PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)"

Transkripsi

1 1 PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) HADIJAH NASUTION A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 2 RINGKASAN HADIJAH NASUTION. Pengaruh Mengunjungi Tempat Hiburan Malam Terhadap Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat). (Di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI) Kehadiran diskotik pada saat ini berpotensi untuk menstimulasi gaya hidup remaja yang mengunjungi tempat-tempat tersebut. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa melalui interaksi sosial yang berlangsung pada akhirnya seseorang mampu untuk mengenal, menghayati nilai, dan norma kelompok/kelompok temannya sehingga dapat menetapkan peran yang dijalaninya atau sebaliknya dapat berdampak buruk pada kehidupan pribadi dan sehari-hari remaja tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menggambarkan keterdedahan remaja terhadap diskotik, dan 2). Menganalisis pengaruh diskotik terhadap gaya hidup (kegiatan, minat, dan opini,) remaja dilihat dari keterdedahannya pada diskotik. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penerapan metode kualitatif ini menggunakan strategi studi kasus. Terdapat 11 remaja yang menjadi subjek penelitian ini yang terdiri dari empat orang remaja perempuan dan tujuh orang remaja laki-laki, dan kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok remaja berdasarkan frekuensi mengunjungi diskotik. Vertigo merupakan salah satu diskotik yang menjadi favorit remaja saat ini di Jakarta. Vertigo terletak di lantai 17 dari Gedung Veteran, Plaza Semanggi, JL. Jendral Sudirman Kav. 50, Jakarta dan dapat mengakomodasi tamu sampai 1800 orang. Diskotik ini mulai buka yaitu pada pukul WIB WIB. Pengunjung diskotik ini pada umumnya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas, dan target utama adalah pengunjung yang berjiwa modern. Remaja mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menghabiskan waktu luang mereka. Apabila bosan dengan kegiatan-kegiatan yang itu-itu saja, misalnya mendengarkan musik dan membaca komik atau sekedar nongkrong-nongkrong di tempat favorit, maka kini mereka mempunyai alternatif lain yaitu pergi ke diskotik. Hal inilah yang kemudian dapat menstimulasi remaja dalam memilih

3 3 kegiatan yang akan dilakukan, minat, dan opini mereka mengenai topik-topik yang berlangsung disekitarnya. Pengaruh diskotik terhadap gaya hidup remaja dipengaruhi oleh keterdedahannya terhadap diskotik itu sendiri. Keterdedahan remaja terhadap diskotik ini terdiri dari cara memperoleh informasi tentang diskotik, diskotik yang sering dikunjungi berdasarkan jenis musik dan acara yang paling disukai di diskotik, dan frekuensi mengunjungi diskotik. Keterdedahan tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal (karakter teman dekat, kegiatan dalam menghabiskan waktu luang, pola asuh keluarga, status ekonomi, dan jenis kelamin). Profil kelompok remaja I menyukai kegiatan yang pada umumnya sama dengan kelompok remaja II dan III yaitu nongkrong di tempat-tempat favorit remaja dan browsing atau chatting di internet. Minat mereka cukup bervariasi dalam hal kesehatan, lingkungan, dan media informasi, namun memiliki kesamaan dalam hal pakaian dan rekreasi. Sedangkan opini remaja yang suka mengunjugi diskotik juga bervariasi yaitu mengenai produk, isu sosial, politik, bisnis, ekonomi, pendidikan, dan juga masa depan. Kegemaran pergi ke diskotik ini bagi sebagian subjek penelitian berpengaruh buruk terhadap akademiknya, namun bagi sebagian subjek lain yang masih dapat mengontrol kegemarannya pergi ke diskotik dengan belajar, hal ini tidak memberikan pengaruh buruk bagi akademik dan dirinya sendiri.

4 4 PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) HADIJAH NASUTION A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 5 LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP PERILAKU GAYA HIDUP REMAJA ADALAH BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SEMUA SUMBER DATA DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN TELAH DINYATAKAN DENGAN JELAS DAN DAPAT DIPERIKSA KEBENARANNYA. Bogor, Februari 2008 Hadijah Nasution NRP. A

6 6 RIWAYAT PENULIS Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada tanggal 20 Agustus 1985 dari ayah bernama Syaiful B. Nasution dan ibu bernama Aisyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang memiliki adik bernama Ahmad Fauzi Nasution dan Ivani Lestari Nasution. Pada tahun 1991 penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK. R.A. Kartini Tebing Tinggi Sumatera Utara. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar R.A. Kartini Tebing Tinggi Sumatera Utara, kemudian pada tahun 2000 penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun 2003 penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat., Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif menjadi anggota beberapa organisasi di kampus yaitu Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmuilmu Sosial Ekonomi (MISETA) pada Departemen Minat dan Bakat, Manager General Affair di UKM MAX!!, Anggota UKM ASPECT dan Himpunan Mahasiswa Islam. Selain itu penulis sering menjadi panitia dalam berbagai acara di kampus.

7 7 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya skripsi yang berjudul Pengaruh Mengunjungi Tempat Hiburan Malam Terhadap Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak awal penulisan sampai skripsi ini selesai. Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ir. Murdianto, MSi sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam menjalani proses akademik hingga penulisan skripsi ini dan Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni,MS sebagai pembimbing studi pustaka dan pembimbing skripsi. Skripsi ini menguraikan hal-hal yang dapat mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik yang kemudian dapat mempengaruhi gaya hidup remaja yang suka mengunjungi diskotik tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat sebagai referensi skripsi selanjutnya, khususnya yang mengangkat topik serupa. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan terhadap pengembangan ilmu dan penerapan pembelajaran khususnya bagi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bogor, Februari 2008 Hadijah Nasution NRP A

