KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR"

Transkripsi

1 KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG adalah karya saya sendiri di bawah bimbingan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan/atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Januari 2007 Heri Iskandar

3 ABSTRAK HERI ISKANDAR. Kajian Dampak Kebisingan (Dalam Lingkungan Pabrik) terhadap Penurunan Tingkat Pendengaran Karyawan di Kawasan Industri Kota Tangerang. Di bawah bimbingan: SURJONO H. SUTJAHJO, SRI BUDIARTI, dan IMAM SANTOSA. Penurunan tingkat pendengaran adalah salah satu dampak negatif pencemaran lingkungan sebagai akibat dari intensitas suara dari mesin modern selama proses produksi. Kota Tangerang merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia yang berpeluang menimbulkan pencemaran udara. Tujuan penelitian adalah mengukur tingkat kebisingan indoor dan mengidentifikasi tingkat gangguan pendengaran para karyawan, mengkaji variabel paling dominan yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan, dan mengkaji bentuk keterkaitan antara kebisingan dan penurunan tingkat pendengaran. Variable eksternal yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran pada penelitian ini adalah umur, masa kerja, riwayat penyakit yang berhubungan dengan pendengaran (otitis media, hypertensi, trauma capitis, TBC, dan diabetes melitus), dan kebisingan tempat tinggal. Penelitian dilakukan pada Bulan April sampai dengan Mei 2006 di Kawasan Industri Kota Tangerang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi (expost facto) dengan pendekatan cross sectional. Industri terpilih dalam penelitian ini sebanyak 30 industri yang terdiri atas 8 industri pangan, 6 industri baja, 5 industri kayu/furniture, 3 industri kulit/sepatu, 4 industri tekstil, dan 4 industri plastik, dengan jumlah responden 300 orang. Berdasarkan hasil penelitian kebisingan tempat kerja yang melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan (85 db) adalah industri baja mencapai 96,02 db, industri tekstil mencapai 88,13 db, dan industri kayu/furniture mencapai 88,12 db. Faktor dominan utama yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran karyawan adalah kebisingan tempat tinggal, penyakit, umur (industri pangan), masa kerja (industri baja dan kayu/furniture), kebisingan tempat tinggal dan penyakit (industri kulit/sepatu), umur (industri tekstil), dan penyakit (industri plastik). Berdasarkan hasil analisis spearman correlation, penurunan tingkat pendengaran karyawan berkorelasi positif nyata dengan umur, masa kerja, penggunaan alat pelindung telinga dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan pendengaran karyawan (otitis media, hypertensi, trauma capitis, TBC, dan diabetes melitus). Kata kunci: Kebisingan, penurunan tingkat pendengaran

4 ABSTRACT HERI ISKANDAR. Study of Noise Impact (Indoor) on the Employees Hearing Loss in Tangerang Municipality Industrial Estate. Supervised by: SURJONO H. SUTJAHJO, SRI BUDIARTI, and IMAM SANTOSA. Hearing loss is the one environment negative impact from the modern machine intensity as long their productivity. Tangerang Municipality is the one Industry Estate in Indonesia that has opportunity of air pollution. The Purpose the research are to measure indoor noise degree and to identify noise disturbs the employees, study of dominant variable that effect of hearing loss to employees, and study of relations between noise and listener. External variable that have impact to hearing loss in this research are age, time of work, story of healthy that have relation with listener (otitis media, hypertension, capitis trauma, TBC, and diabetes melitus), and noise in their settlements. This research was done in April until May 2006 in Tangerang Municipality Industrial Estate. Approach of research observation (expost facto) method and cross sectional approach. Choice of Industries in this research for 30 industries, where eight (8) food industries, six (6) steel industries, five (5) wood industries, three (3) leather/shoes industries, four (4) textile industries, and four (4) plastics industries, the number of respondents are 300 people. Base on the research noise in the office that have noise value more than floating rate limited (85 db) are steel industry (96,02 db), textile industry (88,13 db), and wood industry/furniture (88,12 db). Dominant factors that have a primary effect to the employees hearing loss are settlement noise, illness, age (food industries). Time of Work (steel industries and steel/furniture industries), noise in settlement and illness (wood and leather/shoes Industries), age (textile industries), and illness (plastic industries). Base on spearman correlation analysis, the employees hearing loss have positive correlation with age, time of work, using of ear protection instrument and illness story that have relations with employees (otitis media, hypertension, capitis trauma, TBC, and diabetes melitus). Key words: noise, hearing loss

5 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya

6 KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TENGERANG HERI ISKANDAR Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sain pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

7 Judul Tesis Nama Mahasiswa N R P : Kajian Dampak Kebisingan (Dalam Lingkungan Pabrik) Terhadap Penurunan Tingkat Pendengaran Karyawan Di Kawasan Industri Kota Tangerang : Heri Iskandar : P Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S K e t u a Dr. dr. Sri Budiarti A n g g o t a Dr. Ir. Imam Santosa, M.S A n g g o t a Diketahui Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S Tanggal Ujian: 24 Januari 2007 Tanggal Lulus:

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga tesis dengan judul KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG, dapat diselesaikan tepat waktu. Tujuan penelitian adalah mengukur tingkat kebisingan indoor dan mengidentifikasi tingkat gangguan pendengaran para karyawan, mengkaji variabel paling dominan yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan, dan mengkaji bentuk keterkaitan antara kebisingan dan penurunan tingkat pendengaran. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1). Kedua orang tua yang telah memberikan doa dan motivasi. 2). Dwi Rahayu Lestari (Istri), Alfian Muhammad Mufid (putra), dan Bilqis Ratu Herissa (putri) yang telah memberikan dorongan dan pengertiannya. 3). Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan arahan pada penelitian ini. 4). Dr. dr. Sri Budiarti dan Dr. Ir. Imam Santosa, MS selaku anggota komisi yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis. 5). dr. Nuruman Machjudin, Mkes selaku Kepala Dinas Kota Tangerang yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti studi lanjut di IPB. 6). Taman-teman se-angkatan yang telah banyak membantu selama mengikuti proses belajar di IPB. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian, dan sebagai tambahan literatur bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bogor, Januari 2007 Heri Iskandar

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 5 Juli 1970 dari ayah bernama Kusman Edi Kusuma dan ibu bernama E. Rohati. Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Tahun 2002, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Universitas Indonesia. Tahun 1991, penulis tercatat sebagai staf Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1993, penulis dipercaya menjadi Kasubsi Tempat-tempat Umum dan Industri pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Tahun 1995, penulis dipercaya menjadi Kasubsi Penyehatan Lingkungan. Pada tahun 1997, penulis dipercaya menjadi Kepala Seksi kesehatan Kerja pada instansi yang sama. Pada tahun 2002, penulis dipercaya menjadi Kasi pengawasan Makanan dan Muniman, Subdin POM Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka Pemikiran Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesa Penelitian.. 8 II. III. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan Pengertian Suara atau Bunyi Pengertian Kebisingan Anatomi dan Fisiologi Indra Pendengaran Manusia Anatomi Telinga Fisiologi Telinga Pemajanan Suara Bising di Lingkungan Kebisingan dan Kesehatan Masyarakat Kebisingan dan Regulasi Kebisingan dan Risiko pada Pendengaran Manusia. 22 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rancangan Penelitian Studi Tingkat Kebisingan Indoor dan Identifikasi Tingkat Pendengaran Karyawan Identifikasi Komponen Utama yang Berpengaruh terhadap Pendengaran Karyawan Studi Keterkaitan Tingkat Kebisingan dalam Penurunan Pendengaran Karyawan Definisi Operasional. 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Studi Tingkat Kebisingan Indoor dan Identifikasi Tingkat Pendengaran Karyawan Identifikasi Komponen Utama yang Berpengaruh terhadap Pendengaran Karyawan Studi Keterkaitan Tingkat Kebisingan dengan Penurunan Pendengaran Karyawan V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN 61 xi xii Xiii x

