Abstract. Keywords: social media; sport; syntax; the title phrase; web journalism.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstract. Keywords: social media; sport; syntax; the title phrase; web journalism."

Transkripsi

1 JUDUL ARTIKEL OLAHRAGA PORTAL BERITA DETIK.COM DI TWITTER: SEBUAH KAJIAN SINTAKSIS Elza Lidwina Umboh ( ); R. Niken Pramanik ( ) Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Abstract This study discusses about the title of news portal s articles. The data which be used in this study is social media connected Detik.Com of page as a corpus. This research analyzing the characteristics of news portals title that are read by audiences and make that news portal more attractive compared by another media. The result showed that the title of article is mostly single sentence, the rest of the compound sentence, and compound sentence stories. There s a mismatch between the concepts presented Kridalaksana syntax and data. The concept of the title that is a minor or incomplete sentences are no longer in accordance with the results be found in this study. This caused by the evolution of the medium used by newsmakers. Keywords: social media; sport; syntax; the title phrase; web journalism. 1. PENDAHULUAN Saat ini, kehadiran teknologi sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Teknologi ikut menyumbang cepatnya arus informasi dengan menyebarkan informasi yang terpercaya maupun hoax. Begitulah dampak dari besarnya sumbangan teknologi terhadap penyebarluasan informasi yang semakin cepat. Informasi yang tersebar itu berhubungan langsung dengan komunikasi yang terjadi di masyarakat dan komunikasi yang terjalin itu berkat adanya suatu bahasa. Bahasa tersebutlah yang akan menentukan bahwa informasi tersebut akan sampai atau diterima oleh suatu kelompok masyarakat berdasarkan sosial ataupun letak geografis. Peneliti tertarik untuk menganalisis kalimat judul portal berita Detik.Com. Pengguna Twitter mendapatkan informasi dari Detik.Com berupa unggahan judul berita beserta tautannya. Twitter merupakan sebuah laman jaringan yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc. yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan tersebut dapat dilihat oleh pengguna Twitter yang dikenal dengan sebutan pengikut (follower). Bertolak dari konsep yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana dalam bab Kalimat pada buku Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa judul 1

2 2 termasuk dalam kalimat minor. Kalimat minor yang dikemukakan Kridalaksana adalah kalimat yang tidak berstruktur klausa dan mempunyai intonasi final. Dalam bab tersebut, dijelaskan pula bahwa ada judul kalimat yang berbentuk klausa. Namun, contoh yang diberikan berupa kalimat tunggal. Peneliti tertarik pada pemakaian bahasa dalam judul berita ragam jurnalistik on line pada media portal berita (internet). Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan peneliti pada latar belakang, masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yakni bagaimanakah satuan gramatikal (sintaksis) berupa fungsi, struktur klausa, dan pola kalimat yang dipergunakan dalam membentuk suatu judul berita? Bertolak dari hal tersebut, apakah judul-judul berita dalam data tersebut merupakan kalimat minor atau tidak? Bagaimanakah ciri umum yang khas mengenai pemakaian judul-judul berita atau identitas dari suatu judul berita, khususnya berita olahraga, dalam ragam jurnalistik on line? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini. a. Mendeskripsikan fungsi dan struktur klausa untuk menemukan jenis/pola kalimat yang terdapat dalam judul portal berita Detik.Com yang ada dalam Twitter. b. Menemukan suatu ciri umum yang khas mengenai pemakaian judul-judul berita atau mencari identitas suatu judul berita olahraga on line. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif analitis. Nawawi (1991:63) mengungkapkan bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya Pengumpulan percontoh dilakukan dengan teknik mengunduh. Dengan media internet, peneliti mengambil sampel judul langsung dari laman pada 14 Februari 2012 mulai pukul sampai WIB yang dilakukan secara penuh pada hari itu. 2. LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini, digunakan teori sintaksis, yaitu analisis struktur dan pola kalimat judul berita yang terdapat dalam kicaian Detik.Com di Twitter. Teori yang digunakan adalah teori kalimat Harimurti Kridalaksana (1999), khususnya mengenai jumlah dan struktur klausa, dan perwujudannya yang unik dan khusus terdapat dalam data serta sedikit pemaparan tentang bahasa jurnalistik yang menjadi korpus penelitian ini.

3 3 Bahasa Jurnalistik Menurut J.S. Badudu (1988), bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar, dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Segi penyajian judul berita merupakan cara penyampaian bentuk judul berita yang diterima pembaca. Tugas bahasa pada judul berita mempunyai tujuan agar pemberitaan yang akan disampaikan dapat menarik perhatian pembaca. Bagi penulis berita tentunya pemakaian bahasa pada judul berita diusahakan dapat memenuhi tujuan yang dimaksud dengan menyajikan bentuk yang berkesan. Berikut ciri-ciri berita menurut Sumadiria (2005). Tajuk Berita (Judul Berita) Teras Berita (Lead) Badan Berita Klimaks Perincian Piramida Terbalik Gambar 1 Sintaksis Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa. Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup kata yang sering dianggap bagian dari gramatika seperti morfologi. Morfologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata. (Kridalaksana, 2002). Fungsi, Kategori, dan Peran dalam Sintaksis Dalam sintaksis, kita mengenal adanya istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan. Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan sebagai kotak-kotak kosong yang akan diisi oleh kategorikategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti pelaku, aktif, penyerta, dan sasaran. Istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan inilah yang selanjutnya disebut sebagai unsurunsur fungsional dalam klausa. Dalam pemerian kalimat, perlu dibedakan antara fungsi sintaksis, kategori sintaksis,

4 4 dan peran semantis unsur-unsur kalimat. Berikut ini dibahas pengertian fungsi, kategori, dan peran serta hubungan antara fungsi, kategori, dan peran. Fungsi Sintaksis Di bawah ini berturut-turut dibicarakan fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan menurut Kridalaksana (1999), Alwi (2003: ) dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ramlan (1986), dan Gorys Keraf (1980). (1) Subjek Subjek merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat. Subjek merupakan konstituen kalimat yang memiliki ciri-ciri: pada umumnya berupa nomina, terletak di sebelah kiri predikat, dan menjadi objek akibat pemasifan kalimat. (lihat Kridalaksana 1999 dan Alwi 2003). Pemaparan dari konsep Kridalaksana dan Alwi cukup untuk menganalisis fungsi. (2) Predikat Predikat adalah bagian klausa atau gatra yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara tentang subjek. (Kridalaksana, 1999). Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri, dan jika ada, konstituen objek, pelengkap dan/atau keterangan yang berada di sebelah kanan. Predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain. Istilah pemerlengkapan mencakup konstituen kalimat yang lazim disebut objek, pelengkap, dan keterangan yang kehadirannya bersifat melengkapi kalimat (Lapoliwa, 1990:2). Pemerlengkapan atau komplementasi (complementation) menyangkut konstituen frasa atau klausa yang mengikuti kata yang berfungsi melengkapi spesifikasi hubungan makna yang terkandung dalam kata itu. Kehadiran pemerlengkapan tidak berkaitan langsung dengan kelengkapan bentuk kalimat, melainkan dengan kelengkapan maknanya (Lyons, 1970: ). Adverbia adalah kata atau kelompok kata yang menerangkan predikat tiap keadaan, peristiwa, atau perbuatan, dapat diterangkan tentang cara, tempat, dan waktu berlakunya. (Samsuri, 1985: 254). Modalitas adalah sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, terhadap pendengar, terhadap lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara hal-hal itu

5 5 sendiri, sedangkan secara eksplisit biasanya modalitas itu terdiri dari sebuah kalimat. (Samsuri, 1985: 245). Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa. Beberapa bahasa di dunia mengungkapkan modalitas dengan cara penambahan leksem atau diungkapkan secara leksikal. Chaer (1994: 263). Modalitas (modality) adalah. 1. Klasifikasi proposisi menurut hal menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan. 2. Cara pembicara menyatakan sifat terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antarpribadi. 3. Makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. (3) Objek Objek adalah nomina atau frasa nomina yang melengkapi verba tertentu dalam klausa (Kridalaksana, 2002). Objek merupakan konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif, umumnya memiliki ciri (i) berwujud frasa nomina atau klausa, (ii) berada langsung di belakang predikat, (iii) menjadi subjek akibat pemasifan, dan (iv) dapat diganti dengan pronomina ketiga. (Alwi et al., 2003). Kehadiran objek sangat ditentukan oleh unsur yang menduduki fungsi predikat. Objek wajib hadir dalam klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba aktif transitif, sebaliknya objek bersifat opsional jika predikat kalimat berupa verba intransitif (Ramlan, 1987:93-95). (4) Pelengkap Seperti halnya objek, kehadiran pelengkap ditentukan oleh unsur yang menduduki fungsi predikat. Perbedaannya pelengkap berada di belakang predikat yang klausanya tidak dapat dipasifkan atau dalam kalimat aktif yang klausanya tidak bisa diubah menjadi klausa pasif. Pelengkap tidak dapat berubah menjadi subjek (Ramlan, 1987:95-96). Menurut Hans Lapoliwa, fungsi pelengkap, yaitu melengkapi info dalam predikat, tidak ada konjungsi atau preposisi, dan tidak dapat dipindahkan karena melekat pada predikat. Pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina. Pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak memerlukan objek). Pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.

6 6 (5) Keterangan Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam yang memiliki ciriciri: biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial, paling mudah berpidah letak, dan kehadirannya dalam kalimat bersifat manasuka. Keterangan (adverbial) yaitu unsur fungsional klausa yang menjelaskan predikat, yang memberi informasi tambahan mengenai apa-apa yang ditunjukkan oleh predikatnya. Unsur fungsional klausa yang tidak menduduki subjek, predikat, objek, dan pelengkap, dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Posisi keterangan dalam klausa sangat bebas, bisa di depan, di tengah, bisa juga di belakang. Berbeda dengan objek dan pelengkap yang selalu terletak di belakang pelengkap, dalam suatu klausa keterangan pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan subjek-predikat, di antara subjek-predikat, atau terletak di belakang sekali. Akan tetapi, keterangan tidak mungkin berada antara predikat dan objek atau pelengkap karena objek dan pelengkap selalu menduduki tempat langsung di belakang predikat (Ramlan, 1986:91-92). Keterangan merupakan fungsi sintaktis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya serta kehadirannya bersifat manasuka (Alwi, 2003). Kategori Sintaksis Kridalaksana (2008: ) membagi kategori sintaksis menjadi 13 macam, yaitu Verba (V), Adjektiva (A), Nomina (N), Pronomina (Pronom), Numeralia (Num), Adverbia (Adv) Interogativa (Intero), Demonstrativa (Dem), Preposisi (Prep), Artikula (Art), Konjungsi (Konj), Kategori Fatis (KF), dan Interjeksi (Int). Jenis-Jenis Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri, mempunyai ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Intonasi final dan pungtuasi atau tanda baca merupakan dua ciri pembeda antara klausa dan kalimat. Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat diteliti oleh berbagai bidang ilmu yang berkaitan, salah satunya adalah analisis konstituen. Menurut Harimurti Kridalaksana, analisis konstituen (immediate constituent analysis) dibagi menjadi tiga, yaitu konstituen akhir, langsung, dan terbagi. Dengan analisis konstituen terbagi, penulis berharap dapat mengklasifikasikan kalimatkalimat berdasarkan jumlah klausa, struktur klausa, kategori predikat, pola intonasi, amanat wacana, dan perwujudannya.

7 7 Di bawah ini uraian menurut Kridalaksana (1999) tentang jenis kalimat 1. Menurut jumlah klausa, kalimat dibagi menjadi lima bagian. i. Tunggal yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa lengkap. ii. Bersusun yaitu kalimat yang terdiri dari satu klausa lengkap dan sekurangkurangnya satu klausa terikat. Majemuk yaitu kalimat yang terdiri dari beberapa klausa lengkap. iii. Majemuk setara yaitu kalimat yang terdiri dari klausa-klausa lengkap yang mempunyai hubungan penambahan, kontras, urutan, pilihan, pengandaian, sebab-akibat, misal, parafrasa, perlawanan, dan keserentakan. iv. Majemuk bertingkat yaitu kalimat yang klausanya dihubungkan secara fungsional. v. Bertopang yaitu kalimat yang komponen-komponennya bukan klausa lengkap yang masing-masing tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri dan tergantung satu sama lain, tetapi menghasilkan satuan yang lengkap. vi. Kombinasi yaitu kalimat yang terdiri dari gabungan kalimat-kalimat tersebut. 2. Berdasarkan stuktur klausanya, Harimurti Kridalaksana berpendapat bahwa kalimat dapat dibedakan atas vii. Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap. viii. Kalimat tak lengkap dapat dibedakan atas a. Kalimat Elipsis adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal. b. Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari klausa tak lengkap dan diturunkan dari kalimat bersusun. c. Kalimat urutan sebenarnya berupa kalimat lengkap tetapi mengandung konjungsi yang menyatakan bahwa kalimat tersebut bagian dari kalimat lain. d. Kalimat minor adalah kalimat yang tidak berstruktur klausa dan mempunyai pola intonasi final. Yang termasuk jenis kalimat minor, yaitu panggilan, salam, ucapan, seruan, judul ada juga yang berstruktur klausa, moto, inskripsi, dan ungkapan khusus larangan, peringatan, permintaan, anjuran, harapan, perintah, pernyataan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba membuktikan lebih lanjut tentang perbedaan judul yang ada pada kepala berita yang kurang sesuai

8 8 dengan teori yang kurang diteliti lebih lanjut oleh Harimurti Kridalaksana. Judul yang tidak hanya berstruktur klausa, tetapi juga ada yang berstuktur kalimat kompleks lainnya. Kalimat minor adalah kalimat yang dipakai secara terbatas, dapat lengkap, dapat pula tidak lengkap, seperti panggilan, judul, semboyan, pepatah, dan kalimat telegram. Menurut Harimurti Kridalaksana, kalimat minor adalah kalimat yang tidak berstruktur klausa, mempunyai pola intonasi final. Contoh: panggilan, salam, ucapan, seruan, judul, moto, inskripsi, ungkapan khusus. ix. Berdasarkan perwujudannya, kalimat terbagi atas kalimat langsung dan kalimat tak langsung. a. Kalimat langsung. Entah berupa kalimat deklaratif, entah berupa kalimat interogatif, entah kalimat imperatif, yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, atau objek, dan secara cermat menirukan apa yang diujarkan orang. Biasanya subjek dalam kalimat tersebut terletak di awal atau akhir kalimat dan berupa nomina diri (-peneliti). b. Kalimat tak langsung. Kalimat yang berupa kalimat deklaratif atau kalimat interogatif yang dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, yang melaporkan apa yang diujarkan orang. Ada juga kalimat tak langsung yang melaporkan apa yang dirasakan orang dan kadang-kadang di dalamnya digunakan konjungsi tertentu. Ada juga kalimat tak langsung yang tidak memakai konjungsi. Kelebihan dari teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana yakni beliau menjabarkan tentang judul yang masuk dalam suatu jenis kalimat, kalimat minor, serta jenis-jenis kalimat lainnya yang beragam yang dapat mewakili data yang dianalisis. Namun, pembagian fungsi yang dijelaskan dalam teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana tidak cukup karena jika peneliti hanya menggunakan teori tersebut yang ada dalam buku Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia, analisis fungsi akan sangat sulit dilakukan karena penjelasan yang tidak detail. Oleh sebab itu, untuk memperkuat analisis, peneliti menggunakan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia untuk melakukan analisis fungsi.

9 9 3. ANALISIS FUNGSI, KLAUSA, DAN KALIMAT JUDUL ARTIKEL OLAHRAGA PORTAL BERITA DETIK.COM DALAM LINIMASA TWITTER Dalam bab ini, data penelitian berupa judul berita yang dianalisis berdasarkan teori Harimurti Kridalaksana dan teori sintaksis pendukung lainnya. Data diambil dari laman pada Selasa, 14 Februari 2012 mulai pukul WIB dan ditemukan sebanyak 197 data dan dipilih 31 data yang sesuai dengan tema, yaitu olahraga. Analisis dilakukan secara berurutan sesuai dengan kemunculan data setiap detiknya yang didapat oleh peneliti dari Twitter. Analisis dilakukan untuk mengetahui jumlah dan struktur klausa pada judul berita linimasa. Untuk mengetahui jumlah klausa yang ada, terlebih dahulu dilakukan analisis fungsi terhadap judul kalimat berita linimasa. Penyampaian informasi tidak akan berhasil tanpa diwujudkan dalam bentuk sebuah kalimat yang tepat. Kalimat serta satuan-satuan kecil di dalamnya, seperti kata, frasa, dan klausa, menjadi sebuah kesatuan yang berkorelasi satu sama lain. Dari 31 data yang terkumpul yang berupa kalimat judul berita bertema olahraga, ditemukan 26 khususnya di bidang bola, 5 bidang olahraga lainnya seperti tenis, balap motor, politik olahraga, dan 2 dalam bidang bulutangkis. Dari 31 kalimat judul yang dianalisis tersebut, ditemukan 21 kalimat tunggal yang ada pada data nomor 1, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, dan 31; ditemukan 2 kalimat bersusun yang ada pada data nomor 5 dan 17; ditemukan kalimat 3 majemuk bertingkat yang ada pada data nomor 4, 16, dan 18; ditemukan 2 kalimat majemuk setara yang ada pada data nomor 3 dan 7; ditemukan 1 kalimat kombinasi yang ada pada data nomor 2; ditemukan 2 kalimat minor yang ada pada data nomor 26 dan 14. Data tersebut didominasi oleh kalimat dengan fungsi S P O Ket kemudian dengan fungsi S P O, S P Pel, S P Ket, dan S P. Ada pula fungsi P O dengan tidak adanya fungsi S dalam kalimat. Fungsi S 1 P 1,S 2 P 2 juga ditemukan dalam data. Dari data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa kalimat judul artikel berita olahraga sebagian besar berupa kalimat tunggal, sisanya berupa kalimat bersusun, kalimat majemuk bertingkat. Sesuai dengan teori Kridalaksana (1999) yang memasukkan kategori judul dalam kalimat minor, peneliti hanya mendapat 2 data berupa kalimat minor dari 31 data yang terkumpul. Ini membuktikan bahwa kalimat judul berita memiliki pola yang berbeda dari teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana tersebut.

10 10 Contoh Kalimat Minor Kembali Menempa Mental Timnas U-21 dalam Laga Ujicoba (de.tk/tsayv) Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 14:53 WIB. Data tersebut merupakan judul dari sebuah artikel yang memberitakan Timnas Indonesia U- 21. Pada Jumat 10 Februari 2012, usai dikalahkan dengan skor 0-2, saat melawan Ulsan Hyundai Mipo Dolphin FC, Timnas Indonesia U-21 rencananya akan ditempa mentalnya dengan melawan Persiba Bantul. Rencana tersebut dilakukan dalam sebuah laga ujicoba di stadion Sultan Agung Jogyakarta, Rabu 15 Februari Persiba Bantul, menurut pelatih Timnas Indonesia U-21, merupakan tim yang bagus. Kembali Menempa Mental Timnas U-21 dalam Laga Ujicoba S P O Ket Berdasarkan pembagian fungsinya, data tersebut diawali predikat berupa frasa verbal yakni Kembali Menempa. Kembali sebagai adverbial dari predikat Menempa. Adapun fungsi predikat sebagai bagian yang dinyatakan umumnya berwujud kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), angka (numeralia), pronomina, dan frasa preposisional. Fungsi objek ditandai dengan Mental Timnas U-21 yang merupakan frasa nominal. Fungsi keterangan merupakan bagian yang menjelaskan fungsi subjek atau predikat. Dalam data tersebut, fungsi keterangan ditandai dengan dalam Laga Ujicoba yang berupa frasa preposisional (Prep+N) berperan sebagai keterangan waktu sebagai penjelas informasi tentang waktu berlangsungnya pertandingan Timnas U-21. Secara keseluruhan, data tersebut tidak memiliki subjek. Jadi, dalam uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konstruksi data tersebut memiliki fungsi S P O Ket. Melalui uraian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, data tersebut tidak terdiri dari satu klausa lengkap. Penanda lengkap atau tidaknya sebuah klausa ditentukan oleh terpenuhinya fungsi subjek dan predikat (S+P). Namun, dalam data tersebut tidak ditemukan adanya fungsi subjek. Klausa yang merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurangkurangnya memiliki fungsi subjek serta predikat tersebut juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Oleh karena itu, kalimat judul tersebut merupakan Kalimat Tidak Lengkap (Elipsis) karena tidak adanya unsur subjek dalam konstruksi data

11 11 tersebut. Berdasarkan jumlah klausanya, data tersebut merupakan Kalimat Minor karena terdiri dari satu klausa tidak lengkap. Contoh Kalimat Kombinasi Masih Percaya Ranieri, Moratti Minta Fans Bersabar (de.tk/qrgfl) Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 01:02 WIB dan merupakan kalimat judul dari sebuah artikel yang berisi berita tentang sebuah klub bola bernama Inter Milan. Klub bola tersebut memiliki hasil buruk dari kekalahan yang selalu diraih selama dilatih oleh Claudio Ranieri. Namun, hal tersebut tidak membuat presiden Inter Milan bernama Massimo Moratti kehilangan kepercayaan kepada Claudio Ranieri. Massimo Moratti masih yakin kepada Ranieri. Moratti meminta fans klub bola Inter Milan untuk bersabar dan tetap mendukung serta mendoakan hasil yang terbaik untuk klub bola tersebut. kepada S o P o. Masih Percaya Ranieri, Moratti Minta Fans Bersabar ( P 2 Pel S P untuk) 1 O (untuk) 1) Moratti Minta Fans Bersabar klausa bebas S P 1 O (kepada) 2) Moratti Masih Percaya Ranieri klausa terikat S P 2 Pel Data tersebut merupakan konstruksi klausa yang diawali oleh predikat 2 yakni Masih Percaya yang merupakan frasa verbal. Masih merupakan adverbial dari predikat Percaya. Fungsi pelengkap yakni (kepada) Ranieri yang berupa nomina melengkapi klausa terikat tersebut.. Oleh karena itu, konstruksi tersebut merupakan anak kalimat. Setelah konstruksi anak kalimat yang diakhiri dengan tanda, tersebut, terdapat fungsi subjek yakni Moratti yang berupa nomina. Dari fungsi subjek, diikuti dengan predikat 1 yakni Minta berupa verba. Yang terakhir ditutup oleh objek yakni Fans Bersabar yang berupa klausa verbal intransitif. Dalam fungsi objek itu sendiri terdiri dari subjek yakni Fans dan fungsi predikat yakni Bersabar. Jadi, data tersebut memiliki fungsi P 2 Ket, S P 1 O. Berdasarkan struktur klausa, kalimat tersebut memiliki struktur klausa Lengkap yang ada pada induk kalimat. Kalimat tersebut terdiri dari satu klausa

12 12 lengkap pada induk kalimat atau klausa bebas yakni Moratti Minta Fans Bersabar yang merupakan Kalimat Majemuk Bertingkat dan satu klausa tidak lengkap yang menjadi anak kalimat atau klausa terikat yakni Masih Percaya Ranieri. Klausa terikat tersebut mengalami pelesapan subjek. Subjek ada pada induk kalimat. Berdasarkan jumlah klausa yang telah diuraikan tersebut, kalimat judul tersebut merupakan Kalimat Bersusun karena memiliki dua klausa. Data tersebut terbentuk dari kombinasi Kalimat Bersusun dan Majemuk Bertingkat. Oleh karena itu, data tersebut termasuk dalam kalimat Campuran/Kombinasi. Contoh Kalimat Majemuk Setara Robben Dikritik, Mueller Membela (de.tk/abksv) Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 00:30 WIB dan merupakan kalimat judul sebuah artikel yang berisi berita tentang Arjen Robben, pesepak bola asal klub Bayern Munich. Robben sering dikritik sebagai pemain yang egois dan individualis, salah satunya oleh Franz Beckenbauer, pesepak bola legenda Bayern dan timnas Jerman. Akan tetapi, Thomas Mueller, rekan setim Robben, membela rekan setimnya itu karena tidak sependapat dengan Franz Beckenbauer. Data tersebut merupakan konstruksi klausa yang diawali dengan dengan Robben yang berkelas kata nomina sebagai subjek 1 dan Dikritik yang berkelas kata verba sebagai predikat 1. Konstruksi kedua setelah, diawali dengan Mueller yang berkelas kata nomina sebagai subjek 2 dan Membela yang berkelas kata verba sebagai predikat 2. Jadi, kalimat tersebut memiliki fungsi S 1 P 1, S 2 P 2. Berdasarkan struktur klausa, data tersebut mempunyai struktur dua klausa Lengkap. Berdasarkan jumlah klausanya, pola kalimat judul tersebut merupakan Kalimat Majemuk Setara karena terdiri dari dua klausa. Robben Dikritik, Mueller Membela merupakan kalimat yang diderivasi dari Ketika Robben Dikritik, Mueller Membela dengan jalan melesapkan konjungsi yang ada pada awal kalimat yakni Ketika atau konjungsi setara lainnya. (lihat Lapoliwa, 1990: 53). Robben Dikritik, Mueller Membela S 1 P 1 S 2 P 2 Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat

13 13 Silva: The Gunners Bukan Cuma Van Persie (de.tk/uw5te) Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 00:15 WIB. Data tersebut merupakan kalimat judul dari sebuah artikel yang memberitakan Thiago Silva, pesepak bola asal klub AC Milan, Brasil. Silva berpendapat bahwa The Gunners, julukan untuk klub bola Arsenal, memiliki banyak pemain yang sangat bagus. Tidak hanya pesepak bola Robin van Persie, Arsenal memiliki banyak sekali pemain lainnya yang perlu diwaspadai sebagai lawan dari AC Milan. S 1 P 1 O O Silva : The Gunners Bukan Cuma Van Persie S 2 P 2 Pel Data tersebut memiliki fungsi yang diawali dengan subjek Silva kemudian diikuti oleh predikat yang ditandai dengan tanda baca :. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (60: 2005), salah satu pemakaian tanda titik dua (:) adalah dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Dalam hal ini, tanda titik dua dipakai dengan fungsi yang sama seperti teks drama yang dijelaskan tersebut. Namun, ujaran atau percakapan yang biasanya diapit oleh tanda petik dua ( ) tidak ditulis. Hal tersebut dilakukan dalam tujuan memenuhi prinsip hemat dalam bahasa jurnalistik terutama dalam pembentukan kalimat judul. Dapat dikatakan bahwa tanda titik dua dapat menggantikan frasa mengatakan atau berkata bahwa dan sebagainya. Hal tersebut dapat diketahui ketika peneliti atau pembaca berita membaca keseluruhan artikel bahwa maksud dari data tersebut adalah mengemukakan ujaran/pendapat/perkataan yang dilakukan pengujar/pelaku yang menjadi subjek di awal kalimat. Setelah tanda titik dua yang menjadi fungsi predikat, konstruksi kalimat judul tersebut diakhiri dengan objek yakni The Gunners Bukan Cuma Van Persie yang merupakan sebuah klausa. Fungsi objek itu sendiri memiliki fungsi The Gunners sebagai subjek 2 kemudian Bukan Cuma sebagai predikat 2 dan Van Persie sebagai pelengkap. Jadi, data tersebut memiliki fungsi S P O dengan O di dalamnya memiliki fungsi S 2 P 2 Pel. Melalui uraian tersebut, apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, data tersebut terdiri dari dua klausa Lengkap. Penanda lengkap atau tidaknya sebuah klausa ditentukan oleh terpenuhinya fungsi subjek dan predikat (S+P). Klausa yang merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya

14 14 memiliki fungsi tersebut juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Berdasarkan jumlah klausanya, data tersebut merupakan kalimat Majemuk Bertingkat. Contoh Kalimat Bersusun Boateng Bersinar Lagi Berkat Jauhi Dugem (de.tk/yhht3) Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 14:31 WIB. Data tersebut merupakan judul berita yang berisi tentang pesepak bola asal London, Inggris, bernama Kevin Prince Boateng. Ia sempat mengalami masa-masa redup sinarnya. Kini ia bersinar lagi bersama pesepak bola asal klub AC Milan di Italia. Itu terjadi setelah Boateng tidak lagi menjadi bergelut dalam dunia malam (dugem: dunia gemerlap). Dalam prosesnya, ia mendapatkan pencerahan dan bertekad menjauhi dugem dan lebih memanfaatkan waktunya untuk berkonsentrasi kepada sepakbola. Itulah momen titik balik untuknya. Boateng Bersinar Lagi Berkat Jauhi Dugem S P Ket Data tersebut terdiri dari konstruksi yang diawali dengan fungsi subjek yakni Boateng dan diikuti dengan fungsi predikat yakni Bersinar Lagi dan diakhiri dengan fungsi keterangan Berkat Jauhi Dugem yang di dalam fungsi keterangan tersebut memiliki fungsi (Konj) P O dengan Berkat sebagai konjungsi, kemudian Jauhi sebagai predikat dan Dugem sebagai objek. Jadi, kalimat judul tersebut memiliki fungsi S P Ket. Melalui uraian tersebut, dapat diketahui bahwa data tersebut yang apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, terdiri dari satu klausa Lengkap. Namun, karena data tersebut dihubungkan secara fungsional, antara Boateng Bersinar Lagi dan Jauhi Dugem, dengan konjungsi Berkat, menjadikan data tersebut sebuah konstruksi Kalimat Bersusun. Contoh Kalimat Tunggal Tevez Sudah Ada di Manchester Lagi (de.tk/we7u8) Data ini diunggah pada Selasa, 14 Februari 2012 pukul 01:23 WIB. Data tersebut merupakan judul dari sebuah artikel yang berisi berita tentang seorang pemain bola bernama Carlos Tevez. Ia terlibat "perang dingin" dengan klub bola serta manajernya yang bernama Roberto Mancini selama kurang lebih enam bulan. Pada

15 15 akhirnya Tevez memutuskan untuk berdamai. Setelah perdamaian tersebut, Tevez akhirnya kembali bermain bersama klub bola yang berasal dari Kota Manchester yang sekaligus menjadi nama klub itu sendiri, Manchester City. Tevez Sudah Ada di Manchester Lagi S P Ket P Berdasarkan pembagian fungsinya, data tersebut merupakan konstruksi kalimat yang terbentuk dengan diawali fungsi subjek. Subjek umumnya ditandai dengan kata benda sebagai bagian dari yang diterangkan. Subjek pada data tersebut adalah Tevez yang berkelas kata nomina (N). Setelah fungsi subjek, data tersebut diikuti oleh fungsi predikat. Predikat, sebagai bagian yang dinyatakan, umumnya berwujud kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), angka (numeralia), pronomina, dan frasa preposisional. Dalam data tersebut, predikat ditandai oleh Sudah Ada Lagi yang berupa frasa verbal intransitif (Adv+V+Adv). Sudah merupakan adverbia modalitas (lihat Lapoliwa, 1990: dan Samsuri, 1985: ). Lagi dalam data tersebut terpisah dengan predikat Sudah Ada dan terletak setelah fungsi keterangan. Akan tetapi, Lagi tetap menjadi satu kesatuan predikat karena merupakan adverbia yang melengkapi verba Ada dalam konstruksi kalimat judul tersebut. Fungsi keterangan sebagai bagian yang menjelaskan fungsi subjek/predikat. Keterangan dalam data tersebut ditandai oleh di Manchester yang berupa frasa preposisional (Prep+N) dan berperan sebagai keterangan tempat sebagai informasi yang menjelaskan tentang keberadaan pesepak bola bernama Carlos Tevez. Konstruksi tersebut memiliki pola pembentukan klausa verbal aktif intransitif yang ditunjukkan pada Sudah Ada Lagi sebagai predikat verbal yang tidak memiliki objek. Jadi, kalimat judul tersebut memiliki fungsi S P Ket. Melalui uraian tersebut, apabila dilihat dari struktur klausa yang ada, data tersebut terdiri dari satu klausa. Penanda lengkap atau tidaknya sebuah klausa ditentukan oleh terpenuhinya fungsi subjek dan predikat (S+P). Klausa yang merupakan satuan gramatikal berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya memiliki fungsi tersebut juga mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Dapat disimpulkan bahwa data tersebut merupakan Kalimat Lengkap.

16 16 Terpenuhinya fungsi subjek dan predikat dalam kalimat, sebenarnya tidak hanya menandai kelengkapan dari sebuah klausa, tetapi juga struktur klausanya. Oleh karena itu, berdasarkan jumlah klausanya, data tersebut merupakan Kalimat Tunggal karena terdiri dari satu klausa lengkap. 4. KESIMPULAN Dalam data ditemukan kalimat-kalimat yang tidak memiliki salah satu fungsi sintaksis, khususnya subjek dan predikat. Hal tersebut menyebabkan proses analisis gatra atau fungsi sintaktis sulit dilakukan, jika peneliti tidak menelaah keseluruhan wacana hingga badan berita, untuk memastikan maksud kepala berita yang sebenarnya penulis berita maksud. Ada pula kalimat dengan deret verba yang turut mempersulit proses analisis fungsi yang kemudian akan masuk ke klasifikasi jenis kalimat. Analisis harus ditelaah dengan teliti karena korpus merupakan bahasa jurnalistik yang sarat dengan ekonomi bahasa. Dengan prinsip ekonomi bahasa, analisis harus tajam dengan mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan pelesapan salah satu konstruksi (fungsi/kelas kata) dalam sebuah data. Fungsi yang beragam dan begitu kompleks karena sebagai sebuah judul berita yang setidaknya memuat isi berita secara ringkas, judul berita dituntut untuk mewakili setiap jadi kalimatnya bertumpuk, bersusun, dengan tujuan mewakili setiap bagian dari sebuah artikel berita tetapi tetap dalam kalimat yang tidak memiliki banyak kata. Dari hasil yang ditemukan peneliti tersebut, terdapat ketidaksesuaian antara konsep yang dikemukakan Kridalaksana mengenai judul dan data yang ditemukan. Ini membuktikan bahwa bahasa bersifat elastis dan manasuka. Bahasa mengikuti perkembangan zaman. Pada saat Kridalaksana mengemukakan konsep mengenai kalimat, media elektronik seperti internet belum berkembang pesat sehingga konsepnya pun terbatas. Pada era saat ini ketika jurnalis tidak lagi dibatasi oleh ruang, konsep yang dikemukakan oleh Kridalaksana tidak lagi sesuai. Oleh karena itu, diperlukan konsep terbaru mengenai kalimat judul terutama dalam ranah media on line sehingga para jurnalis tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta sesuai dengan perkembangan media yang mewadahinya. Baik dan benar sesuai dengan konsep jurnalistik serta konsep bahasa secara seimbang. Memanfaatkan ruang yang dipakai dalam media on line yang berbeda dengan media cetak, tetapi juga tetap setia dalam konsep jurnalisme pada umumnya serta konsep bahasa yang baik dan benar.

17 17 Saran Jurnalis harus mempertimbangkan pembentukan kalimat judul yang menjadi konstruksi awal dalam sebuah artikel karena ketertarikan khalayak pembaca yang diawali oleh bagaimana judul sanggup membuat pembaca ingin melanjutkan ke bagian badan berita. Pembentukan kalimat, terutama judul, juga akan memengaruhi kebiasaan masyarakat pembacanya dengan gaya dan pemahaman kalimat yang dibentuk oleh penulis berita. Besarnya pengaruh dari peran jurnalis sebagai pelestari bahasa dalam suatu masyarakat inilah yang seharusnya dipertahankan. Sudah menjadi hal yang wajib bahwa jurnalis andil dalam perkembangan bahasa dalam suatu masyarakat, terutama Indonesia. Oleh karena itu, dalam membentuk kalimat, terutama judul, sebaiknya penulis berita lebih berkreasi, teliti, dan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena penelitian ini merupakan penelitian yang terbatas dalam waktu dan korpus, peneliti mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang menganalisis pembentukan kalimat judul berita dalam bidang olahraga pada media-media elektronik, online, maupun cetak. Ada pula saran yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya yakni adanya keterbatasan penelitian ini hanya pada bagian fungsi sintaksis, sedangkan dalam wacana berita dapat pula dianalisis dalam ilmu linguistik lainnya seperti analisis wacana, terutama tentang konteks dan kohesi dalam judul portal berita dalam jaringan. KEPUSTAKAAN Alwi, Hasan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Badudu, J.S Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Keraf, Gorys Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah Komposisi. Ende: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Struktur, Katégori, dan Fungsi dalam Téori Sintaksis. Jakarta: Unika Atmajaya., dkk Tata Wacana Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Sastra. Lapoliwa, Hans Klausa Pemerlengkapan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Lyons, John An Introduction to Theoretical Linguistics. London: Cambidge University Press Language and Linguistics. London: Cambridge University Press New Horizon in Linguistics. Great Britain: Penguin Books. Penerbit Kanisius.

18 18 Nawawi, Hadari Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Ramlan, M Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono. Salim, Peter dan Yenny Salim Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press Jakarta. Samsuri Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto Bahasa Jurnalistik dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Semarang: Citra Almamater. Sumadiria, AS Haris Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Tim Penyusun Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Verhaar, J, W, M Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sumber Data diunduh pada 14 Februari 2012 mulai pukul WIB.

19 19

20 20

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 2 LANDASAN TEORETIS BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Seperti telah diungkapkan, penelitian ini meliputi dua bidang, yakni linguistik dan jurnalistik. Dalam bidang linguistik, penelitian dibatasi dari segi sintaksis, yakni

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU

FUNGSI KETERANGAN DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM KOMPAS MINGGU Fungsi eterangan dalam alimat Majemuk Bertingkat dalam ompas Minggu FUNGSI ETERANGAN DALAM ALIMAT MAJEMU BERTINGAT DALAM OMPAS MINGGU TRULI ANJAR YANTI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI Fitri Rahmawati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

RINGKASAN PENELITIAN

RINGKASAN PENELITIAN RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke BAB IV SIMPULAN Dan sebagai konjungsi menduduki dua kategori sekaligus yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Posisi konjungsi dan berada di luar elemen-elemen bahasa yang dihubungkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE

PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Pelesapan Fungsi. (Satya Dwi) 128 PELESAPAN FUNGSI SINTAKTIK DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA THE ELLIPIS OF THE SYNTACTIC IN THE INDONESIAN LANGUANGE COMPOUND SENTENCE Oleh: Satya Dwi Nur Rahmanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya

Lebih terperinci

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Kania Pratiwi Sakura Ridwan Aulia Rahmawati Abstrak. Penelitian ini bertujuan memahami secara

Lebih terperinci

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifakasikan diri

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagaimana tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory),

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai rubrik berita maupun iklan, yakni rubrik berita utama (coverstory), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surat kabar atau tabloid adalah lembaran-lembaran kertas yang tertuliskan berita (Alwi, 2007: 1109). Berita sendiri dapat diartikan sebagai laporan tercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini

BAB IV PENUTUP. untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan KVA/KAV dalam kalimat bahasa Indonesia. Deskripsi ini diwujudkan dalam tipe-tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M. ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M. Jakfar Is Dosen Program Studi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Kata Keterangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. 1 PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa. Dalam interaksi sosial masyarakat Jawa, lebih cenderung menggunakan komunikasi

Lebih terperinci

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah

Lebih terperinci

PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI

PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan

Lebih terperinci

STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan.

STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA. Ade Barkah. Abstract. secara terampil dalam penyampaian informasi, opini dan hiburan. STRUKTUR FRASA AJEKTIVA PADA EDITORIAL MEDIA INDONESIA Ade Barkah Abstract Secara tidak langsung, surat kabar menjadi sarana pembinaan bahasa. Kekuatannya terletak pada kesanggupan penggunaan bahasa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat vital yang dimiliki oleh manusia dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS Sintaksis adalah bidang tataran linguistic yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam bahasa Inggris terdapat kelas kata yang disebut part of speech. Selain nomina, ajektiva, pronomina, verba, preposisi, konjungsi, dan interjeksi, adverbia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari bahasa karena bahasa mempunyai fungsi utama, yaitu sebagai alat komunikasi. Bahasa dimanfaatkan untuk berinteraksi,

Lebih terperinci

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK 1 2 Hubungan Penguasaan Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks dengan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

Oleh Ratna Novita Punggeti

Oleh Ratna Novita Punggeti KALIMAT DLM BI Oleh Ratna Novita Punggeti STRUKTUR KALIMAT 1. SUBJEK Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku/masalah. Menjawab pertanyaan: siapa, apa. Biasanya berupa kata benda/frasa (kongkret/abstrak)

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (3):

TATARAN LINGUISTIK (3): TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS 6(0) Sebelumnya kita membahas istilah morfosintaksis. morfosintaksis adalah gabungan kata dari morfologi dan sintaksis. morfologi pengertiannya membicarakan sruktur internal

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengulangan unsur harus dihindari. Salah satu cara untuk mengurangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada penggabungan klausa koordinatif maupun subordinatif bahasa Indonesia sering mengakibatkan adanya dua unsur yang sama atau pengulangan unsur dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak

BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak 1 BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak Women's language is closely related to gender. Spoken word (language) used by the women are more subtle than

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final.

1. KALIMAT. 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. 1. KALIMAT 1. Satuan bahasa berupa kata/rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. 2. Memiliki intonasi final. Perbedaan kalimat dan klausa Klausa : gabungan kata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, 654 BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II, uji lapangan, dan temuan-temuan penelitian, ada beberapa hal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI

KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Abstrak KALIMAT EFEKTIF DALAM BERKOMUNIKASI Trismanto 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jalan Pemuda No. 70 Semarang 50132 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 4 Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 4 memuat materi kalimat efektif. Kalimat efektif adalah materi lanjutan dari modul sebelumnya, yaitu tata kalimat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi

Lebih terperinci