaga kursus dan pelatihan yang ingin sukses, tetapi pengelolaannya tidak mendukung tercapainya kesuksesan, apa alasannya? Malas bersusah-susah 19 %, Tidak tahu caranya 36 %, tahu tetapi tidak melaksanakan 23 %, Sudah berupaya tetapi gagal akhirnya pasrah asal jalan 22 %. (Dr. Wartanto, Tahun 2014) Dari data tersebut maka sudah seharusnya para pengelola kursus berubah pikiran untuk menjadikan LKP yang di kelolanya perlu di tingkatkan kualitas penjaminan mutu, baik mutu lembaga, proses penjenjangan dan mutu lulusan. Pengembangan dalam strategi membangun kemitraan LKP untuk meningkatkan kesiapan lulusan LKP ke dunia usaha dan dunia industri sangat dibutuhkan dan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini merupakan faktor utama dalam menyelenggarakan proses penyelenggaraan kegiatan maupun program kursus yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga kursus dan pelatihan (LKP). Karena Tenaga Kerja itu diciptakan bukan dilahirkan. Istilah tersebut merupakan ungkapan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja, yang menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sedangkan untuk menciptakan SDM yang berkualitas diperlukan lembaga pendidikan dan pelatihan yang baik dan bermutu. Fakta menunjukan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang menjadi angkatan kerja saat ini baik yang melalui pendidikan/pelatihan dirasa kurang siap menghadapi kompetisi pasar kerja yang sangat ketat. Hal ini bukan saja karena terbatasnya kesempatan atau lapangan kerja yang ada, tetapi juga sangat besar pengaruhnya dari diri peserta didik itu sendiri. Paling tidak hal ini ditunjukan dengan masih rendahnya 3 (tiga) faktor penting yang dibutuhkan SDM agar siap dan sukses kerja, baik kerja di DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri) maupun kerja mandiri (berwirausaha) yaitu: (1) Skill (keterampilan /kemampuan/ kemahiran), (2) Knowledge (pengetahuan/wawasan/pengalaman), (3) Attitude (sikap/ mental/karakter). Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) adalah salah satu lembaga yang saat ini sedang digalakkan sebagai media penyeimbang dan pendukung dari jalur formal dalam rangka penyiapan SDM yang berkualitas. Namun pada faktanya sistem pembelajaran di lembaga kursus masih banyak berorientasi pada skill (keahliannya) saja. Sehingga yang terjadi masih banyak lulusan lembaga kursus yang belum siap memasuki dunia kerja, baik untuk bekerja di DUDI apalagi untuk kerja mandiri/berwirausaha. Lebih ironis lagi bahwa pada kenyataannya masih banyak lembaga kursus yang tidak melibatkan unsur DUDI dalam implementasi sistem pembelajaranya. Padahal unsur DUDI sangat penting baik sebagai pihak pengguna tenaga kerja maupun sebagai mitra strategis

