A. STANDART KOMPETENSI / CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan komersial dan institusi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. STANDART KOMPETENSI / CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan komersial dan institusi"

Transkripsi

1 A. STANDART KOMPETENSI / CAPAIAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan komersial dan institusi B. INDIKATOR CAPAIAN PEMBELAJARAN : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan 2. Mahasiswa dapat membedakan penyelenggaraan makanan komersial dan isntitusi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri khusus penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit. 4. Mahasiswa dapat menjelaskan ciri penyelenggaraan makanan institusi 5. Mahasiswa dapat mengelompokkan penyelenggaraan makanan berdasarkan waktu, sifat dan tempat Makanan adalah kebutuhan pokok manusia, oleh karena itu penyediaan makanan adalah hal yang mutlak bagi manusia, baik di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyediaan makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan mereka yang mempunyai aktifitas di luar rumah dan tidak memungkinkan mereka untuk makan bersama dengan keluarga. Kelompok itu anatar lain karyawan pabrik atau perusahaan, pekerja di perkebunan, Orang sakit di Rumah Sakit, prajurit yang sedang bertugas dan lainlain yang bekerja jauh dari lingkungan keluarga. Pihak penyedia makanan bagi selompok konsumen tapi merupakan satu kesatuan dikenal dengan nama penyelenggara makanan kelompok. Ciri-ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar lingkungan adalah 1. mereka jauh dari lingkungan keluarga 2. Mereka tidak bebas meninggalkan tempat kerja 3. Merupakan satu kesatuan karena berbagai hal Penyelenggaraan makanan kelompok dapat dibedakan menurut waktu penyelenggaraan, sifat penyelenggaraan dan tempat penyelenggaraan. 1. Waktu penyelenggaraan a. Penyelenggaraan makanan hanya satu kali, misalnya di pesta pernikahan b. Penyelenggraan makanan secara tetap untuk jangka waktu tidak terbatas, misalnya di Lembaga pemasyarakatan, kampus mahasiswa c. Penyelenggaraan makanan dalam keadaan darurat. 2. Sifat penyelenggaraan a. Penyelengaraan makanan yang bersifat komersial, misalnya kafetaria, restoran, rumah makan b. Peneyelenggaraan makanan yang bersifat non komersial, misalnya di Rumah Sakit, Panti Asuhan 3. Tempat penyelenggaraan a. Jasa Boga, dimana tempat penyajian berbeda dengan tempat memasak makanan, misalnya pada jamuan makan, rapat, kantin 1

2 b. Makanan institusi, dimana tempat memasak dan menyajikan makanan berada di suatu tempat. Misalnya di Panti asuhan, Asrama dan lain-lain. Ciri-ciri penyelenggaraan makanan isntitusi antara lain 1. Tidak bertujuan mencari keuntungan 2. Dana terbatas 3. Makanan diolah di lingkungan isntitusi 4. menggunakan master menu 5. Hidangan hampir sama dengan yang disajikan di lingkungan keluarga Dalam penyelenggaraan makanan institusi mempunyai beberapa kelemahan yang bisa mengakibatkan kerugian bagi konsumen maupun penyelenggara. Kelemahan tersebut antara lain 1. Kualitas bahan makanan kurang baik 2. Cita rasa kurang diperhatikan 3. Makanan kurang bervariasi 4. Porsi tidak sesuai Sumber kelemahan tersebut berasal dari pengelolaan yang tidak dilakukan secara profesional. Perencanaan yang kurang baik, tenaga yang kurang profesional, pengawasan yang lemah dan rendahnya dedikasi petugas menyebabkan mutu dan cita rasa makanan kurang baik. Dengan menanamkan rasa tangung jawab dan motivasi yang lebih baik, maka kualitas penyelenggaraan makanan institusi dapat ditingkatkan. Diantara beberapa institusi yang menyelenggarakan makanan kelompok, rumah sakit merupakan institusi yang terpenting. Hal tersebut dapat dilihat dari makin banyaknya Rumah Sakit serta fungsi makanan yang disajikan juga berbeda dengan institusi yang lain. Fungsi makanan di Rumah Sakit antara lain sebagai salah satu komponen penyembuh penyakit dan tak jarang dijadikan acuan oleh masyarakat dalam penyediaan makanan sehari-hari. Makanan yang diberikan dan tidak boleh diberikan kepada pasien yang menderita suatu penyakit, dapat dijadikan patokan bagi masyarakat untuk perawatan lebih lanjut di rumah. Semakin pentingnya penyajian makanan di rumah sakit, dewasa ini penyelenggaraan makanan di rumah sakit sudah menjadi bidang profesi tersendiri. Bidang tersebut sudah dikelola secara profesional dengan memepekerjakan sejumlah tenaga profesioanl seperti ahli gizi dan ahli gastronomi. Penyelenggaraan makanan komersial berbeda dengan penyelenggaraan makanan institusi, ciri-cirinya adalah 1. Berorientasi pada laba. 2. Kualitas dan cita rasa diperhatikan. 3. Tidak menggunakan master menu. 4. Harga lebih mahal. Penggolongan pelayanan makanan secara komersial dapat digolongkan menjadi 1. Dilakukan secara tetap di suatu tempat, misalnya restoran, kantin, kafetaria 2. Tidak dilakukan secara tetap di suatu tempat, misalnya usaha jasa boga Usaha jasa boga dapat melayani penyediaan makanan untuk keperluan kantin dan kafetaria, maupun penyediaan makanan untuk keluarga atau perorangan. Golongan yang lain adalah penyelenggaraan makanan darurat, yang bertujuan untuk menolong masyarakat yang terkena bencana alam. Makanan yang disediakan umumnya sangat sederhana, agara masyarakat tidak kekurangan makanan. Walaupun tak jarang makanan yang disediakan tidak mencukupi untuk seluruh masyarakat. Fasilitas 2

3 yang digunakan sangat terbatas. Industri penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Sebagai contoh adalah dalam pembuatan bangunan yang mempekerjakan ribuan orang, seperti kuil, candi atau benteng untuk melindungi negara, diperlukan orang-orang atau kelompok yang bertugas menyediakan makanan bagi mereka demi kelancaran pekerjaan. Di Indonesia dikenal berbagai upacara yang tak jarang mengundang puluhan bahkan ribuan undangan, dan itu tidak memungkinkan menyediakan makanan yang diolah sendiri, sehingga mereka perlu bantuan pihak lain untuk menyediakan makanan bagi para tamu. Pada jaman dahulu penyelenggaraan makanan secara berkelompok belum dikelola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial serta masih bersifat keramahtamahan. Sehingga tak jarang rasa makanan masih kurang diperhatikan dengan baik. Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih profesional baru dimulai pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal Revolusi Industri di Eropa. Saat itu dirasa perlu usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di berbagai industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan makanan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Robert Owen adalah salah satu tokoh industri di Eropa yang mempelopori pemberian makanan bagi pekerja industri dengan pengelolaan yang baik, efektif dan efisien. Karena berjasa mengembangkan usaha penyelenggaraan makanan bagi para pekerja, maka Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan makanan institusi terutama di pabrik-pabrik. Sejak saat itu penyediaan makanan bagi pekerja pabrik mulai dikembangkan. Pemberian makanan bagi karyawan pabrik atau perusahaan pada masa itu masih dikaitkan dengan pemberian jaminan kesejahteraan. Belum ada pemikiran untuk mengaitkan pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi bagi karyawan. Jumlah makanan ynag diberikan belum diperhitungkan atas dasar kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang maksimal. Penyediaan makanan hanya didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan dana untuk kesejahteraan karyawan. Penyediaan makanan bagi karyawan dengan memeprhitungkan kebutuhan zat gizi agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja secara maksimal baru dimulai pada awal abad ke-20. Tujuan penyediaan makanan berubah dari sekedar untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja yang berarti peningkatan produksi. Perubahan tujuan sekaligus mengubah sifat penyediaan makanan, dari yang semula cuma- Cuma berubah menjadi kewajiban membayar makanan yang mereka makan yang lebih berkualitas. Inilah yang mengawali terselenggaranya pelayanan makanan melalui kantin yang diadakan di pabrik atau perusahaan, yang di kemudian hari berubah pula sifatnya ke arah penyelenggaraan makanan komersial sebagaimana yang ada sekarang ini. Perusahaan dan pusat industri sekarang ini hanya menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi pelayanan makanan, sedangkan pengolahan makanan dilakukan oleh pengusaha jasa boga. Cara ini dianggap lebih menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Perusahaan terbebas dari kewajiban menyediakan tenaga 3

4 pelaksana serta pengelolaan makanan bagi pekerja. Sebaliknya karyawan dapat memilih makanan yang mereka inginkan sehingga terhindar dari paksaan atau keharusan. Faktor yang mendorong perkembangan penyelenggaraan makana komersial adalah 1. Tumbuhnya kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan makanan bagi karyawan akan meningkatkan produktivitas kerja. 2. Berbagai kemajuan sebgai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi para wanita untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah. 3. Lokasi tempat bekerja yang jauh dari tempat pemukiman dan berbagai hambatantransportasi tidak memungkinkan para karyawan pulang ke rumah untuk makan. 4. Pada masa lalu bila seseorang mengadakan perhelatan, penyediaan makanan dilakukan secara bergotong royong. Namun sekerang kebiasaan tersebut sudah memudar, mereka sekarang lebih mengandalkan industri jasa boga. Berbeda dengan penyelenggaraan makanan komersial, penyelenggaraan makanan institusi nonkomersial berkembang sangat lambat. Pengelolaan yang tidak baik, karyawan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas menyebabkan penyelenggaraan makanan nonkomersial tidak mengalami kemajuan. Berbeda dengan penyelenggaraan makanan nonkomersial di Rumah Sakit, disana telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa walaupun perubahannya sangat lambat. Penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit sudah dikenal sejak abad ke 16 SM, orang sakit ditampung di tempat penampungan orang sakit di India dan di Kerajaan Mesir Kuno sudah diberi makanan. Demikian juga di Yunani dan Romawi. Penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai pada pertengahan abad ke 19. Florence Nightingle memepolopori penyempurnaan penyelenggaraan makanan bagi orang sakit setelah ia melihat betapa buruknya pelayanan makanan bagi prajurit yang dirawat di Rumah Sakit selama terjadi perang di Eropa. Di Amerika Serikat, penyempurnaan pelayanan makanan di Rumah Sakit dimulai sekitar tahun Beberapa Rumah Sakit mulai mempekerjakan tenaga khusus yang bertanggung jawab dalam menangani masalah pelayanan makanan. Sementara itu, beberapa Lembaga Pendidikan di Amerika mulai menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga khusus bagi penyelenggara makanan bagi orang sakit dan tenaga itu disebut ahli diet (dietitian). Rumah Sakit Pennsylvania adalah Rumah Sakit pertama yang menggunakan ahli diet. Di Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo merupakan Rumah Sakit yang pertama menempatkan sorang ahli diet untuk mengatur penyelenggaran makanan di Rumah Sakit sekitar Tahun Ahli diet pertama tersebut merupakan lulusan Sekolah Ahli diet di Jakarta yang didirikan Departemen Kesehatan RI pada tahun Kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu gisi klinis mendorong perkembangan penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit. Hampir semua Rumah Sakit selain menyediakan fasilitas penyelenggaraan makanan umum bagi orang sakit juga menyediakan fasilitas penyelenggaraan diet khusus bagi orang sakit yang telah dikelola oleh tenaga-tenaga profesional. Peralatan yang digunakan dalam pelayanan makanan telah semakin canggih sehingga bebas dari kemungkinan kontaminasi dan sebagainya. Dewasa ini, sesuai dengan kedudukan yang sama pentingnya dengan pelayanan perawatan dan pengoabtan dalam 4

5 upaya penyembuhan penyakit. Namun, modernisasi penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit di engara maju membawa konsekuensi berupa investasi modal yang cukup besar untuk membeli berbagai peralatan yang diperlukan, baik untuk penyimpanan, pengolahan maupun untuk pengangkutan dan distribusi makanan sampai ke ruang rawat. Hal tersebut untuk beberapa rumah sakit mungkin agak memberatkan, sebagai jalan keluar, sejumlah Rumah Sakit telah menyerahkan seluruh penyelenggaraan makanan di rumah sakit itu kepada usaha jasa sehingga keseluruhan investasi utnuk perlengkapan umum maupun tenaga pengelola dan pelaksana menjadi beban dan tanggung jawab usaha jasa boga. Di Amerika misalnya, dari tahun ke tahun jumlah Rumah Sakit yang telah menyerahkan penyelenggaraan makanan kepada pihak jasa boga, mengalami kenaikan. Institusi lain, seperti kantin-kantin di pabrik, maskapai penerbangan, perusahaan jasa dan lainya, hampir seluruhnya telah ditangani oleh usaha jasa boga. Di Indonesia, dengan semakin berkembangnya pembangunan dan pusat-pusat industri, menuntut orang untuk bekerja lebih keras agar memperolah penghasilan yang lebih banyak, bahkan wanita pun dituntut untuk bekerja. Adanya fenomena seperti itu, membuat para pekerja tidak mempunyai waktu luang untuk menyiapkan makanan, sehingga mereka menyerahkan tanggung jawab tentang makanan kepada jasa boga. Hal tersebut yang mendorong berkembangnya industri jasa boga di kota- kota besar. Pada tahap awal usaha jasa boga biasanya dimulai dari usaha rumah tangga yang menyediakan keperluan makanan dalam dalam penyelanggaraan perayaan di tingakt RT atau RW, atau menyediakan makanan bagi sekelompok mahasiswa atau karyawan yang kos di sekitar rumah. Dengan bertambahnya pelanggan, maka usaha jasa boga kemudian berkembang menjadi usaha yang dikelola secara profesional. Ciri khas utama jasa boga adalah makanan yang disajikan tidak dimasak di tempat yang sama dengan tempat makanan dihidangkan. 5

6 PERKEMBANGAN USAHA JASA BOGA DAN KETENTUAN PENYELENGARAAN MAKAN I ndustri penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Sebagai contoh adalah dalam pembuatan bangunan yang mempekerjakan ribuan orang, seperti kuil, candi atau benteng untuk melindungi negara, diperlukan orang-orang atau kelompok yang bertugas menyediakan makanan bagi mereka demi kelancaran pekerjaan. Di Indonesia dikenal berbagai upacara yang tak jarang mengundang puluhan bahkan ribuan undangan, dan itu tidak memungkinkan menyediakan makanan yang diolah sendiri, sehingga mereka perlu bantuan pihak lain untuk menyediakan makanan bagi para tamu. Pada jaman dahulu penyelenggaraan makanan secara berkelompok belum dikekola secara profesional dan jauh dari tujuan komersial serta masih bersifat keramahtamahan. Sehingga tak jarang rasa makanan masih kurang diperhatikan dengan baik. Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih profesional baru dimulai pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan awal Revolusi Industri di Eropa. Saat itu dirasa perlu usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di berbagai industri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan makanan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Robert Owen adalah salah satu tokoh industri di Eropa yang mempelopori pemberian makanan bagi pekerja industri dengan pengelolaan yang baik, efektif dan efisien. Karena berjasa mengembangkan usaha penyelenggaraan makanan bagi para pekerja, maka Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan makanan institusi terutama di pabrikpabrik. Sejak saat itu penyediaan makanan bagi pekerja pabrik mulai dikembangkan. Pemberian makanan bagi karyawan pabrik atau perusahaan pada masa itu masih dikaitkan dengan pemberian jaminan kesejahteraan. Belum ada pemikiran untuk mengaitkan pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan energi bagi karyawan. Jumlah makanan ynag diberikan belum diperhitungkan atas dasar kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang maksimal. Penyediaan makanan hanya didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan dana untuk kesejahteraan karyawan. Penyediaan makanan bagi karyawan dengan memeprhitungkan kebutuhan zat gizi agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja secara maksimal baru dimulai pada awal abad ke- 20. Tujuan penyediaan makanan berubah dari sekedar untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja yang berarti peningkatan produksi. Perubahan tujuan sekaligus mengubah sifat penyediaan makanan, dari yang semula cuma-cuma berubah menjadi kewajiban membayar makanan yang mereka makan yang lebih berkualitas. Inilah yang mengawali terselenggaranya pelayanan makanan melalui kantin yang diadakan di pabrik atau perusahaan, yang di kemudian hari berubah pula sifatnya ke arah penyelenggaraan makanan komersial sebagaimana yang ada sekarang ini. Perusahaan dan pusat industri sekarang ini hanya menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi pelayanan makanan, sedangkan pengolahan makanan dilakukan oleh pengusaha jasa boga. Cara ini dianggap lebih menguntungkan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan. Perusahaan terbebas dari kewajiban menyediakan tenaga pelaksana serta pengelolaan makanan bagi pekerja. 6

7 Sebaliknya karyawan dapat memilih makanan yang mereka inginkan sehingga terhindar dari paksaan atau keharusan. Faktor yang mendorong perkembangan penyelenggaraan makana komersial adalah 1. Tumbuhnya kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan makanan bagi karyawan akan meningkatkan produktivitas kerja. 2. Berbagai kemajuan sebgai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi para wanita untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah. 3. Lokasi tempat bekerja yang jauh dari tempat pemukiman dan berbagai hambatan transportasi tidak memungkinkan para karyawan pulang ke rumah untuk makan. 4. Pada masa lalu bila seseorang mengadakan perhelatan, penyediaan makanan dilakukan secara bergotong royong. Namun sekerang kebiasaan tersebut sudah memudar, mereka sekarang lebih mengandalkan industri jasa boga. Berbeda dengan penyelenggaraan makanan komersial, penyelenggaraan makanan institusi nonkomersial berkembang sangat lambat. Pengelolaan yang tidak baik, karyawan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas menyebabkan penyelenggaraan makanan nonkomersial tidak mengalami kemajuan. Berbeda dengan penyelenggaraan makanan nonkomersial di Rumah Sakit, disana telah mengalami banyak perubahan dari masa ke masa walaupun perubahannya sangat lambat. Penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit sudah dikenal sejak abad ke 16 SM, orang sakit ditampung di tempat penampungan orang sakit di India dan di Kerajaan Mesir Kuno sudah diberi makanan. Demikian juga di Yunani dan Romawi. Penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai pada pertengahan abad ke 19. Florence Nightingle memepolopori penyempurnaan penyelenggaraan makanan bagi orang sakit setelah ia melihat betapa buruknya pelayanan makanan bagi prajurit yang dirawat di Rumah Sakit selama terjadi perang di Eropa. Di Amerika Serikat, penyempurnaan pelayanan makanan di Rumah Sakit dimulai sekitar tahun Beberapa Rumah Sakit mulai mempekerjakan tenaga khusus yang bertanggung jawab dalam menangani masalah pelayanan makanan. Sementara itu, beberapa Lembaga Pendidikan di Amerika mulai menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga khusus bagi penyelenggara makanan bagi orang sakit dan tenaga itu disebut ahli diet (dietitian). Rumah Sakit Pennsylvania adalah Rumah Sakit pertama yang menggunakan ahli diet. Di Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo merupakan Rumah Sakit yang pertama menempatkan sorang ahli diet untuk mengatur penyelenggaran makanan di Rumah Sakit sekitar Tahun Ahli diet pertama tersebut merupakan lulusan Sekolah Ahli diet di Jakarta yang didirikan Departemen Kesehatan RI pada tahun

8 Kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu gisi klinis mendorong perkembangan penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit. Hampir semua Rumah Sakit selain menyediakan fasilitas penyelenggaraan makanan umum bagi orang sakit juga menyediakan fasilitas penyelenggaraan diet khusus bagi orang sakit yang telah dikelola oleh tenag-tenaga profesional. Peralatan yang digunakan dalam pelayanan makanan telah semakin canggih sehingga bebas dari kemungkinan kontaminasi dan sebagainya. Dewasa ini, sesuai dengan kedudukan yang sama pentingnya dengan pelayanan perawatan dan pengoabtan dalam upaya penyembuhan penyakit. Namun, modernisasi penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit di engara maju membawa konsekuensi berupa investasi modal yang cukup besar untuk membeli berbagai peralatan yang diperlukan, baik untuk penyimpanan, pengolahan maupun untuk pengangkutan dan distribusi makanan sampai ke ruang rawat. Hal tersebut untuk beberapa rumah sakit mungkin agak memberatkan, sebagai jalan keluar, sejumlah Rumah Sakit telah menyerahkan seluruh penyelenggaraan makanan di rumah sakit itu kepada usaha jasa sehingga keseluruhan investasi utnuk perlengkapan umum maupun tenaga pengelola dan pelaksana menjadi beban dan tanggung jawab usaha jasa boga. Di Amerika misalnya, dari tahun ke tahun jumlah Rumah Sakit yang telah menyerahkan penyelenggaraan makanan kepada pihak jasa boga, mengalami kenaikan. Institusi lain, seperti kantinkantin di pabrik, maskapai penerbangan, perusahaan jasa dan lainya, hampir seluruhnya telah ditangani oleh usaha jasa boga. Di Indonesia, dengan semakin berkembangnya pembangunan dan pusatpusat industri, menuntut orang untuk bekerja lebih keras agar memperolah penghasilan yang lebih banyak, bahkan wanita pun dituntut untuk bekerja. Adanya fenomena seperti itu, membuat para pekerja tidak mempunyai waktu luang untuk menyiapkan makanan, sehingga mereka menyerahkan tanggung jawab tentang makanan kepada jasa boga. Hal tersebut yang mendorong berkembangnya industri jasa boga di kota- kota besar. Pada tahap awal usaha jasa boga biasanya dimulai dari usaha rumah tangga yang menyediakan keperluan makanan dalam dalam penyelanggaraan perayaan di tingakt RT atau RW, atau menyediakan makanan bagi sekelompok mahasiswa atau karyawan yang kos di sekitar rumah. Dengan bertambahnya pelanggan, maka usaha jasa boga kemudian berkembang menjadi usaha yang dikelola secara profesional. Ciri khas utama jasa boga adalah makanan yang disajikan tidak dimasak di tempat yang sama dengan tempat makanan dihidangkan. KETENTUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN P enyelenggaraan makanan akan membawa dampak yang positif serta negative. Dampak positif antara lain peningkatan kesejahteraan karyawan, penyediaan lapangan kerja. Dampak negatif antara lain menyebabkan keracunan jika tidak dikelola dengn baik. Dampak negatif penyelenggaraan makanan dapat terjadi di mana saja termasuk di negara maju yang sudah menerapkan teknologi canggih. WHO melaporkan sekitar 1 % wisatawan di seluruh dunia telah menderita gangguan kesehatan (diare) akibat makan makanan yang tercemar. Pemerintah saat ini telah memberikan perhatian terhadap masalah yang timbul akibat dari penyelenggaraan makanan terutama pada kasus-kasus keracunan makanan yang disediakan oleh jasa boga. Menteri kesehatan RI telah mengeluarkan peraturan yang memuat ketentuan tentang penyelenggaraan usaha jasa boga. 8

9 Peraturan Menteri Kesehatan No. 715/Menkes/Per/V/2003 tentang persyaratan bagi penyelenggaraan usaha jasa boga. Peraturan ini memuat tentang persyaratan umum bagi usaha jasa boga, ketentuan lokasi tempat penyelenggaraan, syarat bangunan dan fasilitas, persyaratan kesehatan makanan, pengolahan dan penyimpanan makanan. Dalam peraturan ini, jasa boga dibagi menjadi 5 golongan, yaitu Golongan A1, Golongan A2, Golongan A3, Golongan B dan Golongan C Untuk pengawasan terhadap kegiatan usaha jasa boga, Menteri Kesehatan mengeluarkan Peraturan No. 1096/Menkes/SK/V/2011, yang berisi ketentuan wajib daftar bagi setiap usaha jasa boga untuk semua golongan. Semua usaha jasa boga diharuskan memperoleh ijin penyehatan usaha dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat. dapat digolongkan menjadi 5 golongan yaitu Golongan A1, Golongan A2, Golongan A3, Golongan B dan Golongan C. Masing-masing golongan mempunyai kriteria tersendiri serta persyaratan khusus yang agak berbeda satu dengan yang lain. 1. Golongan A1 Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga. Persyaratan khusus golongan ini adalah: a. Ruang pengolahan tidak boleh merangkap ruang tidur b. Mempunyai almari es sebagai tempat penyimpanan c. Fasilitas cuci tangan 2. Golongan A2 Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan yang menggunakan dapur rumah tangga dan mempekerjakan tenaga kerja. Persyaratan khusus golongan ini adalah: a. Ruang pengolahan tidak boleh merangkap ruang tidur b. Mempunyai almari es sebagai tempat penyimpanan c. Fasilitas cuci tangan d. Fasilitas ganti pakaian bagi karyawan e. Ruang pengolahan terpisah dari ruangan lain 3. Golongan A3 Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan pengolahan makanan menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja. Persyaratan khusus golongan ini adalah a. Ruang pengolahan terpisah dari tempat penyimpanan makanan b. tersedia lemari pendingin dengan suhu - 5 o C dengan kapasitas memadai c. mempunyai alat pengangkutan dengan konstruksi tertutup d. Makanan yang disajikan dikemas serta mencantumkan nama dan ijin usaha e. pada kendaraan tercantu nama perusahaan dan ijin usaha 4. Golongan B Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan khusus asrama penampungan jemaah haji, asrama transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan angkutan umum dalam negeri, dan dengan pengolahan menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga kerja. Persyaratan khusus golongan ini adalah a. mempunyai tempat pembuangan air limbah b. Ruang kantor, penyimpanan makanan dan pengolahan makanan harus terpisah, Ruang pengolah dilengkapi dengan penangkap asap c. fasilitas pencucian peralatan dan pencucian bahan makanan d. Fasilitas pencuci tangan bagi karyawan e. Fasilitas penyimpanan makanan dingin sampai suhu 10 o C 9

10 5. Golongan C Yaitu jasa boga yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional, mempunyai dapur khusus untuk pengolahan dan mempkerjakan tenaga kerja. Persyaratan khusus adalah a. Ruang yang dilengkapai dengan pengatur suhu ruang b. Fasilitas pencucian alat dana bahan harus dari logam tahan karat c. Almari pendingin untuk penyimpanan makanan harus terpisah untuk masing- masing jenis makanan. d. Mempunyai gudang yang dilengkapi dengan rak-rak penyimpanan. 10

11 KESIMPULAN: Ciri-ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar lingkungan Adalah : 1) mereka jauh dari lingkungan keluarga, 2) Mereka tidak bebas meninggalkan tempat kerja, 3) Merupakan satu kesatuan karena berbagai hal. Penyelenggaraan makanan kelompok dapat dibedakan menurut waktu penyelenggaraan, sifat penyelenggaraan dan tempat penyelenggaraan. Rumah Sakit selain menyediakan fasilitas penyelenggaraan makanan umum bagi orang sakit juga menyediakan fasilitas penyelenggaraan diet khusus bagi orang sakit yang telah dikelola oleh tenaga-tenaga profesional. SOAL : Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat. 1. Bagainakah ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan? 2. Jelaskan penyelenggaraan makanan komersial dan institusi? 3. Sebutkan dan jelaskan ciri khusus penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit? 4. Deskripsikan penyelenggaraan makanan institusi di Indonesia? 5. Jelaskan pengelompokkan penyelenggaraan makanan berdasarkan waktu, sifat dan tempat TUGAS MAHASISWA 1. Secara kelompok mengidentifikasi tiga fungsi organisasi pada usaha kafe, kantin, rumah makan dan restoran. 2. Secara kelompok membuat laporan tertulis hasil kajian tiga fungsi o rganisasi usaha jasa katering. 3. Secara kelompok mempresentasikan hasil kajian masing-masing kelompok. 11

Oleh : Merkuria Karyantina,SP.,MP.

Oleh : Merkuria Karyantina,SP.,MP. Oleh : Merkuria Karyantina,SP.,MP. Ciri-ciri konsumen yang memerlukan pelayanan makanan di luar lingkungan adalah 1. mereka jauh dari lingkungan keluarga 2. Mereka tidak bebas meninggalkan tempat kerja

Lebih terperinci

Makalah MSPMI. Penyelenggaraan Makanan di BANK. Poltekkes Kemenkes Palembang. Nama Mahasiswa : Mutiara Pemata Sari

Makalah MSPMI. Penyelenggaraan Makanan di BANK. Poltekkes Kemenkes Palembang. Nama Mahasiswa : Mutiara Pemata Sari Poltekkes Kemenkes Palembang Makalah MSPMI Penyelenggaraan Makanan di BANK Nama Mahasiswa : Mutiara Pemata Sari Dosen Pembimbing : Dra. Rohanta Siregar, MM, M.Kes 2013/2014 Daftar Isi Daftar Isi...1 Kata

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

WAHYU WIJIATI RAHAYU RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA

WAHYU WIJIATI RAHAYU RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA WAHYU WIJIATI RAHAYU RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA JAKARTA LANDASAN Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasaboga Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Studi Spesialisasi Pendidikan Tata Boga memfokuskan diri dalam mencetak lulusan yang ahli dalam bidang Tata Boga. Program Studi Jurusan dengan bobot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan bagian penting dalam pengolahan makanan yang harus dilaksanakan denga baik. Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan

Lebih terperinci

HANDOUT I. : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering. Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik

HANDOUT I. : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering. Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik Mata Kuliah Program Jenjang : S-1 Semester HANDOUT I : Katering Pelayanan Lembaga : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering : VI Minggu : 1 dan 2 Pokok Bahasan : Konsep Dasar, Klasifikasi dan Karakteristik

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAGEMEN GIZI INSTITUSI

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAGEMEN GIZI INSTITUSI MODUL I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAGEMEN GIZI INSTITUSI Oleh Ir. SUYATNO, MKes Bagian Gizi FKM-UNDIP Semarang Sejarah: Penyelenggaraan makanan banyak sdh dimulai sejak jaman pembuatan pyramide di

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 13 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia kuliner saat ini di Indonesia khususnya di Semarang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Jenis-jenis industri kuliner yang ada di Semarang sangat beraneka ragam

Lebih terperinci

PELAYANAN Gizi Institusi Sosial

PELAYANAN Gizi Institusi Sosial PONDOK PESANTREN, PANTI JOMPO DAN PANTI ASUHAN PELAYANAN Gizi Institusi Sosial Pelayanan Gizi Institusi Sosial Adalah Pelayanan Gizi Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Atau Swasta Yang Berdasarkan Azas Sosial

Lebih terperinci

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN - 25 - BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN A. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 1. Pembinaan Pemeriksaan berkala yang dilakukan pada jasaboga, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/KKP dan dapat melibatkan Asosiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

F I R D A N A B I L A H I J R A H S O F I A A Z I Z A H

F I R D A N A B I L A H I J R A H S O F I A A Z I Z A H KLASIFIKASI PELAYANAN GIZI INSTITUSI F I R D A N A B I L A H I J R A H S O F I A A Z I Z A H MACAM PELAYANAN GIZI INSTITUSI BERDASARKAN KLASIFIKASINYA DAPAT DIBAGI MENJADI : 1.Pelayanan Gizi Institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Selain untuk proses pertumbuhan dan perkembangan, pangan juga mengandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

Disusun oleh : Dra. Tati Setiawati,M.Pd.M.M PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FPTK UPI 2010

Disusun oleh : Dra. Tati Setiawati,M.Pd.M.M PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FPTK UPI 2010 Disusun oleh : Dra. Tati Setiawati,M.Pd.M.M PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FPTK UPI 2010 Materi Pertemuan ke-1,2 dan 3 Pengertian Manajemen Usaha Boga Jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dinyatakan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan antara lain melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

Manajemen Usaha Boga

Manajemen Usaha Boga MODUL MATA KULIAH Manajemen Usaha Boga Disusun oleh : Dra. Tati Setiawati,M.Pd.M.M PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FPTK UPI 2008 HANDOUT PERTEMUAN KE : 1, 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyelenggaraan berasal dari kata dasar selengara yang artinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyelenggaraan berasal dari kata dasar selengara yang artinya 2.1. Penyelenggaraan Makanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penyelenggaraan berasal dari kata dasar selengara yang artinya menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan sesuatu, seperti: memelihara, merawat. (Ali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan kualitas hidup telah digariskan dalam tujuan Pembangunan Nasional. Untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia sebagai penjabaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV penulis akan menguraikan hasil penelitian berupa pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian mengenai Manfaat Hasil Belajar Manajemen Sistem Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa keracunan makanan dan minuman, proses

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN

PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 PANDUAN PENYELENGGARAAN MAKANAN RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 02.04.03 RUMAH SAKIT TK IV 02.07.04 SURAT KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso & Anne, 1999). Warung makan

Lebih terperinci

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat

Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan. BAB II Penampilan makan. Keramahan pramusaji Kebersihan alat A. KEPUASAN PASIEN 1. Definisi Pengertian kepuasan pasien Indikator pelayanan makanan : Waktu Daya terima /kepuasan BAB II Penampilan makan Rasa makanan TINJAUAN PUSTAKA Keramahan pramusaji Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna, dan berhasil guna dengan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. MenKes No.l34/MenKes/IV/1978 menyebutkan bahwa instalasi gizi merupakan wadah yang melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sebab makanan yang kita makan bukan saja harus memenuhi gizi tetapi harus juga aman dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah dijelaskan bahwa upaya penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatankegiatan kesehatan keluarga,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN GIZI

PEDOMAN PELAYANAN GIZI PEDOMAN PELAYANAN GIZI SOP Direktur 1. Definisi Kegiatan pelayanan gizi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien rawat inap di guna memenuhi keperluan metabolisme tubuh, peningkatan

Lebih terperinci

PANDUAN ATAU PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

PANDUAN ATAU PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT PANDUAN ATAU PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT BAB 1. DEFINISI Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan

Lebih terperinci

HANDOUT Uraian Materi perkuliahan

HANDOUT Uraian Materi perkuliahan HANDOUT 2 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 3 dan 4 Pokok Bahasan : Cara pengelolaan dan Pelayanan Katering Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan papan. Makanan mengandung nilai gizi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN KEPUTUSAN MENTERI KETENAGAKERJAAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNTUK PEKERJAAN DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Ala carte suatu susunan menu, di mana setiap makanan yang dicantumkan pada daftar makanan tersebut disertai dengan harga sendiri

Ala carte suatu susunan menu, di mana setiap makanan yang dicantumkan pada daftar makanan tersebut disertai dengan harga sendiri Ala carte suatu susunan menu, di mana setiap makanan yang dicantumkan pada daftar makanan tersebut disertai dengan harga sendiri - - Table d hote menu susunan hidangan lengkap dengan satu harga yang pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan makanan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Persentase Analisis Univariat Masing-masing Variabel Berdasarkan Kepmenkes No.715 Tahun 2008 Penelitian di Universitas X (n=100)... 38 Tabel 5.2.1 Hubungan Sanitasi Kantin Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saepul Hidayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saepul Hidayat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kata Pariwisata sendiri dapat diartikan sebagai suatu perjalanan dari daerah yang satu ke daerah yang lain dengan tujuan untuk mencari pengalaman yang baru

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang langsung dapat dimakan, biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah terlebih dahulu diolah atau di masak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Diusut dari asal kata dalam bahasa Inggris Technology= tehnology tech = teknik dan logy= ilmu. Teknologi pada pengertian populer adalah tindakan yang dilakukan oleh orang

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi Makanan disekolah Lilis Nuraida dan Purwiyatno Hariyadi SEAFAST Center Institut Pertanian Bogor PENDAHULUAN Kualitas SDM yang baik merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma kesehatan lingkungan mengatakan, kontaminasi yang terjadi pada makanan dan minuman dapat menyebakan makanan tersebut menjadi media bagi suatu penyakit.

Lebih terperinci

HANDOUT 4 1. Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus 3. Uraian Materi perkuliahan A. Perencanaan Menu

HANDOUT 4 1. Tujuan Instruksional Umum 2. Tujuan Instruksional Khusus 3. Uraian Materi perkuliahan A. Perencanaan Menu HANDOUT 4 Mata Kuliah : Katering Pelayanan Lembaga Program : Pendidikan Tata Boga/ Paket Katering Jenjang : S-1 Semester : VI Minggu : 6 dan 7 Pokok Bahasan : Perencanaan Menu Jumlah SKS : 3 sks 1. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis terutama bisnis makanan semakin ketat sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah makan, kantin maupun kafetaria

Lebih terperinci

Nama : Irfan Ramadhan NIM : Kelas : S1T1 2B ABSTRAKSI

Nama : Irfan Ramadhan NIM : Kelas : S1T1 2B ABSTRAKSI Nama : Irfan Ramadhan NIM : 10.11.3637 Kelas : S1T1 2B ABSTRAKSI Peluang bisnis adalah suatu kesempatan dimana seseorang dapat memulai kegiatannya berperan dalam dunia bisnis, yaitu dengan memproduksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patient Safety yang menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat meraih pencapaian standar dari patient safety yang dibutuhkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan oleh karena itu kualitas makanan yang baik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes RI No. 147 tahun 2010, rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbagi menjadi dua macam yaitu komersial dengan orientasi pada profit dan non

BAB I PENDAHULUAN. terbagi menjadi dua macam yaitu komersial dengan orientasi pada profit dan non 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan yang paling dasar untuk dapat bertahan hidup. Seiring bertambahnya waktu dan pengaruh perubahan zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI GAMBARAN SISA MAKANAN BIASA YANG DISAJIKAN DI RUANG MAWAR RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh : TRI VIORIDA J

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi sangat berpengaruh pada proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Makanan juga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN Menimbang MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA a. Bahwa masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS

PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS PENGEMBANGAN PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT *) dr. Henni D. Supriadi K, MARS 1. Pendahuluan Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem kesehatan dan merupakan unsur strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, sehingga harus diperhatikan secara individual. Khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan badan. Makanan yang dikonsumsi harus aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Makanan siap santap dianggap mempunyai mutu yang baik jika dapat memuaskan konsumen dalam rasa, penampakan, dan keamanannya. Kandungan dan komposisi gizi seringkali tidak diperhatikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga HANDOUT PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga MATERI PERKULIAHAN Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga 1. Dapur Usaha Boga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA.

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA. ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA Repa Kustipia 1 1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, Jakarta

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Setiap manusia hidup membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup. Selain itu pangan juga berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami kekurangan gizi. Masalah gizi pada masyarakat umumnya terjadi karena faktor ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia sejak zaman prasejarah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia sejak zaman prasejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia sejak zaman prasejarah hingga kini, seiring dengan berjalannya waktu berjalan pula perkembangan zaman, kini makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit Berdasarkan SK. Men. Kes No. 134 / Men. Kes / IV / 1978 dan SK. Men. Kes No. 983 / 1992 menyebutkan bahwa Instalasi Gizi merupakan wadah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu pembangunan nasional merupakan investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan diselenggarakan

Lebih terperinci

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang

USAHA RUMAH MAKAN. bisnis rumah makan, Sebelum anda menginvestasikan. waktu anda untuk belajar tentang Tugas lingkungan bisnis Nama : Vicky Niyanda Libriyanto NIM : 10.12.4419 Kelas : S1-SI-2A USAHA RUMAH MAKAN Rumah makan dapat diartikan sebagai suatu tempat yang menyediakan atau menjual makanan untuk

Lebih terperinci

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK Good Manufacturing Practice (GMP) adalah cara berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan. Telah dijelaskan sebelumnya

Lebih terperinci

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009(2) menyebutkan. (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009(2) menyebutkan. (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mengalami banyak proses modernisasi yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan, antara lain pada aspek sosial, budaya, teknologi, dan ekonomi. Aspek sosial,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyelenggaraan kantin, faktor higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap penyajian makanan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa.kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang dapat menunjang aktivitas kehidupan manusia. Apabila kesehatannya baik maka aktivitas yang dijalankan

Lebih terperinci

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA

POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA Artikel POTRET KELUARGA, DARI MASA KE MASA Oleh Mardiya Dahulu kala, ketika orang-orang masih hidup secara nomaden dan agama belum diturunkan ke bumi, masih belum ada keluarga dalam arti sebenarnya. Karena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BABI PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BABI PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi bagi orang-orang yang melakukan perjalanan untuk berbagai tujuan. Sebagaimana keputusan mentri pariwisata Pos dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016 PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016 I. Pendahuluan Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci