BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Caring Pengertian Caring Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara perawat berfikir, merasa, dan mempunyai pengaruh dengan sesama. Caring memfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien, membuat perawat mengetahui masalah pasien dan mencari serta melaksanakan solusinya. Caring sebagai bentuk dasar dari praktek keperawatan dan juga sebagai struktur mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan (Potter & Perry, 2009). Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu kepada resipien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu, menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien (Griffin, 1983 dikutip dari Morrison dan Burnard, 2008). Barnum (1998) & Melleis (1997) dikutip dari Agustin (2002), menjelaskan makna secara lebih luas dari caring yang terdiri dari 5 (lima) konsep. Pertama caring as human traits, yang berarti caring merupakan kebiasaan atau sifat dari manusia berdasarkan pada kepribadian, psikologis, atau budaya. Kedua caring as moral imperactive, yang artinya caring berpengaruh dengan aspek moral yang penting sebagai esensi dari keperawatan yang menghargai martabat orang lain

2 sebagai manusia. Ketiga caring as affect yang dimanifestasikan dengan emosional, empati, dan mengabdi pada pekerjaan. Keempat caring an interpersonal interaction, yang artinya perawat dalam memberikan asuhan selalu berinteraksi dengan pasien dan keluarganya yang merupakan esensi dari caring. Kelima caring a therapeutic intervention, yang artinya caring merupakan terapi keperawatan (therapeutic nursing). Caring menurut Watson (2006a) dikutip dari Potter & Perry (2009) merupakan sentral praktek keperawatan. Caring juga merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya terhadap pasien. Caring oleh Swanson (1991) dikutip dari Potter & Perry (2009) di defenisikan sebagai suatu cara pemeliharaan yang berpengaruh dengan menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki tanggung jawab. Selanjutnya Benner (1984) dikutip dari Potter & Perry (2009) menggambarkan inti dari praktek keperawatan yang baik adalah caring. Milton Mayerof (1972) dikutip dari Morrison dan Burnard (2008) menganalisis tentang makna caring dalam pengaruh manusia, menggambarkan caring sebagai suatu proses yang memberikan kesempatan pada seseorang (baik pemberi asuhan (carer) maupun penerima asuhan) untuk pertumbuhan pribadi. Aspek utama caring dalam analisis, meliputi: pengetahuan, penggantian irama (belajar dari pengalaman), kesabaran kejujuranrasa percayakerendahan hatiharapan, dan keberanian.

3 2.1.2 Caring Menurut Teori Watson Teori Jean Watson (Asmadi, 2008) yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah Human Science and Human Care. Watson percaya bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif humanistik yang dikombinasikan dengan dasar pengetahuan ilmiah. Dalam praktek keperawatan Watson mengemukakan 10 faktor karatif, yaitu 10 sifat dari karakter perawat yang menjelaskan bagaimana caring dimanifestasikan sebagai esensi dan inti keperawatan. Kesepuluh faktor karatif tersebut adalah sebagai berikut: a. Membentuk Dan Bertindak Berdasarkan Sistem Nilai Yang Altruistik Dan Manusiawi. Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik dapat di bangun dari pengalaman, belajar, dan upaya-upaya mengembangkan sikap humanis. Pengembangan dapat ditingkatkan dalam masa pendidikan. Melalui sistem nilai ini perawat dapat merasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada pasien dan juga penilaian terhadap pandangan diri seseorang. Menurut potter dan Perry (2009) perawat harus memberikan kebaikan dan kasih sayang, bersikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan pasien. b. Menanamkan Keyakinan Dan Harapan (Faith-Hope). Menggambarkan peran perawat dalam mengembangkan pengaruh perawat dan pasien dalam mempromosikan kesehatan dengan membantu meningkatkan perilaku pasien dalam mencari pertolongan kesehatan. Perawat memfasilitasi pasien dalam membangkitkan perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya dan

4 mengembangkan pengaruh perawat dengan pasien secara efektif. Faktor ini merupakan gabungan dari nilai humanistik dan altruistik, dan juga memfasilitasi asuhan keperawatan yang holistik kepada pasien. c. Mengembangkan Sensitivitas Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain. Perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni, dan tampil apa adanya. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. d. Membina Pengaruh Saling Percaya Dan Saling Bantu (Helping-Trust) Pengaruh saling percaya akan meningkatkan dan menerima perasaan positif dan negatif. Untuk membina pengaruh saling percaya dengan pasien perawat menunjukkan sikap empati, harmonis, jujur, terbuka dan hangat serta perawat harus dapat berkomunikasi terapeutik yang baik. e. Meningkatkan Dan Menerima Ekspresi Perasaan Positif Dan Negatif. Perawat harus dapat menerima perasaan orang lain serta memahami perilaku mereka dan juga perawat mendengarkan segala keluhan pasien. Blais (2007) juga mengemukakan bahwa perawat harus siap untuk perasaan negatif, berbagi perasaan duka cita, cinta, dan kesedihan yang merupakan pengalaman yang penuh resiko. f. Menggunakan Metode Pemecahan Masalah Yang Sistematis Dalam Pengambilan Keputusan. Perawat menerapkan proses keperawatan secara sistematis, memecahkan masalah secara ilmiah dalam menyelenggarakan pelayanan yang berfokus

5 kepada pasien. Proses keperawatan seperti halnya proses penelitian yaitu sistematis dan terstruktur. g. Meningkatkan Proses Belajar-Mengajar Interpersonal. Faktor ini merupakan konsep yang penting dalam keperawatan untuk membedakan caring dan curing. Bagaimana perawat menciptakan situasi yang nyaman dalam memberikan pendidikan kesehatan. Perawat memberi informasi kepada pasien, perawat memfasilitasi proses ini dengan memberikan pendidikan kesehatan yang didesain supaya dapat memampukan pasien memenuhi kebutuhan pribadinya, memberikan asuhan yang mandiri, menetapkan kebutuhan personal pasien. h. Menyediakan Lingkungan Yang Mendukung, Melindungi, Dan/Atau Memperbaiki Mental, Sosiokultural, Dan Spiritual. Perawat harus menyadari bahwa lingkungan internal dan eksternal berpengaruh terhadap kesehatan dan kondisi penyakit pasien. Konsep yang relevan dengan lingkungan internal meliputi kepercayaan, sosial budaya, mental dan spiritual pasien. Sementara lingkungan eksternal meliputi kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan dan lingkungan yang estetik. Oleh karena itu Potter dan Perry (2009) menekankan bahwa perawat harus dapat menciptakan kebersamaan, keindahan, kenyamanan, kepercayaan, dan kedamaian. i. Membantu Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Perawat mmbantu memenuhi kebutuhan dasar pasien meliputi kebutuhan biofisik, psikofisik, psikososial, dan kebutuhan interpersonal pasien. Dan perawat melakukannya dengan sepenuh hati.

6 j. Mengembangkan Faktor Kekuatan Eksistensial-Fenomenologis, dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah. Fenomenologis menggambarkan situasi langsung yang membuat orang memahami fenomena tersebut. Watson menyadari bahwa hal ini memang sulit dimengerti. Namun hal ini akan membawa perawat untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk memahami kehidupan dan kematian dengan melibatkan kekuatan spiritual. Clarke & Wheeler (1992) dikutip dari Basford & Slevin (2006) memandang fenomena caring pada praktik keperawatan dalam empat kategori dan tema yaitu bersikap suportif, berkomunikasi, tekanan, dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan. Watson juga mengemukakan tujuh asumsi dasar tentang caring (Asmadi, 2008) yaitu : a. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktekkan secara interpersonal. b. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia. c. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga. d. Respon asuhan keperawatan tidak hanya menerima seseorang sebagaimana mereka sekarang, tetapi juga hal-hal yang mungkin terjadi padanya nanti. e. Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang untuk memilih kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.

7 f. Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenik (menyehatkan) daripada curing (mengobati). Praktek keperawatan mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan membantu individu yang sakit. g. Praktik caring merupakan pusat keperawatan Pengukuran Perilaku Caring Pengukuran perilaku caring dengan mengacu pada pengembangan dari carative faktor Watson (1979) dikutip dari Poter & Perry (2009) yang mencakup membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitifitas untuk diri sendiri dan orang lain, membina pengaruh saling percaya dan saling bantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, memperbaiki mental dan sosiokultural, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia serta mengembangkan faktor eksistensial- fenomenologis. 2.2 Konsep Kepribadian Istilah kepribadian atau dalam bahasa inggrisnya (personality) berasal dari bahasa Yunani Kuno proposan atau persona yang berarti topeng yang biasa digunakan dalam teater. Para pemain teater menggunakan topeng dan bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri karakter tertentu. Ada topeng tersenyum yang mewakili karakter gembira, topeng cemberut yang mewakili karakter marah, dan seterusnya. Ini

8 menjadi konsep awal dari personality, yaitu tingkah laku yang ditampakkan kepada lingkungan sosial atau kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang sekitarnya dalam lingkungan (Hidayat, 2009) Defenisi Kepribadian Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi defenisi sebanyak ahli yang merumuskannya (Rismawaty, 2008). Gordon W. Allport mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kepribadian adalah organisasi yang dinamis dalam diri seseorang sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas di dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Sumadi, 2005). Menurut Dr. Sugyanto, kepribadian adalah totalitas ciri-ciri seseorang yang tergambar dalam perilaku dan tak terbatas pada reaksi orang tersebut. Sifatsifat atau ciri-ciri tersebut merupakan referensi yang membedakan dirinya dengan orang lain (Pieter dan Lumongga, 2010). Dalam masyarakat awam, ada beberapa istilah dalam kepribadian yang seringkali dipertukarkan maknanya (Alwisol, 2004 dikutip dari Hidayat, 2009), yaitu: 1. Kepribadian : Penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberikan penilaian. 2. Karakter : Penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benarsalah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun secara implisit.

9 3. Watak : Karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang tidak berubah. 4. Temperamen : Kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik (ditentukan oleh genetik orang tua). 5. Sifat : Respon yang sama terhadap kelompok stimulus yang mirip dan berlangsung dalam kurun waktu yang lama. 6. Kebiasaan : Respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula Tipologi Kepribadian Tipologi kepribadian atau tipe-tipe kepribadian adalah konsep yang dikembangkan untuk membagi kepribadian dalam kategori-kategori tertentu. Beberapa rumusan mengenai tipologi kepribadian dalam (Hidayat, 2009) yang sudah dikenal, antara lain: 1. Tipologi Konstitusional Tipologi konstitusional merupakan tipologi yang dikembangkan atas dasar jasmaniah. Dasar pemikiran yang dipakai para tokoh tipologi konstitusi adalah bahwa keadaan tubuh, baik yang tampak berupa bentuk penampilan fisik maupun yang tidak tampak, misalnya susunan saraf, otak, darah, dst menentukan ciri pribadi seseorang (Hidayat, 2009). Para ahli yang mengembangkan teori ini adalah: A. Hipocrates Gallenus Hippocrates dan Galenus dalam (Pieter dan Lumongga, 2010), mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.

10 1) Melancholicus (melankolis), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga. 2) Sanguinicus (sanguinis), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis. 3) Flegmaticus (flegmatis), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orangorang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah. 4) Cholericus (koleris), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif. B. Kretschmer Kretschmer (Pieter dan Lumongga, 2010), ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman, mengemukakan adanya pengaruh yang erat antara tipe tubuh dengan sifat dan wataknya. Ia membagi manusia dalam empat golongan menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini : 1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang

11 mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 4) Displastis, merupakan penyimpangan dari tipe piknis, leptosome, dan atletis. Tipe watak orang yang displatis adalah cyclothym, yang mempunyai sifat-sifat ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak social atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman,pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain. C. Sheldon Menurut teori Sheldon (Hidayat,2009), manusia bisa digolongkan menjadi tiga macam tipe yaitu : 1) Tipe Endomorf Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorf-nya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorf dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil. 2) Tipe Mesomorf Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorf, komponen mesomorfnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi rendah. Karena itu,

12 bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain, misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluhpembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara. 3) Tipe Ektomorf Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorf ini adalah organorgan mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe ektomorf adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otototot hampir tidak tampak berkembang. 2. Tipologi Ketidak Sadaran C.G. Jung (Sundari, 2005), seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat pembagian tipe manusia dengan cara lain. Ia menyatakan bahwa perhatian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang disebut extrovert dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi, menurut Jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : 1) Tipe Extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya. 2) Tipe Introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Adapun orang-orang yang tergolong introvert memiliki sifat-sifat kurang

13 pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain. 3. Tipologi berdasarkan Prilaku Organisasi Tipe kepribadian ini meyakini bahwa pengukuran kepribadian dapat meramalkan kinerja dan perilaku lain dalam pekerjaan. Tipe kepribadian ini terdiri dari the big five personality, locus of control, self efficacy, dan kreativitas (Ivancevich dkk, 2007). A. Dimensi Kepribadian (The Big Five Personality ) Big five Personality merupakan pendekatan dalam psikologi kepribadian yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis faktor. Pelopornya adalah Allport dan Cattell. Big five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah dominan kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (Pervin dkk, 2010). Kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan banyak perasaan dan perilaku. Secara harafiah, ratusan dimensi kepribadian telah diidentifikasikan oleh psikolog dalam 100 tahun terakhir. Akan tetapi, dalam 25 tahun terakhir telah muncul kesepakatan bahwa secara umum, kepribadian manusia dapat digambarkan oleh lima dimensi atau faktor yang dikenal dengan. dimensi kepribadian big five (Ivancevich dkk, 2007). Dimensi kepribadian yang dikembangkan oleh Costa dan Mc.Cray dalam (Pervin, 2010), terdiri dari: 1) Neurotism (N), merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Faktor ini mengenal individu yang mudah tertekan secara psikologis, ide-ide

14 yang tidak realistik, idaman atau dorongan yang berlebihan dan respon yang maladaptif. Adapun ciri-ciri Neurotism adalah: a. Nilai Tinggi Individu dengan Neurotism nilai tinggi adalah indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap. b. Nilai rendah Individu dengan neurotism nilai rendah adalah individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri. 2) Extraversion (E), menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi, dan kapasitas untuk menikmati (kesenangan). Adapun ciri-ciri Extraversion adalah : a. Nilai tinggi Individu yang memiliki sifat Extraversion dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut. b. Nilai rendah Individu yang mempunyai Extraversion dengan nilai rendah adalah individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri. 3) Opennes (O), menilai pencarian proaktif dan penghargaan terhadap pengalaman untuk dirinya sendiri, toleransi bagi dan eksplorasi terhadap yang tidak biasa.

15 a. Nilai tinggi Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai tinggi adalah individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional. b. Nilai rendah Individu yang memiliki sifat openness dengan nilai rendah adalah individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4) Agreeableness (A), menilai kualitas orientasi interpersonal seseorang sepanjang kontinum dari perasaan terhadap antagonisme dalam pemikiran, perasaan dan tindakan. a. Nilai tinggi Individu yang digolongkan dalam sifat ini adalah individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terang-terangan. b. Individu yang memiliki sifat agreableness dengan nilai rendah adalah idividu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif (suka manipulasi). 5) Conscientiousness (S), menilai tingkat organisasi, ketekunan, motivasi dalam perilaku berarah tujuan. Berlawanan dengan orang yang bergantung kepada orang lain dan cerewet dengan mereka yang malas dan pembangkang. a. Nilai tinggi Individu yang memiliki sifat conscientiousness dengan nilai tinggi adalah individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati.

16 b. Nilai rendah Individu yang mempunyai sifat conscientiousness dengan nilai rendah adalah individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis. B. Locus of control Locus of control (pusat pengendalian) menentukan tingkatan sampai dimana individu meyakini bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada mereka. Beberapa orang merasa yakin bahwa mereka mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi untuk apa yang terjadi terhadap diri mereka. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh usaha atau keterampilan mereka. Mereka digolongkan sebagai internal. Yang lainnya memandang diri mereka secara tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar dimana, kalaupun ada, mereka hanya memiliki sedikit pengaruh. Ketika mereka berkinerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut merupakan tugas yang mudah. Mereka digolongkan sebagai eksternal. C. Self efficacy Self efficacy berpengaruh dengan keyakinan pribadi mengenai kompetensi dan kemampuan diri. Secara spesifik, hal tersebut merujuk pada keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas secara berhasil. Individu dengan tingkat self efficacy yang tinggi sangat yakin dalam kemampuan kinerja mereka. Konsep self efficacy memasukkan tiga dimensi: besarnya, kekuatan, dan generalitas.

17 D. Kreativitas Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian Manusia Sumber utama dalam perkembangan kepribadian adalah pembawaan dan lingkungan, dimana keduanya saling berinteraksi dan akan menghasilkan suatu struktur diri yang merupakan faktor penentu dalam kepribadian (Pieter dan lumongga, 2010). a. Pembawaan Artinya bahwa pembentukan kepribadian itu merupakan hasil warisan genetis dari kedua orang tua. Warisan genetis yang khas yaitu fungsi intelektual dari otak yang menghasilkan suatu jaringan komunikasi yang akan menentukan kemampuan (potensi diri) seseorang, seperti pola pikir, penalaran, fantasi, pengalaman ataupun pemecahan masalah bagi seseorang dalam melakukan aktivitas ataupun kegiatan perilaku seseorang. b. Lingkungan Artinya lingkungan juga merupakan faktor penentu dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang. Adapun faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh dengan kepribadian adalah lingkungan fisik, psikis, dan sosiokultural.

