REFORMASI REGULASI RKP 2017
|
|
- Sudirman Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REFORMASI REGULASI RKP 2017 KEDEPUTIAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN DAN KEAMANAN DISAMPAIKAN PADA SERIAL MULTILATERAL MEETING II KAMIS, 14 APRIL 2016, RUANG SG 4-5 BAPPENAS
2
3 INPRES SINKRONISASI PERENCANAAN & PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
4 Pemangkasan regulasi Arahan Presiden untuk 2016 akan mulai dilakukan upaya simplifikasi/pemangkasan dipusat dan daerah secara bertahap STRATEGI SIMPLIFIKASI REGULASI / PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK KONTROL KUANTITAS REGULASI NG BERLAKU INFRASTRUKTUR, INVESTASI, ENERGI, PAJAK, KEHUTANAN...dst IDENTIFIKASI DAN REVIEW / ANALISA KEBIJAKAN & REGULASI MONITORING ONLINE
5 TUJUAN Mendukung pelaksanaan program prioritas dan kegiatan yang menetapkan peran Bappenas sebagai system integrator; Memastikan dan mempercepat pelaksanaan pencapaian sasaran RKP 2017 dan Nawa Cita; Memberikan kemudahan bagi aktivitas masyarakat (mengurangi beban masyarakat), sehingga potensi kreatif warga negara lebih mudah dijewantahkan. Mendorong efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan negara & pembangunan; Memiliki nilai tambah/insentif bagi pelaku usaha untuk mendukung sasaran RKP 2017 Bahan penyusunan Prolegnas Tahunan 2017 dan Program Penyusunan PP dan PERPRES Tahun 2017
6 TIGA FUNGSI POKOK REGULASI Sebagai sarana ketertiban atau pedoman perilaku, i.e. regulasi menjadi pedoman untuk terselenggaranya dinamika sosial Sebagai instrumen pembangunan, i.e. regulasi menggerakkan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan Sebagai faktor integrasi, i.e. regulasi mengintegrasikan wilayah maupun kebijakan-kebijakan dalam rangka penyelenggaraan negara
7 Prinsip Regulasi harus mensejahterakan Sebelum regulasi dikeluarkan, perlu analisis dampak dan biaya (inefisiensi) yang timbul (economic cost of regulation). misal yang berdampak besar pada anggaran dan ekosospol Regulasi adalah pilihan tindakan terakhir setelah semua tindakan yang bersifat non-regulatory tidak ada lagi (prinsip jika tidak gatal, jangan digaruk ) Batu uji: Apakah regulasi baru ini perlu? Apakah regulasi ini perlu sekarang? Apakah regulasi akan memberikan manfaat bagi masyarakat? Apakah regulasi akan berdampak pada lebih efisiennya penyelenggaraan negara?
8 REFORMASI REGULASI 1) SIMPLIFIKASI REGULASI (short term) PEMBENTUKAN REGULASI (Revisi/Amandemen/Penggantian) Inventarisasi Regulasi (Stocktaking) Identifikasi Masalah & Stake Holder 2) Rekonseptualisasi tata cara pembentukan regulasi (sudah dilakukan denagn UU No. 12 tahun 2011 & dalam tahap kajian penyempurnaan) 3) Restrukturisasi kelembagaan pembentuk Regulasi Evaluasi Regulasi Bermasalah 4) Penguatan / Pemberdayaan Sumber Daya Manusia di Bidang Perumusan Kebijakan dan Perancangan Regulasi Mencabut yang tidak diperlukan, Merevisi yang diperlukan tetapi Berkualitas buruk, dan Mempertahankan yang baik dan diperlukan Existing Future
9 ALUR PIKIR INTEGRASI KEBIJAKAN DAN REGULASI
10 MEKANISME SINKRONISASI KEBIJAKAN & REGULASI DPR (BALEG) PRESIDEN Prolegnas Tahunan (Presiden + DPR) Setuju Permohonan persetujuann Permohonan persetujuann Setuju Prog Penyusun an PP dan Perpres SETNEG KEMEND AGRI KEMENK EU Konsep (draft awal) Prolegnas Tahunan Pemerinta h Dalam RKP Draft Prolegnas Tahunan Pemerintah dalam RKP KEMENK UMHAM KEMEN PPN/BAP PENAS K/L ANALISIS AWAL KEBUTUHAN REGULASI DALAM RKP Koordinasi Kebutuh an Regulasi dalam RKP Konsep (draft awal) Program Penyusuna n PP dan Perpres Rencana Program Penyusunan PP, Perpres Rencana Prolegnas Tahunan RUU Klarifikasi Draft Program Penyusuna n PP dan Perpres
11 MEKANISME KERJA BAPPENAS KEMENTERIAN HUKUM & HAM K/L Menyampaikan arahan Stranas RR (langkah SIMPLIFIKASI REGULASI) dari Presiden Sosialisasi Stranas RR Fasilitasi implementasi Stranas RR di pusat & daerah (dukungan tools & kriteria analisis serta debottlenecking terkait kebijakan) Melakukan monitoring pelaksanaan (sistem dan verifikasi) Koordinasi persiapan dengan Kementerian Hukum dan HAM Memberikan dukungan teknis terkait teknik dan prasyarat dalam penyusunan regulasi (formil) Biro Perencanaan Biro Hukum Unit Substansi Konsolidasi internal dengan Biro Hukum dan unit substansi dan dukungan perencanaan Pemetaan / identifikasi K/L yang terkait Koordinasi dengan dit. sektor Bappenas (mitra di Bappenas) Koordinator & Konsolidasi dengan biro perencanaan dan unit substansi Pemetaan regulasi dan identifikasi K/L yang terkait Klasifikasi regulasi Evaluasi dari pelaksanaan Program Legislasi 2015 maupun perencanaan Program Legislasi 2016, Program Penyusunan PP dan Perpres 2015, Renstra K/L dan melihat kesesuaiannya dengan RPJMN & NAWA CITA Melakukan FGD Penetapan langkah dan rencana tindak simplifikasi regulasi (berdasarkan rekomendasi) Menyiapkan rencana dan hasil kajian tentang evaluasi revisi / pembentukan regulasi baru (untuk level dibawah UU dan PP, kajian yang dimaksud adalah kajian singkat Kajian evaluasi perlu memuat analisa beban dan manfaat dari berbagai aspek Koordinasi dan konsolidasi dengan Biro Hukum, Biro Perencanaan dan dit. Sektor Bappenas maupun K/L yang terkait substansi Melakukan FGD
12 BUSINESS PROCESS SIMPLIFIKASI REGULASI PENASEHAT (EMINENT PERSON) PRESIDEN MEMBERIKAN ARAHAN PRIORITAS KEBIJAKAN DAN LANGKAH- LANGKAH REFORMASI REGULASI Pemangku kepentingan: 1. Wakil pemerintah 2. Asosiasi pengusaha, 3. Perguruan tinggi 4. Lembaga riset, 5. Kamar dagang 6. Ahli & pakar 7. Investor KL & PEMDA Inventarisasi regulasi, Identifikasi potensi masalah dan Identifikasi stakeholder BAPPENAS (DEBOTTLENECKING KEBIJAKAN & REGULASI) FGD Rencana tindak Pelaksanaan tindakan: Cabut Revisi Pertahankan
13 CONTOH
14 PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Perencanaan Terintegrasi LEVEL 1 Pengembangan Ekonomi Lokal Kemen PDTT, Kementan, Kemen KUKM, Kemenperin, Kemen KP, Kemensos, BKPM, Kemenkeu, Kemendagri, Kemendag, Pemda Kemen PDTT, Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenkes, Kemenaker, Kemen KUKM, Kemenkominfo, Pemda Peningkatan SDM dan Iptek Pembangunan Daerah Tertinggal Alokasi diprioritaskan kepada programprogram yang sudah teruji manfaatnya. Peningkatan Aksesibilitas/ Konektivitas Kemen PDTT, Kemen PUPR, Kemenhub, BNPB, Pemda Kemen PDTT, Kemenhub, Kemen PUPR, Kemen ESDM, Kemendikbud, Kemenristekdikti, Kemenkes, Kemensos, Pemda Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik Slide - 14
15 PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Kemendes PDTT; BKPM; Kemendag; Kemen KuKM; Kemenperin; Kemenkes; BPOM Kemenaker PEMDA LSM Kemendag, BKPM Kementan, Kemendes PDTT KuKM, Kemendagri KemenPar PEMDA LSM 1.6. Perijinan Usaha dan Penguatan Kelembagaan Usaha 1.5. Promosi, Kemitraan usaha, Pemasaran, dan Kerjasama antar Daerah 1.1. Penyediaan Bahan Baku & sarpras produksi PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL 1.4. Bantuan Permodalan & Pemberian Fasiltas Kredit Usaha Ekonomi Produktif/UMKM Kementan, Kemendes PDTT, Kemensos Kemen LHK PEMDA LSM 1.2. Peningkatan Kapasitas Nelayan/Petani /Pelaku Usaha Mikro & Ekonomi Kreatif 1.3. Pengolahan pasca panen & home industry Kemensos Kemen KuKM Kemendes PDTT PEMDA LSM Kemendes PDTT; Kementan; KKP; KUKM PEMDA LSM KUKM; Kemendes PDTT; Kemenperin; Kemenaker; Kemendag; Kemensos PEMDA LSM Slide - 15
16 PENINGKATAN AKSESIBILITAS Kemen Kominfo, Kemendes PDTT BNPB Pemda 2.7. Penyediaan Akses Telekomunikasi 2.1. Pembangunan, Peningkatan Kapasitas, dan Pemeliharaan jalan & jembatan Kemen PU-Pera Kemendes PDTT, Pemda 2.2. Pembangunan dermaga Kemenhub, Kemendes PDTT, Pemda Kemenhub Pemda 2.6. Pembangunan perkeretaapian di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua PENINGKATAN AKSESIBILITAS 2.3. Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan bandara Kemenhub Pemda 2.5. Pelayanan angkutan keperintisan 2.4. Pengadaan moda transportasi darat, udara, Laut dan ASDP Kemenhub, Kemen PDTT Pemda Kemenhub Pemda Slide - 16
17 PEMENUHAN PELANAN DASAR PUBLIK DAERAH TERTINGGAL 3.1. Pembangunan Ketenagalistrikan Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemen ESDM; KemenBUMN PLN Pemda. Kemendagri; BNPB; Pemda. 3.6 Penguatan Kelembagaan Pemda 3.2. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendidikan Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemedikbud; Kementerian Agama; Pemda. PEMENUHAN PELANAN DASAR PUBLIK Kemen Desa, PDTT; Kemen PU & Pera; Pemda. 3.5 Penyediaan Air Bersih dan sanitasi 3.3. Pembangunan Sarana dan Prasrana Kesehatan Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemenkes; Pemda 3.4. Pemenuhan Perumahan dan Permukiman Layak Huni Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemen PU & Pera; Kemensos Pemda Slide - 17
18 PENINGKATAN SDM DAN IPTEK DAERAH TERTINGGAL 4,1. Penyediaan dan Tunjangan Tenaga Pendidikan & Kesehatan Kemedikbud; Kemenkes; Kementerian Agama; Pemda. Kemenperin Kemenristek & Dikti Kementan Kemenperin KKP Kemenko Maritim Kemenpar Kemendes PDTT Kemendagri; Pemda 4.4 Inovasi Daerah, Pengembangan Inkubator bisnis & Technopark berbasis Potensi Sumber Daya Lokal PENINGKATAN SDM DAN IPTEK 4.2. Pembangunan SMK & Politeknik Kemenristek & Dikti; Kemendikbud; Pemda 4.3. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kerja Kemen Desa, PDTT; Kemenaker; Pemda. Slide - 18
19 REKOMENDASI : Pencabutan Analisa : Kebutuhan pembangunan daerah tertinggal tercantum dalam Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT). Akan tetapi, terbatasnya kapasitas SDM dan aparatur pemerintah daerah, serta terbatasnya infrastruktur mengakibatkan beberapa daerah tertinggal tidak mampu menyusun proposal (baik secara manual maupun e-proposal), sehingga menghambat pembangunan di daerah tertinggal yang telah direncanakan berdasarkan data kebutuhan MATRIKS KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI (FORM D) PRIORITAS NASIONAL PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REGULASI BERMASALAH Program Prioritas :...? Kegiatan Prioritas :...? Regulasi : Peraturan Menteri terkait "Proposal Based" K/L Penanggungjawab: Pimpinan K/L dan BPK Kriteria A. Aspek Legalitas Menimbulkan konflik dengan regulasi yang lebih tinggi dan/atau regulasi yang sederajat. Multitafsir (menimbulkan pemahaman berbeda) Tidak Dapat dilaksanakan B. Berdasarkan kebutuhan Tidak Memenuhi hak-hak dasar masyarakat Menghambat pemberantasan korupsi Tidak Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat umum Tidak Mendukung pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional C. Beban yang ditimbulkan Membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Membebani masyarakat dengan menetapkan pungutan, persyaratan, dan atau prosedur dan perizinan yang tidak perlu Sulit diawasi pelaksanaannya Nilai Kriteria TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK
20 REGULASI BARU Program Prioritas : Pemenuhan Pelayanan Dasar Publik Kegiatan Prioritas :...? Regulasi : Standar Biaya Khusus K/L Penanggungjawab: Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi Kriteria A. Aspek Legalitas Tidak Menimbulkan konflik dengan regulasi yang lebih tinggi dan/atau regulasi yang sederajat. Tidak Multitafsir (menimbulkan pemahaman berbeda) Dapat dilaksanakan B. Berdasarkan kebutuhan Memenuhi hak-hak dasar masyarakat Mempercepat pemberantasan korupsi Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat umum Mendukung pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional C. Beban yang ditimbulkan Tidak Menimbulkan Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tidak Membebani masyarakat dengan menetapkan pungutan, persyaratan, dan atau prosedur dan perizinan yang tidak perlu Mudah diawasi pelaksanaannya Nilai Kriteria Urgensi Pengusulan IKK yang tinggi di daerah tertinggal menyebabkan biaya operasional tinggi, sehingga menyebabkan inefisiensi dalam pembangunan. Dengan adanya SBK ini diharapkan mekanisme penganggaran yang dilakukan di daerah tertinggal menjadi lebih efektif dan efisien
21
22
23
24
25
26
27 MATRIKS KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI (FORM D) PRIORITAS NASIONAL PERKOTAAN Program Prioritas : Meningkatkan Kapasitas Pengelolaan Kota Kegiatan Prioritas : Sistem, peraturan dan prosedur Kota Berkelanjutan Regulasi : Permen Pedoman Penyusunan RDTR Kota K/L Penanggungjawab: K/L Terkait: Kriteria A. Aspek Legalitas Tidak Menimbulkan konflik dengan regulasi yang lebih tinggi dan/atau regulasi yang sederajat. Tidak Multitafsir (menimbulkan pemahaman berbeda) Dapat dilaksanakan B. Berdasarkan kebutuhan Memenuhi hak-hak dasar masyarakat Mempercepat pemberantasan korupsi Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat umum Mendukung pencapaian sasaran dan target pembangunan nasional C. Beban yang ditimbulkan Tidak Menimbulkan Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tidak Membebani masyarakat dengan menetapkan pungutan, persyaratan, dan atau prosedur dan perizinan yang tidak perlu Mudah diawasi pelaksanaannya Urgensi Pengusulan Nilai Kriteria Belum ada analisa dari Dit. Sektor terkait dan akan dibahas pada Trilateral Meeting Kerangka Regulasi antara Bappenas (Dit. APP dan Sektor), Kementerian Hukum dan HAM cq. BPHN & Ditjen PP, dan K/L (Biro Perencanaan, Biro Hukum, dan Unit Teknis
28 Catatan & Tindak lanjut Perlu diidentifikasi mendalam dan evaluasi kebijakan dan regulasi terkait program yang menghambat dan/atau dibutuhkan Dit. Sektor Bappenas dan K/L Perlu adanya koordinasi antara K/L dengan Pemda sesuai locus/lokasi program prioritas apakah ada potensi hambatan terkait PERDA di daerah? Perlu dilakukan penajaman terkait KR dan aksi yang akan dilakukan dalam hal simplifikasi regulasi sebagai bagian dari RR Pertemuan intens antara Bappenas, K/L penanggung jawab dan K/L terkait dan menyelesaikan hambatan (debottlenecking)
29 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BAPPENAS JL. TAMAN SUROPATI, NO. 2, JAKARTA TELP/FAX: WEBSITE: dapp.bappenas.go.id
30 LAMPIRAN
31 Cost And Benefit Analysis (CBA) Dalam Rangka Sinergitas Kerangka Kebijakan Dengan Kerangka Regulasi
32 Cost Benefit Analysis CBA merupakan metode untuk menganalisis manfaat yang akan didapat setelah dikeluarkannya sebuah kebijakan Manfaat CBA National Institute of Justice, Washington: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Comparability atau membandingkan beberapa usulan kebijakan yang akan dibentuk dengan melihat pada besarnya manfaat yang akan dirasakan oleh masyarakat. Transparency yaitu proses CBA dan CEA dapat dilihat oleh stakeholder terkait termasuk oleh masyarakat yang nantinya akan melaksanakan amanat dari kebijakan atau regulasi tersebut. Ignorance Revelation yaitu untuk meminimalisir dampak yang akan dihasilkan dari ketidaktahuan para pembuat kebijakan dan regulasi akibat minimnya informasi yang ada Mengapa Pemerintah mengusulkan suatu intervensi; Sebagai opsi-opsi yang dipertimbangkan dan dipilih oleh pemerintah; Dampak dan pengaruh dari kebijakan baru atau regulasi baru yang akan dibentuk; Perkiraan pembiayaan dan manfaat yang konkret. 32
33 Prinsip CBA (analisis biaya dan manfaat): Perlu mendasarkan pada analisis keadaan untuk memenuhi tujuan pembangunan Nasional. Dalam melakukan analisis perlu mempertimbangkan semua aspek terkait (antar bidang, lintas bidang, dan kewilayahan). Analisis dapat dilakukan baik sebelum maupun setelah kebijakan dan/atau regulasi dibentuk. Dilakukan oleh pihak yang memahami bidang terkait sehingga dapat menemukenali dan mempertimbangkan dampak finansial maupun dampak non finansial. Analisis dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang akan terkena dampak baik resiko dan manfaat. Analisis Biaya dan Manfaat harus diumumkan kepada masyarakat. Sumber: Bappenas,
34 Manfaat pelaksanaan CBA bagi kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia No Penerima Manfaat CBA dan CEA Manfaat Jangka Pendek 1. Pemerintah 1. Memudahkan dalam mengambil keputusan pembentukan kebijakan dan regulasi 2. Meningkatkan akuntabilitas kinerja 3. Efisiensi anggaran Manfaat Jangka Panjang 1. Meningkatkan stabilitas politik 2. Meningkatkan stabilitas sosial masyarakat 3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 4. Meningkatkan peluang investasi 5. Membuka lapangan pekerjaan 2. Masyarakat 1. Mendapatkan kepastian hukum 2. Memperoleh manfaat dari kebijakan dan regulasi yang dibentuk 1. Mendapatkan ketenangan dalam menjalani kehidupan 2. Meningkatkan kualitas kehidupan 3. Menimbulkan rasa aman dan nyaman dalam menjalankan aktifitas 4. Meningkatknya kesejahteraan 3. Swasta 1. Mendapatkan kepastian hukum 2. Memperoleh kemudahan dalam berinvestasi 3. Efisiensi pengeluaran 1. Mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi 2. Mendapatkan profit investasi 3. Membantu program pemerintah dalam mensejahterakan rakyat 34
35 TAHAPAN DAN LANGKAH COST AND BENEFIT ANALYSIS (CBA) DALAM RANGKA SINERGITAS KERANGKA KEBIJAKAN DENGAN KERANGKA REGULASI No. TAHAP LANGKAH KETERANGAN I. Identifikasi siapa saja yang terkena dampak dan pengaruh dari isu strategis Pihak yang terkena dampak dapat terdiri dari: 1. Pemerintah, 2. Sektor privat/swasta/bisnis 3. Organisasi-organisasi masyarakat sipil 4. Kelompok-kelompok dan golongan-golongan di dalam masyarakat (pemuda, perempuan, anak, orang tua, suku, dan lain sebagainya) Semakin banyak pihak yang bisa teridentifikasi maka analisis akan semakin kaya. II. Identifikasi biaya dan manfaat apa yang akan diperoleh oleh masing-masing pihak terkait a. Apakah ada biaya yang harus dikeluarkan? Berapa? b. Apakah ada kesempatan mendapatkan keuntungan yang hilang? c. Apakah ada dampak menurutnya kesehatan? d. Apakah ada dampak kehilangan mata pencaharian e. Apakah ada dampak terhadap keselamatan jiwa? f. Apakah ada dampak terhadap kehilangan lingkungan tempat tinggal yang baik? g. Apakah ada dampak terhadap kesempatan mendapatkan pendidikan yang baik? h. Apakah ada dampak terhadap kebebasan berkumpul? i. Apakah ada dampak terhadap kebebasan beragama? j. Apakah ada dampak terhadap diskiriminasi? k. Apakah ada dampak terhadap persaingan usaha dan kemudahan perijinan? l. Apakah ada potensi korupsi? Urut-urutan ini berlaku sebagai daftar periksa (scorecard) sebagai alat bantu identifikasi awal mengenai biaya dan manfaat suatu kebijakan. 35
36 Lanjutan.. No. TAHAP LANGKAH KETERANGAN III. Kuantifikasi atas dampak kebijakan Pada langkah ketiga ini pembuat kebijakan diminta untuk melakukan kuantifikasi atas tiap dampak dari kebijakan. Tidak seluruh dampak mudah dikuantifikasi, namun dianjurkan untuk memonetasinya seoptimal mungkin Setiap pengeluaran yang mampu dinilai secara ekonomis oleh masing-masing aktor harus bisa diidentifikasi secara riil, dengan menggunakan asumsi dasar yang paling umum. Sementara untuk aktivitas yang belum bisa diidentifikasi nilai ekonomisnya maka alternatif yang diusulkan adalah dengan menghitung potensi manfaat yang hilang apabila kebijakan tersebut tidak diambil. IV. Valuasi terbatas Pada langkah ini pembuat kebijakan bisa menggunakan teknik tersendiri yang diperkenalkan untuk melakukan kuantifikasi dan valuasi. Pada tahapan awal, biasanya ditentukan impact yang akan diperoleh dari sebuah aturan dapat diukur dan dikuantifikasi atau tidak. Apabila bisa, biasanya digunakan market price untuk menilainya. Apabila tidak bisa, salah satu tekniknya adalah menentukan willingness to pay dalam konteks keuntungan atau willingness to accept dalam konteks biaya. Tahapan valuasi ini kemungkinan besar membutuhkan supply data lebih jauh karena untuk membuktikan market price dan willingnes to pay bisa jadi K/L belum memiliki sumberdaya-nya. Selain verifikasi soal market price/willingnes to pay, studi perilaku (behavioural studies) patut dipertimbangkan sebagai salah satu alat bantu untuk menentukan valuasi. V. Kuantifikasi Sepenuhnya Pada langkah kelima semua manfaat dan biaya sudah terhitung sepenuhnya dalam satuan mata uang. Jadi, pada tahapan itu, pembuat kebijakan telah dapat menentukan pilihan yang paling baik dari kebijakan yang akan diambil. Cukup jelas 36
37 EXERCISE TAHAPAN DAN LANGKAH COST AND BENEFIT ANALYSIS (CBA) PILIHAN I KEBIJAKAN REGULASI TUJUAN : PEMBATASAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DENGAN SELEKSI NOMOR GANJIL DAN GENAP UNTUK WILAH PROVINSI DKI JAKARTA : PERATURAN DAERAH : MENGURANGI TINGKAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PROVINSI DKI JAKARTA No. TAHAP KETERANGAN I. Identifikasi siapa saja yang terkena dampak dan pengaruh dari isu strategis Pemerintah Masyarakat Swasta/Dunia usaha II. Identifikasi biaya dan manfaat apa yang akan diperoleh oleh masingmasing pihak terkait Pemerintah: Cost Pemerintah Daerah membiayai Pembentukan Peraturan Daerah Pemerintah Daerah membiayai Pelaksanaan Sosialisasi Pemerintah Daerah membiayai Penerapan dan Penegakan Peraturan Daerah. Pemerintah Daerah membiayai Infra-struktur Transportasi Publik Pengganti (Busway, KRL, dsb) Benefit: Dinamika sosial ekonomi terselenggara secara lebih lancar dan cepat. Biaya penerapan/penegakan hukum turun. Biaya operasional pemerintah turun. Tingkat polusi turun Tingkat kesehatan masyarakat meningkat Angka kriminalitas jalan raya turun. 37
38 Lanjutan. No. TAHAP KETERANGAN II. Identifikasi biaya dan manfaat apa yang akan diperoleh oleh masing-masing pihak terkait Masyarakat: Cost Masyarakat membeli Nopol tambahan Masyarakat melakukan perubahan pola mobiltitas Benefit: Mobilitas masyarakat meningkat. Produktifitas masyarakat meningkat. Pengeluaran masyarakat turun. Kesejahteraan meningkat. Kemampuan meningkatkan pendidikan naik Tingkat kesehatan naik Dunia Usaha: Cost Pengusaha membeli kendaraan atau nomor polisi tambahan. Pengusaha membangun tempat parkir/garasi tambahan Benefit Waktu produksi/jam kerja lebih efisien Dinamika dan putaran roda ekonomi meningkat Produktifitas meningkat, profit meningkat Terbuka kesempatan untuk meningkatkan remunerasi karyawan, mengurangi turnover staff Terbuka kesempatan untuk re-investasi 38
39 Lanjutan No. TAHAP KETERANGAN III. Kuantifikasi atas dampak kebijakan Pemerintah Daerah membiayai Pembentukan Peraturan Daerah Proses Pembentukan Perda Indikator Keberhasilan: Terselesaikannya Perda tentang penerapan no kendaraan ganjil genap di Provinsi DKI Jakarta Langkah Kegiatan: Penyusunan Naskah Akademis: Harmonisasi dan sinkronisasi regulasi terkait (UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Perda terkait, UU Pemda, UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, UU Jalan, etc) Volume pertemuan dengan pakar lalu lintas, etc Volume pertemuan dengan stakeholder terkait Jaring pendapat dengan publik Tersusunnya naskah Akademis tentang penerapan no kendaraan ganjil genap di Provinsi DKI Jakarta Tahapan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Harmonisasi dan Sinkronisasi Regulasi terkait Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Volume Pertemuan dengan Pakar Lalu lintas, etc Volume Pertemuan dengan stakeholder terkait Jaring Pendapat dengan publik Uji publik Draft Perda tentang Penerapan Nomor Ganjil Genap di Prov. DKI Jakarta Volume Proses Penyempurnaan Draft Perda pasca Uji Publik Jumlah pelaksanaan Uji Coba di beberapa tempat di Prov DKI Jakarta Jumlah pertemuan penyempurnaan draft perda pasca uji coba Ditetapkannya perda 39
40 Lanjutan No. TAHAP KETERANGAN III. Kuantifikasi atas dampak kebijakan Pemerintah Daerah membiayai Pelaksanaan Sosialisasi Jumlah sosialisasi publik (kendaraan pribadi atau angkutan umum) Pemerintah Daerah membiayai Penerapan dan Penegakan Peraturan Daerah. Proses koordinasi Jumlah pertemuan dengan pemda prov DKI dengan Kepolisian dan Kemenhub Pemerintah Daerah membiayai Infra-struktur Transportasi Publik Pengganti (Busway, KRL, dsb) Kegiatan Pemetaan infrastruktur transportasi publik di Prov. DKI Panjang jalan protokol di Prov. DKI Jumlah busway diseluruh koridor Jumlah jalur KRL diseluruh Prov. DKI Jumlah bus kota reguler (kopaja, metromini) Jumlah armada taksi Jumlah jalur sepeda yang tersedia Kapasitas parkir Jumlah jalur Pedestrian Jumlah Jalur difabel 40
41 Lanjutan No. TAHAP KETERANGAN IV. Valuasi terbatas Dinamika sosial ekonomi terselenggara secara lebih lancar dan cepat. (data kegiatan perekonomian, tingkat stress) Biaya penerapan/penegakan hukum turun. Biaya operasional pemerintah turun. (subsidi BBM dan BBG, biaya pemeliharaan jalan, subsidi kesehatan turun) Tingkat polusi turun Tingkat kesehatan masyarakat meningkat 50% penghematan BBM dan BBG untuk kendaraan yang berjalan di lokasi diterapkannya kebijakan Milyar Rupiah (data taksiran kecelakaan yang terjadi di lokasi diterapkannya kebijakan, kasus tilang) Milyar Rupiah % ambang batas baku mutu % *) Proyeksi benefit atau impact dalam 3 tahun 41
42 Lanjutan No. TAHAP KETERANGAN V. Kuantifikasi Sepenuhnya (Pada langkah kelima semua manfaat dan biaya sudah terhitung sepenuhnya dalam satuan mata uang. Jadi, pada tahapan itu, pembuat kebijakan telah dapat menentukan pilihan yang paling baik dari kebijakan yang akan diambil) Pilihan kebijakan: I. Tetap pada kebijakan lama; II. opsi ke-2 PEMBATASAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DENGAN SELEKSI NOMOR GANJIL DAN GENAP UNTUK WILAH PROVINSI DKI JAKARTA; III. opsi ke-3 (alternatif kebijakan lain misalnya ROAD PRICING POLICY); CATATAN: Pada setiap pilihan kebijakan (pilihan 2 dan 3 khususnya) perlu dilakukan tahapan CBA mulai dari tahap I s/d tahap ke V sehingga bisa dibandingkan data dan proyeksinya dan menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam menentukan kebijakan yang paling baik atau tepat Model CBA ini merupakan living document dan pada tahapan yang sederhana 42
KERANGKA REGULASI RKP 2017
KERANGKA REGULASI RKP 2017 Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Instruksi Menteri Tahun 2000-2015 No. Kementerian Total Permen Kepmen Instruksi Total Sumber 1 Kemenko Perekonomian 115 341 0 456 https://ekon.go.id/
Lebih terperinciMULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL DAERAH TERTINGGAL Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta, 14
Lebih terperinciEKSPOSE HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL TAHUN 2016 SEKRETARIS UTAMA
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA EKSPOSE HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA NASIONAL TAHUN 2016 SEKRETARIS UTAMA PENDAHULUAN 1. Pemantauan dan evaluasi
Lebih terperinciSINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAERAH UNTUK MENAJAMKAN KEBIJAKAN ASIMETRIS DI KAWASAN PERBATASAN NEGARA DEPUTI BIDANG
Lebih terperinciPENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM DOKUMEN PERENCANAAN
PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM DOKUMEN PERENCANAAN DIREKTORAT ANALISA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Jakarta, 25 November 2013 Kebijakan Regulasi
Lebih terperinciJakarta, 2 Februari 2015
Jakarta, 2 Februari 2015 PENDAHULUAN Perpres No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014
Lebih terperinciMultilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL Oleh : Direktur Keuangan Negara dan Analisa
Lebih terperinciMULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Jakarta, 15 April 2016 Multilateral
Lebih terperinciGERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia GERAKAN PEMBANGUNAN DESA SEMESTA (GERAKAN DESA) BERBASIS KAWASAN UNTUK PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN Jakarta, 28
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAK TAHUN 2018
KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
Lebih terperinciKOORDINASI PENGAWALAN PENGGUNAAN DANA DESA 2017
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan KOORDINASI PENGAWALAN PENGGUNAAN DANA DESA 2017 Yogyakarta, 12 Januari 2017 TUGAS KEMENKO PMK (Sesuai Perpres Nomor 9 Tahun 2015) Menyelenggarakan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017
11/05/2016 15:46 ARAH KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DALAM RANCANGAN RKP 2017 Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas Jakarta, April 2016 1 ARAHAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN DANA
Lebih terperinciPEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA INDONESIAN DEVELOPMENT FORUM (IDF) Jakarta, 10 Agustus 2017 PEMBANGUNAN DAERAH PEMBANGUNAN DAERAH Pembangunan Daerah merupakan perwujudan dari pelaksanaan Urusan
Lebih terperinciKasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas
Kasubdit Pengembangan Kapasitas Keuangan Daerah, Direktorat Otda Bappenas 1 VISI-MISI PEMBANGUNAN 2015-2019 DIJABARKAN MELALUI STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL RKP 2015*) RKP 2016 RKP 2017 RKP 2018 RKP 2019
Lebih terperinciKeselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE
Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE 2017-2022 OUTLINE 1. Sistem Manajemen Pembangunan Nasional 2. Strategi Pembangunan Nasional Periode
Lebih terperinciPERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA
PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA 2015-2045 Disampaikan oleh: Ir. Rudy S. Prawiradinata, MCRP, Ph.D Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Lebih terperinciDAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iv. DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v BAB 1 PENDAHULUAN... 1-1 1.1 KONDISI UMUM... 1-1 1.1.1 CAPAIAN TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010-2014... 1-3 1.1.2 CAPAIAN
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik
KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana
Lebih terperinciDeputi Bidang Koordinasi, dan Sinkronisasi Perencanaan, Pendanaan Program, UP4B. Ikwanuddin Mawardi
Deputi Bidang Koordinasi, dan Sinkronisasi Perencanaan, Pendanaan Program, UP4B Ikwanuddin Mawardi Jakarta, 17 April 2013 Diagram Alur Rakorsus P4B dengan Musrenbang Rakorsus P4B Musrenbang RPJM 2010-2014
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban
Lebih terperinciTINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri
TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KERANGKA UMUM RAKORTEK GAMBARAN HASIL RAKORTEK PROVINSI JAMBI
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAPPEDA Planning for a better Babel
DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
INSTRUKSI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dan sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO
Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Hotel Grand Sahid Jaya - Jakarta, 11 Maret 2016 ABSOLUT 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan
Lebih terperinciStrategi UKM Indonesia
Strategi UKM Indonesia I WAYAN DIPTA Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ILO/OECD Workshop for Policy Makers on Productivity and Working Conditions in
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018
KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan
Lebih terperinciOLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011
KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mempercepat pembangunan Provinsi
Lebih terperinciBAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI
BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI A. Tahapan Pelaksanaan MP3EI merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun
Lebih terperinciPELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE)
PELAKSANAAN e-planning (DISKUSI ONLINE) Direktur Pengembangan Wilayah dan Kawasan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Temu Konsultasi
Lebih terperinciBUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR
Lebih terperinciKERANGKA PRIORITAS NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja
Lebih terperinciRakornas IG, Jakarta, 27 April 2016
KEBIJAKAN SATU P ETA (Perpres No. 9/2016) - Teknis Implementasi Renaksi Kebijakan Satu Peta - RKP Tahun 2017 UNTUK 19 K/L Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Ruang Lingkup Kebijakan
Lebih terperinciSINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG
SINKRONISASI PERENCANAAN PUSAT DAN DAERAH MELALUI E-MUSRENBANG PENDAHULUAN 1 Penegasan Paradigma Perencanaan dan Penganggaran Amanat konstitusi menegaskan bahwa ANGGARAN NEGARA adalah INSTRUMEN untuk mencapai
Lebih terperinciPENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal
Lebih terperinciBAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan
Lebih terperinciDEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN DISAMPAIKAN DALAM ACARA KICK OFF MEETING PENYUSUNAN RKP 2012 JAKARTA, 21 JANUARI
Lebih terperinciSISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA
SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN NEGARA Plt. Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesaan Disampaikan dalam Workshop Nasional Kupas Tuntas Kebijakan Asimetris
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Bina Marga Kabupaten Grobogan. Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RKP 2017 PRIORITAS NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR NONMIGAS Disampaikan oleh: Direktur Perdagangan, Investasi,
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan
Lebih terperinciBAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, APRIL 2017
K E M E N T E R I A N R E P U B L I K K E U A N G A N I N D O N E S I A KEBIJAKAN PENGALOKASIAN DAK FISIK TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PLANNING DAK JAKARTA, 10-21
Lebih terperinciKebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia
Lebih terperinciPUSAT DATA DAN SISTEM INDORMASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEBIJAKAN DATA POKOK KEMENTERIAN DALAM NEGERI KHUSUSNYA KEUANGAN DAERAH
PUSAT DATA DAN SISTEM INDORMASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEBIJAKAN DATA POKOK KEMENTERIAN DALAM NEGERI KHUSUSNYA KEUANGAN DAERAH Dra. HERNY IKA S. HUTAURUK Kabid Pengelolaan Data dan Penyajian Informasi
Lebih terperinciINPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017
INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017 OUTLINE PAPARAN PENDAHULUAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN LATAR BELAKANG Permen PPN No 1
Lebih terperinciPENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan
Lebih terperinciPERAN KESMAS DALAM PROGRAM
PERAN KESMAS DALAM PROGRAM NAWACITA (Implementasi INPRES No 1 Tahun 2017 Tentang GERMAS) Ridwan Mochtar Thaha Ketua Umum Pengurus Pusat Iakatan Ahli Kesehatan Masyarakat (PP-IAKMI) SISTEMATIKA PAPARAN
Lebih terperinciPADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA
PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN
Lebih terperinciMUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN 2017-2022 Jakarta, 27 Desember 2017 Arti Penting Forum Musrenbang RPJMD Lapangan
Lebih terperinciOleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan
Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan Disampaikan pada Focus Group Disscussion (FGD) Perspektif Stakeholder terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Jakarta, 5 Juni 2013 1 1 Analisis
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciReformasi Regulasi Dalam Rangka Mendukung Upaya Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional dan Daerah
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Reformasi Regulasi Dalam Rangka Mendukung Upaya Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional dan Daerah Ditjen Peraturan
Lebih terperinciRapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018
REPUBLIK INDONESIA Rapat Koordinasi Kemenko PMK: Agenda Strategis 2017 dan RKP 2018 Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 17 Januari 2017 1 OUTLINE (1) Ruang Lingkup Kementerian Desa,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI
Lebih terperinciPENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM
PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim & Multilateral Disampaikan pada Workshop Sinkronisasi Sistem Perencanaan & Penganggaran dalam Mendukung Pengurangan
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI
TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,
Lebih terperinciKEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN
KEBIJAKAN & STRATEGI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG KOMINFO TAHUN 2004-2009 Disampaikan oleh : Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Pada
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
Lebih terperinciHASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciINPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN November 2016
INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017 14 November 2016 OUTLINE PAPARAN PENDAHULUAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN PENAJAMAN TINDAK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA
. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, DAN BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciSOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015
KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Jakarta, 10 April 2015 AGENDA
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGUSULAN KEGIATAN DAK TAHUN 2018 PEMBANGUNAN DAERAH
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGUSULAN KEGIATAN DAK TAHUN 2018 PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KEBIJAKAN DAN PETA REGULASI
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI
Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Disampaikan dalam Konsultasi Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sleman Jakarta, 29 Januari 2014 2/10/2014 BIRO ANALISA APBN SETJEN DPR RI
Lebih terperinciPenguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Latarbelakang - Benjamin Abdurahman benrahman@yahoo.com
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI. Hotel Mercure Convention Center Ancol - Jakarta, 19 Oktober 2017
KEMENTERIAN DALAM NEGERI Hotel Mercure Convention Center Ancol - Jakarta, 19 Oktober 2017 KERANGKA PIKIR KEMENTERIAN DALAM NEGERI TERWUJUDNYA OPTIMALISASI PELAYANAN PEMDA KEPADA MASYARAKAT MENGHADIRKAN
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa upaya memajukan
Lebih terperinciSub Tema: KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Sub Tema: KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH AFRIADI S. HASIBUAN S t a f a h l i m e n t e r i b i d a n g p e m b a n g u n a n d a n k e m a s y a r a k a a t a n K E M E N T
Lebih terperinciLaporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015
Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015 KAJIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM UPAYA PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN IMPLEMENTASINYA disusun
Lebih terperinciMATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)
MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan (dalam miliar rupiah) No 2012 2013 2014 I. Prioritas: Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus Prioritas: Peningkatan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan
LAPORAN AKHIR 2434.002.001.107.B Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan Balai Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bidang Jalan dan Jembatan Tahun 2014 LAPORAN
Lebih terperinciDisampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016
Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Yogyakarta, 7 Maret 2016 ARTI PENTING FORUM MUSRENBANG RKPD TAHUN 2017 Partisipasi seluruh pemangku kepentingan Kesejahteraan
Lebih terperinciPERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN disampaikan pada: Sosialisasi
Lebih terperinci2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1512, 2016 BPKP. kebijakan Pengawasan. Tahun 2017. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN
Lebih terperinciPenanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana
CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS
Lebih terperinciBAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM
BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan
Lebih terperinciRANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017
RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,
Lebih terperinciPAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23
Lebih terperinciTARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Lampiran. 200 20 202 203 204 2 3 4 5 6 7 8 9 PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 67,7 68 68,5 7 72,2 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA. Meningkatkan indek kualitas pembangunan manusia
Lebih terperinci