3 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ dalam rangka turut serta dalam membekali peserta didik yang belajar di LKP agar siap kerja pada DUDI. Proses pembelajaran yang dilakukan di LKP lebih baik berbasis pengalaman (Experiential Learning) dengan melakukan on the job training pada DUDI. Dalam arti bagaimana memaknakan sebuah pengalaman sehingga bisa menjadi pembelajaran. Experiential learning adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Melalui experiential learning budaya industri atau dunia usaha akan mewarnai aspek hard skill dan soft skill. Aspek hard skill terkait dengan kompetensi teknis dan aspek soft skill akan terkait dengan sistem nilai dan sikap. Yuriani, at all (2012: 49). 1.2 Rumusan masalah Dari uraian latar belakang diatas, dapat kami rumuskan masalah yang akan di kaji dalam artikel ini sebagai berikut: a. Bagaimana strategi LKP agar dapat menjaga penjaminan mutu lembaga kursus dan pelatihan, sehingga bisa dipercaya oleh masyarakat pengguna lulusan di dunia usaha dan dunia industri? b. Bagaimana strategi membangun kemitraan dengan DUDI agar LKP tetap eksis bisa memberikan pelayanan pada masyarakat yang lebih luas? 2. Pembahasan 2.1 Penjaminan Mutu LKP Depdiknas telah melakukan penjaminan dan kontrol mutu lembaga kursus. Upaya ini dilakukan agar lembaga kursus mampu menelurkan lulusan yang kompeten dalam bidang keterampilan kerja. Dari 13 ribu lembaga kursus yang ada saat ini tercatat sekitar 1,4 juta peserta didik. Jika saja 80 persen lulusan kursus bisa langsung ke dunia kerja itu berarti jumlah pengangguran di Indonesia akan berkurang satu juta orang per tahun,. Dalam Upaya meningkatkan mutu dan kualitas lulusan lembaga kursus, maka Depdiknas melalui direktorat pembinaan kursus dan pelatihan telah melakukan uji kompetensi bekerja sama dengan lembaga sertifikasi kompetensi (LSK) dari berbagai jenis keterampilan kerja. Peserta yang lulus uji kompetensi ini akan mendapatkan sertifikat keterampilan kerja. (Hamid Muhammad, Dirjen PNFI Depdiknas dalam, Kedaulatan Rakyat, 15/05/2009). Ada beberapa cara yang dilakukan oleh pemerintah agar lembaga kursus dan pelatihan yang di kelola oleh masyarakat terjamin mutu atau kualitasnya, adapun kebijakan yang dilakukan atau di terapkan oleh pemerintah kepada lembaga kursus dan Pelatihan (LKP) dengan cara: lembaga kursus dan pelatihan harus mempunyai (1) Nilek Online, (2) Akreditasi, (3) Kinerja Lembaga. Dan Penjaminan mutu proses penjenjangan, lembaga kursus harus menerapkan standar kurikulum dengan memakai: standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia(SKKNI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) yang dijabarkan dalam materi Bahan Ajar yang akan di berikan kepada peserta didik oleh instruktur atau para pendidik, dan penjaminan mutu Lulusan kursus, pemerintah mengharapkan, seluruh peserta didik mengikuti sertifikasi kompetensi yang di selenggarakan oleh lembaga sertifikasi Kompetensi (LSK). dan di keluarkan bukti kelulusannya. (1). Kewajiban LKP mempunyai Nilek Untuk memenuhi amanat Undang-undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dibutuhkan data kelembagaan yang tepat, cepat, dan akurat, berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Depdiknas melalui Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan memfasilitasi pendataan lembaga/satuan pendidikan yang menyelenggarakan kursus dan pelatihan, dengan memberikan Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK) Online Sesuai dengan Salinan Surat Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Nomor 195/E/KK/2009 Tentang Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK) maka. Secara bertahap setiap lembaga/satuan pendidikan nonformal dan informal yang menyelenggarakan kursus dan pelatihan wajib memiliki Nomor Induk Lembaga Kursus (NILEK) Online. dan mulai tahun 2010, hanya lembaga/satuan pendidikan penyelenggara kursus dan pelatihan yang sudah memiliki NILEK saja yang diperbolehkan untuk:1) mengakses dana blockgrant Kursus Para Profesi (KPP), Kursus Wirausaha Kota (KWK), Kursus Wirausaha Desa (KWD), Bantuan Operasional Penyelenggaraan Lembaga Kursus dan Pelatihan (BOP-LKP) untuk membeli fasilitas kursus, dan bantuan-bantuan lain; 2) memperoleh kesempatan untuk mengikuti berbagai orientasi teknis dan pelatihan; 3) diikutsertakan dalam berbagai kegiatan dan lomba tingkat nasional dan

4 62 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016 internasional; 4) diusulkan untuk diakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal (BAN-PNF); 5) diusulkan untuk dilakukan penilaian kinerja LKP. Bagi Lembaga/satuan PNFI yang sudah memiliki NILEK, sudah berakreditasi lembaganya dari BAN-PNF, maka lembaga tersebut diperbolehkan untuk melakukan uji kompetensi dan menerbitkan sertifikasi kompetensi sendiri dan apabila dinilai kinerjanya bagus oleh Tim direktorat pembinaan Kursus dan Kelembagaan (Dit. Binsuskel), akan diprioritaskan untuk MoU penyelenggaraan program-program Binsuskel. Sehubungan dengan hal tersebut setiap Lembaga/Satuan PNFI yang menyelenggarakan kursus dan pelatihan, yang belum memiliki izin untuk segera mengurus ijin operasionalnya sesuai peraturan yang berlaku di Kabupaten/Kota dan mengusulkannya kepada Dinas Pendidikan Propinsi untuk memperoleh NILEK online. Selanjutnya, untuk mengetahui LKP sudah masuk dan memiliki NILEK atau belum, dapat diakses di (2). LKP harus Terakreditasi. Akreditasi adalah kegiatan penilaian terhadap kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka (UU RI No. 20/2003). Berdasarkan UU No.20 Th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No.19 Th.2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, akreditasi dilakukan oleh pemerintah dan lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi. Lembaga pelaksanaan akreditasi Pendidikan Non Formal yang dilakukan pemerintah dilaksanakan oleh BAN PNF (PP No.19 Th.2005 pasal 87 ayat 1c). Dan sesuai perubahan Permendikbud, no. 52 Tahun 2015, BAN PNF berubah menjadi BAN PAUD dan PNF. Kegiatan akreditasi bersifat independen, kegiatan akreditasi PNF bertujuan untuk memberikan asesmen/penilaian secara obyektif, transparan, dan berkelanjutan terhadap kelayakan suatu program dan satuan PNF berdasarkan atas kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan PP No. 32 tahun 2013 tentang standar nasional pendidikan, di sebutkan bahwa sertifikat kompetensi bisa di diterbitkan oleh lembaga yang terakreditasi. terdapat pada pasal 89 ayat 1 dan ayat 5:(1) Pencapaian Kompetensi akhir Peserta Didik dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau sertifikat Kompetensi. (5) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa Peserta Didik yang bersangkutan telah lulus uji Kompetensi. Berdasarkan payung hukum tersebut, sudah seharusnya semua lembaga kursus dan Pelatihan (LKP), untuk mengikuti akreditasi baik program atau satuan kursus, sehingga legalitas sertifikat atau tanda selesai belajar peserta didiknya bisa di pertanggung jawabkan baik secara langsung kepada para pengguna lulusan (DUDI) atau secara payung hukum ada legalitas administrasi secara syah. Sumber: Kebijakan Pembinaan Direktorat kursus dan Pelatihan Gambar 1. Aspek Penilaian Kinerja LKP

5 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ (3). Penilaian Kinerja Lembaga Kursus. Penilaian kinerja bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat tentang kinerja lembaga, sehingga dapat terindentifikasi LPK berdasarkan kinerja yang dicapainya di lapangan. Dan dapat diklasifikasi dalam kategori A,B,C dan D, sehingga Melalui Ditbinsus dapat menetapkan program pembinaan manajemen kursus, lembaga yang memiliki kinerja, khususnya C dan D diharapkan dapat memperbaiki sistem manajemen mutu oprasional LKP yang lebih baik. Adapun Aspek penilaian kinerja lembaga kursus dan Pelatihan dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam gambar kegiatan penilaian kinerja LKP dari direktorat pembinaan kursus dan Pelatihan tersebut diatas, maka penilaian kinerja lembaga (LKP) itu akan di lihat dari 4 perspektif penilaian yaitu pada bidang (1) pemasaran, (2) sumber daya manusia (3) operasional dan (4) Keuangan. Dalam perspektif pemasaran seorang pengelola kursus harus menyiapkan bukti fisik pada isian borang pada peserta didik, MOU kerja sama/kemitraan data alumni, beberapa penghargaan yang di peroleh dan penggunaan komunikasi pemasaran yang di lakukan oleh lembaga. Dalam perspektif sumber daya manusia akan pengelola harus menyiapkan data diri dan kompetensi yang di miliki oleh Pendidik dan tenaga kependidikan. Dalam perspektif operasional, lembaga kursus dan Pelatihan harus menyiapkan bukti kegiatan nyata yang dilakukan di LKP yang meliputi, strategi pengelolaan lembaga, kultur pembudayaan visi dan misi lembaga, bagaimana bentuk rencana strageis dan rencana operasional lembaga, program kursus dan pelatihan, kegiatan pembelajaran, sarana dan prasarana dan pelaporan lembaga baik ke dinas terkait, maupun laporan kepada pemilik lembaga (owner). Adapun pada prespektif keuangan, lembaga pendidikan harus bisa menunjukkan rencana anggaran pendapatan dan biaya operasional lembaga(rapb-lkp) dan laporan keuangan pada para pemangku kepentingan. (4). Penjaminan Mutu Proses Penjenjangan dan Lulusan. Lembaga kursus dan pelatihan dalam menjaga mutu proses, dapat berpedoman dalam pelaksaan proses belajar mengajar dengan mengacu pada Standar Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dari standar tersebut dapat di break down dan di uraikan menjadi bahan ajar yang sesuai dengan program pembelajaran atau kursus pada LKP masing-masing yang akan diajarkan kepada para peserta didik. Adapun Untuk memudahkan masyarakat dan para pengelola kursus,dalam menyiapkan mutu proses pembelajaran, maka direktorat kursus dan pelatihan telah memfasilitasi dengan membuat SKKNI, SKL dan KBK, untuk jenis keterampilan yang sudah di tetapkan dan di syahkan dengan mengunduh pada web: pada menu program belajar adapun penjaminan mutu lulusan para pengelola kursus harus mengikutkan peserta didiknya dalam standarisasi uji kompetensi pada bidang tertentu yang ada di lembaga sertifikasi Kompetensi (LSK), untuk memudahkan dan mendaftarkan peserta didiknya maka lembaga kursus dan pelatihan harus menghubungi tempat Uji Kompetensi (TUK) di wilayah LKP berada. 2.2 STRATEGI MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN DUDI Kemitraan merupakan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan/tujuan bersama dengan prinsip saling membutuhkan yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau dokumen Memorandum of Understanding (MoU). Menjalin kerjasama dengan DUDI sangat penting bagi kelangsungan hidup LKP. Tanpa membangun kemitraan, LKP akan sulit berkembang mengingat semakin ketat dan beratnya persaingan. Kesimpulannya, bahwa kemitraan sektor swasta (DUDI) dalam pendidikan menjadi alat demi tercapainya pembangunan di suatu negara khusunya bidang pendidikan untuk menyiapkan dan pengembangan keterampilan dalam meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan kerja. Bambang Ixtiarto, at all (2016:59) Okoye, K R E; Chijioke, Okwelle P, Tentang Private Public Partnership And Technical Vocation Education And Training (TVET) In A Develoving Economy ; menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan secara luas diakui sebagai sistem pendidikan yang diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang kompeten mampu bersaing dan unggul di lingkungan cepat berubah dan meningkatkan ekonomi suatu negara. Adapun kerja sama kemitraan yang perlu dilakukan LKP agar lembaga kursus dan pelatihan tetap eksis, maka kerja sama kemitraan yang perlu dilakukan antara lain:

6 64 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ 2016 a. Kerja Sama Dalam Menyusun Kurikulum Kursus Kurikulum pada lembaga kursus dan pelatihan di sesuaikan dengan mitra dunia usaha dan dunia industri (DUDI) atau user sebagai pengguna lulusan, agar peserta didik di lembaga kursus dan pelatihan setelah lulus bisa di terima oleh User, maka para pengelola kursus hendaknya dalam membuat kurikulum berbasis DUDI melibatkan langsung kepada para mengguna lulusan dengan cara duduk bersama dalam farum group discustion (FGD). b. Kerja Sama Dalam Pengajaran Peserta Didik Dalam kegiatan pengajaran peserta didik, lembaga kursus dan pelatihan (LKP), lebih baik melibatkan dunia usaha dan dunia industri atau User untuk terlibat secara langsung melakukan pengajaran kepada peserta didik di LKP, utamanya pada bagian personalia atau team rekrutment karyawan pada perusahaan tersebut, sehingga dengan tranfer knowledge dari user, user akan lebih mudah untuk memilih calon karyawan yang baik pada peserta didik di LKP, sehingga apabila ada seleksi di perusahaan pengguna, maka peserta didik itu bisa di rekomendasikan untuk ikut seleksi pada pengajar tadi. c. Kerja Sama Dalam On The Job Training Untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang diperoleh di lembaga kursus dan pelatihan maka pihak pengelola kursus harus melakukan kerja sama mitra dengan dunia usaha dan dunia industri melalui metode on the job training/program magang kerja. Menurut Saks and Haccoun (2008), on the Job Training Method (OJT) dibedakan atas 6 (enam) jenis, yaitu: (1) Job instruction training: pendekatan OJT yang bersifat sistemik, terstruktur dan formal, (2) Performance aids : pendekatan OJT yang membantu karyawan menunjukkan kinerja baik dalam pekerjaannya, (3) Job Rotation: pendekatan OJT dimana karyawan dilatih terlibat dalam banyak fungsi dalam lingkup organisasi agar mampu beradaptasi dan mengembangkan potensi untuk kepentingan Organisasi, (4) Apprenticeship program: pendekatan OJT yang mengkombinasikan OJT dengan menggunakan model instruksi di kelas (in class room instruction), (5) Coaching : pendekatan OJT dimana karyawan yang sudah berpengalaman mengarahkan karyawan lainnya untuk mengembangkan pemahaman, motivasi, keterampilan, dan memberikan dukungan melalui umpan balik, (6) Mentoring: pendekatan OJT dimana karyawan senior dalam sebuah organisasi membimbing orang-orang yang berbakat dalam pengembangan karir karyawan junior. Dari enam metode tersebut, metode on the job training yang bisa dilakukan oleh lembaga kursus dan pelatihan terhadap peserta didiknya adalah Apprenticeship program: pendekatan OJT yang mengkombinasikan OJT dengan menggunakan model instruksi di kelas (in class room instruction), dan Coaching : pendekatan OJT dimana karyawan yang sudah berpengalaman mengarahkan karyawan lainnya untuk mengembangkan pemahaman, motivasi, keterampilan, dan memberikan dukungan melalui umpan balik. d. Kerja Sama Dalam Penempatan Lulusan LKP Ke DUDI Kerja sama yang perlu dilakukan oleh Lembaga kursus dan pelatihan, agar peserta didiknya bisa di terima di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), yaitu dilakukan dengan Berpartisipasi aktif dalam organisasi profesi dan Komunitas Pengusaha, hal ini akan memberikan kemudahan penempatan lulusan LKP ke DUDI, sebab dengan komunitas tersebut, akan mudah dalam melakukan komunikasi dengan owner dalam pengambilan keputusan penerimaan karyawan. 3. KESIMPULAN Di tengah-tengah persaingan yang semakin kompetitif dalam menghadapi pasar bebas Asian atau Asean Economi Community (AEC) 2015, Sebuah lembaga kursus dan pelatihan harus berbenah diri untuk menghadapinya, strategi yang di lakukan dengan menggunakan menjaminan mutu LKP dan meningkatkan jumlah mitra kerja dengan DUDI. melalui penjaminan mutu dan mengembangkan strategi kemitraan yang digunakan untuk mampu menembus pasar tenaga kerja. Startegi yang dilakukan oleh pemerintah kepada lembaga kursus dan Pelatihan agar terjamin mutu (LKP) dengan cara: LKP harus mempunyai (1) Nilek Online, (2) Ter-Akreditasi, (3) Mempunyai Kinerja Lembaga. dan Penjaminan mutu proses, lembaga kursus harus menerapkan standar

7 INFOKAM Nomor I Th. XII/MARET/ kurikulum dengan memakai: standar kompetensi Kerja Nasional Indonesia(SKKNI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) dan dijabarkan menjadi Bahan Ajar. mengembangkan strategi kemitraan yang digunakan untuk mampu menembus pasar tenaga kerja, kerja sama DUDI, antara lain Kerja sama dalam menyusun kurikulum kursus, dalam pengajaran peserta didik, on the job training dan penempatan lulusan LKP ke dunia usaha dunia industri (DUDI) DAFTAR PUSTAKA Bambang Ixtiarto, at. All, 2016 Kemitraan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Dunia Usaha Dan Dunia Industri (Kajian Aspek Pengelolaan Pada Smk Muhammadiyah 2 Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.1, Juni 2016, ISSN: (57-69) Hamid Muhammad, Dirjen PNFI Depdiknas, Kedaulatan Rakyat, 15/05/2009 Okoye, K R E; Chijioke, Okwelle P,2013. Private Public Partnership And Technical Vocation Education And Training (TVET) In A Develo[ing Economy Arabian Journal of Business and Management. Volume:2. hal Permendikas no. 52 Tahun 2015, perubahan BAN PNF menjadi BAN PAUD dan PNF PP No.19 Th tentang Standar Pendidikan Nasional PP No. 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Saks,M.A. & Haccoun, R.R. (2008), Managing performance through training and development, Fourth Edition, USA: Nelson Education Ltd. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Wartanto, penyampaian kebijakan Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Tahun Yuriani, at. all, Pengembangan Model Pembelajaran Kursus Kewirausahaan Melalui Kerja Sama Dunia Usaha dan Dunia Industri. Jurnal Kependidikan UNY, XXXXII (1),

Grand Design Pembinaan Lembaga Kursus dan Pelatihan dan pokok-pokok. th 2009 dan Oleh: Dit Binsuskel

Grand Design Pembinaan Lembaga Kursus dan Pelatihan dan pokok-pokok. th 2009 dan Oleh: Dit Binsuskel Grand Design Pembinaan Lembaga Kursus dan Pelatihan dan pokok-pokok penyelenggaraan program th 2009 dan 2010 Oleh: Dit Binsuskel Latar Belakang Masalah Lembaga kursus dan pelatihan terus berkembang tetapi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DR. WARTANTO DIREKTUR PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DITJEN PNFI DEPDIKNAS

KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DR. WARTANTO DIREKTUR PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DITJEN PNFI DEPDIKNAS KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DR. WARTANTO DIREKTUR PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DITJEN PNFI DEPDIKNAS 3 PILAR PEMBANGUNAN PENDIDIKAN 1. Perluasan dan Pemerataan Akses 2. Peningkatan

Lebih terperinci

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI Penyelarasan Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja Oleh: Dr. WARTANTO Dir Pembinaan Kursus dan Kelembagaan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI Ayat (2) Pendidikan non formal berfungsi

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN MUTU MELALUI LOMBA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN MUTU MELALUI LOMBA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN MUTU MELALUI LOMBA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik 1 PEDOMAN BLOCKGRANT PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK KURSUS i ii PEDOMAN BLOCKGRANT PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Disampaikan pada: Rapat Koordinasi Nasional BAN PAUD DAN PNF The Alana Hotel Yogyakarta Jumat, 10 Februari 2017 1 Kebijakan Umum Kebijakan

Lebih terperinci

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri merupakan salah satu prioritas pembangunan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, dimana yang menjadi fokusnya

Lebih terperinci

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi 1 Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi i ii Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Setifikasi Kompetensi SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat di bidang bisnis jasa pendidikan. Lembaga non formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola pendidikan yang begitu cepat dan silih berganti serta globalisasi di segala bidang termasuk bidang pendidikan, memunculkan persaingan yang ketat

Lebih terperinci

P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s

P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s 2 0 1 0 i P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s 2 0 1 0 i ii P e d

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan DIKMAS) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia Strategi Mempersiapkan Guru SMK RSBI : Studi Pendahuluan di SMK RSBI DKI Jakarta 2009 Bambang Dharmaputra Abstrak Makalah ini disusun berdasarkan Studi Pendahuluan SMK RSBI di Propinsi DKI Jakarta pada

Lebih terperinci

Kebijakan Binsuskel Tahun Oleh: Dit Binsuskel

Kebijakan Binsuskel Tahun Oleh: Dit Binsuskel Kebijakan Binsuskel Tahun 2010 Oleh: Dit Binsuskel Kondisi daya serap Th 2009 1. Daya serap Pusat 76 % 2. Daya serap daerah rata2 ; 65% a. tidak ada laporan : Sumut, Kalteng, Papua Barat b. daya serap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

Pendampingan School Development Plant

Pendampingan School Development Plant Pendampingan School Development Plant A. Latar Belakang Perkembangan SMK yang sangat pesat dapat terlihat dari semakin besarnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di SMK. Sebagai perbandingan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 4. Mekanisme Akreditasi 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

Pembelajaran Berorientasi Kerja: Magang

Pembelajaran Berorientasi Kerja: Magang Pembelajaran Berorientasi Kerja: Magang Oleh: Ridwan Daud Mahande Mahasiswa S3 PTK PPs UNY A. Program Magang (apprenticeship) Program magang (apprenticeship) merupakan salah satu program pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN KELEMBAGAAN PKBM

KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN KELEMBAGAAN PKBM KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN KELEMBAGAAN PKBM OLEH Dra. Palupi Raraswati, MAP Kasubdit Kelembagaan dan Kemitraan Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Revitalisasi SMK Untuk Produktivitas dan Daya Saing Bangsa   Rabu, 17 Mei 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Revitalisasi SMK Untuk Produktivitas dan Daya Saing Bangsa   Rabu, 17 Mei 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Revitalisasi SMK Untuk Produktivitas dan Daya Saing Bangsa   Rabu, 17 Mei 2017 Jakarta, Kemendikbud (17/5)  Presiden Joko Widodo (Jokowi) seringkali berpesan agar pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam mendukung kebutuhan sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik, dalam menunjang perkembangan dan perubahan

Lebih terperinci

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KERANGKA AKSI NASIONAL PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN/ SEKRETARIS

Lebih terperinci

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR A. Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta misi dan visi Dinas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.877, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Pendidikan Nonformal. Satuan. Pendirian. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Universitas Indonesia (UI) secara internasional diakui sebagai salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan. Bahasa Mandarin

Standar Kompetensi Lulusan. Bahasa Mandarin Standar Kompetensi Lulusan Bahasa Mandarin Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 A. LATAR

Lebih terperinci

Apa dan Bagiamana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. ii Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan

Apa dan Bagiamana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. ii Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Apa dan Bagiamana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan ii iii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang

Lebih terperinci

Tata Kelola Program Keahlian Ganda (PKG)

Tata Kelola Program Keahlian Ganda (PKG) Tata Kelola Program Keahlian Ganda (PKG) (Program Sertifikasi Keahlian dan Sertifikasi Pendidik Bagi Guru SMK/SMA) Direktorat Pembinaan Tenaga Pendidik Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PUSAT KARIR SEBAGAI PENUNJANG SUMBER DAYA MANUSIA DI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PUSAT KARIR SEBAGAI PENUNJANG SUMBER DAYA MANUSIA DI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT PERENCANAAN PENGEMBANGAN PUSAT KARIR SEBAGAI PENUNJANG SUMBER DAYA MANUSIA DI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT Leni Fitriani 1 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Uji Kompetensi merupakan suatu bentuk penilaian berbasis kompetensi telah dicanangkan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas ipembentukan LSK Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga

Lebih terperinci

Juknis Penyelenggaaraan KPP - i

Juknis Penyelenggaaraan KPP - i Juknis Penyelenggaaraan KPP - i ii - Juknis Penyelenggaaraan KPP Juknis Penyelenggaaraan KPP - i ii - Juknis Penyelenggaaraan KPP SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.19, 2010. PENDIDIKAN. Kedinasan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14

Lebih terperinci

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik. A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PENILIK DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

Pedoman Bantuan Beasiswa Uji Kompetensi

Pedoman Bantuan Beasiswa Uji Kompetensi 1 i ii SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kebijakan pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC

LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC LANGKAH ANTISIPATIF PEMPROV DALAM MENGHADAPI MEA / AEC attitude knowledge skill Agus Sutrisno Empat Kerangka Strategis MEA ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukumg dengan

Lebih terperinci

6.3.2 Pengadministrasian Satuan PAUD SEHARUSNYA memiliki berbagai buku untuk admnistrasi.

6.3.2 Pengadministrasian Satuan PAUD SEHARUSNYA memiliki berbagai buku untuk admnistrasi. 6.3.2 Pengadministrasian 6.3.2.1 Satuan PAUD SEHARUSNYA memiliki berbagai buku untuk admnistrasi. 6.3.3 Sistem Informasi Manajemen 6.3.3.1 Satuan PAUD SEHARUSNYA memiliki Sistem Informasi Manajemen. 6.4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas ipembentukan TUK KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga

Lebih terperinci

KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA. Samsul Hadi

KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA. Samsul Hadi KESIAPAN UJI KOMPETENSI PROGRAM OTOMOTIF DI LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN (LKP) YOGYAKARTA Samsul Hadi Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa sam.otto@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN TAHUN 2011

PANDUAN PENGISIAN INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN TAHUN 2011 PANDUAN PENGISIAN INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN TAHUN 2011 VOKASIONAL Bacalah dengan seksama dan teliti Panduan Pengisian Instrumen Pengambilan /

Lebih terperinci

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik 1 PEDOMAN PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK KURSUS i ii PEDOMAN PENYELENGGARAAN LOMBA KOMPETENSI PESERTA DIDIK KURSUS SAMBUTAN Direktur

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL

KONSEP DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL KONSEP DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL Norma Laili Ikhsan PLS FIP UNY the World Congress of Ministers of Education on the Eradication of Illiteracy (Teheran, 1965), mengenai kampanye keaksaraan fungsional (UNESCO

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN 2010 IDENTITAS LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN

INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN 2010 IDENTITAS LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN 00 IDENTITAS LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN NAMA LKP :... NILEK :... NPWP :... AKTE NOTARIS : No... Tgl... PEJABAT NOTARIS

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29

Lebih terperinci

MEKANISME AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

MEKANISME AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 MEKANISME AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Mekanisme Akreditasi 2.Perangkat

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Harris Iskandar Direktur Jenderal Disampaikan pada Rapat Koordinasi BAN PAUD dan PNF dan BAP PAUD dan PNF Tahun 2017 Bogor, 23 November

Lebih terperinci

Panduan Pengusulan Ijin Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT dalam rangka Penerapan KKNI bidang

Panduan Pengusulan Ijin Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT dalam rangka Penerapan KKNI bidang Panduan Pengusulan Ijin Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT dalam rangka Penerapan KKNI bidang Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini. bisa mencapai hasil belajar yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini. bisa mencapai hasil belajar yang optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelatihan dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi tuntutan pemenuhan kebutuhan dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sistem pendidikan merupakah salah satu bidang yang sangat vital bagi keseluruhan pembangunan suatu bangsa dan negara. Pengembangan pendidikan menjadi

