POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK)"

Transkripsi

1 POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK) Deasy Anditasari K.H 1 *, Sri Kumalaningsih 2, Arie Febrianto M 2 1) Alumni jurusan TIP 2) staff pengajar jurusan TIP Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang * deasyandita@gmail.com ABSTRAK Penambahan pewarna ke dalam makanan kini menjadi tren dan kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan, terutama jenis pewarna sintetis dan lebih khususnya pewarna sintetik hijau. Akhir-akhir ini penggunaan pewarna sintetik disinyalir dapat bersifat karsinogenik dan toksik. Oleh karena itu, perlu dicari sumbersumber pewarna alami hijau yang aman dan murah. Salah satu sumber bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami hijau adalah daun suji. Daun suji (Pleomele angustifolia) memiliki pigmen klorofil yang menghasilkan warna alami hijau. Daun suji segar mengandung kadar air 73,25 % dan 3.773,9 ppm klorofil. Pembuatan serbuk pewarna daun suji merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan potensi daun suji dan memperluas aplikasi pewarna alami dari daun suji selain itu dapat memiliki daya simpan lebih lama. Penggunaan metode foam-mat drying dengan vacuum dryer akan mempersingkat waktu pengeringan, efisiensi suhu dan mampu melindungi bahan terhadap panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi konsentrasi dekstrin dan putih telur yang tepat untuk mendapatkan serbuk daun suji yang terbaik secara kualitas fisik dan kualitas kimia. Penelitian ini menggunakan bahan baku berupa daun suji (berwarna hijau tua panjang rata-rata 10-25cm dan lebar 0,9-1,5cm). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan 2 faktor. Faktor pertama (A) yaitu konsentrasi bahan pengisi terdiri dari 3 level (10 %, 11 %, 12 %). Faktor kedua (B) yaitu konsentrasi bahan pembusa yang terdiri dari 3 level (8 %, 9 %, 10 %). Parameter yang diamati terdiri dari kadar air, rendemen, kelarutan, kadar klorofil dan absorbansi. Pengolahan data parameter dengan menggunakan analisis ragam (ANNOVA) selang kepercayaan 95 % dilanjutkan uji DMRT dengan taraf nyata untuk α=5 %. Pemilihan perlakuan terbaik dengan menggunakan metode Multiple Atribute yang meliputi kadar air, rendemen, kelarutan, kadar klorofil dan nilai absorbansi. Hasil perlakuan terbaik diperoleh pada perlakuan konsentrasi dekstrin dengan konsentrasi 12 % dan konsentrasi putih telur sebesar 9 % dengan kadar air sebesar 2,37 %, rendemen sebesar 34,73 %, kelarutan sebesar 70,27 %, kadar klorofil sebesar 5,14(mg/g) dan nilai absorbansi sebesar 0,57 %. Kata Kunci: Pigmen klorofil, Kualitas fisik, Kualitas kimia, Foam-matt drying, Vacuum dryer ABSTRACT Adding colorant powder has now become an inevitable trend and custom, mainly synthetic dye and especially the green one. Recently, the use of synthetic dye is suspected to be carcinogenic and toxic. Therefore, it is necessary to find safe, economical and natural green dye. One of natural sources which is able to be the green dye is suji leave (Pleomele angustifolia). It has chlorophyll pigment producing natural green dye. The fresh leave contains % of water content and ppm of chlorophyll. Preparing dye powder of suji leave is a solution to improve its potency and expand its application for natural dye. Besides, it can have longer storability. Applying foam-mat drying method with vacuum dryer will shorten drying time, temperature efficiency and be able to provide heat protection for the materials. This study aimed to understand the exact combination between dextrin concentration and egg albumen in order to acquire the best powder of suji leaves both in physical and chemical qualities. The study used suji leaves as raw materials (dark green in color with the average length of 10-25cm and 0,9-1,5cm width). It applied randomized complete block design with 2 factors. The first factor (A) consisted of three levels of filler (10 %, 11 %, 12 %). The second factor (B) consisted of three levels of foaming agent (8 %, 9 %, 10 %). The observed parameters consist of water content, yield, solubility, the levels of chlorophyll and absorbance. Processing parameter data was done by variance analysis (ANNOVA) with confidence interval of 95 %. Then, it was followed by DMRT testing with significance level of α=5 %. Selecting the best treatment was conducted by the method of Multiple Atribute including of water content, yield, solubility, chlorophyll content, and absorbance value. The best treatment was obtained from dextrin concentration treatment with 12 % concentration, egg albumen s concentration was 9 %, water content was 2.37 %, yield was %, solubility was %, chlorophyll content was 5.14(mg/g) and absorbance value was 0.57 %. Keywords: Pigment chlorophyll, physical quality, chemical quality, foam-matt drying, vacuum dryer I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pewarna alami adalah pewarna yang biasanya digunakan untuk mewarnai makanan dan lebih 1 aman untuk diberikan kepada produk pangan karena tidak mengandung senyawa yang berbahaya dan bisa didapatkan dari tumbuhan maupun hewan. Tumbuhan yang dapat menghasilkan pewarna alami yaitu pandan suji,

2 daun jati, kulit manggis, bunga rosella, kunyit, dll (Downham dan Collins, 2000). Diantara macammacam pewarna alami, daun suji (Pleomele angustifolia) merupakan tanaman yang dapat menghasilkan warna hijau karena memiliki pigmen klorofil. Pembuatan pewarna alami dari daun suji secara tradisional, dilakukan dengan cara penumbukan daun kemudian diekstrak menggunakan air. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu ekstrak pewarna daun suji yang dihasilkan harus langsung digunakan. Potensi daun suji sebagai salah satu sumber warna hijau sangat besar digunakan sebagai bahan pewarna hijau pada produk pangan ataupun minuman. Kemudahan pembudidayaan daun suji dapat dimanfaatkan untuk menaikkan nilai ekonomi dari daun suji. Hasil daun suji yang sudah dipanen, lebih banyak untuk dijual kembali dan dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam skala tradisional dan belum dimanfaatkan secara komersial (Prangdimurti dkk, 2006). Bentuk pewarna cair kurang efisien dalam penyimpanan, transportasi dan umur simpan yang kurang tahan lama, sehingga untuk mengatasi hal tersebut, larutan daun suji diolah dalam bentuk serbuk. Pembuatan serbuk pewarna daun suji merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan keawetan dan memperluas aplikasi pewarna alami dari daun suji. Upaya ini disamping untuk mempertahankan kandungan nutrisi juga untuk memberikan nilai tambah. Kelebihan serbuk pewarna alami diantaranya adalah memiliki umur simpan yang lebih lama, efisien dalam penyimpanan dan memiliki kadar air yang lebih rendah. Pembuatan produk serbuk perlu ditambahkan dengan bahan pengisi dekstrin karena didasari oleh sifat kelarutan tinggi, mampu mengikat air dan viskositas relatif rendah (Hastuti dkk., 2012). Gonnissen, et.al (2008) menyatakan bahwa pengolahan serbuk memerlukan filler sebagai pengisi dengan tujuan untuk mempercepat pengeringan, mencegah kerusakan akibat panas, melapisi komponen flavor, meningkatkan total padatan, dan memperbesar volume. Menurut Warsiki, dkk (1995), dekstrin mempunyai viskositas yang relatif rendah sehingga pemakaian dekstrin dalam jumlah banyak masih diijinkan. Hal ini justru sangat menguntungkan apabila pemakaian dekstrin ditujukan sebagai bahan pengisi karena dapat meningkatkan berat produk yang dihasilkan. Pengeringan busa (foam mat drying) merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair yang sebelumnya dijadikan busa terlebih dahulu dengan menambahkan zat pembusa. Zat pembusa yang digunakan dalam penelitian ini adalah putih telur. Penggunaan putih telur sebagai pembusa dikarenakan harga yang terjangkau, mudah didapatkan dan bersifat alami. Penggunaan putih telur dengan mengetahui jumlah konsentrasi yang tepat, maka akan meningkatkan luas permukaan dan memberi struktur berpori pada bahan sehingga akan meningkatkan kecepatan pengeringan (Wilde dan Clark, 1996). Sejauh ini belum pernah diungkapkan bahwa konsentrasi bahan pengisi dan bahan pembusa dengan metode foam-mat drying berpengaruh terhadap karakteristik serbuk pewarna alami dari daun suji. Karakteristik yang baik akan sangat berpengaruh terhadap kualitas serbuk pewarna alami dari daun suji secara umum sehingga akan berpengaruh pula terhadap keputusan konsumen untuk menggunakan serbuk pewarna tersebut atau tidak. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Suji Suji (Pleomele angustifolia) merupakan tanaman perdu dari keluarga Liliaceae yang banyak tumbuh liar di Pulau Jawa. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2-7 meter dan jika hanya tumbuh sendiri dapat berbentuk pohon kecil yang banyak cabangnya. Daun tanaman suji berwarna hijau gelap, berbentuk lancet garis, kaku, dan meruncing dengan panjang rata-rata 10-25cm dan lebar 0,9-1,5cm. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada daerah kering dan tanahnya tidak perlu subur sekali, tapi diperlukan cukup sinar matahari untuk proses fotosintesisnya. Kandungan kimia dalam daun suji adalah saponin dan flavonoid (Risanto dan Yuniasri, 1994). Penggunaan daun suji telah diaplikasikan di masyarakat untuk memberikan warna hijau pada produk pangan dan diketahui memberikan efek sinergis. Secara tradisional penggunaan warna hijau ini didapat dengan menumbuk daun suji. Hasil tumbukan ditambahi air dan kemudian diperas. Air yang didapat akan berwarna hijau dan dapat langsung diaplikasikan ke dalam produk pangan. 2.2 Pewarna Alami Pewarna alami ditambahkan pada makanan dengan jumlah atau kadar yang ditentukan sehingga kenampakan alaminya tercapai. Pewarna alami adalah golongan pewarna yang mempunyai sifat kelarutan dan stabilitas tertentu. Akibatnya setiap pewarna terdapat dalam beberapa bentuk aplikasi yang berbeda, masing-masing diformulasikan untuk meyakinkan bahwa warna itu cocok dengan sistem produk pangan tertentu. Bentuk aplikasi produk adalah yang memungkinkan bahwa bahan tambahan makanan tertentu mudah dan efisien untuk dicampurkan ke dalam produk pangan (Downham dan Collins, 2000). 2

3 2.3 Dekstrin Dekstrin merupakan salah satu bahan pengisi yang diperoleh dengan cara hidrolisa, transglukosida dan repolimerisasi (Wuzburg, 1968 dalam Widya 2003). Menurut Makfoeld, dkk. (2002), dekstrin merupakan senyawa yang diperoleh dari hidrolisis parsial. Ada dua macam dekstrin, tergantung pada tingkat pemecahanya yaitu eritrodekstrin yang berwarna merah jika direaksikan dengan iodine dan akrodekstrin yang tidak berwarna jika direaksikan dengan iodine. Bahan tersebut berupa padatan dengan berat molekul tinggi yang mudah terdispersi serta dapat mempersulit difusi molekul aroma untuk keluar dan mempermudah bubuk untuk direkonstitusi dengan air (Hartono dan Widiatmoko, 1994). 2.4 Foam Mat Drying Foam mat drying merupakan teknik yang umum digunakan untuk membuat minuman seperti jus, bubuk sari kedelai instan, serta susu segar yang akan dibuat menjadi bentuk instan atau tepung (Aji, 2010). Prinsip dasar kerja dari foam mat drying adalah penggunaan udara panas untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada suatu bahan dengan menggunakan prinsip evaporasi, sehingga didapatkan hasil berupa produk instan (Kudra, 2006). Menurut Nurika (2000) dalam pembuatan minuman instan dengan menggunakan metode foam mat drying perlu ditambahkan bahan pengisi (filler) tujuanya adalah untuk melapisi komponen flavor, meningkatkan volume dan mempercepat pengerigan dan mencegah kerusakan akibat panas. 2.5 Busa Putih Telur (Foaming Agent) Putih telur tersusun atas 86,7 % air, 0,025 % lemak, 0,2-1 % karbohidrat, 0,65 % abu, dan sisanya protein. Buih putih telur merupakan bagian dari telur yang mengandung 5 protein, yaitu ovalbumin 54 %, konalbumin 13 %, ovomukoid 11 %, lisozim 3,5 %, ovumucin 1,5 % dan protein lain 17 %. Pengocokan putih telur akan membentuk buih yang memerangkap udara yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pengembang dalam berbagai produk pangan. Terbentuknya foam pada bahan pangan akan mempercepat penghilangan air dan memungkinkan suhu yang lebih rendah selama pengeringan. Buih adalah dispersi koloid dari dua fase, fase gas seperti udara terdispersi dan diselimuti oleh film tipis dari bahan pembentuk buih dalam fase cair (De man, 1997). III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Agrokimia, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, 3 Universitas Brawijaya, Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH), Universitas Brawijaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai September Alat dan bahan Alat Alat-alat yang digunakan untuk membuat bubuk pewarna alami yaitu timbangan digital, pisau, kompor, gelas ukur, pengaduk, erlenmeyer, kain saring, loyang, vacuum dryer, blender, mixer merk National dan ayakan. Alat yang digunakan untuk analsis adalah oven, timbangan digital, kuvet, spectrometer UV-VIS 1600, tabung reaksi Bahan Bahan utama yang digunakan untuk membuat pewarna serbuk ini adalah daun suji tua yang sudah berumur ± 2 bulan yang diperoleh dari Balai Materia Medica Kota Batu Jawa Timur. Bahan tambahan yang digunakan adalah dekstrin sebagai bahan pengisi, aquades, dan putih telur sebagai bahan pembusa. Bahan yang digunakan untuk analisa yaitu aquades dan aseton 80 %. 3.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pewarna alami adalah daun suji yang sudah tua yang diperoleh dari Balai Materia Medica Kota Batu, Jawa Timur. 2. Pengeringan menggunakan vacuum drying, dan loyang yang digunakan berukuran 30 cm x 10 cm x 4 cm dan ketebalan filtrat ± 1 cm. 3. Analisa yang dilakukan pada serbuk pewarna alami adalah analisa kadar air, kadar klorofil, kelarutan, rendemen dan absorbansi. 3.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian meliputi identifikasi masalah, penyusunan proposal, penelitian pendahuluan, dilanjutkan pembuatan pewarna serbuk alami. Dilakukan analisis kadar air, rendemen, kadar klorofil, kelarutan dan absorbansi, dilanjutkan analisis keragaman (ANOVA) untuk mengetahui adanya interaksi. Pemilihan perlakuan terbaik dan diakhiri dengan kesimpulan. Dalam penelitian ini, metode rancangan yang digunakan adalah rancangan percobaan RAK (Rancangan Acak Kelompok) yang tersusun atas 2 faktor. Faktor I yaitu konsentrasi dekstrin terdiri dari 3 level (10 %, 11 %, 12 %) terhadap filtrat (b/v) dan faktor II yaitu konsentrasi putih telur terdiri

4 dari 3 level (8 %, 9 %, 10 %) terhadap filtrat (b/v) sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan dan masing-masing dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Sehingga diperoleh total 27 percobaan. Faktor tersebut yaitu sebagai berikut : Faktor I : dekstrin terhadap filtrat (b/v) (D) D 1 : 10 % terhadap filtrat (b/v) D 2 : 11 % terhadap filtrat (b/v) D 3 : 12 % terhadap filtrat (b/v) Faktor II : putih telur terhadap filtrat (b/v) (P) P 1 : 8 % terhadap filtrat (b/v) P 2 : 9 % terhadap filtrat (b/v) P 3 : 10 % terhadap filtrat (b/v) Adapun rancangan acak kelompok yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Formulasi Perlakuan Dekstrin (D) Putih Telur (P) 8 (P 1) 9 (P 2) 10 (P 3) 10 (D 1) A 1B 1 A 1B 2 A 1B 3 11 (D 2) A 2B 1 A 2B 2 A 2B 3 12 (D 3) A 3B 1 A 3B 2 A 3B 3 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Hasil analisis ragam kadar air menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur serta interaksinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan kadar air pada serbuk pewarna daun suji, dikarenakan F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel (122,69>3,63, 5,28>3,63 dan 9,02>3,01). Hasil rerata kadar air pewarna daun suji akibat pengaruh perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Kadar Air Serbuk Pewarna Daun Suji Rerata Putih Telur Kadar Dekstrin Air 8 3,89 b ,03 b 10 4,41 a 8 3,70 b ,24 c 10 3,52 c 8 3,05 c ,37 d 10 2,09 d 4 Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar air terendah terdapat pada kombinasi konsentrasi dekstrin 12 % dengan penambahan putih telur sebesar 10 % dengan kadar air sebesar 2,09 %, sedangkan kadar air tertinggi terdapat pada kombinasi konsentrasi dekstrin 10 % dengan penambahan putih telur sebesar 10 % dengan kadar air sebesar 4,41 %. Produk dengan konsentrasi dekstrin dan putih telur yang semakin tinggi, maka kadar air pewarna serbuk daun suji semakin menurun. Hal ini disebabkan karena penambahan dekstrin dapat meningkatkan ukuran volume filtrate dari daun suji. Sesuai dengan pernyataan Dewi (2000) dalam penilitian serbuk effervescent temulawak yaitu bahan pengisi merupakan bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan pangan untuk melapisi komponenkomponen flavor, meningkatkan jumlah total padatan, memperbesar volume, mempercepat proses pengeringan dan mencegah kerusakan bahan akibat panas. Sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ratri dan Kudra (2006) dalam Ramadhia (2012) yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah busa putih telur yang digunakan, semakin memperbesar luas permukaan dan memberikan struktur berpori pada bahan, sehingga akan menyebabkan kecepatan proses pengeringan, karena sistem transportasi dipercepat dalam mengeluarkan air yang terdapat dalam bahan pada proses penguapan. Penambahan putih telur dengan konsentrasi yang meningkat juga berpengaruh pada penurunan kadar air. Hal ini disebabkan busa putih telur memberikan struktur berpori pada bahan sehingga proses penguapan pada bahan dipercepat. 4.2 Rendemen Hasil analisis ragam untuk rendemen (P<0,05), yang menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin memberikan pengaruh nyata, dikarenakan F hitung lebih besar dari F tabel (52,21>3,63> sedangkan konsentrasi putih telur tidak berbeda nyata, disebabkan oleh F hitung kurang dari F tabel (0,10<3,63). Interaksi antar kedua perlakuan berbeda nyata terhadap rendemen pewarna daun suji. Hasil rerata rendemen pewarna daun suji akibat pengaruh perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur dapat dilihat pada Tabel 3.

5 Tabel 3. Rerata Rendemen Serbuk Pewarna Daun Suji Dekstrin Putih Telur Rerata Rendemen 8 28,84 c ,44 c 10 25,90 d 8 30,75 c ,05 c 10 29,03 c 8 34,46 b ,73 b 10 38,16 a Data Tabel 3 menunjukkan hasil uji DMRT (α=0,05) terhadap peningkatan rendemen akibat peningkatan jumlah konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur. Rendemen terendah diperoleh pada kombinasi perbedaan konsentrasi dekstrin 10 % dengan konsentrasi putih telur 10 % yaitu sebesar 25,90 %. Rendemen tertinggi terdapat pada perbedaan konsentrasi dekstrin 12 % dengan konsentrasi putih telur 10 % yaitu sebesar 38,16 %. tepung kulit ari kedelai terfermentasi. Semakin tinggi konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur dalam pembuatan pewarna daun suji, maka akan meningkatkan rendemen. Rendemen pewarna daun suji meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi dekstrin yang ditambahkan pada ekstrak daun suji sebelum pengeringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Warsiki dkk (1995), kenaikan konsentrasi dekstrin 5-15 % akan meningkatkan rendemen, densitas, penurunan kadar air, serta kelarutan pada tepung sari buah nanas. Rendemen bubuk pewarna daun suji cenderung naik dengan naiknya konsentrasi busa putih telur. Hal ini disebabkan penambahan busa putih telur dapat meningkatkan total padatan pada bahan sesuai dengan pernyataan Nakai dan Modler (1996) bahwa putih telur mengandung 86,7 % air sehingga sisanya adalah total padatan. Peningkatan total padatan dapat meningkatkan berat produk akhir yang berakibat pada naiknya rendemen. 4.3 Kelarutan Hasil analisis ragam kelarutan (P<0,05) menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin (12%) dan konsentrasi putih telur (10%) memberikan pengaruh yang nyata dikarenakan F hitung > F table (56,62>3,63 dan 12,40>3,63). Interaksi antar kedua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (F hitung > F table), maka dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil rerata kelarutan pewarna daun suji akibat perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata Kelarutan Serbuk Pewarna Daun Suji Rerata Putih Telur Kelarutan Dekstrin 8 49,76 d ,22 c 10 61,90 c 8 69,07 b ,39 c 10 68,25 b 8 67,67 b ,27 b 10 74,40 a Ket : Notasi yang berbeda menunjukkan perlakuan Data Tabel 4 menunjukkan hasil uji DMRT (α=0,05) terhadap peningkatan kelarutan akibat peningkatan jumlah konsentrasi dekstrin dan putih telur. Kelarutan terendah diperoleh pada kombinasi perbedaan konsentrasi dekstrin 10 % dengan konsentrasi putih telur 8 % yaitu sebesar 49,76 %. Kelarutan tertinggi terdapat pada perbedaan konsentrasi dekstrin 12 % dengan konsentrasi putih telur 10 % yaitu sebesar 74,40 %. Rerata kelarutan serbuk pewarna daun suji semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur yang ditambahkan. Rerata kelarutan tertinggi terdapat pada penambahan konsentrasi dekstrin 12 % dan konsentrasi putih telur sebesar 10 %. Kenaikan konsentrasi dekstrin yang lebih besar pada setiap perlakuan akan meningkatkan kelarutan serbuk pewarna alami. Hal ini karena sifat hidrofilik dekstrin yang tinggi dapat meningkatkan kelarutan. Menurut Kenyon (1992) Jumlah gugus hidroksil yang besar pada dekstrin menyebabkan semakin tinggi sifat hidrofilik pada senyawa tersebut sehingga kelarutannya tinggi. Kenaikan konsentrasi putih telur yang lebih besar pada setiap perlakuan akan meningkatkan kelarutan serbuk pewarna alami. Hal tersebut dikarenakan sifat albumin pada putih telur dapat larut di dalam air. Pernyataan tersebut sesuai dengan Riawan (1990), bahwa albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. 4.4 Kandungan Klorofil Hasil analisis ragam kandungan klorofil memperlihatkan perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar klorofil serbuk 5

6 pewarna daun suji, dikarenakan F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel (149,3778>3,63 dan 12,9818>3,63). Interaksi antar kedua perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata. Rerata kandungan klorofil pewarna serbuk alami akibat perbedaan konsentrasi dekstrin Tabel 5. Tabel 5. Rerata Kandungan Klorofil Serbuk Pewarna Daun Suji Perbedaan Dekstrin Dekstrin Rerata Kadar Klorofil BNT 5 % 11 19,1203 b 0, ,5533 a 12 14,3956 c Data Tabel 5 menunjukkan peningkatan kandungan klorofil akibat penurunan jumlah konsentrasi dekstrin. kandungan klorofil tertinggi diperoleh pada kombinasi perbedaan konsentrasi dekstrin 10 % yaitu sebesar 27,5533 %. Kandungan klorofil terendah terdapat pada konsentrasi dekstrin 12 % yaitu sebesar 14,3956 %. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin menyebabkan terjadinya perbedaan kandungan klorofil yang dimiliki serbuk pewarna daun suji. Rerata kandungan klorofil pewarna serbuk alami akibat perbedaan konsentrasi putih telur Tabel 6. Tabel 6. Rerata Kandungan Klorofil Serbuk Pewarna Daun Suji Perbedaan Putih Telur Putih Telur Rerata Kadar Klorofil BNT 5 % 9 31,3338 b 0, ,0001 a 10 27,2701 c Pada Tabel 6 dapat ditunjukkan bahwa semakin rendah penambahan konsentrasi putih telur maka total klorofil pada serbuk pewarna daun suji semakin meningkat. Kandungan klorofil terendah diperoleh pada perbedaan konsentrasi putih telur 10 % yaitu sebesar 27,2701 %. Kandungan klorofil tertinggi terdapat pada konsentrasi putih telur 8 % yaitu sebesar 33,0001 %. Hasil pengamatan terhadap kaandungan klorofil serbuk pewarna alami dari ekstrak daun suji berkisar antara 10,24-4,08 %. kandungan klorofil serbuk pewarna daun 6 suji yang maksimum memiliki konsentrasi dekstrin sebesar 10 % dengan konsentrasi putih telur sebesar 8 %. dekstrin sebesar 12 % dengan putih telur 10 % menghasilkan klorofil yang rendah. Hal ini diakibatkan oleh semakin tinggi kelarutan akibat semakin tingginya penambahan dekstrin, maka semakin rendah total klorofil yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian Porarud (2010) tentang pembuatan mikroenkapsulasi dari daun pandan, yaitu warna hijau yang disebabkan oleh adanya klorofil akan berkurang seiring dengan kelarutan yang semakin tinggi. Selain itu, semakin tinggi penambahan dekstrin maka akan menurunkan total klorofil yang ada dalam serbuk pewarna alami tersebut, karena warna serbuk pewarna daun suji akan menjadi pucat karena kandungan klorofilnya menurun. Hal ini sesuai dengan penelitian Suratmo (2009) dalam Gusti (2011), bahwa penggunaan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi maka didapatkan kadar zat warna yang semakin kecil pada ekstrak daun sirih merah. 4.5 Absorbansi Hasil analisis ragam absorbansi menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur serta interaksinya memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat absorbansi pada serbuk pewarna daun suji hal tersebut dikarenakan F hitung perlakuan lebih besar dari F tabel, Rerata tingkat absorbansi akibat perbedaan konsentrasi dekstrin dan putih telur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rerata Absorbansi Serbuk Pewarna Daun Suji Rerata Putih Telur Absorbansi Dekstrin 8 1,03 a ,86 a 10 0,31 c 8 0,59 b ,00 a 10 0,37 c 8 0,46 c ,57 b 10 0,20 c Data Tabel 7 menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur memberikan pengaruh nyata terhadap absorbansi pada serbuk pewarna alami. Dalam perlakuan perbedaan konsentrasi dekstrin dan putih telur diperoleh absorbansi tertinggi yaitu pada penambahan konsentrasi dekstrin 10 % dan putih

7 telur 8 %. Nilai absorbansi terendah terdapat pada konsentrasi dekstrin sebesar 12 % dan putih telur 10 %. Rerata tingkat nilai absorbansi pada serbuk pewarna alami berkisar antara 1,03-0,20 %. Nilai absorbansi semakin naik dengan menurunnya konsentrasi dekstrin dan putih telur. Hal ini disebabkan karena klorofil sebagai pemberi warna pada ekstrak daun suji, maka semakin banyak penambahan dekstrin maka nilai absorbansinya semakin menurun. Sesuai dengan pernyataan Nurika (2000) dalam penelitian ekstrak pewarna angkak, bahwa semakin tinggi konsentasi dekstrin yang digunakan sampai konsentrasi 5,5 % mampu melindungi pigmen akan tetapi pada konsentrasi 6 % intensitas warna dari pigmen mengalami penurunan dan berpengaruh terhadap warna produk, sehingga nilai absorbansinya menurun. Peningkatan konsentrasi putih telur dapat mempengaruhi tingkat absorbansi pada serbuk pewarna alami karena putih telur berwarna putih tidak tembus pandang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wilde and Clark (1996), bahwa ketika putih telur dikocok, gelembung-gelembung udara akan bergabung dan berangsur-angsur menjadi lebih kecil dan berubah warna dari kuning kehijauan tembus pandang menjadi tidak tembus pandang. Analisis yang dilakukan pada pengukuran absorbansi pada λ nm dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Nilai absorbansi juga dapat menunjukkan kualitas pewarna. Pengukuran absorbansi dengan spektrofotometer juga menunjukkan nilai panjang gelombang, yang dapat mengidentifikasikan warna dari ekstrak yang dihasilkan. Spektrum yang diabsorpsi oleh suatu senyawa adalah sejumlah sinar yang diserap oleh suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu. Ekstrak daun suji yang dihasilkan, dilihat secara kasat mata berwarna hijau. Pada pengukuran dengan spektrofotometer memiliki beberapa puncak panjang gelombang. Pada puncak dengan absorbansi tertinggi diketahui panjang gelombang sebesar 674 nm. Senyawa berwarna akan memiliki satu atau lebih penyerapan spektrum yang tertinggi di daerah spektrum tampak (panjang gelombang). 4.6 Analisis Perlakuan Terbaik Perlakuan terbaik untuk serbuk pewarna daun suji dilakukan dengan metode Multiple Attribute, yang dilakukan pada masing-masing parameter yang akan diuji meliputi kadar air, rendemen, kelarutan, kandungan klorofil dan absorbansi. Selanjutnya ditentukan nilai ideal dari masingmasing parameter tersebut. Jarak kerapatan paling minimum yang dipilih menjadi alternatif terbaik. Perlakuan terbaik pembuatan serbuk pewarna alami daun suji pada penelitian ini yaitu A3B2 ( Dekstrin 12 % dan putih telur 9 %). Karakteristik 7 pewarna serbuk hijau alami pada perlakuan terbaik seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Perlakuan Terbaik Serbuk Pewarna Daun Suji Perbandingan Parameter Nilai pada Penelitian Penelitian Kadar Air Serbuk ekstrak 2,37 5,64 % daun katuk Ekstrak daun Rendemen 34,73 5,36 % suji+dekstrin+seng klorida Kelarutan Ekstrak buah 70,27 97,99 % pinang Kandungan Klorofil 5,14(mg/g) 3,84 % (mg/g) Ekstrak daun suji+dekstrin+seng klorida Absorbansi 0, Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik dengan parameter kadar air, rendemen, kelarutan, kandungan klorofil dan absorbansi. Jarak kerapatan minimum untuk L1 adalah 0,208, L2 adalah 0,350 dan L adalah 0,093. Nilai tersebut berada pada perlakuan A3B2 (perbedaan konsentrasi dekstrin 12 % dan putih telur 9 %). Hasil perhitungan derajat kerapatan dan jarak kerapatan terdapat pada Lampiran 8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan dengan perbedaan konsentrasi dekstrin 12 % dan putih telur 9 % untuk serbuk pewarna daun suji memberikan hasil terbaik dengan rerata nilai kadar air pewarna daun suji 2,37 % yang nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai kadar air bubuk ekstrak daun katuk dengan penambahan maltodekstrin yaitu 5,64 %. Nilai rendemen pada pewarna daun suji sebesar 34,73 % lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rendemen pewarna daun suji dengan penambahan dekstrin dan seng klorida yaitu 5,36 %. Tingkat kelarutan pewarna daun suji yaitu sebesar 70,27 % lebih rendah dibandingkan dengan kelarutan dari ekstrak pewarna buah pinang yaitu sebesar 97,999 %. Total klorofil pada pewarna daun suji sebesar 5,14(mg/g) lebih tinggi dibandingkan nilai total klorofil pada penelitian pewarna daun suji dengan penambahan dekstrin dan seng klorida yaitu 3,84(mg/g). Gambar pelet terbaik dapat dilihat pada Gambar 1.

8 International Journal of Food Science and Technology. 35 (2):5-22. Hartono, A.J dan M.C. Widiatmoko Emulsi Pangan Instan Berlesitin. Andy Offset. Yogyakarta. Gambar 1. Serbuk Pewarna Daun Suji Terbaik V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian pewarna daun suji dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur mempengaruhi kadar air, rendemen, kelarutan, total klorofil dan nilai absorbansi. dekstrin dan konsentrasi putih telur terbaik ditinjau dari kadar air, rendemen, kelarutan, total klorofil dan nilai absorbansi yaitu dengan konsentrasi dekstrin sebesar 12 % konsentrasi putih telur 9 % dengan kadar air 2,37 %, rendemen 34,73 %, kelarutan 70,27 %, total klorofil 5,14mg/g dan absorbansi 0,57 % Saran Dalam penelitian pembuatan serbuk pewarna daun suji dengan perbedaan konsentrasi dekstrin dan konsentrasi putih telur memiliki kelemahan kelarutan yang rendah, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan bahan dan konsentrasi dekstrin dan putih telur agar diperoleh nilai kelarutan yang tinggi Daftar Pustaka Aji, B.S, Optimasi Dekstrin dan Suhu Pengeringan dalam Pembuatan Bubuk Sari Kedelai dari Kedelai Lokal Varietas Grobokan dengan Foam-mat Drying Method. Skripsi. Teknologi Industri Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang De man, J.M Kimia Pangan. Terjemahan Kosasih Padmawinata Edisi Kedua. ITB. Bandung. Dewi, A.K Pengaruh Jenis dan Bahan Pengisi Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthoriza roxb). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Downham, A. dan P. Collins Colouring Our Foods in the Last and Next Millennium. Kenyon, M Modified Starch, Maltodextrin and Corn Syrup Solid Well Material For Food For Encapsulation dalam Reinccus, G.A.(ed). Ecapsulation and Controlled Released of Food Ingredient. Edward Brother Inc. New York. Kudra, T. and Ratti, C Foam-Mat Drying: Energy And Cost Analyses. Canadian Biosystems Engineering. 48: Makfoed, D., W.M. Djagal, H. Pudji, A. Sri, R. Sri, S. Sudarminto, Suhardi., M. Soeharsono, H. Suwedo dan Tranggono Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius. Yogyakarta. Nakai, S and H.W. Modler Food Proteins Properties and Characterization. Willey VC. USA. Nurika, I Pengaruh Dekstrin dan Suhu Inlet Spray Dryer Terhadap Stabilitas Warna Bubuk Pewarna Ekstrak Angkak. Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. Prangdimurti, E., Muchtadi, D., Astawan, M., Zakaria, dan Fransiska R. (IPB (Bogor Agricultural University), 2006). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Suji (Pleomele Angustifolia). N. E. Brown. Ramadhia, M Pengolahan Tepung Lidah Buaya (Aloe vera L) Dengan Metode Foam-Mat-Drying. Tesis. Universitas Brawijaya. Malang. Riawan,S Kimia Organik. Binarupa Aksara, Jakarta. Risanto dan Yuniasri, K.D Penelitian Pembuatan Serbuk Pewarna Hijau Alami Daun Pandan. Berita Litbang Industri, Balai Penelitian dan Pengembangan Industri. Surabaya. Vol 4 (13) Hal: Suratmo Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Antioksidan. MIPA. Universitas Brawijaya. Malang. Warsiki, E., E. Hambali, Suharmani, dan M.Z. Nasution Pengaruh Jenis dan Bahan Pengisi Terhadap 8

9 Rancangan Produksi Tepung Instan Sari Buah Nanas. Jurnal. Tip.5 (3) Hal: Wilde, P.J. and D.C. Clark Foam Formation and Stability Methods of Testing Protein Functionality. G. M. Hall, Blackie Academic & Professional: Wuzburg, Theory of Measurement. Dalam Widya, Proses Produksi dan Karakteristik Tepung Biji Mangga Jenis Arumanis. Skripsi. IPB. Bogor.Suirta, I.W., N. Rustini, dan T. Prakasa Sintesis Polieugenol dari Eugenol dengan Katalis Asam Nitrat Pekat dan Media Natrium Klorida. Jurnal Kimia Vol 6 (1) Hal:

POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK)

POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK) POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK) Deasy Anditasari K.H 1 *, Sri Kumalaningsih 2, Arie Febrianto

Lebih terperinci

POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK)

POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI (KAJIAN KONSENTRASI DEKSTRIN DAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK) Seminar Nasional BKS PTN Barat Anditasari et al.: Potensi Daun Suji sebagai Serbuk Pewarna 1195 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 POTENSI DAUN SUJI (Pleomele angustifolia) SEBAGAI SERBUK PEWARNA ALAMI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah,(3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN SUJI (Pleomale angustifolia N.E Brown) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA MAKANAN

PEMANFAATAN DAUN SUJI (Pleomale angustifolia N.E Brown) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA MAKANAN PEMANFAATAN DAUN SUJI (Pleomale angustifolia N.E Brown) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA MAKANAN PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut 4. PEMBAHASAN Pembuatan minuman serbuk daun katuk dan jambu biji merah merupakan sebuah penelitian pengembangan produk yang bertujuan untuk memanfaatkan nilai fungsional pada bahan alami dengan lebih mudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli

I. PENDAHULUAN. Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tananam manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan salah satu buah asli negara tropika yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan di berbagai daerah dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. produk pangan. Pewarna merupakan ingridient penting dalam beberapa jenis

I PENDAHULUAN. produk pangan. Pewarna merupakan ingridient penting dalam beberapa jenis I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesa

Lebih terperinci

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak Vol. No., Juni, 6-66 Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak Aninatul Fuadah*, Sumardi Hadi Sumarlan, Yusuf Hendrawan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK PEWARNA BUAH SENDUDUK

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK PEWARNA BUAH SENDUDUK PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK PEWARNA BUAH SENDUDUK Nurzarrah Tazar 1, Fidela Violalita 1, Mimi Harmi 1, Khandra Fahmy 2 1 Program Studi Teknologi Pangan,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BUSA

PENGARUH KONSENTRASI BUSA PENGARUH KONSENTRASI BUSA PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT BUBUR PISANG RAJA BERBUSA DAN SERBUK PISANG RAJA (Musa sapientum) YANG DIKERINGKAN DENGAN PENGERINGAN BUSA SKRIPSI OLEH : MARCELLA HILDA NATHANIA NRP

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI OLEH: ERLINDA ANDRIANI L. 6103006067 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak J. Tek. Pert. Vol 4 (1) : 13 - Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh dan Jenis Bahan Pengekstrak. Widya Dwi Rukmi Putri*, Elok Zubaidah*, N. Sholahudin** staf pengajar Jur.Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying. Oleh : Tamrin 1.

Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying. Oleh : Tamrin 1. Kajian Penambahan Dekstrin Terhadap Kadar Vitamin C Dalam Pengolahan Bubuk Sari Jeruk Instan dengan Metode foam-mat drying Oleh : Tamrin 1 1 Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi dan Industri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung, Laboratorium Jasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus) Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus) The Influence Of Drying Temperature and Natrium Metabisulfit

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian

I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Indentifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Maksud penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kerangka Berpikir, (7) Hipotesa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan minuman serbuk instan campuran sari buah jambu biji merah dan wortel dengan menggunakan alat pengering semprot/ spary dryer. Komponen-komponen nutrisi

Lebih terperinci

seperti Niasin (vitamin B3), vitamin A, C, E, anthraquinon, serat, magnesium,

seperti Niasin (vitamin B3), vitamin A, C, E, anthraquinon, serat, magnesium, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidah buaya atau Aloe barbadensis Miller sudah dikenal sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini diduga berasal dari Afrika. Pada zaman dahulu biasanya digunakan sebagai penyubur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Pembuatan Serbuk Zat Warna Alami untuk Bahan Makanan dari Kombinasi Ekstrak Daun Suji (Dracaena angustifolia) dan Buah Bit (Beta vulgaris L.) Pembuatan Serbuk Zat Warna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat telah mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi makanan dan minuman. Sebagian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI Oleh: Ivan Wibisono 6103006041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI KALSIUM KARBONAT TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI PROPOSAL SKRIPSI OLEH: ANDREAS DAVID CHRISTIANTO S. 6103006003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

FORMAT MENAMPILKAN DATA TABEL, GAMBAR & TEHNIK MEMBAHAS

FORMAT MENAMPILKAN DATA TABEL, GAMBAR & TEHNIK MEMBAHAS 1 FORMAT MENAMPILKAN DATA TABEL, GAMBAR & TEHNIK MEMBAHAS JUDUL TOPIK RISET : STUDI PEMBUATAN MAKANAN PADAT (FOOD BARS) BERENERGI TINGGI MENGGUNAKAN TEPUNG KOMPOSIT (TEPUNG GAPLEK, TEPUNG KEDELAI, TEPUNG

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Pemikiran (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Pemikiran (6) Hipotesis, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran (6) Hipotesis, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan APLIKASI SPRAY DRYING DAN PENAMBAHAN MALTODEXTRIN DALAM PEMBUATAN SERBUK PEWARNA HIJAU DAUN SUJI (Pleomele angustifolia N.E. Brown) APLICATION OF SPRAY DRYING AND THE ADDITION OF MALTODEXTRIN TO MAKING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

OLEH: SEPTIAN HERMAWAN

OLEH: SEPTIAN HERMAWAN PENGARUH VARIASI KONSENTRASI TEPUNG KEDELAI SEBAGAI SUMBER NITROGEN ORGANIK PADA MEDIA BIJI DURIAN VARIETAS PETRUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PIGMEN Monascus sp. KJR2 PROPOSAL SKRIPSI OLEH: SEPTIAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia dan daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui sebagai tanaman pekarangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

OLEH: KRISTIAN WIJAYA

OLEH: KRISTIAN WIJAYA PENGARUH PROPORSI BUBUR PEPAYA DAN SIRSAK TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN SERBUK PEPAYA-SIRSAK SKRIPSI OLEH: KRISTIAN WIJAYA 6103008072 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING

PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT MURBEI (Morus Alba L.) DENGAN KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN SUHU PENGERING Oleh: * Deny Utomo *) Tenaga Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Menurut definisi dari Wikipedia, gulai adalah sejenis makanan berbahan

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Menurut definisi dari Wikipedia, gulai adalah sejenis makanan berbahan I. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan tentang : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7)

Lebih terperinci

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Jurnal Bahan Alam Terbarukan Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623 PEMANFAATAN KULIT BUAH NAGA (Dragon Fruit) SEBAGAI PEWARNA ALAMI MAKANAN PENGGANTI PEWARNA SINTETIS Prima Astuti Handayani dan Asri Rahmawati Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus)

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus) EKSTRAKSI KLOROFIL DAN UJI STABILITAS WARNA RENDEMEN DARI DAUN KATUK (Sauropus androgynus) Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri

Lebih terperinci

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution

Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution Isolation and Characterization of Rice Bran Protein Using NaOH Solution Akyunul Jannah Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Email: akyunul_jannah2008@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI dari DAUN JATI (Tectona grandis) UNTUK MAKANAN RINGAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI dari DAUN JATI (Tectona grandis) UNTUK MAKANAN RINGAN LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI dari DAUN JATI (Tectona grandis) UNTUK MAKANAN RINGAN Disusun Oleh: ADELINE MARIA C.E.A I 8310002 ALVIANITA AYU C.S I 8310006 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

Penulis Korespondensi:

Penulis Korespondensi: STUDI PROSES PENGOLAHAN BUBUK MANGGA PODANG (Kajian Jenis dan Konsentrasi Filler) Study Processing of Podang Mango Powder (Study of The Type and Filler Concentration) Susinggih Wijana 1, Arie Febrianto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN BUBUK PEWARNA ALAMI DARI DAUN SUJI (PLEOMELE ANGUSTIFOLIA N.E.BR.). KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN MGCO 3

STUDI PEMBUATAN BUBUK PEWARNA ALAMI DARI DAUN SUJI (PLEOMELE ANGUSTIFOLIA N.E.BR.). KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN MGCO 3 STUDI PEMBUATAN BUBUK PEWARNA ALAMI DARI DAUN SUJI (PLEOMELE ANGUSTIFOLIA N.E.BR.). KAJIAN KONSENTRASI MALTODEKSTRIN DAN MGCO 3 STUDY OF MAKE NATURAL COLOURANT POWDER FROM SUJI LEAVES (PLEOMELE ANGUSTIFOLIA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Pengeringan dan Penambahan Susu Sapi Murni Cair Terhadap Kualitas Tepung Lidah Buaya

Pengaruh Suhu Pengeringan dan Penambahan Susu Sapi Murni Cair Terhadap Kualitas Tepung Lidah Buaya Pengaruh Suhu Pengeringan dan Penambahan Susu Sapi Murni Cair Terhadap Kualitas Tepung Lidah Buaya The Effect of Drying Temperature and the Addition of Pure Liquid Cow s Milk to the Quality of Aloe Vera

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI STABILIZED CALCIUM CARBONATE 140 TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SUSU BERAS MERAH-KEDELAI SKRIPSI OLEH: ANDREAS DAVID CHRISTIANTO S. 6103006003 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI

SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI SIFAT FISIK DAN FUNGSIONAL TEPUNG PUTIH TELUR AYAM RAS DENGAN WAKTU DESUGARISASI BERBEDA SKRIPSI RATNA PUSPITASARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut laporan WHO, tercatat hampir 17 juta orang meninggal

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP FOOD SCIENCE AND TECHNOLOGY AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY 2011 THE OUTLINE PENDAHULUAN PENGGARAMAN REFERENCES 2 METODE

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

STUDI PROSES PENGOLAHAN PUREE MANGGA PODANG (Mangifera indica L.) SEBAGAI BAHAN BAKU OLAHAN LANJUT (KAJIAN JENIS DAN KONSENTRASI FILLER)

STUDI PROSES PENGOLAHAN PUREE MANGGA PODANG (Mangifera indica L.) SEBAGAI BAHAN BAKU OLAHAN LANJUT (KAJIAN JENIS DAN KONSENTRASI FILLER) STUDI PROSES PENGOLAHAN PUREE MANGGA PODANG (Mangifera indica L.) SEBAGAI BAHAN BAKU OLAHAN LANJUT (KAJIAN JENIS DAN KONSENTRASI FILLER) The Study of Processing Puree Mangga Podang (Mangifera indica L.)

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_ PENGARUH PROPORSI EKSTRAK ROSELA DAN STRAWBERRY TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP ROSELA-STRAWBERRY SKRIPSI OLEH: ELVANA_ 6103007037 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN JAGUNG KUNING HIBRIDA DAN LAMA PENYIMPANAN DINGIN SUSU KEDELAI JAGUNG TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIKNYA SKRIPSI

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN JAGUNG KUNING HIBRIDA DAN LAMA PENYIMPANAN DINGIN SUSU KEDELAI JAGUNG TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIKNYA SKRIPSI PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN JAGUNG KUNING HIBRIDA DAN LAMA PENYIMPANAN DINGIN SUSU KEDELAI JAGUNG TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIKNYA SKRIPSI OLEH: OKKY PURNAMA LOEKITO 6103009115 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER (Test of Different Mesh Size on the Quality of Coffee Bean In Multifucer Grinder) Johanes Panggabean 1, Ainun Rohanah 1, Adian Rindang

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI AWAL BAHAN Karakterisistik bahan baku daun gambir kering yang dilakukan meliputi pengujian terhadap proksimat bahan dan kadar katekin dalam daun gambir kering.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya) MARIATI Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA (Effect of Addition of Palm Sugar and Heating Temperature on Organoleptic and Quality of Coconut Water

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI OLEH: SITI KANIAWATI NRP 6103012118 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyebab meningkatnya penderita penyakit degeneratif di masyarakat adalah kerusakan sel tubuh sebagai akibat aktivitas unsur radikal bebas yang terdapat dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG 39 IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Mei sampai September 2011, sedangkan percobaan utama dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Redistilat asap cair merupakan suatu campuran larutan dan dispersi koloid dari uap asap dalam air yang diperoleh dari pirolisis kayu (Maga,1987). Redistilat asap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE AND MALTODEXTRIN

CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE AND MALTODEXTRIN KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI OLEH: MEGAWATI GUNAWAN 6103010022 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 295-300, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 22 August 2014, Accepted 22 August 2014, Published online 25 August 2014 PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGOLAHAN TEH KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) OPTIMIZATION OF DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) SKIN TEA PROCESSING

OPTIMASI PENGOLAHAN TEH KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) OPTIMIZATION OF DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) SKIN TEA PROCESSING OPTIMASI PENGOLAHAN TEH KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) OPTIMIZATION OF DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) SKIN TEA PROCESSING Mukhti Ali Program Studi Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asap cair tempurung kelapa merupakan hasil pirolisis tempurung kelapa yang komponen penyusunnya berupa selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dimurnikan dengan proses

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

BAHAN DAN METODA PENELITIAN BAHAN DAN METODA PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 hingga Januari 2017 di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl) LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM (Shorgum bicolor) DENGAN PROSES HIDROLISIS KATALIS ASAM KLORIDA (HCl) Disusun oleh: AYU KARTIKA SARI I 8310013 DWI WIDY ASTUTI I 8310027 PROGRAM

Lebih terperinci