HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI DAN MASSA OTOT PADA MAHASISWA IPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI DAN MASSA OTOT PADA MAHASISWA IPB"

Transkripsi

1 ISSN Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2014, 9(1): HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI DAN MASSA OTOT PADA MAHASISWA IPB (Relationship of Energy-Protein Intake and Exercise Frequency with Cardiorespiratory Endurance and Muscle Mass Students of IPB) Rangga Nuansa Putra 1* dan Leily Amalia 1 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRACT The objective of this study was to analyze the relationship between energy-protein intake and exercise frequency with cardiorespiratory endurance and muscle mass. The study was conducted between October 2013 and February 2014 at campus of Bogor Agricultural University. Design of the study was cross sectional. Subjects were 25 students of football UKM and 25 students of non-ukm groups. In average, nutritional status of subjects was normal. Intakes and adequacy level of energy, protein, fat, and carbohydrate of subjects in UKM group were significantly higher than intakes of non-ukm group. Exercise frequency of subjects in UKM group was more frequent (4.04 times/week) than that of non-ukm group (1.24 times/week). Cardiorespiratory endurance of UKM group (40.1 ml O 2 /kg BW/minute) was significantly higher than of non-ukm group (36.2 ml O 2 /kg BW/minute). However, the muscle mass of subjects was not significantly different, namely 28.3 kg in UKM group and 28.4 kg in non-ukm group. There was a significant relationship between cardiorespiratory endurance and energy intake(p=0.003, r=0.415), protein intake (p=0.009, r=0.365), and exercise frequency (p=0.004, r=0.395); but there was no significant relationship between muscle mass and exercise frequency, energy nor protein intake (p>0.05). Keywords: cardiorespiracy endurance, football UKM, muscle mass ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi-protein dan frekuensi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi dan massa otot. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga Februari 2014 di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian adalah cross sectional.subjek penelitian adalah 25 mahasiswa kelompok UKM dan 25 mahasiswa non-ukm sepakbola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata status gizi subjek adalah normal. Asupan dan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat subjek pada kelompok UKM lebih tinggi dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok non-ukm. Frekuensi olahraga subjek kelompok UKM (4.04 kali/minggu) lebih sering dibandingkan dengan kelompok non-ukm (1.24 kali/minggu). Demikian juga dengan daya tahan kardiorespirasi, kelompok UKM lebih tinggi (40.1 ml O 2 /kg BB/menit) dan berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok non-ukm (36.2 ml O 2 /kg BB/menit). Adapun massa otot subjek pada kedua kelompok tidak berbeda signifikan, yaitu masingmasing 28.3 kg pada kelompok UKM dan 28.4 kg pada kelompok non-ukm. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi (p=0.003, r=0.415), asupan protein (p=0.009, r=0.365), serta frekuensi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi (p=0.004, r=0.395), tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi, asupan protein, dan frekuensi olahraga dengan massa otot tubuh(p>0.05). Kata kunci: daya tahan kardiorespirasi, massa otot, UKM Sepakbola * Korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor ranput@gmail.com JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret

2 Putra & Amalia PENDAHULUAN Kebugaran diperlukan untuk menjadikan seseorang dapat menjalankan aktivitas dan rutinitas sehari-hari dengan optimal, termasuk pada mahasiswa. Dengan kebugaran yang baik, mahasiswa akan dapat menjalankan aktivitas akademik dengan optimal. Menurut Irianto (2007), seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan.tingkat kebugaran seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga dan pola konsumsi pangan. Kebiasaan berolahraga sudah terbukti memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan kesehatan, seperti menjaga berat badan ideal, meningkatkan densitas mineral tulang, serta meningkatkan daya tahan kardiorespirasi yang menjadi indikator kebugaran (Liberato et al. 2013, Fett et al. 2005, dan Stear et al. 2003). Hasil studi Cox et al. (2004) menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga berpengaruh positif terhadap kebugaran. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, aktivitas berolahraga perlu didukung dengan asupan gizi yang memadai. Kebiasaan olahraga dan pola makan yang baik merupakan dua hal yang penting yang berpengaruh terhadap tingkat kebugaran. Menurut Penggalih dan Huriyati (2007), pengaturan pola makan yang baik tidak hanya diperlukan sebagai bagian dari perilaku hidup sehat tetapi juga untuk memperoleh derajat kebugaran. Dalam jangka panjang, kebiasaan olahraga juga dapat meningkatkan tampilan fisik, yaitu massa otot yang lebih besar. Hasil penelitian Krustrup et al. (2008) menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga berpengaruh terhadap peningkatan massa otot. Massa otot seringkali menjadi ukuran fisik yang diharapkan oleh sebagian besar pria dewasa. Selain olahraga, pembentukan massa otot juga didukung oleh zat gizi pembentuk otot, yaitu energi dan protein. Penelitian Kerksick et al. (2006) menunjukkan bahwa massa otot dipengaruhi oleh tingkat kecukupan energi dan protein, yaitu tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit menyebabkan penurunan massa otot pada subjek. Sebagai institusi pendidikan tinggi, Institut Pertanian Bogor (IPB) memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri dan minat dalam suatu wadah yang dinamakan Unit Kegiatan Mahasiswa atau UKM. UKM adalah suatu wadah atau organisasi pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai bidang, seperti olahraga, seni, berorganisasi, dan lainnya. Salah satu UKM olahraga yang cukup banyak diminati mahasiswa adalah UKM sepakbola. Hal ini mudah dipahami karena sepakbola merupakan jenis olahraga yang diminati oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia, dari berbagai kalangan usia, termasuk mahasiswa IPB. UKM sepakbola IPB memiliki jadwal latihan rutin sehingga setiap anggota memiliki kebiasaan olahraga yang baik. Berdasarkan pertimbangan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kecukupan energi protein dan kebiasaan olahraga dengan kebugaran dan massa otot pada mahasiswa yang biasa melakukan olahraga dalam kelompok UKM Sepakbola dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan merupakan kelompok UKM Sepakbola. Sepakbola merupakan salah satu jenis olahraga yang bersifat dinamis, yaitu selalu bersifat aerobik dan mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat menunjang pemeliharaan jantung dan sistem pernapasan (Kusmana 1997). Dengan demikian kebugaran pada subjek mahasiswa UKM sepakbola ditandai dengan daya tahan kardiorespirasi yang baik. METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu untuk menggambarkan karakteristik subjek dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor pada bulan Oktober 2013 hingga Februari Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 mahasiswa, terdiri dari 25 mahasiswa kelompok UKM Sepakbola dan 25 mahasiswa kelompok non-ukm Sepakbola. Mahasiswa kelompok non-ukm adalah mahasiswa yang tidak memiliki kebiasaan olahraga secara rutin (tidak aktif dalam UKM olahraga manapun). Cara pengambilan subjek dilakukan dengan purposif berdasarkan syarat inklusi, yaitu dalam keadaan sehat, bersedia menjadi subjek penelitian, tidak memiliki riwayat penyakit kronis, serta merupakan anggota aktif UKM sepakbola bagi kelompok subjek UKM. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini merupakan data primer, terdiri dari karakteristik subjek, antropometri berat dan tinggi badan, konsumsi pangan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, massa otot, dan jarak tempuh tes lari. Data antropometri berat badan didapatkan dengan penimbangan menggunakan timbangan injak digital sementara pengukuran tinggi badan dilakukan secara langsung menggunakan mikrotois. Konsumsi pangan subjek diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner metode recall 1x24 jam sebanyak 2 kali, yaitu pada hari kerja dan hari libur. Aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data aktivitas 30 JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret 2014

3 Daya Tahan Kardiorespirasi Mahasiswa UKM dan Non-UKM fisik dikumpulkan bersamaan dengan data konsumsi pangan, yaitu sebanyak 2 kali, pada hari kerja dan hari libur. Kebiasaan olahraga subjek diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner meliputi jenis dan frekuensi olahraga. Massa otot diukur dengan mengonversi panjang lingkar lengan atas dan tebal lipatan trisep. Lingkar lengan atas diukur menggunakan pita LILA, dan tebal lipatan kulit trisep menggunakan skinfold caliper. Data jarak tempuh diperoleh dari tes lari selama 15 menit. Subjek diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15 menit dengan cara berlari atau berjalan dan tidak boleh berhenti diam atau istirahat di lintasan. Sehari sebelum tes subjek diharuskan untuk tidur dengan cukup dan makan teratur, serta tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas fisik yang melelahkan, mengonsumsi kopi, cokelat, minuman bersoda, serta makanan atau minuman yang mengandung antihistamin dan diazepam seperti obat flu atau obat sakit badan.tes dilakukan minimal pada pukul sepuluh pagi atau sekitar 2 4 jam setelah makan. Sesaat sebelum atau saat tes, subjek tidak diperbolehkan merokok atau makan apapun, kecuali minum. Subjek diminta untuk berpakaian yang tidak ketat, cukup longgar, nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerakan tubuh (Budiman 2007). Pengolahan dan Analisis Data Analisis statistik yang digunakan yaitu uji beda Mann Whitney dan uji korelasi Pearson dan Spearman. Uji beda dilakukan untuk menganalisis perbedaan variabel pada subjek kelompok UKM dan non-ukm. Uji korelasi dilakukan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi-protein dengan daya tahan kardiorespirasi dan massa otot serta antara frekuensi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi dan massa otot. Data tinggi badan dan berat badan diolah untuk mendapatkan data status gizi secara antropometri, yaitu berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Data tersebut kemudian dikategorikan menjadi underweight (IMT 18.5), normal (IMT: ), overweight (IMT: ), dan obes (IMT>30) (Depkes 2004). Data konsumsi pangan dikonversi menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) untuk mendapatkan data asupan energi dan protein. Data asupan kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan WNPG VII tahun 2014 untuk mendapatkan nilai tingkat kecukupan energi dan protein dan dikelompokkan sebagai defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit sedang (70 79% AKG), defisit ringan (80 89% AKG), cukup (90 119% AKG) dan lebih (>120% AKG)(Depkes 1996). Data frekuensi olahraga per minggu dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasi menjadi tiga, yaitu jarang (<1 kali/minggu), cukup (1 3 kali/minggu), dan sering (>3 kali/minggu). Massa otot dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasi, yaitu sebagai rendah, jika massa otot <19.9 kg; sedang jika massa otot kg; dan tinggi jika massa otot >27.7 kg. Data jarak tempuh maksimal subjek dari tes lari selama 15 menit kemudiah dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO 2 max calculator) untuk mendapatkan data VO 2 max (ml O 2 /kg BB/menit) dengan rumus berikut: Nilai VO 2 max kemudian dikelompokkan untuk menetapkan kategori daya tahan kardiorespirasi, yaitu sebagai kurang (25 33 ml/menit/kg BB), cukup (34 42 ml/menit/kg BB), dan baik (43 52 ml/ menit/kg BB)(Kemenkes 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Status gizi subjek umumnya adalah normal, baik pada kelompok UKM (100%) maupun non-ukm (78%). Uang saku subjek per bulan relatif sama pada kedua kelompok, yaitu masing-masing Rp (UKM) dan Rp (non-ukm). Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam hal status gizi dan besar uang saku subjek antar kedua kelompok (p>0.05). Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Tabel 1 menunjukkan rata-rata asupan dan tingkat kecukupan energi dan protein subjek kelompok UKM lebih tinggi dan berbeda signifikan dibandingkan kelompok non-ukm (p<0.05). Hal ini terjadi karena kelompok UKM lebih banyak mengonsumsi aneka jenis pangan. Perbedaan antara kedua ke- Tabel 1. Rata-rata Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Subjek Asupan Zat Gizi UKM %VO 2 max=[((jarak total yang ditempuh/15) 133) x 0.172] Non-UKM Rata-rata±SD % TKG Rata-rata±SD % TKG Energi (kkal) ± ± Protein (g) 61.1± ± Lemak (g) 68.2± ± Karbohidrat (g) 331.1± ± JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret

4 Putra & Amalia lompok terutama terlihat pada konsumsi susu, yaitu rata-rata konsumsi susu pada subjek kelompok UKM lebih tinggi dibandingkan pada kelompok non-ukm. Selain itu, aktivitas fisik yang lebih tinggi pada kelompok UKM juga diduga menjadi faktor pendorong subjek mengonsumsi pangan lebih banyak karena tingkat kebutuhan energi yang menjadi tinggi. Hasil penelitian Turner et al. (2010) menunjukkan bahwa pengeluaran energi yang lebih tinggi selama aktivitas fisik yang berat meningkatkan kebutuhan asupan energi. Menurut Irawan (2007), pada olahraga dengan intensitas moderat-tinggi seperti sepakbola, diperlukan asupan energi yang tinggi sebagai sumber tenaga selama pertandingan. Kebiasaan Olahraga Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga disajikan pada Tabel 2. Jenis olahraga yang dilakukan subjek kedua kelompok cukup bervariasi. Jenis olahraga kelompok non-ukm yang paling banyak dilakukan adalah lari (24.0%). Olahraga lari banyak digemari karena olahraga ini mudah dilakukan dan lebih murah. Selain itu lari juga bermanfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer & Chida 2008; Hasibuan 2010). Adapun jenis olahraga yang paling banyak dilakukan oleh subjek kelompok UKM selain sepakbola adalah futsal, basket, dan badminton (antara 12% hingga 64%). Tabel 2. Sebaran Subjek berdasarkan Kebiasaan Olahraga Variabel Jenis Olahraga: UKM Non-UKM n % n % Tidak olahraga Badminton Berenang Lari Futsal Sepeda Basket Sepakbola Sepakbola & Futsal Sepakbola & Basket Sepakbola & Badminton Total Frekuensi Olahraga: Jarang (<1 kali/minggu) Cukup(1 3 kali/minggu) Sering (>3 kali/minggu) Total Rata-rata±SD (kali/minggu) 4.04 ± ± 1.23 Rata-rata frekuensi olahraga kelompok UKM lebih tinggi dan berbeda signifikan (p<0.05) dibandingkan kelompok non-ukm (4 kali/minggu Vs 1.2 kali/minggu). Subjek kelompok UKM umumnya tergolong sering berolahraga (60%), sementara subjek kelompok non-ukm umumnya adalah cukup (60.0%) (Tabel 2). Semua subjek pada kelompok UKM memiliki rutinitas olahraga minimal dua kali dalam setiap minggu yaitu pada hari Rabu dan Jumat. Daya Tahan Kardiorespiratori Subjek pada kelompok UKM umumnya memiliki daya tahan kardiorespirasi yang tergolong cukup (80.0%) sedangkan pada kelompok non-ukm umumnya tergolong cukup (48.0%) dan kurang (44.0%). Secara rata-rata daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM (40.1 ml O 2 /kg BB/menit) lebih tinggi dan berbeda nyata (p<0.05) dibandingkan dengan kelompok non-ukm (36.2 ml O 2 /kg BB/menit). Hasil ini masih jauh di bawah atlet sepakbola profesional yang mencapai 63.4 ml O 2 /kg BB/menit (McMillan et al. 2005). Hal ini menunjukkan bahwa intensitas latihan fisik atlet pada kelompok UKM Sepakbola IPB masih tergolong kurang. Latihan rutin kelompok UKM hanya dilakukan dua kali dalam seminggu. Massa otot kelompok UKM dan non-ukm u- mumnya tergolong sedang, yaitu masing-masing 60% dan 80%. Rata-rata massa otot kedua kelompok hampir sama, yaitu sekitar 28 kg. Meskipun demikian, massa otot subjek kelompok UKM tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non-ukm. Menurut Wiarto (2013), otot rangka dapat mengalami perubahan adaptif jangka panjang sesuai dengan aktivitasnya, yaitu perubahan dalam kapasitas oksidatif untuk sintesis ATP dan perubahan pada diameter otot. Latihan yang bersifat ketahanan akan meningkatkan potensi oksidatif otot sedangkan latihan yang bersifat kekuatan dapat meningkatkan diameter miofibrilar otot. Ukuran otot yang besar dapat meningkatkan kekuatan yang besar dalam jangka pendek, tetapi tidak cukup berpengaruh terhadap ketahanan (jangka panjang). Berdasarkan teori tersebut, massa otot subjek kelompok UKM yang tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non-ukm diduga erat kaitannya dengan jenis olahraga yang dilakukan subjek, yaitu sepakbola. Sepakbola merupakan olahraga yang lebih bersifat ketahanan, yaitu dilakukan dalam waktu cukup lama (2x45 menit) bukan jenis olahraga kekuatan. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Kardiorespirasi dan Massa Otot Subjek dengan tingkat kecukupan energi normal (75%) memiliki daya tahan kardiorespirasi de- 32 JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret 2014

