SUSANA FAJARWATI NIM. F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUSANA FAJARWATI NIM. F"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 2007:4 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: SUSANA FAJARWATI NIM. F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2

3

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini aku persembahkan kepada: Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kekuatan untuk menyelesaikan amanah ini Karya sederhana ini aku hadiahkan kepada : 1. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberi perhatian dan kasih sayangnya 2. Eyang kakung dan Eyang uti (Alm.) yang memberi wejangan dan bantuan materiil 3. Om dan tante yang tak ada hentinya memberi semangat dan motivasi 4. Adikku dan si kecil terima kasih atas canda tawanya 5. Sahabat -sahabatku 6. Almamaterku

5 HALAMAN MOTTO Man jadda Wa jadda, Siapa yang bersungguh sungguh, maka akan berhasil. Mulailah dari hal yang kecil dan dari diri sendiri. Manusia merencanakan, namun Tuhan yang menentukan _Thomas A. Kempis_ Syukur adalah jalan yang mutlak untuk mendatangkan lebih banyak kebaikan dalam hidup anda. _Marci Shimoff_ Hidup dan nasib bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun, setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena kebetulan. Ini fakta yang tak terbantahkan. _Edensor_ Saat Allah menjawab doamu, Ia menambah imanmu... Saat Allah belum menjawab doamu, Ia menambah kesabaranmu... Saat Allah menjawab tapi bukan doamu, Ia memilih yang terbaik untukmu...

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing, dan Utang Luar Negeri Terhadap Neraca Transaksi Berjalan Di Indonesia Tahun 1988:1 2007:4. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis manghaturkan terima kasih kepada : 1. Riwi Sumantyo, SE selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. M.Com, Ak. Bambang Sutopo, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dwi Prasetyani, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7 5. Lukman Hakim, SE., M.Si terima kasih atas pinjaman referensi referensi dan bantuan data-datanya yang diberikan. 6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staff dan karyawan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis. 7. Keluarga yang senantiasa selalu mendoakan, memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis. 8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2006 Non Reguler dan semua sahabatku terimakasih atas segala bantuan dan dukungannya. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Surakarta, Mei 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii HALAMAN PENGESAHAN. iv HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO.. vi KATA PENGANTAR.. vii DAFTAR ISI.ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR.. xiv DAFTAR GRAFIK. xv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah B. Perumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian. 7 D. Manfaat Penelitian... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 9 1. Neraca Pembayaran. 9 a. Pengertian Neraca Pembayaran.. 9 b. Mekanisme Pencatatan Neraca Pembayaran..10 c. Struktur Neraca Pembayaran d. Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran Nilai Tukar Riil (REER) a. Sistem Nilai Tukar..20

9 b. Teori Nilai Tukar c. Perubahan Perubahan Kurs Valuta Asing 25 d. Kurs riil e. Pengaruh perubahan kurs riil terhadap Transaksi berjalan Produk Domestik Bruto.. 30 a. Pengertian Produk Domestik Bruto. 30 b. Cara Penghitungan Produk Domestik Bruto c. Indikator Ekonomi Lain Investasi Asing a. Pengertian Investasi Asing.. 36 b. Peranan Penanaman Modal Asing.. 37 c. Pola Investasi Utang Luar Negeri. 40 a. Pengertian Utang Luar Negeri. 40 b. Jenis jenis Utang Luar Negeri.. 41 B. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Hari Murti Penelitian oleh Sabine Hermann dan Axel Jochem Penelitian oleh Matthieu Bussière, Marcel F, dan Gernot J.M...46 C. Kerangka Pemikiran D. Hipotesis. 50 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.. 51 B. Jenis dan Sumber Data C. Definisi Variabel Operasional Variabel Dependen a. Neraca Transaksi Berjalan Variabel Independen 52 a. Nilai tukar riil (REER) b. Produk Domestik Bruto. 53 c. Investasi Asing... 53

10 d. Utang Luar Negeri. 53 D. Metode Pengumpulan Data 54 E. Metode Analisis Data Uji Statistik.. 55 a. Uji t (uji secara individu) b. Uji F (uji bersama - sama)..57 c. Uji R² (uji koefisien determinasi) Uji Asumsi Klasik 59 a. Uji Multikolinieritas.. 59 b. Uji Heteroskedastisitas.. 60 c. Uji Autokorelasi. 61 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Neraca Pembayaran Indonesia...63 B. Perkembangan Variabel Perkembangan Neraca Transksi Berjalan Indonesia Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Perkembangan Investasi Asing (PMA) Indonesia Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia.. 77 C. Analisis Data dan Pembahasan Analisis Regresi Linear Berganda Uji Statistik.. 81 a. Uji t 81 b. Uji F c. Nilai R² Analisis Ekonometrika. 84 a. Uji Multikolinieritas.. 84 b. Uji Heteroskedastisitas.. 85 c. Uji autokorelasi Interpretasi Ekonomi 87

11 a. Pengaruh REER Terhadap Neraca Transaksi Berjalan..87 b. Pengaruh PDB Terhadap Neraca Transaksi Berjalan 88 c. Pengaruh PMA Terhadap Neraca Transaksi Berjalan d. Pengaruh ULN Terhadap Neraca Transaksi Berjalan 90 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. 91 B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL TABEL Halaman 1.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1984/ / Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Investasi asing (PMA) Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1988:1-2007: Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Uji t Hasil Uji F Hasil Uji Multikolinieritas Hasil Uji Heteroskedastisitas... 85

13 DAFTAR GAMBAR GAMBAR Halaman 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Daerah Kritis Uji t Daerah Kritis Uji F Daerah Ho diterima dan ditolak uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Daerah terima dan tolak Uji t Daerah terima dan tolak Uji F Daerah Ho diterima dan ditolak Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)... 86

14 DAFTAR GRAFIK GRAFIK Halaman 4.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Nilai Tukar Riil (REER) Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Investasi asing (PMA) Indonesia Tahun 1988:1-2007: Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Tahun 1988:1-2007:4...79

15 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Data-data Penelitian 2. Hasil Regresi Linear Berganda 3. Hasil Uji Multikolinearitas 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas

16 ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 2007:4 ABSTRAK Susana Fajarwati NIM. F Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar riil, produk domestik bruto, investasi asing, dan utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan di Indonesia tahun 1988:1 2007:4. Sehubungan dengan masalah tersebut diajukan hipotesis yaitu, diduga variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan. Sementara variabel investasi asing berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan. Sejalan dengan masalah tersebut dan hipotesis penelitian maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data neraca transaksi berjalan, nilai tukar riil, produk domestik bruto, investasi asing, dan data utang luar negeri Indonesia. Data- data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) beberapa terbitan dari Bank Indonesia (BI), International Monetary Fund (IMF), dan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil, produk domestik bruto, dan utang luar negeri berpengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan. Sementara variabel investasi asing berpengaruh negatif terhadap neraca transaksi berjalan. Hasil keempat variabel ini tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan temuan temuan tersebut maka diajukan saran saran, bagi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mampu menjaga kestabilan nilai kurs. Sementara bagi pemerintah, hendaknya mampu menciptakan kestabilan ekonomi keuangan dan politik serta mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk meningkatkan kepercayaan para investor asing. Kata Kunci: Neraca Transaksi Berjalan, Nilai Tukar Riil, Produk Domestik Bruto, Investasi Asing, Utang Luar Negeri, Indonesia, dan Ordinary Least Square (OLS).