8 8 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selama penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Mama dan Papa tercinta, Poji, Vani, yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, dan dukungan semangat serta doa terbesar kepada penulis. Karya kecilku ini kupersembahkan untuk kalian. Tak lupa keluarga besar di Tebing Tinggi khususnya Keluarga Mama Papa Anda dan Keluarga Om Pendi yang juga selalu mendoakan. 2. Dra. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, perhatian dan masukan serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima banyak, Bu. 3. Ir. Murdianto, Msi yang telah bersedia menjadi dosen penguji utama dan sebagai pembimbing akademik selama penulis menjalani studi hingga penyusunan skripsi ini. 4. Martua Sihaloho, SP. Msi yang telah bersedia menjadi dosen penguji wakil departemen. 5. M. Kamarul Tursina Jihan, AbiE yang selalu ada dalam memberikan dukungan, doa, dan waktunya yang tak terbatas dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Ika dan Tika yang tak pernah bosan cerewet dalam mengingatkan dan memberi semangat dan doa., Andina, Grace, Tiwi, Dian, Nay, Dwi, Devi, Hendra, Nurdin Joko, dan semua teman-teman KPM 40 yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9 9 7. Keluarga besar MAX!! khususnya Ryan, Achy, dan Kura, Thanx for our first time at Vertigo, it was so fun. 8. Teman-teman di Icarus I1, terutama Ame, Galuh, Mbak Erni, dan Mbak Yuli. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penghargaan dan ucapan terima kasih ini juga saya ucapkan kepada yang belum tercantumkan namanya. Meski tidak tercantum, tetapi nama dan keberadaannya sangat berarti bagi penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat sebagai referensi selanjutnya khususnya yang mengangkat topik serupa. Bogor, Februari 2008 Hadijah Nasution A

10 10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Diskotik Motivasi Mendatangi Hiburan Malam Gaya Hidup Konsep Remaja Perilaku Remaja Kebutuhan-kebutuhan Khas Remaja Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan Kerangka Pemikiran Hipotesis Pengarah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Subyek Penelitian dan Informan Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data... 30

11 11 BAB IV GAMBARAN UMUM DISKOTIK DAN REMAJA 4.1 Gambaran Umum Vertigo Gambaran Umum Remaja Karakteristik Personal Remaja Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik BAB V PENGARUH MENGUNJUNGI DISKOTIK TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA 5.1 Gaya Hidup Remaja yang Mengunjungi Diskotik Profil Gaya Hidup Remaja Kelompok I Profil Gaya Hidup Remaja Kelompok II Profil Gaya Hidup Remaja Kelompok III BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

12 12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Suasana di Dalam Vertigo DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.Karakterisitik Personal Remaja berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan Tabel 2. Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan Tabel 3. Gaya Hidup Remaja yang Suka Mengunjungi Diskotik berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Suasana di Dalam Vertigo DAFTAR TABEL

13 13 Halaman Tabel 1.Karakterisitik Personal Remaja berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan Tabel 2. Keterdedahan Remaja terhadap Diskotik berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan Tabel 3. Gaya Hidup Remaja yang Suka Mengunjungi Diskotik berdasarkan Frekuensi Mengunjungi Diskotik tiap bulan... 45

14 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kita dihadapkan globalisasi yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ditandai dengan persaingan bebas serta kemudahan mendapatkan informasi dari berbagai penjuru dunia. Setiap orang ingin bertahan hidup dalam persaingan global yang dituntut mempunyai wawasan yang luas, mengetahui perkembangan informasi dan teknologi terkini, serta menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam berbagai bidang yang terjadi di sekitarnya. Globalisasi memungkinkan masuknya nilai-nilai budaya dan tren gaya hidup dari berbagai pelosok dunia, yang kemudian diadopsi oleh masyarakat lewat perantara media massa. Gaya hidup global, meliputi cara-cara untuk menghabiskan waktu dan uang dari mancanegara telah menyentuh masyarakat Indonesia terutama masyarakat yang hidup di kota besar. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang. Melalui komunikasi manusia dapat memperoleh informasi yang baru. Menurut Sarwono (2002) komunikasi

15 15 adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antar satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Kemudian dinyatakan komunikasi sebenarnya bukan hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni bergaul. Selain itu dapat dikatakan bahwa melalui komunikasi dan kontak sosial maka terjadi proses sosial, sehingga manusia dapat mengikuti perkembangan yang terjadi melalui proses ini. Pergaulan yang paling mencolok pada saat ini yaitu pada lingkungan anak muda/remaja, khususnya pada kehidupan malamnya. Keadaan ini juga didukung oleh munculnya tempat hiburan malam (diskotik) dan kafe di daerah perkotaan. Hal ini menjadi perhatian untuk mengetahui lebih jauh lagi kehidupan malam kawula muda, khususnya yang hidup di daerah perkotaan. Dengan adanya faktor hubungan sosial atau pergaulan, kemudian mempengaruhi mereka untuk mengadopsi gaya pergaulan untuk mengunjungi diskotik. Menurut Sarwono (2002) dapat dikatakan bahwa perubahan sosial dan pengaruh lingkunganlah yang dapat memotivasi para anak muda ini untuk menikmati hiburan dunia malam. Maraknya kehadiran tempat hiburan dunia malam (diskotik) di Indonesia, membuat banyak orang menyoroti dampak sosial yang ditimbulkan oleh pelayanannya atau hiburan yang disuguhkan. Masa remaja merupakan suatu bagian dari kehidupan manusia. Masa tersebut merupakan dimana seseorang sedang mencari jati dirinya, sehingga seseorang yang sedang berada dalam masa remaja akan sangat mudah terpengaruh oleh berbagai hal di sekelilingnya, baik itu positif maupun negatif. Hal itu terjadi karena kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan cenderung sensitif terhadap

16 16 semua hal yang berkaitan dengan pribadinya dan permasalahan-permasalahan dirinya. Remaja zaman sekarang berbeda dengan remaja zaman dahulu misalnya dalam gaya hidupnya. Gaya hidup remaja saat ini ikut berkembang sesuai kemajuan zaman dan didukung oleh fasilitas-fasilitas yang ada. Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Potensi peniruan dalam diri remaja sangat besar. Perubahan penting lainnya dari remaja adalah kebutuhannya terhadap uang, karena beberapa hal seperti pertumbuhan fisik yang cepat, berarti membutuhkan sejumlah pakaian baru yang perlu dibeli dan juga barang-barang baru yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Kehadiran tempat-tempat hiburan malam khususnya diskotik dapat berperan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan remaja dalam masa perkembangannya, seperti kebutuhan informasi mengenai gaya hidup yang sesuai dengan kemajuan zaman. Blackwell, James dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) menyatakan bahwa gaya hidup terdiri dari kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion), atau biasa disebut AIO. Diskotik sebagai salah satu tempat hiburan malam dapat mempengaruhi gaya hidup (kegiatan, minat, dan opini) remaja melalui hiburan yang disajikan oleh diskotik tersebut. Pengertian diskotik pada mulanya adalah tempat koleksi piringan hitam. Pemutar piringan hitam disebut sebagai disc jockey. Di dalam diskotik, pendengar meminta pada disc jockey untuk memutarkan lagu yang dikehendaki. Pada perkembangan selanjutnya, akhirnya pengertian diskotik amat bergeser dari fungsi awalnya, yaitu memutarkan lagu yang dikehendaki para pendengarnya (Poerwoto, 2003).

17 17 Diskotik berganti arti menjadi tempat-tempat melantai tanpa pramuria, yang dilengkapi oleh lampu-lampu yang berpijar-pijar mengikuti irama lagu. Lagu-lagu yang diputar adalah lagu-lagu yang berirama keras, mempunyai ritme yang seragam, didominir oleh suara bass drum, yang kadang-kadang diselingi dengan lagu-lagu berirama lembut. Lagu-lagu tersebut diputar dari piringan hitam atau pita rekaman, dan pemutarannya tidak lagi tergantung pada pendengar, melainkan tergantung dari disc jockey. Tempat hiburan malam semakin menjamur di kota-kota besar khususnya Jakarta. Di berbagai sudut ibukota bisa ditemukan bermacam-macam tempat hiburan yang dibuka pada malam hari, mulai dari kafe-kafe sampai tempat diskotik. Banyaknya tempat hiburan malam yang bermunculan tak lepas dari tren yaitu suatu kecenderungan perilaku atau kegiatan yang diikuti oleh orang banyak pada suatu masa tertentu yang sedang berlaku di masyarakat modern di Jakarta yang menjadikan diskotik dan tempat hiburan malam lainnya sebagai tempat alternatif berkumpul. Bagi para pengunjungnya, tempat hiburan malam dapat menjadi ajang bersosialisasi dalam rangka memperluas pergaulan dan wawasan mereka (Hertika, 2003). Kehadiran diskotik pada saat ini berpotensi untuk menstimulasi gaya hidup remaja khususnya yang mengunjungi tempat-tempat tersebut. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa melalui interaksi sosial yang berlangsung pada akhirnya seseorang mampu untuk mengenal, menghayati nilai, dan norma kelompok/kelompok temannya sehingga dapat menetapkan peran yang dijalaninya atau sebaliknya dapat berdampak buruk pada kehidupan pribadi dan sehari-hari

18 18 remaja tersebut. Kehadirannya juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi tetapi juga dipengaruhi oleh modernisasi komunikasi di masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana keterdedahan remaja terhadap diskotik? 2. Bagaimana gaya hidup (opini, minat, dan kegiatan) remaja yang suka mengunjungi diskotik dilihat dari keterdedahan terhadap diskotik? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan ide-ide baru untuk bahan penelitian mengenai remaja yang mengunjungi tempat hiburan malam (diskotik). Adapun rumusan yang menjadi tujuan penelitian tersebut adalah : 1. Menggambarkan keterdedahan remaja terhadap diskotik. 2. Menganalisis gaya hidup (opini, minat, dan kegiatan) remaja yang suka mengunjungi diskotik dilihat dari keterdedahan terhadap diskotik? 1.4. Kegunaan Penelitian Secara akademis, penelitian ini mencoba untuk mengkaji perilaku remaja yaitu yang kaitannya dengan gaya hidup, khususnya yang mengunjungi diskotik, sehingga dapat dikaji lebih mendalam bagaimana pengaruh diskotik terhadap gaya

19 19 hidup remaja tersebut. Kemudian penelitian ini mencoba memberi masukan bagi penelitian sejenis yang akan dilaksanakan di kemudian hari. Diharapkan untuk IPB agar dapat menyediakan sarana hiburan atau memberikan izin dalam pengadaan acara sesuai minat mahasiswa sebagai seorang remaja yang dapat lebih terkontrol apabila nantinya terbukti bahwa dampak dari mengunjungi diskotik lebih banyak kerugiannya.

20 20 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Diskotik Tempat hiburan malam adalah tempat atau suatu kegiatan yang ditujukan untuk memberikan kesenangan bagi orang-orang agar dapat menghilangkan kejenuhan dari berbagai ativitasnya dan dari berbagai perasaan tidak enak atau susah yang sedang dirasakan orang-orang tersebut, yang ada pada malam hari (Hertika, 2003). Dahulu tempat hiburan malam bukan hanya berada dalam gedung seperti sekarang, dan hiburan malam seperti ini identik dengan hiburan di daerahdaerah kecil. Hiburan malam tersebut kental dengan adat tradisional seperti panggung wayang (di daerah Jawa), layar tancap, panggung tari-tarian daerah, dan lain-lain. Seiring perkembangan zaman terdapat beberapa jenis tempat hiburan malam yang berkesan lebih modern, khususnya yang ada di kota-kota besar yaitu, kafe, bar, diskotik/klab malam, dan pub. Namun pada penelitian ini peneliti membatasi tempat hiburan malam tersebut pada diskotik/klab malam. Diskotik adalah sebuah klab dimana seseorang dapat berjoged/berdansa mengikuti musik-musik rekaman dari plat-plat/compact disc musik disko atau musik-musik yang memiliki ketukan cepat, dimana di tempat ini juga disediakan minuman-minuman baik yang beralkohol atau pun tidak dengan harga yang dapat dikatakan mahal. Harga yang ditawarkan berkisar Rp ,00 sampai Rp ,00 untuk per gelas, sedangkan untuk per botol berkisar Rp ,00 sampai Rp ,00 dan ini untuk berbagai jenis/merk minuman yang ada.

21 21 Setiap harinya diskotik-diskotik memberikan tema yang berbeda untuk hari yang berbeda. Harga tiket masuk juga tidak sama. Dapat diambil contoh untuk hari Rabu yang bertema Lady`s Night dan Kamis bertema Campus Night. Sesuai dengan namanya pada malam Lady`s Night di salah satu diskotik di Jakarta khusus untuk pengunjung perempuan dibebaskan membayar atau gratis untuk masuk tempat tersebut sedangkan untuk pengunjung lak-laki tetap bayar dengan tarif yang sudah ditetapkan yaitu Rp ,00 sedangkan untuk Campus Night, malam yang khusus dibuat untuk para mahasiswa, tarif normal masuknya adalah Rp ,00 tetapi apabila pengunjung yang datang menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) maka mendapat potongan harga yaitu Rp ,00 dan gratis minuman-minuman khusus yang ditawarkan tempat tersebut, baik yang beralkohol atau tidak, dan harga ini berlaku untuk pengunjung perempuan maupun laki-laki. 2.2 Motivasi Mendatangi Hiburan Malam Motivasi adalah dorongan dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan. Menurut Handoko (1992), motivasi suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi dapat diukur dengan dua cara, yaitu: 1. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang 2. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang manjadi ungkapan dari motif tertentu.

22 22 Berdasarkan Teori Penyebab Personal (Personal Causation) menjelaskan bahwa setiap individu selalu termotivasi untuk menjadi agen penyebab dari perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pada teori ini ditekankan pada dua kategori, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri (internal) sehingga menimbulkan kepuasan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi akibat kekuatan-kekuatan dari luar (eksternal) untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Lichtenstein dan Rosenfeld dalam Handoko (1992) menyimpulkan bahwa keputusan menikmati suatu sarana hiburan merupakan proses yang dibagi dua, yaitu dapat mengajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap tempat hiburan. Sebuah tempat hiburan yang menawarkan sarana untuk bersenang-senang dapat memuaskan motivasi tertentu pada setiap khalayak salah satunya remaja secara berbeda-beda. Kedua adalah dengan adanya motivasi yang memuaskan khalayak dengan telah diperolehnya kepuasan, maka dapat digunakan untuk membuat suatu pilihan. Motivasi remaja dalam menikmati hiburan malam didasarkan pada motif akan kepuasan dan kebutuhan akan kontak sosial. Hal tersebut tercermin pada adanya keinginan remaja yang secara sengaja datang ke suatu tempat hiburan malam dengan selera masing-masing remaja, sehingga remaja mau mengeluarkan biaya untuk membayar biaya masuk ke tempat hiburan tersebut. Hal lain yang menjadi motif remaja untuk menikmati hiburan malam dikarenakan sarana yang disediakan memuaskan seperti full of sound/sound efect, musik-musik yang asyik sesuai selera para remaja saat ini. Kebutuhan akan kontak sosial tercermin dari adanya keinginan remaja untuk bertemu dengan rekan-rekannya atau untuk

23 23 mendapatkan identitas diri (motif harga diri). Menurut Teori Behaviorisme Law of Effects dalam Handoko (1992) perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi. Jadi, seseorang tidak akan menikmati atau menggunakan sarana tempat hiburan malam, bila hal tersebut dianggap tidak memberikan kepuasan pada kebutuhannya. Motivasi mendorong remaja untuk menikmati hiburan malam merupakan suatu pemuasan akan kebutuhannya (Rakhmat, 2000). 2.3 Gaya Hidup Blackwell, James dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) menyatakan bahwa gaya hidup didefenisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan variable lain. Blackwell, James dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) juga menyatakan bahwa gaya hidup terdiri dari kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion). Kegiatan adalah tindakan nyata seperti menonton media, berbelanja di toko atau menceritakan pada orang lain mengenai hal yang baru. Walaupun tindakan ini biasanya dapat diamati, alas an untuk tindakan tersebut jarang diukur secara langsung. Minat akan semacam objek, peristiwa atau topik adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Opini adalah jawaban lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus dimana semacam pertanyaan diajukan. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa datang dan

24 24 penimbangan konsekuensi memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif. Gaya hidup tersebut akan menentukan perilaku seseorang terhadap kehidupan. Gaya hidup menggambarkan orang seutuhnya, yang berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi dengan lingkungan yang terjalin terus menerus akan membentuk gaya manusia yang seutuhnya. Berge dan Arthur Asa (1998) mengatakan bahwa gaya hidup adalah istilah menyeluruh yang meliputi cita rasa seseorang di dalam fashion, mobil, hiburan dan hal-hal lain. Gaya hidup mempengaruhi gaya hidup seseorang. Gaya hidup remaja dapat diukur melalui kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bersama teman-temannya, minat-minat apa saja yang mereka miliki, dan bagaimana opini mereka tentang hal yang berlangsung. 2.4 Konsep Remaja Mengutip Muss (1968), Sarwono (2002) mendefinisikan remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak berarti hanya kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial psikologis. Remaja dalam artian psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat dimana masa remajanya sangat panjang dan ada yang hampir-hampir tidak ada sama sekali. Remaja digambarkan sebagai usia masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) sebagaimana dikutip oleh Apriyanti (2005), masa remaja dimulai sekitar umur 12 sampai 22 tahun, dengan klasifikasi : (12 15 tahun) masa remaja awal, masa remaja pertengahan (16 18 tahun), dan masa remaja terakhir (19 22 tahun). Kepribadian remaja masih sangat labil dan

25 25 rentan terhadap berbagai pengaruh luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya, terutama pada remaja dengan batasan usia tahun. Gejolak emosi, pikiran, dan keyakinan remaja sewaktu-waktu berubah secara drastis dengan tidak terduga sebelumnya. Budaya dan karakteristiknya ditandai dengan sifat-sifat seperti eklusif, solidaritas tinggi, dan serba tidak menentu. Berkelompok dengan penuh dinamika dan romantika serta ikut-ikutan adalah ciri kegiatannya. Pada diri remaja amat besar potensi peniruannya. Turner dan Helms (1995) sebagaimana dikutip oleh Ardiyanti, Erna, dan Mukhtar (2003) menyatakan masa remaja sebagai suatu masa dimana terjadi perubahan besar yang memberikan suatu tantangan pada individu remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, dan mampu mengatasi perubahan fisik dan seksual yang sedang dialaminya. Pertumbuhan remaja menuju ke arah kematangan tidak hanya kematangan fisik, tetapi kematangan sosial psikologis. Remaja dalam artian psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat. Perkembangan yang dialami remaja secara psikologis dapat dilihat dari pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa atau pencarian identitas diri. Dalam perkembangannya terdapat usaha penyesuaian diri menuju kedewasan. Hal ini dapat berupa kondisi dimana remaja aktif mengatasi masalah yang dihadapi hingga menjadi stress dan aktif mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Proses penyesuaian diri terhadap tahapan-tahapan, yang salah satunya yaitu tahap remaja akhir (late adolescence) yang merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapain ego dalam mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam mencari pengalaman-

26 26 pengalaman baru. Kondisi terlihat dari remaja yang sangat membutuhkan temanteman. Remaja senang jika memiliki banyak teman, apalagi teman yang menyukainya dan memiliki sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Proses pencarian identitas diri remaja cenderung untuk mempelajari atau ingin tahu mengenai hal/persoalan dalam kehidupan bermasyarakat dalam rangka mencari pengalaman. Terutama dalam mencari pengalaman, maka remaja biasanya melakukannya secara bersama dengan teman-temannya, khususnya dengan teman yang sebaya. Teman sebaya memiliki ikatan satu sama lain yang lebih kokoh dan rasa solidaritas yang kuat. Biasanya remaja selalu memiliki kelompok-kelompok dalam pertemanan. Terbentuknya kelompok teman sebaya (Peer Group) karena adanya motivasi dari anggotanya supaya dapat diterima sebagai diri sendiri, memperoleh pengakuan dan penghargaan dan dapat melakukan kegiatan bersama yang menyenangkan. Selain itu, adanya persamaan diantara mereka bersatu dalam satu kelompok yaitu persamaan masuk jurusan di kampus, persamaan minat, persamaan tingkah laku, dan juga agama. Individu secara berkelanjutan akan melewati tahap proses sosialisasi dan pembentukan persepsi, serta apresiasi. Remaja berusaha untuk melepaskan diri dari pengaruh orang tua dengan maksud untuk menemukan identitas dirinya sendiri selama di dalam masa remaja. Menurut Yusuf (2000), proses perkembangan mencari identitas diri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya : 1) Keluarga, yaitu yang berkaitan dengan interaksi sosio emosional antar anggota keluarga, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak

27 27 2) Tokoh idola, yaitu orang-orang yang dipersepsikan oleh remaja sebagi figur yang memiliki posisi di masyarakat. Pada umumnya, tokoh-tokoh yang menjadi idola dan pujaan remaja berasal dari kalangan selebritis seperti penyanyi, bintang film dan olahragawan. 3) Peluang pengembangan diri, yaitu kesempatan untuk melihat ke depan dan menguji dirinya dalam setting (adegan) kehidupan yang beragam. 2.5 Perilaku Remaja Perilaku merupakan segala sesuatu yang mencakup tiga komponen, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan (Hickerson & Middleton, 1975). Selanjutnya menurut Hamalik (2001), pengertian perilaku mencakup tiga aspek yang terdiri dari : 1. Aspek pengetahuan, yaitu informasi yang tersimpan dan tersrtuktur. 2. Aspek sikap, mengandung nilai-nilai, sikap perilaku dan perasaan sebagai dasar perilaku. 3. Aspek tindakan, merupakan serangkaian tindakan dengan tujuan untuk mengamati, mengungkapkan kembali, merencanakan dan melakukan, baik yang bersifat reproduktif maupun bersifat produktif. Menurut Goldsmith (1989), sebagaimana dikutip oleh Sarwono (1999), perilaku manusia sebagai makhluk sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dalam diri (organismic forces). Perilaku bukanlah karakteristik yang kekal sifatnya tetapi dapat berubah, diubah dan berkembang sebagai hasil interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungannya.

28 28 Perilaku manusia adalah untuk mencapai tujuan tertentu atau dipengaruhi oleh dorongan yang ada dalam diri individu itu sendiri atau dari luar individu. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah (behaviour) ini disebut motif. Berawal dari kata motif terebut, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Sehubungan dengan hal tersebut, tentunya perilaku seseorang tidak terlepas dari dari motif atau dorongan yang datang dari dalam dirinya atau dari luar individu untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakannya. Motivasi dari luar dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat bersosialisasi di luar keluarga (Ahmadi, 1991). Menurut Thibaut dan Kelley (1979), yang merupakan pakar dalam teori interaksi mendefenisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Chaplin (1983) mendefenisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak. Perilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, di satu pihak remaja memiliki keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulit adalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang sebelumnya belum pernah ada, juga harus

29 29 menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Maka untuk mencapai tujuan sosialisasi pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat pola penyesuaian baru. Masa remaja merupakan fase yang sangat potensial bagi tumbuh dan berkembangnya aspek fisik maupun psikis baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Mereka menganggap dirinya bukan anak-anak lagi tetapi orang-orang disekelilingnya masih menganggap mereka belum dewasa. Disebabkan dorongan yang kuat ingin menemukan dan menunjukkan jati dirinya itulah remaja seringkali ingin melepaskan diri dari orang tuanya dan mengarahkan perhatian kepada lingkungan di luar keluarganya dengan cara bergabung dengan sebayanya (Soekanto,1989). Menurut Rifai (1984) kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya baik di sekolah maupun di luar sekolah. oleh karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti tingkah laku teman sebayanya. Remaja akan sangat menderita apabila suatu saat tidak diterima atau bahkan diasingkan oleh kelompok teman sebayanya. Penderitaannya akan lebih mendalam daripada tidak diterima oleh keluarga sendiri. Kohesivitas kelompok sangat kuat dan toleransi antar anggota kelompok sangat tinggi. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila suatu saat salah seorang anggota kelompoknya terluka oleh anggota kelompok lain maka demi solidaritas dan kohesivitas mereka akan segera membelanya. Ali dan Asori (2004) mengungkapkan bahwa remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk

30 30 melakukan aktivitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota dalam kelompok geng biasanya sangat intens seperti memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dengan teman sebaya. Jadi dapat dimengerti bahwa perilaku, pembicaraan, minat, dan penampilan teman sebaya menjadi lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok teman sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksi-sanksidunia dewasa. Kelompok teman sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukannlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan teman seusianya. Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif. Remaja akan lebih terbuka pada teman-temannya daripada ke orang tua, karena mereka merasa lebih saling mengerti. Remaja lebih banyak dalam menghabiskan waktunya dengan teman sesama remaja daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain seperti di sekolah dari pagi sampai siang, kegiatan ekstra kulikuler, kegiatan les tambahan, nonton bioskop atau ke pusat perbelanjaan, bahkan ke tempat-tempat hiburan, serta acara rekreasi bersama. Interaksi yang intensif ini juga disertai fenomena yang disebut peer pressure atau tekana teman sebaya. Remaja merasakan betapa besar pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka sehari-hari, mulai cara berbicara, berpakaian, sampai tingakah laku. Mereka tidak hanya mengikuti apa yang diajarkan dan diarahkan oleh orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan dan mengikuti apa yang

31 31 dilakukan oleh teman-teman sebaya. Dengan intensitas hubungan seperti ini tidak mengherankan jika teman sebaya sebagai sumber informasi dianggap penting oleh remaja sendiri. Lebih lanjut, informasi yang beredar di kalangan remaja tidak hanya berupa hal-hal yang tidak krusial seperti masalah mode, bintang film atau grup musik pujaan, tempat-tempat hiburan yang baru, tetapi dapat berupa informasi penting seperti maslah seksualitas dan kesehatan reproduksi (Ali dan Asori, 2004). Berdasarkan berbagai teori dan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa perlaihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa dimana emosi, pikiran, dan keyakinan remaja masih bersifat labil dan rentan terhadap berbagai pengaruh dari luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya. Pada masa remaja tersebut terjadi proses identifikasi diri untuk memperoleh penerimaan social dari lingkungannya. Untuk dapat memperoleh penerimaan tersebut, maka remaja sangat mencurahkan perhatiannya pada penampilan dan daya tarik. 2.6 Kebutuhan-kebutuhan Khas Remaja Kebutuhan remaja secara umum, sama saja dengan kebutuhan yang dimiliki oleh kelompok orang dalam masa manapun dia berada. Remaja juga memiliki kebutuhan primer, yang dalam bentuk fisik misalnya : makan, minum, tidur, dan lain-lain; atau yang umum misalnya kebutuhan akan keaktifan, kebutuhan menyelidiki, dan mengetahui sesuatu. Remaja juga memiliki kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan akan dihargai, kebutuhan akan pujian, kebutuhan akan kedudukan, kebutuhan menghasilkan sesuatu, dan semacamnya. Demikian pula

32 32 sehubungan dengan pembagian kebutuhan atas tinjauan dari segi-segi lain; segi fisik; psikis; sosial dan religius. Kebutuhan ini bersangkutan dengan psikologis-sosiologis yang mendorong remaja untuk bertingkah laku yang juga khas. Akan tetapi, apa bentuk-bentuk kebutuhan kahas itu, dan diantaranya kebutuhan mana yang terkuata bagi remaja. Untuk hal ini belum ada kesepakatan para ahli. Sesuai dengan penekanannya masing-masing. Kalau dititikberatkan pada kebutuhan yang bersangkutan dengan hal pribadi, agaknya perangkat kebutuhan yang pernah dicatat, relevan untuk dijadikan pencerminan. Terdapat tujuh kebutuhan khas remaja menurut Garrison (1958) yang dikutip oleh Mappiare (1982) sebagai berikut : 1. Kebutuhan akan kasih sayang, terlihat sejak adanya masa yang lebih muda dan menunjukkan berbagai cara perwujudan selama masa remaja. 2. Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok merupakan hal yang sangat penting, sejak remaja melepaskan diri dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan hubungan-hubungan dengan teman lawan jenis. 3. Kebutuhan untuk berdiri sendiri yang dimulai sejak usia lebih muda (remaja awal), menjadi sangat penting selama masa remaja. Manakala remaja dituntut membuat berbagai pilihan dan mengambil keputusan 4. Kebutuhan untuk berprestasi menjadi sangat penting dan pasti seirama dengan pertumbuhannya secara individual mengarah pada kematangan atau kedewasaan. 5. Kebutuhan pengakuan dari orang lain sangat penting, sejak mereka bergantung dalam hubungan teman sebaya dan penerimaan teman sebaya

33 33 6. Kebutuhan untuk dihargai dirasakannya berdasarkan pandangan atau ukurannya sendiri yang menurutnya pantas bagi dirinya (sesuai dengan kenyataan), dan menjadi bertambah penting seirama dengan pertambahan kematangan 7. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh tertutama nampak dengan bertambahnya kematangan (kedewasaan). Kebutuhan-kebutuhan di atas tidak berlaku bagi seluruh remaja, karena kebutuhan khususnya terdiri dari berbagai tingkat intensitas. Intensitas masingmasing kebutuhan dibatasi oleh berbagai faktor, antara lain faktor individual, faktor sosial, kulturasi dan faktor religius (termasuk nilai-nilai). Bagi remaja Indonesia, agaknya terdiri dari dua kelompok kebutuhan pribadi, kalau ditinjau dari segi kepada siapa tuntutan pemenuhan kebutuhan tersebut. Kelompok kebutuhan tersebut adalah; pertama, kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari kelompok teman sebaya (peer group); kedua, kebutuhankebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja itu sendiri. Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari peer group sebagai berikut : 1. Kebutuhan untuk diterima oleh peer group 2. Kebutuhan menghindari penolakan peer group Kedua kebutuhan yang simultan ini dalam proses kerjanya, bekerja pula di dalamnya kebutuhan kasih sayang, kebutuhan keikutsertaan, kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan pengakuan, dan kebutuhan untuk dihargai. Sedangkan falsafah, nilai-nilai lebih merupakan sesuatu tugas

34 34 perkembangan remaja. Remaja haruslah memilki falsalah hidup, nilai-nilai yang dapat dijadikannya pedoman dalam gerak dan arah perbuatannya. Kelompok kebutuhan yang menuntut pemenuhannya dari orang tua remaja, lebih menonjol kepada kebutuhan-kebutuhan : 1. Pengakuan sebagai orang yang mampu menjadi dewasa 2. Perhatian 3. Kasih sayang Kedua kelompok kebutuhan tersebut, secara bersama-sama menuntut pemenuhannya dengan mewujudkan diri dalam berbagai perilaku remaja yang unik itu. Wujud-wujud tingkah laku sebagai pernyataan kebutuhan yang menonjol kiranya yaitu : 1. Banyak-banyak kebutuhan-kebutuhan yang dapat melahirkan wujudwujud perbuatan yang sama 2. Banyak wujud-wujud perbuatan yang dilahirkan oleh kebutuhankebutuhan yang sama 3. Kebutuhan-kebutuhan itu saling berkaitan satu sama lain 2.7 Pentingnya Pemenuhan Kebutuhan Pemenuhan kebutuhan pribadi sama pentingnya dengan pemenuhan kebutuhan biologis. Pernyataan ini dapat diterima dengan asumsi manusia merupakan satu kesatuan psikis yang tidak dapat dipisah-pisahkan, walaupun dapat dibedakan. Pemenuhan kebutuhan psikologis tidak menyebabkan kematian seperti kebutuhan biologis apabila tidak terpenuhi. Akan tetapi dapat menyebabkan hilangnya

35 35 keinginan untuk hidup, kemudian akan mempercepat kematian. Jika kebutuhankebutuhan psikologis dapat dipenuhi secara memadai, maka mendatangkan keseimbangan dan keutuhan integrasi pribadi; individu yang besangkutan akan merasa bahagia, harmonis, dan menjadi orang yang produktif. Apabila kondisi tersebut tercapai maka seseorang akan dapat bekerja dengan gembira dalam kepentingan masyarakat dan kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada kepuasan dalam hidup seseorang, dia dapat frustasi, serta terhalang dan terhambatnya pertumbuhan serta perkembangan sikap positif terhadap lingkungan masyarakat dan dirinya, sehingga menjadi orang yang tidak berarti dalam hidupnya. 2.8 Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil penelusuran pustaka dan memperhatikan situasi di lapangan penelitian, maka studi ini menyajikan mengenai gaya hidup remaja khususnya mahasiswa yang mengunjungi diskotik. Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa, diawali dengan masa puber, yaitu proses perubahan fisik yang ditandai dengan kematangan seksusal kognisi dan psikososial yang saling berkaitan satu dengan lainnya (Ardiyanti, Erna, dan Mukhtar, 2003). Gejolak emosi, pikiran, dan keyakinan remaja bisa sewaktu-waktu berubah secara drastis dengan tidak terduga sebelumnya. Budaya dan karakteristiknya ditandai dengan sifat-sifat seperti eksklusif, solidaritas tinggi, dan serba tidak menentu. Berkelompok dengan penuh dinamika dan romantika serta ikut-ikutan adalah ciri kegiatan remaja, dimana pada diri remaja amat besar potensi peniruannya.

36 36 Kepribadian remaja masih sangat labil dan rentan terhadap pengaruh luar (stimulus) yang akan membentuk sikap dan pola hidupnya. Salah satu pengaruh dari luar (stimulus) yang diduga mempengaruhi gaya hidup remaja adalah diskotik. Diskotik seharusnya berfungsi sebagai sarana hiburan yang dapat mempengaruhi khalayak pengunjungnya dalam hal ini remaja dalam menentukan gaya hidupnya. Diskotik dapat mempengaruhi remaja dalam memilih kegiatan yang akan dilakukan, minat, dan opini mereka mengenai topik-topik yang berlangsung di sekitarnya. Pengaruh diskotik terhadap gaya hidup remaja dipengaruhi oleh keterdedahannya terhadap diskotik itu sendiri. Keterdedahan remaja terhadap diskotik terdiri dari cara memperoleh informasi tentang diskotik, diskotik yang sering dikunjungi, jenis musik dan acara yang paling disukai di diskotik, dan frekuensi mengunjungi diskotik. Keterdedahan tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik personal. Karakteristik personal terdiri dari karakter teman dekat, kegiatan dalam menghabiskan waktu luang, pola asuh keluarga, status ekonomi, dan jenis kelamin. Dalam masa remaja, kehadiran teman dekat menjadi sangat berarti dan hal ini ditandai dengan solidaritas yang tinggi diantara teman. Hal ini menyebabkan teman dekat ikut mempengaruhi remaja dalam keterdedahannya terhadap diskotik misalnya dalam memilih tempat clubbing (diskotik) yang akan didatangi. Solidaritas yang dimaksud dapat berupa keinginan untuk memperkenalkan kepada teman diskotik dan berbagi kesenangan dengan gaya yang dianggap lebih modern. Remaja yang sebelumnya termasuk kategori tidak gaul akan terpengaruh

37 37 dengan temannya yang gaul yaitu yang lebih mengetahui tentang diskotik yang menarik untuk diditangi. Hal ini terjadi karena adanya rasa saling berbagi dan bertukar informasi mengenai diskotik-diskotik favorit remaja. Sehingga apabila jenis diskotik yang direkomendasikan temannya sesuai dengan keinginan temannya yang tidak gaul maka akses pergi ke diskotik, diasumsikan akan lebih sering (kualitatif) daripada diskotik-diskotik lainnya. Selain itu, keterdedahan remaja pada diskotik diasumsikan karena remaja dapat gratis masuk ke diskotik karena adanya undangan (invitation atau guest list). Hal ini biasanya diperoleh dari orang lain yang dikenal oleh remaja (gaul) yang sudah sering ke diskotik sehingga pengelola diskotik tersebut memberikan undangan (invitation atau guest list) untuk lebih dari satu orang. Oleh karena itu remaja yang gaul ini akan dengan mudah mengajak teman-temannya. Kegiatan dalam menghabiskan waktu luang juga mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik. Misalnya, seorang remaja yang lebih suka menghabiskan waktu luang dengan bersenang-senang dan pada malam harinya lebih memilih pergi ke diskotik karena ia beranggapan pergi ke diskotik merupakan kegiatan menghabiskan waktu luang yang modern (tidak keinggalan zaman). Diasumsikan bahwa hal ini mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik. Pola asuh keluarga dapat mempengaruhi keterdedahan remaja terhadap diskotik yaitu. Seorang remaja yang diasuh dengan pola asuh keluarga yang demokratis atau laissez-faire, diasumsikan dapat mempengaruhi keterdedahannya terhadap diskotik. Remaja tersebut akan dengan bebasnya menentukan kapan ia