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN KOMPERHENSIF PADA MATAKULIAH MANAJEMEN USAHA BOGA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA PTBB FT UNY

EVALUASI PEMBELAJARAN KOMPERHENSIF PADA MATAKULIAH MANAJEMEN USAHA BOGA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA PTBB FT UNY EVALUASI PEMBELAJARAN KOMPERHENSIF PADA MATAKULIAH MANAJEMEN USAHA BOGA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BOGA PTBB FT UNY Oleh Yuriani, Titin Hera Widi Handayani FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian. Tahun 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian. Tahun 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Pendidikan, Standardisasi dan Sertifikasi Profesi Pertanian Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur disampaikan ke hadirat Allah SWT, sehingga Rencana Kerja Tahunan (RKT)

Lebih terperinci

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN

1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN 1. SKPD : DINAS PENDIDIKAN No A BELANJA LANGSUNG 1 Program pendidikan anak usia dini a. Pembangunan Unit Gedung Baru (UGB) PAUD Terpadu Terlaksananya pembangunan lembaga persiapan pendidikan anak usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan hal penting dalam pembangunan nasional. Selain sektor pertanian, peranan sektor industri terhadap pembangunan nasional menunjukan peningkatan

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas

Bagian Kedua Kepala Dinas BAB X DINAS PENDIDIKAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 180 Susunan Organisasi Dinas Pendidikan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2.

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Modul ke: 09 Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN BAB IX METODE PELATIHAN ON THE JOB TRAINING Dr. Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Definisi On the Job Training Method

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GARUT, : a. bahwa sehubungan dengan telah

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN IDENTITAS LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN

INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN IDENTITAS LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN INSTRUMEN PENGAMBILAN/PENGUMPULAN DATA PENILAIAN KINERJA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN IDENTITAS LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN NAMA LKP :... NILEK :... NPWP :... AKTE NOTARIS : No... Tgl... PEJABAT NOTARIS

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan nonformal seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (5) Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Engkoswara dab Komariah, Aan Adminstrsi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

DAFTAR PUSTAKA. Engkoswara dab Komariah, Aan Adminstrsi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. DAFTAR PUSTAKA Ace Suryadi.2010. Permasalahan Dan Alternatif Kebijakan Peningkatan Relevansi Pendidikan (Studi Relevansi Pendidikan Kerjasama UPI dengan balitbang Kemendiknas.http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 28 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 28 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN PELATIHAN KERJA DI LEMBAGA PELATIHAN MILIK PEMERINTAH, SWASTA DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012 Workshop tentang Outcomes Based Education Dwiwahju Sasongko, Sekretaris BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI BAN-PT

Lebih terperinci

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI 4 Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 1. Free movement of goods 2. Freedom of movement for workers

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI 3.1. Kekuatan 1. STMIK AMIKOM YOGYAKARTA saat ini telah meraih 6 penghargaan dalam bidang penelitian bertaraf internasional, yang dapat meningkatkan reputasi STMIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Profile Binus Center Balikpapan Di era globalisasi yang ketat dengan persaingan bisnis, keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS Ir. Agus Pranoto Basuki, M.Pd KEPALA BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PAUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Lebih terperinci

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing SISTEM AKREDITASI NASIONAL DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI Sosialisasi 2013: Peningkatan Kinerja Sistem Penjaminan Mutu Eksternal dalam Mewujudkan Perguruan Tinggi yang Bermutu dan Berdaya Saing

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 Tahun 2007 TANGGAL : 9 Juli 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan

Lebih terperinci

SERTIFIKASI TENAGA KERJA

SERTIFIKASI TENAGA KERJA SERTIFIKASI TENAGA KERJA TUJUAN : ADALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI TENAGA KERJA. POKOK BAHASAN REGULASI NASIONAL TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KOMPETENSI BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi Harris Iskandar Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Disampaikan pada Rakornas BAN PAUD dan PNF Tahun 2018 Yogyakarta, 22

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS LOMBA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2011

PETUNJUK TEKNIS LOMBA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2011 PETUNJUK TEKNIS LOMBA LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN BERPRESTASI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2011 DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL

Lebih terperinci

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN 1. Kebijakan 1. Kebijakan dan Standar 1.a. Penetapan kebijakan

Lebih terperinci

Implementasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Fakultas Ekonomi Undiksha

Implementasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Fakultas Ekonomi Undiksha Yuniarta, Suharsono, Diatmika Implementasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Implementasi Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Fakultas Ekonomi Undiksha Gede Adi Yuniarta a*, Naswan Suharsono b, I

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci