1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. Pendahuluan 2. Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 1. Pendahuluan Pembangunan pertanian mempunyai peranan penting, terutama dalam penyediaan pangan. Tingkat produktivitas pertanian semakin menurun di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur disebabkan oleh kemarau panjang(el-nino) yang berdampak pada gagal tanam dan gagal panen. Gagal panen yang sering terjadi karena iklim dan cuaca berdampak pada ketersediaan pangan di pasar dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tanaman pangan. Faktor lainnya yang mempegaruhi tingkat produktivitas pertanian yaitu semakin sedikitnya lahan pertanian yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan untuk kepentingan komersil dan kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Salah satu penyebab yang menjadi kendala utama dalam bercocok tanam di Kota Kupang yaitu persediaan air tanah, dimana petani Kota Kupang sangat bergantung pada curah hujan setiap tahun. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dibutuhkan sebuah sistem yang dapat menganalisis serta dapat berfungsi sebagai pengambil keputusan pemakaian lahan pertanian yang efektif. Analytical Hierarchy Process merupakan metode yang dipakai pada penelitian ini dimana parameter yang digunakan yaitu umur tanaman, kebutuhan air tanaman, harga pasar per tanaman dan kebutuhan tanaman di pasar. Hasil analisis dari Analytical Hierarchy Process berfungsi sebagai data pendukung keputusan untuk menentukan tanaman yang efektif pada musimmusim tertentu sehingga dapat memaksimalkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi tanaman-pangan. 2. Tinjauan Pustaka Pola Bercocok Tanam Terhadap Perubahan Iklim dengan Metode Data Mining dilakukan pada 16 Kabupaten di NTT. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengatasi masalah gagal tanam dan gagal panen dengan cara melakukan mining data pertanian untuk mendapatkan pola yang terbentuk untuk menentukan jenis tamanan yang cocok berdasarkan cuaca dan iklim pada daerah tersebut [1]. An analytical review of parameters and indices affecting decision making in agricultural mechanization. Penelitian tentang pemaksimalan lahan pertanian dalam mengoptimalkan produktivitas pertanian untuk memenuhi permintaan pangan dan pakan yang semakin meningkat. Menggunakan metode Fuzzy logic dengan faktor ekonomi, argonomis, budaya, dan aspek lingkungan pertanian sebagai kriteria pendukung [2]. Farming Differentiation in the Rural-urban Interface of the Middle Mountains, Nepal: Application of Analytic Hierarchy Process (AHP) Modeling. Penelitian dilakukan di Kathmandu Valley, Nepal dimana pertanian pada tempat tersebut dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan zona yang berbeda. Menggunakan metode AHP dengan faktor aksesibilitas, penggunaan sumber daya lokal dan kualitas tanaman kriteria pendukung [3]. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Wairata menggunakan teori neraca air dalam tanah untuk menentukan potensi tanaman, namun pada penelitian ini faktor ketersedian air dapat dipenuhi dengan irigasi tambahan. Penelitian ini juga akan menggunakan pemanfaatan AHP dalam mengoptimalkan produktivitas pertanian. Metode AHP berfungsi sebagai data pendukung keputusan, dengan menganalisis beberapa faktor terkait dalam memaksimalkan lahan pertanian, faktor tersebut 2

2 adalah umur tanaman ketersedian air tanah, kebutuhan pasar dan harga tanaman. Orisinalitas dari penelitian ini yaitu dilakukan pada bidang pertanian Kota Kupang dengan menggunakan 20 alternatif tanaman yang bertujuan untuk memetakan varietas 20 tanaman tersebut pada lahan pertanian berdasarkan bobot prioritas tertinggi yang didapat dari hasil AHP. Analytical Hierarchy Process Metode AHP dikembangkan oleh Saaty (1993), seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagianbagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut [4]. Adapun kelebihan AHP dibandingakan dengan metode SPK lainnya yaitu [5]: (1) Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subsubkriteria yang paling dalam; (2) Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan; dan (3) Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambil keputusan. Menurut Saaty (1981), ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan metode AHP adalah sebagai berikut [6] : (1) Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan; (2) Menyusun struktur hirarki secara menyeluruh, diawali dengan tujuan, kriteria dan alternatif yang disusun berdasarkan sudut pandang manajerial; (3) Membuat matriks berpasangan pada semua elemen kriteria, dimana setiap elemen dibandingkan dengan elemen lainnya. Hasil perbandingan berupa angka 1-9 dimana angka tersebut merupakan skala yang sudah ditetapkan oleh Saaty sebagai skala perbandingan dasar(saaty 1993); (4) Perbandingan antara dua elemen A dan B memiliki nilai berbanding terbalik, misalkan A memeiliki nilai 9 kali lebih penting dari B, maka B memiliki nilai 1/9 kali lebeih penting dari A. Jika elemen A dibandingkan dengan dirinya sendiri maka akan menghasilkan nilai 1 sehingga pada matriks perbandingan akan membentuk bilangan 1 pada sepanjang diagonal utama; (5) Menghitung nilai prioritas untuk mencari nilai eigen (lamda), lamda Max dan menguji konsistensinya dengan menghitung CI dan CR. (6) Lakukan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dalam hirarki; (7) Jumlahkan semua bobot prioritas yang sudah didapatkan pada langkah ke 5 sehingga akan menghasilkan bobot prioritas global; dan (8) Evaluasi konsistensi dari bobot 3

3 prioritas global. Rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang, apabila lebih mutu informasi harus diperbaiki, dengan cara merancang ulang matriks berpasangan. 3. Metode Penelitian Pada metode penelitian ini akan dibahas tentang tahapan-tahapan AHP dalam menentukan Sistem penentuan prioritas tanam berdasarkan literatur dan teori pendukung pada bagian sebelumnya. AHP Decomposition Comparative Judgments Logical Consistency Sistem Penentuan Prioritas Tanaman Gambar 1 Tahapan AHP Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan informasi tentang konsep tanaman pangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu data primer, dan hasil wawancara. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi tanaman pangan dan sayursayuran yang bersumber dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang, data iklim curah hujan yang bersumber dari BMKG, dan data harga jual tanaman pangan dan sayur-sayuran yang bersumber Perusahaan Daerah Pasar. Ketiga data primer ini dikumpulkan dalam kurun waktu tiga tahun yaitu dan berfokus pada Kecamatan Maulafa yang digunakan sebagai objek penelitian. Jenis tanaman pangan dan sayur-sayuran yang digunakan sebagai objek data penelitian terdiri dari 20 yaitu padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, ubi kayu, ubi jalar, talas, kubis, sawi, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, buncis, ketimun, kangkung, bayam, wortel dan bawang merah. Dari ke-20 jenis tanaman pangan dan sayur-sayuran yang dipakai sebagai sampel penelitian merupakan tanaman yang sering dikelola oleh pertanian di Kota Kupang. Untuk mengetahui kebutuhan pasar perbulan akan dilakukan wawancara dengan pengawai PD Pasar dan 12 pedangang di pasar kasih yang menjadi pusat pasar di Kota Kupang. Langkah selanjutnya yaitu melakukan survei lapangan untuk mengetahui pola tanam yang sudah dilakukan petani pada lahan pertanian masing-masing. Dari data primer yang didapatkan dari beberapa instasi, ditentukan beberapa kriteria dan alternatif untuk dianalisis dalam proses AHP, kriteria-kriteria tersebut disusun dalam bentuk hirarki (Decomposition). Tujuan sistem penentuan prioritas tanam ditentukan berdasarkan tiga periode tanam di Kota Kupang. Untuk kriteria dibagi 4

4 menjadi dua faktor pemodelan yaitu faktor potensi hidup tanaman dan faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor potensi tanam terdiri dari dua yaitu umur tanaman, dan kebutuhan air hujan. Faktor kedua produktivitas tanam yang terdiri dari kebutuhan pasar dan harga jual tanaman akan menjadi faktor pendukung yang apabila dikombinasikan dengan faktor potensi tanam akan menghasilkan pola tanam yang baru dan lebih efektif. Faktor lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu produksi tanaman per hektar yang merupakan faktor internal yang sudah dilakukan per tiga periode tanam. Pada level alternatif terdapat 20 jenis tanaman pangan dan sayur-sayuran yang tentukan berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, dimana 20 jenis tanaman pangan dan sayur-sayuran tersebut merupakan tanaman yang sering dikelola petani Kota Kupang. Sistem penentuan prioritas tanam dibagi menjadi 3 periode dimana periode 1 adalah periode tanam dari bulan november sampai dengan bulan februari, periode 2 adalah periode tanam dari bulan maret sampai dengan bulan juni dan periode 3 adalah periode tanam dari bulan juli sampai dengan bulan oktober. Perbedaan ketiga periode tanam tersebut yaitu pada faktor anomali iklim khususnya curah hujan per tahun. Pada periode 1 merupakan musim hujan dan memiliki kandungan air dalam tanah yang banyak, periode 2 merupakan peralihan musim hujan ke musim kemarau dimana kandungan air dalam tanah mencukupi untuk beberapa jenis tumbuhan. Sedangkan periode 3 adalah musim kemarau dan memiliki kandungan air tanah yang sedikit. Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 1, 2 dan 3 Potensi Tanam Produktivitas Tanam Umur Tanaman Kebutuhan Air Hujan Kebutuhan Pasar Harga Jual Padi Jagung Kacang Tanah Kacang Hijau Kacang Panjang Wortel Cabe besar Cabe Rawit Tomat Terung Buncis Ketimun Bayam Ubi Kayu Ubi Jalar Talas Kubis Sawi Bawang Merah Kangkung Gambar 2 Hirarki Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 1, 2 dan 3 Setelah ditentukan hirarki AHP, langkah selanjutnya yaitu menetukan skala matriks perbandingan berpasangan dengan skala yang sudah ditentukan Saaty (1993). Menentukan skala untuk matriks perbandingan berpasangan per kategori yaitu dengan cara wawancara para ahli dibidang Pertanian dan berpatokan pada data primer yang ada (Comparative Judgments). Setelah menentukan skala matriks perbandingan berpasangan langkah selanjutnya yaitu menjumlah matriks kolom dari matriks berpasangan yang sudah ditentukan (Tabel 1). 5

5 Tabel 1 Matriks Pairwise Comparison Kriteria Periode 1 Kebutuhan Air Umur Tanaman Kebutuhan Pasar Harga Jual Kebutuhan Air 1 1 1/3 1/3 Umur Tanaman 1 1 1/3 1/3 Kebutuhan Pasar Harga Jual 3 3 1/3 1 Jumlah 8,000 8,000 2,000 4,667 Tahapan selanjutnya dari Comparative Judgments yaitu menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom (Normalized Relative Weight). Setelah dibuat bobot relatif yang dinormalkan langkah selanjutnya menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris NRW dibagi dengan jumlah kriteria (Comparative Judgments). Tabel 2 Normalized Relative Weight Kebutuhan Air Umur Tanaman Kebutuhan Pasar Harga Jual Jumlah Prioritas Kebutuhan Air Umur Tanaman Kebutuhan Pasar Harga Jual Berdasarkan prioritas yang sudah dihasilkan perlu diukur nilai konsistensinya dengan menghitung nilai lamda, lamda Max, CI dan CR (Logical Consistency). Nilai lamda didapatkan dengan cara mengalikan masing-masing elemen matriks berpasangan dengan prioritas alternatif dan hasilnya masing-masing baris dijumlah (Weighted Sum Vector). Tabel 3 Weighted Sum Vector Kebutuhan Air Umur Tanaman Kebutuhan Pasar Harga Jual Jumlah Eigen Kebutuhan Air 0, , , , , , Umur Tanaman 0, , , , , , Kebutuhan Pasar 0, , , , , , Harga Jual 0, , , , , , λ 16,61707 λ 16,61707 λmax 4, n 4 λmax - n 4, CI 0, n CI 0, CR 0, RC 0,9 6

6 Apabila nilai konsistensinya tidak melebihi 10% langkah selanjutnya yaitu mencari prioritas dari masing-masing alternatif dan prioritas global dari kriteria dan altenatif yang digunakan. Ketiga proses AHP : Decomposition, Comparative Judgments dan Logical Consistency dilakukan pada setiap kategori per periode dan dimplementasi kedalam aplikasi yang dibangun dengan menggunakan C#.net. Hasil dari analisis AHP digunakan sebagai sistem pengambil keputusan untuk menentukan sistem penentuan prioritas tanam. Rekayasa Sistem Perancangan aplikasi digambarkan dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML) atau juga disebut sebagai blue print sebuah sistem software. UML merupakan sebuah bahasa yang memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun, dan mendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan software berbasis OO (Object-Oriented). Gambar 3 Use Case Diagram Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem dimana terjadi interaksi antara sistem, sistem eksternal dan pengguna. User akan melakukan manajemen database Pertanian dengan cara menambahkan data, mengubah data, menghapus data dan melihat data. User juga mempunyai hak untuk melakukan perhitungan AHP, melihat dan mengubah data AHP. Perhitungan AHP merupakan sebuah sistem yang terdapat dalam database pertanian atau sistem manjemen data pertanian. Perhitungan AHP biasanya dilakukan oleh expertise yang merupakan ahli dalam suatu bidang tertentu, contohnya pada pembobotan matriks pairwise comparison. Hasil dari analisis AHP dipakai sebagai sistem pendukung keputusan oleh manajer yang juga merupakan salah satu user yang berperan sebagai pengambil keputusan terakhir. 7

7 4. Hasil Impementasi dan Analisis Implementasi AHP dibagi menjadi dua bagian yaitu AHP pola tanam berdasarkan data produksi per periode tanam dan data AHP Penentuan Prioritas Tanam per periode dengan empat kategori pembanding yaitu kebutuhan air, umur tanaman, kebutuhan pasar, dan harga pasar. Langkah pertama untuk melakukan proses AHP yaitu dengan memasukkan matriks perbandingan berpasangan pada Form matriks perbandingan berpasangan (Gambar 4). AHP pola tanam berdasarkan data produksi memiliki matriks perbandingan dimensi 20x20 sesuai dengan alternatif tanaman yang dipakai. Nilai pada form matriks perbandingan berpasangan AHP Data Produksi dapat diubah sesuai dengan kondisi apabila terjadi perubahan pada data primer dan nilai CR lebih dari 10%. User yang dapat mengubah matriks perbandingan yaitu staff manager atau orang yang ahli pada bidang pertanian. Setelah mengubah matriks perbandingan pilih tombol simpan berkas. Tombol hitung berfungsi untuk menghitung nilai prioritas beserta nilai eigen, CI dan CR dari kriteria yang dipilih. Gambar 4 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Data Produksi Periode 1 Pada Form matriks perbandingan berpasangan berdasarkan data produksi per hektar, User juga dapat melihat matriks perbandingan berpasangan data produksi periode lainnya dengan memilih periode yang akan diubah pada Combo Box periode dan pilih tombol buka berkas. Langkah selanjutnya yaitu sistem akan melakukan pehitungan AHP untuk mendapatkan bobot prioritas dari pola tanam berdasarkan data produksi per 3 periode seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Bobot Prioritas Data Produksi per Periode Bobot Prioritas Periode 1 Periode 2 Periode 3 Padi 0, , , Jagung 0, , , Kacang Tanah 0, , , Kacang Hijau 0, , , Kacang Panjang 0, , , Ubi Kayu 0, , ,

8 Ubi Jalar 0, , , Talas 0, , , Kubis 0, , , Sawi 0, , , Cabe Besar 0, , , Cabe Rawit 0, , , Tomat 0, , , Terung 0, , , Buncis 0, , , Ketimun 0, , , Kangkung 0, , , Bayam 0, , , Wortel 0, , , Bawang Merah 0, , , Form Input matriks perbandingan berpasangan Sistem penentuan prioritas tanam per periode memiliki dua form input, pertama ber-ordo 4x4 untuk matriks perbandingan empat kategori dari masing-masing periode (Gambar 5), form input yang kedua ber-ordo 20x20 untuk matriks alternatif tanaman berdasarkan empat kategori dari masing-masing periode. Form input yang kedua sama seperti form input matriks berpasangan pola tanam berdasarkan data produksi (Gambar 4). Gambar 5 Form Matriks Perbandingan Berpasangan Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 1 Pada Gambar 5 terdapat combo box periode yang berfungsi untuk mengubah matriks perbandingan kategori berdasarkan periode yang terpilih. Tombol Hitung merupakan proses perthitungan bobot prioritas seperti tahapantahapan yang sudah dijelaskan pada metode penelitian. Untuk melihat dan mengubah nilai skala perbandingan dari matriks alternatif tanaman berdasarkan empat kategori Sistem penentuan prioritas tanam yaitu dengan cara pilih kategori pada combo box kategori (gambar 5) dan pilih buka berkas. Berdasarkan sistem penentuan prioritas tanam periode 1 (Gambar 5) kategori kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala tertinggi dibandingkan dengan kategori kebutuhan air tanah dan umur tanaman. Kebutuhan pasar dan harga jual memiliki prioritas tertinggi pada periode ini, karena berdasarkan hasil 9

9 survei di pasar KASIH Kota Kupang kebutuhan pada periode 1 untuk semua jenis tanaman sangat tinggi (November Februari) dan harga tanaman akan melonjak tinggi sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman. Sedangkan kategori kebutuhan air tanah dan umur tanaman dapat terpenuhi karena pada periode ini merupakan musim hujan di Kota Kupang dan memiliki rata-rata curah hujan sebesar mm. Gambar 6 Form Matriks Perbandingan Berpasangan Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 2 Matriks perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam periode 2 (Gambar 6) kategori kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala tertinggi dan memiliki kepentingan yang hampir sama dengan kebutuhan air hujan sedangkan umur tanaman memiliki skala terendah. Kebutuhan pasar dan harga jual memiliki prioritas tertinggi, karena kebutuhan untuk beberapa jenis tanaman di pasar pada periode 2 cukup tinggi dan harga tanaman tersebut naik drastis. Kategori kebutuhan air tanah dan umur tanaman cukup terpenuhi karena pada periode ini merupakan peraliahan dari musim hujan ke musim kemarau. Gambar 7 Form Matriks Perbandingan Berpasangan Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 3 Berbeda dengan Sistem penentuan prioritas tanam periode 3 kategori kebutuhan air dan umur tanaman memiliki skala tertinggi dibandingkan dengan kebutuhan pasar dan harga jual memiliki skala terendah pada Sistem penentuan prioritas tanam periode 3. Kebutuhan air dan umur tanaman memiliki prioritas tertinggi, karena kebutuhan air tanah pada periode ini tidak terpenuhi disebabkan periode ini merupakan musim kemarau di Kota Kupang. Sedangkan kebutuhan untuk beberapa jenis tanaman di pasar pada periode 3 sangat terpenuhi dan harga tanaman tergolong standar. 10

10 Tahapan selanjutnya yaitu mencari bobot prioritas alternatif per kategori untuk mencari bobot prioritas global. Langkah pertama untuk mencari prioritas global yaitu dengan cara menentukan matriks perbandingan berpasangan alternatif dari masing-masing kategori berdasarkan data primer dan hasil wawancara. Berdasarkan keempat kategori yang dipakai, kebutuhan air merupakan sebuah konstanta sehingga skala perbandingan matrik berpasangan kebutuhan air untuk periode 1, periode 2 dan periode 3 adalah sama. Gambar 8 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Kebutuhan Air periode 1, periode 2 dan Periode 3 Berdasarkan skala perbandingan matriks berpasangan berdasarkan kebutuhan air periode 1, periode 2 dan periode 3 (Gambar 8) terlihat bahwa kebutuhan air tanah untuk varietas padi jagung dan ubi kayu sangat banyak yaitu sebesar 0,8-1 mm/hari, kebutuhan air untuk varietas kacang, kacang panjang, cabe, ubi jalar, talas, kubis dan bawang merah sebesar 0,4 mm/hari, sedangkan kebutuhan air varietas sawi, ketimun, kangkung, bayam dan wortel sangat rendah yaitu sebesar 0,3 mm/hari. Gambar 9 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Umur Tanaman periode 1, dan Periode 2 Kategori umur tanaman juga merupakan sebuah konstanta, penentuan skala matriks perbandingan untuk kategori umur tanaman disesuaikan dengan kebutuhan air per periode. Apabila kebutuhan air mencukupi maka tanaman dengan umur panjang menjadi prioritas utama (periode 1 dan periode 2), dan jika kebutuhan air tanah tidak mencukupi maka umur tanaman pendek akan menjadi prioritas utama (periode 3). 11

11 Berdasarkan skala perbandingan matriks berpasangan berdasarkan umur tanaman periode 1 dan periode 2 (Gambar 10) terlihat bahwa umur tanaman untuk varietas ubi kayu dan talas tergolong lama yaitu hari, umur tanaman untuk varietas padi, jagung, kacang tanah, wortel, tomat dan kubis yaitu hari, umur tanaman untuk varietas terung, cabe, bawang merah, buncis dan kacang panjang yaitu hari, sedangkan umur tanaman untuk varietas sawi, ketimun, kangkung, kacang panjang dan bayam yaitu hari. Gambar 10 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Umur Tanaman Periode 3 Varietas sawi, ketimun, kangkung, kacang panjang dan bayam memliki nilai skala matriks perbandingan tertinggi, diikuti dengan varietas terung, cabe, bawang merah, buncis dan kacang panjang sedangkan ubi kayu dan talas memiliki skala matriks perbandingan terendah berdasarkan umur tanaman pada periode 3. Gambar 11 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Kebutuhan Pasar Periode 1 Penentuan skala matriks perbandingan berpasangan untuk kebutuhan pasar ditentukan berdasarkan data kebutuhan pasar hasil dari wawancara dengan beberapa pedagang di pasar Kasih Kota Kupang. Berdasarkan data kebutuhan pasar periode 1 (Gambar 11) varietas ubi kayu, ubi jalar dan talas selalu tersedia di pasar sedangkan 17 varietas lainnya pada periode 1 kebutuhan tanaman tersebut sangat tinggi hampir setiap bulan diperiode 1 (November-Februari) selalu dicari konsumen. 12

12 Gambar 12 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Kebutuhan Pasar Periode 2 Berdasarkan data kebutuhan pasar periode 2 (Gambar 12) varietas ubi kayu, ubi jalar dan talas kebutuhannya sangat tinggi (Agustus-Oktober) sedangkan cabe, tomat, wortel dan bawang merah selalu tersedia dipasar dan tanaman lainnya sangat dibutuhkan pada bulan-bulan tertentu pada periode 2 (Juli/ Agustus/ September/ Oktober). Gambar 13 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Kebutuhan Pasar Periode 3 Kebutuhan pasar periode 3 (Gambar 13) untuk varietas jagung dan wortel sangat tinggi (September-Oktober) sedangkan kebutuhan 18 tanaman lainnya selalu tersedia di pasar. Penentuan skala matriks perbandingan berpasangan untuk harga jual ditentukan berdasarkan data harga komoditi tanaman pangan hortikultura Kota Kupang. 13

13 Gambar 14 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Harga Jual Periode 1 Berdasarkan data harga jual tanaman periode 1 (Gambar 14) varietas cabe dan tomat memiliki harga jual paling mahal yaitu Rp Rp 35000/Kg, varietas kacang dan bawang merah Rp Rp21000/Kg, varietas ubi dan buncis Rp Rp 12000/Kg, varietas kangkung dan sawi yang merupakan nilai skala terendah memiliki harga jual Rp 2500 Rp 3500/ikat, sedangkan harga jual untuk tanaman tersisa lainnya yaitu berkisar antara Rp 5000 Rp Gambar 15 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Harga Jual Periode 2 Sedangkan data harga jual tanaman periode 2 (Gambar 15) untuk varietas cabe naik drastis menjadi yaitu Rp Rp 65000/Kg, varietas bawang merah, kacang, dan ubi jalar seharga Rp Rp30000/Kg, varietas buncis, ketimun dan ubi kayu Rp Rp 12000/Kg, sedangkan 10 varietas tersisa lainnya yang merupakan skala terendah memiliki harga jual berkisar antara Rp 5000 Rp Berbeda juga dengan data harga jual tanaman periode 3 (Gambar 16), harga jual varietas cabe rawit yaitu Rp 30000/Kg, varietas bawang merah, kacang, wortel, dan ubi jalar seharga Rp Rp21000/Kg, varietas buncis, cabe besar dan ubi kayu Rp Rp 15000/Kg, sedangkan 11 varietas tersisa lainnya yang merupakan skala terendah memiliki harga jual berkisar antara Rp 5000 Rp

14 Gambar 16 Form Matriks Perbandingan Berpasangan berdasarkan Harga Jual Periode 3 Setelah memasukkan nilai matriks perbandingan alternatif, tahap selanjutnya yaitu sistem akan menghitung nilai prioritas dari masing-masing alternatif. Nilai prioritas tersebut akan dipakai untuk mencari bobot prioritas global dengan cara menjumlahkan bobot prioritas alternatif per 4 (Tabel 5). Prioritas global AHP Sistem penentuan prioritas tanam dari masing-masing periode diubah dalam bentuk persen(%) dengan cara kolom prioritas global dibagi 4 dan dikalikan 100. Tujuan prioritas global AHP Sistem penentuan prioritas tanam diubah yaitu untuk melihat perbedan dengan prioritas global AHP menurut data produksi. Oleh karena itu prioritas global AHP data produksi (Tabel 4) juga diubah dalam bentuk persen(%) caranya nilai prioritas dikalikan 100. Tabel 5 Perbandingan Prioritas berdasarkan 2 Pola Tanam per 3 Periode Kriteria Prioritas AHP Data Produksi Periode 1(%) Prioritas AHP Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 1(%) Prioritas AHP Data Produksi Periode 2(%) Prioritas AHP Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 2(%) Prioritas AHP Data Produksi Periode 3(%) Prioritas AHP Sistem Penentuan Prioritas Tanam Periode 3(%) Padi 3,513 6,818 2,286 6,709 2,473 6,570 Jagung 15,133 6,226 2,286 6,709 2,473 8,654 Kacang Tanah 7,587 6,876 2,286 5,664 2,473 5,682 Kacang Hijau 4,499 6,180 2,286 4,967 2,473 4,985 Kacang Panjang 2,531 3,208 4,743 3,099 7,156 2,960 Ubi Kayu 15,285 7,573 16,080 9,371 2,473 8,230 Ubi Jalar 4,802 4,183 2,286 6,736 2,473 5,682 Talas 4,499 4,761 2,286 6,572 2,473 5,361 Kubis 2,455 4,519 4,036 4,410 4,492 4,271 Sawi 7,587 2,583 9,861 2,742 15,266 2,604 Cabe Besar 2,455 6,064 3,930 5,463 2,473 4,143 Cabe Rawit 2,455 6,064 3,930 5,463 2,473 6,141 15

15 Tomat 2,455 7,348 4,036 4,408 4,492 4,858 Terung 2,455 5,134 3,930 5,024 2,473 4,886 Buncis 2,531 5,264 6,624 5,142 7,156 5,072 Ketimun 2,531 2,852 4,036 3,242 4,492 2,604 Kangkung 4,651 2,583 6,837 2,742 7,156 2,604 Bayam 7,587 2,852 9,861 2,742 15,266 2,604 Wortel 2,455 4,163 4,036 4,719 2,636 7,409 Bawang Merah 2,531 4,750 4,344 4,073 7,160 4,679 Berdasarkan tabel perbandingan dua pola tanam (Tabel 5) perubahan pola tanam sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi. Pola tanam periode 1 kebutuhan pasar dan harga jual merupakan prioritas utama sehingga penanaman cabe besar dan cabe rawit yang merupakan komoditi dengan harga tertinggi dan kebutuhan pasar tertinggi perlu ditingkatkan penanaman bibit tersebut sebaliknya penanaman jagung dan ubi kayu perlu dikurangi. Pola tanam periode 2 tanman padi merupan tanaman denga prioritas tertinggi dan perlu ditingkatkan penanaman bibit tersebut. Hal ini disebabkan kebutuhan padi pada periode 2 tinggi dan kebutuhan air tanah untuk tanaman padi dapat mencukupi. Pada pola tanam periode 3 komoditi sayur-sayuran menjadi prioritas tertinggi dikarenakan kebutuhan air tanah yang sedikit. Dengan kebutuhan air tanah yang sedikit maka tanaman umur pendek adalah solusi yang tepat untuk ditanam pada periode ini. Selain dapat dilihat perbandingan prioritas dari dua pola tanam, dengan prioritas yang sudah dihasilkan juga dapat dilihat selisih dari dua pola tanam tersebut sehingga dapat dilihat kebutuhan bibit yang harus ditanam berdasarkan 20 alternatif tanaman yang dipilih dengan cara, prioritas berdasarkan luas lahan dibagi prioritas global hasil pembagian dikali dengan 100 (Gambar 17). Gambar 17 Prioritas Global Periode 1 Berdasarkan Gambar 17 dapat dilihat persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 1, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kangkung, sawi, bayam, ubi kayu, dan jagung. Ada beberapa varietas juga yang 16

16 perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas cabe, tomat terung dan buncis. Gambar 18 Prioritas Global Periode 2 Berdasarkan Gambar 18 dapat dilihat persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 2, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kacang panjang, ubi kayu, sawi, kangkung, bayam, ketimun dan buncis. Ada beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan talas. Gambar 19 Prioritas Global Periode 3 Dari gambar 19 dapat dilihat persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 3, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kacang panjang, sawi, kangkung, bayam, dan tomat. Ada beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase 17

17 perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas padi, jagung, ubi kayu, cabe dan wortel. Prioritas global satu, prioritas global dua dan prioritas global tiga dapat dibuat dalam bentuk rangking untuk mempermudah user dalam membuat keputusan penentuan tanaman yang akan ditanam. Tabel 6 merupakan Rangking dari 3 Prioritas Global dari Sistem Penentuan Prioritas Tanaman. Tabel 6 Rangking dari 3 Prioritas Global dari Sistem Penentuan Prioritas Tanaman No Varietas Tanaman Periode 1 Varietas Tanaman Periode 2 Varietas Tanaman Periode 3 1 Ubi Kayu ubi kayu jagung Tomat ubi jalar wortel Kacang Tanah padi cabe rawit Padi jagung buncis Jagung talas ubi kayu Kacang Hijau kacang tanah bawang merah Cabe Besar cabe besar padi Cabe Rawit cabe rawit kacang panjang Buncis buncis kacang hijau Terung terung terung Talas kacang hijau sawi Bawang Merah wortel ketimun Kubis kubis kangkung Ubi Jalar tomat bayam Wortel bawang merah kacang tanah Kacang Panjang ketimun ubi jalar kacang panjang cabe besar Ketimun Bayam sawi tomat Sawi kangkung kubis Kangkung bayam talas Dari hasil analisis AHP Sistem penentuan prioritas tanam, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang dapat menggunakan analisa tersebut sebagai pendukung keputusan dalam mengambil kebijakan untuk menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada periode tanam 1 sampai periode tanam ke 3. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang juga dapat mensosialisasikan kepada kelompok tani pada setiap Kelurahan di Kecamatan Maulafa jenis tanaman yang cocok dan efektif ditanam pada periode tertentu. 18

18 5. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dimpulkan bahwa Periode 1 sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi yaitu kebutuhan pasar, karena kebutuhan pasar yang sangat meningkat (November - Februari) maka dibutuhkan persediaan stok tanaman yang memenuhi kebutuhan pasar. Selain itu meningkatnya kebutuhan pasar pada periode 1 berdampak pada kenaikan harga tanaman. Pada periode 1 kebutuhan air tanah sangat melimpah, sehingga tanaman dapat tumbuh sesuai dengan umur tanaman. Periode 2 perubahan pola tanam sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi yaitu harga pasar. Pada periode 2 (Maret-Juni) harga beberapa tanaman meningkat drastis, harga tanaman yang tinggi memiliki potensi tanam yang besar dan memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan tanaman lain. Kebutuhan pasar pada periode 2 dapat terpenuhi karena pada periode 2 banyak varietas tanaman yang siap untuk dipanen (musim panen). Pada periode 2 kebutuhan air tanah terpenuhi, sehingga tanaman dapat tumbuh sesuai dengan umur tanaman. Periode 3 perubahan pola tanam sangat berpengaruh pada prioritas tertinggi yaitu kebutuhan air dan umur tanaman. Hal ini disebabkan pada periode ini suplai air tanah sangat kurang dan bila bercocok tanam diperlukan pemilihan jenis tanaman umur pendek dan irigasi tambahan. Pada periode 3 (Juli-Oktober) kebutuhan pasar dan harga beberapa tanaman meningkat. Hasil analisis AHP menunjukkan perbedaan antara dua pola tanam yaitu pola tanam berdasarkan data produksi tanam dan Sistem penentuan prioritas tanam berdasarkan empat kriteria pembanding. Persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 1, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kangkung, sawi, bayam, ubi kayu, dan jagung. Ada beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas cabe, tomat terung dan buncis Persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 2, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kacang panjang, ubi kayu, sawi, kangkung, bayam, ketimun dan buncis. Ada beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan talas. Persentase perbandingan Sistem penentuan prioritas tanam terhadap pola tanam berdasarkan data produksi periode 3, ada beberapa varietas yang perlu dikurangi tingkat produksinya seperti varietas kacang panjang, sawi, kangkung, bayam, dan tomat. Ada beberapa varietas juga yang perlu ditingkatkan produksinya seperti yang terlihat pada persentase perbandingan dimana terdapat data perbandingan >100% dan bahkan ada yang mencapai >200% seperti varietas padi, jagung, ubi kayu, cabe dan wortel. 19

19 Saran pengembangan penelitian ke depan adalah dalam sistem penentuan prioritas tanam perlu dilakukan penambahan dan pengurangan bibit yang akan ditanam. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang dapat menggunakan analisis AHP sebagai pendukung keputusan dalam mengambil kebijakan untuk menentukan jenis tanaman yang cocok ditanam pada periode tanam 1 sampai periode tanam ke 3. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Kupang juga dapat mensosialisasikan kepada kelompok tani pada setiap Kelurahan di Kecamatan Maulafa jenis tanaman yang cocok dan efektif ditanam pada periode tertentu. 6. Daftar Pustaka [1] Wairata, J.E Pola Bercocok Tanam Terhadap Perubahan Iklim dengan Metode Data Mining (Studi Kasus 16 Kabupaten di NTT). Skripsi Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga [2] Lak, M.B. and Almassi, M An analytical review of parameters and indices affecting decision making in agricultural mechanization. Australian Journal of Agricultural Engineering. [3] Bhatta, G.D Farming Differentiation in the Rural-urban Interface of the Middle Mountains, Nepal: Application of Analytic Hierarchy Process (AHP) Modeling. Journal of Agricultural Science. [4] Saaty, T.L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin; Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Gramedia, Jakarta. [5] Suryadi, K dan Ramdhani, M.A Sistem Pendukung Keputusan; Suatu Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambil Keputusan. Rosda, Bandung. [6] Supriyono, Wardhana, dan Sudaryo Sistem Pemilihan Pejabat Struktural dengan Metode AHP. Seminar Nasional III SDM Teknologi Nuklir, Yogyakarta. 20

1. Pendahuluan Proses perkembangan teknologi informasi sekarang ini telah merambah hampir di semua aspek kehidupan manusia. Hal ini terjadi bukan

1. Pendahuluan Proses perkembangan teknologi informasi sekarang ini telah merambah hampir di semua aspek kehidupan manusia. Hal ini terjadi bukan 1. Pendahuluan Proses perkembangan teknologi informasi sekarang ini telah merambah hampir di semua aspek kehidupan manusia. Hal ini terjadi bukan saja karena tuntutan teknologi informasi itu sendiri, melainkan

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Welda STMIK MDP Palembang welda@stmik-mdp.net Abstrak: Melakukan pengambilan keputusan menggunakan matriks

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PENDIRIAN WARNET DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus : PT. Pika Media Komunika) Sri Winiarti 1), Ulfah Yuraida 2) Program

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG) Frans Ikorasaki 1 1,2 Sistem Informasi, Tehnik dan Ilmu Komputer, Universitas Potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Memilih Kendaraan Bekas Dengan Menggunakan Metode Analitic Hierarchy Process (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Memilih Kendaraan Bekas Dengan Menggunakan Metode Analitic Hierarchy Process (AHP) Sistem Pendukung Keputusan Untuk Memilih Kendaraan Bekas Dengan Menggunakan Metode Analitic Hierarchy Process (AHP) 1 Sukenda 2 Zeny Prima Afrizone Teknik Informatika Universitas Widyatama Jalan Cikutra

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) ANALYSIS AND DESIGN APPLICATION

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ambar Widayanti (ambarwidayanti@gmail.com) Muhammad Hasbi (hasbb63@yahoo.com) Teguh Susyanto (teguh@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS) M.Fajar Nurwildani Dosen Prodi Teknik Industri, Universitasa Pancasakti,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang Nufus Wirastama Strata satu Sistem Imformasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang ABSTRAK Penentuan range plafond diperlukan untuk menentukan

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICHAL HIERARCHY PROCESS 1 Rikky Wisnu Nugrha, 2 Romi 1 Program Studi Komputerisasi Akuntansi Politeknik LPKIA 2 Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI PROCESS (AHP) Ivan Kinski (0911189) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process Joko Dwi Raharjo 1, Andriyan Darmadi 2 1 Dosen STMIK Bina Sarana Global, 2 Mahasiswa STMIK Bina Sarana Global Email

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS Nova Widyantoro Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERRARCHI PROCESS (AHP) UNTUK MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERRARCHI PROCESS (AHP) UNTUK MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI 3 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERRARCHI PROCESS (AHP) UNTUK MEMILIH PROGRAM STUDI DI PERGURUAN TINGGI Sri Primaini Agustanti Hartini JURNAL SIGMATA LPPM AMIK SIGMA 17 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERRARCHI

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Tujuan analisa sistem dalam pembangunan aplikasi sistem pendukung keputusan ini adalah untuk mendapatkan semua kebutuhan pengguna dan sistem, yaitu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN GURU YANG BERHAK MENERIMA SERTIFIKASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal METODE AHP INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Intro analytical

Lebih terperinci

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Petrus Wolo 1, Ernawati 2, Paulus Mudjihartono 3 Program Studi

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HIERARCY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HIERARCY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HIERARCY PROCESS Iwan Rijayana 1), Lirien Okirindho 2) 1,2) Fakultas Teknik Universitas Widyatama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

Pendahuluan Kajian Pustaka

Pendahuluan Kajian Pustaka 1. Pendahuluan Masalah gizi buruk di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah serta masyarakat pada umumnya. Pada tahun 2011, Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Penulis merancang program sistem pendukung keputusan pemberian cuti pegawai dengan metode AHP dengan menggunakan bahasa pemogram Microsoft Visual Basic.Net

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT. Putra Jaya Gemilang.

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (A HP) Heri Nurdiyanto 1), Heryanita Meilia 2) 1) Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU 1 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU E-mail:smaila761@gmail.com Abstrak Dalam penentuan pegawai dan Dosen

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan ini Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Dosen Pembina : A. Sidiq Purnomo S. Kom., M. Eng. Oleh : Verri Andriawan (14111036) Andi Gustanto Mucharom

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA NTT (ANGKA TETAP 2009 DAN ANGKA RAMALAN II 2010) No. 03/07/53/Th.XIII, 1 Juli 2010 PUSO NTT 2010 MENGHAMBAT PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber AlfariaTrijaya Dengan Metode AHP.

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber AlfariaTrijaya Dengan Metode AHP. Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Proses Perekrutan Karyawan Studi Kasus PT.Sumber AlfariaTrijaya Dengan Metode AHP Cahya Vikasari 1 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Informatika Politeknik

Lebih terperinci

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP ABSTRAK SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BER PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP Evi Haryani, Nurul Widiastuti STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma Rini

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Koperasi Serba Usaha Mitra Karya Unit XXIV Medan adalah salah satu instansi atau perusahaan yang bergerak dibidang pengelolaan koperasi usaha untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas BA PUSAT STATISTIK DEPARTEMEN PERTANIAN LAPORAN TANAMAN SAYURAN BUAH-BUAHAN SEMUSIM RKSPH-SBS (Isian dalam Bilangan Bulat) PROPINSI : BANTEN 3 6 Bulan JANUARI 1 KAB./KOTA : LEBAK 2 Tahun 217 1 7 Luas Luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

Siti Mujilawati dkk: Penerapan Algoritma AHP 53

Siti Mujilawati dkk: Penerapan Algoritma AHP 53 Siti Mujilawati dkk: Penerapan Algoritma AHP 53 Penerapan Algoritma AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk Pengambilan Keputusan dalam Seleksi Calon Peserta Olimpiade Sains Nasional bidang Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Analisis masalah bertujuan untuk mengidentifikasi serta melakukan evaluasi terhadap Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan STMIK Terbaik Di Medan

Lebih terperinci

CESS (Journal of Computer Engineering System and Science) p-issn :

CESS (Journal of Computer Engineering System and Science) p-issn : Page 78 ANALISISIS PEMILIHAN REKOMENDASI PRODUK TERBAIK PRUDENTIAL BERDASARKAN JENIS ASURANSI JIWA BERJANGKA UNTUK KECELAKAAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) P.P.P.A.N.W Fikrul Ilmi

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Haditsah Annur haditsah@gmail.com Universitas Ichsan Gorontalo Abstrak Penempatan bidan

Lebih terperinci

AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHANSEKOLAH TINGGI KOMPUTER

AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHANSEKOLAH TINGGI KOMPUTER AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHANSEKOLAH TINGGI KOMPUTER Yuli Astuti 1, M. Suyanto 2, Kusrini 3 Mahasiswa 1, Pembimbing 1 2, Pembimbing 2 3 Program Studi Magister Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta Jl.Ringroad

Lebih terperinci

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS V.M.Eduardo Christian S A11.2008.03931 Teknik Informatika Udinus TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Masalah Pengelolaan data proses pemilihan buku pelajaran pada sekolah SMA Yayasan Perguruan Swasta Budi Agung Medan dilakukan dengan musyawarah antara para

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 521~526 521 ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Maria Hestiningsih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah adalah suatu wadah tempat kita berteduh dari teriknya matahari dan hujan. Rumah terbuat dari bahan material yang disusun secara teratur dan dihiasi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian tersebut yaitu melakukan uraian hasil metode Analytical Hierarchy Proses (AHP) dan Simple Additive

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 75 ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN Dyna

Lebih terperinci

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci