Konvensi Hak Penyandang Cacat. dan Protokol Opsional terhadap Konvensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Konvensi Hak Penyandang Cacat. dan Protokol Opsional terhadap Konvensi"

Transkripsi

1 Konvensi Hak Penyandang Cacat dan Protokol Opsional terhadap Konvensi

2 Konvensi Hak-hak Asasi Penyandang Cacat dan Protokol Opsional terhadap Konvensi The Convention on the Human Rights of Persons with Disabilities and The Optional Protocol to the Convention Konvensi ini disepakati pada tanggal 13 Desember 2006 oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa dengan Resolusi 61/106 dan terbuka untuk ditandatangani oleh negara-negara anggota PBB pada tanggal 30 Maret 2007 Dokumen ini diterbitkan dengan bantuan hibah dari Uni Eropa melalui program European Initiative for Democracy & Human Rights (EIDHR) dan Irish Aid. Pendapat/ pandangan yang dinyatakan dalam dokumen ini di luar tanggung jawab Uni Eropa atau Irish Aid. This document has been produced with the financial assistance of the European Commission through the European Initiative for Democracy & Human Rights (EIDHR) programme and Irish Aid. The views expressed herein are those of the members of the Forum for Action on Disability Rights and can therefore in no way be taken to reflect the official opinion of the European Commission or Irish Aid. This Convention text was adopted on December 13, 2006 by the United Nations General Assembly in Resolution 61/106 and opened for signature by States on March 30, 2007 Terjemahan tidak resmi oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) Unofficially translated by The National Human Rights Commission of Indonesia Diedit oleh/ Edited by Handicap International - Indonesia

3 Kata Pengantar Preface Naskah Konvensi Hak-hak Penyandang Cacat ini diterjemahkan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sebagai bagian dari upaya mereka mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan berbagai isu hak asasi manusia. HI berterima kasih kepada Komnas HAM atas usahanya tersebut, yang telah memungkinkan organisasi-organisasi kecacatan dan anggota masyarakat sipil lainnya di seluruh Indonesia untuk mengetahui instrumen hukum yang penting ini. Mengingat bahwa naskah terjemahan Konvensi ini belum pernah secara resmi dipublikasikan oleh Komnas HAM, maka ada kemungkinan bahwa terjemahan ini mengandung ketidakakuratan. Oleh karena itu, berdasarkan masukan-masukan dan usulanusulan dari berbagai organisasi penyandang cacat yang menjadi partner kami, serta mempertimbangkan usul atau saran dari berbagai sumber lainnya yang berpengalaman di bidang hukum serta isu kecacatan, HI menyajikan terjemahan yang telah direvisi sehingga ini lebih mencerminkan isi Konvensi versi bahasa Inggris yang resmi dari PBB. Akan tetapi, HI menghimbau pembaca untuk tidak menganggap dan menjadikan naskah Konvensi versi bahasa Indonesia ini sebagai satu-satunya sumber rujukan. Untuk itulah HI menerbitkan naskah Konvensi dalam bahasa Indonesia ini bersisihan dengan naskah aslinya dalam bahasa Inggris untuk setiap pasal yang dimaksud. The Convention on the Rights of Persons with Disabilities was translated by the National Human Rights Commission of Indonesia (Komnas HAM) as a part of their efforts to educate and raise awareness of various human rights issues. HI expresses its gratitude to Komnas HAM for these efforts, which has made it possible for Disabled People s Organisations (DPO) and other members of civil society throughout Indonesia to be aware of and learn about this important legal instrument. Given that this translation has not been officially published by Komnas HAM, it may contain inaccuracies. Therefore, based on suggestions from local DPOs as our partners, as well as taking accounts to suggestions form other reliable sources that are experienced in law and disability issues, we are presenting a revised Bahasa text that more closely reflects the official English version (the true certified text ) from the UN. Nonetheless, this revised version should not be seen as authoritative and should not be used as the sole reference. It is for this reason that HI has published the revised Bahasa text alongside the English original for each corresponding Article. i Kata Pengantar Preface i

4 Segala informasi dan masukan berkaitan dengan isi naskah Konvensi dalam bahasa Indonesia ini dapat ditujukan kepada HI dan atau Komnas HAM dengan alamat di bawah ini: Handicap International Jl Magelang Karangwaru Kidul TR II/22A, Tegalrejo Yogyakarta Tel/Fax: / Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Jl. Latuharhary No. 4 B Menteng, Jakarta Telepon: Faksimile: info@komnasham.go.id Kami sungguh-sungguh berharap Pemerintah Indonesia, sebagai negara yang telah menandatangani perjanjian penting ini, akan segera membuat terjemahan resmi yang benar-benar sesuai dengan dokumen aslinya, baik penyampaiannya dalam kata-kata maupun maksud isinya. Any information and feedback concerning the content of the revised Bahasa Convention text may be addressed to HI and or Komnas HAM at the following addresses: Handicap International Jl Magelang Karangwaru Kidul TR II/22A, Tegalrejo Yogyakarta Tel/Fax: / hiindo_aip_pa@yahoo.fr Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Jl. Latuharhary No. 4 B Menteng, Jakarta Tel: Fax: info@komnasham.go.id We sincerely hope that the government of Indonesia, as a signatory state to this historic treaty, will soon produce an official translation that fully respects the original document both in letter and spirit. Handicap International - Indonesia Handicap International - Indonesia ii Kata Pengantar Preface ii

5 Pendahuluan enyandang cacat dari semua kelompok umur hidup di setiap wilayah dan kelompok masyarakat di Indonesia. Mereka Pmerupakan bagian dari semua suku, kelas sosial, budaya, dan agama di negara ini. Dalam lingkungan masyarakatnya, mereka seharusnya memanfaatkan fasilitas umum di sekolah-sekolah, tempat kerja, pusat perbelanjaan, lingkungan rumah, transportasi umum dan kantor-kantor pemerintah. Pengguna kursi roda, pengguna tongkat, dan pengguna bahasa isyarat, serta orang-orang yang mengalami cacat mental (atau tunagrahita) seharusnya menjadi bagian yang wajar dari dunia kita. Dalam kenyataannya, sebagian besar penyandang cacat tak terlihat di masyarakat. Kendala lingkungan fisik menghalangi akses orang-orang dengan cacat tubuh (atau tunadaksa) ke ruang publik dan membatasi ruang gerak mereka. Kendala teknologi menghalangi orang-orang yang mengalami cacat pendengaran (atau tunarunggu) dan cacat penglihatan (atau tunanetra) untuk berkomunikasi. Kendala sosial dalam bentuk sikap dan tindakan menunjukkan, secara eksplisit ataupun implisit, bahwa kehadiran penyandang cacat tidak diterima ataupun bahwa mereka dianggap kurang mampu dibanding orang lain. Pada tanggal 30 Maret 2007, pemerintah Indonesia mengambil langkah penting dalam memperkuat komitmen bangsa Indonesia untuk memajukan hak-hak asasi penyandang cacat dengan menandatangani naskah Konvensi PBB tentang Hak-hak Penyandang Cacat (Convention on the Rights of Persons with Disabilities). Ini merupakan instrumen hak asasi manusia pertama yang secara komprehensif membicarakan dan memberikan perhatian pada kebutuhan khusus orang-orang dengan segala jenis kecacatan. Organisasi-organisasi penyandang cacat dan aliansi mereka di seluruh dunia telah memberikan pengaruh yang besar dalam proses penyusunan Konvensi ini, yaitu dengan cara memberikan banyak masukan yang bernilai dan belum pernah ada sebelumnya. Karena proses yang partisipatoris inilah maka kewajiban yang tercantum dalam Konvensi tersebut mencerminkan prioritas penyandang cacat baik dari negara maju maupun negara sedang berkembang. Introduction eople with disabilities of all ages live in every region and every community of Indonesia. They belong to all of this Pcountry's races, social classes, cultural groups and religious groups. They should be using the schools, workplaces, shopping centers, neighbourhoods, public transport and government offices of their communities. People who use wheelchairs, canes, and sign language, people with intellectual disabilities, should be an ordinary part of our world. In reality most people with disabilities are not visible in society. Physical barriers obstruct access of people with physical disabilities to public spaces and prevent free movement. Technological barriers prevent people with hearing and visual impairments from communication. Social barriers in the form of attitudes and practices convey, explicitly or implicitly, that people with disabilities are either unwelcome or are considered less capable than everyone else. On March 30, 2007 the Indonesian government took a significant step in strengthening Indonesia's commitment to promote the human rights of people with disabilities by signing the UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities. This is the first human rights instrument that comprehensively addresses the needs and specific concerns of people with all types of disabilities. Organisations of people with disabilities and their allies from around the world strongly influenced the convention drafting process, providing unprecedented levels of substantive input. It is due to this participatory process that the Convention obligations reflect the priorities of people with disabilities from both developed and developing countries. iii Pendahuluan Introduction iii

6 Konvensi tersebut membantu kita mengubah cara pandang pemerintah dan masyarakat Indonesia terhadap penyandang cacat, meningkatkan pemahaman kita bahwa penyandang cacat memiliki hak asasi yang harus dilindungi. Akan tetapi, Konvensi tersebut tidak merumuskan hak-hak baru bagi para penyandang cacat. Sebaliknya, Konvensi tersebut memungkinkan penyandang cacat untuk menikmati hak-hak yang sama dengan orang lain melalui penegasan dan penerapan konsep-konsep pokok hak asasi manusia, antara lain martabat, kesetaraan dan kebebasan untuk menentukan pilihan, sesuai keadaan mereka. Konvensi ini mengharuskan pemerintah untuk mengambil tindakan proaktif guna menyingkirkan kendala sikap, lingkungan fisik, dan komunikasi yang menghalangi para penyandang cacat berpartisipasi secara penuh di masyarakat. Dengan menandatangani naskah Konvensi ini, pemerintah Indonesia telah menunjukkan niatnya untuk meratifikasi (mengesahkan) Konvensi tersebut dalam waktu dekat. Setelah meratifikasi konvensi tersebut, Indonesia akan menjadi sebuah Negara Pihak pada Konvensi itu, dan pemerintah akan terikat secara hukum untuk melaksanakan kewajiban yang tercantum dalam Konvensi tersebut di tingkat nasional dan untuk melaporkan pelaksanaannya secara rutin kepada Panitia Pemantau PBB. Oleh karenanya, meratifikasi Konvensi ini merupakan langkah pertama untuk membuat pemerintah bertanggung jawab secara nasional dan internasional dalam pemenuhan hak-hak penyandang cacat di Indonesia. Protokol Opsional terhadap Konvensi ini mengatur lebih lanjut mekanisme pengaduan internasional yang dapat digunakan oleh kelompok maupun perseorangan yang hak-haknya telah dilanggar jika mereka tidak mendapatkan keadilan di negara mereka. Pada saat Protokol Opsional ditandatangani dan disahkan, instrumen hukum ini tentunya akan semakin menguatkan hak penyandang cacat yang diatur dalam Konvensi tersebut. Namun, Pemerintah Indonesia tidak menandatangani Protokol Opsional ini. The Convention will help us change the way the Indonesian government and society thinks about people with disabilities, encouraging the understanding that people with disabilities are holders of human rights that must be protected. However the Convention does not create new rights for people with disabilities. It instead enables people with disabilities to enjoy the same rights as other people by affirming and applying core human rights concepts, such as dignity, equality and the freedom to make one's own choices, to the situation of people with disabilities. It obliges governments to take proactive measures to remove the attitudinal, physical, and communications barriers that prevent people with disabilities' full participation in society. By signing the Convention, the Indonesian government has signaled its intention to ratify it in the near future. Upon ratification, Indonesia will become a State Party to the Convention, and the government will be legally bound to implement the Convention obligations at the national level and to report on this implementation regularly to a UN monitoring committee. Ratification is therefore the first step to making the government nationally and internationally accountable for fulfilling the rights of people with disabilities in Indonesia. The Optional Protocol to the Convention additionally provides for an international complaints mechanism that individuals or groups whose rights have been violated can use if they cannot achieve justice in their country. This instrument could further strengthen the rights of people with disabilities stipulated in the Convention. However the Indonesian government did not sign the Optional Protocol. iv Pendahuluan Introduction iv

7 Memang pemerintah Indonesia telah meratifikasi beberapa konvensi internasional yang berkaitan dengan hak asasi perempuan dan anak-anak, larangan terhadap penganiayaan dan diskriminasi rasial, serta hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Akan tetapi, pemerintah belum menerapkan secara penuh kewajiban-kewajiban hukum yang tercantum di dalam berbagai Konvensi itu, dan ini berarti terus berlanjutnya marjinalisasi terhadap penyandang cacat. Terlebih lagi, walaupun Indonesia telah mengambil langkah positif dengan adanya undang-undang yang secara khusus melindungi hak-hak penyandang cacat, yaitu Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, undang-undang ini baik isi maupun pelaksanaannya belum menjamin adanya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan terhadap seluruh hak-hak penyandang cacat. Karena itu harus ditekankan bahwa penandatanganan naskah Konvensi oleh Pemerintah Indonesia tidak dengan sendirinya menjadi hal yang menjamin pelaksanaan secara penuh seluruh isi Konvensi tersebut. Pemerintah Indonesia harus segera meratifikasi Konvensi ini, mereformasi peraturan perundang-undangan yang ada sehingga selaras dengan kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Konvensi, dan yang paling penting melaksanakan kewajibankewajiban tersebut secara penuh. Salah satu kewajiban pemerintah yang dimaksud di atas adalah bahwa penyandang cacat dan organisasi-organisasinya harus disertakan dalam proses pengambilan keputusan yang menentukan seluruh tahapan pelaksanaan Konvensi. Oleh karenanya, pemerintah harus memberikan informasi kepada gerakan kecacatan untuk memungkinkan mereka terlibat dalam proses ini. Hak berpartisipasi ini merupakan suatu hak yang diperjuangkan oleh penyandang cacat dan masyarakat sipil sepanjang proses negosiasi Konvensi. Ini juga merupakan hak yang mendorong gerakan kecacatan di Indonesia untuk ikut bertanggung jawab dalam mendidik diri sendiri dan orang lain mengenai advokasi yang berbasis hak asasi manusia bagi penyandang cacat. Indeed, Indonesia has ratified several international conventions, dealing with the human rights of women and children, the prohibition against torture and racial discrimination, as well as civil, political, economic, social and cultural rights. However the government has not fully implemented these legal obligations, which has meant the continued marginalization of people with disabilities. Furthermore, while Indonesia has taken the positive step forward with a law that specifically protects the rights of people with disabilities - Law No 4, 1997 on People with Disabilities - this law both in its content and implementation has yet to ensure respect for, and protection and fulfillment of, all the rights of people with disabilities. It should be stressed therefore that the signing of the Convention by the Indonesian government will not on its own ensure full implementation. The Indonesian government should, without delays, ratify the Convention, reform national laws so that they are in harmony with its obligations and most importantly, fully implement these obligations. One such obligation of the government is that people with disabilities and their organizations must be included in decision making processes shaping all stages of the Convention's implementation. The government should therefore provide information to the disability movement to enable their participation in these processes. This right to participate is one that people with disabilities and civil society fought for throughout the process of negotiating the Convention. This is a right that now imposes a responsibility on the disability movement in Indonesia to educate themselves and others about human rights based advocacy for people with disability. v Pendahuluan Introduction v

8 Dengan demikian, usaha mempromosikan pelaksanaan Konvensi secara penuh dan menyeluruh harus menjadi agenda bersama bagi penyandang cacat. Untuk alasan ini pula maka penyebarluasan naskah Konvensi dan Protokol Opsionalnya ini penting, sehingga penyandang cacat di Indonesia menyadari dan memahami isi dokumen tersebut. Harapan kita adalah bahwa kerjasama antara para penyandang cacat, organisasi yang mewakili mereka, anggota masyarakat lainnya, dan dengan pemerintah, dari tingkat lokal hingga tingkat nasional, akan terjalin dalam suatu usaha bersama untuk mengadvokasi wacana penting ini. Therefore, promoting the full implementation of the Convention has to be a common agenda for people with disabilities. It is for this reason that the disseminating of the text of the Convention and its Optional Protocol is necessary, so that people with disabilities in Indonesia will be aware of and understand the content of this document. It is our hope that collaboration between people with disabilities, their representative organizations, other members of civil society, and with the government, from the local to the national level, will be established in a collective effort to advocate on this important issue. vi Pendahuluan Introduction vi

9 KONVENSI HAK-HAK PENYANDANG CACAT Mukadimah Negara-negara yang berpihak pada Konvensi ini (Negara-negara Pihak), (a) Mengingat prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengakui martabat dan harkat yang melekat dan hak-hak yang setara dan tidak dapat dicabut dari semua anggota umat manusia sebagai dasar dari kebebasan, keadilan, dan perdamaian di dunia, (b) Mengakui bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan dalam Kovenan-kovenan Internasional tentang Hak Asasi Manusia, telah menyatakan dan menyepakati bahwa setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum di dalamnya, tanpa pembedaan dalam bentuk apa pun, (c) Menegaskan kembali tentang universalitas, sifat tidak terbagibagi, kesalingtergantungan, dan kesalingterkaitan antara semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dan kebutuhan penyandang cacat untuk dijamin sepenuhnya penikmatan atas hak asasi manusia dan kebebasan mendasar tersebut tanpa diskriminasi, (d) Mengingat kembali Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial, Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, Konvensi tentang Hak Anak, dan Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya, CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES Preamble The States Parties to the present Convention, (a) Recalling the principles proclaimed in the Charter of the United Nations which recognize the inherent dignity and worth and the equal and inalienable rights of all members of the human family as the foundation of freedom, justice and peace in the world, (b) Recognizing that the United Nations, in the Universal Declaration of Human Rights and in the International Covenants on Human Rights, has proclaimed and agreed that everyone is entitled to all the rights and freedoms set forth therein, without distinction of any kind, (c) Reaffirming the universality, indivisibility, interdependence and interrelatedness of all human rights and fundamental freedoms and the need for persons with disabilities to be guaranteed their full enjoyment without discrimination, (d) Recalling the International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, the International Covenant on Civil and Political Rights, the International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination, the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women, the Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment, the Convention on the Rights of the Child, and the International Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families, 1 Mukadimah Preamble 1

10 (e) Mengakui bahwa kecacatan adalah suatu konsep yang berkembang dan bahwa kecacatan adalah hasil dari interaksi antara orang-orang yang tidak sempurna secara fisik dan mental dengan hambatan-hambatan lingkungan yang menghalangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain. (f) Mengakui pentingnya prinsip-prinsip dan panduan-panduan kebijakan yang termuat dalam Program Aksi Dunia tentang Penyandang Cacat dan dalam Peraturan Standar tentang Penyetaraan Kesempatan bagi Penyandang Cacat yang mempengaruhi pemajuan, pembentukan, dan evaluasi kebijakan, perencanaan, program-program, dan aksi-aksi di tingkat nasional, regional, dan internasional demi memajukan penyetaraan kesempatan bagi penyandang cacat, (g) Menekankan pentingnya pengarusutamaan persoalan-persoalan penyandang cacat sebagai bagian yang integral dalam strategistrategi pembangunan berkelanjutan yang berkaitan, (h) Juga mengakui bahwa diskriminasi terhadap setiap orang atas dasar kecacatan adalah pelanggaran terhadap martabat yang melekat dan harga diri setiap manusia, (i) Mengakui lebih lanjut keragaman penyandang cacat, (j) Mengakui kebutuhan untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia semua orang penyandang cacat, termasuk mereka yang membutuhkan dukungan yang lebih intensif, (k) Kekhawatiran bahwa, walaupun sudah terdapat berbagai instrumen dan kewajiban, penyandang cacat terus menghadapi hambatan dalam partisipasi mereka sebagai anggota yang setara dalam masyarakat dan mengalami pelanggaran terhadap hak asasi manusia di berbagai wilayah di dunia, (e) Recognizing that disability is an evolving concept and that disability results from the interaction between persons with impairments and attitudinal and environmental barriers that hinders their full and effective participation in society on an equal basis with others, (f) Recognizing the importance of the principles and policy guidelines contained in the World Programme of Action concerning Disabled Persons and in the Standard Rules on the Equalization of Opportunities for Persons with Disabilities in influencing the promotion, formulation and evaluation of the policies, plans, programmes and actions at the national, regional and international levels to further equalize opportunities for persons with disabilities, (g) Emphasizing the importance of mainstreaming disability issues as an integral part of relevant strategies of sustainable development, (h) Recognizing also that discrimination against any person on the basis of disability is a violation of the inherent dignity and worth of the human person, (i) Recognizing further the diversity of persons with disabilities, (j) Recognizing the need to promote and protect the human rights of all persons with disabilities, including those who require more intensive support, (k) Concerned that, despite these various instruments and undertakings, persons with disabilities continue to face barriers in their participation as equal members of society and violations of their human rights in all parts of the world, 2 Mukadimah Preamble 2

11 (l) Mengakui pentingnya kerja sama internasional untuk memperbaiki kondisi kehidupan penyandang cacat di setiap negara, khususnya di negara-negara berkembang, (m) Mengakui adanya kontribusi-kontribusi yang bernilai dan potensial yang dilakukan oleh penyandang cacat bagi kesejahteraan dan keragaman dalam komunitas mereka, dan bahwa pemajuan akan penikmatan penuh hak asasi manusia dan kebebasan mendasar penyandang cacat serta partisipasi penuh penyandang cacat akan membangun rasa memiliki mereka serta peningkatan yang signifikan dalam pembangunan manusia, sosial, dan ekonomi masyarakat serta penghapusan kemiskinan, (n) Mengakui pentingnya otoritas individu dan kemandirian bagi penyandang cacat, termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan mereka sendiri, (o) Mempertimbangkan bahwa penyandang cacat harus memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses-proses pengambilan keputusan tentang kebijakan-kebijakan dan programprogram, termasuk yang langsung berkaitan dengan mereka, (p) Khawatir tentang kondisi-kondisi yang sulit yang dihadapi oleh penyandang cacat yang menjadi subyek bentuk-bentuk diskriminasi berganda atau semakin memburuk atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau lainnya, kebangsaan, etnis, asal-asal usul indigenous atau sosial, kepemilikan, status kelahiran, agama atau status lainnya, (q) Mengakui bahwa penyandang cacat perempuan dan anak-anak perempuan sering beresiko tinggi dalam mengalami kekerasan, penyiksaan, pengabaan, penganiayaan, atau eksploitasi baik di dalam maupun di luar rumah, (l) Recognizing the importance of international cooperation for improving the living conditions of persons with disabilities in every country, particularly in developing countries, (m) Recognizing the valued existing and potential contributions made by persons with disabilities to the overall well-being and diversity of their communities, and that the promotion of the full enjoyment by persons with disabilities of their human rights and fundamental freedoms and of full participation by persons with disabilities will result in their enhanced sense of belonging and in significant advances in the human, social and economic development of society and the eradication of poverty, (n) Recognizing the importance for persons with disabilities of their individual autonomy and independence, including the freedom to make their own choices, (o) Considering that persons with disabilities should have the opportunity to be actively involved in decision-making processes about policies and programmes, including those directly concerning them, (p) Concerned about the difficult conditions faced by persons with disabilities who are subject to multiple or aggravated forms of discrimination on the basis of race, colour, sex, language, religion, political or other opinion, national, ethnic, indigenous or social origin, property, birth, age or other status, (q) Recognizing that women and girls with disabilities are often at greater risk, both within and outside the home of violence, injury or abuse, neglect or negligent treatment, maltreatment or exploitation, 3 Mukadimah Preamble 3

12 (r) Mengakui bahwa penyandang cacat anak-anak harus menikmati semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar secara penuh atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain, dan mengingatkan kembali akan kewajiban Negara-negara Pihak pada Konvensi Hak Anak untuk mewujudkan tujuan tersebut, (s) Menekankan kebutuhan untuk memasukkan perspektif gender dalam segala upaya untuk memajukan penikmatan penuh hak asasi manusia dan kebebasan mendasar penyandang cacat, (t) Menggarisbawahi kenyataan bahwa mayoritas penyandang cacat hidup dalam kemiskinan, dan oleh karenanya mengakui kebutuhan penting untuk menangani dampak negatif kemiskinan terhadap penyandang cacat, (u) Mengingat bahwa kondisi perdamaian dan keamanan atas dasar penghormatan penuh terhadap tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pelaksanaan instrumen-instrumen hak asasi manusia adalah sangat diperlukan bagi perlindungan penuh penyandang cacat, khususnya pada saat saat konflik bersenjata dan pendudukan wilayah oleh pihak asing, (v) Mengakui pentingnya aksesibilitas terhadap lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya, terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan serta terhadap informasi dan komunikasi, untuk memampukan penyandang cacat agar dapat menikmati semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar, (w) Menyadari bahwa individu, yang memiliki kewajiban terhadap individu lain dan terhadap masyarakat di mana ia berada, memiliki tanggung jawab untuk berupaya keras bagi pemajuan dan pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam instrumen-instrumen utama hak asasi manusia, (r) Recognizing that children with disabilities should have full enjoyment of all human rights and fundamental freedoms on an equal basis with other children, and recalling obligations to that end undertaken by States Parties to the Convention on the Rights of the Child, (s) Emphasizing the need to incorporate a gender perspective in all efforts to promote the full enjoyment of human rights and fundamental freedoms by persons with disabilities, (t) Highlighting the fact that the majority of persons with disabilities live in conditions of poverty, and in this regard recognizing the critical need to address the negative impact of poverty on persons with disabilities, (u) Bearing in mind that conditions of peace and security based on full respect for the purposes and principles contained in the Charter of the United Nations and observance of applicable human rights instruments are indispensable for the full protection of persons with disabilities, in particular during armed conflicts and foreign occupation, (v) Recognizing the importance of accessibility to the physical, social, economic and cultural environment, to health and education and to information and communication, in enabling persons with disabilities to fully enjoy all human rights and fundamental freedoms, (w) Realizing that the individual, having duties to other individuals and to the community to which he or she belongs, is under a responsibility to strive for the promotion and observance of the rights recognized in the International Bill of Human Rights, 4 Mukadimah Preamble 4

13 (x) Percaya bahwa keluarga adalah unit kelompok yang paling alamiah dan mendasar dalam masyarakat dan berhak atas perlindungan oleh masyarakat dan Negara, dan bahwa penyandang cacat dan anggota keluarga mereka harus menerima perlindungan dan bantuan yang diperlukan untuk memampukan keluarga agar dapat berkontribusi pada penikmatan hak-hak penyandang cacat secara penuh dan setara, (y) Percaya bahwa suatu konvensi internasional yang komprehensif dan integral untuk memajukan dan melindungi hak-hak dan martabat penyandang cacat akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya penanganan kesenjangan sosial yang dialami oleh penyandang cacat dan memajukan partisipasi mereka dalam kehidupan sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya dengan kesempatan yang sama, baik di negara berkembang maupun negara maju, (x) Convinced that the family is the natural and fundamental group unit of society and is entitled to protection by society and the State, and that persons with disabilities and their family members should receive the necessary protection and assistance to enable families to contribute towards the full and equal enjoyment of the rights of persons with disabilities, (y) Convinced that a comprehensive and integral international convention to promote and protect the rights and dignity of persons with disabilities will make a significant contribution to redressing the profound social disadvantage of persons with disabilities and promote their participation in the civil, political, economic, social and cultural spheres with equal opportunities, in both developing and developed countries, Have agreed as follows: Telah menyepakati sebagai berikut: Pasal 1 Tujuan Tujuan dari Konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi, dan menjamin penikmatan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar secara penuh dan setara oleh semua orang penyandang cacat, dan untuk memajukan penghormatan atas martabat yang melekat pada diri mereka. Penyandang cacat termasuk mereka yang memiliki kerusakan fisik, mental, intelektual, atau sensorik jangka panjang yang dalam interaksinya dengan berbagai hambatan dapat merintangi partisipasi mereka dalam masyarakat secara penuh dan efektif berdasarkan pada asas kesetaraan. Article 1 Purpose The purpose of the present Convention is to promote, protect and ensure the full and equal enjoyment of all human rights and fundamental freedoms by all persons with disabilities, and to promote respect for their inherent dignity. Persons with disabilities include those who have long-term physical, mental, intellectual or sensory impairments which in interaction with various barriers may hinder their full and effective participation in society on an equal basis with others. 5 Pasal 1 Article 1 5

14 Pasal 2 Definisi-definisi Untuk tujuan Konvensi ini: Komunikasi termasuk bahasa, penampilan teks, Braille, komunikasi tacktile, tulisan dalam ukuran besar, multimedia yang dapat diakses, dan juga berbagai cara, sarana, dan format komunikasi tertulis, audio, dalam bahasa sederhana (plain-language), dapat dibaca manusia (human-reader), serta augmentatif dan alternatif, termasuk teknologi informasi dan komunikasi yang dapat diakses; Bahasa termasuk bahasa lisan dan bahasa isyarat serta bentukbentuk bahasa lainnya yang tidak diucapkan; Diskriminasi atas dasar kecacatan berarti pembedaan, eksklusi, atau pembatasan apa pun atas dasar kecacatan yang bertujuan untuk atau berdampak pada perusakan atau penghapusan terhadap pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dalam hal politik, sosial, budaya, sipil, atau bidang lainnya, berdasarkan kesetaraan dengan orangorang lain. Hal ini termasuk segala bentuk diskriminasi, termasuk penyangkalan atas akomodasi yang layak; Akomodasi yang layak berarti modifikasi dan penyesuaian yang diperlukan dan tepat yang tidak memberikan beban yang tidak seimbang atau tidak semestinya ketika diperlukan dalam kasuskasus tertentu, untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar penyandang cacat atas dasar kesetaraan dengan orang-orang lain. Article 2 Definitions For the purposes of the present Convention: Communication includes languages, display of text, Braille, tactile communication, large print, accessible multimedia as well as written, audio, plain-language, human-reader and augmentative and alternative modes, means and formats of communication, including accessible information and communication technology; Language includes spoken and signed languages and other forms of non spoken languages; Discrimination on the basis of disability means any distinction, exclusion or restriction on the basis of disability which has the purpose or effect of impairing or nullifying the recognition, enjoyment or exercise, on an equal basis with others, of all human rights and fundamental freedoms in the political, economic, social, cultural, civil or any other field. It includes all forms of discrimination, including denial of reasonable accommodation; Reasonable accommodation means necessary and appropriate modification and adjustments not imposing a disproportionate or undue burden, where needed in a particular case, to ensure to persons with disabilities the enjoyment or exercise on an equal basis with others of all human rights and fundamental freedoms; 6 Pasal 2 Article 2 6

15 Rancangan universal berarti rancangan produk, lingkungan, program, dan pelayanan yang dapat digunakan oleh semua orang yang sedapat mungkin tidak membutuhkan adaptasi atau rancangan khusus. Rancangan universal tidak termasuk alat-alat pembantu untuk kelompok penyandang cacat tertentu yang memerlukannya. Universal design means the design of products, environments, programmes and services to be usable by all people, to the greatest extent possible, without the need for adaptation or specialized design. Universal design shall not exclude assistive devices for particular groups of persons with disabilities where this is needed. Pasal 3 Prinsip-prinsip umum Prinsip-prinsip dari Konvensi ini adalah: (a) Penghormatan atas martabat yang melekat, otoritas individual termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan, dan kemandirian orang-orang; (b) Nondiskriminasi; (c) Partisipasi dan keterlibatan penuh dan efektif dalam masyarakat; (d) Penghormatan atas perbedaan dan penerimaan penyandang cacat sebagai bagian dari keragaman manusia dan rasa kemanusiaan; (e) Kesetaraan kesempatan; (f) Aksesibilitas; (g) Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan; (h) Penghormatan atas kapasitas yang berkembang dari penyandang cacat anak-anak dan penghormatan atas hak penyandang cacat anak-anak untuk melindungi identitas mereka. Article 3 General principles The principles of the present Convention shall be: (a) Respect for inherent dignity, individual autonomy including the freedom to make one s own choices, and independence of persons; (b) Non-discrimination; (c) Full and effective participation and inclusion in society; (d) Respect for difference and acceptance of persons with disabilities as part of human diversity and humanity; (e) Equality of opportunity; (f) Accessibility; (g) Equality between men and women; (h) Respect for the evolving capacities of children with disabilities and respect for the right of children with disabilities to preserve their identities. 7 Pasal 3 Article 3 7

16 Pasal 4 Kewajiban-kewajiban umum 1. Negara-negara Pihak berkewajiban untuk menjamin dan memajukan pemenuhan semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar bagi semua penyandang cacat tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun atas dasar kecacatan mereka. Untuk itu, Negara- negara Pihak berkewajiban untuk: (a) Mengadopsi semua langkah legislatif, administratif, dan langkah lainnya yang tepat untuk pelaksanaan semua hak yang diakui dalam Konvensi ini; (b) Mengambil semua langkah yang tepat, termasuk peraturan perundang-undangan, untuk memperbaiki atau menghapuskan hukum, kebiasaan, dan praktek-praktek yang diskriminatif terhadap penyandang cacat; (c) Untuk mempertimbangkan perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia penyandang cacat dalam semua kebijakan dan program; (d) Untuk menghindari keterlibatan dalam tindakan atau praktek apapun yang tidak sesuai dengan Konvensi ini dan untuk menjamin bahwa pihak berwenang publik dan institusi-institusi publik bertindak sesuai dengan Konvensi ini; (e) Untuk mengambil semua langkah yang tepat untuk menghapuskan diskriminasi atas dasar kecacatan yang dilakukan oleh orang-orang, organisasi-organisasi, atau perusahaan-perusahaan swasta mana pun; (f) Untuk melakukan atau memajukan penelitian dan pengembangan barang-barang, pelayanan jasa, peralatan, dan fasilitas-fasilitas yang dirancang secara universal, sebagaimana didefinisikan dalam pasal 2 dari Konvensi ini, yang mewajibkan adanya adaptasi yang seminimum mungkin dan biaya serendah mungkin untuk memenuhi kebutuhan khusus seorang penyandang cacat, untuk memajukan ketersediaan dan kegunaannya, serta untuk memajukan rancangan universal dalam pengembangan standar-standar dan panduan-panduan; Article 4 General obligations 1. States Parties undertake to ensure and promote the full realization of all human rights and fundamental freedoms for all persons with disabilities without discrimination of any kind on the basis of disability. To this end, States Parties undertake: (a) To adopt all appropriate legislative, administrative and other measures for the implementation of the rights recognized in the present Convention; (b) To take all appropriate measures, including legislation, to modify or abolish existing laws, regulations, customs and practices that constitute discrimination against persons with disabilities; (c) To take into account the protection and promotion of the human rights of persons with disabilities in all policies and programmes; (d) To refrain from engaging in any act or practice that is inconsistent with the present Convention and to ensure that public authorities and institutions act in conformity with the present Convention; (e) To take all appropriate measures to eliminate discrimination on the basis of disability by any person, organization or private enterprise; (f) To undertake or promote research and development of universally designed goods, services, equipment and facilities, as defined in article 2 of the present Convention, which should require the minimum possible adaptation and the least cost to meet the specific needs of a person with disabilities, to promote their availability and use, and to promote universal design in the development of standards and guidelines; 8 Pasal 4 Article 4 8

17 (g) Untuk melakukan atau memajukan penelitian dan pengembangan, serta untuk memajukan ketersediaan dan penggunaan teknologi-teknologi baru, termasuk teknologi informasi dan komunikasi, alat-alat bantu gerak, peralatan dan teknologi pendukung yang sesuai bagi penyandang cacat, dengan memberikan prioritas bagi teknologi-teknologi dengan biaya yang terjangkau; (h) Untuk menyediakan informasi yang dapat diakses oleh penyandang cacat mengenai alat-alat bantu gerak, peralatan dan teknologi pembantu, termasuk teknologi-teknologi baru, serta bentuk-bentuk perbantuan lainnya, pelayanan dan fasilitas pendukung; (i) Untuk memajukan pelatihan bagi para profesional dan staf yang bekerja dengan penyandang cacat mengenai hak-hak yang diakui dalam Konvensi ini dengan tujuan untuk memberikan bantuan dan pelayanan sebagaimana dijamin oleh hak-hak tersebut. 2. Berkaitan dengan hak ekonomi, sosial, dan budaya, setiap Negara Pihak berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia, sekiranya diperlukan, dalam kerangka kerja sama internasional, dengan tujuan untuk mencapai realisasi penuh hakhak tersebut secara progresif, tanpa prasangka terhadap kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Konvensi ini yang harus segera diterapkan berdasarkan hukum internasional. 3. Dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan perundangundangan dan kebijakan untuk melaksanakan Konvensi ini, dan dalam proses-proses pengambilan keputusan lainnya yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan penyandang cacat, Negara-negara Pihak harus benar-benar berkonsultasi dan secara aktif melibatkan penyandang cacat, termasuk penyandang cacat anak-anak, melalui organisasiorganisasi perwakilan mereka. (g) To undertake or promote research and development of, and to promote the availability and use of new technologies, including information and communications technologies, mobility aids, devices and assistive technologies, suitable for persons with disabilities, giving priority to technologies at an affordable cost; (h) To provide accessible information to persons with disabilities about mobility aids, devices and assistive technologies, including new technologies, as well as other forms of assistance, support services and facilities; (i) To promote the training of professionals and staff working with persons with disabilities in the rights recognized in the present Convention so as to better provide the assistance and services guaranteed by those rights. 2. With regard to economic, social and cultural rights, each State Party undertakes to take measures to the maximum of its available resources and, where needed, within the framework of international cooperation, with a view to achieving progressively the full realization of these rights, without prejudice to those obligations contained in the present Convention that are immediately applicable according to international law. 3. In the development and implementation of legislation and policies to implement the present Convention, and in other decisionmaking processes concerning issues relating to persons with disabilities, States Parties shall closely consult with and actively involve persons with disabilities, including children with disabilities, through their representative organizations. 9 Pasal 4 Article 4 9

18 4. Tidak satu pun dalam Konvensi ini yang akan mempengaruhi ketentuan-ketentuan yang lebih kondusif bagi realisasi hak-hak penyandang cacat yang tercantum dalam hukum Negara Pihak atau hukum internasional yang berlaku bagi Negara tersebut. Tidak boleh ada pembatasan apa pun atau derogasi terhadap hak asasi manusia dan kebebasan mendasar yang diakui oleh Negara Pihak pada Konvensi ini menurut hukum, konvensi-konvensi, peraturan, atau kebiasaan dengan alasan bahwa Konvensi ini tidak mengakui hak-hak atau kebebasan-kebebasan tersebut atau bahwa Negara Pihak mengakui hak-hak dan kebebasankebebasan tersebut hanya pada tingkatan tertentu. 5. Ketentuan-ketentuan dalam Konvensi ini berlaku untuk semua bagian di negara-negara bagian tanpa pembatasan atau pengecualian apa pun. 4. Nothing in the present Convention shall affect any provisions which are more conducive to the realization of the rights of persons with disabilities and which may be contained in the law of a State Party or international law in force for that State. There shall be no restriction upon or derogation from any of the human rights and fundamental freedoms recognized or existing in any State Party to the present Convention pursuant to law, conventions, regulation or custom on the pretext that the present Convention does not recognize such rights or freedoms or that it recognizes them to a lesser extent. 5. The provisions of the present Convention shall extend to all parts of federal States without any limitations or exceptions. Pasal 5 Kesetaraan dan nondiskriminasi 1. Negara-negara Pihak mengakui bahwa semua orang adalah setara didepan hukum dan menurut hukum, dan berhak atas perlindungan dan keuntungan yang sama dari hukum tanpa diskriminasi apapun. 2. Negara-negara Pihak harus melarang semua diskriminasi atas dasar kecacatan dan menjamin perlindungan hukum yang setara dan efektif bagi penyandang cacat dari diskriminasi atas dasar apapun. 3. Dalam rangka memajukan kesetaraan dan menghapuskan diskriminasi, Negara-negara Pihak harus mengambil langkahlangkah yang tepat untuk menjamin tersedianya akomodasi yang layak. Article 5 Equality and non-discrimination 1. States Parties recognize that all persons are equal before and under the law and are entitled without any discrimination to the equal protection and equal benefit of the law. 2. States Parties shall prohibit all discrimination on the basis of disability and guarantee to persons with disabilities equal and effective legal protection against discrimination on all grounds. 3. In order to promote equality and eliminate discrimination, States Parties shall take all appropriate steps to ensure that reasonable accommodation is provided. 10 Pasal 5 Article 5 10

19 4. Langkah-langkah khusus yang dibutuhkan untuk mempercepat atau mencapai kesetaraan secara de facto bagi penyandang cacat tidak boleh dianggap sebagai diskriminasi atas dasar Konvensi ini. 4. Specific measures which are necessary to accelerate or achieve de facto equality of persons with disabilities shall not be considered discrimination under the terms of the present Convention. Pasal 6 Penyandang cacat perempuan 1. Negara-negara Pihak mengakui bahwa penyandang cacat perempuan dan anak-anak perempuan menjadi subyek diskriminasi ganda dan oleh karenanya harus mengambil langkahlangkah untuk menjamin penikmatan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental mereka secara penuh dan setara. 2. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin pembangunan, pengembangan, dan pemberdayaan penuh perempuan, dengan tujuan memberikan jaminan kepada mereka dalam usaha memperoleh dan menikmati hak asasi manusia dan kebebasan mendasar yang akui dalam Konvensi ini. Article 6 Women with disabilities 1. States Parties recognize that women and girls with disabilities are subject to multiple discrimination, and in this regard shall take measures to ensure the full and equal enjoyment by them of all human rights and fundamental freedoms. 2. States Parties shall take all appropriate measures to ensure the full development, advancement and empowerment of women, for the purpose of guaranteeing them the exercise and enjoyment of the human rights and fundamental freedoms set out in the present Convention. Pasal 7 Penyandang cacat anak-anak 1. Negara-negara Pihak harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk menjamin penikmatan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar penyandang cacat anak-anak secara penuh atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain. Article 7 Children with disabilities 1. States Parties shall take all necessary measures to ensure the full enjoyment by children with disabilities of all human rights and fundamental freedoms on an equal basis with other children. 11 Pasal 6 & 7 Article 6 & 7 11

20 2. Dalam segala tindakan berkaitan dengan penyandang cacat anakanak, kepentingan terbaik bagi si anak tersebut harus menjadi bahan pertimbangan utama. 3. Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa penyandang cacat anak-anak mempunyai hak untuk menyatakan pendapat mereka secara bebas mengenai berbagai hal yang mempengaruhi kehidupan mereka atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain, di mana pandangan mereka tersebut dipertimbangkan sesuai dengan usia dan kedewasaan mereka, dan menjamin bahwa penyandang cacat anak-anak disediakan bantuan yang tepat sesuai dengan kecacatan dan usia mereka demi perwujudan hak tersebut. 2. In all actions concerning children with disabilities, the best interests of the child shall be a primary consideration. 3. States Parties shall ensure that children with disabilities have the right to express their views freely on all matters affecting them, their views being given due weight in accordance with their age and maturity, on an equal basis with other children, and to be provided with disability and age-appropriate assistance to realize that right. Pasal 8 Peningkatan kesadaran 1. Negara-negara Pihak harus segera mengadopsi langkah-langkah yang cepat, efektif dan tepat untuk: (a) Meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat, termasuk di tingkat keluarga, berkaitan dengan penyandang cacat, dan memajukan penghormatan terhadap hak-hak dan martabat penyandang cacat; (b) Memerangi stereotipe, prasangka, dan praktik-praktik membahayakan berkaitan dengan penyandang cacat, termasuk yang berdasarkan pada jenis kelamin dan usia, di seluruh bidang kehidupan; (c) Memajukan kesadaran akan kemampuan dan kontribusi penyandang cacat. Article 8 Awareness-raising 1. States Parties undertake to adopt immediate, effective and appropriate measures: (a) To raise awareness throughout society, including at the family level, regarding persons with disabilities, and to foster respect for the rights and dignity of persons with disabilities; (b) To combat stereotypes, prejudices and harmful practices relating to persons with disabilities, including those based on sex and age, in all areas of life; (c) To promote awareness of the capabilities and contributions of persons with disabilities. 12 Pasal 8 Article 8 12

Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak. Konvensi Hak Anak. FHUI, Juni 2011

Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak. Konvensi Hak Anak. FHUI, Juni 2011 Heru Susetyo, SH. LL.M.M.Si. Anak & Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak dalam Konvensi Hak Anak FHUI, Juni 2011 CRC Mandala/Bhutan Chapter Konvensi hak anak/ Conventions on the Rights of The Child (CRC)

Lebih terperinci

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT

A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT A. Instrumen Perlindungan Hukum PLRT Perlindungan hukum merupakan perlindungan yang diberikan oleh negara terhadap warga negaranya dengan menggunakan sarana hukum atau berlandaskan pada hukum dan aturan

Lebih terperinci

CHARTER OF THE NETWORK OF INDONESIAN MAYORS FOR INCLUSIVE CITIES PREAMBLE

CHARTER OF THE NETWORK OF INDONESIAN MAYORS FOR INCLUSIVE CITIES PREAMBLE PIAGAM JARINGAN WALIKOTA INDONESIA MENUJU KOTA INKLUSIF CHARTER OF THE NETWORK OF INDONESIAN MAYORS FOR INCLUSIVE CITIES PEMBUKAAN PREAMBLE Anggota Jaringan Walikota Indonesia Menuju Kota Inklusif: The

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI utami.dewi@uny.ac.id STAKEHOLDER ANALYSIS Stakeholder analysis (SA)is a term that refers to the action of analyzing the attitudes of stakeholders towards

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA CONCERNING SISTER CITY COOPERATION

REPUBLIK INDONESIA CONCERNING SISTER CITY COOPERATION REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE CITY GOVERNMENT OF YOGYAKARTA, REPUBLIC OF INDONESIA AND THE DISTRICT GOVERNMENT OF COMMEWIJNE, REPUBLIC OF SURINAME CONCERNING SISTER CITY COOPERATION

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

Health and Human Rights Divisi Bioetika dan Medikolegal FK USU WHO Definition of Health Health is a state t of complete physical, mental and social well- being and not merely the absence of disease or

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 25 TAHUN 1989 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN MENGENAI PERLINDUNGAN HAK CIPTA ANTARA DAN AMERIKA SERIKAT PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa di Washington, Amerika Serikat, pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesama perempuan yang bersosialisasi ditengah-tengah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sesama perempuan yang bersosialisasi ditengah-tengah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan yang dihadapi dan dijalani oleh kaum perempuan dari waktu ke waktu memiliki perkembangan yang signifikan. Kedinamisan dari perkembangan tersebut

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1992 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF THE SUDAN ON ECONOMIC AND

Lebih terperinci

UU No. 11 Tahun 2005

UU No. 11 Tahun 2005 PENERAPAN KOVENAN ECOSOC DALAM PEMENUHAN HAK PENDIDIKAN & KESEHATAN MELALUI INTERNALISASI KOVENAN ECOSOC DALAM KEBIJAKAN PUBLIK DI DAERAH Teguh Kurniawan, S.Sos, M.Sc Departemen Ilmu Administrasi FISIP

Lebih terperinci

CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES. Preamble. The States Parties to the present Convention,

CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES. Preamble. The States Parties to the present Convention, CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES Preamble The States Parties to the present Convention, (a) Recalling the principles proclaimed in the Charter of the United Nations which recognize

Lebih terperinci

MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H.

MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H. Jamuan Ilmiah tentang Hukum Hak Asasi Manusia bagi Tenaga Pendidik Akademi Kepolisian Semarang Jogjakarta Plaza Hotel, 16 18 Mei 2017 MAKALAH Mengenal Konvensi-konvensi Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H. TRAINING

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN WARGA NEGARA DARI DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS. Triyanto Prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret

PERLINDUNGAN WARGA NEGARA DARI DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS. Triyanto Prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret PERLINDUNGAN WARGA NEGARA DARI DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS Triyanto Prodi PPKn FKIP Universitas Sebelas Maret E-mail: try_uns@yahoo.com ABSTRACT All human beings are born free and equal in dignity and rights.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar baik

Lebih terperinci

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN A. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1. Sejarah Convention on the Elimination of All Discrimination Against

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Gita Wanandi I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis

Lebih terperinci

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) menyebut istilah basic human rights (hak-hak asasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta Ifdhal Kasim

Lebih terperinci

Jl. Rangga Gading No.8 Bandung

Jl. Rangga Gading No.8 Bandung Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Perlindungan Hukum Penyandang Disabilitas Di Indonesia Pasca Ratifikasi Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (CRPD) Oleh Indonesia Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Andhika Danesjvara & Nur Widyastanti Kompetensi 1. Mampu menjelaskan pengertian tentang Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. 2. Mampu

Lebih terperinci

www. psld. uin-suka.ac.id

www. psld. uin-suka.ac.id www. psld. uin-suka.ac.id Facts about Education and PWDs Gap Kebijakan-Kebijakan Perubahan Persepsi-Paradigma Hambatan yang dialami mhs difabel di PT Apa yang dilakukan PSLD 1 Rendahnya partisipasi penyandang

Lebih terperinci

Gender justice legislations: its implementation and challenges. Dr. Indraswari. Commissioner

Gender justice legislations: its implementation and challenges. Dr. Indraswari. Commissioner Gender justice legislations: its implementation and challenges Dr. Indraswari Commissioner National Commission on Violence against Women (Komnas Perempuan) Jakarta, 26 May 2016 Main principles of gender

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2011-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES (KONVENSI MENGENAI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERNYATAAN. Nama : Cinintya Putri Deany. Nomor Pokok Mahasiswa :

PERNYATAAN. Nama : Cinintya Putri Deany. Nomor Pokok Mahasiswa : PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Cinintya Putri Deany Nomor Pokok Mahasiswa : Jenis Penulisan Tugas Akhir Judul Penulisan Tugas Akhir : Skripsi : Implementasi Kesetaraan Penyandang

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh I Komang Oka Dananjaya Progam Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The

Lebih terperinci

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA

HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA HAK EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-9 FH UNSRI LATAR HISTORIS Dirumuskan di bawah pengaruh konteks internasional ketika itu, yakni Perang Dingin; Dirumuskan dalam satu kovenan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE UNITED KINGDOM OFGREAT BRITAIN AND NOTHERN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 56/1994, PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE UNITED KINGDOM OFGREAT BRITAIN AND NOTHERN IRELAND ON COPYRIGHT PROTECTION Oleh: PRESIDEN

Lebih terperinci

Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-5 KEWAJIBAN NEGARA. FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-5 KEWAJIBAN NEGARA. FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM KEWAJIBAN NEGARA Materi Perkuliahan Hukum dan HAM ke-5 FH Unsri KEWAJIBAN NEGARA ICCPR Negative obligation Immediatly ICESCR Positive obligation Progressive realization ICCPR PASAL 2 AYAT (1) Setiap Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Romania (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Romania (selanjutnya disebut sebagai Para Pihak; MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA DEPARTEMEN LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI ROMANIA TENTANG PEMBENTUKAN KONSUL TASI BILATERAL Departemen Luar Negeri Indonesia dan Kementerian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 1989 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE GERMAN DEMOCRATIC REPUBLIC ON ECONOMIC AND TECHNICAL COOPERATION

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN AMENDMENT TO THE BASEL CONVENTION ON THE CONTROL OF TRANSBOUNDARY MOVEMENTS OF HAZARDOUS WASTES AND THEIR DISPOSAL ( AMENDEMEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL ON THE AUTHENTIC SIX-LANGUAGE TEXT OF THE CONVENTION ON INTERNATIONAL CIVIL AVIATION, CHICAGO 1944 (PROTOKOL TENTANG

Lebih terperinci

KONVENSI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS (terjemahan hasil konsinyering)

KONVENSI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS (terjemahan hasil konsinyering) CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES KONVENSI HAK-HAK PENYANDANG DISABILITAS (terjemahan hasil konsinyering) KAJIAN HASIL RAPAT DEP/INSTANSI TERKAIT Preamble Pembukaan The States Parties

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 119, 2005 AGREEMENT. Pengesahan. Perjanjian. Hak Sipil. Politik (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN

Lebih terperinci

PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP FCTC. Ifdhal Kasim

PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP FCTC.  Ifdhal Kasim PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP FCTC http://www.easyvectors.com/browse/other/smoke-cigarette-clip-art Ifdhal Kasim Pendahuluan Di Indonesia, konsumsi rokok cenderung tidak terkendali dan meningkat

Lebih terperinci

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Makalah WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan Yogyakarta, 13-15 November 2007 Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Oleh: Ifdhal Kasim, S.H. (KOMNAS

Lebih terperinci

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM Materi Perkuliahan HUKUM & HAM ke-6 INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI HAM Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa Universal Declaration of Human Rights, 1948; Convention on

Lebih terperinci

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS ATURAN HUKUM MENGENAI PROFESI BIDAN DENGAN GENDER LAKI-LAKI DIKAITKAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Setiap manusia memiliki hak

Lebih terperinci

Assessment AFML dan Rekomendasi untuk AFML ke-9 (Perspektif Masyarakat Sipil)

Assessment AFML dan Rekomendasi untuk AFML ke-9 (Perspektif Masyarakat Sipil) Assessment AFML dan Rekomendasi untuk AFML ke-9 (Perspektif Masyarakat Sipil) D A N I E L A W I G R A P R O G R A M M A N A J E R A S E A N H R W G & P R E S I D I U M A S E A N J A R I N G A N B U R U

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KAUM MINORITAS MUSLIM ATAS PERLAKUAN DISKRIMINATIF DI UNI EROPA Oleh : Miga Sari Ganda Kusuma Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS I Made Budi Arsika, SH., LLM Bagian Hukum

Lebih terperinci

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NORTHERN TERRITORY OF AUSTRALIA TENT ANG

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NORTHERN TERRITORY OF AUSTRALIA TENT ANG MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NORTHERN TERRITORY OF AUSTRALIA TENT ANG KERJASAMA PEMBANGUNAN EKONOMI Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Northern

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Grand Angkasa Medan, 2-5 Mei 2011 MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: BPJS, Hak Konstitusional, Perlindungan Hukum. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: BPJS, Hak Konstitusional, Perlindungan Hukum. Universitas Kristen Maranatha TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN TERHADAP PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PESERTANYA DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Hak Pasien, Pemberian Insentif dan Perlindungan Hukum.

Hak Pasien, Pemberian Insentif dan Perlindungan Hukum. ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PASIEN DALAM PEMBERIAN OBAT BERDASARKAN RESEP OLEH DOKTER DIHUBUNGKAN DENGAN PENGGUNAAN PEMBERIAN INSENTIF OLEH PEDAGANG BESAR FARMASI MELALUI

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012

Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Oleh: Dr. Makarim Wibisono Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Seminar KOMNAS Perempuan Hotel Kartika Chandra, 12 Maret 2012 Ucapan Selamat Saya atas nama saya pribadi dan ASEAN Foundation mengucapkan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap Hak asasi manusia (HAM). Salah satu pilar hak asasi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap Hak asasi manusia (HAM). Salah satu pilar hak asasi manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi perlindungan terhadap Hak asasi manusia (HAM). Salah satu pilar hak asasi manusia yang menjadi perhatian serius Indonesia

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT ATAS HAK MENDAPATKAN PEKERJAAN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT ATAS HAK MENDAPATKAN PEKERJAAN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN vi PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT ATAS HAK MENDAPATKAN PEKERJAAN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN Alvina Kristanti 0987004 ABSTRAK Persamaan di hadapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Handout Perkuliahan PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN Program Studi PGSD Program Kelanjutan Studi Semester Gasal 2011/2012 Kelas G, H, dan I. Oleh: Samsuri E-mail: samsuri@uny.ac.id Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN

Lebih terperinci

KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING)

KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING) t \.. REPUBU K INDONESIA KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING) DAN UNTUK MEMAJUKAN TATA KELOLA PERIKANAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, Copyright (C) 2000 BPHN UU 5/1998, PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN LAIN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENT ANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Parlemen Republik Fiji, yang selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak";

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Parlemen Republik Fiji, yang selanjutnya disebut sebagai Para Pihak; REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN PARLEMEN REPUBLIK FIJI MENGENAI PROGRAM KEMITRAAN ANTARPARLEMEN Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK) DENGAN

Lebih terperinci

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2013 PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ANAK Hak Asasi Manusia atau yang dikenal dengan sebutan

Lebih terperinci

DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO

DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO DUKUNGAN WHO INDONESIA TERHADAP STANDARISASI KURIKULUM PELATIHAN GIZI OLEH: SUGENG EKO IRIANTO Why WHO is here? WHO is a major player in Global Health The environment in country is changing The role of

Lebih terperinci

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA

Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA Bahan Masukan Laporan Alternatif Kovenan Hak Sipil dan Hak Politik (Pasal 10) PRAKTEK-PRAKTEK PENANGANAN ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM KERANGKA SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (JUVENILE JUSTICE SYSTEM)

Lebih terperinci

Pemahaman Hak Asasi Manusia untuk Hakim Seluruh. oleh Pusham UII bekerjasama dengan Komisi Yudisial RI dan Norwegian Centre for Human Rights.

Pemahaman Hak Asasi Manusia untuk Hakim Seluruh. oleh Pusham UII bekerjasama dengan Komisi Yudisial RI dan Norwegian Centre for Human Rights. Hkhk Hak-hak hkek Ekonomi, Sosial dan Budaya Ifdhal Kasim Disampaikan ik pada Pelatihan Hakim Pemerkuatan Pemahaman Hak Asasi Manusia untuk Hakim Seluruh Indonesia pada 5 May 2011, di Medan. Diselenggarakan

Lebih terperinci

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA w - REPUBLIK INDONESIA MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANT ARA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN PARLEMEN REPUBLIK VANUATU MENGENAI PEMBENTUKAN GRUP PERSAHABATAN PARLEMEN Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN Oleh Michael Anthony Wirasasmita Putu Tuni Cakabawa Landra I Gede Pasek Eka Wisanjaya Program Kekhususan Hukum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Handi Hermawan ABSTRAK. Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Perjanjian Baku, Tugas Akhir Mahasiswa

Handi Hermawan ABSTRAK. Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Perjanjian Baku, Tugas Akhir Mahasiswa TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM ATAS TUGAS AKHIR MAHASISWA MELALUI HUBUNGAN KONTRAKTUAL ANTARA DOSEN DAN MAHASISWA DI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Handi Hermawan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1991 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE PEOPLE'S REPUBLIC OF BULGARIA ON ECONOMIC

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Informed Consent dalam keadaan darurat, Perlindungan Hukum bagi Dokter

ABSTRAK. Kata Kunci : Informed Consent dalam keadaan darurat, Perlindungan Hukum bagi Dokter TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN MENGENAI PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM KEADAAN DARURAT YANG MEMBUTUHKAN PEMBEDAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, 01 Oktober 2011 Ketua Tim Peneliti. Nurhadiantomo. iii KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, laporan penelitian Hibah Penelitian Tim Pascasarjana HPTP (Hibah Pasca) Tahun III (2011), dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Penelitian ini

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL ON THE AUTHENTIC QUINQUELINGUAL TEXT OF THE CONVENTION ON INTERNATIONAL CIVIL AVIATION, CHICAGO 1944 (PROTOKOL TENTANG

Lebih terperinci

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING

RINGKASAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING RINGKASAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN KE-1 MODEL PEMBINAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU TENAGA KERJA (STUDI EMPIRIS PADA TENAGA KERJA DI KABUPATEN WONOGIRI) Oleh: Ir. Maulidyah Indira

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBICARA. The Rule of Law dan Hak Asasi Manusia. Oleh: Ifdhal Kasim

MAKALAH PEMBICARA. The Rule of Law dan Hak Asasi Manusia. Oleh: Ifdhal Kasim TRAINING TINGKAT LANJUT RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Jakarta, 3-6 Juni 2015 MAKALAH PEMBICARA The Rule of Law dan Hak Asasi Manusia Oleh: Ifdhal Kasim Ifdhal Kasim HAM menjadi

Lebih terperinci

FILSAFAT HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

FILSAFAT HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga FILSAFAT HAK ASASI MANUSIA R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Tujuan Perkuliahan Mehamami signifikansi HAM Memahami pembenaran

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat

Lebih terperinci

AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK

AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK PASAL 1: AMENDEMEN AMENDEMEN MONTREAL AMENDEMEN ATAS PROTOKOL MONTREAL YANG DIADOPSI OLEH PERTEMUAN KESEMBILAN PARA PIHAK A. Pasal 4, ayat 1 qua Ayat berikut wajib dimasukkan sesudah Pasal 4 ayat 1 ter

Lebih terperinci

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum

Kata Kunci: Ekspresi budaya tradisional, Tarian tradisional, Perlindungan Hukum vi TINJAUAN YURIDIS TARIAN TRADISIONAL DALAM RANGKA EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL YANG DIGUNAKAN WARGA NEGARA ASING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA ABSTRAK Indonesia merupakan

Lebih terperinci

IMPROVING JKN COVERAGE HEALTH WORKERS PERCEPTIONS OF THEIR ROLES IN CRVS SYSTEMS AND ITS AFFECTS ON JKN S COVERAGE

IMPROVING JKN COVERAGE HEALTH WORKERS PERCEPTIONS OF THEIR ROLES IN CRVS SYSTEMS AND ITS AFFECTS ON JKN S COVERAGE IMPROVING JKN COVERAGE HEALTH WORKERS PERCEPTIONS OF THEIR ROLES IN CRVS SYSTEMS AND ITS AFFECTS ON JKN S COVERAGE A COMPLEX INTERCONNECTED SYSTEMS Civil Registration & Vital Statistics Health Services

Lebih terperinci

KAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

KAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH T 352.2 SIT ABSTRAK KAJIAN KEMAMPUAN KABUPATEN DATI II LEBAK DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH Salah satu prinsip

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha TINJAUAN YURIDIS ATAS TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DALAM MELAYANI PASIEN BPJS KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN KETERSEDIAAN DANA YANG DIBERIKAN OLEH PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PASIEN BPJS DITINJAU DARI UNDANG-

Lebih terperinci

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Oleh Rumadi Peneliti Senior the WAHID Institute Disampaikan dalam Kursus HAM untuk Pengacara Angkatan XVII, oleh ELSAM ; Kelas Khusus Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan,

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM IBU PENGGANTI (SURROGATE MOTHER)

ASPEK HUKUM IBU PENGGANTI (SURROGATE MOTHER) ASPEK HUKUM IBU PENGGANTI (SURROGATE MOTHER) DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI WANITA YANG MENYEWAKAN RAHIM ATAS KESEHATANNYA DAN BAYI YANG DIKANDUNG DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA ABSTRAK

Lebih terperinci

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HUKUM TENTANG PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN PELAKSANA PERPARKIRAN MEDAN MALL DI KOTA MEDAN

KARAKTERISTIK HUKUM TENTANG PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN PELAKSANA PERPARKIRAN MEDAN MALL DI KOTA MEDAN KARAKTERISTIK HUKUM TENTANG PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN PELAKSANA PERPARKIRAN MEDAN MALL DI KOTA MEDAN TESIS Oleh : AYU HARIANTY NIM : 017011007/Magister Kenotariatan PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),

Lebih terperinci