Pokok Bahasan V KEMAMPUAN LAHAN. Deskripsi Singkat
|
|
- Herman Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Pokok Bahasan V KEMAMPUAN LAHAN Deskripsi Singkat Dalam Perencanaan P-DAS di Indonesia untuk mengarahkan penggunaan lahan yang baik dan benar selain dibuat peta Kiasifikasi Kesesuaian Lahan Anjuran, juga dilengkapi dengan peta Kiasifikasi Kemampuan Lahan. Dalam bab ini akan dibahas dan didiskusikan : (1) hubungan Klasifikasi Kemampuan Lahan dengan P-DAS dan Pola RLKT, (2) Peta Klasifikasi Kemampuan Lahan, (3) Klasifikasi Kemampuan Lahan menurut USDA, (4) Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan dan (5) Klasifikasi Kernampuan Lahan di Indonesia. Relevansi Bab ini Dengan Kegunaan Mahasiswa Bab ini merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan P-DAS di Indonesia. Karena mahasiswa diharapkan nantinya mampu melakukan kegiatan perencanaan P-DAS, maka dengan mempelajari contoh-contoh yang diberikan dalarn bab ini akan mendorong mahasiswa mengembangkan aspek ini dengan dukungan ilmu lain (Ilmu Tataguna Lahan) yang juga diajarkan di Fakultas Kehutanan, UGM. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat memahami fungsi dan metode klasifikasi Kemampuan Lahan dalam P-DAS umumnya dan P-DAS di Indonesia usnya. Diharapkan nantinya rnahasiswa mampu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Klasifikasi Kemampuan Lahan. Klas VII : Tidak sesuai untuk agroforestry: crop dan tree, tetapi dapat sesuai untuk agroforesiry : rumput dan tree; pastoral, kehutanan. Klas VIII : Pembatas fisik : berat sehingga tidak sesuai untuk penanaman, pastoral atau produksi kehutanan. Hanya sesuai untuk perlindungan DAS. Kunci penempatan tanah kedalarn LUC adalah sbb.: Klas I : Lahan tidak memiliki pembatas yang bersifat fisik; sangat sesuai untuk setiap bentuk penanaman, pastoral, kehutanan. Klas ini : excellent multiple use land kedalaman tanah> 90 cm drainase baik tidak dipengaruhi kekeringan Universitas Gadjah Mada 1
2 suplai nutrisi baik dan responsive terhadap pemupukan kemiringan <4% tidak ada pengaruh banjir dan erosi Klas ini biasanya merupakan sawah beririgasi dengan panen 2 kali / tahun atau 5 kali / 2 tahun. Klas II: Lahan dengan pembatas fisik: ringan bila diusahakan tanpa teras. Praktek konservasi tanah, pengelolaannya yang diperlukan untuk mengatasi faktor pembatas mudah dilakukan. Klas ini : sawah beririgasi : 2 kali panen padi beririgasi / tahun, juga sesuai untuk pastoral, agroforestry, kehutanan. Pembatas-pembatas fisik berasal dari satu/ kombinasi faktor-faktor sebagai berikut: Kerentanan terhadap sheet, riil, gully erosion : ringan bila penanaman dilakukan tanpa teras pada kemiringan 4-8%. Erosi dapat diabaikan pada keminingan sampai 15% bila dibuat teras datar atau teras bangku yang mengarah ke dalam. Kerentanan terhadap erosi angin, erosi tebing sungai: ringan Kebasahan (wetness): ringan; drainase tanah sedang. Profil tanah sebagian kecil basah. Pada horizon B sering ada gley - mottles. Kadang-kadang ada overflow yang merusak selama 12 jam s/d 2 hari dengan frekuensi tidak lebih dan sekali / 2 tahun; tidak mempengaruhi survival tanaman, tetapi mempengaruhi hasil panen tanaman yang sensitive terhadap banjir. Sifat-sifat fisik tanah yang kurang menguntungkan : struktur dan tekstur pada tanah geluh berpasir dan geluh berlempung. Kedalaman tanah: cm Sifat iklim yang sedikit kurang menguntungkan: * 5 bulan kering berturut-turut dengan curah hujan < 100 mm/bulan * 7-9 bulan basah dengan curah hujan > 200 mm/bulan Pembatas fisik untuk pembangunan teras bangku dan pemeliharaannya pada kemiringan s/d 15% dapat diabaikan. Klas III: Lahan dengan pembatas fisik: sedang (moderate) bila diusahakan tanpa teras, sehingga dapat membatasi pilihan crop yang dapat diusahakan; perlu praktek konservasi tanah yang khusus; atau membatasi land use (penggunaan lahannya). Sawah beririgasi atau sawah tadah hujan 4 ketersediaan air dapat / Universitas Gadjah Mada 2
3 memungkinkan panen 2 kali /tahun, juga sesuai untuk pastoral, agroforestry, kehutanan. Pembatas fisik dapat berasal dan satu! kombinasi hal-hal sebagai berikut: Kerentanan terhadap sheet, riil, gully erosion 4 sedang bila penanaman dilakukan tanpa teras pada kemiringan 8-15%. Kerentanan terhadap erosi dapat diabaikan bila dibuat teras datar atau teras bangku ke arah dalarn pada kerniringan s/d 25%. Kerentanan terhadap erosi angin, erosi tebing sungai dan endapan erosi: sedang Kebasahan yang ada setelah drainase dan bersifat permanen termasuk: sedang. Profil tanah basah dalam jangka waktu tertentu, juga ada periode kering. Gley-mottle sering didapatkan pada horizon A bagian bawah atau di bawah horizon A. Overflow dan anak sungai/ sumber air selama 1-2 han, rata-rata 1 kali! tahun. Selama 2-3 han, rata-rata 1 kali! 2 tahun yang dapat mernatikan tanaman/ crop dan menurunkan panen tanaman lainnya. Sifat fisik tanah seperti struktur, tekstur yang tidak menguntungkan sifatnya sedang. Pembatas ini dijumpai pada tanah-tanah lempung. Kedalaman tanah: edang-dangka1 (30-60 cm). Kesuburan tanah rendah atau zat-zat toxic sukar diatasi/ mahal Iklim yang tidak menguntungkan 4 sedang * 6 bulan berturut-turut kering: < 100 mm! bulan. * 5-6 bulan berturut-turut basah : > 200 mm! bulan Pembatas fisik untuk pembangunan dan pemeliharaan teras bangku : ringan s/d kemiringan 25%. Pada tanah lempung montmorillonite: sedang s/d 15%. Klas IV: Lahan dengan pembatas fisik : berat bila diusahakan tanpa teras, sehingga membatasi pilihan crop yang dapat diusahakan atau perlu praktek konservasi tanah yang intensif. Klas ini bersifat marginal untuk crop non teras dan pada tanah-tanah yang strukturnya stabil dapat ditanami sekali per 4-5 tahun. Klas ini dapat sesuai untuk crop yang diusahakan dengan teras datar atau teras bangku ke arah dalam dan pastoral, agroforestry, kehutanan. Klas ini meliputi sawah irigasi, tadah hujan, tanah dengan suplai air yang tenbatas pada musim kemarau, sehingga membatasi panen crop berinigasi 1 kali/ tahun. Pembatas fisik dapat berasal dari satu/ kombinasi hal-hal sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 3
4 Klas V: Kerentanan terhadap sheet, riil, gully erosion pada sistem cropping non-teras: berat pada kemiringan <25% atau khususnya 15-25%. Kerentanan menjadi : ringan bila dilakukan dengan teras datar / teras bangku ke arah dalam s/d kemiringan 35%. Kerentanan terhadap erosi angin, erosi tebing sungai dan endapan erosi: berat. Kebasahan, genangan air: berat. Tanah tetap basah setelah drainase. Muka air dekat I pada permukaan tanah (tetapi tidak di atasnya) 3-8 bulan/tahun. Gley-mottle path horizon A. Overflow dan air sungai 2-4 han, rata-rata 1 kaii/ tahun - ground dan tree crop berkurang produksinya. Sifat fisik tanah: struktur dan tekstur tidak rnenguntungkan. Pembatas yang berat ini khususnya pada tanah lempung. Kedalaman tanah: dangkal s!d sangat dangkal cm. Kesuburan alami tanah rendah dan zat-zat toxic sukar diatasi, sehingga pilihan crop terbatas. Iklim sangat tidak menguntungkan: * 5 bulan berturut-turut kering dengan curah hujan < 100 mm/ bulan * 3-4 bulan berturut-turut basah dengan curah hujan > 200 mm/ bulan sering terjadi pada ketinggian> 750 dpi. Pembatas fisik untuk pembangunan dan pemeliharaan teras bangku: sedang s/d kemiringan 35% atau lebih. Untuk tanah lempung montmorillonitc s/d kemiringan 25%. Pembangunan teras dengan riser dan batu-batuan dan pembuangan air merupakan faktor pembatas klas ini. Lahan dengan bahaya erosi ringan ---- dapat diabaikan di bawah vegetasi yang bersifat permanen. Apabiia teras datar atau teras bangku dapat dibangun dan dpertahankan. lahan ini dapat juga untuk crops. Lahan di dalarn klas V tidak sesuai untuk crop tanpa teras. Klas V ini meliputi lahan yang tidak sesuai untuk pembaangunan teras dan memiliki bahaya erosi ringan dapat diabaikan di bawab vegetasi tetap, atau lahan yang merniliki kedalaman tanah yang cukup untuk memungkinkan pembarunan teras datar atau teras bangku yang miring kearah dalam pada kemiringan sampai 65% dengan catatan pengelolaan teras harus baik,: pengendalian Run off yang baik dan penanaman rumput pada riser untuk mencegah erosi. Universitas Gadjah Mada 4
5 Klas VI: Sebagian besar klas ini digunakan untuk sawah. Tanah dalam klas ini memiliki kesuburan tinggi atau sifat-sifat fisik yang baik untuk penanaman dan respon terhadap pemupukan. Pembatas fisiknya dapat berasal dan satu! kombinasi dan hal-hal sebagai berikut: Kerentanan terhadap erosi : ringan dapat diabaikan di bawah vegetasi tahunan atau penanaman dengan teras datar atau teras bangku yang miring ke dalam s/d kemiringan 65% khususnva %. Setelah mengatus (drainase) tanah tetap basah (tanah tetap tidak rnengatus). Permukaan air tanah dekat dengan permukaan tanah selama lebih dari 8 bulan. Pada horizon A terdapat mottle atau gley-mottie. Rata-rata terjadi sekali per tahun banjir (overflow) dan sungai (sumber air) selama 4-8 han yang dapat rnembunuh ground-crops dan mengurangi hasil tree-crops. Pasture yang sensitif terhadap hanjir akan sedikit terpengaruh. Tanah sangat dangkal (< 15 cm) dan atau adanya hatu-batuan pada profil tanah. Pembalas iklim yang sifatnya ringan untuk pastoral dan forestry dengan bulanbulan kering 6-7 bulan berturut-turut dengan curah hujan < 100 mm/ bulan dan 3-5 bulan berturut-turut dengan curah hujan > 200 mm! bulan. * Pembatas - pembatas fisik yang sifatnya berat untuk pembangunan dan perneliharaan teras bangku pada kemiringan sampai dengan 65%. Lahan dalam klas ini memiiki pembatas.-pembatas fisik yang sifatnya sedang (moderate) di bawah vegetasi tahunan. Klas ini paling sesuai untuk agro forestry, kehutanan atau penggembalaan dengan padang rumput yang dikelola dengan baik. Klas ini meliputi lahan dengan kemiringan sampai dengan 65%; kedaaman tanah dan kemniringan tanah saling menentukan untuk pembangunan teras barigku yang akan memungkinkan (marginally suitable). Klas ini untuk dryland-crops sebagai bagian dan sistem agmfhrestry. Agroforestry system may include: - Intercropping in rows - mixed gardens - homestead gardens - orchards - forest gardens Maintenance of a complete vegetative coer is required, including on the terrace risers. Pembatas fisik dapat berasal dari satu/ kombinasi hal-hal sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 5
6 Kerentanan terhadap erosi: sedang di bawah vegetasi tahunan (partikel atau mass-movement). Kerentanan terhadap erosi : ringan ---- dapat diabaikan apabila crops diusahakan dengan sistem agrotbrestry dengan teras datar atau teras bangku ke arah dalam pada kemiringan sampai dengan 65% khususnya 45-65%. Kemiringan curam- sangat curam 35-65%. Kebasahan berlebih dari genangan air berlanjut setelah pengatusan (drainase sangat jelek). Muka air tanah terletak pada perrnukaan tanah atau di atasnya selama 5-8 bulani tahun. Ada horizon mereduksi atau gley dekat permukaan. Banjir (overflow) dari sungai 6 sampal 15 hari rata-rata 1 kali/ tahun atau 4-8 hari rata-rata 3-4 kali / tahun, Hasil pasture berkurang tetapi tidak mati. Beberapa seperti pohon mati. Tanah sangat dangkal (10-15 cm) pada kemiringan yang datar s/d gently,, banyak bebatuan pada permukaan dan profil tanah; batu-batuan yang muncul menguasai 10-20% permukaan tanah. Kesuburan alami rendah dari zat toxic dapat diatasi. Pembatas iklim : sedang yang membatasi sawah tadah hujan; tanaman tahunan masih tumbuh. Sampai 3 bulan berturut-turut kening dengan curah hujan < 100 mm/ bulan dan 2 bulan basah berturut-turut dengan curah hujan > 200 mm! bulan. Pembatas-pembatas fisik sangat berat untuk pembangunan dan pemeliharaan teras bangku sampai kemiringan 65%. Klas VII: Lahan dalam klas ini tidak sesuai untuk pengerjaan tanah atau untuk crop/ tree agroforestry. Untuk pastoral pembatasnya juga berat. Lahan ini lebih sesuai untuk kehutanan daripada pastoral-farming. Untuk tree/ pasture agroforestrv. pembatasnya juga berat. Pembatas fisik dapat berasal dan satu atau kombinasi hal-hal sebagai berikut: Kerentanan terhadap erosi dan mass movement di bawah vegetasi tetap: berat. Atau akibat erosi masa lalu : berat Kemiringan sangat curam atau sangat curam sekali (extremelly) 45-85%; khususnya 65-85%. Kadang-kadang kemiringan 35-45% dengan lereng yang sangat panjang dimasukkan ke dalam klas ini karena sheets rill dan gully erosion yang besar, Drainase sangat jelek sekali. Muka air tanah pada / di atas permukaan> 8 bulan/ tahun. Horizon pada permukaan tereduksi/ gleyed horizon. Drainase is not feasible. Universitas Gadjah Mada 6
7 Banjir (overflow) s/d 15 (720) hari terjadi rata-rata 1 kali/ tahun atau 8-15 hari terjadi rata-rata 1 kali/ tahun sehingga merusak pasture pastoral-farming: marginal. Kesuburan alami sangat rendah dan zat toxic tidak dapat dikoreksi, Pembatas iklim: berat untuk pastoral dan forestry production dengan 4-7 bulan kering berturut-turut dengan curah hujan < 100 mm/ bulan dan 8 sampai 2 bulan basah dengan curah hujan 200 mm/ bulan. Klas VIII: Lahan dalam klas ini memiliki sifat-sifat yang tidak menguntungkan untuk pastoral, crops, forestry dan seharusnya untuk perlindungan DAS. Klas ini sesuai untuk vegetasi asli, hutan lindung dan untuk rekreasi pasif. Klas ini biasanya bergunung-gunung dengan erosi dan kemiringan yang ekstrim (> 85%) tanah sangat miskin sekali (sangat dangkal atau bebatuan menutupi permukaan> 60%), banjir sering terjadi dan merusak, drainase sangat jelek sehingga tidak sesuai untuk pasture. Pada suatu ketinggian endapan abu yang sering terjadi -> menghalangi tumbuhnya vegetasi. Klas VIII ini mencakup juga unstable, mobile dunes steep cliff faces at low altitudes. Latihan Soal-Soal 1. Apakah yang dirnaksud dengan Klasifikasi Kemampuan Lahan 2. Sebutkan tingkat-tingkat (struktur) Klasifikasi Kemampuan Lahan dan jelaskan dengan singkat. 3. Ada berapa macam faktor pembatas utama yang digunakan dalam Klasifikasi Kemampuan Lahan (LUC) yang dikembangkan oleh Flectcher dkk. untuk daerah humid tropical environment, sebutkan dan jelaskan. Referensi Fletcher, J.R. dan R.G. Gibb Land Resource Survey Handbook for Soil Conservation Planning in Indonesia. Ministry of Forestry, Directorate General Reforestation and Land Rehabilitation, Indonesia and the Department of Scientific and Industrial Research DSIR Land Resources Palmerstone North, New Zealand Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Kpts. Dirjen RRL No. 073/Kpts/V/1994. Departemen Kehutanan, Jakarta. Universitas Gadjah Mada 7
, Moch. Sambas Sabarnurdin 3 & Haryono Supriyo 3 ABSTRAK
ISSN : 1907-7556 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN SUB - DAS TEMON BERDASARKAN KELAS KEMAMPUAN LAHAN Supriyandono 1, 2 *, Senawi 3, Moch. Sambas Sabarnurdin 3 & Haryono Supriyo 3 1 Bagian Konservasi Sumberdaya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI
BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun
Lebih terperinciPokok Bahasan IV EVALUASI LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN. Deskripsi Singkat
Pokok Bahasan IV EVALUASI LAHAN DAN KESESUAIAN LAHAN Deskripsi Singkat Salah satu komponen P-DAS adalah pengarahan penggunaan lahan yang baik dan benar. Untuk rnencapai tujuan ini metode/alat yang biasa
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode USLE Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian,
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap
Lebih terperinciKlasifikasi Kemampuan Lahan
Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan
Lebih terperinciEvaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan
Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika
Lebih terperinciErosi. Rekayasa Hidrologi
Erosi Rekayasa Hidrologi Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode MUSLE Metode MUSLE (Modify Universal Soil Loss Equation) adalah modifikasi dari metode USLE (Soil Loss Equation), yaitu dengan mengganti faktor erosivitas hujan (R) dengan
Lebih terperinciEkologi Padang Alang-alang
Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciVIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR
VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR KONSERVASI TANAH : Penggunaan tanah sesuai dengan kelas kemampuan tanah dan memperlakukan tanah tersebut agar tidak mengalami kerusakkan. Berarti : 1. menjaga tanah agar
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi
Lebih terperinciLOGO Potens i Guna Lahan
LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya alam merupakan suatu bentuk kekayaan alam yang pemanfaatannya bersifat terbatas dan berfungsi sebagai penunjang kesejahteraan makhluk hidup khususnya manusia
Lebih terperinciPERSYARATAN JARINGAN DRAINASE
PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE Untuk merancang suatu sistem drainase, yang harus diketahui adalah jumlah air yang harus dibuang dari lahan dalam jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan untuk menghindari
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya
LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan
Lebih terperinci2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO
PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN KEC. GALUR, LENDAH KEC. SAMIGALUH, KAB. KULONPROGO INTISARI Kadarso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra, Yogyakarta Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciDAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS LAHAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS LAHAN KAWASAN JABODETABEKJUR Tim Studi Jabodetabek Pendahuluan Konsep dan Metode Analisis Status DDL-Lahan Jabodetabekjur Aplikasi DDL terhadap PL dan RTR Pendahuluan Lahan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE) Metode USLE dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya erosi untuk berbagai macam kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang
Lebih terperinci8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM
1 PRINSIP ESL-KESESUAIAN LAHAN 1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan tertentu. 2. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten
Lebih terperinciPOLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING
POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;
Lebih terperincigeografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)
KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami
Lebih terperinciTabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman
IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinciKONSEP EVALUASI LAHAN
EVALUASI LAHAN KONSEP EVALUASI LAHAN Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI
KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : JUMIYATI NIRM: 5.6.16.91.5.15
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman
Lebih terperinciKAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG
KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG Asep Mulyadi dan Jupri Pendidikan Geografi UPI-Badung E-mail: asepmulka@gmail.com ABSTRAK - Salah satu tujuan dari pembangunan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Erosi adalah proses terkikis dan terangkutnya tanah atau bagian bagian tanah oleh media alami yang berupa air. Tanah dan bagian bagian tanah yang terangkut dari suatu
Lebih terperinciANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI
Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI Agus
Lebih terperinciV. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG
57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah adalah salah satu jenis palawija yang dapat ditanam di sawah atau di ladang. Budidaya kacang tanah tidak begitu rumit, dan kondisi lingkungan setempat yang
Lebih terperinciKESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU
KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya
Lebih terperinciPEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP
PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami
Lebih terperinciPokok Bahasan I KONSEP PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Deskripsi Singkat
Pokok Bahasan I KONSEP PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Deskripsi Singkat Pemahaman tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (P-DAS) dimulai dengan pemahaman tentang Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengertian
Lebih terperinciContents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability
LOGO Contents Potensi Guna Lahan AY 12 1 2 Land Capability Land Suitability Land Capability Klasifikasi Potensi Lahan untuk penggunaan lahan kawasan budidaya ataupun lindung dengan mempertimbangkan faktor-faktor
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI
BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI 4. 1 Pengambilan dan Pengolahan Data Pengukuran laju infiltrasi di daerah penelitian menggunakan alat berupa infiltrometer single ring. Hasil pengujian
Lebih terperinciIDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT
IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI OLEH : RAHMADI RABUN DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008
Lebih terperinciPanduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan
Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciAnalisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang
INFO TEKNIK Volume 7 No. 2, Desember 2006 (67-71) Analisis Erosi lahan Pada Lahan Revegetasi Pasca Tambang Novitasari 1 Abstrack - Reclamation with revegetation is one of the ways to repair of environment
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan
TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi lahan Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaa tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium
Lebih terperinciEvaluasi lahan. Pengertian lahan
Evaluasi lahan Komponen evaluasi lahan Evaluasi lahan Lahan Penggunaan lahan Pengertian lahan Bagian dari bentang alam/hamparan permukaan bumi (landscape) yang mencakup komponen iklim, tanah, topografi,
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu
15 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk
Lebih terperinciBAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan. VI = = = 11 m
BAB III Hasil Percobaan dan Pembahasan 3.1 Hasil Percobaan Tugas Praktikum : 1. Tentukan jumlah teras yang dapat dibuat pada suatu lahan apabila diketahui data sebagai berikut : panjang lereng 200 m, kemiringan
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh
Lebih terperinciIV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas
IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap
Lebih terperinciBab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan pengaliran air permukaan (run off).
BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI A. Pendahuluan Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Bahasan mengenai degradasi dan resiliensi (resilience) merupakan hal
TINJAUAN PUSTAKA Bahasan mengenai degradasi dan resiliensi (resilience) merupakan hal penting, karena terkait dengan sistim penggunaan lahan secara lestari. Bahasan tersebut merupakan salah satu kesimpulan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder. Data-data yang diperlukan antara lain, data hujan, peta daerah tangkapan air, peta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut
TINJAUAN PUSTAKA Erosi Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH
KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN JATINOM KABUATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Oleh : GATOT JOKO MARDIYANTO
Lebih terperinciEROSI DAN SEDIMENTASI
EROSI DAN SEDIMENTASI I. PENDAHULUAN Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang pengembangannya sangat besar
Lebih terperinciLaboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Inilah Gambaran Peternak Dalam Mencari Hijauan Bagaimna Penanaman Rumput Pada Peternak Ruminansia Bagaimna Penanaman Rumput
Lebih terperinciPrestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng
KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan
Lebih terperinciDampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora
AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI
BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013
PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013 Apakah Erosi Tanah? Erosi tanah adalah proses geologis dimana partikel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan dengan hatihati dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya alam terutama sumberdaya lahan dan air, mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam sistem DAS (Daerah Aliran Sungai)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan
252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin 2004). Erosi merupakan tiga proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin lama semakin meningkat telah menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung
Lebih terperinciBEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN
BEBERAPA PRINSIP DASAR DALAM PEMILIHAN SISTEM PENGAIRAN Penerapan sistem pengairan sangat tergantung pada perencanaan rancangan jaringan pengairan yang dibuat. Hambatan/kendala dlm perancangan Keadaan
Lebih terperinciBKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi
% liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH. Skripsi S-1 Program Studi Geografi
1 KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SIMO KABUATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH Skripsi S-1 Program Studi Geografi Oleh : WIWIK CAHYANINGRUM NIRM:.5.16.91.5.117 Kepada FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain
Lebih terperinci