38 38 harus pergi ke diskotik atau tidak dibandingkan remaja yang diasuh secara otoriter. Status ekonomi diketahui dari penghasilan orang tua dan uang saku. Seorang remaja yang berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah ke atas, dengan tanpa ragu akan pergi ke diskotik walaupun harus membayar mahal untuk dapat mengakses tempat tersebut dibandingkan dengan seorang remaja yang berasal dari golongan ekonomi bawah. Hal ini kemudian diasumsikan dapat menyebabkan remaja semakin tertarik untuk mengunjungi diskotik. Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi keterdedahan remaja dalam mengunjungi diskotik, diasumsikan remaja laki-laki akan lebih mudah dan sering mengunjungi diskotik diabndingkan remaja perempuan, karena remaja perempuan lebih sulit memperoleh izin keluar rumah apabila tidak tinggal di kosan, remaja perempuan tidak akan pergi ke diskotik apabila tidak beramai-ramai dengan teman perempuan juga atau tidak akan pergi ke diskotik apabila tidak ada teman laki-laki yang menemaninya. Hal ini terjadi karena remaja perempuan masih memiliki rasa takut/was-was terhadap keamanan dirinya sendiri. Kehadiran diskotik sudah semakin banyak pilihan. Kegiatan mengunjungi diskotik yang mempengaruhi gaya hidup remaja meliputi : kegiatan yang akan dilakukan, minat, dan opini mengenai suatu topik/objek. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Blackwell, James,dan Paul (1994) dalam Aprianti (2005) yang menyatakan bahwa gaya hidup terdiri dari kegiatan (activities), minat (interest), dan opini (opinion). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut.

39 39 Karakteristik personal : - Karakter teman dekat - Kegiatan dalam menghabiskan waktu luang - Pola asuh keluarga - Status ekonomi - Jenis kelamin Keterdedahan remaja terhadap diskotik: - Cara memperoleh informasi tentang diskotik - Diskotik yang sering dikunjungi (musik dan acara) - Frekuensi mengunjungi diskotik Gaya hidup remaja : - Opini (opinion) - Minat (interest) - Kegiatan (activities) Keterangan : = mempengaruhi Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran 2.9 Hipotesis Pengarah Penelitian ini menggunakan hipotesis pengarah yang bertujuan untuk membantu peneliti dalam mengarahkan dan memudahkan pencarian data. Hipotesis pengarah pada penelitian ini adalah hadirnya diskotik di kota-kota besar memberikan pengaruh tidak baik terhadap gaya hidup remaja (kegiatan, minat, dan opini) dilihat dari keterdedahan remaja terhadap diskotik.

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) 1 PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) HADIJAH NASUTION A14203038 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertumbuhan dan perkembangan industri di daerah perkotaan di Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di tengah kota

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan manusia laki-laki dan perempuan secara alamiah mereka mempunyai daya tarik antara satu dengan yang lainnya. dan pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling

I. PENDAHULUAN. diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara kodrati manusia adalah makhluk sosial, artinya makhluk yang selalu ingin hidup berdampingan, bergaul dengan sesamanya. Hal ini membuktikkan bahwa diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja merupakan waktu di mana seseorang berada di dalam umur belasan tahun. Pada masa remaja seseorang tidak bisa dikatan sudah dewasa maupun anak-anak. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan zaman globalisasi berlangsung sangat cepat mempengaruhi setiap aspek kehidupan seperti menjadi lebih terbuka menerima teknologi, industri, dan perubahan budaya

Lebih terperinci

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan kaum muda melakukan pekerjaan paruh waktu dan mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu tersebut

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah menyatu cukup lama, bahkan minuman keras seperti arak dan berem termasuk tuak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan teknologi yang sudah di kenal akrab oleh masyarakat luas. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dilahirkan, individu sudah memiliki naluri bawaan untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Gejala yang wajar apabila individu selalu mencari kawan baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT ANALISIS SIKAP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KUNJUNGAN KONSUMEN KAFE BACA DI BUKU KAFE, DEPOK JAWA BARAT OLEH : FANNY RAMA A. 14104547 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seksual yang tidak sehat khususnya dikalangan remaja cenderung meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau keinginan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat ini, mempercepat pula perkembangan informasi di era global ini. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dapat begitu mudahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minat untuk mengunjungi suatu tempat didasari dari rencana konsumen untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen untuk berkunjung ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Masa remaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkah laku menolong sering muncul dalam masyarakat, dimana perilaku ini diberikan guna meringankan penderitaan orang lain, misalnya menolong orang lain yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Gillin dalam (Sunarto, 2004:21) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja

BAB II TINJAUAN TEORI. ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan didalam penelitian ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja 2.1. Parasosial 2.2.1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN TINGKAT STRES MAHASISWA DENGAN HASIL INDEKS PRESTASI AKADEMIK

2016 HUBUNGAN TINGKAT STRES MAHASISWA DENGAN HASIL INDEKS PRESTASI AKADEMIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia yang hidup pasti akan mengalami suatu fenomena dalam keseharianya berupa tuntutan terhadap sesuatu hal yang harus dipenuhi. Bagi sebagian orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pengaruh zaman yang memang tak terelakkan telah begitu kuat melanda negara-negara Barat di mana keterbukaan dan kebebasan menjadi ciri sekaligus aspirasi masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, khususnya dalam perilaku membeli. Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S -1 Keperawatan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Hubungan Interpersonal 2.1.1 Pengertian Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masih banyak sekolah yang menerapkan betapa pentingnya kecerdasan IQ (Intelligence Question) sebagai standar dalam kegiatan belajar mengajar. Biasanya, kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang aktivitasnya sejak kecil hingga dewasa, mulai dari pagi hari hingga larut malam. Dalam hidupnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota dengan berbagai predikat, banyak julukan yang dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di dunia ini dimana manusia memiliki akal, pikiran, dan perasaan. Manusia bukanlah makhluk individual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci