PETUNJUK TEKNIS SELARAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK TEKNIS SELARAS"

Transkripsi

1 PETUNJUK TEKNIS SELARAS PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN (P2KKP) TAHUN 2015

2

3 PETUNJUK TEKNIS SELARAS PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS KAWASAN PERMUKIMAN (P2KP) Diterbitkan Oleh: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS i

4

5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI iii DAFTAR PENGERTIAN v DAFTAR ISTILAH xi DAFTAR SINGKATAN xiv BAB I KETENTUAN UMUM 1.1. Latar Belakang Intervensi Program Selaras Dalam Transformasi Sosial Tujuan Keluaran Strategi Ciri Khas Selaras Lokasi Sasaran Kelompok Sasaran 7 BAB II KOMPONEN PROGRAM 2.1 Penguatan Kapasitas Pemerintah Kabupaten/Kota, Masyarakat, Dan Kelompok Peduli Pemanfaatan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Bantuan Teknis 13 BAB III SIKLUS KEGIATAN 3.1. Orientasi Program Selaras Siklus Program Selaras Kegiatan Pendampingan KSM 22 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS iii

6 BAB IV PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN 4.1. Tata Peran Pelaku Pendampingan Konsultan/Fasilitator Pengendalian 35 LAMPIRAN Lampiran 1 Indikator Kinerja Program Selaras P2kkp ( ) 40 Lampiran 2 Dasar Hukum Petunjuk Teknis Selaras 42 Lampiran 2 A Regulasi Tentang Pentingnya Membentuk Gender Focal Point dan Pokja PUG Di Tingkat Provinsi Dan Kab/Kota 44 Lampiran 3 Pelaksanaan Kegiatan Siklus Selaras Lampiran 4 Penjelasan Sinkronisasi Siklus P2kkp/Selaras Dengan Siklus Perencanaan Gampong 67 Lampiran 5 Tabel Penjelasan Siklus Perencanaan Dan Penganggaran Daerah 70 Lampiran 6 Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Dan Pengamatan Kegiatan Bagi Pelaku Program Selaras 71 Lampiran 7 Kegiatan Ksm Yang Mendapatkan Pinjaman Dana Bergulir 87 Lampiran 8 Rencana Kegiatan/Pengembangan Usaha 88 Lampiran 9 Kegiatan Ekonomi Kartu Perkembangan Kelompok 89 Lampiran 10 Kegiatan Ekonomi Kartu Kelayakan Ksm Ekonomi Penerima BLM Selaras 91 Lampiran 11 Skema Pemberian Pinjaman Dana Bergulir Program Selaras 93 iv PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

7 DAFTAR PENGERTIAN 1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa. 3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. 7. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan prioritas, program, kegiatan, dan kebutuhan Pembangunan Desa yang didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, swadaya masyarakat Desa, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. 8. Peraturan Desa adalah peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa. 9. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS v

8 10. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. 11. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial. 12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa. 13. Pengkajian Keadaan Desa (PKD) adalah proses penggalian dan pengumpulan data mengenai keadaan obyektif masyarakat, masalah, potensi, dan berbagai informasi terkait yang menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi serta dinamika masyarakat Desa. 14. Data Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai potensi yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber dana, kelembagaan, sarana prasarana fisik dan sosial, kearifan lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta permasalahan yang dihadapi desa. 15. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat RPJM Desa, adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun. 16. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disingkat RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. 17. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan Daerah. 18. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. vi PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

9 19. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang syah. 20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. 21. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. 22. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. 23. Lembaga Kemasyarakatan desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat, 24. Lembaga adat Desa adalah merupakan lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa. 25. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Stereotype/ pelabelan negatif: adalah pelabelan atau cap terhadap suatu jenis kelamin yang didasarkan pada anggapan yang salah dan seringkali dijadikan alat pembenaran pada kelompok yang lainnya sehingga menyebabkan terjadinya ketidak adilan.misalnya, perempuan hanya cocok kerja jadi sekretaris,guru, dsb PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS vii

10 28. Subordinasi/penomorduaan : yaitu anggapan bahwa satu jenis kelamin dianggap lebih rendah atau dinomorduakan dibanding jenis kelamin yang lain.misalnya perempuan hanya pantas jadi pengurus rumah tangga dan urusan dapur. 29. Beban Ganda/ double burden : adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin, dimana salah satu jenis kelamin bekerja lebih keras dibanding jenis kelamin yang lain. 30. Marginalisasi (pemiskinan) : adalah kondisi atau proses peminggiran sistemik terhadap salah satu jenis kelamin, yang berakibat pada kemiskinan. Misalnya mekanisasi pertanian, menyebabkan kaum laki- laki kehilangan pekerjaan mencangkul dll. 31. Diskriminasi Gender: adalah tindakan atau perlakuan yang berbeda karena alasan jenis kelamin dan merugikan salah satu jenis kelamin. 32. Ketidakadilan gender (Gender Inequality); merupakan akibat dari marginalisasi, subordinasi, stereotype, beban ganda, dan diskriminasi di mana baik kaum laki- laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender terjadi karena adanya hubungan dan peran gender yang tidak seimbang antara laki- laki dan perempuan dalam memperoleh peluang, kesempatan, partisipasi, manfaat, dan control dalam melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan baik di dalam maupun di luar rumah tangga 33. Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan adanya kesenjangan atau ketimpangan gender yang berimplikasi relasi sosial kemasyarakatan (perempuan dan laki- laki). Isu tentang gender menjadi bahasan serta wacana perdebatan di dalam setiap kajian dan praksis sosial, pembangunan dan perubahan social. Proses pembangunan menjadi titik awal perbincangan mengenai isu perempuan dan gender. Isu Gender merupakan suatu gugatan dan protes terhadap ketidakadilan, ketidaksetaraan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan dan atau salah satu pihak. Permasalahan gender hampir di semua ranah kehidupan, baik ranah keluarga/rumah tangga, komunitas/masyarakat, ranah negara, maupun komunitas internasional. 34. Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman viii PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

11 pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki- laki untuk memberdayakan perempuan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dari seluruh kebijakan, program, kegiatan di berbagai bidang kehidupan pembangunan nasional dan daerah. 35. Netral Gender adalah Kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak kepada salah satu jenis kelamin 36. Bias Gender adalah Pandangan dan sikap yang lebih mengutamakan atau mengunggulkan salah satu jenis kelamin daripada jenis kelamin dalam kehidupan social maupun kebijakan publik 37. Kesetaraan Gender adalah suatu kondisi dan posisi yang setara bagi laki- laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak- haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, social budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. 38. Keadilan Gender adalah perlakuan adil bagi perempuan dan laki- laki dalam keseluruhan proses kebijakan pembangunan nasional, yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan, hambatan baik sebagai perempuan maupun laki- laki untuk mendapat akses dan manfaat dari usaha- usaha pembangunan; untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan (seperti yang berkaitan dengan kebutuhan, aspirasi) serta dalam memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya (seperti dalam mendapatkan/ penguasaan keterampilan, informasi, pengetahuan, kredit, dll.) 39. Analisis gender dikenal juga sebagai alat analisis yaitu suatu proses analisis data gender secara sisitematis tentang kondisi perempuan dan laki laki khususnya berkaitan dengan tingkat akses, partisipasi, kontrol dan perolehan manfaat dalam proses pembangunan untuk mengungkapkan akar permasalahan terjadinya ketimpangan kedudukan, Peran, fungsi tanggung jawab antara perempuan dan laki laki. Oleh karena itu alat analisis gender dapat dipahami sebagai konsep yang digunakan untuk mengenali adanya ketidakadilan dibalik perbedaan relasi sosial laki- laki dan perempuan. PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS ix

12 40. Anggaran Responsif Gender ( ARG) adalah anggaran yang respon terhadap kebutuhan perempuan dan laki laki yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender 41. Data Terpilah Adalah nilai dari variabel- variabel yang sudah terpilah antara perempuan dan laki laki berdasarkan topik bahasan pada hal hal yang menjadi perhatian 42. Gender adalah konsep yang mengacu pada perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab perempuan dan laki laki yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 43. Sex/Kodrat adalah jenis kelamin yang terdiri dari perempuan dan laki- laki yang ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya 44. Gender Budget Statemen ( GBS) adalah dokumen yang menginformasikan suatu output kegiatan yang responsif gender terhadap isu gender yang ada, dan atau suatu biaya telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan gender. 45. Kegiatan Responsif Gender berupa Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG), tindakan (nyata) dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan dengan pendekatan yang lebih menekankan pada masalah keadilan dan kesetaraan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Keadilan tersebut berupa proses maupun dampak kegiatan yang bertujuan menurunkan tingkat kesenjangan gender. 46. Perencanaan Responsif Gender (PRG) adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki- laki. 47. Relawan Selaras (relawan Penggerak Gender adalah gender focal point pada juknis yang terdahulu) adalah pelopor pengerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan x PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

13 DAFTAR ISTILAH Stereotype/citra Baku : adalah pe label an terhadap suatu jenis kelamin yang seringkali bersifat negative dan pada umumnya menyebabkan terjadinya ketidak adilan.misalnya, perempuan hanya cocok kerja jadi sekretaris,guru, dsb Subordinasi/penomorduaan : yaitu anggapan bahwa satu jenis kelamin dianggap lebih rendah atau dinomorduakan dibanding jenis kelamin yang lain.misalnya perempuan hanya pantas jadi pengurus rumah tangga dan urusan dapur. Beban Ganda/ double burden : adalah adanya perlakuan terhadap salah satu jenis kelamin, dimana salah satu jenis kelamin bekerja lebih keras dibanding jenis kelamin yang lain. Marginalisasi/peminggiran : adalah kondisi atau proses peminggiran sistemik terhadap salah satu jenis kelamin, yang berakibat pada kemiskinan. Misalnya mekanisasi pertanian, menyebabkan kaum laki- laki kehilangan pekerjaan mencangkul dll Diskriminasi Gender/ketidakadilan gender : adalah tindakan atau perlakuan yang berbeda karena alasan jenis kelamin dan merugikan salah satu jenis kelamin. Isu gender merupakan permasalahan yang diakibatkan karena adanya kesenjangan atau ketimpangan gender yang berimplikasi adanya diskriminasi terhadap salah satu pihak (perempuan dan laki- laki). Dengan adanya diskriminasi terhadap perempuan dalam hal akses dan control atas sumberdaya, kesempatan, status, hak, peran dan penghargaan, akan tercipta kondisi yan tidak adil gender. Pengarus Utamaan Gender adalah Strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam aspek kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki- laki untuk memberdayakan perempuan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dari seluruh kebijakan, program, kegiatan di berbagai bidang kehidupan pembangunan nasional dan daerah. Netral Gender adalah Kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak kepada salah satu jenis kelamin. Bias Gender adalah Pandangan dan sikap yang lebih mengutamakan salah satu jenis kelamin daripada jenis kelamin lainnya sebagai akibat pengaturan. PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS xi

14 Kesetaraan Gender adalah Kesamaan kondisi dan posisi bagi laki- laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak- haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, social budaya, pendidikan, pertahanan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil yang dampaknya seimbang. Keadilan Gender adalah perlakuan adil bagi perempuan dan laki- laki dalam keseluruhan proses kebijakan pembangunan nasional, yaitu dengan mempertimbangkan pengalaman, kebutuhan, kesulitan, hambatan sebagai perempuan dan sebagai laki- laki untuk mendapat akses dan manfaat dari usaha- usaha pembangunan; untuk ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan (seperti yang berkaitan dengan kebutuhan, aspirasi) serta dalam memperoleh penguasaan (kontrol) terhadap sumberdaya (seperti dalam mendapatkan/ penguasaan keterampilan, informasi, pengetahuan, kredit, dll.) Analisis gender adalah proses analisis data gender secara sisitematis tentang kondisi perempuan dan laki laki khususnya berkaitan dengan tungkat akses, partisipasi, kontrol dan perolehan manfaat dalam proses pembangunan untuk mengungkapkan akar permasalahan terjadinya ketimpangan kedudukan, funsi peran dan tanggung jawab antara perempuan dan laki laki. Anggaran Responsif Gender ( ARG) adalah anggaran yang respon terhadap kebutuhan perempuan dan laki laki yang bertujuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender Data Terpilah Adalah nilai dari variabelo- variabel yang sudah terpilah antara perempuan dan laki laki berdasarkan topik bahasan hal hal yang menjadi perhatian Gender adalah komponen konsep yang mengacu pada perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab perempuan dan laki laki yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Sex/Kodrat adalah jenis kelamin yang terdiri dari perempuan dan laki- laki yang ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu tidak dapat ditukar atau diubah. Ketentuan ini berlaku sejak dahulu kala, sekarang dan berlaku selamanya Gender Budget Statemen ( GBS) adalah dokumen yang menginformasikan suatu output kegaiatan yang responsif gender terhadap isu gender yang ada, dan/ atau suatu biaya telah dialokasikan pada output kegiatan untuk menangani permasalahan kesenjangan gender. xii PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

15 Keadilan Gender adalah suatu proses atau perlakuan yang mencerminkan terjadinya ketepatan proporsi terhadap perempuan dan laki laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran. beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki laki. Kegiatan Responsif Gender berupa Perencanaan Penganggaran Responsif Gender (PPRG), tindakan (nyata) dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan dengan pendekatan yang lebih menekankan pada masalah keadilan dan kesetaraan dalam perncanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. Keadilan tersebut berupa proses maupun dampak kegiatan yang bertujuan menurunkan tingkat kesenjangan gender. Kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi bagi perempuan dan laki- laki untuk memperoleh kesempatan dan hak- haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Netral Gender adalah kebijakan/program/kegiatan atau kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin. Penggerak Gender (PG) adalah relawan aktivis gender dari kalangan perempuan miskin yang dimotivasi untuk aktif sebagai penggerak masyarakat dalam pembangunan partisipatif. Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah salah satu strategi pembangunan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Konsep PUG harus melibatkan langsung perempuan dan laki- laki secara propesional melalui partisipasi aktif dalam proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan, serta evaluasi dalam semua bidang pembangunan Perencanaan Responsif Gender (PRG) adalah perencanaan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi, dan penyelesaian permasalahan perempuan dan laki- laki. Relawan Selaras adalah pelopor pengerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS xiii

16 DAFTAR SINGKATAN Advisory : Penasehat dan perancang program dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APKM ARG : Akses, Partisipasi, Kontrol, Manfaat : Anggaran Responsif Gender Bappeda Kab/Kota : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota Bappeda Prop BKM BLM BOP CB DKT Fasilitator FGD GBS IPG IPM KE Kemen PUPR KMP KMW Korkot KPPN KSM LKM LSM MDGs : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi : Badan Keswadayaan Masyarakat : Bantuan Langsung Masyarakat : Biaya Operasional : Capacity Building : Diskusi Kelompok Terarah : Tenaga Pendamping Masyarakat sebagai Agen Perubahan : Focussed Group Discussion / Diskusi Kelompok terarah : Gender Buget Statement : Indeks Pembangunan Gender : Indeks Pembangunan Manusia : Konsultan Evaluasi : Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat : Konsultan Manajemen Pusat : Konsultan Manajemen Wilayah : Koordinator Kota : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara : Kelompok Swadaya Masyarakat : Lembaga Keswadayaan Masyarakat : Lembaga Swadaya Masyarakat : Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Millenium) SDGs : Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) Musrenbang OSP P2KP PBL PDB : Musyawarah Rencana Pembangunan : Oversight Services Provider : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan : Penataan Bangunan dan Lingkungan : Pinjaman Dana Bergulir xiv PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

17 PG PIP PJM PJOK PMU PNPM MP POKJA PPK PPM PPMK PPRG PRG PRA PRONANGKIS PS PU PUG RAB Relawan RKTL RPK RT/RW RTRW RWT SATKER- Provinsi SIM SKPD SP2D SPM SPP SPPB SPPP TA TIPP : Penggerak Gender : Pengembangan Infrastruktur Permukiman : Program Jangka Menengah : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan : Program Management Unit : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan : Kelompok Kerja : Pejabat Pembuat Komitmen : Penanganan Pengaduan Masyarakat : Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas : Perencanaan Penganggaran Responsif Gender : Perencanaan Responsif Gender : Participatory Rural Appraisal : Program Penanggulangan Kemiskinan : Pemetaan Swadaya : Pekerjaan Umum : Pengarusutamaan Gender : Rencana Anggaran Biaya : Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya tanpa pamrih : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut : Refleksi Perkara Kritis : Rukun Tetangga/Rukun Warga : Rencana Tata Ruang Wilayah : Rembug Warga Tahunan : Satuan Kerja Provinsi : Sistem Informasi Manajemen : Satuan Kerja Perangkat Daerah : Surat Perintah Pencairan Dana : Surat Perintah Membayar : Surat Permintaan Pembayaran : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan : Technical Assistance : Tim Inti Perencanaan Partisipatif PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS xv

18 TNP2K UPK UPL UPS : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan : Unit Pengelola Keuangan : Unit Pengelola Lingkungan : Unit Pengelola Sosial xvi PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

19 BAB 1 KETENTUAN UMUM PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 1

20 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu strategi dalam kebijakan P2KKP (Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman) sebagai penyempurnaan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) adalah mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Sustainability Development Goals (SDGs) guna mencapai tujuan utama yaitu pengurangan penduduk miskin ekstrem di tahun Pemerintah berupaya memastikan setiap warga negara dapat mengakses perumahan yang layak dan terjangkau. Saat ini sekitar 9,12% rumah tangga dari 64,1 juta rumah tangga di Indonesia tinggal di rumah yang tidak layak huni (Data Capaian Millenium Development Goals Target pada Tahun 2014) dan terdapat Ha permukiman kumuh perkotaan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Sasaran ke 1, 2 dan 6 pembangunan kawasan permukiman yang tertuang dalam lampiran RPJMN III tahun , hendak membuat kawasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 Ha, tercapainya 100% akses air minum layak bagi seluruh penduduk dan meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100% pada tingkat kebutuhan dasar. Ditjen Cipta Karya- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen untuk berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Perkotaan, dengan mewujudkan lingkungan permukiman di Perkotaan yang layak huni dan berkelanjutan melalui prakarsa ' serta mendukung upaya penanggulangan kemiskinan di perkotaan melalui penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood), sesuai amanah RPJMN , termasuk kesetaraan gender. Selanjutnya, sasaran ke- 5 dari SDGs adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dimana P2KKP telah mengakomodasi isu pengarusutamaan gender tersebut. Isu kesetaraan gender merupakan salah satu prioritas dari 9 prioritas, dimana dalam prioritas kedua termuat "membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. (Lampiran Perpres no 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ). Di dalam prioritas kedua tersebut dinyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan peran dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan. Salah satu diantaranya adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan. Pengarusutamaan gender dalam pelaksanaan P2KKP PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

21 menjadi sangat relevan karena setiap tahapan kegiatan di masyarakat melibatkan perempuan dan laki- laki mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, monitoring dan evaluasi. Pada tahun 2015 telah diberlakukan UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengutamakan desentralisasi pemerintahan desa, termasuk Pemerintahan Gampong di Aceh. 2 Terkait dengan kesetaraan gender, Kepala desa wajib untuk mengagendakan misi tersebut dalam pembangunan desa. Pasal 26 ayat (4) huruf e UU Desa menyebutkan bahwa Kepala Desa berkewajiban untuk melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender. Klausul ini dikuatkan lagi oleh Pasal 8 ayat (4) Permendagri no 114 Tahun 2014 tentang Pembangunan Desa yang mengikutsertakan perempuan sebagai Tim Penyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Dalam sebuah Desa hanya diperkenankan memiliki satu perencanaan untuk melaksanakan pembangunan. 3 Perencanaan dimaksud adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM Desa), atau yang di Aceh dikenal dengan sebutan RPJM Gampong. RPJM Desa/Gampong memuat visi dan misi kepala Desa, arah kebijakan pembangunan Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. 4 Dalam Bidang Pembangunan Desa, RPJM Desa harus mengakomodasi pelayanan air minum, penanggulangan permukiman kumuh, dan sanitasi yang layak. 5 Orientasi tersebut sejalan dengan amanah RPJMN dan Rencana strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sesuai amanah RPJMN tahun , pemerintah menetapkan target pembangunan kawasan permukiman dan penanggulangan kemiskinan dalam Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) , antara lain : a) tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; b) pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 ha; 2 Berdasarkan Pasal 1 ayat (6), Qanun no 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong dalam Provinsi NAD, semua wilayah di Provinsi Aceh adalah Gampong. Dalam ketentuan itu disebutkan bahwa Gampong atau nama lain, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung berada di bawah Mukim atau nama lain yang menempati wilayah tertentu, yang dipimpin oleh Keuchik atau nama lain dan berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. 3 Pasal 79 UU no 6 Tahun 2014 tentang Desa 4 Pasal 6 ayat (1) Permendagri no 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa 5 Ibid Pasal 6 ayat (3) huruf a dan b Permendagri no 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 3

22 c) meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar (Ketiga target selanjutnya disebut Target ); dan d) tingkat kemiskinan diupayakan terus menurun dan mencapai sekitar 7,0-8,0 persen pada akhir tahun Sejak Tahun 2013, telah dilaksanakan Pilot Program yang bertujuan meningkatkan Akses, Partisipasi, Kontrol dan Manfaat (APKM) bagi laki- laki dan perempuan dalam pembangunan. Pada tahun Program ini menguatkan gerakan dalam permukiman. APKM adalah indikator/parameter yang banyak digunakan oleh lembaga/instansi untuk mengukur kesetaraan gender. Pengertian AKPM sendiri diterjemahkan sebagai berikut : a. Akses, maksudnya perempuan dan laki- laki memperoleh akses dan peluang yang adil dan setara terhadap sumber daya; b. Partisipasi, maksudnya perempuan dan laki- laki memperoleh kesempatan yang adil dan setara untuk berperan aktif dalam pembangunan; c. Kontrol, maksudnya perempuan dan laki- laki mendapatkan hak dan kewenangan yang adil dan setara dalam peran pengambilan keputusan; d. Manfaat, maksudnya perempuan dan laki- laki mendapatkan manfaat yang adil dan setara terhadap hasil- hasil pembangunan. Selama kurun waktu Program Selaras telah mencapai beberapa keberhasilan antara lain, meningkatnya jumlah Relawan Selaras (dulu disebut sebagai Relawan Penggerak Gender), meningkatnya kehadiran Perempuan Miskin dalam Perencanaan, meningkatnya kesadaran perempuan dalam mengontrol program, meningkatnya jumlah perempuan dalam mengikuti kegiatan peningkatan kapasitas. Sebagian indikator yang masih perlu ditingkatkan adalah partisipasi dalam pengambilan keputusan termasuk dalam pengendalian pemanfaatan kegiatan infrastruktur. Bertolak dari gambaran di atas, Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai executing agency dalam rangka mendukung pelaksanaan P2KKP di Propinsi Aceh, melanjutkan pelaksanaan Program Selaras INTERVENSI PROGRAM SELARAS DALAM TRANSFORMASI SOSIAL Secara historis, P2KP berorientasi membangun transformasi menuju masyarakat mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi kolaborasi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli. Program Selaras merupakan salah satu intervensi menuju masyarakat mandiri. Pada status mandiri, akan saling menghargai antara perempuan 4 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

23 dan laki- laki dan masyarakat melalui kelembagaan masyarakat (dalam hal ini Lembaga Keswadayaan Masyarakat) diharapkan mampu menjalin kemitraan, baik dengan lembaga- lembaga di tingkat desa, maupun di tingkat Pemda. Baik SKPD maupun dunia usaha. Salah satu upaya untuk membangun sinergi dengan Pemda, LKM berkolaborasi dengan sejumlah SKPD dalam penyusunan RPJMG (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong) dan RKP (Rencana Kerja Pembangunan) Gampong. Di dalam RPJMG, LKM menguatkan capaian permukiman khususnya pada bidang pembangunan dan pemberdayaan TUJUAN Mewujudkan Peningkatan kualitas permukiman berorientasi yang Responsif Gender 1.4. KELUARAN 1 Meningkatnya kapasitas perempuan dan laki- laki tentang kesetaraan peran dalam pembangunan. 2 Terlembaganya Proses penyusunan Dokumen perencanaan penataan permukiman berorientasi yang responsif gender sesuai parameter APKM 3 Memastikan aspek kemiskinan, permukiman, gender terintegrasi dalam dokumen perencanaan tingkat Kab/Kota dan Tingkat Gampong 4 Terlaksananya kegiatan TRIDAYA sesuai RKP Gampong berorientasi yang responsif gender STRATEGI 1. Pemda dan tenaga pendamping meningkatkan kapasitas masyarakat, baik perempuan dan laki- laki agar : a mampu berperan dalam pembangunan partisipatif, melalui sosialisasi, pelatihan, dan lokakarya. b Mampu mengakses pengembangan usaha dan kesempatan kerja melalui mekanisme pendampingan KSM. 2. Peningkatan kapasitas dilakukan secara berjenjang untuk saling menguatkan kompetensi antar pendamping dan antar SKPD di dalam Pemda sebelum bekerjasama dalam mewujudkan kolaborasi peran 3. Meningkatkan kualitas partisipasi perempuan dan laki- laki, dalam hal: a Memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki- laki untuk hadir dalam setiap pertemuan; PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 5

24 b Mengorganisasikan pertemuan khusus kelompok perempuan dan kelompok laki- laki, serta pertemuan kelompok campuran untuk meningkatkan pemahaman terhadap kesetaraan peran perempuan dan laki- laki c Mengorganisasi Pokja(Kelompok Kerja) Perencanaan Permukiman di tingkat desa yang beranggotakan perempuan dan laki- laki untuk melakukan : i. Review program pembangunan partisipatif; ii. Penggalian kebutuhan perempuan dan laki- laki untuk dibahas bersama dalam pelaksanaan pembangunan iii. Pengambilan keputusan yang melibatkan perempuan dan laki- laki iv. Penyusunan dokumen perencanaan yang mencantumkan secara jelas mengenai kebutuhan perempuan dan laki- laki v. memastikan perencanaan, penganggaran dan implementasi program responsif gender vi. Berperan setara dan berbuat bersama dalam monitoring 4. Memfasilitasi terbentuknya Tim Teknis/Pokja di tingkat Kab/Kota yang beranggotakan perwakilan sector terkait, Korkot, perwakilan BKM/LKM, pemuda dan perwakilan kelompok perempuan, dan dikuatkan legalitasnya 5. Menyediakan stimulan untuk pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman berorientasi yang responsif gender 1.6 CIRI KHAS SELARAS Meskipun program SELARAS ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam payung P2KKP, namun program ini memiliki ke- khas- an tersendiri yang perhatian utama/fokus yaitu : a. KeSelarasan peran perempuan dan laki- laki dalam hal Akses, Partispasi, Kontrol dan Manfaat (APKM); b. Peningkatan kesadaran perempuan dan laki- laki dari orientasi urusan rumah tangga ke orientasi urusan kemasyarakatan;dan c. Akomodasi kebutuhan perempuan miskin dalam perencanaan pembangunan. Perempuan miskin akan didorong sebagai Relawan Selaras (penggerak gender) dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan Selaras LOKASI SASARAN Lokasi sasaran SELARAS berada di 426 Gampong 6 pada 32 Kecamatan,yang tersebar di 12 Kab/Kota Propinsi Aceh. 6 Gampong adalah wilayah administratif di Propinsi Aceh setingkat kelurahan/desa 6 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

25 1.8. KELOMPOK SASARAN Kelompok sasaran dalam Program SELARAS dapat dilihat dalamtabel 1.2 di bawah ini : URAIAN KELOMPOK SASARAN Tabel 1.2. Kelompok Sasaran BANTUAN TEKNIK/ PENDAMPINGAN BANTUAN DANA BLM Masyarakat Masyarakat Gampong peserta Program Selaras, terutama masyarakat miskin, perempuan dan laki- laki. Dana BLM diprioritaskan kepada warga miskin, perempuan dan laki- laki, dan/atau kelompok masyarakat miskin, digunakan untuk kegiatan peningkatan kapasitas dengan syarat sbb : a b c Warga miskin terdaftar dalam data Pemetaan Swadaya, yang terinci dalam lembar PS 2 terkini yang telah disepakati warga. Kelompok masyarakat miskin yang ditetapkan dalam PJM Pronangkis. Khusus untuk pinjaman dana bergulir, penerima manfaat untuk masyarakat miskin (PS 2) dan akan dilaksanakan pada tahun kedua (investasi). Pemerintah Propinsi, Kab/Kota Para Pemangku Kepentingan terkait Perangkat pemerintahan propinsi, Kabupaten/Kota, s/d Gampong yang terkait dengan pelaksanaan Program SELARAS. Kelompok peduli penanggulangan kemiskinan, Para aktivis gender, Women Development Center, dll - - Oleh sebab program SELARAS merupakan pendukung P2KP, sehingga segala hal yang menjadi ketentuan umum dan aturan- aturan dalam Pedoman Pelaksanaan P2KP tetap berlaku pada program SELARAS ini. PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 7

26

27 BAB 2 KOMPONEN PROGRAM PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 9

28 2.1 PENGUATAN KAPASITAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA, MASYARAKAT, DAN KELOMPOK PEDULI Penguatan kapasitas mencakup sosialisasi berkesinambungan, lokakarya, pelatihan bagi Pemerintah kabupaten/kota, Masyarakat, dan Kelompok Peduli dalam rangka pelaksanaan Program Selaras 2.2 PEMANFAATAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Dana bantuan langsung masyarakat (BLM) merupakan stimulan bagi masyarakat untuk belajar melaksanakan kegiatan responsif gender yang dimuat dalam RPJM Gampong. Dana BLM tersebut telah dicairkan ke rekening BKM untuk dimanfaatkan sebagai berikut : a. Penggunaan Dana BLM Pagu BLM Rp. 150 juta setiap gampong dialokasikan dengan peruntukan sebagai berikut : No Penggunaan Besaran 1. BOP BKM/LKM Rp 7,5 Juta 2. Fixed cost pengembangan kapasitas masyarakat untuk kegiatan pelatihan dan sosialisasi terkait pengintegrasian aspek permukiman, kemiskinan dan gender dalam RPJM, RKP dan APB Gampong 3. Kegiatan TRIDAYA : a. Kegiatan lingkungan memperkuat target ; b. Kegiatan sosial, termasuk pengembangan kapasitas penunjang kegiatan lingkungan dan ekonomi. Khusus di Gampong yang terdapat alokasi kegiatan ekonomi maka sebagian alokasi dana kegiatan sosial digunakan untuk peningkatan kapasitas KSM Ekonomi (maksimal 15 juta) c. Kegiatan ekonomi digunakan untuk pinjaman dana bergulir KSM bagi Gampong yang memiliki kinerja pinjaman dengan PAR memuaskan (satisfactory) pada pengelolaan pinjaman dana bergulir. d. Ketentuan pada huruf a, b, c dan d diatas memperhatikan Renta Pronangkis responsif gender dan skema ekonomi Maks 10% dari pagu BLM Khusus untuk lokasi kegiatan ekonomi berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Penambahan modal ekonomi untuk perguliran maksimal 20 % dari pagu BLM b. Dana sosial dialokasikan untuk menunjang kegiatan pengembangan kapsitas KSM. 10 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

29 b. Syarat Pencairan dan Pemanfaatan Pencairan Dana BLM Selaras ke BKM/LKM dilakukan dalam satu tahap (100 %) mengacu pada Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1. Syarat Pencairan dan Pemanfaatan Dana BLM Selaras Tahap Pencairan Syarat Pencairan Syarat Pemanfaatan Pencairan 100% (Rp 150 juta) a Rencana Kerja Pengembangan Kapasitas BKM/LKM untuk pelaksanaan Selaras yang ditandatangani BKM/LKM dan disetujui oleh Asisten Korkot/Korkot b Melengkapi dokumen pencairan (terlampir) 1. PJM dan Renta Pronangkis yang responsif gender yang disepakati oleh masyarakat dan telah diverifikasi Korkot; 2. Proposal kegiatan KSM disepakati BKM/UP- UP dan telah diverifikasi oleh fasilitator. 3. KSM yang mendapatkan dana bergulir minimal harus memenuhi kriteria sebagai berikut; a. Pemenuhan lima aturan dasar kelompok b. Proposal usaha dengan melampirkan rencana atau pengembangan kegiatan usaha diverifikasi dan disetujui oleh BKM (lampiran- 2) Pencairan Dana BLM dari kegiatan Selaras mengikuti alur pencairan dana BLM P2KKP sebagai berikut : PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 11

30 Gambar 2.1. Alur Pencairan dana BLM Selaras c. Skema Kegiatan Ekonomi Bergulir Pemanfaatan BLM ke- 2 Program Selaras untuk ekonomi bergulir mengacu pada skema sebagai berikut : No Kebijakan Ekonomi Bergulir 1. Tujuan dana bergulir 1. Menyediakan akses layanan keuangan bagi KSM yang berorientasi pada pengembangan penghidupan masyarakat miskin. 2. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan peran bagi perempuan dan laki- laki dalam Akses Partisipasi Kontrol dan Manfaat (APKM). 2. Syarat bagi BKM/Kelurahan 3. Pengelola keuangan PDB (Pengelolaan Dana Bergulir) Kinerja pinjaman dengan PAR satisfactory pada pengelolaan pinjaman dana bergulir. UPK BKM 4. Skema pinjaman 1. Peminjam warga miskin dalam PS Peminjam membutuhkan modal kerja, investasi dan kebutuhan dasar KSM. 12 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

31 No Kebijakan Ekonomi Bergulir 3. Jasa/Bunga pinjaman 1-3% 4. Jangka waktu pinjaman maksimal 2 tahun 5. Angsuran pinjaman sesuai kemampuan peminjam (harian/mingguan/bulanan/musiman) 6. Ada tanggung renteng 5. Syarat KSM 1. Memenuhi kelayakan lima aturan dasar kelompok, diukur dengan menggunakan kartu perkembangan kelompok 2. Proposal usaha yang dilengkapi rencana atau pengembangan kegiatan usaha yang diverifikasi dan disetujui oleh BKM 3. Persyaratan pada no 1 dan 2 tersebut di atas terlampir dalam Skema Pemberian Pinjaman Dana Bergulir Program Selaras 6. Jumlah orang dalam KSM 5-15 Orang dengan minimal 40% perempuan 7. Besaran pinjaman KSM per anggota Pinjaman awal maksimal per anggota maksimum Rp 1 juta, untuk pinjaman berikutnya maksimum Rp 3 juta 2.3. BANTUAN TEKNIS Bantuan Teknis (technical assisstance) terkait dengan penyediaan konsultan dan fasilitator untuk melakukan kegiatan : a. Pendampingan kepada pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan, antara lain melalui sosialisasi, berbagai lokakarya dan pelatihan perangkat pemerintah daerah sampai dengan Keuchik/Imam Mukim/Kades/Lurah dan kelompok peduli serta bantuan teknik dalam melaksanakan Program Selaras. b. Pendampingan kepada masyarakat melalui fasilitasi pertemuan warga, diskusi kelompok terfokus, musyawarah atau rembug warga dalam pelaksanaan kegiatan Program Selaras tingkat Gampong dan review PJM Responsif Gender. PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 13

32

33 BAB 3 SIKLUS KEGIATAN PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 15

34 3.1. ORIENTASI PROGRAM SELARAS Secara umum pelaksanaan kegiatan Selaras melekat pada siklus P2KKP. Siklus Program Selaras menekankan pada penguatan peran perempuan dan laki- laki dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan pembangunan bidang permukiman ke dalam RPJM Gampong. Secara prinsip, kegiatan Selaras selama tahun mengikuti siklus penyusunan RPJM Gampong berdasarkan Permendagri No. 114 Tahun 2015, dan siklus program P2KKP (dijelaskan dalam Gambar 3.1 dan 3.2). Mengacu pada kedua siklus tersebut, kegiatan Selaras dapat dibagi sesuai tahun pendampingan menjadi : 2015 : 1. Tahap persiapan berupa a) audiensi dan sosialisasi dengan Pemda, b) advokasi penerbitan SK Tim Penyusun RPJM Gampong, c) Pembentukan Tim Teknis/Pokja, d) Sosialisasi Koordinasi dengan Kepala Desa, e) Lokakarya RPJM Gampong, f) TIPP dan Relawan Selaras, g) Pelatihan BKM, TIPP, aparat Gampong dan Tim Penyusun RPJMG, h) Kajian Profil Permukiman 2016 : 2. Tahap Pra Perencanaan; Pembentukan Tim Penyusun RPJMG 3. Tahap Perencanaan; Perencanaan yang terintegrasi dengan siklus penyusunan RPJM Gampong 4. Tahap Penganggaran; Review RKP dan APB Gampong 2017 berdasarkan RPJMG dst : 5. Tahap pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan 6. Rangkaian Pelaksanaan Siklus tahun 2016 dilaksanakan kembali Tahun 2017 pada penyusunan RKP dan seterusnya Untuk berikutnya, isi Petunjuk Teknis ini dapat diikuti untuk memandu kegiatan yang sama pada tahun- tahun selanjutnya sesuai siklus perencanaan pembangunan di tingkat Gampong maupun Kabupaten/Kota. Bab ini berisi penjelasan mengenai siklus kegiatan Selaras yang telah diharmonisasikan dengan siklus kegiatan penyusunan RPJM Gampong sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dan masih terus berproses. Panduan pelaksanaan kegiatan dalam siklus Selaras akan dijelaskan secara lengkap di dalam Lampiran Petunjuk Teknis Ini. 16 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

35 Gambar 3.1 Siklus P2KKP yang Responsif Gender PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 17

36 18 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

37 3.2. SIKLUS PROGRAM SELARAS Berbeda dengan siklus program Selaras sebelumnya 7 yang menekankan pada perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tingkat masyarakat, siklus Selaras melibatkan secara seimbang peran para pelaku di tingkat Kabupaten/Kota dan di tingkat gampong. Siklus program di tingkat kabupaten/kota dan gampong menjadi sebuah siklus yang utuh dan saling melengkapi. Dalam hal ini, penguatan pembangunan bidang permukiman yang responsif gender melalui perencanaan partisipatif dipastikan berjalan di setiap tahapan dalam siklus program. Pendekatan TRIDAYA tetap mewarnai program ini, mencakup kegiatan permukiman yang bersifat fisik maupun penguatan masyarakat yang bersifat social dan ekonomi. Secara umum, tahapan dalam Siklus Selaras terdiri dari : 1. Tahap Persiapan (termuat dalam Gambar 3.3) 2. Tahap Pra Perencanaan (termuat dalam Gambar 3.3) 3. Perencanaan (termuat pada Gambar 3.3.) 4. Tahap Penganggaran (Review RKP Gampong, RKP Kab/Kota, APBGampong dan APBD Kab/Kota, termuat dalam Gambar 3.3 dan 3.4) 5. Tahap pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan keberlanjutan (implisit dalam gambar 3.3 dan 3.4 ) Sebagai catatan, program Selaras tahun tidak lagi menganggarkan BLM khusus, namun akan memaksimalkan sisa BLM tahun Pada tahap pelaksanaan pembangunan, kegiatan sosial dan ekonomi akan mengacu pada Lampiran Kegiatan Ekonomi 7-11 Petunjuk Teknis ini yang memperkenalkan pendekatan pendampingan KSM melalui Prinsip Pancasutra. Terkait dengan pelaksanaan kegiatan fisik, tim fasilitator akan mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pemantauan pelaksanaan pembangunan sektor permukiman dengan dana yang masuk ke desa, baik yang berasal dari APBG(APBDesa) maupun APBD Kabupaten/Kota. BKM didorong untuk terlibat dalam pengelolaan kegiatan pembangunan yang bersifat swakelola dengan tetap menjalankan prinsip keterbukaan dan pertanggungjawaban. 7 Selaras menginduk pada Program PNPM Mandiri Perkotaan yang berakhir pada tahun 2015 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 19

38 20 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

39 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 21

40 3.3. KEGIATAN PENDAMPINGAN KSM Salah satu Kegiatan yang dikembangkan dalam Program Selaras adalah pendampingan KSM. Pendampingan KSM merupakan salah satu bentuk penguatan modal sosial dalam kelompok (KSM). Tujuannya adalah agar KSM yang dibentuk mampu menguatkan para anggotanya, lebih solid, memiliki kapasitas, tanggung jawab, saling percaya dan mampu membangun kerjasama. Kelompok yang kuat adalah kelompok yang mampu menumbuhkan rasa saling percaya di antara anggota dan mendapatkan kepercayaan (trust) dari pihak lain. Prasyarat tersebut penting dipenuhi KSM sebelum mengakses pinjaman dana bergulir dari BKM maupun lembaga perbankan. Oleh sebab itu KSM dikuatkan dengan membiasakan melakukan 1) pertemuan rutin, 2) pembukuan, 3) menabung, 4) menerapkan pinjaman antar anggota dan 5) mengangsur secara rutin. Kelima aspek tersebut disebut dengan lima prinsip dasar (Pancasutra) dalam pendampingan KSM. Sebelumnya model Pendampingan KSM tersebut telah diimplementasikan dilokasi percontohan (9 provinsi, 14 kota/kabupaten dan 56 kelurahan/desa). Selanjutnya, model pendampingan tersebut akan diadaptasi dalam Program Selaras. Berkaitan dengan hal tersebut, penjabaran pendampingan KSM selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran kegiatan ekonomi PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

41 BAB 4 PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 23

42 Struktur organisasi untuk pelaksanaan SELARAS merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan struktur organisasi P2KP Kota secara keseluruhan, dengan beberapa penambahan personil yang dibutuhkan bagi pelaksanaan SELARAS. Beberapa personil tambahan yang dibutuhkan pada pelaksanaan SELARAS ini adalah personil- personil dari Konsultan Managemen Pusat (KMP) yaitu Tenaga Ahli Gender dan OSP yaitu Sub Tenaga Ahli Gender serta Asisten kordinator kota Khusus di setiap kota/kabupaten wilayah sasaran SELARAS serta tambahan fasilitator di gampoeng sasaran SELARAS yang bergabung dengan Tim Fasilitator yang telah ada. Struktur organisasi SELARAS tersaji pada pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pengelolaan Kegiatan SELARAS P2KKP Kota 24 PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS

43 4.1. TATA PERAN PELAKU Tingkat Nasional Penanggung jawab penyelenggaraan infrastruktur permukiman adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bertindak sebagai lembaga penyelenggara program (executing agency). Untuk melaksanakan program tersebut, agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan terciptanya sinergi dengan program lainnya dan untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai dalam rangka keberlanjutan program, telah dibentuk Koordinator Program. 1) Koordinator Program Koordinator Program dalam penyelenggaraan SELARAS untuk penanganan prioritas kumuh memiliki kewenangan sebagai berikut: a) Membantu pelaksanaan tugas Executing Agency dalam penyelenggaraan program secara nasional, termasuk Program SELARAS; b) Melakukan koordinasi dengan Tim Koordinasi Pusat dalam penyelenggaran program SELARAS di tingkat Nasional; c) Mengkoordinir seluruh pelaku program dalam penyelenggaraan Program SELARAS di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten; d) Melakukan fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku program terkait Program SELARAS di tingkat provinsi dan kabupaten/kota melalui pengaturan, pembinaan dan pengawasan; e) Melakukan pengelolaan keuangan pinjaman dan kegiatan- kegiatan yang mendukung penyelenggaraan program SELARAS; f) Melakukan pengelolaan pengaduan dan tindak turun tangan dalam penanganan permasalahan di lapangan; g) Melakukan Koordinasi dengan stakeholder dan seluruh pelaku program dalam penyelenggaraan Program SELARAS di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten dalam Peningkatan Kawasan Permukiman yang responsif gender h) Melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait integrasi UU Desa dan Peningkatkan kualitas Kawasan Permukiman yang responsif gender terakomidir dalam Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) PETUNJUK TEKNIS Program SELARAS 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2015-2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP)

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Disampaikan Oleh: Mita D Aprini Jakarta, Juni 2015 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat a. LATAR BELAKANGLatar

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN 2017 Tentang PENETAPAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP DESA) DESA PANDA KECAMATAN PALIBELO KABUPATEN BIMA TA. 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari PNPM Mandiri Nasional oleh sebab itu pengelolaan program ini juga merupakan bagian dari pengelolaan program nasional PNPM Mandiri

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015

PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 PROGRAM DAN PENGANGGARAN PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN DI PERKOTAAN (P2KP) TAHUN 2015 Oleh : Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Disampaikan

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK-BENTUK PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN MEKANISME PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi

Lebih terperinci

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNGAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) TAHUN 2016-2022 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN

P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN P E D O MAN T E K N I S PROGRAM SELARAS PNPM MANDIRI PERKOTAAN BERSAMA MEMBANGUN KEMANDIRIAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN 2 1.4. 3 Gampong adalah wilayah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) P E D O M A N T E K N I S PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI PERKOTAAN PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS

Lebih terperinci

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA MIAU MERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013 DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA DAN KAWASAN PERDESAAN, SERTA PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR

PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR PERATURAN DESA KALIJAGA TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2017 2023 DESA KALIJAGA TIMUR KECAMATAN AIKMEL KAB. LOMBOK TIMUR KEPALA DESA KALIJAGA TIMUR KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN SALINAN Menimbang BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki

Lebih terperinci

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,

Lebih terperinci

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman OUTLINE Latar Belakang Program Arahan Kebijakan DJCK: ATAR BELAKANG Kebijakan

Lebih terperinci

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh.

Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Bersama Program KOTAKU Kita Tuntaskan Kumuh. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan Program lanjutan dari Program PNPM Mandiri Perkotaan. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)telah disosialisasikan di

Lebih terperinci

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN Upaya Peningkatan Partisipasi Perempuan UPP 1 dan awal UPP 2 ( 1999 2003), belum ada upaya yang jelas dalam konsepnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017

KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 KEPALA DESA RARANG SELATAN KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA RARANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) DESA RARANG SELATAN TAHUN

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA.

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA. Sambutan Pembukaan Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D Direktur Pengembangan Permukiman Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA Pada Acara Rapat Koordinasi Nasional Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes)

PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes) PERATURAN DESA MALLASORO NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA (RKPDes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA MALLASORO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang undang Nomor

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 119 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG)

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER (PPRG) BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengintegrasikan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH

Lebih terperinci

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II

PROFILE DATA SIM P2KP NAD KMW II PROFILE DATA SIM P2KP NAD II U R A I AN 1 INFORMASI UMUM 1.1 Cakupan Wilayah 1.1.1 Jumlah Kota/ Kab 1.1.2 Jumlah Kecamatan 3 1.1.3 Jumlah Kelurahan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 1.1.4 Jumlah Lorong/Dusun

Lebih terperinci

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DRAFT PEDOMAN TEKNIS PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) 2013 Tahun Propinsi Kota Kelurahan 2008 (Pilot) Lokasi Kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 53 TAHUN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

Rancangan Final 8 April 2013

Rancangan Final 8 April 2013 PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR ACEH, Menimbang: a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDES) TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PANDUAN UMUM PENGARUS UTAMAAN GENDER (PUG) P2DTK

PANDUAN UMUM PENGARUS UTAMAAN GENDER (PUG) P2DTK PANDUAN UMUM PENGARUS UTAMAAN GENDER (PUG) P2DTK NATIONAL MANAGEMENT CONSULTANT TAHUN 2011 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISTILAH GENDER... BAB I PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPALA DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

KEPALA DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI KEPALA DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BENGKAK NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM Desa) DESA BENGKAK TAHUN 2015-2020

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016

KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016 KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEMPU Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB

KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB KEY PERFORMANCE INDIKATOR NSUP IDB 2016-2020 NO INDIKATOR SATUAN TARGET KINERJA (TAHUN) 2016 2017 2018 2019 2020 STRATEGI OPERASIONAL KOMPONEN PENDUKUNG PENCAPAIAN TARGET 2 Key Performance Indicator NSUP-IDB

Lebih terperinci