5 Daya Tahan Kardiorespirasi Mahasiswa UKM dan Non-UKM Tabel 3. Hubungan antara Tingkat Kecukupan E- nergi dan Tingkat Kecukupan Energi: Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total Protein: Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total ngan kategori baik. Sebagian besar subjek dengan tingkat kecukupan energi normal memiliki daya tahan kardiorespirasi cukup (45.4%), sedangkan pada tingkat kecukupan energi defisit berat memiliki daya tahan kardiorespirasi yang kurang (38.4%). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan daya tahan kardiorespirasi (p=0.003, r=0.415). Hasil ini sejalan dengan penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) yang menunjukkan bahwa asupan kalori rata-rata atlet sepakbola berhubungan positif dengan stamina atlet. Pada penelitian tersebut terlihat bahwa faktor yang memengaruhi kapasitas VO 2 max adalah asupan makanan, kebiasaan hidup, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat kecukupan protein. Subjek dengan tingkat kecukupan protein defisit cenderung memiliki daya tahan kardiorespirasi yang kurang dan cukup, sementara subjek dengan tingkat kecukupan protein normal cenderung memiliki daya tahan kardiorespirasi yang cukup dan baik. Hasil uji hubungan Spearman menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05; r=0.365). Sebaran subjek dengan tingkat kecukupan energi dan protein menurut massa otot disajikan pada Tabel 3. Pada tabel tersebut tidak terlihat kecenderungan yang konsisten antara kedua variabel. Terdapat subjek dengan tingkat kecukupan defisit energi maupun protein berat dan sedang tetapi memiliki massa otot kategori sedang, bahkan tinggi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi maupun protein dengan massa otot (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Kerksick et al. (2006) yang menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit menyebabkan penurunan massa otot subjek. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi dan Subjek yang memiliki daya tahan kardiorespirasi yang baik memiliki kebiasaan olahraga dengan frekuensi minimal satu sampai tiga kali dalam seminggu. Sebagian besar subjek dengan daya tahan kardiorespirasi kategori cukup (45.5%) dan baik (50%), memiliki kebiasaan olahraga dengan frekuensi cukup (1 3 kali per minggu) dan sering (>3 kali per minggu). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa frekuensi olahraga berhubungan nyata positif dengan daya tahan kardiorespirasi (p=0.004, r=0.395). Hasil ini sejalan dengan penelitian Cox et al. (2004) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan olahraga secara rutin dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini berarti semakin seseorang rutin berolahraga maka daya tahan kardiorespirasinya akan semakin baik. Seperti halnya kaitan kecukupan energi dengan massa otot, tidak terlihat kecenderungan yang konsisten antara kebiasaan olahraga dengan massa otot (Tabel 4). Subjek umumnya memiliki massa otot kategori sedang pada ketiga kelompok kategori frekuensi olahraga, baik pada kelompok olahraga jarang, cukup, ataupun sering. Demikian juga dengan subjek dengan massa otot yang tinggi, dimiliki oleh subjek dengan sebaran yang relatif sama pada kelompok frekuensi olahraga jarang, cukup, ataupun sering. Hasil uji korelasi Spearman antara massa otot dengan kebiasaan olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05). Hal tersebut diduga karena adaptasi otot pada aktivitas olahraga sepakbola yang merupakan olahraga ketahanan belum mencukupi untuk dapat meningkatkan massa otot. Menurut Wiarto (2013) peningkatan massa otot lebih mudah terjadi pada aktivitas olahraga yang bersifat kekuatan, contohnya adalah olahraga angkat beban. Hal ini se- Tabel 4. Hubungan antara Frekuensi Olahraga dengan Kebiasaan Olahraga (frekuensi per minggu) Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Jarang (<1 kali) Sedang (1 3 kali) Sering (>3 kali) Total JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret

6 Putra & Amalia jalan seperti penelitian Hulmi et al. (2009) dimana subjek yang melakukan latihan angkat beban dua kali seminggu selama 21 minggu mengalami peningkatan massa otot. KESIMPULAN Tingkat kecukupan energi dan protein, frekuensi olahraga, dan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok UKM lebih tinggi dibandingkan kelompok non-ukm. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga, serta tingkat kecukupan energi dan protein dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas olahraga yang lebih tinggi menjadikan kebutuhan konsumsi pangan juga menjadi meningkat, dan fungsi kerja jantung dan paru (kardiorespirasi) menjadi lebih tinggi. Hasil uji korelasi antara asupan energi dan frekuensi olahraga tidak terdapat hubungan signifikan dengan massa otot tubuh (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa asupan energi, asupan protein dan frekuensi olahraga, khususnya sepakbola, pada subjek penelitian ini belum dapat meningkatkan massa otot tubuh. DAFTAR PUSTAKA Budiman Perbandingan tes lari 12 menit Cooper dengan tes ergometer sepeda Astrand. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), Cox KL, Burke V, Morton AR, Beilin LJ, & Puddey IB Independent and additive effects of energy restriction and exercise on glucose and insulin concentrations in sedentary overweight Men. Am J Clin Nutr, 80, [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Depkes RI, Jakarta. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Depkes RI, Jakarta. Fett C, Fett V, Fabbro A, & Marchini J Dietary re-education, exercise program, performance and body indexes associated with risk factors in overweight/obese women. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 2(2), Hamer M & Chida Y Walking and primary prevention: a meta-analysis of prospective cohort studies. Br J Sports Med, 42, Hasibuan R Terapi sederhana menekan gejala penyakit degeneratif. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 8(2), Hulmi JJ, Kovanen V, Selannne H, Kraemer WJ, Hakkinen K, & Mero AA Acute and longterm effects of resistance exercise with or without protein ingestion on muscle hypertrophy and gene expression. Amino Acids, 37(2), Irawan A Nutrisi, energi dan performa olahraga. Polton Sport Science dan Perfomance Lab, 01(4), (1 12). Irianto DP Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi Yogyakarta, Yogyakarta. [Kemenkes] Kementerian erian Kesehatan Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani. Kemenkes, Jakarta. Kerksick CM, Rasmussen CJ, Lancaster SL, Magu B, Smith P, Melton C, Greenwood M, Almada AL, Earnest CP, & Kreider RB The effects of protein and amino acid supplementation on performance and training adaptations during ten weeks of resistance training. J Strength Cond Res, 20, Krustrup P, Nielsen JJ, Krustrup BR, Christensen JF, Pedersen H, Randers MB, Aagaard P, Petersen AM, Nybo L, & Bangsbo J Recreational Soccer is an Effective Health-Promoting Activity for Untrained Men. Br J Sports Med, 1, Kusmana D Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. Liberato SC, Bressan J, & Hills AP The role of physical activity and diet on bone mineral indices in young men: a cross-sectional study. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 10, McMillan K, Helgerud J, Macdonald R, & Hoff J Physiological Adaptations to Soccer Specific Endurance Training in Professional Youth Soccer Players. Br J Sports Med, 39, Penggalih MH & Huriyati E Gaya hidup, status gizi, dan stamina atlet pada klub sepakbola. Berita Kedokteran Mayarakat, 23(4), Stear JS, Prentice A, Jones SC, & Cole TJ Effect of a calcium and exercise intervention on the bone mineral status of y-old adolescent girls. Am J Clin Nutr, 77, Turner JE, Markovitch D, Betts JA, & Thompson D Nonprescribed physical activity energy expenditure is maintained with structured exercise and implicates a compensatory increase in energy intake. Am J Clin Nutr, 92, Wiarto G Fisiologi dan Olahraga. Graha Ilmu, Yogyakarta 34 JGP, Volume 9, Nomor 1, Maret 2014

ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB

ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB vi ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB RANGGA NUANSA PUTRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

Oleh SHOFI IKRAMINA

Oleh SHOFI IKRAMINA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, AKTIVITAS FISIK, Z-SKOR, DAN FREKUENSI LATIHAN TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET REMAJA LAKI-LAKI DI KLUB BASKET SCORPIO, JAKARTA TIMUR Skripsi Ini Diajukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand

Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand Iwan Budiman Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung Abstract The study of fitness test had been done to 46

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Afriwardi Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : EGC.

DAFTAR PUSTAKA. Afriwardi Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : EGC. DAFTAR PUSTAKA Afriwardi. 2002. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : EGC. Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Arridho, Maulfi H. 2011. Hubungan Antara Tingkat

Lebih terperinci

Pengaruh Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap VO2 Maks

Pengaruh Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap VO2 Maks Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 5. Edisi 2. Desember 2015. ISSN: 2088-6802 Artikel Penelitian http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki Pengaruh Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga bolabasket banyak digemari oleh masyarakat seluruh dunia termasuk di Indonesia. Olahraga ini pertama kali dikenalkan di negara Amerika Serikat pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Penelitian ini menggunakan contoh mahasiswa mayor Ilmu Gizi tahun ajaran 2009 yang mengikuti mata kuliah Gizi Olahraga. Jumlah contoh awal dalam penelitian

Lebih terperinci

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY Nugroho Agung S. STKIP PGRI Sumenep Introduction Apa yang orang makan tidak hanya untuk kesehatannya saja akan tetapi juga untuk performa pada atlet olahraga. Tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran fisik adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan seharihari dengan bertenaga dan penuh kesiagaan, tanpa kelelahan yang tidak semestinya dan dengan cukup energi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

Hubungan Asupan Energi dan Status Hidrasi dengan Kebugaran Atlet Voly Putri Club Voly Baja 78 Bantul Yogyakarta

Hubungan Asupan Energi dan Status Hidrasi dengan Kebugaran Atlet Voly Putri Club Voly Baja 78 Bantul Yogyakarta Nutrisia, Volume 15 Nomor 2, September 2013, halaman 76-81 Hubungan Asupan Energi dan Status Hidrasi dengan Kebugaran Atlet Voly Putri Club Voly Baja 78 Bantul Yogyakarta Rahmawati 1, Nur Hidayat 2, Setyowati

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI AKTIVIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) IPB

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI AKTIVIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) IPB ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, November 2012, 7(3): 151 156 PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI AKTIVIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) IPB (Nutrition Knowledge, Physical

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS Perbedaan Pengaruh Frekuensi... (Elfiannisa Azmy Andini) 3 PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS WANITA DI CAKRA SPORT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan terutama beban ganda masalah gizi (double burden of malnutrition) yaitu kekurangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air memenuhi sekitar 60-65% berat badan orang dewasa. Kandungan air tubuh (body water) berbeda antar manusia tergantung proporsi jaringan otot dan jaringan lemak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI ATLET PENCAK SILAT DI KLUB SMP NEGERI 01 NGUNUT TULUNGAGUNG JURNAL EKO ANDI SUSILO 096484002 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 FIK UNY Abstrak Dalam rangka menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang memerlukan ketahanan dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI didapatkan hasil bahwa atlet sepak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu keprihatinan tersendiri bagi kondisi olahragawan profesional di Indonesia. Untuk membina seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola adalah olahraga yang membutuhkan kekuatan, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, serta daya tahan jantung dan paru (Depkes, 2002).Sepak bola adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan olahraga merupakan upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dengan olahraga atau latihan fisik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang atlet badminton harus selalu tampil prima dalam setiap pertandingan untuk mencapai hasil yang optimal. Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Ketahanan Fisik Atlet Sepak Bola Ps Barito Putera Tahun 2014

Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Ketahanan Fisik Atlet Sepak Bola Ps Barito Putera Tahun 2014 Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Ketahanan Fisik Atlet Sepak Bola Ps Barito Putera Tahun A Correlation of Energy And Protein Consumption With The Level Of Physical Endurance Of Football

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum INDAH FEBRIYANI 22010110120090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang diminati semua golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan beregu yang berisi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN...

LEMBAR PERSETUJUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENGESAHAN SKRIPSI... iv SURAT PERNYATAAN... v RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA PADA MURID SEKOLAH DASAR DI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK (Nutrition Knowledge, Physical Activity, Snack Consumption and

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP BOGOR KHARISMA TAMIMI

TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP BOGOR KHARISMA TAMIMI TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP BOGOR KHARISMA TAMIMI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Studi DIV Fisioterapi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK BOLA IKOR FIK UNESA

GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK BOLA IKOR FIK UNESA Jurnal Pembelajaran Olahraga http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/pjk/index Volume 3 Nomor 1 Tahun 2017 GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan aktivitas fisik di berbagai kalangan usia. Data susenas (Survei

Lebih terperinci

Perbandingan Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit antara Lansia yang Rutin Senam Lansia dengan Lansia yang Tidak Rutin Senam Lansia

Perbandingan Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit antara Lansia yang Rutin Senam Lansia dengan Lansia yang Tidak Rutin Senam Lansia Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Perbandingan Jarak Tempuh Uji Jalan 6 Menit antara Lansia yang Rutin Senam Lansia dengan Lansia yang Tidak Rutin Senam Lansia 1 Aidil Akbar Nurshal, 2 Widayanti,

Lebih terperinci

Specific Dynamic Action

Specific Dynamic Action Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen

Lebih terperinci

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia Tahun Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. 9 No. 2: 121-128, Oktober 2009 Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia 11-13 Tahun The Correlation Between

Lebih terperinci

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 ANALISIS PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI Analysis Of Reproductive Health Knowledge Of Exposure

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN Berkaitan dengan penelitian Hubungan Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang pada Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 90 LAMPIRAN 91 Lampiran 1: Prosedur Tes Bangku 3 Menit YMCA METODE TES KEBUGARAN: TES BANGKU 3 MENIT YMCA/ YMCA 3-MINUTE STEP TEST (Nieman, 2007) Tes bangku 3 menit YMCA dilakukan pada responden yang telah

Lebih terperinci

SURVEI STATUS GIZI ATLET PPLOP PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

SURVEI STATUS GIZI ATLET PPLOP PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 SURVEI STATUS GIZI ATLET PPLOP PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 Siti Baitul Mukarromah 1), Soegiyanto 1) Mohammad Arif Ali 1) Setya Rahayu 1) Hadi 2) Donny Wira Yudha 3) Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Manusia menjalani kehidupan dengan persaingan tingkat

Lebih terperinci