Karya-Karya Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Karya-Karya Penelitian"

Transkripsi

1 Jejak Langkah II Karya-Karya Penelitian A. Penelitian Kelayakan Pabrik Pelumas dan Aspal di Kilang Cepu Setelah tamat dari Baku pada 1967, Umar dan sebagian teman-temannya ditempatkan di Cepu. Dari lima puluh lebih mahasiswa seangkatan Umar yang dikirim ke Soviet, ada dua orang yang tidak pulang karena terindikasi beraliran kiri dan satu orang karena menikah dengan penduduk lokal dan istrinya keberatan meninggalkan negerinya. Kilang Cepu dibangun pada tahun 1894 oleh De Dordtsche Petroleum Maatschappij. Kilang Cepu berfungsi mengolah minyak mentah dari lapangan-lapangan di sekitar Cepu dengan proses distilasi atmosfer. Kilang Cepu kemudian diambil alih Bataafsche Petroleum Matschapij BPM. Saat ini, kilang tersebut dikelola Pusat Pendidikan dan Latihan Migas, Badan Diklat ESDM. Umar Said bekerja di Cepu dari 1967 hingga akhir tahun 1968, dan awal 1969 dipindahkan ke Jakarta. Umar ditempatkan di bagian perencanaan 29

2 Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said operasi kilang yang tugasnya adalah melakukan kajian tekno industri migas. Umar berpikir ini pekerjaan yang amat penting. Bisa dibayangkan betapa langkanya sarjana saat itu, sehingga seorang kimia teknik yang tidak belajar ekonomi mikro, ekonomi makro, keuangan, dan sebagainya yang berhubungan dengan tekno industri migas, harus menangani tekno ekonomi migas. Tetapi pimpinan juga memahami, sehingga kajian yang dibuat oleh tim di LEMIGAS umumnya untuk membantu pemerintah tentang hal-hal yang belum ditangani pihak lain, yaitu masalah penyediaan energi. Karena kajiannya terus menerus dan ada tim interdepartemen, maka melakukan kajian-kajian seperti itu lama-lama menjadi tidak terlalu sulit. Saat pertama bertugas di Cepu, Umar mulai kecewa, karena menilai pekerjaan yang dilakukan di kilang Cepu sangat tidak profesional dan berbeda dengan pengalamannya ketika dididik di Plaju. Dalam pengoperasian kilang, para pekerja tidak memiliki gambar apa pun. Pekerja-pekerjanya memakai hafalan dan pengalaman saja: kalau ada yang rusak dibeginikan, kalau ada kenaikan suhu dibegitukan. Semua pekerjaan dilakukan berdasarkan intuisi dan kebiasaan. Beruntung, mereka semua pekerjanya sangat berpengalaman sehingga tercapai zero accident, alias tidak pernah terjadi insiden kecelakaan. Akan tetapi, sebagai insinyur muda yang telah melalui pendidikan akademis, Umar tidak mau menerima kondisi pekerjaan yang tidak sistematis. Maka, mulailah Umar dan teman-temannya berusaha mengumpulkan gambar. Kekecewaan Umar semakin bertambah, karena ternyata baik di ruangan kerja ataupun di perpustakaan, tidak ditemukan gambar pabrik. Yang ada adalah gambar minimalis buatan serdadu-serdadu Jepang dengan tulisan-tulisan kanji Jepang yang tidak memberi arti. Umar dan insinyur lainnya menggambar ulang dengan menggunakan penggaris dan meja biasa, karena tidak ada meja gambar. Tujuannya adalah membuat gambar yang workable dan deskripsi yang lebih baik. Gambar-gambar yang dimaksudkan pun selesai, sebagai reverse engineering untuk memahami barang apa yang ada di kilang Cepu. 30

3 Saat di Cepu ini pula, Umar mendapat tugas membuat kajian kelayakan pabrik minyak pelumas dan aspal. Penyediaan minyak pelumas dan aspal sedang menjadi perhatian pemerintah, karena konsumsinya makin meningkat sehingga impor semakin banyak. Sementara itu, pelaku bisnis migas swasta belum memberi perhatian khusus pada produk-produk ini. Kajian kelayakan pabrik minyak pelumas dan aspal ini dilakukan di bawah koordinasi Bapak Ir. Epi Jasjfi. Sementara itu, Pak Ir. Atung Kontawa yang bekerja di laboratoritum minyak diminta mencarikan minyak Indonesia yang sesuai untuk bahan baku pembuatan minyak pelumas. Dan hasilnya nihil. Minyak Indonesia kebanyakan bersifat parafinis, sebagai minyak pelumas unggul mutunya tetapi kadarnya terlalu sedikit. Untuk aspal sama sekali tidak cocok, karena aspal memerlukan kadar aromatik yang tinggi. Kesimpulannya untuk membuat minyak pelumas dan aspal, harus menggunakan bahan baku minyak dari Timur Tengah. Akhirnya, terpilihlah minyak Saudi. Kajian kelayakan memang menunjukkan menguntungkan. Tetapi Pak Lubis selaku pimpinan LEMIGAS tidak puas. Kajian tim Umar dianggap terlalu dangkal. Namun, LEMIGAS tetap menggunakan kajian dangkal itu untuk menunjukkan kepada Pemerintah/Pertamina bahwa membuat minyak pelumas dan aspal di Indonesia dengan minyak mentah dari Arab sebagai bahan baku akan menguntungkan. Pada saat itu di bidang migas, antara pemerintah dan Pertamina sangat tipis bedanya. Pertamina begitu erat dengan pemerintah. Pejabatnya pun banyak yang merangkap. Begitu pemerintah tertarik dengan usulan Pak Lubis, LEMIGAS mendapat penugasan dari Direktur Muda Pengolahan Pertamina Bapak Ir. Sudarno Martosewoyo untuk melakukan kajian yang lebih dalam. LEMIGAS meminta bantuan Bureau d Etudes Industrielles et Cooperation de l Institut Francais du Petrole (BEICIP/IFP) untuk melaksanakan tugas tersebut. BEICIP mempunyai pengetahuan yang kuat untuk membuat berbagai studi kelayakan industri migas, karena pemerintah Perancis 31

4 Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said sangat mendukung pembangunan kemampuan minyaknya. Semua kegiatan minyaknya selalu dikaitkan dengan IFP sebagai lembaga penelitian. Umar termasuk yang beruntung karena ditugaskan untuk masuk dalam tim bersama tim BEICIP. Hasil kajian itu menjadi dasar pembangunan kilang Cilacap, yang membuat bahan minyak pelumas dan aspal. B. Keanehan pada Neraca Material di Kilang Cepu (1968) Masih tentang pengalaman Umar Said di Cepu seusai masa karantina mahasiswa tamatan Soviet yang baru datang di tahun Insinyur yang di Cepu dengan latar belakang kimia teknik ditempatkan di organisasi kilang. Daria Kartawirya (almarhum) ditempatkan di laboratorium mutu, Muchtisar Daeng Putra ditugaskan di gudang/pemasaran. Wiranto Wiromartono dan Umar Said ditugaskan di bagian perencanaan operasi kilang. Keempatnya menjadi tim yang solid berjuluk Geng Empat. Suasana kerja memperbaiki keadaan di seluruh bidang setelah G-30- S sangat terasa. Cepu masih merupakan bagian dari LEMIGAS dan menjadi salah satu perhatian khusus Pak Ibnu Sutowo. Dengan visi besar, beliau ingin secepatnya melakukan Indonesianisasi industri minyak. Pak Ibnu menutup Akademi Perminyakan Permina (APP) di Bandung dan membangun Akademi Minyak dan Gas Bumi (Akamigas) di Cepu. Pak Ibnu menggunakan Akamigas Cepu untuk mendidik tenaga migas yang terampil. Pelajaran teori nomor dua. Yang penting dapat segera menjalankan operasi perminyakan. Hampir tiap tahun beliau datang ke Cepu menghadiri wisuda tamatan Akamigas. Di samping bekerja di pabrik, tamatan Baku yang ditempatkan di Cepu juga mengajar di Akamigas. Itulah keunggulan Cepu sebagai lembaga pendidikan. Cepu mempunyai lapangan minyak dan kilang. Kapasitas lapangan dan kilangnya tidak besar bahkan cenderung masuk kelas kecil sekali, sehingga tidak akan mengganggu penyediaan BBM di masyarakat jika berhenti beroperasi. Mahasiswa Akamigas mempunyai kemewahan 32

5 dapat belajar menghentikan operasi dan menjalankannya kembali setiap saat. Sumber: 40 Tahun LEMIGAS Mengabdi Gambar 3. Monumen patung dua orang pekerja pemboran minyak didirikan di depan gedung Akamigas Bagi seorang insinyur kimia teknik, neraca material merupakan perhatian utama. Neraca itu berguna untuk mencocokkan berat bahan baku yang masuk pabrik dan berat produk yang dihasilkan. Jika berat produk berbeda terlalu banyak dari berat bahan baku, itu menunjukkan bahwa pabrik tidak bekerja dengan baik. Umar dan rekannya mencoba membuat neraca material untuk kilang Cepu. Tetapi flow meter untuk mengukur aliran volume produk tidak ada. Volume tangki penimbun juga tidak terpercaya, karena banyak tangki yang sudah tidak bulat silindris lagi sehingga kedalaman tangki tidak mencerminkan volume. Untuk menghitung neraca material, terpaksa digunakan angka volume penjualan rata-rata produk minyak dalam kurun waktu tertentu seperti per satu minggu dan per satu bulan, karena penjualan tidak dilakukan setiap hari. Neraca material yang ideal dibuat di laboratorium berdasarkan tiga jenis minyak mentah yaitu minyak dari Ledok, Nglobo dan Semanggi dengan perbandingan volume seperti yang diolah di kilang Cepu sedangkan produk minyak yang diamati adalah minyak solar, residu atau minyak bakar, minyak tanah dan bensin. Itu tugas Daria Kartawirya yang bertugas di laboratorium. Data produk minyak dikumpulkan dari penjualan dan dibuat neraca setiap minggu. Angka penjualan lebih 33

6 Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said akurat karena untuk bensin dan minyak solar dijual melalui Pertamina Cepu dan ada flow meter-nya. Penjualan minyak bakar langsung dimuat ke tangki kereta api. Tangki kereta itu umumnya masih baik bentuknya sehingga, jika penuh, dapat menjadi indikator volumenya. Angka penjualan dalam seminggu dikumpulkan. Muchtisar yang bertugas di gudang/marketing bertanggung jawab atas pengumpulan angkaangka penjualan. Data volume minyak yang diolah dan stok produk diperoleh dari Supanan, yang ditempatkan di operasi kilang. Supanan adalah mantan pegawai Permigan, satu BUMN yang telah dibubarkan sejak G-30-S PKI. Supanan oleh Permigan disekolahkan ke Baku bersama Umar. Supanan mempunyai banyak kenalan lama di Cepu. Dia lebih tua dari Geng Empat dan cara perpikirnya sudah lebih ajeg sehingga tidak begitu bergairah mencari perubahan. Oleh sebab itu, Supanan bukan bagian dari Geng Empat. Namun kontribusi Supanan sangat penting, karena dia kenal orang-orang lama yang praktis menjadi penguasa kilang Cepu. Data penjualan yang diperoleh disesuaikan dengan komposisi yang seharusnya terjadi berdasar analisis di laboratorium. Perhitungan dikerjakan oleh Umar dan Wiranto yang bertugas dalam bidang perencanaan kilang. Geng Empat terkejut bahwa angka penjualan berbeda sekali dari data laboratorium. Penjualan minyak bakar yang murah harganya melebihi proporsi yang seharusnya, yaitu terlalu banyak, sedangkan penjualan minyak solar yang mahal sangat kurang. 34

7 Sumber: 40 Tahun LEMIGAS Mengabdi Gambar 4. Dalam gedung LEMIGAS terdapat laboratorium perminyakan Geng Empat sangat menghormati pegawai kilang yang sudah senior, karena pengalaman mereka di operasi kilang sudah sangat panjang. Mereka mampu mengoperasikan kilang tanpa instrumen. Mereka mampu mengoperasikan kilang tanpa gambar teknis. Mestinya mereka tidak membuat kesalahan. Akan tetapi, angka menunjukkan ada yang tidak benar. Pengumpulan data penjualan diulang dan diperpanjang, untuk memperkecil pengaruh volume minyak dalam stok. Ternyata masih ada perbedaan yang sangat mencolok. Hampir pasti perhitungan Geng Empat tidak salah. Perhitungan neraca material sangatlah sederhana. Volume dikalikan berat jenis diperoleh berat. Berat dijumlah dan diakurkan. Cuma itu, tidak melibatkan matematika yang sulit-sulit, hanya perkalian dan perjumlahan saja. Akhirnya Geng Empat berembug untuk mencari asal perbedaan. Geng Empat mulai curiga ada sesuatu yang tidak diketahui. Bahkan mungkin pimpinan tertinggi di Cepu maupun LEMIGAS di Jakarta juga tidak tahu. Geng Empat mencatat ada tatacara operasi penjualan yang agak janggal. Penjualan minyak bakar melalui tangki kereta api hanya boleh dilakukan malam hari, kira-kira diatas pukul Penjelasannya adalah agar kereta yang keluar-masuk lingkungan pabrik, tidak mengganggu operasi harian. Cukup masuk akal dan adil. Namun, penjelasan tersebut terus 35

8 Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said menimbulkan kecurigaan tambahan: mengapa setelah pukul padahal kantor tutup pukul 16.00? Secara diam-diam, Geng Empat mengambil contoh minyak bakar yang masuk ke tangki kereta siap untuk dijual. Kepada operator pelaksana, Geng Empat mengatakan dari laboratorium perlu mengambil sampel untuk kontrol mutu. Alangkah terkejut ketika hasil analisis laboratorium atas contoh minyak bakar yang dijual melalui kereta api, menunjukkan viskositas yang sangat encer. Ini berarti minyak bakar yang murah dicampur dengan minyak solar yang mahal dan dijual sebagai minyak bakar yang murah. Bahkan beberapa kali pemuatan ke tangki kereta menunjukkan minyak solar murni yang dijual sebagai minyak bakar. Harga sangat berbeda. Geng Empat berembug lagi dan yakin bahwa telah terjadi pencurian minyak secara terorganisir. Mereka membuat surat ke pimpinan LEMIGAS ditandatangani oleh semua anggota Geng Empat. Setelah surat meluncur, ada timbul kegalauan karena merasa kurang hati-hati. Rasa khawatir mulai muncul. Waktu itu Geng Empat adalah anakanak muda yang bermodal semangat untuk mencari perbaikan dan menghilangkan pencurian. Mereka sama sekali tidak berpikir bahwa ada kemungkinan pencurian dilakukan secara berjamaah dari bawah sampai ke atas. Jika itu terjadi, maka mereka berempat dengan mudah akan disingkirkan, misalnya dengan dicap PKI. Dengan menyandang sebutan eks Soviet, mereka berada dalam status dalam pengawasan politik. Jika saja pimpinan LEMIGAS saat itu menjadi bagian pencurian minyak solar itu, habislah riwayat Geng Empat. Alhamdulillah, rupanya pimpinan LEMIGAS bukan bagian dari pencurian. Laporan Geng Empat menjadi bahan untuk melakukan pembersihan. Pimpinan LEMIGAS sangat bijaksana, tidak meneruskan kasus ini ke aparat hukum karena bukti memang tidak ada. Bahwa minyak bakar yang dijual di masa lalu sangat encer atau bahkan berupa minyak solar sudah tidak ada buktinya. Semua sudah lewat. Pimpinan melakukan pergeseran besar-besaran di organisasi kilang. Seluruh pejabat lama dinon aktifkan. 36

9 Mereka segera diganti oleh insinyur muda dari Kanada dan Australia, sedang Geng Empat dipindahkan ke LEMIGAS Jakarta. Barangkali ini merupakan kebijaksanaan lainnya dari pimpinan LEMIGAS untuk melindungi dan mengamankan Umar dan Geng Empat dari kemungkinan balas dendam. Melalui buku ini, Umar Said mewakili Geng Empat mohon maaf kepada mereka yang digeser. Pada tahun 2014, mereka sudah almarhum semua. Terima kasih kepada Bapak Ir. Syarief Lubis (almarhum) sebagai Kepala LEMIGAS, saat itu, yang demikian bijak menyelesaikan kasus tersebut. Pesan kepada generasi muda, sesederhana apapun persoalannya, dengan bantuan perhitungan yang dibuat secara profesional akan memberikan gambaran yang lebih jernih tentang persoalan tersebut dan selanjutnya membebaskan kita dari pengambilan keputusan yang tidak obyektif. C. Penelitian Pendekatan Ekonomis Mengatasi Pencemaran (1977) Sajian tulisan berikut adalah penggalan laporan penelitian Umar Said yang dibuat pada tahun 1997 berjudul Pendekatan Ekonomis Mengenai Efek-efek dari Pencemaran. Detail lengkapnya laporan ini dapat dibaca di perpustakaan LEMIGAS Jakarta. Energi dan perlindungan lingkungan merupakan dua masalah yang kuat sekali mendapat sorotan akhir-akhir ini hampir di mana-mana, pada setiap kesempatan diskusi. Kenaikan penduduk dan kenaikan taraf hidup yang terjadi pada banyak negara menyebabkan bertambahnya permintaan akan energi. Di sini, energi diperlukan untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dengan menyediakan lebih banyak barang-barang yang akan meningkatkan secara menyeluruh nilai hidup manusia. Hubungan antara pemakaian energi dengan peningkatan taraf hidup di negeri-negeri maju sudah lama disadari orang. Di negeri-negeri berkembang sendiri, di mana sebagian besar umat manusia tinggal, energi juga akan dibutuhkan dalam jumlah yang makin besar, seiring 37

10 Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said dengan tuntutan negara berkembang untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju. Di sisi lain, dunia juga menyadari bahwa kerusakan alam lingkungan merupakan efek negatif dari industrialisasi. Kesadaran ini telah muncul di mana-mana, sehingga banyak pihak menyatakan keinginannya untuk lebih baik lagi memperhatikan lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Keinginan semacam ini terdapat pula di Indonesia. Pernyataan keinginan tersebut telah muncul dalam berbagai bentuk, baik yang konkrit maupun yang konseptual. Pembentukan organisasiorganisasi perlindungan alam, pertemuan-pertemuan profesional, penelitian bidang peralatan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, undang-undang perlindungan alam, semua itu tidak lain adalah wujud hasrat manusia untuk hidup dalam alam yang bersih. Suatu hal yang menghambat usaha perlindungan alam secara total adalah bahwa energi dan pencemaran adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Dua persoalan itu saling berkaitan, bahkan dapat dikatakan bahwa energi dan lingkungan adalah bagian dari suatu sistem yang lebih kompleks. Ekstensifikasi pemakaian energi akan meningkatkan taraf hidup manusia, tetapi produksi, konversi dan pemakaian energi akan juga mempercepat perubahan lingkungan. Perlindungan alam secara berlebihan, akan menghambat produksi energi sehingga memperlambat tercapainya taraf hidup yang baik. Bahkan, bisa jadi perlindungan alam itu sendiri juga akan memerlukan lebih banyak energi. Seluruh segi yang menyangkut penyediaan energi dan perlindungan lingkungan harus dipertimbangkan bersama-sama sebelum dicapai suatu kebijaksanaan yang dapat diterima. Kita dihadapkan pada dua pilihan sulit: kaya tetapi kotor, atau bersih tetapi miskin. Kompromi antara kedua titik ekstrim itu haruslah diambil. Titik pertengahan mana yang akan diambil, ditentukan oleh sasaran nasional yang akan dicapai dan sangat dipengaruhi oleh tingkatan hidup yang ingin dicapai oleh suatu bangsa. 38

11 Bangsa-bangsa yang sudah maju lebih condong untuk memilih alternatif yang mendekati miskin tapi bersih, sedangkan bangsa-bangsa yang sedang membangun memilih alternatif yang lebih dekat ke arah kaya tapi kotor, dan setahap demi setahap titik pilihan ini menggeser kearah kebersihan lingkungan dengan mengorbankan laju kenaikan taraf hidup. Konsekuensi ekonomi yang akan timbul dari alternatif yang dipilih, secara kuantitatif akan sukar sekali dinilai karena kita belum menguasai seluruh sistemnya. Sesuai dengan tingkat perkembangan negara kita yang masih belum dapat dikatakan sebagai negara maju, maka suatu titik kompromi yang masih berat ke arah kaya tapi kotor, haruslah masih dapat diterima sebagai konsensus nasional. Ini berarti bahwa kita harus memilih cara-cara perlindungan alam dan pencegahan pencemaran melalui jalan yang tidak terlalu mahal. Dalam taraf sekarang ini, konsentrasi industri pencemaran lingkungan pada umumnya belum terlalu tinggi sehingga belum dirasakan perlunya suatu pengaturan tentang perlindungan lingkungan yang ketat. Pada hakekatnya, alam itu sendiri akan mampu menerima dan memusnahkan benda-benda pencemar yang terdapat di dalam air limbah, selama konsentrasi bahan-bahan asing tersebut masih cukup rendah dan tersedia waktu yang cukup untuk berlangsungnya proses degradasi alamiah yang diperlukan. Mengingat kemampuan alam tersebut, maka penurunan kadar benda-benda pencemar pada industri yang remote letaknya harus dilakukan melalui proses dilution (pengenceran). Dilution merupakan suatu proses yang paling murah, baik dalam investasi maupun dalam ongkos operasinya. Proses pengenceran untuk kompleks industri yang belum terlalu padat harus dipertimbangkan dengan disertai suatu program perlindungan alam secara kolektif. Program perlindungan kolektif ini ialah bahwa beberapa industri yang terletak di dalam satu daerah tertentu harus membentuk dana bersama di bawah bimbingan lembaga-lembaga pemerintah. Dana bersama ini digunakan untuk melakukan monitoring secara teratur terhadap kualitas lingkungan, terutama sumber-sumber air (sungai, danau, pantai) di daerah bersangkutan. 39

12 Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said Program monitoring bersama ini akan jauh lebih murah biayanya, dibandingkan bila setiap industri harus mengamati secara ketat air buangannya masing-masing. Standar pembuangan air limbah yang terlalu ketat itu bisa mengarah ke redundancy karena tidak diperhitungkannya kemampuan alam untuk menyerap benda-benda pencemar. Melalui pengamatan dalam waktu tertentu, ekosistem daerah yang bersangkutan dipelajari dengan teliti, dan akhirnya akan dapat ditetapkan standar air limbah yang setepat-tepatnya. Penelitian ekosistem akan lebih sempurna apabila tiap-tiap industri juga melaporkan secara kontinu segala suatu tentang air limbah, jumlahnya, konsentrasi bahan-bahan pencemar, PH, dan lain-lainnya. Pengawasan atas lingkungan tidak hanya ditanggung oleh industri yang sudah berdiri, tetapi juga termasuk industri yang sedang dalam taraf pembangunan. Bagaimanapun, industri tersebut akan menjadi bagian dari masyarakat setempat. Proyek-proyek industri baru diwajibkan untuk menyampaikan perkiraan kuantitas dan kualitas air limbah. Perkiraan ini menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan standar air limbah yang sedikit lebih ketat dari sekitarnya. Demikianlah, sedikit demi sedikit kita dapat menggeser titik kompromi dari arah kaya tapi kotor ke arah kaya dan bersih. Cara-cara demikian akan lebih dapat memenuhi tuntutan ekonomi dan ekologis. Pesan Moral Tidak semua perilaku menyimpang dapat diproses secara hukum. Namun jika pimpinan mempunyai keyakinan berdasarkan data yang obyektif bahwa telah terjadi penyimpangan, maka pimpinan dapat menggunakan kewenangan administrasi/ manajemennya untuk melakukan perbaikan. Tahun 2014, situasi seperti itu masih relevan. Kebanyakan korupsi tidak dapat dibuktikan, tetapi dapat dicium akibatnya. Yang menjadikan keadaan lebih parah adalah karena banyak pimpinan yang menjadi bagian dari penyimpangan. Dalam segala hal, kaum muda jangan pernah menghindar dari berhitung. Perhitungan yang dilakukan dengan baik, dengan dasar yang baik, akan memberikan kesimpulan yang benar dan mengalahkan perasaan. Itu yang dibutuhkan Indonesia ke depan. (Umar Said, 2014) 40

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas bumi Cepu merupakan intansi pemerintah yang bergerak dibidang pengembangan sumber daya

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATACARA IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Lebih terperinci

Birokrat. Tekno Ekonomi Migas Indonesia UMAR SAID

Birokrat. Tekno Ekonomi Migas Indonesia UMAR SAID Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia UMAR SAID Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Umar Said Birokrat Tekno Ekonomi Migas Indonesia Editor Cover/Layout Dicetak oleh Edisi Cetakan : Didin Kristinawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah menyebabkan Indonesia dijajah selama berabad-abad oleh Belanda, Prancis dan Jepang. Salah satu sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam satu dekade ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini membawa konsekuensi meningkatnya pendapatan per kapita dan masuknya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara berkembang sedang menggalakkan pembangunan di bidang industri. Dengan program alih teknologi, perkembangan industri di Indonesia khususnya industri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan energi oleh manusia yang berasal dari bahan bakar fosil semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan penduduk di dunia.menurut laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi, aktivitas industri, PLTD, aktivitas

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi

Lebih terperinci

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia)

hasil analisis tersebut akan diketahui karakteristik (sifat fisik, biologi dan kimia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya industri migas dalam bentuk ekspoitasi - produksi, pengolahan minyak dan gas bumi serta pemasaran hasil migas berpotensi memberikan dampak terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGILANGAN MIGAS (KUESIONER KILANG)

SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGILANGAN MIGAS (KUESIONER KILANG) SURVEI TAHUNAN PERUSAHAAN PENGILANGAN MIGAS (KUESIONER KILANG) Pengilangan Minyak dan Gas Bumi adalah mencakup usaha pemurnian dan pengilangan minyak bumi yang menghasilkan gas atau LPG, naptha, avigas,

Lebih terperinci

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya. EdisiBukuSaku Bersama-samaSelamatkanUangRakyat Disusunoleh: Tim SosialisasiPenyesuaianSubsidi BahanBakarMinyak JokoSulistyo(TataLetak) Komikoleh: @irfanamalee(creativedirector) ZahraSafirah(Naskah) Isnaeni(Ilustrator)

Lebih terperinci

Bagi Rachmat, agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi

Bagi Rachmat, agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi bagian VII Kerja Sama Erat dengan Industri Bagi Rachmat, agar dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan sektor migas, kerja sama dengan industri merupakan hal penting bagi Lemigas. Lemigas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jalan Ciledug Raya Kav.109,Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. berlokasi di Jalan Ciledug Raya Kav.109,Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Sejarah dan Perkembangan Perusahaan BAB III METODE PENELITIAN 2.9 Objek Penelitian 2.9.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penulis melakukan penelitian yang berlokasi di PPPTMGB Lemigas, yang berlokasi di Jalan Ciledug Raya Kav.109,Cipulir Kebayoran

Lebih terperinci

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA *47271 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 31 TAHUN 1997 (31/1997)

Lebih terperinci

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN Arsip merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi. Oleh karena itu, perlu di kelola secara sistematis sedangkan untuk sekarang ini arsip di kantor pemerintah atau di swasta umumnya

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA Tahun 1893 Sumur minyak pertama di bor di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda di Telaga Said

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkas harus dapat diaplikasikam secara tepat dan terpadu, serta memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. berkas harus dapat diaplikasikam secara tepat dan terpadu, serta memudahkan BAB I PENDAHULUAN Arsip merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi. Oleh karena itu, perlu di kelola secara sistematis sedangkan untuk sekarang ini arsip di kantor pemerintah atau di swasta umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PEDAHULUA 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-ya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pasar terhadap berbagai inovasi, kualitas dan kuantitas hasil produksi terus meningkat, sehingga perusahaan juga dituntut untuk meningkatkan efisiensi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Cepu adalah sentral pengeboran sumur minyak pertama yang ada di Indonesia. Peresmian tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB Vsrsteegh, dia tidak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan

I. PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan semakin bertambahnya populasi penduduk dunia, menyebabkan kebutuhan akan sumber daya alam, terutama minyak bumi semakin meningkat. Hal ini berdampak langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam kehidupan sehari-hari bahan bakar minyak masih menjadi pilihan utama sehingga akan mengakibatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG Menimbang NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN TABALONG

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR UMUM. Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

Bab v Perencanaan Kerja Kantor, Efisiensi Pekerjaan dan Kerja Sama

Bab v Perencanaan Kerja Kantor, Efisiensi Pekerjaan dan Kerja Sama Bab v Perencanaan Kerja Kantor, Efisiensi Pekerjaan dan Kerja Sama Sinopsis: Bab ini menyediakan pengetahuan tentang perencanaan kerja yang mencakup pengertian, proses perencanaan, sumber perencanaan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, sehingga perusahaan didalam mengelola usaha diharapkan mampu menggunakan sumber daya manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sumber Daya Alam. Penilaian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sumber Daya Alam. Penilaian. No.226, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Sumber Daya Alam. Penilaian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/PMK.06/2010 TENTANG PENILAIAN KEKAYAAN YANG DIKUASAI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN, PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan limbah

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI MIGAS

DATA DAN INFORMASI MIGAS DATA DAN INFORMASI MIGAS A. BAHAN BAKAR MINYAK/BBM Foto kesiapan penyediaan BBM/foto pengeboran minyak lepas pantai Foto kapal tangker pertamina Foto depot pertamina dan truk tangki Jumlah lembaga penyalur

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM Suprapti * Abstrak Sumur-sumur minyak di Desa Wonocolo Kecamatan Kadewan

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Proses industrialisasi ditandai dengan banyaknya pabrik yang berdiri disuatu tempat. Selain dapat menyerap tenaga kerja juga dapat menambah pendapatan

Lebih terperinci

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban 1 Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran Oleh Prayoto Universitas Gadjah Mada Energi Sebagai Penunjang Peradaban Peradaban manusia sejak awal perkembangannya telah bertumpu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik berasal dari gas alam dan minyak bumi yang dibuat melalui proses polimerisasi. Plastik mempunyai beberapa sifat istimewa yaitu mudah dibentuk sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepadatan penduduk di Kota Bandung yang telah mencapai 2,5 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni. Perumahan

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, sudah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebabnya tidak hanya berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisis Masalah Proses analisa sistem merupakan langkah kedua pada pengembangan sistem. Analisa sistem dilakukan untuk memahami informasi-informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi

Lebih terperinci

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN

VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN VIII. SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSAHAAN Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada bentuk dan struktur organisasinya. Sistem pengelolaan (manajemen) organisasi perusahaan bertugas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5 ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar

Lebih terperinci