PAJAK PENGHASILAN DARI PPJB DAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Transkripsi

1 e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 12 Desember PAJAK PENGHASILAN DARI PPJB DAN PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN [1]

2 Pada tanggal 8 Agustus 2016, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan sebuah peraturan baru, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/atau Bangunan, Dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Atas Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya ( PP 34/2016 ). PP 34/2016 yang mulai berlaku tertanggal 8 September 2016 ini memberikan kepastian hukum dan kesederhanaan, dimana pajak penghasilan sehubungan dengan PPJB dan perubahannya yang semula bersifat tidak final, melalui PP 34/2016 menjadi final. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan Pasal 1 ayat (1) PP 34/2016 yang menyatakan: Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari: a. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat final. Berdasarkan ketentuan di atas, terdapat 2 (dua) jenis pengalihan yang dikenakan pajak penghasilan, yaitu pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan serta pajak penghasilan dari perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan ( PPJB ) beserta perubahannya. Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a PP 34/2016 di atas, adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak. Besar pajak penghasilan dari dan/atau bangunan adalah sebesar: a. 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai dan/atau bangunan selain dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan dan/atau bangunan; atau c. 0% (nol persen) atas dan/atau bangunan kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. PP 34/2016 juga memberikan kepastian mengenai pembayaran pajak penghasilan, khususnya diatur di dalam Pasal 3 ayat (2) - (4) PP 34/2016, yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut: 2. Bagi orang pribadi atau badan yang usaha pokoknya melakukan dan/atau bangunan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a, Pajak Penghasilan pada ayat (1) terutang pada saat diterimanya sebagian atau seluruh pembayaran atas dan/atau bangunan. 3. Pajak Penghasilan pada ayat (2) [2]

3 dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran termasuk uang muka, bunga, pungutan, dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli, sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan tersebut. 4. Pajak Penghasilan yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dibayar oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan ke bank/ pos persepsi paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran. Asdfadsf Sebagai penjelasan atas ketentuan tersebut di atas, berikut adalah contoh kasus dari ketentuan tersebut: PT Bangun Property menjual 1 (satu) unit apartemen seharga Rp ,00 (satu miliar rupiah). Tuan Adi membayar uang muka sebesar Rp ,00 (empat ratus juta rupiah) pada tanggal 25 Februari 2017 dan sisanya diangsur selama 24 (dua puluh empat) bulan. Meskipun belum dilakukan penandatanganan akta jual beli antara PT Bangun Poperty dengan Tuan Adi, atas transaksi tersebut telah terutang Pajak Penghasilan yaitu pada saat diterimanya uang muka sebesar Rp ,- (empat ratus juta rupiah) dan saat diterimanya angsuran sebesar Rp ,- (dua puluh lima juta rupiah) setiap bulannya. Dalam hal PT Bangun Property mengenakan tambahan biaya sebesar Rp ,- (satu juta rupiah) sebagai kompensasi pembayaran melalui angsuran selain pokok angsuran setiap bulan yang sebesar Rp ,- (dua puluh lima juta rupiah) tersebut, maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan setiap bulannya adalah sebesar Rp ,- (dua puluh enam juta rupiah). Lebih lanjut, PT Bangun Property wajib membayarkan Pajak Penghasilan yang terutang atas pembayaran uang muka, yaitu sebesar 2,5% dari Rp ,00 (empat ratus juta rupiah) atau sebesar Rp ,00 (sepuluh juta rupiah), paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan Maret [3]

4 SEGENAP LAWYER DAN STAFF MS & PARTNERS LAW OFFICE MENGUCAPKAN Kiranya damai, sukacita, pengharapan, dan kebahagiaan menjadi milik anda pada Natal ini dan sepanjang tahun yang baru [4]

5 [5]

6 MS & PARTNERS LAW OFFICE Tel: (021) Web: Fax: (021) Linkedin: ms & partners lawoffice M: Office: Epicentrum Walk Building, 7 th Floor, Suite B 717, Jl. HR. Rasuna Said. Kuningan Jakarta Selatan Indonesia Free Consultation: pertanyaan dan kasus anda ke: lawofficemsp@gmail.com Fast Response Number/ Hotline 24 Hours Disclaimer: Newsletter FIAT JUSTITIA berisi tulisan-tulisan yang ditulis oleh lawyer-lawyer dari MS & Partners Law Office, bukan merupakan nasehat resmi dan tidak dapat dijadikan acuan resmi untuk keputusan investasi [6] atau bisnis. MS & Partners Law Office adalah sebuah kantor hukum yang terdiri dari lawyer yang berdedikasi, berpengalaman di dunia hukum, dan menguasai bidangnya. Visit our Website: