BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul atau rice bran merupakan hasil samping proses penggilingan padi berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi. Warna bekatul padi bervariasi dari coklat muda sampai coklat tua. Bentuk bekatul serta letak bekatul dalam padi dapat dilihat pada Gambar 2.1. (a) (b) Gambar 2.1. (a) bentuk bekatul dan (b) lapisan bekatul dalam butir padi ( Sebenarnya bekatul memiliki karakteristik cita rasa lembut dan agak manis. Namun pada kenyataannya, cita rasa bekatul sering digambarkan bau tengik, apek, dan asam. Hal ini terjadi karena bekatul mudah mengalami kerusakan. Penurunan mutu bekatul ditandai dengan bau tengik dan struktur menggumpal. Hal ini disebabkan aktivitas lipase yang menghidrolisis lipid bekatul menjadi asam lemak bebas dan gliserol (Widowati, 2001). Untuk memperoleh bekatul yang tidak mudah tengik dan memperpanjang masa simpan, 6

2 7 maka bekatul harus diawetkan segera setelah diperoleh dari penggilingan padi. Teknik pengawetan bekatul bisa dilakukan dengan cara dibungkus rapat dan disimpan dalam lemari es pada suhu -4 o C atau diawetkan menggunakan autoklaf yang dilakukan pada suhu 121 o C selama 3 menit (Damayanthi dkk, 2004). Selama ini penggunaan bekatul masih terbatas hanya sebagai pakan ternak. Sebenarnya bekatul yang kaya akan kandungan gizinya dapat dijadikan bahan baku industri makanan dan industri farmasi. Bekatul dapat dicampur dengan bahan lain pada pembuatan biskuit dan kue serta sereal. Selain itu juga pemanfaatannya sebagai minyak goreng telah banyak digunakan di luar negeri. 2.2 Minyak Bekatul Minyak bekatul atau yang lebih dikenal dengan rice bran oil adalah minyak hasil ekstraksi bekatul yang merupakan salah satu produk dari industri penggilingan padi. Berdasarkan hasil penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (BB-Pascapanen), randemen minyak bekatul yang dihasilkan sekitar 14-17%. Selanjutnya Tahira et al. (2007) memperoleh randemen minyak bekatul rata-rata sebesar 19,32%. Berbedanya randemen minyak bekatul ini tergantung kepada varietas padi, proses penggilingan, metode ekstraksi minyak, serta kondisi dan lamanya penyimpanan bekatul (Nursalim dan Zalni, 2007). Ekstraksi minyak bekatul bisa dilakukan pada suhu tinggi maupun rendah. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa bekatul bisa diekstraksi dengan baik menggunakan alat ekstraksi padat-cair dengan cara Soxhlet dan pelarut n-heksan.

3 8 Kualitas minyak yang dihasilkan berbau khas minyak bekatul dengan sedikit berbau heksan, serta berwarna kuning kecoklatan (Nursalim dan Zalni, 2007). Ekstraksi minyak bekatul dengan heksan pada suhu tinggi menghasilkan wax 3-4%. Wax dapat dipisahkan dari minyak dengan cara kristalisasi atau diendapkan pada suhu rendah. Selain itu juga bisa dihilangkan dengan cara sentrifugasi karena minyak memiliki massa jenis yang lebih kecil dari wax (Marshall et al., 1994). Asam lemak bebas yang dapat dihasilkan sekitar 5-7% dari berat minyak bekatul. (Mazza, 1998). Minyak bekatul umumnya dimanfaatkan sebagai minyak goreng dan margarin. Minyak bekatul memiliki titik asap yang cukup tinggi yaitu 254 o C, lebih tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya. Selain itu minyak bekatul memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang tinggi, yang bisa menurunkan kadar kolesterol, sehingga minyak bekatul merupakan minyak goreng terbaik diantara minyak yang ada (Mulyana, 2007). Minyak bekatul telah digunakan secara luas di beberapa negara Asia Timur dan Amerika sebagai premium edible oil atau minyak makan berkualitas terbaik (Mulyana, 2007). Beberapa tahun terakhir minyak bekatul telah diproduksi dan dimanfaatkan sebagai minyak salad, bahan baku kosmetik, bahkan dikonsumsi langsung sebagai suplemen kesehatan. Minyak bekatul yang tidak termurnikan bisa dimanfaatkan dalam pembuatan sabun. Bekatul yang sudah diekstraksi minyaknya mengandung 1-3% minyak sisa yang sangat baik untuk binatang ternak. Produk samping lain dari ekstraksi minyak bekatul adalah malam

4 9 (wax) yang bisa menggantikan carnauba wax dalam penggosokan, pembuatan kertas karbon, dan produk lainnya (Nursalim dan Zalni, 2007). 2.3 Komposisi Kimia Bekatul dan Minyak Bekatul Komposisi Kimia Bekatul Komposisi kimia bekatul sangat bervariasi, tergantung pada faktor agronomis, varietas padi, dan proses penggilingannya (Ardiansyah, 2008). Secara umum bekatul mengandung protein (11,5%-17,2%), lipid (10-23%), karbohidrat (51,1%-55%), abu (8%-17,7%), serat kasar (6,2%-31,5%), mineral dan vitamin (Mazza, 1998). Protein bekatul lebih rendah dari protein hewani namun lebih tinggi daripada kedelai, biji kapas, jagung, dan terigu. Bekatul mengandung asam amino lisin yang lebih tinggi dibandingkan beras (Damayanthi dkk., 2007). Mineral yang paling banyak terkandung di dalam bekatul adalah fosfor. Selain itu magnesium, kalium, besi, dan silikon dengan persentase yang cukup tinggi serta natrium dan kalsium dengan persentase rendah. Bekatul kaya akan vitamin B diantaranya adalah vitamin B1, B2, B3, B5, dan B6 serta tokoferol. Serat yang terkandung dalam bekatul terdiri dari selulosa dan hemiselulosa. Serat tersebut termasuk ke dalam serat yang tidak larut dalam air. Serat yang tidak larut dapat memperlancar saluran pencernaan sehingga dapat mencegah konstipasi dan menurunkan kolesterol dalam darah serta untuk kesehatan jantung (Mazza, 1998). Seperti yang telah dikemukakan Marshall et al. (1994) bahwa kandungan bekatul yang dapat berpengaruh pada penurunan kolesterol adalah tokotrienol, oryzanol, β-sitosterol, hemiselulosa, β-glukan, asam lemak tak jenuh, dan protein.

5 10 Bekatul sangat potensial dijadikan bahan pangan fungsional karena kandungan gizinya yang tinggi. Namun bekatul mengandung asam fitat yang merupakan senyawa antinutrisi yang mampu berikatan dengan protein dan mineral. Asam fitat bisa diubah menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh enzim fitase. Enzim fitase dapat diproduksi oleh mikroorganisme melalui fermentasi. Saat ini sudah banyak dilakukan pengolahan bekatul dengan cara fermentasi (Sujono, 2001). Bekatul hasil fermentasi telah digunakan sebagai bahan campuran pakan ternak yang memberikan efek kesehatan yang baik untuk ternak, yakni dapat menurunkan kolesterol daging dari 54,44 mg menjadi 29,59 mg serta kolesterol telur dari 252,07 mg/100 g bahan kering menjadi 196,49 mg/100 g bahan kering (Sujono, 2001). Tidak hanya sebagai pakan ternak, bekatul hasil fermentasi bisa digunakan sebagai sumber asam lemak tak jenuh. Berdasarkan hasil penelitian Jang et al. (2000), diketahui bahwa bekatul merupakan substrat yang paling efektif dibandingkan kacang tanah, gandum, dan ubi untuk menghasilkan asam lemak tak jenuh dalam produksi minyak sel tunggal menggunakan Mortierella alpina Komposisi Kimia Minyak Bekatul Minyak bekatul merupakan minyak sehat yang sangat efektif untuk menurunkan kadar kolesterol (Tsuji et al., 1997). Minyak bekatul mengandung asam lemak tak jenuh dan fraksi tak tersabunkan yang larut dalam lemak yaitu tokoferol, tokotrienol, dan oryzanol. Tokoferol dan tokotrienol merupakan

6 11 komponen pembentuk vitamin E. Kandungan vitamin E dan oryzanol bervariasi tergantung pada varietas padinya yaitu sekitar 2-5% dari berat minyak bekatul padi kasar (Moustapha et al., 1994). Vitamin E berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah dan berperan sebagai antioksidan alami yang dapat melindungi minyak dari proses ketengikan tanpa harus menambahkan antioksidan sintesis. Tokoferol, tokotrienol, dan oryzanol merupakan antioksidan alami yang bermanfaat melawan radikal bebas dalam tubuh terutama sel kanker, serta membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. ryzanol merupakan antioksidan yang sangat kuat dan lebih aktif daripada vitamin E dalam melawan radikal bebas, serta dipercaya sangat efektif menurunkan kolesterol dalam darah dan kolesterol liver, menstimulasi sistem saraf, serta menghambat waktu menopause (Ardiansyah, 2008). ryzanol termasuk ke dalam kelompok ester asam ferulat dalam alkohol triterpen dan sterol (Rong et al., 1997). Sterol merupakan kandungan utama dari fraksi tak tersabunkan minyak bekatul. Kandungan bahan ini mencapai 5% dari berat minyak. Sterol yang terdapat dalam jumlah banyak di dalam minyak bekatul adalah β-sitosterol yang jumlahnya 50 persen dari total sterol (Ardiansyah, 2008). Sterol berperan dalam menghambat penyerapan kolesterol plasma darah dan meningkatkan ekskresi sehingga dapat menurunkan penyerapan kolesterol total (Faisal, 2003). Kandungan kimia minyak bekatul dapat dilihat pada Tabel 2.1.

7 12 Tabel 2.1. Kandungan kimia minyak bekatul (Narasinga, 2000) Komponen Kandungan* mg/100g Tokol 11 Tokoferol 4 Tokotrienol 7 Gamma ryzanol 1176 Sikloartanol 106 Sikloartenol Metilen Sikloartenol 492 Fitosterol 1806 Campesterol 51 Stigmasterol 271 β-sitosterol 885 Squalen 756 Fosfolipid 4200 Lilin 3000 Selain kandungan sterol, minyak bekatul mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi yang memberikan efek ganda bersama sterol dalam penurunan kolesterol darah. Asam lemak tidak jenuh telah terbukti berperan penting dalam pencegahan dan pengobatan aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah), hipertrigliseridaemia dan tekanan darah tinggi (Koswara, 2002). Asam lemak tak jenuh menjadikan kolesterol darah pada tingkat kadar yang normal, khususnya asam linoleat dan oleat. Hampir 80% komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak bekatul adalah asam lemak tak jenuh (Ardiansyah, 2008). Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang paling banyak terdapat dalam minyak bekatul. Komposisi asam lemak minyak bekatul dapat dilihat pada Tabel 2.2.

8 13 Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak bekatul (Parrado et al., 2005) Jenis Asam Lemak Jumlah (%) Asam Miristat (14:0) 0,21 Asam Palmitat (16:0) 16,4 Asam Palmitoleat (16:1) 0,13 Asam Stearat (18:0) 1,72 Asam leat (18:1) 42,4 Asam Linoleat (18:2) 36,4 Asam Linolenat (18:3) 0,80 Asam Eikosanoat (20:0) 0.60 Asam lemak tak jenuh tunggal (oleat) pada minyak bekatul dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler seperti hiperlipidemik. Asam lemak tak jenuh ganda (linoleat dan linolenat) yang terdapat dalam minyak bekatul bila digunakan untuk diet dapat mencegah peningkatan kadar gula dalam darah (Drajat, 2003). 2.4 Manfaat Minyak Bekatul Untuk Kesehatan Bekatul maupun minyak bekatul telah terbukti dapat digunakan sebagai obat dan mencegah berbagai penyakit seperti kanker, hiperlipidemia, penyakit jantung, dan arterosklerosis (Parrado et al., 2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bekatul dapat memberikan efek hipokolesterolemik. Asam lemak tak jenuh, hemiselulosa dan fraksi tak tersabunkan merupakan komponen dari bekatul yang bisa menurunkan kolesterol. Hal ini dibuktikan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi bekatul terjadi penurunan trigliserida darah yang signifikan (Kahlon et al., 1996). Minyak bekatul menurunkan secara nyata kadar low density lipo-protein (LDL) dan very low density lipo-prortein (VLDL), serta

9 14 minyak bekatul dapat meningkatkan kadar high density lipo-protein (HDL). Nilai LDL dan HDL mempunyai implikasi terhadap kesehatan jantung dan pembuluh darah. Nilai LDL yang tinggi dikaitkan dengan resiko tinggi terhadap penyakit jantung, sebaliknya HDL tinggi dikaitkan dengan resiko rendah penyakit jantung (Almatsier, 2001). HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol), karena mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis (Bahri, 2004). Kandungan asam lemak omega-3 (asam linolenat) pada minyak bekatul sangat berpengaruh terhadap penurunan kolesterol. Asam lemak omega-3 dapat membersihkan plasma dari lipoprotein kilomikron dan VLDL, serta dipercaya menurunkan produksi trigliserida dan apolipoprotein di dalam hati. Asam oleat, dengan satu ikatan rangkap, bersifat netral terhadap LDL (tidak menurunkan atau menaikkan), tetapi dapat meningkatkan lipoprotein HDL (Almatsier, 2001). Disamping terbukti mampu menurunan kadar kolesterol darah, telah terbukti bahwa fraksi bekatul mempunyai kemampuan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan metabolisme glukosa dengan menggunakan hewan percobaan, yang disebut stroke-prone spontaneously hypertensive rats (SHRSP), spesies tikus yang secara genetik mengalami hipertensi dan hiperlipidemia. Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan hiperlipidemia (berlebihnya jumlah lemak) merupakan dua kondisi penyebab penyakit kardiovaskuler dan aterosklerosis (Ardiyansyah, 2008).

10 Fermentasi Fermentasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengolahan pangan dengan menggunakan jasa mikroorganisme untuk menghasilkan sifat-sifat produk sesuai yang diharapkan. Winarno dkk. (1980) mengemukakan bahwa fermentasi menyebabkan terjadinya perubahan sifat pada bahan yang difermentasi karena terjadi segala macam proses metabolisme dengan bantuan enzim dari mikroorganisme. Fardiaz (1992) mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu saja. Menurut jenis substratnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi substrat padat dan fermentasi substrat cair. Fermentasi substrat padat merupakan proses fermentasi yang menggunakan substrat yang tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi substrat cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam fase cair (Hardjo dkk., 1989). Fermentasi substrat padat lebih menguntungkan dibandingkan dengan fermentasi substrat cair karena dapat menggunakan substrat alami yang sifatnya tunggal, persiapan inokulum yang lebih sederhana, dan dapat menghasilkan produk dengan kepekatan yang lebih tinggi. Selain itu kontrol terhadap kontaminasi lebih mudah dan kondisi inkubasi hampir menyerupai kondisi alami sehingga tidak memerlukan kontrol suhu dan ph yang teliti, serta aerasi dapat

11 16 berlangsung lebih optimum karena ruang lebih besar. Sekitar 50% nutrisi dari substrat pada fermentasi padat, digunakan kapang untuk pertumbuhan selnya (Susana, 2004). 2.6 Mikroorganisme leaginous Menurut Rahman (1992), mikroorganisme oleaginous adalah mikroorganisme yang mampu menghasilkan lipid dengan kandungan lipid atau minyak yang tidak tinggi. Secara umum yang termasuk mikroorganisme oleaginous (Svedsen, 1994 dalam Debby dkk., 2003) yaitu : a. Bakteri, seperti lemak dari Staphylococcus aureus, S. hycus, Bacillus, Pseudomonas, dan Moraxella. b. Kapang, seperti lemak dari Penicillium camemberti, Geotrichum candidum, Aspergillus tereus, Mucor miehei, dan Humicola lanuginose. c. Khamir, seperti lemak dari Candida antartika, C. Rugosa, dan C. cylindraceae. Mikroorganisme oleaginous memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat pada berbagai jenis substrat, mampu mensintesis senyawa, dan manipulasi genetik. Mikroorganisme oleaginous mampu melakukan berbagai reaksi seperti oksidasi, desaturasi, dan hidrogenasi yang bisa meningkatkan biomassa produk baik karbohidrat maupun lipid. Penelitian menunjukkan bahwa mikroorganisme oleaginous mampu mengkonversi karbohidrat menjadi lipid hingga 20% (Leman, 1997).

12 17 Minyak yang dihasilkan oleh mikroorganisme oleaginous berpotensial menjadi minyak makan berkualitas tinggi karena mikroorganisme tersebut dapat menghasilkan asam lemak essensial yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia. Sebagian besar khamir, kapang, dan bakteri telah diidentifikasi cukup berpotensi untuk menghasilkan asam lemak, terutama untuk menghasilkan asam lemak tak jenuh majemuk. Jumlah lipid yang dihasilkan mikroorganisme bervariasi tergantung dari spesiesnya. Lipid yang dihasilkan khamir dan kapang cenderung didominasi menjadi triasilgliserol. Asam lemak yang dihasilkan khamir dan kapang terutama adalah asam lemak C16 dan C18 seperti asam oleat, palmitat, linoleat, stearat, dan palmitoleat. Karena itu khamir dan kapang bisa dijadikan sebagai pengganti minyak tumbuhan menjadi minyak pangan yang komersial (Ratledge, 1992). Kapang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan khamir, dilihat dari kemampuannya untuk menggunakan limbah dan pertumbuhannya yang cepat pada limbah, serta dapat menghasilkan berbagai asam lemak. Penggunaan kapang untuk memproduksi asam lemak tak jenuh lebih mendapat perhatian. Hal ini disebabkan kapang mudah ditangani, dapat tumbuh pada kisaran ph yang rendah sehingga dapat mencegah kontaminasi dari jenis bakteri maupun khamir. Selain itu, kapang dapat mendeteksi sumber karbon yang kompleks sebagai sumber makanannya, mampu tumbuh cepat pada limbah, dan mampu menghasilkan berbagai asam lemak (Ratledge dan Wilkinson dalam Debby dkk., 2003).

13 Aspergillus terreus Kapang Aspergillus tersebar luas di alam yang terdiri dari 180 spesies. Beberapa spesies Aspergillus digunakan untuk fermentasi makanan tradisional seperti kecap asin, miso (tauco), dan untuk industri sake. Selain itu, Aspergillus telah digunakan untuk produksi enzim skala industri diantaranya amilase dan protease. Penelitian menunjukkan bahwa spesies Aspergillus terreus (A.terreus) dapat menghasilkan lovastatin yang bisa menurunkan kolesterol (Lubertozzi, 2008). Morfologi kapang Aspergillus ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Morfologi Kapang Aspergillus ( Karakteristik genus kapang Aspergillus adalah miseliumnya terdiri dari hifa yang bercabang-cabang dan berseptat, berwarna terang atau tidak berwarna. Miseliumnya sebagian masuk ke dalam medium dan sebagian ke luar. Sel kaki terkadang di dalam medium, terkadang di luar dan lebih besar dari bagian lain serta berdinding lebih tebal. Dari sel kaki timbul batang konidiofor dan tumbuh tegak lurus (Fardiaz, 1992). Adapun ciri-ciri spesifik A.terreus yaitu dapat mencapai pertumbuhan setelah 3-6 hari pada media agar miring potato dekstrosa agar (PDA), spora

14 19 aseksualnya diproduksi dalam jumlah banyak yang menyebar di permukaan media agar, sporanya berukuran kecil dan ringan, berwarna coklat krem, koloninya kompak serta tahan terhadap keadaan kering (Debby, 2003). Klasifikasi dari A.terreus adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992): Divisi :Amastigomycota, Subdivisi : Deuteromycotina, Kelas : Deuteromycetes, Subkelas : Hyphomycetidae, rdo : Moniliales, Famili : Moniliaceae, Genus : Aspergillus, dan Spesies : Aspergillus terreus. Morfologi A.terreus baik secara mikroskopis maupun pada media PDA dapat dilihat pada Gambar 2.3. (a) (b) Gambar 2.3. Morfologi Kapang Aspergillus terreus (a). Morfologi mikroskopis dan (b). Morfologi pada media PDA (

15 20 A.terreus memiliki sel kaki yang tidak begitu jelas terlihat, konidioforanya nonseptat, konidiofora membengkak menjadi visikel pada ujungnya dan membentuk sterigmata tempat tumbuhnya konidia (Debby dkk., 2003). 2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme leaginous Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme oleaginous untuk bisa mengakumulasi lipid, diantaranya yaitu suhu pertumbuhan, ph, kadar air, kelarutan oksigen, waktu inkubasi, dan nutrisi Suhu Suhu lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Suhu pertumbuhan optimal kapang yang bersifat mesofilik berkisar o C. Peningkatan suhu pertumbuhan pada kisaran optimum umumnya disertai dengan peningkatan kandungan lemak dari kapang (Shaw dalam Debby dkk, 2003). Selanjutnya dari penelitian Moon et al. dalam Leman (1997) diketahui bahwa kondisi optimum untuk mengakumulasi lipid dari berbagai jenis kapang yaitu pada suhu 30 o C baik pada kultur batch maupun yang continuosly. Namun Ratledge (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan sel dan produksi minyak sel tunggal pada kapang Mortierella rammaniana var. angulispora IF 8187 tidak dipengaruhi suhu pertumbuhan (20 30 o C), tidak ada ketergantungan yang jelas antara suhu pertumbuhan dengan produksi biomassa atau kandungan lemak pada miselium kapang. Berdasarkan penelitian Debby dkk.

16 21 (2003), diketahui bahwa produksi lipid dari A.terreus pada substrat onggok-ampas tahu dilakukan pada suhu 30 o C. Pada suhu yang rendah, kapang dapat memproduksi lipid lebih besar. Hal ini dibuktikan oleh Entomophthora exitalis yang tumbuh dalam kultur continuous pada rentang suhu C. Kapang ini memproduksi asam lemak tak jenuh (PUFA) jenis omega-3 dan omega-6 (Kendrick dan Ratledge dalam Leman, 1997). Pengaruh suhu yang paling nyata terhadap produksi lipid adalah perubahan pada komposisi asam lemaknya. Asam lemak tidak jenuh relatif meningkat pada suhu pertumbuhan yang relatif rendah (Summer dan Morgan, 1969 dalam Debby dkk., 2003). Perubahan komposisi asam lemak yang dipengaruhi oleh perubahan suhu, ada hubungannya dengan aktivitas enzim desaturase. Enzim yang berperan dalam pembentukan ikatan rangkap ini akan terhambat aktivitasnya pada suhu yang tinggi. Hal ini memberi penjelasan mengapa pada suhu yang lebih rendah, kandungan asam lemak tak jenuhnya tinggi (Gurr et.al. dalam Debby dkk., 2003) ph ph merupakan parameter yang mempengaruhi pertumbuhan kapang dan pembentukan produk. Kebanyakan kapang dapat tumbuh pada kisaran ph yang luas yaitu ph 2 8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau ph rendah (Fardiaz, 1992). Nilai ph optimum untuk pertumbuhan kapang berkisar antara 5,0 7,0, sedangkan ph optimum untuk

17 22 produksi lemak bervariasi pada setiap spesies kapang (Cantrell et al. dalam Debby dkk.,2003). Nilai ph medium dipengaruhi oleh jenis sumber nitrogen yang digunakan. Amonium sulfat menyebabkan ph medium turun tajam hingga 2,0 setelah 10 hari inkubasi, sedangkan pemakaian urea sebagai sumber nitrogen menyebabkan ph sedikit meningkat hingga 5,0 6,0. Kessell dalam Debby dkk. (2003) melaporkan bahwa kapang tersebut dapat tumbuh dan menghasilkan kandungan lipid yang sama baik pada ph 4,0 maupun 8, Kadar air Mikroorganisme memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. leh karena itu, pertumbuhan sel mikroorganisme dalam suatu substrat sangat dipengaruhi oleh kadar air yang tersedia. Selain merupakan bagian terbesar dari komponen sel (70-80%), air juga dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia. Tersedianya air di dalam suatu bahan dapat dinyatakan dengan istilah a w (aktivitas air). Setiap mikroorganisme memiliki kebutuhan a w minimal yang berbeda-beda. Kapang membutuhkan a w untuk germinasi spora aseksual. Nilai a w untuk germinasi spora adalah 62% untuk beberapa kapang. (Fardiaz, 1992). Dalam kaitannya dengan fermentasi, air merupakan hal yang sangat penting dalam fermentasi substrat padat. Pada fermentasi substrat padat biasanya diperlukan keadaan yang cukup lembab sekitar 60% (Retno, 2005). Jang et al.

18 23 (2000) melaporkan bahwa kadar air optimum untuk produksi asam lemak tak jenuh pada kapang Mortierella alpina yaitu antara 65%-68% Kelarutan ksigen Konsentrasi oksigen dalam substrat mempengaruhi tumbuhnya mikroorganisme. Mikroorganisme dapat dibedakan berdasarkan kebutuhan akan oksigen untuk pertumbuhannya, yaitu mikroorganisme yang bersifat aerobik, anaerobik, dan anaerobik fakultatif. Kapang pada umumnya bersifat aerobik. Respirasi aerobik adalah reaksi oksidasi substrat menjadi C2 dan air, membentuk energi dalam bentuk ATP (Fardiaz, 1992) Waktu Inkubasi Waktu inkubasi erat hubungannya dengan kesempatan mikroorganisme untuk memanfaatkan nutrisi yang tersedia pada medium dan efektivitas sistem metabolisme mikroorganisme dalam memanfaatkannya. Fase pertumbuhan mikroorganisme terbagi dalam fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase logaritmik, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan stasioner, dan fase kematian (Fardiaz, 1992). Menurut Nawangsari (1996), waktu inkubasi mikroorganisme oleaginous terbaik berada pada fase stasioner dan tidak boleh melebihi fase kematian. Untuk produksi asam lemak tak jenuh, diharapkan pada akhir waktu inkubasi akumulasi asam lemak sudah mencapai titik maksimum. Debby dkk. (2003) melaporkan bahwa produksi lipid pada kapang Aspergillus terreus dalam substrat onggok-ampas tahu mencapai maksimum setelah 6 hari inkubasi. Selanjutnya dari penelitian Nakajima et al. dalam Leman

19 24 (1997), diketahui bahwa kondisi optimum untuk meningkatkan kandungan asam gamma linolenat dari kapang Mortierella alpina yaitu pada masa inkubasi 6-7 hari dalam kultur terendam. Namun berbeda dengan Jang et al. (2000) yang melaporkan bahwa produksi asam lemak tak jenuh oleh Mortierella alpina meningkat pada 8-12 hari inkubasi, sedangkan Razavi et al. (2007) melaporkan bahwa produksi asam lemak dari Sporobolomyces ruberrimus mencapai maksimum pada waktu inkubasi 4 hari Nutrisi Mikroorganisme membutuhkan nutrisi dalam melakukan metabolisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk tumbuh diantaranya adalah karbon, nitrogen, dan mineral. Karbohidrat merupakan substrat karbon terbaik untuk pertumbuhan kapang dan hingga 20% yang tersedia dikonversi menjadi lipid. Kemampuan mengkonversi karbohidrat menjadi lipid bervariasi pada setiap kapang. Pada beberapa kapang, glukosa merupakan karbohidrat yang efisien untuk diubah menjadi lipid. Karbohidrat yang berlebih pada substrat dikonversi oleh mikroorganisme menjadi lipid tanpa poliferasi sel lebih lanjut (Ratledge, 1992). Berbagai hasil dan limbah pengolahan hasil pertanian dapat digunakan sebagai sumber karbon, diantaranya adalah umbi-umbian, onggok, bekatul, dedak, dan gandum ( Muljono dkk., 1992). Sedangkan sumber nitrogen yang digunakan dapat berupa organik maupun anorganik. Sumber nitrogen dapat berasal dari pepton, ekstrak khamir, urea, ammonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat,

20 25 dan kalium nitrat. Menurut Hansson et al. dalam Debby dkk. (2003), jumlah N terbatas akan merangsang dominasi asam oleat. Selain karbon dan nitrogen, akumulasi lipid pada kapang juga dipengaruhi oleh kandungan mineral. Fosfat, kalsium, kalium, sulfur dan magnesium merupakan mineral utama untuk pertumbuhan kapang. Ion Mg 2+, Mn 2+, Fe 2+, Ca 2+, Cu 2+, dan Zn 2+ telah dilaporkan dapat mempengaruhi produksi lipid dan asam arakidonat (ARA), serta asam gamma linolenat (GLA) pada Mortieralla rammanniana var rammaniana. Selain itu diketahui bahwa penambahan Cu 2+ dan Zn 2+ dapat menstimulasi produksi lipid pada berbagai spesies kapang Mortierella (Leman, 1997). Produksi asam lemak tak jenuh dari Rhizopus nigricans juga telah dipelajari. Diantara banyak mineral yang ditambahkan pada medium PDA, KCl merupakan mineral yang paling efektif untuk meningkatkan produksi asam lemak tak jenuh (Kakali et al., 2003). Sajbidor et al. dalam Leman (1997) melaporkan bahwa Fe 2+ dapat menghambat secara kuat terhadap akumulasi lipid pada kapang Mortierella sp. Akumulasi lipid dalam sel memerlukan nitrogen (N) yang terbatas, fosfor (P), seng (Zn), besi (Fe), atau magnesium (Mg) yang memungkinkan mensuplai kelebihan karbon (C) yang akan diubah menjadi lemak. Dengan demikian, sintesis lipid dengan hasil terbaik diperoleh di bawah kondisi yang membatasi nitrogen (Ghanem et al. dalam Razavi et al, 2007). Kekurangan nutrisi tersebut dapat menimbulkan masalah metabolisme sel mikroorganisme. Ketersediaan nutrisi yang terbatas menyebabkan pertumbuhan sel mikroorganisme terbatas pula sehingga efisiensi produksi lipid tidak optimal.

21 26 Media pertumbuhan yang baik untuk menghasilkan lipid adalah dengan kandungan nitrogen rendah dan karbon tinggi (Ratledge, 1992). 2.9 Biosintesis Lipid Pada Mikroorganisme leaginous Akumulasi lipid pada sebagian mikroorganisme oleaginous yang tumbuh mengikuti pola dua tahap. Tahap pertama ialah perkembangbiakan sel yang tumbuh dengan laju maksimum. Tahap ini berlangsung terus sampai nitrogen dan nutrisi lainnya telah habis kecuali karbon. Pembentukan sel-sel baru yang membutuhkan sintesis protein seperti RNA dan DNA tidak dapat diteruskan harena habisnya nitrogen (fosfat atau nutrien lainnya). Setelah itu, karbon yang berlebih terutama glukosa akan terus dikonsumsi dan dikonversi oleh mikroorganisme oleaginous menjadi lipid yang terakumulasi pada jaringan intraseluler (Ratledge, 1992). Adapun skema perubahan glukosa menjadi lipid dalam mikroorganisme oleaginous dapat dilihat pada Gambar 2.4.

22 27 Glukosa Gliserol Fruktosa 6-fosfat Fruktosa 1,6-bifosfat Gliserol Fosfoenolpiruvat Piruvat kinase Mitokondria Malonil Ko-A Triasilgliserol Enzim Malat Piruvat Piruvat Karboxilase Malat dehidrogenase Malat C 2 + ATP ADP + Pi ksaloasetat NADP + Asetil Ko-A karboxilase NADPH ATP sitrat liase Asetil Ko-A ksaloasetat Sitrat NADH NAD + Malat dehidrogenase Malat Piruvat dehidrogenase Piruvat Asetil Ko-A AMP Sitrat Isositrat Piruvat Karboxilase ksaloasetat Sitrat sintase Akonitase Isositrat dehidrogenase 2-ksaloglutarat Malat dehidrogenase Malat Siklus asam trikarboksilik Gambar 2.4. Skema Biosintesis Lipid dalam Mikroorganisme leaginous (Ratledge dan Wynn dalam Makri et al., 2008). Rangkaian tahapan proses biosintesis lipid tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ketika nitrogen habis dalam substrat, konsentrasi AMP (Adenosin Monophospat) intraseluler menjadi menurun dan akibatnya isositrat dehidrogenase akan berhenti fungsinya karena aktivitasnya sangat tergantung pada AMP tersebut. enzim ini merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh mikroorganisme oleaginous (Botham et al. dalam Ratledge dan Wynn, 2002).

23 28 2. Isositrat tidak dimetabolisme melalui siklus asam trikarboksilik dan kemudian isositrat dan sitrat akan terbentuk. Penghentian aktivitas isositrat dehidrogenase dengan cepat mengarah kepada pembentukan sitrat sebagai isositrat, lalu dengan cepat menyeimbangkan dengan sitrat melalui akonitase (Ratledge dan Wynn, 2002). 3. Sitrat diangkut keluar dari mitokondria lalu masuk ke dalam sitoplasma yang dirubah menjadi asetil KoA dan oxaloasetat untuk biosintesis lipid oleh ATP sitrat liase. ATP sitrat liase merupakan enzim yang hanya dimiliki oleh mikroorganisme oleaginous yang bertanggung jawab atas terbentuknya asetil KoA yang diperlukan untuk menghasilkan lipid. Keberadaan enzim ini yang menjelaskan setiap mikroorganisme oleaginous memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengakumulasi lipid (Ratledge dan Wynn, 2002). 4. Pengangkutan sitrat keluar dari mitokondria dihubungkan dengan malat yang berlawanan tanda panahnya. Malat ini dihasilkan dari oxaloasetat. Banyaknya lipid yang terakumulasi juga dikontrol oleh aktivitas enzim malat yang bertindak sebagai satu-satunya sumber NADPH yang bergabung dengan asam lemak sintetase. Jika enzim malat dihambat, atau secara genetis cacat, maka akumulasi lipid sangat rendah (Ratledge dan Wynn, 2002).

24 Enzim Yang Dihasilkan leh Mikroorganisme leaginous Mikroorganisme oleaginous menghasilkan banyak enzim dari aktivitas metabolismenya. Ada beberapa enzim yang dapat mengkatalis pembentukan asam lemak tak jenuh, diantaranya adalah desaturase dan elongase Desaturase Desaturase adalah enzim yang dapat mengkatalis pembentukan ikatan rangkap rantai karbon asam lemak, sehingga sangat berperan dalam pembentukan asam lemak tak jenuh tunggal maupun majemuk (Cahoon et.al. dalam Panji dkk., 2005). Ada beberapa jenis enzim desaturase yang diketahui, diantaranya 9, 12, 5, dan 6 desaturase (Ratledge dan Wynn, 2002) Desaturase 9 Desaturase adalah enzim yang mengkatalis reaksi pembentukan ikatan rangkap pertama ke dalam asam lemak jenuh antara karbon nomor 9 dan 10 dari rantai asam lemak. 9 Desaturase dapat bekerja pada salah satu asam lemak jenuh yang dominan, misalnya palmitat (16:0) dan stearat (18:0) menjadi palmitoleat atau oleat. 9 Desaturase dari mikroorganisme muncul untuk memanfaatkan 18:0. Enzim ini merupakan satu-satunya enzim yang mengkatalis asam lemak jenuh Desaturase 12 Desaturase mengkatalis reaksi konversi dari asam oleat (18:1ω-9) menjadi asam linoleat (18:2ω-6) dengan menyisipkan ikatan rangkap antara karbon nomor 12 dan 13 dari asam lemak tak jenuh tunggal.

25 Desaturase 5 Desaturase mengkatalis reaksi konversi dari asam dihomo gamma linolenat (20:3ω-6) menjadi arakidonat (20:4ω-6) atau asam eikosatetraenoat (20:4 ω -3) menjadi eikosapentaenoat (20:5ω-3) Desaturase 6 Desaturase adalah enzim yang mengkatalis reaksi konversi asam linoleat (18:2ω-6) menjadi asam gamma linolenat (18:3ω-3). Selain itu mengkonversi asam gamma linolenat (18:3ω-3) menjadi stearidonat (18:4ω-3). Secara umum reaksi pembentukan ikatan rangkap yang dikatalis oleh enzim desaturase dapat dilihat pada Gambar 2.5. H H CH 3 ( ) 7 C C ( ) 7 KoA H H 2 + NADH + H + Enzim Desaturase NAD + + 2H 2 H H CH 3 ( ) 7 C C ( ) 7 KoA Gambar 2.5. Reaksi pembentukan ikatan rangkap yang dikatalis oleh enzim desaturase (Mayes dan Kathleen, 1999).

26 Elongase Elongase adalah enzim yang sangat berperan dalam pembentukan asam lemak berantai panjang. Pemanjangan rantai karbon terjadi melalui penambahan 2 atom karbon secara berturut-turut pada asil KoA. Senyawa yang berfungsi sebagai donor 2 atom C adalah malonil KoA. Reaksi pemanjangan rantai karbon pada asil KoA oleh elongase ditunjukkan pada Gambar 2.6. A sil-k oa A K o S (n karbon ) R A K o S M alo nil-k oa H 3-ketoasil-K o A sintetase A K o S H + C 2 K etoasil-k oa A K o S R N A D P H 3-ketoasil-K o A redu ktase N A D P H 3-H idroksiasil-k o A A K o S H 2 3-H idroksiasil-k oa dehidratase (E )-2,3-enoil-K oa A K o S N A D P H N A D P (E )-2,3-enoil-K oa redukta se Gambar 2.6. A sil-k oa A K o S (n+ 2 k arbon) R Reaksi penambahan rantai karbon pada asam lemak yang dikatalisis elongase (Puyaubert et al., 2005).

27 32 Berdasarkan Gambar 2.6 dapat dilihat bahwa tahapan-tahapan reaksi yang terjadi adalah reaksi kondensasi pada malonil KoA dan Asil KoA oleh 3-ketoasil- KoA sintetase menghasilkan ketoasil-koa, kemudian direduksi oleh 3-ketoasil- KoA reduktase yang menghasilkan 3-hidroksil-KoA. Selanjutnya 3-hidroksil-KoA diubah menjadi 2,3-enoil-KoA oleh 3-hidroksil-KoA dehidratase. Reaksi terakhir adalah reduksi kedua yang dikatalis oleh 2,3-enoil-KoA reduktase yang menghasilkan dua atom karbon pada asil-koa (Puyaubert et al., 2005) Proses Transesterifikasi Proses transesterifikasi disebut juga alkoholisis merupakan reaksi pertukaran antara alkohol dengan suatu ester untuk membentuk ester lain dalam suatu proses yang menyerupai hidrolisis. Pada proses transesterifikasi digunakan alkohol sebagai pengganti air. Alkohol yang dapat digunakan diantaranya metanol, etanol, propanol, dan butanol. (Fukuda et al, 2001). Transesterifikasi merupakan reaksi bolak-balik dan pada dasarnya merupakan proses pencampuran reaktan. Adanya katalis dapat mempercepat jalannya reaksi. Katalis yang dapat digunakan dalam transesterifikasi diantaranya katalis asam, basa, maupun enzimatis (Kumar et al, 2007). Pada prinsipnya proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan asam bebasnya dengan alkohol (misalnya metanol) menjadi alkohol ester/ Fatty Acid Methyl Ester. Metil ester asam lemak yang diperoleh melalui transesterifikasi bersifat stabil dan relatif nonpolar serta dapat digunakan untuk analisis menggunakan alat GCMS.

28 33 Secara umum reaksi transesterifikasi menggunakan alkohol dapat dilihat pada Gambar 2.7. R 1 C H R 2 C CH + 3R'H Katalis R 1 R 2 R 3 CR' CR' CR' + H CH R 3 C H Trigliserida Alkohol Ester asam lemak Gliserol Gambar 2.7. Reaksi transesterifikasi secara umum Pada dasarnya reaksi transesterifikasi merupakan reaksi bolak-balik. Menurut Fukuda et al. (2001) reaksi transesterifikasi terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu langkah pertama adalah perubahan trigliserida menjadi digliserida, diikuti dengan perubahan digliserida menjadi monogliserida, monogliserida menjadi gliserol. Pada setiap langkahnya, tiap gliserida menghasilkan satu molekul metil ester asam lemak. Reaksi bolak-balik dalam proses transesterifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.8. katalis 1. Trigliserida (TG) + R'H Digliserida (DG) + R'CR 1 2. Digliserida (DG) + R'H katalis Monogliserida (MG) + R'CR 2 katalis 3. Monogliserida (MG) + R'H Gliserol (GL) + R'CR 3 Gambar 2.8. Reaksi bolak-balik dalam proses transesterifikasi Adapun mekanisme reaksi transesterifikasi berkatalis asam pada minyak tumbuhan menurut Schuchardt et al. (1998) dapat dilihat pada Gambar 2.9.

29 34 R 1 C R 1 C R 1 C R 2 C CH BF 3 R 2 C CH R 2 C CH R 3 C R 3 C R 3 C Trigliserida BF 3 BF 3 Tahap 1 R 1 C R 1 C R 3 R 2 C C CH + R H F 3 B R 3 R 2 C C CH - BF 3 H BF 3 Tahap 2 H R Tahap 3 R 3 C + R 1 C R 2 C CH H + R 3 C + R 1 C R 2 C CH R R H Ester asam lemak Digliserida Gambar 2.9. Mekanisme reaksi transesterifikasi berkatalis asam Tahap pertama (1) adalah protonasi oleh katalis asam pada gugus karbonil dari ester yang menghasilkan karbokation. Tahap kedua (2) serangan nukleofilik dari alkohol pada karbokation yang menghasilkan tetrahedral intermediet. Tahap ketiga (3) eliminasi digliserida dan membentuk metil ester asam lemak serta dihasilkan kembali katalis asam. Digliserida dan monogliserida diubah melalui mekanisme reaksi yang sama untuk menghasilkan metil ester asam lemak dan gliserol.

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna coklat. Bekatul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemanfaatan mikroorganisme dalam menghasilkan asam lemak tak jenuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemanfaatan mikroorganisme dalam menghasilkan asam lemak tak jenuh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan mikroorganisme dalam menghasilkan asam lemak tak jenuh merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk mendapatkan minyak pangan berkualitas tinggi. Pada penelitian

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama fermentasi berlangsung terjadi perubahan terhadap komposisi kimia substrat yaitu asam amino, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

Anabolisme Lipid. Biokimia Semester Gasal 2012/2013 Esti Widowati,S.Si.,M.P

Anabolisme Lipid. Biokimia Semester Gasal 2012/2013 Esti Widowati,S.Si.,M.P Anabolisme Lipid Biokimia Semester Gasal 2012/2013 Esti Widowati,S.Si.,M.P Lemak Hewani dan Nabati Lemak hewani mengandung banyak sterol yang disebut kolesterol Lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat

Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI. Sejarah Asam sitrat. Kegunaan asam sitrat Pendahuluan PRODUKSI ASAM SITRAT SECARA FERMENTASI Asam sitrat merupakan asam organik Berguna dalam industri makanan, farmasi dan tambahan dalam makanan ternak Dapat diproduksi secara kimiawi, atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan

Media Kultur. Pendahuluan Media Kultur Materi Kuliah Bioindustri Minggu ke 4 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang murah sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid adalah senyawa biomolekul yang tidak larut dalam air, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) berasal dari Amerika Tengah, pada tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia (Rukmana, 2001). Ubi jalar (Ipomoea

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BAHAN BAKU DAN PRODUK BIOINDUSTRI Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses hidrolisis minyak/lemak menjadi asam lemak dan gliserol secara komersial yang sampai kini digunakan, beroperasi pada suhu 240-250 o C dan tekanan 45-50 bar.

Lebih terperinci

PENGKAYAAN ASAM LEMAK TAK JENUH PADA BEKATUL DENGAN CARA FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Aspergillus terreus

PENGKAYAAN ASAM LEMAK TAK JENUH PADA BEKATUL DENGAN CARA FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Aspergillus terreus ISSN 20877412 April 2010, Hal 6672 PENGKAYAAN ASAM LEMAK TAK JENUH PADA BEKATUL DENGAN CARA FERMENTASI PADAT MENGGUNAKAN Aspergillus terreus Lingga Nurul Sukma, Zackiyah, Gun Gun Gumilar Jurusan Kimia

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Media Kultur Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah TINJAUAN PUSTAKA Ampas Sagu Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan peternakan dimasa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri mampu bersaing dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang PENDAHULUAN Latar Belakang Gaya hidup modern turut mengubah pola makan masyarakat yang cenderung mengkonsumsi makanan-makanan cepat saji dengan kadar lemak yang tinggi. Keadaan ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat di masyarakat. Semua makanan

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional rakyat Indonesia yang relatif murah dan mudah di dapat. Tempe berasal dari fermentasi kacang kedelai atau kacang-kacangan lainnya

Lebih terperinci

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) JENIS LIPID 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) Lipid Definisi Lipid adalah Senyawa organik yang dibentuk terutama dari alkohol dan asam lemak yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses

BAB I PENGANTAR. Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses hidrolisis triasilgliserol menjadi di- dan mono-asilgliserol, asam lemak dan gliserol pada interfase

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di Indonesia banyak ditumbuhi pohon kelapa. Kelapa memberikan banyak hasil misalnya kopra yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Bakteri Acetobacter xylinum Kedudukan taksonomi bakteri Acetobacter xylinum menurut Holt & Hendrick (1994) adalah sebagai berikut : Divisio Klass Ordo Subordo Famili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan telah membudaya di semua lapisan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tempe mengandung

Lebih terperinci

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di PENGANTAR Latar Belakang Domba termasuk ternak ruminansia kecil dengan potensi daging yang sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping dari penggilingan padi menjadi beras. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak 60-65%. Sementara bekatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di kayu-kayu yang sudah lapuk. Jamur ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

Khamir. Karakteristik Khamir

Khamir. Karakteristik Khamir Khamir Termasuk kapang, namun berbentuk sel tunggal/uniseluler. Dari kelompok Ascomycetes dan Basidiomycetes Tersebar luas di alam. Ada yang bermanfaat adapula yg merugikan bagi manusia. Manfaat: untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN KADAR C (KARBON) DAN KADAR N (NITROGEN) MEDIA KULTIVASI Hasil analisis molases dan urea sebagai sumber karbon dan nitrogen menggunakan metode Walkley-Black dan Kjeldahl,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia Metabolisme Karbohidrat Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia LATAR BELAKANG Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya menghasilkan enzim amilase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup menuntut semua serba cepat dan praktis, tidak terkecuali makanan, sehingga permintaan akan sereal sarapan yang praktis dan bergizi semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bekatul di Indonesia sangat melimpah, mengingat bangsa. Indonesia merupakan negara agraris. Setiap tahun Indonesia mampu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan bekatul di Indonesia sangat melimpah, mengingat bangsa. Indonesia merupakan negara agraris. Setiap tahun Indonesia mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan bekatul di Indonesia sangat melimpah, mengingat bangsa Indonesia merupakan negara agraris. Setiap tahun Indonesia mampu menghasilkan 47 juta ton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang-orang bijaksana sering mengatakan bahwa kesehatan adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini. Sehat dan bugar adalah dua kunci yang sebaiknya dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) adalah buah yang memiliki mata yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat tumbuh subur di daerah beriklim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER

BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER Biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme) dari molekul yang sederhana sehingga menjadi molekul yang lebih kompleks

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Pada suhu kamar : - lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu. merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu. merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi lemak yang berlebih dapat membentuk plak yang mampu merapuhkan pembuluh darah dan menghambat aliran dalam pembuluh darah sehingga sirkulasi darah terhambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, disebabkan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan cadangan BBM semakin berkurang, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Lipid, ester gliserol dengan asam lemak, berdasarkan titik lelehnya dikelompokkan menjadi lemak atau minyak. Lipid pada suhu kamar berwujud padat disebut lemak sedangkan lipid berwujud cair

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

Triasilgliserol. = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: Asam lemak: 3 asam lemak (gugus asil)

Triasilgliserol. = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: Asam lemak: 3 asam lemak (gugus asil) MetabolismeLemak Triasilgliserol = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: 3 asam lemak (gugus asil) dan gliserol. Asam lemak: jenuh (cth: as palmitat) tak jenuh (cth: as oleat) Gliserol

Lebih terperinci

IV. Hasil dan Pembahasan

IV. Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Keasaman Total, ph. Ketebalan Koloni Jamur dan Berat Kering Sel pada Beberapa Perlakuan. Pada beberapa perlakuan seri pengenceran kopi yang digunakan, diperoleh data ph dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak penduduk Indonesia memiliki pola makan yang salah, cenderung menyukai makanan siap saji yang memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang. Pada umumnya, makanan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

PERTUMBUHAN JASAD RENIK PERTUMBUHAN JASAD RENIK DEFINISI PERTUMBUHAN Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiselular, yang disebut pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah

Lebih terperinci

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial BAB PENDAHULUAN I BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan penambahan asam lemak essensial terutama Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) pada produk pangan seperti produk susu formula.

Lebih terperinci