FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014"

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh : RANDY SEPTIANSYAH NIM : PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014/1435 H

2 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Juni 2014 Randy Septiansyah i

3 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Juni 2014 Randy Septiansyah, NIM : FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014 (xiii + 85 halaman, 6 Tabel, 1 Gambar, 2 Bagan dan 15 lampiran) ABSTRAK Penggunaan komputer secara berlebihan akan meningkatkan risiko gangguan kesehatan kerja. Salah satunya adalah gangguan kesehatan mata. Gangguan kesehatan pada mata terjadi akibat mata mengalami kelelahan. Kelelahan mata muncul karena otot otot mata dipaksa bekerja keras terutama dalam melihat objek dekat dalam jangka waktu lama seperti pekerja pengguna komputer. Selain itu juga gelombang elektromagnetik yang dihasilkan layar komputer menyebabkan radiasi dan bisa menggangu kesehatan mata yang menimbulkan kelelahan mata. Untuk itu, perlu diketahui faktor faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata seperti faktor usia, istirahat mata, kelainan refraksi, jarak monitor, durasi penggunaan komputer maupun tingkat pencahayaan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan cara Total Sampling yaitu 50 pekerja pengguna komputer. Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh pekerja untuk mengetahui keluhan kelelahan mata, usia, istirahat mata dan durasi penggunaan komputer. Kelelahan mata dan kelainan refraksi ditentukan dengan pemeriksaan langsung oleh tenaga medis dan tenaga ahli refraksionis. Sedangkan tingkat pencahayaan dan jarak monitor diukur dengan menggunakan lux meter dan penggaris. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja pengguna komputer mengalami kelelahan mata. Selain itu terdapat hubungan antara kelainan refraksi (Pvalue 0,015), durasi penggunaan komputer (Pvalue 0,007), jarak monitor dengan (Pvalue 0,039) dan tingkat pencahayaan (Pvalue 0,043). Variabel durasi penggunaan komputer memiliki OR terbesar diantara variabel lain yaitu 17,000 sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan komputer memiliki risiko 17 kali terhadap kelelahan mata. Faktor lain Untuk mengurangi kelelahan mata pada pekerja, saran yang diajukan untuk perusahaan adalah meningkatkan kualitas pencahayaan sesuai standar yang dianjurkan, menata kembali ruangan, melakukan perawatan lampu, memasang filter pada monitor, memasukkan program untuk mengingatkan istirahat mata pada komputer dan mengadakan pemeriksaan mata secara berkala bagi pekerja. Sumber Bacaan: 62 ( ) ii

4 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY PUBLIC HEALTH MAJORING OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduated Thesis, June 2014 Randy Septiansyah, NIM : FACTORS ASSOCIATED WITH EYESTRAIN IN COMPUTER USERS WORKER AT PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA JAKARTA SELATAN OF YEAR 2014 (xiii + 85 Pages, 6 Tables, 1 Pictures, 2 Graphics, 15 Attachments) ABSTRACT The over use of a computer will increase risk of disturbance occupational health. One of them is disturbance eye health. The problem in eye health caused by fatigue. Eyestrain arises because eye muscles are forced to work hard especially in seeing close objects for long periods, ex: computer users. It s also because the electromagnetic wave which is generated by the monitor can cause the radiation and can interfere the health of our eyes which is impact to the eyestrain. Therefore, it needs to know the factors which are related with eye complaints such as age factor, rest the eyes, refractive disorder, distance of monitor, duration of the computer and use lighting levels. This research is quantities with the cross sectional method. The sample in this study was determined by total sampling of 50 computer users. Reasearch data obtained by using a questionnaire to determine eyestrain complain, age, rest the eyes, and duration of the computer use. Eyestrain and refractive disorder determined by direct examination by a doctor and refractions optician. Meanwhile, lighting level and the distance of monitor measured directly by using luxmeter and a ruler. The result of the chi square statistic test shows that the majority of computer users eyestrain symptom. In addition there is a correlation between refractive disorder (Pvalue 0.015), duration of the computer (Pvalue 0.007), distance of the monitor (Pvalue 0.039) and lighting levels (Pvalue 0.043). Variable duration of the computer had the largest OR than the other variables with OR value is 17,000. It can be seen that the use of the computer has 17 times the risk of eyestrain. To reduce eyestrain symptom, the proposed suggestions for the company is increasing the lighting quality standard for the computer user, does the lamp treatment, installing filter monitor, installing programs to remind the eye rest on the computer and does the eyes check periodically. References: 62 ( ) iii

5 PERNYATAAN PERSETUJUAN Judul Skripsi FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. DUTA ASTAKONA GIRINDA TAHUN 2014 Telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Disusun Oleh: RANDY SEPTIANSYAH NIM Jakarta, Juli 2014 Pembimbing I Pembimbing II Yuli Amran, SKM., MKM NIP Iting Shofwati, ST., M.KKK NIP iv

6 PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, Juli 2014 Ketua Riastuti KusumaWardhani, MKM Anggota I Meilani Anwar, M.Kes Anggota II dr. Yuli Prapanca Satar, MARS v

7 RIWAYAT HIDUP Nama : Randy Septiansyah Jenis Kelamin : Laki - Laki Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 28 September 1992 Alamat : Jln. Putri Kembang Dadar Agama : Islam Tinggi Badan : 167 cm Berat Badan : 55 Kg Kewarganegaraan : Indonesia No HP : randyseptiansyah@yahoo.com RIWAYAT PENDIDIKAN : TK Kencana Palembang : Sekolah Dasar Negeri 3 Palembang : Sekolah Menengah Pertama Negeri 17 Palembang : Madrasah Aliyah Negeri 3 MODEL Palembang sekarang : Program S1- Peminatan Keselamatan Kesehtan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta RIWAYAT ORGANISASI : Ketua Pramuka SMP Negeri 17 Palembang : OSIS Madrasah Aliyah Negeri 3 MODEL Palembang 2012 : Ketua Training ESQ Basic di Universitas Islam Negeri (UIN) 2012 : Ketua Milad FKIK UIN Jakarta ke Sekarang : Manajer IT Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2013-Sekarang : Sekretaris Menteri Kesehatan DEMA UIN Syarif Hidayatullahhgk vi

8 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai dengan rencana. Skripsi ini disusun dalam rangka tugas akhir dengan judul Faktor- faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun Saya mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini yaitu: a. Orang tua kami yang telah memberikan doa dan dukungan secara penuh. b. Ibu Yuli Amran, M.KM dan Ibu Iting Shofwati, M.KKK yang telah membimbing dalam menyusun skripsi ini. c. Teman teman Prodi Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Angkatan 2010 yang telah memberikan dukungan moral dan semangat untuk terus maju pantang menyerah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk hal tersebut kami mengharapkan saran guna memperbaiki skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna. Harapan kami semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Ciputat, Juni 2014 Randy Septiansyah vii

9 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii PERNYATAAN PERSETUJUAN... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK... xii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Bagi Perusahaan Bagi Peneliti Ruang Lingkup... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Organ Mata Anatomi Mata Fisiologi Mata Akibat Pengguanan Komputer Kelelahan Mata Gejala Kelelahan Mata Faktor Faktor Penyebab Kelelahan Mata Faktor Karakteristik Individu viii

10 2.2.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan Faktor Karakteristik Lingkungan Kerja Pengendalian Kelelahan Mata Akibat Penggunaan Komputer Kerangka Teori BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL Kerangka Konsep Definisi Operasional Hipotesis BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data BAB V HASIL Profil Perusahaan Visi & Misi Perusahaan Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja Analisis Univariat Gambaran Kelelahan Mata Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Analisis Bivariat Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata pada Pekerja ix

11 Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda BAB V PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian Kelelahan Mata Hubungan antara Usia dengan Kelelahan Mata Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Kelelahan Mata Hubungan antara Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata Hubungan antara Jarak Monitor dengan Kelelahan Mata Hubungan antara Durasi Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Kelelahan Mata BAB VII PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL 2.1 Korelasi antara usia dan daya akomodasi Intensitas Cahaya di Ruang Kerja Jenis Pekerjaan berdasarkan Standar Pengukuran Pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda Gambaran Kelelahan Mata Pada Pekerja Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun Analisis hubungan Variabel Independen dengan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun xi

13 DAFTAR BAGAN 2.1 Kerangka Teori Kerangka Konsep xii

14 DAFTAR GRAFIK 5.1 Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun xiii

15 DAFTAR GAMBAR 2.1 Aturan untuk istirahat mata xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bekerja merupakan suatu aktivitas yang bersifat produktif dan dilakukan oleh seseorang yang sehat, normal dan ada peluang untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang sering mengalami masalah antara lain tidak hadir karena berbagai sebab misalnya sakit, kecelakaan akibat kerja, konflik antara sesama pekerja. Masalah tersebut dapat menghambat terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Perkembangan teknologi informasi semakin mendukung berbagai bidang pekerjaan, yang menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Menurut biro penelitian Forrester Research, jumlah pengguna komputer di dunia pada tahun 2008 mencapai angka 1 miliar dan diprediksi akan meningkat hingga 2 miliar pada tahun Penggunaan komputer membuat pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Meskipun sudah banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pemakaian komputer, namun belum banyak yang menyadari bahwa pemakaian komputer juga dapat menimbulkan masalah tersendiri. Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1991). 1

17 Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel sel otot yaitu otot eksternal yang mengatur gerakan bola mata, ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan otot iris yang mengatur sinar masuk ke dalam mata. Semua aktifitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot otot tersebut untuk bekerja keras bisa membuat mata lelah. Gejala mata terasa pegal biasanya akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan menjadi tidak nyaman atau sakit. Sedangkan menurut Suma mur (1996) kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi fungsi mata seperti terhadap otot otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidaktepatan kontras. Gejala kelelahan mata dibagi menjadi 3 yaitu gejala visual seperti penglihatan rangkap, gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual dan sakit kepala (Pakasi 1999). Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik seperti sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya diwaktu malam, mata merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan dan berbagai masalah lainnya, dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya produktivitas, meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan keluhan penglihatan (Taylor & Francis, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh The American Optometric Association, bahwa penggunaan komputer menyebabkan gangguan terhadap penglihatan yang dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram, dan sensitif 2

18 terhadap cahaya (Affandi, 2006). Sedangkan menurut Pheasant (1991) gejala gejala seseorang mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah, mata berair, sakit kepala, dan pusing disertai mual. Faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata menurut Occupational Health and Safety Unit Universitas Queensland adalah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, istirahat mata), faktor karakteristik pekerjaan (durasi penggunaan komputer), dan faktor perangkat kerja (jarak monitor). Kelelahan mata menurut Treivino Pakasi (1999) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi faktor okular dan sistemik. Sedangkan untuk faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pencahayaan dan distribusi penyebaran cahaya di area kerja. Gejala visual menurut (OSHA, 1997). Usia pekerja menurut Guyton (1994) juga mempengaruhi kelelahan mata, North (1993) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja visual antara lain kemampuan individual itu sendiri, jarak penglihatan ke objek, pencahayaan, durasi, ukuran objek, kesilauan dan kekontrasan. Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia menyatakan bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata semakin memburuk selama kita meneruskan pekerjaan dengan jam kerja panjang dan bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasi bahwa % dari pekerja kantor menderita problema tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana 2008). Penelitian yang 3

19 dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga didapatkan bahwa proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator komputer sebesar 91,6%. Di Indonesia kelelahan mata merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan karena adanya interaksi mata secara terus menerus dengan penggunaan komputer. Hasil penelitian yang dilakukan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2009 didapatkan angka prevalensi kelelahan mata pada pekerja komputer sebesar 90,2 % (Nourmayanti, 2009). Penggunaan komputer yang dilakukan lebih dari 2 jam per hari akan membuat mata lelah dan kering karena mata terus digunakaan untuk melihat layar monitor (Broumand, 2008). Selain itu, gelombang elektromagnetik yang dihasilkan monitor komputer menyebabkan radiasi dan bisa mengganggu kesehatan mata. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, pancaran radiasi gelombang elektromagnetik yang ditimbulkan oleh monitor komputer dapat menyebabkan kerusakan pada retina. Pancaran radioaktif ini akan terus aktif hingga meluruh habis selama 20 tahun. Kerusakan pada mata tidak bersifat langsung, tetapi bersifat gradual (Subitha, 2013). Untuk mencegah hal tersebut kita perlu memperhatikan visual ergonomic dalam menggunakan komputer seperti jarak mata dengan layar monitor, pencahayaan ruangan serta posisi monitor terhadap mata agar pekerja mendapatkan kenyamanan pandangan (visual comfort) saat melakukan pekerjaanya. PT. Duta Astakona Girinda adalah sebuah perusahaan jasa konsultasi mengenai pengembangan sistem dan integrasi, strategi dan implementasi dengan akses terkemuka. Dalam pekerjaan tersebut, pekerja sangat bergantung pada komputer dalam pemakaian 4

20 waktu yang cukup lama dan terus menerus sehingga dapat menimbulkan konsekuensi negatif pada kesehatan tubuh terutama kesehatan mata. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di PT. Duta Astakona Girinda, penulis melakukan pengukuran pencahayaan pada 10 meja pekerja di kantor PT. Duta Astakona Girinda dengan hasil yaitu 7 dari 10 titik yang dilakukan pengukuran atau 70% nya belum memenuhi standar pencahayaan di perkantoran. Nilai standar minimal berdasarkan KEPMENKES RI. No.1405/MENKES/SK/XI/02 untuk intensitas pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100 lux. Selain itu, berdasarkan hasil interview dengan pekerja PT. Duta Astakona Girinda, mereka merasakan keluhan kelelahan mata seperti mata merah dan terasa perih dan juga cahaya ruangan yang dirasa kurang terang karena ada beberapa lampu ruangan yang mati. Hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu kegiatan penelitian terhadap kesehatan pekerja yang berhubungan dengan terjadinya gangguan penglihatan kesehatan mata, terutama kelelahan mata pada pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda Rumusan Masalah Penggunaan komputer merupakan kebutuhan sebagian banyak orang terutama pada pekerja di perkantoran. Penggunaan komputer secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kesehatan kerja seperti gangguan kesehatan mata. Salah satu gangguan kesehatan mata yang paling sering terjadi adalah kelelahan mata. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2014, diketahui bahwa 5

21 pada 10 pekerja yang menggunakan komputer di PT. Duta Astakona Girinda didapatkan 7 pekerja (70%) menyatakan mengalami keluhan kelelahan mata. Pemeriksaan ini dilakukan pada jam istirahat WIB pada jam kerja. Selain itu, berdasarkan hasil interview dengan pekerja PT. Duta Astakona Girinda, mereka merasakan keluhan kelelahan mata seperti mata merah dan terasa perih dan juga cahaya ruangan yang dirasa kurang terang karena ada beberapa lampu ruangan yang mati. Penulis juga melakukan pengukuran pencahayaan pada 10 meja pekerja di kantor PT. Duta Astakona Girinda dengan hasil yaitu 7 dari 10 titik yang dilakukan pengukuran atau 70% nya belum memenuhi standar pencahayaan di perkantoran. Nilai standar minimal berdasarkan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 untuk intensitas pencahayaan di lingkungan kerja perkantoran adalah 100 lux. Berdasarkan teori dan data data di atas, terdapat resiko gangguan kelelahan mata akibat penggunaan komputer. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 6

22 3. Bagaimana gambaran jarak monitor dengan pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 4. Bagaimana gambaran durasi penggunaan komputer pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 5. Bagaimana gambaran tingkat pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 6. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata) berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 7. Apakah jarak monitor berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 8. Apakah durasi penggunaan komputer berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 9. Apakah tingkat pencahayaan berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Diketahuinya faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda Tahun Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun

23 2. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun Diketahuinya gambaran jarak monitor dengan pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun Diketahuinya gambaran durasi penggunaan komputer pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun 2014? 5. Diketahuinya gambaran tingkat pencahayaan di PT. Duta Astakona Girinda tahun Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi dan istirahat mata) dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun Diketahuinya hubungan jarak monitor dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun Diketahuinya hubungan durasi penggunaan komputer dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun Diketahuinya hubungan tingkat pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda tahun Manfaat Penelitian Bagi Perusahaan Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja 8

24 sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar pekerja merasa aman dan nyaman dalam bekerja Bagi Peneliti Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi tentang hal hal yang berhubungan dengan kelelahan mata khususnya untuk mahasiswa peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di PT. Duta Astakona Girinda Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian cross sectional (potong lintang). Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni Penelitian ini menetapkan karyawan di PT. Duta Astakona Girinda yang berjumlah 50 orang sebagai populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ditentukan dengan cara total sampling, sehingga keseluruhan populasi diambil sebagai sampel yaitu sebanyak 50 orang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengisian kuesioner, pemeriksaan refraksi mata, diagnosa oleh dokter, pengukuran jarak monitor dan pengukuran tingkat pencahayaan. 9

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Organ Mata Anatomi Mata Bagian-bagian yang terdapat pada mata manusia diantaranya: a. Kelopak mata Kelopak mata merupakan bagian pelindung bola mata karena berfungsi sebagai proteksi mekanis pada bola mata anterior yang menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea sehingga dapat mencegah mata menjadi kering (Cameron, et al, 2006). b. Retina Pada retina terdapat sel batang dan sel kerucut. Sel batang sangat peka terhadap cahaya tetapi tidak dapat membedakan warna dan berfungsi untuk melihat pada siang hari. Sedangkan sel kerucut kurang peka terhadap cahaya dan dapat membedakan warna serta berfungsi untuk melihat pada malam hari, Selain itu, terdapat dua buah bintik yaitu bintik kuning (fovea) dan bintik buta (blind spot). Pada fovea terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada blind spot tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fovea. Bintik kuning (fovea) berperan dalam penglihatan untuk melihat objek yang lebih kecil seperti kegiatan membaca huruf kecil (Cameron, et al, 2006) 10

26 c. Lensa Lensa berbentuk bikonveks dan transparan serta terletak dibelakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus zonula. Lensa memiliki pembungkus lentur yang ditopang di bawah tegangan oleh serat-serat penunjang. Lensa mata berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk sehingga cahaya yang jatuh tepat difokuskan pada binting kuning retina. Saat seseorang melihat objek yang jauh, otot mata yang berfungsi memfokuskan bayangan berelaksasi, tegangan ini menjaga agar lensa tetap tipis dan berada pada dayanya yang paling rendah, dan mata berfokus pada objek jauh. Sedangkat saat seseorang melihat objek yang dekat, lensa mata akan menebal (Cameron, et al, 2006). d. Kornea Kornea memiliki ketebalan ± 0,5 mm. Kornea memfokuskan bayangan dengan membiaskan atau membelokkan berkas cahaya. Besarnya pembiasan (refraksi) bergantung pada kelengkungan permukaannya dan kecepatan cahaya pada lensa dibandingkan pada benda sekitar (indeks bias relatif). Indeks bias hampir konstan untuk semua kornea, tetapi kelengkungan cukup bervariasi pada setiap orang dan berperan besar dalam gangguan penglihatan. Apabila kornea terlalu melengkung, mata akan berpenglihatan dekat. Sedang jika kelengkungan pada kornea kurang maka mata akan berpenglihatan jauh. Untuk kelengkungan yang tidak merata akan menyebabkan astigmatisme (Cameron, et al, 2006). 11

27 e. Iris Iris membentuk pupil di bagian tengahnya, suatu celah yang dapat berubah ukurannya dengan kerja otot sfingter dan dilator untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris memiliki lapisan batas anterior yang tersusun dari fibroblast dan kolagen serta stroma selular dimana otot sfingter terletak di dalamnya yang dipersarafi oleh sistem saraf parasimpatis (James, et al, 2006). f. Pupil Bulatan hitam yang ada di tengah-tengah adalah pupil. Pupil dapat mengecil sehubungan dengan fungsinya sebagai pengatur kebutuhan cahaya yang diperlukan mata untuk membantu proses penglihatan secara optimal. Dalam pengamatan iridiologi, pupil yang tertekan ke bawah merupakan indikasi adanya ketegangan syaraf yang berat. Selain itu, pupil yang membesar dan melebar merupakan indikasi kelelahan saraf atau deplesi (Cameron, et al, 2006). g. Alat-alat penggerak bola mata Gerakan bola mata bersifat ritmis dan harmonis. Terdapat enam macam otot penggerak bola mata, yaitu: 1. Musculus rektus internus (medius), menggerakkan bola mata ke arah medial. 2. Musculus rektus externus (lateralis), menggerakkan bola mata ke arah lateral/temporal. Pada saat berkontraksi menyebabkan mata menjadi axis (abduksi) 3. Musculus rektus superior, berfungsi menarik bola mata ke atas. 4. Musculus rektus inferior, berfungsi menarik bola mata ke bawah. 12

28 5. Musculus oblique superior, berfungsi menarik bola mata ke arah nasal bawah dan menyebabkan mata berputar ke arah dalam (endorotasi). 6. Musculus oblique inferior, berfungsi menarik bola maat ke arah nasal atas dan menyebabkan mata berputar keluar (eksirotasi) (Ganong, 2001) Fisiologi Mata Mata terletak dalam bantalan lemak yang dapat meredam goncangan. Diameter bola mata manusia ± 2,5 cm. Mata dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan rentang intensitas yang sangat lebar sekitar 10 milyar cahaya. Mata juga memiliki sistem pengendali tekanan otomatis yang mempertahankan tekanan internalnya untuk mempertahankan bentuk bola mata yaitu sekitar 1,6 kpa (12 mmhg) Akibat Penggunaan Komputer Penggunaan komputer bisa menimbulkan efek yang negatif terhadap kesehatan khususnya bagi para pekerja yang menggunakan komputer secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Efek negatif tersebut seperti Sindrom Mata kering, Kelelahan Mata maupun CVS (Compute Vision Syndrom). No Gangguan Definisi Alat Ukur 1. Dry Eye Kondisi di mana air mata Syndrom tidak cukup untuk /Sindrom melumasi dan Mata menyehatkan mata, yang Kering ditandai dengan gejala (Pearce et spesifik yaitu gatal, Kuesioner keluhan gejala Sindrom Mata Kering dan penilaian Visual analogue scale (VAS) untuk melihat tingkat keparahan. Keluhan tersebut antara lain: 1. mata terbakar, 2. gatal, 13

29 al, 2005) penglihatan kabur (membaik jika berkedip), berpasir, dan atau sensitive terhadap cahaya 2. Kelelahan Suatu kondisi subjektif Mata yang disebabkan oleh (Pheasant, penggunaan otot mata 1990) secara berlebihan. 3. CVS Sindroma penglihatan pada (Compute pemakaian komputer. Vision Syndrom) (Affandi, 2005) 3. penglihatan kabur, 4. mata berat/lelah, 5. mata berair, 6. mata merah, 7. mata berpasir, 8. mata perih, dan 9. sensitive terhadap cahaya. Kuesioner dengan keluhan berupa: 1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata. 2. Pandangan kabur. 3. Pandangan ganda. 4. Sulit dalam memfokuskan penglihatan. 5. Mata perih. 6. Mata merah. 7. Mata berair. 8. Sakit kepala, dan 9. Pusing disertai mual Kuesioner dengan keluhan berupa: 1. Mata lelah / tegang (asthenopia) 2. Sakit kepala 3. Penglihatan kabur 4. Mata kering 5. Sakit pada leher dan punggung 6. Peka terhadap cahaya 7. Penglihatan ganda 14

30 Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer, oleh The American Optometric Association dinamakan Compute Vision Syndrom (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram dan sensitif terhadap cahaya (Fauzi, 2006). Sindrom mata kering (Dry Eye Syndrom) dan kelelahan mata merupakan 2 gejala CVS (Compute Vision Syndrom) dari 7 gejala yang disebutkan oleh Affandi (2005). Kelelahan mata juga dikenal dengan asthenopia dimana terjadi ketegangan pada organ visual. Menurut Pheasant (1990) gejala gejala seseorang mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur, pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih mata merah, mata berair, sakit kepala dan pusing disertai mual Kelelahan Mata Menurut Suma mur (2009), kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras. Menurut Padmanaba (2006), kelelahan mata dapat dipengaruhi dari kuantitas iluminasi, kualitas ilumiasi dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat pencahayaan yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang ada. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan 15

31 kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan kontras. Kelelahan mata timbul karena ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman. (Phesant, 1991) Gejala Kelelahan Mata Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebakan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata oleh karena lama paparan yang terlalu lama akan menyebabkan daya akomodasi menurun. Menurut Pheasant (1991) gejala gejala seseorang mengalami kelelahan mata yaitu : 1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata. 2. Pandangan kabur. 3. Pandangan ganda. 4. Sulit dalam memfokuskan penglihatan 5. Mata perih. 6. Mata merah. 7. Mata berair. 8. Sakit kepala, dan 9. Pusing disertai mual. Sedangkan menurut Asyari (2002) terdapat dua gejala kelelahan mata yaitu gejala okular seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah dan berair dan gejala visual yang terjadi karena mata mengalami gangguan untuk 16

32 memfokuskan bayangan pada retina. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang dan vertigo (Tjidarbumi, 2002). 2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata Faktor Karakteristik Individu 1. Usia Menurut Guyton (1991) menyebutkan bahwa daya akomodasi menurun pada usia tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Haeny (2009) menyebutkan bahwa semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda seseorang maka kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit. Selain itu, menurut Ilyas (2008) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi. Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun. Jarak terdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan titik dekat atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada titik jauh atau punktum remotum dan pada 17

33 saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi. Berikut Tabel 2.1 Korelasi antara usia dan daya akomodasi. Tabel 2.1 Korelasi antara usia dan daya akomodasi Usia (tahun) Titik Dekat (cm) Sumber: (Ilyas, 2008) Hasil penelitian yang dilakukan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2009 didapatkan bahwa persentase hubungan antara usia pekerja 45 tahun dengan keluhan kelelahan mata lebih besar daripada usia pekerja < 45 tahun yaitu 94,1% (Nourmayanti, 2009). 2. Kelainan Refraksi Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus (Ilyas, 2004). Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Ametropia adalah suatu 18

34 keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat. Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Menurut Ilyas (2008) terdapat empat tipe umum ametropia yaitu: 1) Miopia (rabun dekat) Terjadi bila kekuatan optik mata terlalu tinggi (biasanya karena bola mata yang panjang) dan sinar cahaya pararel difokuskan di depan retina. 2) Hipermetropia atau Hyperopia (rabun jauh) Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) dan sinar cahaya pararel mengalamai konvergensi pada titik di belakang retina. 3) Astigmatisme Kekuatan optik kornea di bidang yang berbeda tidak sama. Sinar cahaya pararel yang melewati bidang yang berbeda ini jatuh ke titik fokus yang berbeda. 4) Presbiopia (penglihatan tua) Terjadi akibat hilang akomodasi. Akibat gangguan akomodasi ini maka seseorang yang berusia lebih dari 40 tahun atau lebih, akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa perih. Kelainan refraksi dilakukan dengan memeriksa tajam penglihatan mata satu per satu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan kartu snallen. Kartu snallen adalah kartu yang terdiri dari deretan huruf atau angka dengan ukuran berjenjang sesuai 19

35 ukuran snallen dan dipakai untuk menguji tajam penglihatan. Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan kartu snallen pada jarak 6 meter di depan pasien. Pasien dengan kondisi mata normal akan mampu membaca dengan jelas baris ke-7 dari urutan baris huruf kartu snallen pada jarak 6 meter, baris ke-6 pada jarak 9 meter, dan akhirnya baris pertama pada jarak 60 meter. Pada jarak-jarak tersebut seluruh huruf membentuk sudut penglihatan sebesar 5 menit dan kaki-kaki huruf membentuk sudut penglihatan sebesar 1 menit. Mata normal diharapkan mempunyai tajam penglihatan 6/6, yaitu baris snallen yang ke- 7 dapat dilihat dengan jelas pada jarak 6 meter. 3. Istirahat Mata Menurut Anshel (1996) dalam Nourmayanti (2009) ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer, diantaranya: 1) Micro break yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10 menit bekerja, dengan cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan mengedipkan mata secara relaks. 2) Mini break yaitu mengistirahatkan mata setiap setengah jam selama lima menit dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan juga melihat jauh dengan objek yang berbeda beda. 3) Maxi break yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan seperti jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang. Menurut Joseffina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah selama 10 menit/jam (dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu). 20

36 Perubahan fokus pada mata adalah cara lain untuk memberikan otot mata kesempatan istirahat. Pekerja hanya membutuhkan memandang ruangan atau ke arah luar jendela beberapa saat dan melihat objek yang jaraknya kurang lebih 2 kaki (OSHA, 1997). Bila pekerja terlalu lama melihat dalam jarak dekat maka pekerja perlu mengalihkan pandangan ke arah yang jauh. Relaksasi atau istirahat mata selama beberapa saat setiap 30 menit dapat menurunkan ketegangan dan menjaga mata tetap basah (Zendi, 2009). Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam (Murtopo dan Sarimurni, 2005) perlu dilakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer. Selain itu, pekerja yang melakukan istirahat 5 menit selama 4 kali sepanjang waktu bekerja dapat mengurangi kelelahan mata Faktor Karakteristik Pekerjaan 1. Durasi Penggunaan Komputer Melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia (Afandi, 2002). Kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satu gangguan kesehatan yang terjadi adalah Computer Vision Syndrome (CVS). Parwati (2004) menyatakan gejala CVS timbul setelah 2 jam penggunaan komputer terus-menerus dan penelitian Broumand et al (2008) juga menunjukkan perburukan gejala kelelahan mata pada pengguna komputer lebih dari 2 jam per hari. Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang 21

37 masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa sehingga menyebabkan mata menjadi kering dan terasa panas (Wasisto, 2005). Durasi kerja bagi seseorang menentukan tingkat efisiensi dan produktivitas kerja. Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam. Memperpanjang jam kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan (Aryanti, 2006). Berdasarkan survei yang dilakukan di Amerika tahun 2004 bahwa lebih dari 143 juta orang Amerika menghabiskan waktu di depan komputer setiap hari dan rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari atau 69% dari total jam kerja mereka (Wasisto, 2005). 2. Bentuk dan Ukuran Objek Kerja Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat (Suma mur, 2009). 3. Jarak Monitor Menurut Jaschinski (1991), melihat ke layar dengan jarak 20 inci dirasakan terlalu dekat. Jarak yang sesuai adalah 40 inci. Sedangkan menurut Grandjean (1991), menyebutkan bahwa jarak rata-rata ideal melihat ke layar adalah 30 inci. Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah inch 22

38 atau sekitar cm. Monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan. Jarak ergonomis antara layar monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan 60 cm (Hanun, 2008). 4. Beban Kerja Beban kerja berat akan berpengaruh pada kelelahan mata seseorang karena jika beban kerja berat maka dibutuhkan penglihatan yang maksimal saat bekerja dalam jangka waktu yang lama (Mangunkusumo, 2002). The University of North Carolina di Asheville mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut: 1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus menerus. 2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja 2 4 jam sehari secara terus menerus. 3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus menerus Faktor Lingkungan Kerja 1. Tingkat Pencahayaan a. Pencahayaan Suma mur (1996) menyatakan bahwa pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-obyek yang dikerjakannya secara jelas, 23

39 cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang buruk dapat berakibat pada kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. Pencahayaan tempat kerja yang memadai baik yang alami atau buatan memegang peranan yang cukup penting dalam upaya peningkatan kesehatan, keselamatan dan produktivitas tenaga kerja. Baik tidaknya pencahayaan di suatu tempat kerja selain ditentukan oleh kuantitas atau tingkat iluminasi yang menyebabkan objek dan sekitarnya terlihat jelas tetapi juga oleh kualitas dari pencahayaan tersebut diantaranya menyangkut arah dan penyebaran atau distribusi cahaya, tipe dan tingkat kesilauan. Demikian pula dekorasi tempat kerja khususnya mengenai warna dari dinding, langit-langit, peralatan kerja ikut menentukan tingkat penerangan di tempat kerja (Aryanti, 2006). Fungsi utama pencahayaan di tempat kerja adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar terlihat secara jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan produktivitas dapat meningkat. Pencahayaan di tempat kerja harus cukup. Pencahayaan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Pencahayaan yang intensitasnya kuat akan dapat menimbulkan kesilauan. Penerangan baik rendah maupun kuat bahkan akan menimbulkan kecelakaan kerja (Santoso, 2004). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Berdasarkan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02, tingkat pencahayaan di ruang kerja pada lingkungan 24

40 kerja perkantoran yaitu minimal 100 lux. Sedangkan tingkat pencahayaan pada lingkungan kerja industri dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Intensitas Cahaya di Ruang Kerja JENIS KEGIATAN TINGKAT KETERANGAN PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX) Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan & ruang tidak terus menerus peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu. Pekerjaan kasar & 200 Pekerjaan dengan mesin dan terus menerus perakitan kasar. Pekerjaan rutin 300 R. administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/ penyusun. Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau berkerja dengan mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin. Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan, Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan mesin bayangan dan perakitan yang sangat halus Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan, Tidak menimbulkan perakitan sangat halus bayangan Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 25

41 b. Sumber Pencahayaan Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan (Aryanti, 2006). 1) Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim dan tempat. Pencahayaan dari sumber matahari dirasa kurang efektif dibandingkan dengan pencahayaan buatan, hal ini disebabkan karena matahari tidak dapat memberikan intensitas cahaya yang tetap. 2) Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayaan alami tidak memadai atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh pencahayaan alami dapat dipergunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan. b. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja. c. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu pekerjaan. 26

42 c. Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian, yakni General lighting dan Local lighting. General lighting digunakan untuk pencahayaan menyeluruh atau sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan pencahayaan yang merata. Contohnya seperti penerangan yang biasa dipasang di langit-langit ruangan kerja. Sedangkan Local lighting digunakan untuk memberikan nilai aksen pada suatu bidang atau lokasi tertentu tanpa memperhatikan kerataan pencahayaan. Penerangan lokal biasa digunakan khusus untuk menerangi sebagian ruangan dengan sumber cahaya dan biasanya berada dekat dengan permukaan yang diterangi. Contohnya lampu yang terpasang pada meja pekerja (Haeny, 2009). Sistem pencahayaan lokal ini diperlukan khususnya untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Kerugian dari sistem pencahayaan ini dapat menyebabkan kesilauan, maka local lighting perlu dikoordinasikan dengan general lighting (Aryanti, 2006). d. Pengukuran Pencahayaan Pencahayaan diukur dengan menggunakan alat lux meter dan dinyatakan dalam satuan lux (Suma mur, 1996). Penilaian pencahayaan, menggunakan alat ukur light meter atau lux meter untuk mengukur intensitas cahaya. Alat ini terdiri atas sebuah fotosel sensitif yang menimbulkan arus listrik pada cahaya jatuh pada permukaan sel ini. Pengukuran intensitas penerangan perlu dilakukan meliputi intensitas penerangan umum dan lokal. Pada penerangan umum perlu dilakukan di seluruh ruangan tempat kerja termasuk mesin dan ruangan kosong. Pada penerangan 27

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, 1997). kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata yang disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh sangat membantu manusia dalam beraktifitas sehari-hari. Penggunaan teknologi informasi seperti komputer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluhan kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam mencegah kerugian dengan cara mempertahankan, meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata lelah (Fatigue) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Pemakaian komputer saat ini sudah semakin luas. Hampir setiap

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller

BAB 6 HASIL PENELITIAN. Gambar 6.1 Sumber Pencahayaan di ruang Radar Controller BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Pengukuran Lingkungan Kerja 6.1.1 Pengukuran Pencahayaan Ruang Kerja Radar Controller Pada ruang Radar Controller adalah ruangan bekerja para petugas pengatur lalu lintas udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer

BAB I PENDAHULUAN. otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi. luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer adalah suatu alat elektronika yang digunakan untuk mengetik atau menciptakan karya-karya lain dalam bentuk soft file. Oetomo (2006) komputer adalah suatu perangkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer

I. PENDAHULUAN. tersebut oleh American Optometric Association (AOA) dinamakan Computer 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan komputer dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan. Salah satunya yaitu gangguan mata karena penggunaan mata secara terusmenerus untuk menatap monitor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata (Fazar, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor komputer. Tampilan layar monitor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mata 1. Definisi Mata Mata merupakan organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain) sinar

Lebih terperinci

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Intensitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia. Lamanya radiasi komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia. Lamanya radiasi komputer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang akhir-akhir ini sebagai tuntutan globalisasi mengharuskan seseorang untuk selalu mendapat informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Kelelahan Kelelahan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kinerja seseorang yang pada akhirnya akan memicu terjadinya kesalahan kerja.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO JURNAL KESEHATAN TERPADU 1(2) : 68-72 ISSN : 2549-8479 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI BANK X KOTA BANGKO Novi Berliana 1, Fauzia Rahmayanti

Lebih terperinci

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN USIA DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT. ANGKASA PURA I (PERSERO) KOTA MANADO TAHUN 2017 Made Ayu Sawitri*, Grace D. Kandou*, Rahayu

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA OPERATOR KOMPUTER DI KANTOR SAMSAT PALEMBANG TAHUN 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA OPERATOR KOMPUTER DI KANTOR SAMSAT PALEMBANG TAHUN 2009 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA OPERATOR KOMPUTER DI KANTOR SAMSAT PALEMBANG TAHUN 2009 Yulyana Kusuma Dewi, Rico Januar Sitorus, Hamzah Hasyim Mahasiswa Fakultas kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Gaya Hidup a. Definisi Gaya Hidup atau lifestyle adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem Informasi Akadamik Terpadu (SIAT) program studi Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Pada saat lahir mata bayi normal cukup bulan berukuran kira-kira 2/3 ukuran mata orang dewasa. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber: Netter ed.5)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber: Netter ed.5) 4 2.1. Anatomi Mata BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gambar 2.1 Anatomi Mata (Sumber: Netter ed.5) 2.2. Fisiologi Melihat Mata mengubah energi dari spektrum yang dapat terlihat menjadi potensial aksi di saraf optikus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam peningkatan teknologi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan

Lebih terperinci

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb ERGONOMI - PENCAHAYAAN - Ajeng Yeni Setianingrum Universitas Mercu Buana 2011 Sistem Penglihatan Manusia KORNEA IRIS PUPIL LENSA RETINA SARAF OPTIK dsb http://www.google.co.id/imgres?q=mata&hl=id&biw=1024&bih=437&gb

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penglihatan atau kelainan refraksi (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penglihatan atau kelainan refraksi (Depkes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya pada proses pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Intensitas Cahaya a. Pengertian Cahaya Di tempat kerja Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Cahaya

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh : DIAN NOURMAYANTI NIM :

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh : DIAN NOURMAYANTI NIM : 1 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk TAHUN 2009 Skripsi Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata merupakan panca indera manusia yang berfungsi sebagai alat penglihatan. Dengan mata kita dapat melihat sesuatu dan mampu melakukan setiap jenis pekerjaan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pegawai sehingga

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO. (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN KASIR SWALAYAN DI KOTA GORONTALO (Intan Blongkod, Rany Hiola, Ekawaty Prasetya) Intanblongkod@gmail.com Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG

PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG PERBEDAAN JARAK PANDANG PEKERJA CANTING BATIK PADA BEBERAPA WAKTU KERJA DI KAMPUNG BATIK SEMARANG Septi Nova Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang Email : septinova10@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA

HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA HUBUNGAN LAMA PAPARAN MONITOR KOMPUTER DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME DI BPJS, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Chriswanto Wisnu Nugroho R.

Lebih terperinci

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer ARTIKEL PENELITIAN Mutiara Medika Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer Abstrak Fitri Permatasari 1, Yunani

Lebih terperinci

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA RAKHILLA PINASTI 1) ANDIK SETIYONO 2) ANTO PURWANTO 3) Students of the Faculty of Occupational

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DENGAN KELELAHAN MATA DI SMA NEGERI 3 KLATEN. INTISARI Fitri Suciana*

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DENGAN KELELAHAN MATA DI SMA NEGERI 3 KLATEN. INTISARI Fitri Suciana* HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DENGAN KELELAHAN MATA DI SMA NEGERI 3 KLATEN INTISARI Fitri Suciana* Latar belakang : Lama penggunaan telepon genggam merupakan rata-rata lama waktu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia) dan radiasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan termasuk diantaranya pada proses pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012 31 DESEMBER 2012 Jason Alim Sanjaya, 2014, Pembimbing I : July Ivone, dr.,m.k.k.,mpd.ked.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sekarang begitu pesat, sehingga hal itu sangat mempengaruhi kehidupan sehari hari manusia dan lapisan masyarakat dari usia muda sampai

Lebih terperinci

Afrini Nurul Afifah. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Afrini Nurul Afifah. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Analisis Faktor Risiko Keluhan Subjektif Computer Vision Syndrome pada Pegawai Bank Negara Indonesia Cabang Universitas Indonesia, Direktorat Kemahasiswaan, dan Pengembangan & Pelayanan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja?

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alat Optik merupakan salah satu alat yang memanfaatkan sifat cahaya, hukum pemantulan, dan hukum pembiasan cahaya untuk membuat suatu bayangan suatu benda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Penggunaan komputer di setiap tempat kerja sangat membantu dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Penggunaan komputer di setiap tempat kerja sangat membantu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam teknologi informasi. Penggunaan komputer di setiap tempat kerja sangat membantu dan mempermudah pekerjaan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang ada di tempat kerja yaitu penerangan. berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anatomi bola mata Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi, 2011). Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM

PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM Summary PENGARUH PENCAHAYAAN DAN MASA KERJA BERDASARKAN WAKTU KERJA TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PENGRAJIN SULAMAN KERAWANG UKM Naga Mas DI KECAMATAN TELAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 23 Dian Jumiati

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1 Sri S. Ningsih, 2 Fransiska Lintong 3 Jimmy F. Rumampuk 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan merupakan salah satu unsur yang harus dipenuhi sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan Nasional bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang

Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang Analisis Faktor Intensitas Penerangan Lokal Terhadap Kelelahan Mata Di Industri Pembuatan Sepatu X Kota Semarang *) **) Sari Eka Wahyuni *),Bina Kurniawan **), Ekawati **) Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN BAB IV BIOOPTIK Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat: a. Menentukan posisi dan pembesaran bayangan dari cermin dan lensa b. Menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata c. Menjelaskan

Lebih terperinci

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Maharany Dhyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Game Online. Menurut data statistik yang diperoleh dari Google Analytic

BAB I PENDAHULUAN. adalah Game Online. Menurut data statistik yang diperoleh dari Google Analytic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pengguna internet menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia (APJII) tahun 2013, sudah mencapai 63 juta orang penguna. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa

BAB I PENDAHULUAN. dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat praktek dokter (Harsono, 2005). Nyeri kepala dideskripsikan sebagai rasa sakit atau rasa tidak

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH2 (3) (2015) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI WILAYAH

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Terhadap Keluhan Computer Vision Syndrom

Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Terhadap Keluhan Computer Vision Syndrom Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan Terhadap Keluhan Computer Vision Syndrom Individual and Environmental Factors relationships Complaints Against Computer Vision Syndrome Ani Alisah, Isnaini Rizka

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah:

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah: ALAT-ALAT OPTIK Kemajuan teknologi telah membawa dampak yang positif bagi kehidupan manusia, berbagai peralatan elektronik diciptakan untuk dapat menggantikan berbagai fungsi organ atau menyelidiki fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mata merupakan salah satu syarat penting untuk menyerap berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan, namun gangguan terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK INSIDENSI ASTHENOPIA PADA PEKERJA KOMPUTER DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG TAHUN 2006

ABSTRAK INSIDENSI ASTHENOPIA PADA PEKERJA KOMPUTER DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG TAHUN 2006 ABSTRAK INSIDENSI ASTHENOPIA PADA PEKERJA KOMPUTER DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG TAHUN 2006 Febriani Kezia Haryanto, 2007. Pembimbing utama: dr. July Ivone, M.S. Dewasa ini, komputer merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Anatomi Mata Gambar 1. Penampang bola mata Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan

Lebih terperinci

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

KESEHATAN MATA DAN TELINGA KESEHATAN MATA DAN TELINGA Oleh Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MATA DAN TELINGA INDERA PENGLIHAT ( MATA ) Mata adalah indera penglihatan,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA DI BAGIAN IKLAN DAN UMUM DI PT WENANGCEMERLANG PRESS/SKH MANADO POST. Siti L.M. PAtingki*, Budi T. Ratag*, Johan Josephus* *Fakultas

Lebih terperinci

Unnes Journal of Public Health

Unnes Journal of Public Health UJPH 3 (4) (2014) Unnes Journal of Public Health http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN KELAINAN REFRAKSI MATA DENGAN KELELAHAN MATA PADA TENAGA PARA MEDIS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan dirumah pengrajin Sulaman Kerawang UKM Naga Mas Di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi Kelainan refraksi merupakan suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (makula retina atau bintik kuning)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan jangka panjang di bidang kesehatan, dimulai dengan adanya suatu analisa berdasarkan keadaan umum masyarakat, yaitu terjadinya transisi demografi,

Lebih terperinci

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif.

November sampai dengan tanggal 20 Desember tahun untuk membuat gambaran atau deskritif tentang suatu keadaan suatu objektif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Loksi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di swalayan Kota Gorontalo Tahun 2013 3.1.2 Waktu Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita. MATA Indra pertama yang dapat penting yaitu indra penglihatan yaitu mata. Mata adalah indera yang digunakan untuk melihat lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar sehingga mampu dengan mengenali benda-benda

Lebih terperinci

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR Muhammad Yusuf 1* 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta * Email:

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT 1 HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, USIA, MASA KERJA, DAN POLA KERJA DENGAN KELUHAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI PT. ANUGERAH PHARMINDO LESTARI CABANG SEMARANG Silviana

Lebih terperinci

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2014 Oleh: ZAMILAH ASRUL 120100167 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan

BAB I PENDAHULUAN. kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Era globalisasi menuntut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap sektor kerja termasuk sektor kesehatan, dalam rangka menekan sampai sekecil mungkin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSISI DUDUK DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN CVS (COMPUTER VISION SYNDROME)

HUBUNGAN ANTARA POSISI DUDUK DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN CVS (COMPUTER VISION SYNDROME) HUBUNGAN ANTARA POSISI DUDUK DAN INTENSITAS PENGGUNAAN KOMPUTER DENGAN KELUHAN CVS (COMPUTER VISION SYNDROME) PADA PEGAWAI MONITORING DAN PENGEMBANGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG TAHUN 2015 Riska Valentine

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan suatu organ refraksi yang berfungsi untuk membiaskan cahaya masuk ke retina agar dapat diproses oleh otak untuk membentuk sebuah gambar. Struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan

Lebih terperinci

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu. OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mata adalah panca indera penting yang perlu pemeriksaan dan perawatan secara teratur. Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini. Pada anak 2,5-5

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dapat kita simpulkan bahwasanya kesehatan masyarakat sangat berguna untuk keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 10 LINGKUNGAN KERJA FISIK 1 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi masyarakat daerah dan sekitar perindustrian yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan sektor industri di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, peningkatan ini selaras dengan peningkatan taraf ekonomi negara. Dengan

Lebih terperinci

Dian Kemala Putri BAHAN AJAR PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Dian Kemala Putri BAHAN AJAR PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA Dian Kemala Putri BAHAN AJAR PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA Panca Indera: Mata, telinga, hidung, mulut dan kulit. Kelima indera tersebut membantu manusia berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu dilakukan tanpa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penglihatan merupakan indra yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Indra penglihatan tersebut adalah mata. Tanpa mata, manusia mungkin

Lebih terperinci

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER O P T I K dan REFRAKSI SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER SINAR MATA (Organ Penglihatan) KORNEA + 43 D B M D Media optik PUPIL LENSA + 20 D MEDIA REFRAKSI BADAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PENGUKURAN INTENSITAS PENCAHAYAAN PERTEMUAN KE 5 MIRTA DWI RAHMAH, S.KM,. M.KKK. PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN PERMASALAHAN Intensitas penerangan yang kurang dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud dengan dampak secara tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud dengan dampak secara tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja. Gangguan kesehatan kerja mempunyai dampak yang terasa secara langsung dan yang tidak

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

Pertemuan 03 ERGONOMIK

Pertemuan 03 ERGONOMIK Pertemuan 03 ERGONOMIK Ergonomik Ilmu yang mempelajari karakteristik fisik dalam interaksi Ergonomik baik untuk pendefinisian standar dan pedoman pembatasan bagai mana kita mendesain aspek tertentu dari

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga TUGAS AKHIR

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR GAMBARAN KELUHAN KELELAHAN MATA PADA PEKERJA KOMPUTER (Studi pada Pekerja Komputerdi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Kependudukan (DISNAKERTRANSDUK) Provinsi Jawa Timur) OLEH : FUAD AMIRULLAH

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang

Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Administrasi di PT. Indonesia Power UBP Semarang Febriana Supriati * ) Mahasiswa Reguler FKM UNDIP 2008 ** ) Staf Pengajar Bagian

Lebih terperinci

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS Tujuan Pemeriksaan: 1. Menentukan jenis lensa bantu yang memberikan penglihatan paling jelas untuk mengkoreksi kelainan refraksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mata a. Pengertian Mata adalah salah satu organ tubuh vital manusia. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga dan mencegah hal-hal yang dapat merusak mata

Lebih terperinci

ALAT - ALAT OPTIK. Bintik Kuning. Pupil Lensa. Syaraf Optik

ALAT - ALAT OPTIK. Bintik Kuning. Pupil Lensa. Syaraf Optik ALAT - ALAT OPTIK 1. Pendahuluan Alat optik banyak digunakan, baik untuk keperluan praktis dalam kehidupan seharihari maupun untuk keperluan keilmuan. Beberapa contoh alat optik antara lain: Kaca Pembesar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komputer Komputer adalah penemuan paling menarik sejak abad ke-20 (Izquierdo, 2010). Komputer adalah alat elektronik atau mesin yang dapat diprogram untuk menerima data dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Miopia a. Definisi Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi

Lebih terperinci