17 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemakmuran merupakan harapan yang pasti dimiliki setiap negara. Indikator negara yang makmur adalah perekonomian yang maju pesat dan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri. Berbagai upaya ditempuh setiap negara untuk meningkatkan perekonomiannya. Selain dengan meningkatkan pemasukan dari pajak, suatu negara juga melakukan perdagangan dengan negara lain. Perdagangan internasional ini terjadi antara dua negara atau lebih dengan landasan saling menguntungkan satu sama lain. Dimana salah satu pihak mendapatkan keuntungan berupa uang atau pendapatan, sementara pihak lain menerima barang atau jasa yang dibutuhkan dalam negerinya. Kegiatan jual-beli atau transaksi ekonomi tersebut dicatat dalam suatu neraca pembayaran internasional (NPI). Neraca pembayaran internasional merupakan suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lain (non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2003:3). Salah satu tujuan penyusunan ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara. Bertambah atau berkurangnya posisi cadangan devisa terkait dengan surplus atau defisitnya neraca pembayaran. Apabila terjadi surplus neraca pembayaran, maka posisi cadangan devisa akan

18 bertambah sebesar surplus tersebut. Demikian sebaliknya, bila terjadi defisit neraca pembayaran (Sugiyono, 2003 : 7). Neraca pembayaran dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu : transaksi berjalan (current account) dan transaksi modal (capital account). Neraca transaksi berjalan merupakan transaksi yang terkait dengan perdagangan, seperti ekspor-impor barang dan jasa, transaksi yang terkait dengan penghasilan, seperti pembayaran bunga dan pembagian deviden, serta transaksi yang terkait dengan transfer seperti hibah. Sementara transaksi modal merupakan transaksi yang terkait dengan barang modal dan investasi seperti penanaman modal langsung dan investasi portofolio (Sugiyono, 2003:2-3). Apabila impor suatu negara melebihi ekspornya, maka negara tersebut mengalami defisit transaksi berjalan (current account defisit). Sebaliknya, bila ekspor suatu negara lebih besar dibanding impornya, maka negara tersebut mengalami surplus transaksi berjalan (current account surplus). Perekonomian Indonesia 1995/1996 ditandai dengan defisit transaksi berjalan dalam jumlah besar, yaitu US$ 7,943 miliar yang merupakan defisit terbesar yang pernah terjadi. Defisit yang cukup besar sebelumnya adalah US$ 4,352 miliar pada 1991/1992, dan US$ 4,051 miliar pada 1986/1987 yang ketika itu sampai memaksa pemerintah melakukan devaluasi 12 September Perkembangan neraca transaksi berjalan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut (Prasetiantono, 1996:106). Tabel 1.1 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 1984/ /97 (US$ Juta) TAHUN EKSPOR IMPOR JASA - TRANSAKSI

19 JASA BERJALAN 1984/ / / / / / / / / / / / / Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN 1996/1997 Dari tabel diatas terlihat, bahwa neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Meskipun neraca perdagangan mengalami surplus karena nilai ekspor lebih besar dibanding nilai impor. Tetapi secara keseluruhan setelah dikurangi dengan jasa-jasa neraca transaksi berjalan mengalami defisit. Gejala krisis keuangan ditahun 1997, mulai tampak dengan diawalinya defisit transaksi berjalan yang cukup besar di tahun 1995/1996, yaitu sebesar 7,943 miliar US$. Krisis nilai tukar yang berlangsung sejak Juli 1997 selain mengakibatkan aliran modal keluar dalam jumlah besar juga menyebabkan turunnya aliran modal dalam rangka kegiatan investasi serta menyulut timbulnya krisis utang luar negeri swasta (Hakim, 1997:40). Menurut Krugman dan Obstfeld, ada dua faktor utama yang mempengaruhi saldo transakai berjalan, yaitu kurs riil mata uang domestik terhadap mata uang asing dan pendapatan bersih domestik. Namun masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi saldo transaksi berjalan, seperti Investasi asing, pengeluaran pemerintah, utang luar negeri dan lain sebagainya.

20 Kurs riil merupakan harga sejumlah produk luar negeri yang dijadikan dalam produk domestik. Perubahan kurs riil mempengaruhi transaksi berjalan, karena perubahan tersebut mencerminkan harga barang dan jasa domestik relatif terhadap barang dan jasa luar negeri. Jika terjadi kenaikan pada kurs riil, maka dapat memperbaiki posisi transaksi berjalan. Dikarenakan kurs riil yang meningkat dapat menyebabkan produk luar negeri lebih mahal daripada produk domestik. Sehingga konsumen luar negeri akan menanggapi pergeseran harga ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita, yang pada akhirnya akan memperbaiki saldo transaksi berjalan. Seperti yang telah disebutkan diatas, pendapatan bersih juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi saldo transaksi berjalan. Pendapatan bersih merupakan hasil pengurangan antara pendapatan dengan pajak. Jika terjadi kenaikan pendapatan bersih domestik, akan mendorong konsumen domestik untuk meningkatkan perbelanjaan mereka atas semua barang, termasuk barang impor dari luar negeri, maka kenaikan pendapatan bersih dapat memperburuk kondisi neraca transaksi berjalan. Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional, mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai ekspor impor barang dan jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran. Namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah produk domestik bruto sebagai proxy atau wakil dari variabel pendapatan nasional. Perolehan pendapatan nasional dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada dasarnya PDB merupakan jumlah nilai tambah yang

21 dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Pemerintah selalu berupaya dalam menanggulangi masalah ketidakseimbangan pada neraca pembayaran, misalnya defisit pada neraca transaksi berjalan. Seringkali terjadinya defisit ini disebabkan oleh nilai atau jumlah ekspor lebih kecil dibandingkan jumlah impornya. Besarnya impor menyebabkan pengeluaran untuk pembayaran barang-barang impor tersebut meningkat. Sehingga, jika tidak diimbangi dengan pemasukan dari ekspor akan terjadi defisit transaksi berjalan. Secara teoritis, defisit transaksi berjalan dapat ditutup dengan meningkatkan aliran modal masuk (capital inflow). Artinya ketika transaksi berjalan mengalami defisit, maka aliran modal masuk dari luar negeri akan dibuka lebar untuk mengimbanginya. Aliran modal ini pada dasarnya masuk melalui 4 (empat) pos, yaitu investasi asing (FDI), deposit asing pada bank-bank komersial nasional (Foreign Deposit), utang luar negeri (offshore loan) baik swasta maupun pemerintah, dan investasi portofolio (portfolio investment). Dari keempat pos tersebut, investasi asing adalah yang paling aman. Dana yang didapat biasanya digunakan untuk mengadakan alatalat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membeli mesin, bahan baru dan sebagainya (Erani dalam Andrik Agusta, 2008:7). Selain investasi asing, banyak negara berkembang yang menggunakan utang luar negeri sebagai alat untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Upaya ini seringkali mengandung resiko, apabila tidak terdapat pengelolaan yang baik. Masalah akan bertambah parah bila negara kesulitan untuk

22 membayar bunga dan cicilan utang. Terlihat sejak krisis ekonomi yang diawali dengan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1997 lalu nyaris memuat Indonesia bangkrut secara finansial, karena jumlah utang luar negerinya, terutama dari sektor swasta yang sangat besar, ditambah lagi dengan ketidakmampuan sebagian besar dari perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk membayar kembali utang luar negeri mereka. Seperti yang telah disebutkan diatas, neraca pembayaran khususnya neraca transaksi berjalan merupakan catatan atau pembukuan yang dijadikan salah satu tolok ukur perekonomian yang sehat suatu negara. Untuk mencegah terjadinya defisit pada saldo transaksi berjalan, maka harus diketahui penyebabnya. Namun jika sudah terlanjur terjadi defisit pada transaksi berjalan, diharapkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan mampu memilih secara jeli kebijakan yang baik dalam mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas, melatar belakangi penyusun untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RIIL, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI ASING, DAN UTANG LUAR NEGERI TERHADAP NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA TAHUN 1988:1 2007:4. B. PERUMUSAN MASALAH

23 Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca transaksi berjalan? b. Bagaimana pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi berjalan? c. Bagaimana pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan? d. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh nilai tukar riil terhadap neraca transaksi berjalan. b. Mengetahui pengaruh produk domestik bruto terhadap neraca transaksi berjalan. c. Mengetahui pengaruh investasi asing terhadap neraca transaksi berjalan. d. Mengetahui pengaruh utang luar negeri terhadap neraca transaksi berjalan. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut: a. Bagi pihak yang berwenang dapat dijadikan bahan penetapan kebijakan dalam mengantisipasi defisit pada neraca transaksi berjalan yang terjadi di Indonesia. b. Bagi peneliti berguna sebagai bahan latihan dan menambah pengetahuan ilmiah sekaligus sebagai aplikasi dari mata kuliah yang dipelajari.

24 c. Dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti peneliti lain yang berminat melakukan penelitian dalam bidang permasalahan selanjutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Neraca Pembayaran a. Pengertian Neraca Pembayaran Neraca pembayaran merupakan suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lainnya (non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2002:3). Menurut Tambunan, neraca pembayaran atau Balance of Payment (BOP) adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, pinjaman, dan sebagainya) yang terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang biasanya dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat. Oleh karena itu, BOP sangat

25 berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan kepada suatu negara. Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara disamping variabel-variabel ekonomi makro lainnya seperti laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar mata uang domestik. Sementara, menurut Sukirno neraca pembayaran adalah neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai jenis transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan diantara satu negara dengan negara-negara lain dalam satu tahun tertentu. b. Mekanisme Pencatatan Neraca Pembayaran Pencatatan transaksi dalam NP menggunakan prinsip double entry system, artinya setiap transaksi dicatat pada dua sisi, yaitu pada sisi debet dan sisi kredit dengan nilai yang sama. Neraca pembayaran pada umumnya disajikan dalam bentuk vertikal, yaitu dari atas ke bawah sehingga tidak tampak sisi debet atau kredit, maka berdasarkan konvensi, pencatatan pada sisi kredit diberi tanda plus (+) sedangkan pencatatan pada sisi debet diberi tanda minus (-).

26 Kredit Debit Sebagaimana halnya Kewajiban dengan neraca Aset perusahaan, dalam neraca pembayaran setiap transaksi yang mengakibatkan pengurangan asset atau pertambahan kewajiban dicatat pada sisi kredit sedangkan transaksi yang mengakibatkan pertambahan aset atau pengurangan kewajiban dicatat pada sisi debet. Secara ringkas, pencatatan transaksi dalam neraca pembayaran dapat dilihat dalam diagram di bawah ini. Berdasarkan prinsip prinsip pencatatan tersebut di atas, transaksi transaksi yang dicatat pada sisi debet dan kredit antara lain ialah sebagai berikut: a. Sisi Debet 1. Impor Barang 2. Jasa-jasa yang diterima penduduk dari bukan penduduk (impor jasa) 3. Pemberian hadiah kepada bukan penduduk (transfer) 4. Penjualan kekayaan (assets) yang di miliki oleh bukan penduduk 5. Pembelian surat- surat berharga (securities) milik bukan penduduk 6. Penanaman modal langsung oleh penduduk di luar negeri (direct investment abroad)

27 7. Pinjaman yang diberikan kepada bukan penduduk 8. Pembayaran utang (debt repayments) kepada bukan penduduk 9. Pembelian emas milik bukan penduduk Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi transaksi tersebut di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi kredit. Sebagai contoh, apabila impor dibiayai dengan utang maka pencatatan debet (impor) dibarengi dengan pencatatan kredit (kewajiban). b. Sisi Kredit 1. Ekspor barang 2. Jasa-jasa yang diberikan penduduk kepada bukan penduduk (ekspor jasa) 3. Penerimaan hadiah dari bukan penduduk (transfer) 4. Pembelian kekayaan (assets) milik penduduk oleh bukan penduduk 5. Penjualan surat-surat berharga (securities) milik penduduk kepada bukan penduduk 6. Penanaman modal langsung (direct investment) oleh bukan penduduk 7. Pinjaman yang diterima dari bukan penduduk 8. Pembayaran utang (debt repayments) oleh bukan penduduk 9. Penjualan emas milik penduduk kepada bukan penduduk Sesuai dengan sistem yang dianut, pencatatan transaksi transaksi tersebut di atas harus dibarengi dengan pencatatan di sisi debet. Sebagai contoh,

28 apabila ekspor dibayar tunai maka pencatatan kredit (ekspor) dibarengi dengan pencatatan debet (pertambahan aset). c. Struktur Neraca Pembayaran Dilihat dari strukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Struktur neraca pembayaran terdiri dari beberapa komponen yang dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sugiyono, 2002:17-20): 1. Transaksi berjalan (current account) a. Perdagangan barang (trade) 1) Ekspor (exports) 2) Impor (imports) b. Jasa-jasa (services) c. Penghasilan (income) d. Transfer (transfers) 2. Transaksi Modal dan keuangan (capital and financial account) a. Transaksi modal (capital account) b. Transaksi keuangan di luar cadangan devisa (financial account) 1) Penanaman modal langsung (foreign direct investment) 2) Investasi surat berharga (portofolio investment) 3) Investasi lainnya

29 3. Perubahan cadangan devisa (changes in reserves) 4. Selisih perhitungan (errors and omissions) Penjelasan mengenai masing masing komponen dalam neraca pembayaran adalah sebagai berikut : 1. Transaksi Berjalan (Current Account) Transaksi berjalan meliputi perdagangan barang dan jasa, penghasilan (income), dan current transfer. Secara keseluruhan, transaksi berjalan menggambarkan nilai bersih antara sisi kredit dan sisi debet dari seluruh transaksi yang tercatat dalam setiap komponen transaksi berjalan. Secara analitis, dalam kelompok transaksi berjalan tersebut terdapat dua neraca lainnya, yaitu neraca perdagangan, yang merupakan hasil bersih dari perdagangan barang atau ekspor dan impor barang, dan neraca jasa yang merupakan hasil bersih antara ekspor jasa dan impor jasa. Khusus menenai neraca perdagangan, perhitungan baik ekspor maupun impor harus dalam nilai free on board (f.o.b), bukan dalam nilai keseluruhan, termasuk cost, insurance, dan freight (c.i.f), mengingat ongkos dan jasa pengiriman merupakan kelompok transaksi jasa sehingga harus dikelompokkan dalam jasa-jasa. Beberapa transaksi yang termasuk dalam kelompok jasa antara lain ialah jasa transportasi, pariwisata, dan komunikasi. Sementara itu, hasil penggunaan faktor produksi, modal dan tenaga kerja dicatat dalam kelompok penghasilan (income), misalnya dividen dan bunga. Selanjutnya transaksi dalam kelompok transfer meliputi

30 transaksi yang tidak menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran (unrequited transfer), seperti hibah yang diterima pemerintah maupun swasta. 2. Transaksi Modal dan keuangan (capital and financial account) Transaksi modal dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu capital transfer dan pembelian / penjualan non-financial asset, seperti paten, dan copyrights. Capital transfer selain mencakup pemberian barang modal (fixed assets), juga transfer uang dalam rangka pembelian barang modal. Sementara itu, transaksi keuangan yang meliputi transaksi yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya asset dan atau kewajiban luar negeri di bagi dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi keuangan di luar cadangan devisa (reserve assets) dan transaksi yang mengakibatkan perubahan cadangan devisa. Kelompok transaksi keuangan di luar reserve mencakup transaksi yang terkait dengan lalu lintas keuangan baik jangka pendek, menengah, maupun panjang yang dilakukan baik oleh pemerintah, perusahaan pemerintah, maupun swasta, termasuk penanaman modal asing. Perlu dikemukakan bahwa pembayaran bunga pinjaman tidak diperhitungkan dalam lalu lintas modal melainkan dalam jasa-jasa mengingat transaksi tersebut merupakan transaksi jasa. 3. Perubahan cadangan devisa (changes in reserves) Sementara itu, transaksi keuangan yang menyangkut cadangan devisa atau reserve assets merupakan pos yang menampung surplus atau defisit neraca pembayaran. Pos ini menunjukkan besarnya perubahan jumlah

31 cadangan devisa yang dikuasai oleh otoritas moneter 1 sehubungan dengan transaksi internasional yang terjadi pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Adapun komponen cadangan devisa yang dicatat dalam neraca pembayaran meliputi: - Emas moneter (monetary gold), yaitu emas yang dikelola otoritas moneter baik yang disimpan di dalam negeri maupun di luar negeri; - Reserves Position in the Fund (RPF), merupakan rekening yang dimiliki anggota IMF yang bersifat likuid (Liquid claim) terhadap IMF. Jumlah RPF yang dimiliki masing-masing anggotanya tergantung pada besarnya setoran kuota dalam valuta asing. 2 RPF dapat diperhitungkan sebagai komponen cadangan devisa mengingat sewaktu-waktu dapat ditarik dalam bentuk fasilitas yang dapat diberikan oleh IMF; - Special Drawing Rights (SDR), merupakan rekening giro yang dimiliki negara anggota IMF dalam satuan hitung SDR yang diciptakan oleh IMF untuk digunakan dalam setiap kali melakukan transaksi keuangan dengan IMF. Pembentukan rekening tersebut dimaksudkan untuk menunjang stabilitas moneter internasional dengan cara melakukan alokasi pada saat kondisi likuiditas internasional mengalami ketidakseimbangan. Dengan demikian, SDR memungkinkan bertambah besarnya cadangan devisa masing-masing negara, sekaligus menambah 1 Dalam hal Indonesia, hanya mencakup cadangan devisa yang dikelola oleh Bank Indonesia. 2 Setoran kuota dalam valuta asing ditetapkan minimal 25 % dari kuota negara anggota dan sisanya dalam bentuk mata uang domestik

32 likuiditas internasional. Besarnya rekening SDR masing-masing negara anggota dapat berubah pada saat memperoleh alokasi atau tambahan alokasi SDR dan pada saat melakukan pembelian atau melakukan transaksi keuangan dengan IMF; - Valuta asing (Foreign exchange), tagihan kepada bukan penduduk dalam bentuk mata uang asing, saldo rekening giro, dan saldo simpanan berjangka dalam valuta asing serta kertas berharga dalam valuta asing. 4. Selisih perhitungan (errors and omissions) Selisih perhitungan merupakan komponen penyeimbang neraca untuk menampung selisih atau perbedaan antara pencatatan di sisi kredit dan di sisi debet. Selisih antara sisi kredit dan sisi debet tersebut dapat terjadi, mengingat dalam praktik sumber data pencatatan transaksi neraca pembayaran pada sisi debet berbeda dengan sisi kredit sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan masing-masing sisi. Selain itu, selisih perhitungan juga dapat terjadi karena kesalahan pencatatan, selisih waktu pencatatan (time-lag), selisih kurs, dan kesulitan dalam pengumpulan data. d. Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran Konsep keseimbangan neraca pembayaran bukan dilihat dari sisi neraca itu sendiri melainkan dilihat dari komponen tertentu yang ada dalam neraca pembayaran sehingga akan terlihat apakah neraca pembayaran mengalami surplus atau defisit. Komponen yang menimbulkan terjadinya

33 surplus atau defisit meliputi transaksi yang termasuk dalam transaksi berjalan (current account) dan transaksi yang termasuk dalam transaksi modal dan keuangan (capital and financial account) di luar cadangan devisa (reserves assets), dan disebut dengan autonomous transaction. Sementara itu, komponen yang menampung surplus atau membiayai defisit meliputi transaksi yang mengakibatkan perubahan cadangan devisa dan disebut accommodating transaction. Surplus pada autonomous transaction terjadi apabila sisi kredit dari transaksi-transaksi yang dicatat lebih besar daripada sisi debetnya; demikian pula sebaliknya apabila terjadi defisit. Dalam literatur ekonomi dan keuangan internasional, autonomous transaction digolongkan dalam transaksi-transaksi yang disebut transaksitransasksi above the line (diatas garis pemisah), sedangkan accommodating transaction merupakan transaksi-transaksi below the line (di bawah garis pemisah). Secara umum, dikenal empat konsep keseimbangan neraca pembayaran, yaitu: a. Konsep Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance) Dalam konsep ini, transaksi yang termasuk dalam autonomous transaction atau transaksi yang mengakibatkan surplus atau defisit hanya transaksi ekspor dan impor barang sehingga keseimbangan neraca pembayaran diukur dari besarnya surplus defisit kedua transaksi tersebut. Apabila ekspor lebih besar daripada impor maka neraca

34 pembayaran negara bersangkutan mengalami surplus; demikian pula sebaliknya. b. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance) Untuk menentukan surplus atau defisit pada autonomous transaction selain diperhitungkan ekspor dan impor, juga diperhitungkan jasa-jasa, termasuk penghasilan (income) dan transfer. Surplus terjadi apabila ekspor barang, jasa, penghasilan, dan transfer lebih besar daripada impor barang, jasa, penghasilan, dan transfer; demikian pula sebaliknya. c. Konsep basic balance Dalam konsep ini, yang termasuk dalam autonomous transaction selain pos-pos dalam transaksi berjalan, juga komponen-komponen dalam transaksi modal dan keuangan jangka panjang. d. Konsep Overall Balance Yang termasuk autonomous transaction dalam konsep ini adalah komponen-komponen dalam transaksi berjalan, komponen-komponen transaksi modal dan keuangan baik jangka panjang maupun jangka pendek. 2. Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) a. Sistem Nilai Tukar Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga

35 dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Simorangkir dan Suseno, 2004: 4). Menurut Sukirno, nilai tukar mata uang (kurs) adalah nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing. Kurs valuta asing adalah nilai pertukaran dari mata uang suatu negara terhadap negara lainnya (Beam, 2003: 390). Pada setiap negara terdapat suatu sistem kurs valuta asing yang ditentukan oleh kebijakan yang dianut oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Sistem kurs yang dipakai suatu negara, yaitu: 1.) Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap) yaitu nilai mata uang suatu negara ditetapkan oleh pemerintah atau Bank Sentral. a.) Pegged to a currency, nilai tukar ditetapkan terhadap mata uang tertentu. b.) Pegged to a basket of currency, nilai tukar ditetapkan sekelompok mata uang terkuat. c.) Currency board, nilai tukar ditetapkan oleh dewan mata uang. 2.) Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang). a.) Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang terkendali), yaitu Pemerintah atau Bank Sentral akan menjaga supaya nilai tukar berada diantara batas atas dan batas bawah. b.) Free floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang bebas), yaitu nilai tukar suatu negara diserahkan pada mekanisme pasar (tidak ada intervensi dari pemerintah ataupun Bank Sentral).

36 b. Teori Nilai Tukar atau Kurs Ada 4 pendekatan yang dikenal dalam proses pembentukan kurs (Salvatore, 2000: 42-48): 1.) Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs Model ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar ketimbang nilai ekspornya (artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar), dan hal itu akan berlangsung secara cepat dalam sistem kurs mengambang yang berlaku pada saat ini. Peningkatan kurs (angka nominalnya) atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing sedangkan berbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi penduduk domestik. Akibatnya, lambat laun ekspor negara tersebut akan mengalami kenaikan sedangkan impornya akan terus menurun sampai pada akhirnya

37 nilai perdagangan internasionalnya benar benar seimbang (impor sama dengan ekspor). Pendekatan elastisitas tersebut menekankan pentingnya peran perdagangan atau arus pertukaran barang dan jasa dalam pembentukan kurs. Sedangkan arus permodalan internasional juga memainkan peran yang penting, namun bersifat pasif, yakni hanya untuk menutup atau mengimbangi setiap bentuk ketidakseimbangan perdagangan temporer. 2.) Teori Paritas Daya Beli untuk Menjelaskan Proses Pembentukan Kurs Pendekatan kurs ini lebih relevan diaplikasikan guna mengamati pergerakan kurs dalam jangka panjang ketimbang dalam jangka pendek. Teori ini mempostulasikan atau merumuskan gejala bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat dari harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, jika harga satu karung gandum di Amerika Serikat adalah $2, sedangkan harga gandum di Inggris adalah 1 per karung, maka kurs yang berlaku antara dolar dan poundsterling adalah R=$2 / 1 = 2. Jadi, berdasarkan hukum satu harga (law of one price), komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang sama pula (dalam kondisi itulah daya beli dari kedua mata uang tadi berada dalam kondisi paritas atau persamaan). 3.) Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs Pendekatan moneter (Monetary Approach) memberikan penjelasan yang sangat kontras. Pendekatan ini mempostulasikan atau menyatakan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok

38 atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional di masing-masing negara. Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat harga harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga. Semakin tinggi pendapatan riil dan harga-harga yang berlaku di negara tersebut, maka akan semakin besar pula permintaan uang di negara tersebut karena setiap individu dan perusahan memerlukan lebih banyak uang untuk membiayai transaksi hariannya. Di lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka akan semakin besar biaya oportunities penyimpanan uang (tunai atau simpanan yang tidak menghasilkan bunga) sehingga setiap orang akan memilih asset atau sekuritas yang menghasilkan bunga seperti obligasi atau deposito perbankan. Itu berarti, tingkat permintaan uang memiliki hubungan terbalik dengan besaran atau tingkat bunga. 4.) Pendekatan Keseimbangan Portofolio Terhadap Pembentukan Kurs Pendekatan keseimbangan portofolio (portfolio-balance approach) berbeda dari pendekatan moneter dalam hal diasumsikannya obligasiobligasi domestik dan luar negeri sebagai substitusi yang tidak sempurna. Perbedaan lainnya dari keseimbangan portofolio ini adalah penekanannya bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses penyamaan dan penyeimbangan stok atau total permintaan dan total penawaran aset-aset

39 finansial dalam setiap negara. Pendekatan ini juga memperhitungkan arti penting perdagangan (sektor riil) secara eksplisit ke dalam analisisnya. Dengan demikian, pendekatan keseimbangan portofolio dapat dianggap sebagai salah satu versi pendekatan moneter yang lebih realistis dan memuaskan. Pendekatan keseimbangan portofolio itu merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran uang di negara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya menjadi mata uang domestik dan obligasi luar negeri. Pembelian secara besarbesaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya, depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus menyurutkan impornya. Pada gilirannya hal ini menciptakan surplus perdagangan bagi negara domestik yang segera disusul oleh apresiasi mata uangnya. c. Perubahan Perubahan Kurs Valuta Asing Apabila kurs valuta asing sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar maka kurs tersebut akan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang terus menerus tersebut akan berlaku disebabkan oleh perubahan yang selalu terjadi keatas permintaan atau penawaran valuta asing.

40 Oleh karena sifatnya yang selalu mengalami perubahan tersebut, kurs pertukaran yang ditentukan oleh mekanisme pasar dinamakan kurs pertukaran yang berubah bebas atau kurs pertukaran mengambang. Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar ke- atas perubahan dalam kurs pertukaran adalah (Sukirno, 2002: ): 1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat. Perubahan ini akan mempengaruhi permintaan. Apabila penduduk suatu negara semakin lebih menyukai barang-barang dari satu negara lain, maka permintaan ke atas mata uang negara lain tersebut bertambah. Maka perubahan seperti itu mempunyai kecenderungan untuk menaikkan nilai mata uang negara lain tersebut. 2. Perubahan harga dari barang-barang ekspor. Apabila harga barang-barang ekspor mengalami perubahan maka perubahan ini akan mempengaruhi permintaan ke atas barang ekspor itu. Perubahan ini selanjutnya akan mempengaruhi kurs valuta asing. Kenaikan harga barang-barang ekspor akan mengurangi permintaan ke atas barang tersebut di luar negeri. Maka kenaikan tersebut akan mengurangi penawaran mata uang asing. Kekurangan penawaran ini akan menjatuhkan nilai uang dari negara yang mengalami kenaikan dalam harga-harga barang ekspornya. Apabila harga barang-barang

41 ekspor mengalami penurunan, maka akibat yang timbul adalah yang sebaliknya. 3. Kenaikan harga-harga umum (Inflasi). Berlakunya keadaan demikian di suatu negara dapat menurunkan nilai mata uangnya. Di satu pihak kenaikkan harga-harga itu akan menyebabkan penduduk negara itu semakin banyak mengimpor dari negara lain. Oleh karenanya permintaan ke atas valuta asing bertambah. Di lain pihak, ekspor negara itu bertambah mahal dan ini akan mengurangi permintaannya dan selanjutnya akan menurunkan penawaran valuta asing. 4. Perubahan dalam tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi. Disamping dipengaruhi oleh perubahan dalam permintaan dan penawaran ke atas barang-barang yang diperdagangkan diantara berbagai negara, kurs valuta asing dipengaruhi pula oleh aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat mempengaruhi jumlah serta arah aliran modal jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat pendapatan investasi yang lebih menarik akan mendorong pemasukan modal ke negara tersebut. Penawaran valuta asing yang bertambah ini akan meninggikan nilai mata uang negara yang menerima modal tersebut. 5. Perkembangan ekonomi Bentuk dari pengaruh perkembangan ekonomi kepada kurs valuta asing tergantung kepada corak dari perkembangan ekonomi itu.

42 Apabila ia terutama disebabkan oleh perkembangan sektor ekspor, penawaran ke atas mata uang asing terus menerus bertambah. Dalam keadaan seperti itu perkembangan ekonomi akan meninggikan nilai mata uang. Tetapi apabila sumber perkembangan itu adalah dari perluasan kegiatan ekonomi di luar sektor ekspor, perkembangan itu berkecenderungan akan menurunkan nilai mata uang asing. Akibat yang demikian akan timbul karena pendapatan yang bertambah akan menaikkan impor. Kenaikkan impor ini akan menaikkan permintaan ke atas valuta asing. d. Kurs Riil Kurs riil merupakan gabungan angka kurs nominal dan tingkat harga. Untuk mendefinisikan kurs riil secara lebih terinci, maka perlu memperjelas ukuran tingkat harga yang akan digunakan. Misalnya, P us sebagai harga dolar dari sejumlah komoditi baku yang selalu dikonsumsikan setiap minggunya oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Amerika. Begitu pula P G, yakni sebagai harga komoditi yang setiap minggu selalu dibeli oleh segenap rumah tangga dan perusahaan Jerman. Kemudian dapat didefinisikan secara formal kurs riil dolar/dm, yang dilambangkan q $ / DM, sebagai harga dolar relatif dari komoditi Jerman terhadap komoditi Amerika. Jadi bisa dikatakan kurs riil itu adalah nilai dolar dari tingkat harga Jerman dibagi dengan tingkat harga Amerika; atau secara simbolis:

43 q $ / DM ( E $ / DMxPG) / PUS =... (2.1) Seumpama, komoditi acuan Jerman berharga DM100 (sehingga P G = DM100 per komoditi acuan Jerman), sedangkan harga komoditi acuan Amerika berharga $50 (jadi P us =$50 per komoditi acuan Amerika), dan kurs nominalnya adalah E $ / DM= $0, 50 per DM. Maka kurs riil dolar/ DM: q $ / DM ($0,50 per DM) x (DM100 per komoditi Jerman) = ($50 per komoditi Amerika) = ($50 per komoditi Jerman) / ($50 per komoditi Amerika) = 1 komoditi Amerika per komoditi Jerman Kenaikan kurs riil dolar/dm q $ / DM (yang disebut depresiasi riil dolar terhadap DM akan mengakibatkan penurunan daya beli dolar di wilayah Jerman dila dibandingkan dengan daya belinya di wilayah Amerika. Perubahan daya beli ini terjadi karena harga dolar dari barang-barang Jerman (E $. DM xp G ) mengalami kenaikan relatif terhadap harga dolar dari barang-barang Amerika (P us ). Dolar dianggap mengalami depresiasi secara riil terhadap DM bila q $ / DM meningkat karena daya beli hipotetis dari produk-produk Amerika secara keseluruhan terhadap produk Jerman menurun. Barang dan jasa Amerika menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa Jerman. Adapun apresiasi riil dolar terhadap DM merupakan penurunan dalam q $ / DM. Penurunan ini menunjukkan merosotnya harga relatif dari produk-produk di Jerman, atau meningkatnya

44 daya beli dolar di Jerman (bila dibelanjakan di Jerman) dibandingkan dengan daya belinya di Amerika. e. Pengaruh perubahan kurs riil terhadap Transaksi berjalan Sejumlah pembelanjaan domestik juga meliputi pembelian produk impor meskipun tidak sebanyak pembelian atas barang dan jasa produksi domestik. Sementara itu, produk luar negeri yang dikonsumsikan itu lebih condong pada kondisi barang dan jasa dari negara asalnya. Untuk mengetahui perubahan harga relatif output nasional tersebut mempengaruhi transaksi berjalan, harus diketahui pengaruhnya terhadap ekspor. Jika EP*/P meningkat, misalnya secara relatif produk luar negeri menjadi lebih mahal daripada produk domestik; setiap unit output domestik kini hanya dapat membeli lebih sedikit output luar negeri. Konsumen akan menanggapi pergeseran harga ini dengan meningkatkan permintaan mereka terhadap ekspor kita. Reaksi ini selanjutnya meningkatkan ekspor dan cenderung memperbaiki transaksi berjalan domestik. 3. Produk Domestik Bruto a. Pengertian Produk Domestik Bruto Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

45 Produk Domestik Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang bruto dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Data Produk Domestik Bruto (PDB) menurut penggunaan atas dasar harga konstan memiliki tahun dasar yang berbeda, dimana tahun menggunakan tahun dasar tahun 1988/1989, PDB tahun menggunakan tahun dasar 1996, lalu PDB tahun tahun dasarnya tahun 2002, dan sisanya menggunakan tahun dasar tahun Untuk menghitung PDB menurut harga konstan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : PDBHBx PDBHKx = x100 (2.2) IHK Dimana : PDB HKx PDB HBx x = PDB harga konstan tahun tertentu = PDB harga berlaku tahun tertentu

46 IHK x = Indeks Harga Konsumen tahun tertentu Oleh karena data PDB pada tahun tidak tersedia data kuartalan dan hanya tersedia data tahunan, maka data PDB pada tahun tersebut diinterpolasikan ke dalam data kuartalan dengan formulasi sebagai berikut (Insukindro dalam Nugroho, 2008): 1é 4.5 ù Y t1 = ê Yt - ( Yt - Yt-1) 4 úû... (2.3) ë 12 1é 1.5 ù Y t 2 = ê Yt - ( Yt - Yt-1) 4 úû (2.4) ë 12 1é 1.5 ù Y t3 = ê Yt + ( Yt - Yt-1) 4 úû (2.5) ë 12 1é 4.5 ù Y t 4 = ê Yt + ( Yt - Yt-1) 4 úû (2.6) ë 12 Dimana: Y Y Y Y = Data Kuartalan 1, 2, 3, 4 t1, t 2, t3, t4 Y t Yt - 1 = Data tahun yang berlaku = Data tahun sebelumnya b. Cara penghitungan Produk Domestik Bruto Untuk menghitung angka-angka Produk Domestik Bruto ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu : 1. Menurut Pendekatan Produksi Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit unit

47 pruduksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha sektor yaitu: a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan b. Pertambangan dan Penggalian c. Industri Pengolahan d. Listrik, Gas dan Air bersih e. Konstruksi f. Perdagangan, Hotel, dan Restoran g. Pengangkutan dan komunikasi h. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor. 2. Menurut Pendekatan Pendapatan Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, Produk domestik bruto mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). 3. Menurut Pendekatan Pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DEVISA DAN KESEIMBANGAN DAN KETIDAKSEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PENGERTIAN : DEVISA Adalah semua benda yang bisa digunakan untuk transaksi pembayaran dengan luar negeri yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN Konsep, Metodologi dan Penerapan

NERACA PEMBAYARAN Konsep, Metodologi dan Penerapan Seri Kebanksentralan No. 4 NERACA PEMBAYARAN Konsep, Metodologi dan Penerapan F.X. Sugiyono PUSAT PENDIDIKAN DAN STUDI KEBANKSENTRALAN (PPSK) BANK INDONESIA SERI KEBANKSENTRALAN Seri Kebanksentralan Bank

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA NERACA PEMBAYARAN ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA III. NERACA PEMBAYARAN PENDAHULUAN REKENING NERACA PEMBAYARAN REKENING TRANSAKSI BERJALAN REKENING MODAL KETIDAKSESUAIAN STATISTIK REKENING

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Fakultas Ekonomi & Bisnis Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id NERACA PEMBAYARAN REKENING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IMPOR INDONESIA DARI AMERIKA SERIKAT TAHUN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IMPOR INDONESIA DARI AMERIKA SERIKAT TAHUN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IMPOR INDONESIA DARI AMERIKA SERIKAT TAHUN 1985-2009 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

MAKALAH NERACA PEMBAYARAN. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si.

MAKALAH NERACA PEMBAYARAN. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si. MAKALAH NERACA PEMBAYARAN Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia Yang Dibina Oleh Ibu Dra. Sudarti, M.Si Disusun oleh : Rahdi Noor Hayat 201110160311331 Firda Silviatul H 201110160311333

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN. 1

Materi 3 NERACA PEMBAYARAN.  1 Materi 3 NERACA PEMBAYARAN http://www.deden08m.com 1 PENDAHULUAN (1) Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk menunjukan kuat atau lemahnya fundamental perekonomian suatu negara. Selain itu,

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, keadaan dan perkembangan perdagangan luar negeri serta neraca pembayaran internasional tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan utama yaitu mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini tertulis dalam UU No. 3 tahun

Lebih terperinci

Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan

Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan Tabel 1 Neraca Pembayaran Indonesia: Ringkasan I. Transaksi Berjalan I. Transaksi Berjalan A. Barang 1) A. Barang 1) - Ekspor - Ekspor 1. Nonmigas 1. Barang Dagangan Umum a. Ekspor - Ekspor b. Impor 2.

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN. Oleh : Bambang Haryadi - FE UKP

NERACA PEMBAYARAN. Oleh : Bambang Haryadi - FE UKP NERACA PEMBAYARAN A statistical statement that systematically summarizes, for a specific period, the economic transactions of an economy with the rest of the world Definisi Berdasarkan Balance of Payments

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara:

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akumulasi utang luar negeri adalah suatu gejala umum negaranegara dunia ketiga pada tingkat perkembangan ekonomi dimana kesediaan tabungan dalam negeri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Universitas Bina Darma

Universitas Bina Darma Mata Kuliah Kelas Hari/Tanggal Dosen Universitas Bina Darma Petunjuk mengerjakan soal: Tulislah Nama, NIM dan Kelas. ( Berdoa dahulu sebelum mengerjakan soal ) Kerjakan di KERTAS A. PILIHAN GANDA 1. Perdagangan

Lebih terperinci

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial. BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP) Bahan 5 - Ekonomi Terbuka PEREKONOMIAN TERBUKA (AN OPEN ECONOMY) DAN DERIVASI KURVA BP (NERACA PEMBAYARAN) SERTA SISTEM KURS DAN SISTEM DEVISA YANG DIBERLAKUKAN 1. Transaksi Internasional Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 11Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Konsep Neraca Pembayaran Luar Negeri - Indonesia Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen NERACA PEMBAYARAN REKENING NERACA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara tentunya membutuhkan negara lain untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Negara tentunya membutuhkan negara lain untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Negara tentunya membutuhkan negara lain untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat negaranya. Kondisi saling membutuhkan ini dikarenakan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penganut sistem perekonomian terbuka yang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa. Jika suatu negara memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain maka

Lebih terperinci

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Jenis Arus dana Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Jenis Arus dana Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Neraca Arus Dana (NAD) adalah sistem data finansial yang secara lengkap menggambarkan penggunaan tabungan dan sumber dana lainnya untuk membiayai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

Materi Minggu 9. Neraca Pembayaran Internasional

Materi Minggu 9. Neraca Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 62 Materi Minggu 9 Neraca Pembayaran Internasional 9.1. Neraca Pembayaran Internasional Neraca pembayaran internasional suatu negara yang biasanya juga disebut neraca

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11 NILAI TUKAR DAN NERACA PEMBAYARAN MEET-11 HAKEKAT TRANSAKSI VALUTA ASING Pasar valuta asing Pasar valuta asing (foreign exchange market / forex) atau disingkat valas merupakan suatu jenis perdagangan atau

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si

TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL. Makalah Bisnis Internasional. Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si TEORI KEUANGAN INTERNASIONAL Makalah Bisnis Internasional Dosen Pengampu: Dian Perwitasari, S. Ak, M. Si Disusun Oleh : 14.0102.0094 Febri Nurdian Cahya 14.0102.0113 Dwi Saputri 14.0102.0136 Sulistiyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan ekonomi antarbangsa dan lintas wilayah negara sudah berlangsung selama berabad-abad. Di masa lampau, bentuk hubungan ekonomi yang paling umum adalah

Lebih terperinci

1 3 5 1 1 2 2 miliar USD 7 6 5 4 3 2 1 miliar USD -44-39 -34-29 -24-19 Tw.I** Tw.II** -14 21 211 212 213** 214 Aset Kewajiban Net PIII (RHS) **) angka sangat sementara 3 miliar USD 3 25 2 15 1 5 Tw.I**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 43 Materi Minggu 6 Lalu Lintas Pembayaran Internasional 6.1. Gambaran Umum Lalu Lintas Pembayaran Internasional Transaksi-transaksi pembayaran antar daerah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masih melekat dalam ingatan kita bersama bagaimana beratnya dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu, dimana hampir seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1

Ilmu Il Ek E o k n o omi o Nilai Tuk T ar PIEw11 1 Ilmu Ekonomi Nilai Tukar PIEw11 1 Perekonomian Terbuka Perdagangan dapat mensejahterakan setiap orang Perekonomian tertutup (closed economy): sebuah perekonomian yang tidak berinteraksi dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Inflasi Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus maksudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE 1981-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

Sistem Moneter Internasional

Sistem Moneter Internasional Materi 2 Sistem Moneter Internasional http://www.deden08m.com 1 Sistem Moneter Internasional dapat didefinisikan sebagai struktur, instrumen, institusi, dan perjanjian yang menentukan kurs atau nilai berbagai

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014* TABEL 1 RINGKASAN 2014 2015 Q1 Q2 Q3 Q4 Total Q1 Q2 Q3 I. Transaksi Berjalan -4,926-9,592-7,040-5,958-27,516-4,178-4,250-4,011 A. Barang 1) 3,350-375 1,560 2,448 6,983 3,063 4,130 4,054 - Ekspor 43,937

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP).

BAB II LANDASAN TEORI. sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP). 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Gross Domestic Product (GDP) dan GDP per kapita Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sebagai negara small open economy yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap serangan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan

Lebih terperinci

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD)

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) TABEL 1 RINGKASAN 2013 2014 I. Transaksi Berjalan -6,007-10,126-8,640-4,342-29,115-4,149-8,939-6,963-6,181-26,233 A. Barang 1) 1,602-556 85 4,703 5,833 3,350-375 1,560 2,368 6,902 - Ekspor 44,945 45,244

Lebih terperinci

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014*

TABEL 1 NERACA PEMBAYARAN INDONESIA RINGKASAN (Juta USD) 2014* TABEL 1 RINGKASAN 2014 2015 I. Transaksi Berjalan -4,927-9,585-7,035-5,953-27,499-4,159-4,296-4,190-5,115-17,761 A. Barang 1) 3,350-375 1,560 2,448 6,983 3,063 4,125 4,141 1,953 13,281 - Ekspor 43,937

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perdagangan Internasional Menurut Boediono (2005:10) perdagangan diartika n sebagai proses tukar menukar yang didasarkan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang akan dicapai dalam tahun 2004 2009, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang

Lebih terperinci