18 c. Stuktur Diri Yang paling fundamental dalam berfungsinya struktur diri yaitu asumsi-asumsi yang dibuat individu itu sendiri mengenai dirinya sendiri dengan lingkungan. Asumsi-asumsi itu berdasarkan hasil proses pembelajaran yang terdiri dari : 1. Asumsi realitas, yaitu pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang ada di lingkungan, seperti pikiran atau pandangan mengenai dunia sekitarnya. 2. Asumsi kemungkinan, adalah pandangan seseorang mengenai segala sesuatu yang akan terjadi, seperti perubahan, kesempatan mengembangkan diri, ataupun memperoleh kemajuan sosial. 3. Asumsi nilai, adalah pandangan individu tentang segala sesuatu yang seharusnya, pandangan benar atau salah, baik atau buruk, diterima atau ditolak masyarakat Perubahan Kepribadian Kepribadian pada dasarnya akan mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan fisik dan mental. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kepribadian (Hidayat, 2009) adalah: 1. Faktor fisik : gangguan otak, kurang gizi, mengkonsumsi obat terlarang dan gangguan organik (kecelakaan atau sakit). 2. Faktor lingkungan sosial budaya : krisis politik, ekonomi, keamanan yang menyebabkan cemas, stress, dan masalah sosial. 3. Faktor diri sendiri : tekanan emosional (frustasi berkepanjangan), proses identifikasi atau imitas (meniru).

19 2.2.5 Pengukuran Kepribadian Ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur kepribadian big five, diantaranya NEO-PI-R, HPI, PCI, NEO FFI, AB5C, CPI, Big Five factor Maker, dll. Berbagai inventori tersebut dalam penggunaannya perlu ijin khusus dari penciptanya. Sebagai konsekwensinya instrumen-instrumen tersebut tidak dapat digunakan secara bebas oleh ilmuwan lain. Selain itu, juga tidak memungkinkan orang lain untuk mengembangkan maupun merevisinya. Mengingat hal tersebut Goldberg mempelopori adanya bank item mengenai inventori kepribadian yang di publikasikan dalam Internasional Personality Item Pool (IPIP) website. IPIP website merupakan suatu usaha secara internasional untuk mengembangkan sebuah set inventori kepribadian yang berasal dari itemitem domain publik dan skala tersebut dapat digunakan untuk tujuan ilmiah ataupun tujuan komersil (Mastuti, 2005). Item item dalam IPIP telah dibandingkan dengan target berbagai inventory kepribadian yang sudah baku, diantaranya dengan Big Five faktor Maker, NEO-PI-R, AB5C, 16 PF, CPI, MPQ, dll. Salah satu yang dibandingkan dengan NEO-PI-R dari 30 faset yang ada item-item dalam ipip mempunyai koefisien alpha 0,64 sampai 0,88. Sementara itu dari item NEO-PI-R yang asli mempunyai koefisien alpha mulai 0,61 sampai 0,84. Hal ini menunjukkan bahwa item-item dalam IPIP mempunyai reliabilitas yang cukup baik. Sementara itu korelasi antara IPIP dan NEO-PI-R mulai 0,51 sampai 0,77 (Mastuti, 2005).

20 2.3 Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan. Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dan analisis jalur satu persamaan jalur. Sehingga dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa variabel tipe kepribadian big five personality yang dominan adalah Neurotism, agreeableness dan conscientiousness. Dan di analisis lanjut dengan menggunakan metode analisis jalur satu persamaan jalur, dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tipe kepribadian Neuroticsm, Agreeableness dan conscientiouness secara bersamaan memberi pengaruh sebesar 58,6% terhadap coping stress, dan tipe kepribadian extraversion memberi pengaruh sebesar 20,4% terhadap koping stress (emotion focused coping). Yana (2005) dengan judul skripsi Pengaruh Antara tipe Kepribadian Introvert/Ekstrovert Dengan Rasa Malu Pada Remaja Akhir Yang Mendapat Keringanan Tidak Membayar SPP di SMA Ar.Rahman Medan. Penelitian ini menggunakan metode analsisis regresi linier berganda. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara tipe kepribadian introvert/ekstrovert dengan rasa malu pada remaja akhir dengan nilai korelasi 0,534. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa semakin introvert kepribadian yang dimiliki individu, maka semakin kecil rasa malu yang dialami, sebaliknya semakin ekstrovert tipe kepribadian individu maka rasa malu yang dialami akan semakin besar.

21 Gambar 2.1 Secara ringkas tentang teori kepribadian di atas dapat digambarkan sebagai berikut. 1. Tipologi Konstitusional A. Hipocrates Gallenus No Tipe kepribadian Karakteristik individu 1 Melankolis selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga. 2 Sanguinis selalu menunjukkan wajah berseriseri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis. 3 Flegmatis sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah. 4 Koleris bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif. B. Kretschmer No Tipe kepribadian Karakteristik Individu 1 Atletis ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap, berdada lebar. Tipe watak orang yang berbentuk atletis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 2 Astenis ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit, lengan, dan kaki kecil. Tipe watak orang yang astenis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme, menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 3 Piknis ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher pendek dan kuat, perut besar. Tipe watak orang yang piknis adalah schizothyme, yang mempunyai sifat-sifat senang mengasingkan diri, cenderung antusiasme,

22 menutup diri, dan hidup dengan dirinya sendiri. 4 Displatis ramah, cenderung menjadi maniak depresif, mudah mengadakan kontak sosial atau dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapat teman, pergaulan menyenangkan dan mudah merasakan suka dan duka orang lain. C. Sheldon No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu 1 Endomorf kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil. 2 Mesomorf Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh, keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara. 3 Ektomorf tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang. 2. Tipologi Ketidaksadaran No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu 1 Extrovert sifat-sifat : berhati terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan lingkungan besar sekali. Mereka mudah mempegaruhi dan mudah pula dipengaruhi oleh lingkungannya. 2 Introvert sifat-sifat: kurang pandai bergaul, pendiam, sukar diselami batinnya, suka menyendiri, bahkan sering takut kepada orang lain.

23 3. Tipologi Berdasarkan Perilaku Organisasi A. The Big Five Personality 1 Neurotism a. Nilai Tinggi indvidu yang memiliki rasa takut yang berlebihan, gugup, emosional, tidak aman, tidak cakap, hypocodriacal. b. Nilai rendah individu yang memiliki rasa tenang, rileks, tidak emosional, kukuh, aman, puas diri. 2 Extraversion a. Nilai tinggi individu yang dapat bersosialisasi, aktif, senang bercakap-cakap, berorientasi pada orang, optimis, menyukai keceriaan, dan lembut. b. Nilai rendah Individu yang memiliki sifat pendiam, menahan diri, bijaksana, tidak gembira, menyendiri, berorientasi pada tugas, dan menarik diri. 3 Opennes to experience a. Nilai tinggi Individu yang mempunyai minat yang lebih besar, ingin tahu, kreatif, original, imajinatif, tidak tradisional. b. Nilai rendah Individu yang konvensional, membumi, sedikit minat, tidak artistik, tidak analitis. 4 Agreeableness a. Nilai tinggi Individu yang mudah percaya pada orang lain, lembut, ramah, dipercaya, membantu, memaafkan, mudah dibujuk, terangterangan. b. Individu yang kasar, klinis, curiga, tidak kooperatif, pendendam, bengis, pemarah, manipulatif (suka manipulasi). 5 Conscientiousness a. Nilai tinggi Individu yang dapat diandalkan, terorganisir, pekerja keras, disiplin diri, tepat waktu, cermat, rapi, ambisius, keras hati. b. Nilai rendah Individu yang tidak berjuang, tidak dapat diandalkan, malas, acuh, sembrono, lemah niat, hedonistis.

24 B. locus of control No Tipe Kepribadian Karakteristik Individu 1 External Individu yang memandang dirinya tak berdaya diatur oleh nasib, dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Ketika mereka bekerja dengan baik, mereka yakin bahwa hal tersebut disebabkan oleh keberuntungan atau karena tugas tersebut adalah tugas yang mudah. 2 Internal Individu yang yakin bahwa mereka mengatur dirinya sendiri dan memiliki tanggung jawab pribadi terhadap diri mereka. C. Self Efficacy Individu yang mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kompetensi dan kemampuan diri sendiri. D. Kreativitas Kreativitas merupakan ciri kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk meloloskan diri dari pemikiran kaku dan menghasilkan ide yang baru dan berguna. Kreativitas menghasilkan inovasi dan inovasi merupakan sumber kehidupan dari sejumlah perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Teori Lima Besar (Big Five Model) 1. Sejarah Big Five Model Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali dilakukan oleh Allport dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five 35 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five Personality Terhadap Coping Stress Pada Polisi Reserse Kriminal Poltabes Medan.

Lebih terperinci

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tipe-tipe Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Manusia Tiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam

Lebih terperinci

MEMAHAMI INDIVIDU PERILAKU ORGANISASI

MEMAHAMI INDIVIDU PERILAKU ORGANISASI MEMAHAMI INDIVIDU DALAM PERILAKU ORGANISASI BAB II PERILAKU ORGANISASI Pengertian Perilaku Individu Perilaku didefinisikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KECERDASAN SPIRITUAL 1.1. Konsep Kecerdasan Walters & Gardner (dalam Safaria, 2005) mendefinisikan bahwa kecerdasan adalah sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuankemampuan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi Modul ke: Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar tentang Manusia Hippocrates

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan diyakini menjadi unsur kunci dalam melakukan pengelolaan suatu organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Locus of Control 2.1.1 Definisi Locus of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Caring 1. Pengertian Perilaku Caring Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Difinisi Operasional 1. Identivikasi Variabel. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel komitmen, dan variabel big five personality. Dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Wade dan Tavris (2007: 194) menyebutkan bahwa kepribadian (personality) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian yang akan diadakan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepribadian. konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010). BAB II LANDASAN TEORI A. Kepribadian 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone,

Lebih terperinci

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI Definisi Kepribadian Secaraetimologikepribadian(personality) berasal dari kata persona yang berarti topeng atau mask. Menurut akar bahasa,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu: 2.1. Perilaku 2.1.1. Defenisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana BAB II LANDASAN TEORI A. PEMBELIAN IMPULSIF Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar terhadap sampel dari suatu perilaku. Tujuan dari tes psikologi sendiri adalah untuk mengukur perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu

Lebih terperinci

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Yoanita Fakultas PSIKOLOGI TRAIT FACTOR THEORY EYSENCK, CATTELL, GOLDBERG Eliseba, M.Psi Program Studi Psikologi HANS EYSENCK Dasar umum sifat-sifat kepribadian berasal dari keturunan, dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan tentang materi-materi yang ada hubungannya dengan kecerdasan emosional dan konsep caring perawat. 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Lebih terperinci

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat. BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Rahim (2001) manajemen konflik tidak hanya berkaitan dengan menghindari, mengurangi serta menghilangkan konflik, tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif komparatif, yakni jenis 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Arikunto (2002) desain penelitian merupakan serangkaian proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING MENURUT JEAN WATSON DI AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA TAHUN 2016/2017 Leo Rulino*, Denny Syafiqurahman** *Dosen Akademi

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I

Psikologi Kepribadian I Modul ke: Psikologi Kepribadian I Fakultas Psikologi Kepribadian dan Konsep-Konsep yang Terkait Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kepribadian Teori psikologi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh dan unik. Utuh berarti bahwa individu tidak dapat dipisahkan dengan segala cirinya, karena individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kepribadian 2.1.1.1 Definisi Kepribadian Kepribadian berasal dari kata Latin yaitu persona yang berarti sebuah topeng yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-3

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-3 Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-3 Topik : KEPRIBADIAN & EMOSI KEPRIBADIAN Kombinasi cara-cara

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

TIPOLOGI DAN PSIKOLOGI KONSTITUSI

TIPOLOGI DAN PSIKOLOGI KONSTITUSI Modul ke: TIPOLOGI DAN PSIKOLOGI KONSTITUSI WILLIAM SHELDON Fakultas PSIKOLOGI Fransisca M. Sidabutar, M.Psi Program Studi Psikologi PENGANTAR William Sheldon melakukan kajian awal bersama dengan Ernst

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON

APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON APLIKASI TEORI DAN MODEL KEPERAWATAN JEAN WATSON Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science dalam Keperawatan, Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health Nursing dari University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami rasa kesepian dalam dirinya, yang menjadi suatu pembeda adalah kadarnya, lamanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa hidup yang dijalaninya tidak berarti. Semua hal ini dapat terjadi karena orang tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekelompok (peer group) serta kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gambaran khas remaja yaitu pencarian identitas, kepedulian akan penampilan, rentan terhadap masalah komersial dan tekanan dari teman sekelompok (peer group)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Pendekatan Trait & Type Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Pendekatan Tipe dan Trait Tipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan tenaga ahli yang tangguh dan kreatif dalam menghadapi tantangan pembangunan

Lebih terperinci

MENGENAL KEPRIBADIAN YUSI RIKSA YUSTIANA PPB FIP UPI

MENGENAL KEPRIBADIAN YUSI RIKSA YUSTIANA PPB FIP UPI MENGENAL KEPRIBADIAN YUSI RIKSA YUSTIANA PPB FIP UPI KEPRIBADIAN PERSONALITY PERSONA KEDOK PERSONARE MENEMBUS ORGANISASI DINAMIS DALAM DIRI INDIVIDU SEBAGAI SISTEM PSIKOFISIS YANG MENENTUKAN CARANYA YANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016 Suriani Ginting Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan Abstrak Caring adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah big five personality yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS, BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak dahulu hingga saat ini terdapat penyakit yang dapat menimbulkan kesakitan secara mendalam bagi penderitanya, baik fisik maupun psikis. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor LSM di Indonesia kini tengah menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini termasuk perubahan

Lebih terperinci

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan

PERSONALITY AND EMOTIONAL. By Syafrizal Chan PERSONALITY AND EMOTIONAL By Syafrizal Chan Personality (Kepribadian) Bagaimana cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lainnya Personality determinat (Penentu kepribadian) : 1. Heredity (Keturunan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia itu adalah unik dan memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, walau terkadang juga memiliki kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan. Pemecahan masalah dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pertikaian sangat sering terjadi di Indonesia, ada yang mengatasnamakan kelompok bahkan personal. Tiga hal utama yang dapat menimbulkan pertikaian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, tidak berubah dan selalu dibutuhkan. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Sikap 1. Pengertian Sikap Sikap (attitude) adalah pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek, individu, atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hidayat (2013) pendidikan adalah suatu upaya sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dianugrahkan tuhan kepada manusia dan diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita karena fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU Oleh : Kelompok 2 : 1. Sarjono Eka Putra (125030400111015) 2. Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) 3. Ryan Astri Kurniawan (125030405111001) 4. Daniel Avianto Kurniawan (125030405111005)

Lebih terperinci

TEORI CARING JEAN WATSON

TEORI CARING JEAN WATSON TEORI CARING JEAN WATSON Disusun Oleh Kelompok I Etty sugiarti Desak made Helena haposan Linda maria Norbert alexius abatan Siti fatimah widyarni Valentina yuhnita SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian

Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Resolusi Konflik dalam Perspektif Kepribadian Zainul Anwar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang zainulanwarumm@yahoo.com Abstrak. Karakteristik individu atau sering dikenal dengan kepribadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai sumberdaya, seperti modal, material dan mesin. Perusahaan juga membutuhkan sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seks pranikah merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi atas BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepribadian Menurut Robbins dan Judge (2015) kepribadian (personality) merupakan jumlah total cara-cara di mana seorang individu beraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan. 11 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peranan sumber daya manusia bagi perusahaan tidak hanya dapat dilihat dari hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai orang tua harus mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang

BAB II LANDASAN TEORI. Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang BAB II LANDASAN TEORI A. Sumber Nilai Makna Hidup 1. Definisi Sumber Nilai Makna Hidup Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang neuropsikiater keturunan Yahudi dari kota Wina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stres merupakan fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan seharihari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan atau stresor yang dianggap mengancam atau menantang, dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL

SUMBER PERBEDAAN INDIVIDUAL PERBEDAAN INDIVIDUAL kuis 1. Sumber perbedaan individu dapat dijelaskan dari factor bawaan dan lingkungan 2. Sifat dan kecerdasan anak dipengaruhi oleh gen yang diturunkan orang tua pada anak 3. Pola asuh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 18 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Locus Of Control 2.1.1 Definisi Locus Of Control Konsep tentang locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepribadian merupakan karakteristik khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang mencerminkan sikap dan perilaku yang dimilikinya. Gordon W. Allport (dalam Pieter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi subjek PT. Pusat Bisnis Ponorogo merupakan sebuah perusahaan muda yang berdiri pada tahun 2013. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan pusat perbelanjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang menggambarkan kesatuan nilai-nilai kemanusian secara menyeluruh. Menurut Watson (1979 dalam Dwidiyanti

Lebih terperinci

Standar Penampilan Pribadi.

Standar Penampilan Pribadi. Standar Penampilan Pribadi Standar dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang disepakati Sedangkan penampilan pribadi mempunyai pengertian sebagai penampilan (performance) dari diri seseorang maupun organisasi

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si.

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si. Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN Batasan kepribadian (menurut Allport) Watak dan kepribadian adalah sama, tapi dapat berbeda. Watak digunakan untuk memberi penilaian tentang perangai dan perbuatan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kampus adalah tempat menimba ilmu pengetahuan sekaligus tempatsosialisasi bagi mahasiswa.banyak hal yang dapat ditawarkan oleh sebuah perguruan tinggi kepada mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang sifat ekstrovert pernah dilakukan oleh Iftitah Ika Kusumawardhani. Dalam penelitian ini Iftitah membahas sifat ekstrovert pada tokoh

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci