BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian Kota Cimahi adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Cimahi dahulu bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan sebagai kota administratif pada tanggal 29 Januari Pada tanggal 21 Juni 2001, Cimahi ditetapkan sebagai kota otonom. Kota Cimahi terdiri atas 3 kecamatan, yang dibagi lagi atas 15 kelurahan.(lampiran 1). Kota Cimahi terletak diantara 107º30 30 BT 107º34 30 dan 6º º56 00 Lintang Selatan. Luas wilayah Kota Cimahi yang sebesar 40,2 Km 2 dengan batas-batas administratif sebagai berikut (KCDA,2010) : Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo dan Kec. Andir Kota Bandung; Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota Bandung; Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Kota Cimahi merupakan Kota yang memiliki sumber air yang cukup besar dan bersih, dan dimanfaatkan oleh para pengusaha-pengusaha swasta untuk mengembangkan objek wisata tirta atau wisata air. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kolam renang dan tempat pemancingan yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Cimahi Usaha Kolam Pemancingan di Kota Cimahi Jumlah keseluruhan kolam pemancingan yang terdapat di Kota Cimahi kurang lebih sebanyak 51 kolam pemancingan. Pemancingan yang ada terdiri dari 22

2 23 beberapa jenis sistem pemancingan, diantaranya yaitu satu kolam pemancingan dengan sistem mancing harian lomba, kolam pemancingan dengan sistem mancing galatama sebanyak 23 kolam pemancingan, dan 27 kolam pemancingan dengan sistem mancing kilo gebrus Pemancingan Sistem Harian Lomba di Kota Cimahi Pemancingan sistem harian lomba merupakan pemancingan dengan pihak penyelenggara yang telah menyediakan sejumlah ikan dan hadiah-hadiah bagi para pemenangnya. Kolam pemancingan ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir, toilet, dan mushola. Di Kota Cimahi hanya terdapat satu kolam pemancingan yang menggunakan sistem harian lomba yang berlokasi di Baros.(Lampiran 11) Kolam pemancingan dengan sistem harian lomba merupakan kolam pemancingan dengan status kepemilikan hak milik. Pemancingan ini dapat dikunjungi setiap hari minggu, pada jam Setiap minggunya pemancing dengan sistem harian lomba berlangsung 1 sesi dengan jumlah ratarata perharinya 50 pemancing. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket dengan harga Rp Kolam pemancingan ini biasanya memperebutkan juara ikan terberat dan juara total jumlah ikan Pemancingan Sistem Galatama di Kota Cimahi Pemancingan sistem galatama merupakan pemancingan yang dengan jumlah ikan dalam kolam yang sangat banyak, tetapi hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Kolam pemancingan ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir, kantin, toilet, dan mushola. Kolam pemancingan dengan sistem ini terdapat 23 kolam di Kota Cimahi dengan 3 jenis ikan yang ditawarkan untuk dipancing yaitu ikan mas, ikan lele, dan ikan nila.(lampiran 11) Kolam pemancingan ikan mas dengan sistem galatama merupakan kolam pemancingan dengan status kepemilikan hak milik. Pada pemancingan galatama ikan mas dapat dikunjungi setiap hari, pada jam Setiap harinya pemancing ikan mas sistem galatama berlangsung 2 sesi dengan jumlah rata-rata

3 24 perharinya 40 pemancing. Untuk sesi 1 pemancing dikenakan tiket Rp , sedangkan untuk sesi 2 dikenakan tiket Rp Pemancingan ikan lele dengan sistem galatama merupakan kolam pemancingan yang sebagian besar berstatus kepemilikan hak milik. Pada pemancingan ikan lele galatama dapat dikunjungi setiap hari, pada jam Setiap harinya memancing sistem galatama ikan lele berlangsung 3 sesi. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket Rp Kolam pemancingan ikan nila sistem galatama merupakan kolam pemancingan memiliki status kepemilikan hak milik. Pada pemancingan ikan nila sistem galatama dapat dikunjungi setiap hari, pada jam Setiap harinya memancing sistem galatama ikan nila berlangsung 3 sesi. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket Rp (Lampiran 3) Pemancingan Sistem Kilo Gebrus di Kota Cimahi Pemancingan sistem kilo gebrus yaitu pemancingan menurunkan beberapa kilo ikan ke dalam kolam kemudian dilakukan pemancingan, dan ikan hasil memancing dapat dibawa pulang. Sama dengan kolam pemancingan lainnya, kolam pemancingan sistem kilo gebrus ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti area parkir, kantin, toilet, dan mushola. Kolam pemancingan dengan sistem ini terdapat 27 kolam pemancingan di Kota Cimahi.(Lampiran 11) Kolam pemancingan dengan sistem kilo gebrus merupakan kolam pemancingan yang sebagian besar memiliki status kepemilikan hak milik. Pada pemancingan kilo gebrus dapat dikunjungi setiap hari atau hanya pada saat akhir pekan dan hari libur nasional, pada jam Setiap harinya pemancing sistem kilo gebrus berlangsung 2-4 sesi. Untuk sekali memancing, pemancing dikenakan tiket Rp (Lampiran 4) 4.3. Komparatif Kelayakan Usaha Pemancingan di Kota Cimahi Pendapatan Usaha Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari

4 25 produk dan jasa suatu perusahaan. Selain mengetahui penerimaan pasar, pendapatan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha, dalam hal ini yaitu usaha pemancingan. Analisis pendapatan dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC). Kolam pemancingan harian lomba mendapatkan penerimaan total kurang lebih sebesar Rp per-tahun, dengan biaya total yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp per-tahun. Dengan begitu, kolam pemancingan yang berlokasi di Baros ini memiliki keuntungan sebesar Rp pertahun. Penerimaan total per-tahun kolam pemancingan galatama ikan mas yang berlokasi di Cibeber yaitu sebesar Rp dan mengeluarkan biaya total sebesar Rp per-tahun. Keuntungan yang didapatkan yaitu sebesar Rp per-tahun. Dari 19 kolam pemancingan galatama lele yang terdapat di Kota Cimahi penerimaan total terbesarnya sebesar Rp per-tahun. Dengan biaya total per-tahun sebesar Rp , keuntungan kolam pemancingan galatama ikan lele di Cibeber sebesar Rp per-tahun. Penerimaan total pemancingan galatama ikan nila di Kota Cimahi terbesar yaitu sebesar Rp per-tahun dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp per-tahunnya. Keuntungan kolam pemancingan galatama nila ini yaitu sebesar Rp per-tahun. Berdasarkan uraian mengenai keuntungan setiap jenis kolam pemacingan galatama, dapat diketahui bahwa keuntungan terbesar berasal dari kolam pemancingan galatama ikan mas yang berlokasi di Cibeber. Kota Cimahi memiliki 27 kolam pemancingan kilo gebrus diantara semua kolam pemancingan tersebut, kolam pemancingan kilo gebrus yang berlokasi di Leuwigajah merupakan kolam pemancingan kilo gebrus dengan penerimaan total terbesar yaitu Rp per-tahun. Biaya total yang dikeluarkan kolam pemancingan sebesar Rp per-tahun. Keuntungan yang didapatkan yaitu sebesar Rp per-tahun. (Lampiran 5)

5 26 Dari uraian diatas yang memuat setiap penerimaan, biaya, dan keuntungan dari kolam-kolam pemancingan yang terdapat di Kota Cimahi, dapat disimpulkan bahwa penerimaan total pertahun tertinggi didapatkan kolam pemancingan ikan mas dengan sistem galatama yang berlokasi di Cibeber. Selain penerimaan total pertahun tertinggi, kolam pemancingan ikan mas sistem galatama merupakan kolam pemancingan yang memiliki keuntungan tertinggi pula Kelayakan Usaha (BCR) Kelayakan usaha dilihat dari hasil penghitungan berdasarkan total penerimaan dan total biaya yang kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan. Suatu usaha dapat dikatakan layak untuk dikembangkan jika hasil analisis menunjukan nilai diatas atau lebih besar dari 1, jika hasil analisis memiliki nilai sama dengan satu maka usaha tersebut dikategorikan tidak untung dan tidak pula rugi, dan jika hasil analisis menunjukkan nilai dibawah atau lebih kecil dari 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan. Kolam pemacingan harian lomba yang berlokasi di Baros memiliki nilai kelayakan usaha sebesar 1,15 yang berarti usaha pemancingan ini dapat dikatakan layak karena nilainya yang lebih besar dari angka 1 yang telah ditentukan. Kolam pemancingan ikan mas sistem galatama yang dikatakan layak karena memiliki nilai kelayakan usaha sebesar 3,23. Pemancingan ikan lele sistem galatama, kolam pemancingan yang berlokasi di Melong memiliki nilai kelayakan usaha tertinggi dibandingkan kolam pemancingan galatama ikan lele yang lainnya dengan nilai sebesar 2,6. Untuk kolam pemancingan ikan nila sistem galatama nilai kelayakan usaha terbesar yaitu sebesar 1,67 dimiliki oleh kolam pemancingan galatama nila yang berlokasi di Citeureup. Ke tiga jenis sistem galatama yang terdapat di Kota Cimahi merupakan usaha pemancingan yang layak untuk dikembangkan. Diantara tiga sistem pemancingan galatama tersebut, pemancingan galatama lele merupakan usaha yang paling layak untuk dikembangkan. Kolam-kolam pemancingan dengan sistem kilo gebrus yang terdapat di Kota Cimahi memiliki nilai kelayakan usaha lebih besar dari satu, hal ini menunjukkan bahwa sistem pemancingan kilo gebrus ini layak untuk dikembangkan. Kolam

6 27 pemancingan sistem kilo gebrus yang memiliki nilai kelayakan usaha teringgi yaitu kolam pemancingan yang terdapat di Leuwigajah dengan nilai kelayakan usaha sebesar 1,27. (Lampiran 6) Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa usaha pemancingan yang layak untuk dikembangkan yaitu usaha kolam pemancingan ikan mas sistem galatama yang berlokasi di Cibeber. Kolam pemancingan galatama ikan mas ini merupakan usaha paling layak dibandingkan dengan usaha-usaha pemancingan dengan sistem pemancingan lainnya Payback Period (PP) Analisis Payback Periode dilakukan untuk mengetahui berapa lama investasi yang digunakan dalam suatu usaha dapat kembali. Penghitungan analisis ini merupakan hasil bagi investasi terhadap keuntungan yang dikalikan dengan 1 tahun. Investasi kolam pemancingan harian lomba sebesar Rp kembali modal dalam waktu kurang lebih 5 tahun dengan keuntungan yang didapat Rp setahun. Investasi kolam pemancingan galatama ikan mas sebesar Rp dapat kembali dalam waktu 0,53 tahun atau kurang lebih 6 bulan dengan keuntungan yang harus didapat Rp dalam setahun. Sedangkan untuk kolam pemancingan galatama ikan lele investasi Rp Rp dapat kembali dalam waktu 0,26-1,21 tahun dengan keuntungan yang harus didapat Rp Rp dalam setahun. Investasi kolam pemancingan galatama ikan nila Rp Rp dapat kembali dalam waktu rata-rata 0,50-1,02 tahun dengan keuntungan yang didapat rata-rata Rp dalam setahun. Rata-rata investasi kolam pemancingan kilo gebrus sebesar Rp Rp dapat kembali dalam waktu 0,18-8,22 tahun dengan keuntungan yang didapat Rp Rp dalam setahun. (Lampiran 7) Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa usaha pemancingan yang ratarata payback periodenya paling singkat yaitu usaha kolam pemancingan dengan sistem galatama. Kolam pemancingan galatama ini merupakan usaha yang paling

7 28 banyak peminat sehingga waktu kembali investasinya lebih singkat dibandingkan dengan kolam pemancingan dengan sistem lainnya dengan rata-rata payback periode dibawah 1 tahun Break Event Point (BEP) Break Even Point dilakukan untuk menentukan jumlah barang yang harus dijual kepada konsumen agar dapat menutupi biaya-biaya yang timbul dan mendapatkan keuntungan. Kolam mancing harian lomba dengan total fixed cost Rp , harga per unit Rp dan Variable cost per unit Rp membutuhkan tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Kolam mancing galatama ikan mas dengan total fixed cost Rp , harga per unit Rp dan Variable cost per unit Rp , membutuhkan tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Sedangkan kolam galatama ikan lele dengan rata-rata total fixed cost Rp , harga per unit rata-rata Rp dan variable cost per unit rata-rata Rp membutuhkan tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Kolam galatama ikan nila dengan total fixed cost rata-rata Rp , harga rata-rata per unit Rp dan Variable cost per unit rata-rata Rp , membutuhkan tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya. Sedangkan kolam kilo gebrus dengan total fixed cost rata-rata Rp , harga rata-rata per unit Rp dan Variable cost per unit rata-rata Rp , membutuhkan tiket yang terjual untuk kembali ke titik impasnya.(lampiran 8) Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat kolam mancing harian lomba membutuhkan tiket yang harus dijual, kolam galatama tiket yang harus dijual dan untuk kolam kilo gebrus tiket yang harus dijual. Sehingga kolam pemancingan yang layak untuk dikembangkan yaitu usaha kolam pemancingan dengan sistem galatama karena lebih sedikit jumlah tiket yang harus dijual untuk kembali ke titik impasnya atau break even point.

8 Profitability Index (PI) Profitability index adalah analisis untuk memutuskan apakah suatu usaha dapat diterima atau ditolak. Diterima dalam hal ini dapat diartikan bahwa usaha tersebut dapat mendatangkan keuntungan dan usaha dapat dilanjutkan. (Lampiran 9) Berdasarkan tabel (Lampiran 9) dapat dilihat bahwa kolam-kolam pemancingan di Kota Cimahi memiliki nilai PI 1, Nilai ini menandakan bahwa kolam pemancingan dapat diterima karena memiliki PI lebih dari satu sehingga kolam-kolam pemancingan tersebut dapat mendatangkan keuntungan dan dapat dilanjutkan usahanya. Nilai PI yang lebih dari 2 dikarenakan nilai PV investasi yang lebih besar dibandingkan nilai investasinya. PV investasi yang besar ini karena keuntungan yang didapat cukup tinggi sehingga menimbulkan nilai PI yang tinggi pula. Tabel 1. Matrik Hasil Analisis Sistem Pemancingan Mancing Harian Lomba Mancing Galatama Ikan Mas Mancing Galatama Ikan Lele Mancing Galatama Ikan Nila Mancing Kilo Gebrus Keuntungan Kelayakan Usaha (BC) Payback Periode (PP) Break Even Point (BEP) Profitability Index (PI) Rp ,15 5, ,13 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp ,23 0, ,88 1,58-2,60 0,26-1,21 1,42-1,67 0,50-1,02 1,04-1, , ,31-3,80 1,44-2,00 1,06-6,61 Sistem pemancingan harian lomba yang berlokasi di Baros memiliki keuntungan per tahun sebesar Rp dengan nilai BCR 1,15 yang berarti bahwa usaha pemancingan ini merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan. Kelayakan usaha pemancingan ini didukung dengan profitability index sebesar 1,13 yang berarti usaha pemancingan dapat diterima.

9 30 Pemancingan dengan sistem Galatama mas di Cibeber memiliki keuntungan per tahun sebesar Rp dengan nilai BCR 3,23 yang menunjukkan bahwa usaha pemancingan ini layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal tersebut didukung oleh payback period selama 0,53 tahun dengan profitability index sebesar 1,88 yang berarti usaha ini dapat diterima. Kota Cimahi memiliki 19 kolam pemancingan galatama lele, dari seluruh kolam pemancingan tersebut kolam pemancingan berlokasi di Cibeber memiliki keuntungan terbesar yaitu Rp pertahun. Kolam pemancingan ini memiliki nilai BCR 2,21 yang menyatakan bahwa usaha pemancingan ini layak untuk dikembangkan dengan payback period 0,37 tahun dan profitability index 2,73. Berdasarkan nilai BCR yaitu sebesar 2,60, kolam pemancingan galatama lele di Melong merupakan usaha pemancingan dengan sistem galatama lele paling layak dibandingkan dengan kolam pemancingan sistem galatama lele lainnya. Keuntungan pertahunnya mencapat Rp pertahun dengan payback period 0,26 tahun. Kolam pemancingan dengan sistem galatama nila yang berlokasi di Citeureup mendapatkan keuntungan Rp pertahun dengan nilai BCR 1,67 yang berarti usaha pemancingan ini layak untuk dikembangkan. Lamanya investasi pada usaha ini akan kembali dalam rentang waktu 0,50 tahun. Usaha pemancingan galatama ini diterima karena berdasarkan hasil analisis memiliki nilai profitability index sebesar 2,00. Pemancingan dengan sistem kilo gebrus yang berlokasi di Leuwigajah mendapatkan keuntungan sebesar Rp pertahunnya dengan nilai BCR 1,23 yang menunjukkan usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Lamanya investasi dalam usaha ini akan kembali dalam rentang waktu yang relatif singkat, yaitu selama 0,23 tahun. Usaha pemancingan kilo gebrus ini sangat diterima, dimana nilai profitability index mencapai 4,35. Berbagai sistem pemancingan yang terdapat di Kota Cimahi, pemancingan dengan sistem galatama ikan mas merupakan pemancingan yang memiliki keuntungan tertinggi pertahunnya. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha,

10 31 kolam pemancingan dengan sistem galatama ikan lele memiliki waktu pengembalian investasi yang singkat dibandingkan dengan yang lainnya, serta hanya dengan penjualan tiket untuk kembali ke titik impasnya. Hal ini dikarenakan jumlah pemancing dan sesi perharinya yang terbanyak dibanding kolam pemancingan lainnya. Sedangkan kolam pemancingan galatama ikan mas merupakan pemancingan dengan keuntungan tertinggi dikarenakan harga tiket yang dikenakan oleh pemancingan ini yang tertinggi dibandingkan kolam pemancingan lainnya dan juga waktu yang disediakan oleh pemancingan setiap hari. Dengan melihat setiap hasil analisis tersebut, kolam pemancingan dengan sistem galatama khususnya sistem pemancingan galatama ikan lele merupakan sistem yang paling layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan dan Usaha Perikanan Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perikanan merupakan kegiatan terorganisir yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan serta lingkungannya, mulai dari pra

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kota Cimahi dengan letak astronomis berdasarkan peta rupa bumi lembar Bandung dan Cimahi berada pada koordinat 107 0 30 30

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat, Kota Cimahi terdiri dari 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi Tengah, dan Cimahi

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1975 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIP CIMAHI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1975 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIP CIMAHI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1975 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIP CIMAHI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan wilayah

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RGS Mitra 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RGS Mitra 1 of 7 Lampiran UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Primaco Panca Indonesia yang bergerak dalam bidang industry dan sebagai penyuplai bagi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA AYAM GORENG SABANA CABANG PERUMAHAN ANGKASA PURI JATI ASIH - BEKASI Nama NPM : 12210810 Jurusan Pembimbing : Firman Rengga Adi Nugroho : Manajemen : Dessy Hutajulu, SE., MM

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Investasi Proyek Perumahan pada Proyek Pembangunan Perumahan Aura Tirta Graha Banjarnegara

Studi Kelayakan Investasi Proyek Perumahan pada Proyek Pembangunan Perumahan Aura Tirta Graha Banjarnegara 120 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 120-132, November 2012 Studi Kelayakan Investasi Proyek Perumahan pada Proyek Pembangunan Perumahan Aura Tirta Graha Banjarnegara (Feasibility Study of

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RUMAH MAKAN AYAM BAKAR TERASSAMBEL Nama : Marlina Fitri Annisa Npm : 15213303 Kelas : 4EA33 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Christera Kuswahyu Indira,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM. LOGO

Manajemen Investasi. Febriyanto, SE, MM.  LOGO Manajemen Investasi Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com LOGO 2 Manajemen Investasi Aspek Keuangan Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE.

Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA STEVIANUS, SE. Studi Kelayakan Bisnis Pembukaan Cabang Baru Pada Usaha Ayam Bakar dan Madu Sumber Jaya NINDYA KLARASINTA 15212337 STEVIANUS, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Persaingan Bisnis Strategi Pemasaran Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas stres. Gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk dalam rutinitasnya, sempitnya waktu membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin berkembang membawa dampak terhadap ketatnya persaingan dalam berbagai bidang, baik itu bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN Modul ke: AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA PENANGKAPAN NELAYAN JARING ARAD DI TPI ROBAN KABUPATEN BATANG

ANALISIS EFISIENSI USAHA PENANGKAPAN NELAYAN JARING ARAD DI TPI ROBAN KABUPATEN BATANG AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) ANALISIS EFISIENSI USAHA PENANGKAPAN NELAYAN JARING ARAD DI TPI ROBAN KABUPATEN BATANG Sulistyowati 1 Ringkasan Penelitian yang dilakukan di wilayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Menurut Assauri (2008:18), istilah manajemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si Aspek Keuangan Dosen: ROSWATY,SE.M.Si PENGERTIAN ASPEK KEUANGAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Perumahan Griya Pekerja Sejahtera, Sorong, Papua Barat)

EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Perumahan Griya Pekerja Sejahtera, Sorong, Papua Barat) EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Perumahan Griya Pekerja Sejahtera, Sorong, Papua Barat) Pandu Arioko Putra, Mandiyo Priyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Sebagai pembuka dari penulisan tugas akhir ini, bab ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis Usaha Untuk Pengembangan Warung Internet Lie.net

Studi Kelayakan Bisnis Usaha Untuk Pengembangan Warung Internet Lie.net Studi Kelayakan Bisnis Usaha Untuk Pengembangan Warung Internet Lie.net Nama : Faisal Fahmi NPM : 12212676 Jurusan : Manajemen - S1 Pembimbing : Ashur Harmadi, SE., MM. LATAR BELAKANG Zaman sekarang internet

Lebih terperinci

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Analisis biaya dan Pendapatan Pendekatan nominal (nominal approach) Pendekatan nilai yang akan datang (Future value approach)

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan MK MANAJEMEN BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Pertemuan 4 Manajemen Keuangan Tujuan Memahami mengenai manajemen keuangan, manfaat nilai waktu uang dan dapat membuat analisis laporan keuangan Manajemen Keuangan adalah

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL

ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL ASPEK KEUANGAN UNTUK BISNIS AWAL Hadi Paramu FEB UNEJ APA ASPEK KEUANGAN DALAM BISNIS? Ada dua kegiatan penting dalam pengelo-laan keuangan bisnis: Penggalian dana: darimana dana bisnis diperoleh dari

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab tiga ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan metode dan teknik penelitian, yang berupa: persiapan pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SISTEM PENYEWAAN KOLAM PANCING HARIAN DAN KILOAN DI PEMANCINGAN LESTARI DESA CERME LOR KEC. CERME KAB. GRESIK

BAB III PRAKTEK SISTEM PENYEWAAN KOLAM PANCING HARIAN DAN KILOAN DI PEMANCINGAN LESTARI DESA CERME LOR KEC. CERME KAB. GRESIK BAB III PRAKTEK SISTEM PENYEWAAN KOLAM PANCING HARIAN DAN KILOAN DI PEMANCINGAN LESTARI DESA CERME LOR KEC. CERME KAB. GRESIK A. Gambaran Umum tentang Desa Cerme Lor Desa Cerme Lor ini terletak disebelah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI. Nama : Aji Tri Sambodo NPM : Kelas : 3EA18 STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA RIADY AQUARIUM BEKASI Nama : Aji Tri Sambodo NPM : 10210466 Kelas : 3EA18 Pendahuluan Penilaian investasi / studi kelayakan sangat diperlukan oleh orang atau badan yang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu) Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (118-125) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SKIES CAFE DAN BILLIARD DI REVO TOWN BEKASI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SKIES CAFE DAN BILLIARD DI REVO TOWN BEKASI ANALISIS KELAYAKAN USAHA SKIES CAFE DAN BILLIARD DI REVO TOWN BEKASI Nama : Fadhli Zulhazmi Npm : 13213041 Kelas : 3EA26 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Edy Nursanta, SE., MM.. Pendahuluan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

Investasi salah satu kebutuhan pokok di pusat layanan kesehatan meliputi pengadaan: Sarana fisik Alat medik Alat non medik Sumber daya manusia

Investasi salah satu kebutuhan pokok di pusat layanan kesehatan meliputi pengadaan: Sarana fisik Alat medik Alat non medik Sumber daya manusia INVESTASI PELAYANAN KESEHATAN: Investasi salah satu kebutuhan pokok di pusat layanan kesehatan meliputi pengadaan: Sarana fisik Alat medik Alat non medik Sumber daya manusia Diperlukan keputusan yang bijaksana

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

EVALUASI INVESTASI PADA PT. IMAN SERTA SEMINAR PENULISAN ILMIAH

EVALUASI INVESTASI PADA PT. IMAN SERTA SEMINAR PENULISAN ILMIAH EVALUASI INVESTASI PADA PT. IMAN SERTA SEMINAR PENULISAN ILMIAH AMRUL HAKIM 20210623 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya, setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh setiap para pengusaha ditujukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewirausahaan Seiring dengan perkembangan zaman dan kualitas hidup masyarakat, banyak masyarakat yang ingin meningkatkan pendapatannya dengan berwirausaha. Menurut

Lebih terperinci

Department of Business Adminstration Brawijaya University

Department of Business Adminstration Brawijaya University Department of Business Adminstration Brawijaya University Analisis break even point yang sering kali juga disebut sebagai cost-volume-profit analysis Tujuan Mencari Titik Impas : Mencari tingkat aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perumahan Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seluruhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point)

BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point) BAB VIII Analisis BEP (Break Even Point) A. Tujuan Instruksional : 1. Umum : Mahasiswa dapat menggunakan pendekatan titik impas secaraa grafis untuk membandingkan sumber pembiayaan alternatif 2. Khusus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA IKAN NILA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA IKAN NILA ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDI DAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SISTEM KARAMBA JARING TANCAP DI DESA PASLATEN KECAMATAN REMBOKEN KABUPATEN MINAHASA Injilly V. Wowor 1 ; Jeannette F. Pangemanna 2 ;

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA RUMAH MAKAN PADANG SIANG MALAM

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA RUMAH MAKAN PADANG SIANG MALAM ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA USAHA RUMAH MAKAN PADANG SIANG MALAM Nama : Tri Purwanto NPM : 11208244 Jurusan : S1 Manajemen Pembimbing : Lies Handrijaningsih SE., MM Latar Belakang Masalah : Sedikitnya

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI Nama : Afriwan Sinaga NPM : 16209661 Jurusan : Manajemen ( S-1 ) Pembimbing : Sri Kurniasih Agustin, SE., MM. Latar Belakang Penulis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam. perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada

ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam. perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu PT X dalam perencanaan dan pencapaian laba melalui pendekatan analisis Break Even pada PT X. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah PT X yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Semakin berjalannya waktu dan semakin tingginya jumlah penduduk di Indonesia maka akan mendorong peningkatan kegiatan pembangunan yang ada di Indonesia.

Lebih terperinci

Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis

Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis Week 02 W. Rofianto, ST, MSi FUNGSI BIAYA (COST FUNCTION) Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total TC TC = f (q) = FC + VC = k + mq TC = total

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN DENGAN MENGGUNKAN PRAKTIK MANCING BERHADIAH DI PEMANCINGAN GUNUNG SEKAR SAMPANG MADURA

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN DENGAN MENGGUNKAN PRAKTIK MANCING BERHADIAH DI PEMANCINGAN GUNUNG SEKAR SAMPANG MADURA BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN DENGAN MENGGUNKAN PRAKTIK MANCING BERHADIAH DI PEMANCINGAN GUNUNG SEKAR SAMPANG MADURA A. Gambaran Umum tentang Keluarahan Gunung Sekar Kelurahan Gunung Sekar berada

Lebih terperinci

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO Disusun oleh : Evi Varida Mega Utari NRP : 3110106010 Dosen pembimbing : Farida Rachmawati, ST. MT. Program Sarjana Lintas Jalur Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

Novi Riana Dewi ( ) Dewi Ismia Desi ( ) Sukma Istantia ( )

Novi Riana Dewi ( ) Dewi Ismia Desi ( ) Sukma Istantia ( ) Novi Riana Dewi (115030200111138) Dewi Ismia Desi (115030202111003) Sukma Istantia (115030202111004) Pengertian keunggulan kompetitif Menurut Tangkilisan (dalam bukunya Strategi Keunggulan Pelayanan Publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis Week 02. W. Rofianto, ST, MSi

Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis Week 02. W. Rofianto, ST, MSi Aplikasi Fungsi Linier dalam Ekonomi dan Bisnis Week 02 W. Rofianto, ST, MSi FUNGSI BIAYA (COST FUNCTION) Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total TC TC = f (q) = FC + VC = k + mq TC = total

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada AHASS Pasirkaliki Motor yang akan melakukan ekspansi di antara dua tempat yaitu Cimahi atau Soreang, maka penulis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA CV RIZA SEJAHTERA NAMA : KUSPANDI KELAS : 4EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA CV RIZA SEJAHTERA NAMA : KUSPANDI KELAS : 4EB08 NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA CV RIZA SEJAHTERA NAMA : KUSPANDI KELAS : 4EB08 NPM : 29210196 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI LATAR BELAKANG Ada banyak cara berinvestasi dalam perusahaan, salah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Spa adalah salah satu alternatif pilihan masyarakat Bandung untuk melepaskan lelah. Melihat hal ini, pengusaha Delta Spa di Jakarta berminat mengembangkan usaha spa pria di Bandung, karena belum

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal Ismail, Indradi 1, Dian Wijayanto 2, Taufik Yulianto 3 dan Suroto 4 Staf Pengajar

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KOLAM PEMANCINGAN DAN RUMAH MAKAN ARTHA MORO DESA BEBEL KECAMATAN WIRADESA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KOLAM PEMANCINGAN DAN RUMAH MAKAN ARTHA MORO DESA BEBEL KECAMATAN WIRADESA ANALISIS KELAYAKAN USAHA KOLAM PEMANCINGAN DAN RUMAH MAKAN ARTHA MORO DESA BEBEL KECAMATAN WIRADESA The Feasibility Studies of Fishing-Pond And Restaurant Artha Moro Bebel Village Wiradesa Aena Berlian,

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY Disusun oleh : Nama : Pidia Citra NPM : 26213856 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Haryono, SE.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha kecil dan menengah (UKM) yang turut meramaikan dunia bisnis Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Wirausaha Menurut Garjito (2014:13) wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya

Lebih terperinci

STRATEGI PENENTUAN HARGA. Manajemen Pemasaran L. Faqih S. Hadie, SE.,MM.

STRATEGI PENENTUAN HARGA. Manajemen Pemasaran L. Faqih S. Hadie, SE.,MM. STRATEGI PENENTUAN HARGA Manajemen Pemasaran L. Faqih S. Hadie, SE.,MM. PENGERTIAN HARGA Harga adalah jumah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan suber lainnya secara efektif

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA

PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA PERTEMUAN KE-13 ANALISIS BIAYA DAN VOLUME LABA A. TUJUAN PEMBELAJARAN. 13.1. Mahasiswa mengetahui tentang break even point. 13.2 Mahasiswa mengetahui tentang CVP. B. URAIAN MATERI. 13.1. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH : MUHAMMAD FADLI NPM :

STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH : MUHAMMAD FADLI NPM : STUDI KELAYAKAN BISNIS PEMBUKAAN CABANG BARU TOKO TERPAL PADA UD TEGUH INDAH NAMA : MUHAMMAD FADLI NPM : 14212922 DOSEN PEMBIMBING : Irfan Ardiansyah, SE., MM Latar Belakang Salah satu contoh usaha kecil

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Ismael Limbong*), Mozart B Darus**), Emalisa**) *) Alumni

Lebih terperinci

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa Alam Santosa Aspek Keuangan Studi Kelayakan (Feasibility Study) Analisis Aspek Keuangan Menentukan sumber dana Menghitung kebutuhan dana untuk aktiva tetap dan modal kerja Aliran Kas Penilaian Investasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian dilakukan di perkebunan jambu biji UD. Bumiaji Sejahtera milik Bapak Imam Ghozali. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA NECIS LAUNDRY LATAR BELAKANG Saat ini perubahan ekonomi mempengaruhi gerak laju kegiatan kegiatan perekonomian yang berlangsung. Persaingan yang ketat, perkembangan ilmu

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR : MUAMMAL IRZAD NPM :

STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR : MUAMMAL IRZAD NPM : STUDI KELAYAKAN BISNIS PADA USAHA TOKO BIN AGIL DI JALAN RAYA CONDET, JAKARTA TIMUR NAMA : MUAMMAL IRZAD NPM : 14212737 JURUSAN : MANAJEMEN DOSEN PEMBIMBING : BUDI UTAMI, SE., MM Latar Belakang Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya investasi proyek yang gagal, baik pada tahap pembangunan maupun tahap operasi, membuat perlunya ketepatan dan ketelitian dalam tahap analisis kelayakan

Lebih terperinci

BREAK EVEN POINT & ANALISIS SENSIVITAS EKOTEK - 08

BREAK EVEN POINT & ANALISIS SENSIVITAS EKOTEK - 08 BREAK EVEN POINT & ANALISIS SENSIVITAS EKOTEK - 08 Definisi : BEP (Titik Pulang Pokok) keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (impas) Sebagai alat analisis untuk mengambil

Lebih terperinci