11 DAFTAR TABEL Halaman 1 Penentuan skor pada tiap variabel pengamatan Jenis dan jumlah industri terpilih dan jumlah responden (karyawan) Hasil analisis komponen utama terhadap variabel ekternal dominan yang berpengaruh pada peluang munculnya penyakit tuli ringan hingga tuli berat yang diderita karyawan Karyawan dengan karakteristik tidak bermukim di areal bising dan tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan pendengaran namun menderita gangguan pendengaran Hasil analisis spearman correlation hubungan antara variabel eksternal dan tingkat pendengaran karyawan Analisis varian regresi hubungan antara penurunan tingkat pendengaran dengan variabel penentu xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pemaparan kebisingan berdasarkan teori simpul (Fahmi 1997) Bagan alir penelitian kajian dampak kebisingan terhadap kesehatan pendengaran Irisan telinga dan bagian-bagian yang berfungsi sebagai alat pendengar (Pearce 2002) Lokasi industri yang digunakan sebagai sampel penelitian Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran tingkat kebisingan dan tingkat pendengaran Pemeriksaan tingkat pendengaran karyawan Komposisi kisaran tingkat pendengaran karyawan yang bekerja pada proses produksi Komposisi kisaran tingkat kebisingan minimum dan maksimum masing-masing industri Pola sebaran karakteritik kebisingan tempat tinggal para karyawan pada keenam industri Komposisi umur karyawan yang bekerja pada proses produksi pada masing-masing industri Komposisi masa kerja karyawan yang bekerja pada proses produksi pada masing-masing industri Pola sebaran riwayat penyakit para karyawan pada keenam industri Pola sebaran penggunaan apt bagi para karyawan pada masingmasing industri Dendogram sebaran kelompok industri hasil analisis klaster: (a) variabel eksternal pemicu penyakit tuli ringan, dan (b) variabel eksternal pemicu penyakit tuli sedang Pola sebaran masa kerja karyawan pada masing-masing industri.. 48 xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner responden Rekapitulasi hasil penelitian pada industri pangan Rekapitulasi hasil penelitian pada industri baja Rekapitulasi hasil penelitian pada industri kayu dan furniture Rekapitulasi hasil penelitian pada industri kulit/ sepatu Rekapitulasi hasil penelitian pada industri tekstil Rekapitulasi hasil penelitian pada industri plastik Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada industri terpilih Distribusi gangguan pendengaran responden pada masingmasing industri Distribusi umur responden pada masing-masing industri Distribusi masa kerja responden pada masing-masing industri Distribusi riwayat penyakit responden pada masing-masing industri Distribusi kebisingan tempat tinggal responden umur responden pada masing-masing industri Distribusi penggunaan alat pelindung telinga responden pada masing-masing industri Hasil analisis komponen utama variabel eksternal terhadap munculnya penyakit tuli ringan pada enam industri terpilih Hasil analisis komponen utama variabel eksternal terhadap munculnya penyakit tuli sedang pada enam industri terpilih Hasil analisis komponen utama variabel eksternal pemicu penurunan tingkat pendengaran pada masing-masing pada enam terpilih Hasil analisis regresi hubungan tingkat kebisingan pada industri pangan terhadap penurungan tingkat pendengaran karyawan Hasil analisis regresi hubungan tingkat kebisingan pada industri baja terhadap penurungan tingkat pendengaran karyawan Hasil analisis regresi hubungan tingkat kebsingan pada industri kayu/furniture terhadap penurunan tingkat pendengaran karyawan Hasil analisis regresi hubungan tingkat kebsingan pada industri kulit/sepatu terhadap penurunan tingkat pendengaran karyawan Hasil analisis regresi hubungan tingkat kebsingan pada industri tekstil terhadap penurunan tingkat pendengaran karyawan Hasil analisis regresi hubungan tingkat kebsingan pada industri plastik terhadap penurunan tingkat pendengaran karyawan xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup, atau sering dikenal dengan lingkungan, telah mendapatkan perhatian besar di hampir semua negara. Perhatian besar terhadap lingkungan ini terjadi terutama pada dasawarsa 1970-an setelah diadakannya Konverensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stokholm pada tahun 1972 (Sumarwoto 2004). Berdasarkan pergeseran paradigma tersebut, berbagai negara, termasuk Indonesia, mulai meningkatkan perhatian pada permasalahan lingkungan. Perhatian yang dilakukan tidak hanya dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang telah terjadi, tetapi juga meningkatkan upaya perencanaan kegiatan pembangunan untuk meminimalisasi kemungkinan munculnya permasalahan lingkungan yang baru. Salah satu sektor pembangunan di Indonesia yang berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan adalah sektor industri. Kemajuan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup masyarakat merupakan dua faktor yang berpengaruh pada peningkatan aktivitas industri. Peningkatan aktivitas industri merupakan salah satu upaya untuk memenuhi target produksi sesuai dengan permintaan pasar. Pengunaan mesin modern tersebut adalah salah satu bentuk keterlibatan kemajuan teknologi pada proses produksi untuk memenuhi kualitas dan kuantitas produk sekaligus mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Pencapaian target produksi tidak saja ditentukan oleh kepekaan perusahaan terhadap kemajuan teknologi, tetapi juga kinerja para karyawan selama melakukan aktivitas produksi. Hal ini disebabkan karena tidak semua aktivitas produksi dapat mengandalkan tenaga mesin, melainkan juga memerlukan tenaga manusia dalam bentuk tenaga kerja (karyawan). Kinerja para karyawan sangat bergantung pada kesehatan masing-masing karyawan. Penggunaan mesin modern, ternyata juga berpengaruh pada kesehatan tenaga kerja pada suatu perusahaan. Guna tetap menjaga keberlanjutan kinerja mereka, maka perlindungan kesehatan para karyawan adalah suatu keharusan bagi perusahaan. Salah satu upaya perlindungan kesehatan adalah melindungi para karyawan dari pengaruh sumber pencemaran yang berpotensi muncul pada saat proses produksi. Bentuk perlindungan yang diberikan oleh pengusaha pada para karyawan yang bekerja pada berbagai jenis industri adalah menggunakan

15 2 berbagai jenis alat pelindung diri yang disesuaikan dengan jenis pencemaran yang dihadapi. Salah satu sumber pencemaran yang potensial menimbulkan gangguan kesehatan karyawan pada industri adalah kebisingan. Kebisingan dihasilkan dari serangkaian proses mekanik yang ada pada aktivitas industri. Kebisingan yang dihadapi oleh para karyawan dan terjadi secara terus menerus akan menimbulkan beberapa risiko kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan penurunan tingkat pendengaran. Pengaruh kebisingan pada tingkat pendengaran para karyawan industri merupakan permasalahan yang terus mendapatkan perhatian pada tahun-tahun terakhir ini (Eleftheriou 2001). Suma mur (1980) menyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran yang diderita para karyawan dapat bersifat sementara dan/atau permanen bergantung pada intensitas dan jam kerja yang diperkenankan. Disamping intensitas dan jam kerja, penurunan tingkat pendengaran juga dipengaruhi oleh jenis industri (Eleftheriou 2001). Lebih lanjut Miyakita dan Ueda (1997) menyatakan bahwa gaya hidup, riwayat penyakit telinga, pola konsumsi obat-obatan, trauma kepala, dan genetik adalah beberapa faktor yang dapat menimbulkan penurunan tingkat pendengaran, sehingga perlu diperhatikan sebagai faktor penentu disamping faktor utama yaitu kebisingan. Pengaruh utama kebisingan pada manusia adalah kerusakan pada bagian-bagian indra pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif, yang secara umum telah diketahui dan diterima untuk berabad-abad lamanya (Suma mur 1980). Kondisi demikian, jika terjadi pada seluruh karyawan industri akan mengakibatkan kerugian yang diderita oleh karyawan. Kerugian yang dimaksud meliputi kerugian materiil untuk biaya pengobatan, kehilangan kenikmatan dalam hal pendengaran, maupun kerugian moril akibat cacat, dan menimbulkan rasa hilang kepercayaan diri bagi karyawan tersebut. Penurunan tingkat pendengaran karyawan seharusnya dapat diminimalisasi melalui perlindungan para karyawan dalam bentuk program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebagai bentuk bentuk kepedulian perusahaan pada kesehatan para karyawan. Pada kenyataannya, fenomena yang muncul saat ini adalah penurunan tingkat pendengaran karyawan masih merupakan salah satu kasus pada bidang industri dan kesehatan kerja. Berdasarkan beberapa uraian di atas, penurunan tingkat pendengaran merupakan salah satu permasalahan lingkungan di kawasan industri yang harus

16 3 ditangani dengan baik. Kota Tangerang merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia yang memiliki peluang menghadapi permasalahan kebisingan. Risiko akibat terpaparnya para karyawan oleh faktor kebisingan perlu dipantau secara rutin. Pada empat tahun terakhir, jumlah kunjungan karyawan dari berbagai industri pada klinik perusahaan dan puskesmas rujukan mengalami peningkatan yang signifikan dengan berbagai keluhan yang diduga merupakan hasil terpaparnya para karyawan oleh kebisingan. Kenyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pengendalian dampak kebisingan pada berbagai industri di Kota Tangerang dapat dikatakan memiliki efektifitas relatif rendah. Guna memperoleh gambaran efisiensi dan efektifitas upaya pengendalian dampak kebisingan secara konkrit, serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penurunan tingkat pendengaran, maka perlu dikaji dampak kebisingan terhadap kesehatan pendengaran karyawan. Besaran risiko yang akan diterima para karyawan dari sumber pencemaran berupa kebisingan dikaji dengan menggunakan teori simpul sebagaimana disajikan pada Gambar 1.

17 SIMPUL 1 SIMPUL 2 SIMPUL 3 SIMPUL 4 SUMBER TRANSMISI TARGET DAMPAK Frekuensi dan Amplitudo MESIN Jenis Umur (pemeliharaan) Jenis Peredam yang digunakan UDARA Arah angin Ventilasi Jenis dinding KARYAWAN Tempat tinggal Umur pekerja Lama bekerja Riwayat penyakit pendengaran Jenis dan Lama penggunaan APT Tuli permanen Sembuh Gambar 1. Jalur pemaparan kebisingan berdasarkan teori simpul (Fahmi 1997) 4

18 Kerangka Pemikiran Kemajuan teknologi memberikan keberpihakan pada berbagai perusahaan yang bergerak di sektor industri di Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar dengan kualitas sesuai dengan standar yang ditetapakan. Tingginya permintaan pasar mendorong berbagai perusahaan untuk menggunakan mesin modern pada proses produksi sehingga target produksi dapat tercapai dengan baik. Fenomena ini juga terjadi di Kota Tangerang sebagai salah satu kawasan industri di Indonesia. Penggunaan mesin modern tersebut, selain berdampak positif dalam bentuk tercapainya target produksi, tetapi juga berpeluang menimbulkan dampak negatif sebagai salah satu sumber pencemaran apabila tidak dikelola dengan baik dan benar. Mesin-mesin modern yang digunakan selama proses produksi pada berbagai industri di Kota Tangerang, berpotensi menimbulkan kebisingan dan berdampak negatif berupa penurunan tingkat pendengaran para karyawan. Guna memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi para karyawan, maka upaya pengendalian dampak tersebut perlu dilakukan secara tepat dan benar. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko yang ditimbulkan dari kebisingan adalah penggunaan alat pelindung telinga, yang juga telah diterapkan oleh perusahaan yang bergerak pada sektor industri di Kota Tangerang. Namun kenyataan yang ada adalah adanya indikasi meningkatnya keluhan terkait dengan kesehatan pendengaran para karyawan industri di Kota Tangerang. Indikasi meningkatnya keluhan tersebut terlihat pada meningkatnya kunjungan para karyawan pada klinik perusahaan dan puskesmas rujukan. Permasalahan tersebut merupakan salah satu bentuk rendahnya efektifitas dan efisiensi pengendalian kebisingan sebagai salah satu sumber pencemaran di lingkungan kerja (pabrik) di Kota Tangerang. Mengingat Kota Tangerang sebagai salah satu kawasan industri di Indonesia dan jumlah karyawan yang potensial terkena dampak relatif banyak, maka kajian tentang analisis dampak kebisingan pada karyawan industri, khususnya pencemaran kebisingan indoor perlu dilakukan. Kajian tersebut bertujuan untuk melihat hubungan antara kebisingan indoor dan penurunan tingkat pendengaran para karyawan. Hasil kajian tersebut diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan berbagai perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian kebisingan, dan meningkatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan,

19 6 sehingga pencapaian target produksi dan kestabilan kinerja para karyawan dapat dipertahankan. Kerangka pemikiran penelitian sebagai dasar kajian disajikan pada Gambar 2. AKTIVITAS PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG DAMPAK POSITIF DAMPAK NEGATIF PENCEMARAN TANAH UDARA AIR KEBISINGAN JENIS INDUSTRI TEMPAT TINGGAL UMUR MASA KERJA RIWAYAT PENYAKIT PENGGUNAAN APD INDOOR OUTDOOR KESEHATAN KARYAWAN (PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN) Keterangan: = Tidak diamati secara langsung = Diamati secara langsung Gambar 2. Bagan alir penelitian kajian dampak kebisingan terhadap kesehatan karyawan 1.3. Perumusan Masalah Aktifitas industri tidak bisa lepas dari proses mekanik, yang pada akhirnya menghasilkan kebisingan (Mardji 2005). Bising di tempat kerja adalah masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara dan diperkirakan sedikitnya 7 juta orang (35 % dari populasi total industri) terpajan bising (Davis 1994). Dampak negatif kebisingan akan mengakibatkan ketulian sesuai dengan beberapa laporan yang menyebutkan bahwa masih banyaknya pekerja yang

20 7 mengalami ketulian sebagai akibat dari tingkat bising melebihi batas ambang pendengaran normal manusia (Mardji 2005). Ketulian yang terjadi dalam industri menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa (Olishifski 1994). Pajanan bising lebih dari 90 db (A) akan mengakibatkan ketulian secara bermakna pada 27 % kelompok yang terpajan, sedangkan pada intensitas pajanan 95 db (A) akan menimbulkan ketulian secara bermakna pada 36 % dari kelompok terpajan (Green 1992). Kota Tangerang merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia yang berpotensi menghadapi permasalahan terkait dengan pencemaran kebisingan, secara khusus terhadap para karyawan. Telah dikemukakan sebelumnya, kebisingan memberikan dampak negatif pada kesehatan para karyawan, sehingga perlu diantisipasi guna meminimalisasi dampak negatif tersebut. Salah satu upaya minimalisasi dampak kebisingan adalah penggunaan alat pelindung telinga bagi para karyawan yang dekat dengan sumber bising. Namun demikian, keberhasilan pengendalian kebisingan sangat ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kesadaran para karyawan tentang proses ketulian, pendidikan dan pelatihan, dan faktor individu yang meliputi pendidikan, pengalaman, umur dan pelatihan tentang penggunaan alat pelindung telinga (Mardji 2005). Fenomena yang terjadi di Kota Tangerang adalah masih tingginya angka keluhan para karyawan terkait dengan masalah kebisingan dan gangguan kesehatan, khususnya penurunan tingkat pendengaran. Pada empat tahun terakhir, jumlah kunjungan karyawan dari berbagai industri pada pada klinik perusahaan dan puskesmas rujukan mengalami peningkatan yang signifikan dengan berbagai keluhan yang diduga merupakan hasil terpaparnya para karyawan oleh kebisingan. Permasalahan tersebut perlu dikaji lebih lanjut untuk tetap mempertahankan produktivitas perusahaan dengan tetap memperhatikan kesehatan kerja para karyawan. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan di dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: 1) Seberapa besar tingkat kebisingan indoor dan bagaimanakah tingkat gangguan pendengaran para karyawan. 2) Variabel paling dominan apa sajakah yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan.

21 3) Bagaimanakah bentuk keterkaitan antara kebisingan dan gangguan penurunan tingkat pendengaran Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dampak kesehatan akibat pemaparan kebisingan pada para karyawan industri di Kota Tangerang, sedangkan tujuan khusus penelitian terdiri atas: 1) Mengetahui tingkat kebisingan indoor dan mengidentifikasi tingkat gangguan pendengaran para karyawan. 2) Mengetahui variabel paling dominan yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan. 3) Mengetahui bentuk keterkaitan antara kebisingan dan penurunan tingkat pendengaran Hipotesa Penelitian Hipotesa yang dapat dirumuskan pada penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1) Ada perbedaan tingkat kebisingan indoor dan ada gangguan pendengaran pada para karyawan yang terpapar kebisingan. 2) Ada variabel paling dominan yang berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran para karyawan. 3) Ada keterkaitan antara kebisingan indoor dan gangguan penurunan tingkat pendengaran.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan Pengertian Suara atau Bunyi Suara atau bunyi didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan melalui suatu medium elastis (misalnya udara) yang kemudian diterima dan dipersepsi oleh telinga manusia. Suara atau bunyi juga merupakan bentuk gelombang getaran suara yang merambat sebagai gelombang longitudinal dalam medium padat, cair dan gas (Achmadi 1994). Bunyi mempunyai dua aspek yang menimbulkan ketulian pada pendengaran manusia, yaitu frekuensi dan intensitas. Adapun yang dimaksud frekuensi adalah banyaknya getaran perdetik (cps = cycle per second atau hertz). Pendengaran manusia berada pada kisaran bunyi antara Hz, sedangkan kisaran frekuensi pembicaraan adalah Hz (Peterson 1997 dalam Santosa 1992). Bunyi yang berada di bawah 20 Hz disebut infrasound, sedangkan bunyi yang berada diatas Hz disebut ultrasound. Intensitas adalah variasi tekanan dari suatu bunyi dengan satuan yang dinyatakan dalam desibel (db). Makin besar intensitas bunyi, makin keras pula bunyi itu terdengar. Terdapat 4 kondisi fisis yang dibutuhkan agar suara dapat terdengar oleh manusia (Pearce 2002) antara lain: 1) Ada tidaknya medium elastis yang memiliki inersia sehingga memungkinkan energi suara dapat merambat atau berpropagasi, dan medium tersebut mungkin berbentuk gas (udara), cairan atau padat. 2) Getaran ini berlanjut dari satu titik ke titik yang lain di dalam ruang (virtual) di sekitar sumber suara atau dapat disebutkan bahwa getaran akan mengalami propagasi dengan kecepatan tertentu. 3) Getaran yang dirambatkan melalui medium elastis tersebut kemudian tiba dan ditangkap oleh daun telinga (pina). Rambatan energi getaran ini di dalam telinga manusia mengalami proses yang cukup rumit sampai manusia disebut mendengar suara. a. Rambatan pada telinga bagian luar: energi gangguan dalam medium udara yang ditangkap oleh pina dirambatkan melalui liang telinga menuju genderang telinga.

23 10 b. Rambatan pada telinga bagian tengah: pada bagian ini energi getaran menyebabkan genderang telinga bergetar yang selanjutnya menggetarkan tulang-tulang telinga. c. Rambatan pada telinga bagian dalam: tulang pelana yang melekat pada oval window di cochlea merambatkan energi getaran ke cairan yang berada di dalam cochlea tersebut. Di dalam cochlea terdapat pula basilar membrane yang berfungsi sebagai penganalisa amplitudo dan frekuensi dari energi getaran. Di bagian telinga dalam ini pula energi getaran yang telah mengalami proses analisa amplitudo dan getaran tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang mengandung semua informasi akustik dari sumber getar yang diambil oleh syaraf pendengaran yang menghubungkan bagian cochlea dengan otak. Tanggapan yang dilakukan oleh otak merupakan proses mendengar yang dilakukan oleh manusia. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa semua bagian-bagian telinga yang merambatkan energi getaran tersebut mempunyai kesesuaian impedansi sedemikian sehingga energi getaran dari telinga bagian luar sampai ke telinga bagian dalam tidak mengalami penyusutan energi. Menurut Sumitra (1997), suara merupakan energi mekanika yang fluktuasinya dalam bentuk suara yang masuk ke dalam alat pendengaran dari mulai auditory canals, masuk ke dalam telinga tengah lewat assicles, kemudian masuk melalui oval window membrane dan melewati cairan di telinga dalam (cochlea), yang selanjutnya diterima oleh reseptor organon corti, kemudian dengan system yang sangat komplek dari sel-sel rambut pada membrana basilaris ditransfer dalam bentuk impuls-impuls saraf diteruskan ke otak. Telah dijelaskan sebalumnya bahwa manusia memiliki toleransi terhadap suara yang diterima. Dinamika lingkungan hidup adalah salah satu faktor yang berpengaruh pada tingkah laku manusia yang sering tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, dinamika lingkungan, secara khusus yang menghasilkan suara, berpotensi menimbulkan kebisingan. Satu diantara sumber kebisingan adalah mesin-mesin modern yang digunakan berbagai industri yang menghasilkan suara atau bunyi pada saat beroperasi. Penggunaan mesin-mesin modern tersebut untuk meningkatkan produktivitas, dan memenuhi kebutuhan pasar. Disamping penggunaan mesin-mesin modern, kinerja para karyawan perlu diperhatikan.

24 Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak diinginkan, mengganggu, mempunyai sumber dan menjalar melalui media perantara (Hadjar 1971; Lipscomb 1978). Lebih lanjut Canter seperti dikutip Mukono (1985) menyatakan bising sebagai bunyi yang tidak diinginkan, sedangkan menurut Chanlet bising adalah bunyi yang terjadi pada saat dan tempat atau keadaan yang tidak sesuai. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-15/MEN/1999, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Lebih lanjut dikemukakan bahwa bising merupakan kumpulan nada dengan bermacam-macam intensitas dan suara tersebut tidak dikehendaki sehingga terasa mengganggu ketentraman. Bising dengan intensitas di atas 85 db dapat menimbulkan ketulian. Hal ini telah dibuktikan dari beberapa penelitian. Pada upaya pencegahan dampak negatif kebisingan terkait dengan kesehatan lingkungan, pendekatan epidemiologi dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif kebisingan. Epidemiologi kebisingan dilakukan untuk menyajikan data tentang kebisingan menurut lokasi pada suatu daerah, menurut perjalanan waktu, tingkat dan jenis kebisingan, daerah yang terkena kebisingan, jenis sumber bising, keluhan masyarakat tentang kebisingan, dan jumlah masyarakat yang menderita gangguan terkait dengan kebisingan. Pendekatan serupa juga dapat dilakukan di perusahaan-perusahaan dan/atau pabrik-pabrik yang potensial menimbulkan kebisingan. Guna lebih memahami mekanisme pemajanan bising pada manusia, maka beberapa fakktor yang berpengaruh pada suara yang tidak dikehendaki tersebut perlu diketahui. Faktorfaktor tersebut diantaranya sumber bising, tingkat bising, dan kemungkinan keluhan yang muncul pada masyarakat dan/atau karyawan. Sumber bising adalah lokasi dan/atau benda yang merupakan asal suara yang tidak dikehendaki. Guna memaksimalkan pemantauan terhadap efektivitas pengendalian kebisingan, maka sumber bising pada suatu daerah administrasi tertentu hendaknya dicatat dan dilaporkan jumlahnya berdasarkan jenis sumber bising tersebut. Kondisi tersebut menggambarkan jumlah sumber bising total di wilayah tersebut dan jumlah dari masing-masing jenis sumber tersebut. Hal yang sama juga perlu dilakukan pada berbagai perusahaan yang ada pada suatu wilayah administratif (Departemen Kesehatan RI 1995). Sumber bising yang

25 12 dijadikan target pemantauan dapat dibagi menjadi sumber bising menurut lokasi dan waktu. Mekanisme tersebut apabila diterapkan pada upaya pemantauan kebisingan suatu perusahaan, maka lokasi bising difokuskan pada ruanganruangan yang di dalamnya terdapat mesin-mesin dan/atau peralatan lain yang potensial menimbulkan kebisingan, sedangkan sumber bising berdasarkan waktu adalah jam kerja yang digunakan untuk mengoperasikan peralatan yang potensial menimbulkan kebisingan. Disamping sumber bising, pemantauan kebisingan juga dilakukan pada tingkat kebisingan, baik pada sumber bising dalam bentuk lokasi maupun pada sumber bising dalam bentuk waktu. Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan pendekatan titik sampel pengamatan apabila luasan areal yang akan dipantau relatif luas. Pendekatan titik pengamatan pada pengukuran tingkat kebisingan relatif jarang digunakan bila dilakukan pada areal pabrik. Sama halnya dengan sumber bising, pengukuran tingkat kebisingan juga dapat dilakukan berdasarkan lokasi dan waktu. Pengukuran tingkat kebisingan pada suatu perusahaan, khususnya pada areal operasional akan memberikan gambaran upaya penangelolaan kebisingan terkait dengan program K3. pemantauan efektifitas penanggelolaan kebisingan pada perusahaan tidak saja pada sumber dan tingkat kebisingan tetapi juga terhadap kemungkinan keluhan yang dialami oleh para karyawan selama bekerja pada perusahaan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya komitmen perusahaan untuk memberikan penghargaan sebagai hak yang harus diberikan pada para karyawan. Faktor yang berpengaruh pada tingkat kebisingan, selanjutnya akan berpengaruh pada jenis kebisingan yang dihasilkan. Menurut Rahman (1990), jenis-jenis kebisingan yang sering dijumpai menurut sifat suaranya antara lain: 1) Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 db dan tidak terputus-putus. Kebisingan ini dibedakan menjadi dua yaitu: a) Wide spectrum adalah kebisingan dengan spektrum frekuensi yang luas, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun. b) Narrow spectrum adalah kebisingan dengan spektrum sempit seperti suara sirine, generator, gergaji sirkuler.

26 13 2) Kebisingan yang terputus-putus (intermittent) adalah kebisingan yang berlangsung secara tidak terus menerus, misalnya: lalu lintas kendaraan bermotor, kereta api, kapal terbang. 3) Kebisingan impulsif sesaat (impulsive noise) adalah kebisingan dengan intensitas yang agak cepat berubah, misalnya: pukulan palu, tembakan meriam, ledakan bom. 4) Kebisingan impulsif yang berulang, sebagai contoh adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin tempa pada pemancangan tiang beton Anatomi dan Fisiologi Indra Pendengaran Manusia Anatomi Telinga Telinga adalah salah satu organ vital manusia yang berfungsi sebagai organ pendengaran. Berdasarkan fungsi dan sensitivitas organ pendengaran, maka berbagai upaya secara langsung perlu dilakukan untuk meminimalkan pengaruh suara dengan intensitas yang melebihi batas ambang. Organ pendengaran tersebut dapat berfungsi dengan baik karena adanya saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga, secara anatomi terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya telinga luar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam (Pearce 2002). Telinga luar adalah bagian telinga yang terdiri atas aurikel atau pinna yang berfungsi membantu mengumpulkan gelombang suara, dan meatus auditorius externa yang menjorok kedalam menjauhi pinna dan berfungsi untuk menghantarkan getaran suara menuju membrana timpani. Liang tersebut memiliki panjang kurang lebih 2,5 cm dan sepertiga bagian luarnya tersusun atas tulang rawan, sementara dua pertiga bagiannya tersusun atas tulang. Bagian tulang rawan ditutupi kulit dengan jaringan ikat bawah kulit lengkap dengan folikel rambut, gl. sebacea dan gl. ceruminosa, sedangkan bagian tulang ditutupi oleh kulit yang tipis dan langsung melekat pada periosteum (Pearce 2002). Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara dan terletak di sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga. rongga udara tersebut berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara dalam atmosfir sehingga cidera akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat dihindari. Berdasarkan susunannya, rongga telinga tengah tersusun atas rangkaian tulang-tulang pendengaran yang berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam. Secara anatomis,

27 14 telinga tengah terdiri atas beberapa bagian diantaranya sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995): 1) Gendang telinga (membran tympanical) adalah bagian telinga tengah yang terdiri atas pars tensa dan pars flacida. Pars tensa mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan epitel luar, lapisan jaringan ikat, dan lapisan epitel dalam, sedangkan pars flacida hanya terdiri atas dua lapisan tanpa jaringan ikat. 2) Ruang telinga tengah (cavitas tympanical) adalah bagian telinga tengah yang terletak antara telinga luar dan telinga dalam, dan merupakan bangunan berbentuk kotak yang tipis memanjang dari atas ke bawah yang dilengkapi dengan enam dinding. Di dalam ruang telinga tengah terdapat 3 buah tulang pendengaran yaitu malleus, incus, dan stapes. Ketiga tulang pendengaran tersebut saling berhubungan dengan persendian dan menghubungkan gendang telinga dengan jendela lonjong pada telinga dalam. 3) Tuba auditiva. 4) Anrum mastoideum dan cellulae mastoidea. Rongga telinga dalam adalah bagian telinga yang berada pada bagian os petrosum tulang temporalis yang tersusun atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Saluran-saluran membran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran atau keseimbangan. Gambaran umum telinga dan bagian-bagiannya sebagaimana disajikan pada Gambar 3.

28 15 Gambar 3. Irisan telinga dan bagian-bagian yang berfungsi sebagai alat pendengar (Pearce 2002) Fisiologi Telinga Telinga manusia dapat menangkap getaran suara antara Hz dengan nada rendah yang diterima oleh organon corti pada membrana basilaris pada bagian basal kokhlea, sedangkan untuk nada tinggi pada apex kokhlea. Intensitas suara yang dapat didengar manusia adalah dengan kisaran db (batas ambang sakit).telinga sebagai indra pendengaran berfungsi ketika suara yang ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara, bergerak melalui rongga telinga luar yang menyebabkan membrana timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes melalui malleus yang terkait pada membran timpani. Getaran-getaran tersebut selanjutnya juga timbul pada setiap tulang yang ada, sehingga tulangtulang tersebut memperbesar getaran, yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibuler menuju perilimfe. Getaran-getaran perilimfe dialihkan melalui membran menuju endolimfe dalam saluran kokhlea, dan rangsangan tersebut terus ada hingga mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ corti, untuk selanjutnya diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius (Pearce 2002).

29 16 Suara yang berhasil ditangkap oleh indra pendengaran, baik tidaknya proses penerimaan, dan respon manusia terhadap suara tersebut sangat bergantung pada keberadaan organ-organ yang ada pada telinga sebagai indra pendengaran manusia. Secara fisiologis, telinga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian yang berfungsi sebagai alat penghantar (conducting apparatus) dan bagian yang berfungsi sebagai alat penerima (perceiving apparatus) (Departemen Kesehatan RI 1995). Bagian telinga yang berfungsi sebagai alat penghantar gelombang bunyi terdiri atas daun telinga, liang telinga luar gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, ruang telinga tengah, tuba auditiva, dan jendela lonjong. Bagian-bagian tersebut sangat vital sehingga kerusakan pada bagian-bagian tersebut dapat menyebabkan ketulian pada manusia. Disamping adanya bagian telinga yang berfungsi sebagai penghantar gelombang suara, telinga juga memiliki bagian yang berfungsi sebagai alat penerima gelombang suara yang dikenal dengan perceiving apparatus. Perceiving apparatus terdiri atas kokhlea dengan organ corti, ganglion spirale, n. cochlearis. Kerusakan pada bagian-bagian tersebut akan mengakibatkan tuli indera saraf (sensori-neuraral hearing loss, SNHL) atau perceptive hearing loss. Mekanisme kerja bagian ini adalah menyambaikan gelombang yang diterima pada perilimfe pada scalamedia selanjutnya diteruskan ke helicotrema, scala tympani dan menggerakkan foramen rotundum untuk membuang getaran tersebut ke telinga tengah. Akibat gelombang pada peri dan endolympha ini maka terjadi pula gelombang yang sama pada membrana basalis yang mengakibatkan cel rambut pada organon corti menyapu membrana tectoria sampai membengkok dan terjadi loncatan potensial listrik yang diteruskan sebagai rangsangan saraf ke otak untuk diolah dan disadari (Departemen Kesehatan RI 1995) Pemajanan Suara Bising di Lingkungan Risiko yang mungkin akan muncul pada manusia adalah bentuk umpan balik dari bahan dan/atau benda yang memiliki peluang mengubah sebagian dan/atau keseluruhan sistem manusia. Bahan dan/atau benda tersebut mengalami mekanisme yang disebut dengan pemajanan dari sumbernya ke lingkungan. Pemajanan dapat diartikan sebagai perkiraan derajat atau jumlah kontak yang menggambarkan hubungan interaksi antara manusia secara individu maupun kelompok dengan komponen lingkungan yang mengandung health risk

30 17 (Dinas Kesehatan Propinsi Dati I Jawa Barat 1997). Oleh karena itu, pemajanan menggambarkan jumlah komponen lingkungan yang memiliki potensi dampak yang diterima atau kontak dengan tubuh dan selanjutnya memberikan dampak yang bervariasi tergantung pada panjangnya jalur paparan dan kesiapan individu atau lingkungan untuk menerimanya. Pada dasarnya komponen lingkungan yang disebut memiliki potensi dampak kesehatan adalah komponen lingkungan yang di dalamnya mengandung berbagai agents penyakit yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok fisik, mikroba maupun bahan kimia beracun. Oleh sebab itu, untuk menggambarkan jumlah kontak dan potensi dampak perlu diperhatikan beberapa diantaranya jenis agents dan perkiraan jumlah yang diperkirakan kontak dengan manusia (Dinas Kesehatan Propinsi Dati I Jawa Barat 1997). Jenis agents yang dimaksud adalah ada tidaknya komponen lingkungan (yang merupakan wahana penyakit) yang hendak dikenakan pengukuran untuk mengetahui besaran potensi dampak. Berdasarkan jenis agents terkait dengan pemajanan terbagi menjadi tiga kelompok, diantaranya sebagai berikut: 1) Kelompok mikroba dalam bentuk virus, bakteri, parasit dan jamur. Masingmasing jenis perlu dipelajari lebih lanjut tentang potensi dampaknya dan kinetiknya. 2) Kelompok bahan kimia. Klasifikasi bahan kimia relatif sangat luas. Oleh karena itu, untuk memudahkan mempelajari jalur pemajanan masing-masing bahan kimia perlu dilakukan upaya untuk membatasi jenis bahan kimia yang akan diamati dengan menggunakan material safety data sheet MSDS) atau desk reference bahan kimia yang bersangkutan. 3) Kelompok fisik. Beberapa jenis bahan yang termasuk kelompok ini diantaranya radiasi, elektromagnetik, kebisingan dan bahan lainnya. Untuk mempelajari lebih lanjut maka perlu dilakukan pengamatan tentang karakterisitik dan kinetik dari bahan-bahan yang akan diamati. Disamping jenis agents, perkiraan jumlah yang diperkirakan kontak dengan manusia adalah komponen penting pada upaya pendugaan risiko yang ditimbulkannya. Pada upaya perkiraan jumlah yang diperkirakan kontak dengan manusia, terlebih dahulu perlu dipahami konsep dan pengertian exposure dan dosis. Kedua konsep tersebut sangat berbeda. Dosis adalah ukuran yang hanya bisa dikenakan pada bahan-bahan yang terukur dan biasanya digunakan

31 18 dilaboratorium, sedangkan di lapangan hanya merupakan perkiraan saja. Oleh karena itu, pemajanan digunakan untuk memperkirakan jumlah kontak (penggambaran interaksi) yang terbagi menjadi tiga kelompok (Dinas Kesehatan Propinsi Dati I Jawa Barat 1997), diantaranya sebagai berikut: 1) Perkiraan jumlah pemajanan eksternal secara umum adalah konsentrasi bahan dalam media bahan tertentu, sebagai contoh kandungan CO 2, SO 2 atau Pb dalam udara, dan merkuri dalam bulu bebek. Tahap selanjutnya adalah memperkirakan jumlah masyarakat exposed yang ada, dengan memperhatikan ada tidaknya riwayat kontak dengan bahan-bahan tersebut. 2) Perkiraan jumlah pemajanan internal sederhana (intake). Perkiraan yang dimaksud terkait dengan jumlah konsentrasi bahan dalam bahan/media transmisi tertentu dan perkiraan pada jumlah kontak tersebut. Perkiraan jumlah pemajanan internal sederhana dapat dilakukan dengan mudah apabila kandungan bahan dalam media telah diketahui dengan pasti. 3) Perkiraan uptake (jumlah yang diarbsorpsi oleh tubuh) adalah perkiraan pemajanan melalui media udara dengan teknis yang lebih akurat dengan rumus Uptake = (inhaled - exhaled) x volume x t (Dinas Kesehatan Propinsi Dati I Jawa Barat 1997). Peterson (1977) dalam Santosa (1992) menyatakan, bunyi memiliki beberapa karakteristik diantaranya pitch (tinggi nada), timbre (warna bunyi) dan loudness (kenyaringan). Berdasarkan karakteristik tersebut, parameter utama yang penting dalam kaitannya dengan gangguan kebisingan adalah frekuensi dan amplitudo. Frekuensi dinyatakan sebagai julah getaran tiap detik (hertz), sedangkan aplitudo menggambarkan besarnya kuantitas/intensitas bunyi yang dinyatakan dalam satuan desible (db). Pada umumnya kebisingan muncul sebagai bagian baru yang terbentuk dari campuran sejumlah gelombang sederhana yang memiliki frekuensi bervariasi (Suma mur 1992). Kuantitas atau amplitudo bunyi selalu dinyatakan dalam suatu tingkat (level). Peterson (1977) dalam Santosa (1992) menyatakan, tingkatan (level) tersebut dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran pada tekanan bunyi (sound pressure meter) dan tingkatan bunyi (sound power level). Adam et al. (1960) dalam Santosa (1992) menyatakan, sifat-sifat kebisingan yang penting diantaranya adalah radiasi intensitas kebisingan, frekuensi, kebisingan dan distribusinya dalam ruangan. Oleh karena itu, desain ruangan

32 19 dan upaya pengendalian kebisingan dengan menggunakan alat pelindung telinga adalah upaya efektif untuk meminimalkan dampak kebisingan pada lingkungan pabrik Kebisingan dan Kesehatan Masyarakat Kesehatan masyarakat didefinisikan oleh Winslow pada tahun 1920 diantaranya bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan kiat (art) untuk mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidikan higiene perseorangan, dan membangun mekanisme sosial sehingga setiap instan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk memelihara kesehatan manusia pada khususnya, dan kesehatan masyarakat pada umumnya pada tempat hidup yang memadai. Beberapa kalangan (orang) menyadari bahwa penyakit ditimbulkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah prilaku masyarakat itu sendiri. Norma dan budaya, dijelaskan juga menentukan gaya hidup masyarakat akan menciptakan keadaan lingkungan yang sesuai dengannya dan menimbulkan penyakit yang sesuai dengan gaya hidupnya. Dengan demikian untuk mencapai standar kesehatan tertentu, tidak cukup hanya pencegahan berbagai jenis penyakit secara perorangan melainkan juga melihat dan mengelola masyarakat sebagai satu kesatuan bersama lingkungan hidupnya. Oleh karena itu, kesehatan erat sekali hubungannya dengan suberdaya sosial ekonomi dan tidak hanya bergantung pada fasilitas kesehatan semata. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka muncullah ilmu kesehatan masyarakat sebagai satu bidang yang lebih luas lagi daripada ilmu kedokteran pencegahan (Slamet 2002). Menurut Slamet (2002), istilah kesehatan itu sendiri di dalam Undangundang Nomor 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan, Bab I pasal 2 didefinisikan: yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang-undang ini ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Istilah kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I pasal 1, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi (Slamet 2002).

KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR

KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR KAJIAN DAMPAK KEBISINGAN (DALAM LINGKUNGAN PABRIK) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT PENDENGARAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI KOTA TANGERANG HERI ISKANDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan hidup, atau sering dikenal dengan lingkungan, telah mendapatkan perhatian besar di hampir semua negara. Perhatian besar terhadap lingkungan ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan Pengertian Suara atau Bunyi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan Pengertian Suara atau Bunyi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suara dan Kebisingan 2.1.1. Pengertian Suara atau Bunyi Suara atau bunyi didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan melalui suatu medium elastis (misalnya udara) yang kemudian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Seiring dengan kemajuan suatu bangsa, maka tidak dapat dihindari kemajuan industrialisasi, sehingga menimbulkan dampak lingkungan berupa bising

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN III.

METODE PENELITIAN III. III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Kota Tangerang, khususnya di Kecamatan Jatiuwung (Gambar 4) dan dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Mei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Davis, I R, and Hamernik P Roger Noise and Hearing Impairrment, Occupational Health, USA.

DAFTAR PUSTAKA. Davis, I R, and Hamernik P Roger Noise and Hearing Impairrment, Occupational Health, USA. DAFTAR PUSTAKA Davis, I R, and Hamernik P Roger. 1994. Noise and Hearing Impairrment, Occupational Health, USA. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 1997. Kumpulan Peraturan dan Pedoman Analisis Dampak

Lebih terperinci

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, BIOAKUSTIK Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia. Bahasan bioakustik: proses pendengaran dan instrumen

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan apapun yang kita lakukan pasti memiliki potensi risiko (Suardi, 2007). Orang yang bekerja juga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bunyi atau Suara dan Sifatnya Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul-molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak dikehendaki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Bunyi dan Sifatnya Suma mur (1996) menyatakan bahwa bunyi adalah rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan jika tidak

Lebih terperinci

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya

Lebih terperinci

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20 Bunyi,telinga dan pendengaran. Gelombang bunyi adalah suatu getaran mekanis dalam suatu gas,cairan dan benda padat yang merambat/berjalan menjauhi sumber. Kita dapat melihat pada gambar tentang diafragma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran Telinga adalah organ yang berfungsi dalam pendengaran dan juga keseimbangan tubuh. Telinga dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran merupakan masalah utama pada pekerja-pekerja yang bekerja di tempat yang terpapar bising, misalnya pekerja di kawasan industri antara lain pertambangan,

Lebih terperinci

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber. Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber. Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU Almyrra Fajrina Ayu Laksmi, 2015; Pembimbing I: Stella Tinia Hasiana, dr., M.Kes, IBCLC Pembimbing II: Rizna Tyrani Rumanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat dimana dilakukan suatu kegiatan atau aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi bahaya. Apabila potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014 Isramilda Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN STRES KERJA PADA ANAK BUAH KAPAL YANG BEKERJA DI KAMAR MESIN KAPAL MANADO-SANGIHE PELABUHAN MANADO TAHUN 2015 Handre Sumareangin* Odi Pinontoan* Budi T. Ratag* *Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF. ABSTRAK PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA KAPAL TUG BOAT PERTAMINA RU VI BALONGAN BAGIAN MESIN DENGAN MASA KERJA 11-30 TAHUN Wina Shaulla, 2010. Pembimbing I : July Ivone,dr.,

Lebih terperinci

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN

12/3/2010 YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN YUSA HERWANTO DEPARTEMEN THT-KL FK USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN FISIOLOGI PENDENGARAN 1 Skala vestibuli, berisi perilimf Helikotrema Skala tympani, berisi perilimf Foramen rotundum bergetar Menggerakkan

Lebih terperinci

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1) Oleh : Dody Indra Wisnu PENDAHULUAN Kemajuan teknologi di sektor industri, telah berhasil menciptakan berbagai macam produk mesin yang

Lebih terperinci

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 Matakuliah Tahun : 2009 : L0044/Psikologi Faal Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 TELINGA saraf kranial VIII (n. auditorius) terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah dan dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produktivitas manusia sangat ditunjang oleh fungsi pendengaran. Apabila pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident Compensation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. International Labour Organization (ILO) (ILO, 2003) diperkirakan di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada saat ini masih kurang diperhatikan, hal ini terbukti dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Menurut International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf dan otak. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi menurut pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap tempat kerja termasuk di sektor informal. Untuk itu, perlu dikembangkan dan ditingkatkan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN Oleh : RAKHMANISA LINDHI HANIFA UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di kota-kota besar di negara-negara dunia sering ditemukan adanya daerah kumuh atau pemukiman miskin. Daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,

Lebih terperinci

Suara. Definisi Suara???

Suara. Definisi Suara??? Suara Suara Definisi Suara??? Suara, Amplitudo dan Telinga Suara adalah fenomena kompleks yang melibatkan fisika dan persepsi. suara selalu melibatkan setidaknya tiga hal: sesuatu yang bergerak sesuatu

Lebih terperinci

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS Zuhdi Ismail (M0208062) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta A. Pendahuluan Bising didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) RAHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BISING VALENSIA PUTRA UTARA. Universitas Sumatera Utara

BISING VALENSIA PUTRA UTARA. Universitas Sumatera Utara KUALITAS HIDUP PENDERITA TINITUSS PADA PEKERJA PANDAI BESI YANG TERPAJAN BISING DI KOTA MEDAN VALENSIA PUTRA 100100047 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 KUALITAS HIDUP PENDERITA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan di bidang industri. Penerapan teknologi dapat mempermudah segala kegiatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendengaran merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Dalam ilmu kedokteran,

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16

Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Kesehatan Lingkungan Kerja By : Signage16 Adanya Ancaman zat zat dan kondisi lingkungan yang berbahaya perlu mendapatkan perhatian khusus untuk melindungi dan mencegah pekerja dari dampak buruk yang dapat

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i3 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V10.i3 ( ) PENGARUH INTENSITAS PAPARAN BISING, MASA KERJA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN KARYAWAN PT. X Rara Marisdayana Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu Jambi Email : refkisantriono@gmail.com Submitted

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi dihasilkan dari pergesekan benda padat, gas, cair atau kombinasinya. Pergesekan tersebut mengakibatkan geteran yang akan menganggu keseimbangan molekul-molekul udara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1 Anatomi telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral.

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menciptakan persaingan dan kompetisi dalam sebuah pekerjaan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam menghadapi globalisasi telah meningkatkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

Sifat Alami Gelombang

Sifat Alami Gelombang Sifat Alami Gelombang Bunyi Sebagai Gelombang Mekanik Sifat alami gelombang bunyi serupa dengan gelombang slinki. Seperi halnya gelombang slinki, pada gelombang bunyi ada medium yang membawa gangguan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia musik dan industri hiburan berjalan dengan sangat pesat. Tempat-tempat hiburan semakin bertambah dan sudah menjadi kebutuhan warga kota

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Penghasil Gelombang Bunyi. Gelombang. bunyi adalah gelombang. medium. Sebuah

Penghasil Gelombang Bunyi. Gelombang. bunyi adalah gelombang. medium. Sebuah Bunyi Penghasil Gelombang Bunyi Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui sebuah medium Sebuah garpu tala dapat digunakan sebagai contoh penghasil gelombang bunyi Penggunaan Garpu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang mengakibatkan semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi bahaya terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan suatu aktivitas baik di rumah, di jalan maupun di tempat kerja. Apabila potensi bahaya tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mesin memiliki kebisingan dengan suara berkekuatan tinggi. Dampak negatif yang ditimbulkannya adalah kebisingan yang berbahaya bagi karyawan. Kondisi ini dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA PAPARAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA TERPAPAR KEBISINGAN IMPULSIF BERULANG DI SENTRA INDUSTRI PANDE BESI DESA PADAS KARANGANOM KABUPATEN KLATEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI 49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT KEBISINGAN DI BAWAH LAUT Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak menyenangkan untuk di dengar. Bunyi ini memiliki volume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan bisa mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13

I. PENDAHULUAN. serasi dan manusiawi. Pelaksanaannya diterapkan melalui undang- undang No. 13 1 I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Tujuan kesehatan kerja adalah berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna tenaga kerja dengan mengusahakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih serasi dan manusiawi.

Lebih terperinci

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA Nurul Fajaria Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang

Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Dampak kebisingan akibat pembangunan jalan layang Secara umum jalan layang keberadaannya sangat positif dalam menata sistem lalu lintas, guna mengurangi kemacetan lalu lintas sehingga memberikan kemudahan

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Diperkirakan sekitar sembilan juta pekerja di Amerika mengalami penurunan pendengaran

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di negara-negara industri, bising merupakan masalah utama kesehatan kerja. Diperkirakan sekitar sembilan juta pekerja di Amerika mengalami penurunan pendengaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia dewasa ini maju sangat pesat, seiring dengan tuntutan berbagai kebutuhan bermacam produk bagi kehidupan. Perkembangan industri memberikan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KEBISINGAN DAN LINGKUNGAN. Oleh. KRT.Adi Heru Husodo. Pencemaran udara itu dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, misalkan :

PENGENDALIAN KEBISINGAN DAN LINGKUNGAN. Oleh. KRT.Adi Heru Husodo. Pencemaran udara itu dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, misalkan : PENCEMARAN UDARA: PENGENDALIAN KEBISINGAN DAN LINGKUNGAN Oleh KRT.Adi Heru Husodo PENGANTAR Pencemaran udara itu dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan, misalkan : - debu - suara - panas - asap - cuaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Dalam pemanfaatan sumber daya untuk memenuhi kesejahteraan, manusia menciptakan berbagai pelayanan jasa dan barang konsumtif maupun produktif. Pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci