ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB"

Transkripsi

1 vi ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB RANGGA NUANSA PUTRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Rangga Nuansa Putra NIM I *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

3 vi ABSTRAK RANGGA NUANSA PUTRA. Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON. Kebiasaan olahraga bermanfaat untuk kesehatan di masa sekarang dan akan datang. Manfaat dari kebiasaan olahraga adalah menjaga berat badan ideal, meningkatkan densitas mineral tulang, dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan supan energi-protein dan kebiasaan olahraga terhadap massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Desain penelititan adalah cross sectional. Hasil menunjukkan bahwa rata-rata status gizi subjek adalah normal. Asupan energi, protein, lemak, karbohdirat, dan mineral subjek pada kelompok UKM lebih tinggi dibanding kelompok non-ukm. kebiasaan olahraga pada kelompok UKM lebih sering dibandingkan dengan kelompok non-ukm. Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM lebih tinggi dibanding dengan kelompok non-ukm. Terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi (p=0.003, r=0.415) dan protein (p=0.009, r=0.365) dengan daya tahan kardiorespirasi. Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga (p=0.004 r=0.395) dan durasi olahraga (p=0.010, r=0.361) dengan daya tahan kardiorespirasi. Kata kunci: asupan energi, daya tahan kardiorespirasi, massa otot tubuh. ABSTRACT RANGGA NUANSA PUTRA. Relationship of Energy-Protein Intake and Exercise Habits with Body Muscle Mass and Cardiorespiratory Endurance in UKM and non-ukm Football Student Group of IPB. Supervised by LEILY AMALIA FURKON. Exercise habit is useful for health of the present and future, namely to maintain ideal body weight, to increase bone mineral density and to improve cardiorespiratory endurance. The objective of this study was analyze the relationship between energy-protein intake and exercise habit to muscle mass and cardiorespiratory endurance. The study design was cross sectional. Nutritional status subjects was normal in average. Intakes of energy, protein, fat, carbohydrate, and mineral subject in UKM group was higher than intakes in non- UKM group. Exercise habit in UKM group was more frequent than that in non- UKM group. Cardiorespiratory endurance in UKM group better than non-ukm group. There was a significant relationship between intake of energy (p=0.003, r=0.415) and protein (p=0.009, r=0.365) with cardiorespiratory endurance. Similiarly, there was a significant relationship between exercise frequency (p=0.004 r=0.395) and exercise duration (p=0.010, r=0.361) with cardiorespiratory endurance. Key word : body muscle mass, intake energy, cardiorespiratory endurance

4 ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB RANGGA NUANSA PUTRA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

5 vi Judul Nama NIM : Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB : Rangga Nuansa Putra : I Disetujui oleh Leily Amalia Furkon STP MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Rimbawan Ketua Departemen Tanggal Lulus:

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini adalah gizi kebugaran, dengan judul Asupan Energi- Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB. Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Leily Amalia Furkon, STP, MSi selaku pembimbing atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan skripsi ini, serta kepada bapak Dr Hadi Riyadi, MS selaku penguji atas saran dan masukannya sehingga menjadikan ilmiah ini lebih baik. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada mahasiswa UKM sepak bola dan mahasiswa lain yang telah bersedia menjadi responden dalam skripsi ini. Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis atas segala doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman alih jenis angkatan lima, kosan gizi abadi, dan teman-teman lainnya atas doa, semangat dan bantuannya selama penelitian sampai terselesainya skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, walaupun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.. Bogor, Februari 2014 Rangga Nuansa Putra

7 vi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Manfaat Penelitian 2 Kerangka pemikiran 3 METODE PENELITIAN 5 Desain, Waktu dan Tempat 5 Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5 Jenis dan Cara Pengambilan data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 Definisi Operasional 10 HASIL PEMBAHASAN 10 Karakteristik Subjek 10 Asupan energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan 12 Aktivitas Fisik 13 Kebiasaan Olahraga 13 Massa Otot 15 Daya Tahan Kardiorespirasi 15 Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 16 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 17 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 18 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Massa Otot 19 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 22 DAFTAR RIWAYAT HIDUP 30 iv v

8

9 1 DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 5 2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian 7 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 9 4 Sebaran karakteristik subjek berdasarkan kelompok 11 5 Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-ukm 12 6 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) kelompok UKM dan non-ukm 13 7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga 14 8 Massa otot kelompok UKM dan non-ukm 15 9 Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-ukm Hubungan tingkat kecukupan dengan daya tahan kardiorespirasi Hubungan tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi Hubungan antara aktivitas dengan daya tahan kardiorespirasi Hubungan kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan daya tahan kardiorespirasi Hubungan kebiasaan olahraga (durasi) dengan daya tahan kardiorespirasi Hubungan tingkat kecukupan energi dengan massa otot Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan massa otot 20 DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka asupan energi-protein dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi 4 DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil uji korelasi beberapa variabel dengan daya tahan kardiorespirasi Hasil uji korelasi kebiasaan olahraga dengan massa otot Kuesioner penelitian 25

10 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas mahasiswa di suatu perguruan tinggi selain kuliah adalah melakukan pengembangan diri dalam suatu organisasi, salah satu contohnya yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM adalah suatu wadah atau organisasi pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai bidang salah satunya olahraga sepakbola. UKM sepakbola mempunyai latihan rutin sehingga membiasakan anggotanya mempunyai kebiasaan olahraga yang baik. Kebiasaan olahraga yang baik bermanfaat untuk masa sekarang dan akan datang. Manfaat dari kebiasaan olahraga adalah menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al. 2003), mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer and Chida 2008) dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang menjadi indikator kebugaran (Stevanie 2011). Kebiasaan olahraga yang rutin pada mahasiswa UKM sepakbola menuntut asupan gizi yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan gizi dan menyeimbangkan dengan aktivitas fisik. Sepakbola adalah olahraga ketahanan karena berlangsung selama 90 menit, sehingga perlu diperhatikan kebutuhan gizi para pemainnya. Kebutuhan gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan gizi mikro penting untuk menjaga kesehatan, adaptasi latihan dan stamina pemain (Penggalih dan Huriyati 2007). Stamina pemain dapat ditentukan dengan tingkat kebugarannya. Seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran yang baik apabila memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan Derajat kesehatan dan kebugaran seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni pengaturan makanan, istirahat dan olahraga. Penataan pola makan yang baik merupakan bagian dari gaya dan perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajat sehat dan bugar. Salah satu komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan adalah daya tahan kardiorespirasi (Irianto 2007). Pangan sumber protein bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sehingga mempengaruhi organ dan fungsi organ seperti jantung dan paruparu untuk bekerja secara optimal. Protein juga berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. Menurut Almatsier (2006), hemoglobin yang merupakan pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein. Hal ini membuktikan begitu pentingnya peran protein dalam pola makan kaitannnya dengan fungsi kerja organ seperti paru-paru dan jantung sebagai otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Kerja kedua organ penting ini akan mempengaruhi status kebugaran seseorang. Pola makan dan olahraga merupakan hal penting dilakukan berkaitan dengan tingkat kebugaran khususnya daya tahan kardiorespirasi bagi mahasiswa pada tahap dewasa awal. Pengaturan pola makan yang baik tidak hanya bagian dari perilaku hidup sehat tetapi untuk memperoleh derajat kebugaran. Kebiasaan olahraga berpengaruh positif terhadap kebugaran. Oleh karena itu, perlu diketahui

11 3 bagaimana hubungan pola makan dan kebiasaan olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi yang merupakan salah satu indikator kebugaran pada mahasiswa yang biasa melakukan olahraga dalam kelompok UKM sepakbola dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan merupakan kelompok UKM Sepakbola Institut Pertanian Bogor (IPB). Tujuan Umum Tujuan Penelitian Menganalisis hubungan asupan energi-protein dan kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa kelompok UKM dan non-ukm Sepakbola IPB. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain: 1. Mengidentifikasi karakteristik subjek, meliputi umur, besar uang saku, status gizi, serta pengeluaran pangan dan non pangan. 2. Mengidentifikasi asupan energi dan protein subjek. 3. Menganalisis aktivitas fisik subjek. 4. Menganalisis kebiasaan olahraga (jenis olahraga, frekuensi dan durasi olahraga) subjek. 5. Mengukur massa otot dan daya tahan kardiorespirasi subjek. 6. Menganalisis hubungan antara asupan energi dan protein dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. 7. Menganalisis hubungan antara aktifitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi. 8. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami pentingnya asupan gizi dan kebiasaan olahraga terhadap status kesehatan dan kebugaran. Kesehatan dan kebugaran dapat mengoptimalkan mahasiswa untuk melakukan aktivitas akademik guna mencapai prestasi akademik dan non-akademik.

12 4 Kerangka Pemikiran Pertumbuhan fisik dan proses pematangan fungsi-fungsi tubuh terjadi pada usia remaja dan dewasa awal. Maka dibutuhkan asupan zat gizi yang sesuai agar proses pertumbuhan berjalan dengan optimal. Setiap remaja akhir atau dewasa awal memiliki perbedaan pola konsumsi yang dipengaruhi karakteristik individu (usia, jenis kelamin, besar uang saku). Pangan sumber protein bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sehingga mempengaruhi organ dan fungsi organ seperti jantung dan paruparu untuk bekerja secara optimal. Protein juga berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin (Almatsier 2006). Pola konsumsi pangan sumber protein secara tidak langsung berpengaruh terhadap pembentukan massa otot dan optimalnya kerja sistem kardiorespirasi. Karakteristik seseorang juga mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau kebugaran fisik disebut dengan olahraga. Olahraga dengan intensitas teratur berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang merupakan komponen penting kebugaran. Daya tahan otot akan bertambah pada orang yang melakukan olahraga, karena terjadi perbaikan sistem transportasi ke dan dari otot (Moeloek 1984). Oleh karena itu, kebiasaan olahraga dan pola konsumsi pangan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat kebugaran seseorang (Irianto 2007). Penelitian ini bertujuan mengamati hubungan antara variabel pola konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-ukm sepakbola IPB. Gambar 1 menggambarkan kerangka pemikiran aupan energi dan zat gizi dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan massa otot dan daya kardiorespirasi pada mahasiswa.

13 5 Karakteristik contoh: BB dan TB Usia Status gizi Uang saku Pengeluaran pangan Pengeluaran non-pangan Konsumsi pangan Pola aktivitas Asupan protein Asupan zat gizi lain Kebiasaan Olahraga Jenis olahraga Frekuensi olahraga Durasi olahraga Massa otot tubuh Daya tahan kardiorespirasi Kebugaran Gambar 1 Kerangka pemikiran asupan energi dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi pada mahasiswa. Keterangan: = variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = hubungan yang tidak diteliti

14 6 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan di IPB. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki yang mengikuti UKM sepakbola IPB dan mahasiswa bukan kelompok UKM sepakbola. Cara pengambilan subjek dilakukan dengan purposive, berdasarkan kriteria subjek dalam keadaan sehat, bersedia menjadi subjek penelitian dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik, dan tidak memiliki riwayat penyakit kronik atau turunan (penyakit jantung, asma dll). Jumlah seluruh anggota UKM sepakbola yaitu 30 orang. Subjek yang bersedia mengikuti penelitian dari kelompok UKM berjumlah 25 orang. Jumlah subjek kelompok non-ukm menyesuaikan dengan jumlah subjek kelompok UKM yaitu 25 orang. Jumlah seluruh subjek adalah 50 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian adalah data primer. Data primer meliputi karakteristik subjek, konsumsi pangan, massa otot, status gizi, kebiasaan olahraga aktivitas fisik, dan daya tahan kardiorespirasi. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik subjek 1. Usia dan jenis kelamin 2. Besar uang saku 3. Pengeluaran pangan dan non pangan Wawancara terbuka menggunakan kuesioner 2 Konsumsi pangan 1. Jumlah dan jenis pangan yang Wawancara menggunakan dikonsumsi sehari kuesioner metode Recall 2 x Asupan energi dan protein 3 Kebiasaan olahraga 1. Jenis olahraga 2. Frekuensi olahraga 3. Durasi atau lama olahraga 4 Massa otot tubuh 1. Lingkar lengan atas (LILA) 2. Tebal lipatan kulit tricep 5 Status gizi Berat Badan antropometrik Tinggi Badan jam dipandu oleh peneliti. Wawancara menggunakan kuesioner Pengukuran dengan alat pita LILA dan skinfold caliper Pengukuran dengan alat timbangan dan mikrotois 6 Aktivitas fisik Aktivitas fisik hari kerja dan libur Wawancara menggunakan kuesioner 7 Daya tahan Jarak tempuh lari dan VO 2 max Diukur dengan tes Balke kardiorespirasi

15 7 Data karakteristik subjek diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Konsumsi pangan subjek diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner metode recall 2x24 jam dipandu oleh peneliti. Konsumsi pangan yang diambil adalah pada hari kerja dan hari libur. Kebiasaan olahraga subjek diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner meliputi jenis, frekuensi, dan durasi olahraga. Massa otot tubuh subjek diukur dengan mengkonversi panjang lingkar lengan atas dan tebal lipatan trisep. Lingkar lengan atas diukur menggunakan pita LILA, dan tebal lipatan kulit trisep menggunakan skinfold caliper. Aktivitas fisik subjek dimabil dua hari aktivitas yaitu pada hari kerja dan hari libur. Aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menggunakan metode tes Balke. Subjek yang akan dites diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15 menit, dengan cara berlari atau jalan, subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat di lintasan. Persiapan sebelum tes atau sehari sebelum tes yaitu subjek tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan, harus cukup tidur, makan teratur, tidak boleh minum kopi, coklat, minuman bersoda, makanan atau minuman yang mengandung antihistamin, diazepam seperti obat flu atau obat sakit badan (Budiman 2007). Pada hari akan tes, persiapan yang dilakukan adalah tes dilakukan minimal dua jam setelah makan ringan atau empat jam setelah makan banyak, tidak boleh merokok, pakaian tidak ketat, cukup longgar, nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerakan tubuh, untuk laki-laki memakai celana pendek (Budiman 2007). Prosedur tes Balke yaitu: 1. Subjek berlari mengelilingi lintasan selama 15 menit, secepat mungkin. 2. Subjek selama 15 menit itu tidak boleh berhenti, tetapi harus berlari atau jalan. 3. Ukur jarak yang ditempuh oleh subjek selama 15 menit itu, dari jarak itu dapat dihitung berapa VO 2 max nya dalam ml O 2 /kg BB/menit (Budiman 2007). Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang diluar jawaban. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows. Data tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mengetahui status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi yang diperoleh dari perbandingan tinggi badan dan berat badan merupakan pengukuran secara antropometrik. Hasil yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan Depkes (2004) menjadi underweight (IMT 18,5), normal (IMT: ), overweight (IMT: ), obes (IMT>30). Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data status gizi dan data lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

16 8 Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/urt diolah dengan menggunakan analisis konsumsi pangan. Angka kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi yang dianjurkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah: KGij = (Bj) x Gij x (BDD/100) Keterangan: KGij = penjumlahan zat gizi dari setiap bahan makanan/golongan yang dikonsumsi Bj = berat bahan makanan j (gram) Gij = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat digunakan (Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994) Pengukuran tingkat kecukupan energi dan protein merupakan tahap lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan merupakan persentase konsumsi aktual subjek dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan berdasarkan WNPG tahun Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut: TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan: TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i AKG = Kecukupan zat gizi iyang dianjurkan (sumber: Hardinsyah & Briawan 1994) Tabel 2 Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian No Variabel Kategori Acuan 1. Status gizi (IMT) 1. Kurus (IMT 18,50) 2. Normal (IMT: ) 3. Gemuk (IMT: ) 4. Obes (IMT >30) Depkes Uang saku (Rupiah/bulan) Pengeluaran pangan (Rupiah/bulan) Pengeluaran non pangan (Rupiah/bulan) Tingkat Kecukupan Energi 1. Rendah : < Rp Sedang : Rp Rp Tinggi : > Rp Rendah : < Rp ,47 2. Sedang : Rp ,47 Rp ,52 3. Tinggi : > Rp ,52 1. Rendah : < Rp ,98 2. Sedang : Rp ,98 Rp ,01 3. Tinggi : > Rp ,01 1. Defisit tingkat berat : <70% AKE 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKE 3. Kurang : 80-89%AKE 4. Cukup : % AKE 5. Lebih : 120% AKE Berdasarkan ± rata-rata dan standar deviasi Berdasarkan ± rata-rata dan standar deviasi Berdasarkan ± rata-rata dan standar deviasi Depkes 2004

17 9 Tabel 2 (lanjutan) Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian 1. Defisit tingkat berat : <70% AKP 6. Tingkat Kecukupan Protein 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKP 3. Kurang : 80-89%AKP 4. Cukup : % AKP 5. Lebih : 120% AKP Depkes Kurang (<25%) Kontribusi Lemak 2. Normal (25-35%) terhadap AKE IOM Kontribusi Karbohidrat terhadap AKE Tingkat Kecukupan vitamin dan mineral Aktivitas fisik (Nilai PAL) 11. Massa otot 12 Daya tahan kardiorespirasi (nilai VO 2 max) 3. Lebih (>35%) 1. Kurang (<45%) 2. Normal (45-65%) 3. Lebih (>65%) 1. Kurang : <77 2. Cukup : >77 1. Ringan : Sedang : Berat : Rendah : < Sedang : Tinggi : > Kurang : Cukup : Baik : IOM 2005 Depkes 2004 FAO 2001 Berdasarkan ± rata-rata dan standar deviasi Depkes 2005 Data pengukuran massa otot tubuh diperoleh dari konversi Lingkar Lengan Atas (LILA) dan tebal lipatan kulit trisep dengan mengacu pada penelitian Gibson (2005), yaitu menggunakan rumus persamaan sebagai berikut: cama = massa otot = Tinggi Badan (cm) x [0, (0,029 x cama)] ket: cama = luas otot lengan atas terkoreksi C1 = lingkar lengan atas, LILA (cm) TSK = tebal lipatan kulit trisep (cm) π = 3,1416 Massa otot dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Kategori massa otot dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk setiap kegiatan ditunjukkan dalam Tabel 3. Nilai PAR diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level) diperoleh dengan mengalikan PAR dengan waktu (dalam jam) melakukan sebuah aktivitas (FAO/WHO/UNU 2001). Nilai PAL dilihat dari dua hari yaitu hari kerja dan hari libur. Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL: Physical Activity Level (PAL) = (Lama melakukan aktivitas x PAR) : 24 Jam

18 10 Tabel 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik Aktivitas PAR Tidur (tidur siang dan malam) 1 Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2 Duduk sambil menonton TV 1.72 Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5 Makan dan minum 1.6 Jalan santai 2.5 Berbelanja (membawa beban) 5 Mengendarai kendaraan 2.4 Menjaga anak 2,5 Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75 Setrika pakaian (duduk) 1.7 Kegiatan berkebun 2.7 Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3 Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) 1.6 Olahraga (badminton) 4.85 Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5 Olahraga (bersepeda) 3.6 Olahraga (aerobic, berenang, sepakbola, dan lain-lain) 7.5 Sumber : FAO/WHO/UNU 2001 Keterangan: PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktifitas) Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO 2 max yang diperoleh dari tes lari selama 15 menit kemudian dihitung seberapa jauh jarak tempuh subjek. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO 2 max calculator). Hasil perhitungan jarak yang telah ditempuh subjek dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut. %VO 2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) 133) x 0.172] Data yang terkumpul kemudian diananlisis secara deskriptif, uji beda dan uji korelasi. Data yang diolah secara deskriptif terdiri dari karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, besar uang saku, berat badan, tinggi badan, dan status gizi), asupan zat gizi, kebiasaan olahraga, massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Uji beda yang digunakan adalah uji beda Mann-Whitney. Uji beda dilakukan untuk menganalisis perbedaan variabel pada subjek kelompok UKM dan non-ukm. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi-protein dengan daya tahan kardiorespirasi serta untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

19 11 Definisi Operasional Subjek adalah mahasiswa IPB kelompok UKM dan non kelompok UKM sepakbola IPB. UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah suatu wadah atau organisasi pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai bidang. Karakteristik subjek adalah kondisi subjek yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan sumber protein, meliputi umur, jenis kelamin, dan besar uang saku Status gizi adalah keadaan tubuh subjek yang ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan dalam satuan kilogram per tinggi badan dalam satuan meter (kg/m 2 ) atau biasa disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan mengacu pada WHO (2007). Penilaian konsumsi pangan adalah menilai kualitas konsumsi makanan serta kandungan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh subjek dengan menggunakan metode food recall. Kebutuhan zat gizi adalah kebutuhan zat gizi yang dianjurkan untuk dipenuhi oleh subjek berdasarkan Angka kecukupan Gizi dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004 Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau kebugaran fisik. Kebiasaan olahraga adalah olahraga rutin yang dilakukan subjek yang dinilai dari jenis, frekuensi, dan durasi olahraga dalam satuan waktu tertentu. Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh subjek memakai oksigen untuk memproduksi energi selama melakukan aktivitas tanpa menimbulkan rasa lelah. Tes Balke adalah tes kebugaran untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi dengan cara subjek berlari atau berjalan tanpa berhenti atau beristirahat di tempat selama 15 menit mengelilingi lintasan. VO 2 max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dibedakan berdasarkan kelompok UKM dan non- UKM sepakbola. Subjek non-ukm diambil dari mahasiswa yang bukan anggota dari UKM sepakbola. Karakteristik subjek meliputi umur, status gizi berdasarkan indeks massa tubuh, b esar uang saku, pengeluaran pangan dan non pangan per bulan.

20 12 Subjek berjumlah 50 mahasiswa IPB yang terdiri dari 25 orang kelompok UKM sepakbola dan 25 orang kelompok non-ukm. Umur minimum subjek adalah 17 tahun dan maksimumnya yaitu 24 tahun. Subjek di dua kelompok dominan pada rentang usia 18 sampai 22 tahun. Kelompok UKM (19.9 tahun) mempunyai umur rata-rata lebih muda dibanding kelompok non-ukm (21.6 tahun). Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara umur kelompok UKM dan non-ukm (p<0.05). sebaran karakteristik subjek dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran karakteristik subjek berdasarkan kelompok Variabel UKM Non-UKM n % n % Usia < > Total Rata-rata±SD (tahun) 19.9 ± ± 1.2 Status gizi Kurus (IMT 18,50) Normal (IMT: ) Gemuk (IMT: ) Total Rata-rata±SD (kg/m 2 ) 20.4 ± ± 3.0 Besar Uang saku/bulan Rendah (<Rp ,11) Sedang (Rp ,11- Rp ,88) Tinggi (>Rp ,88) Total Rata-rata±SD (Rp) ± ± Pengeluaran Pangan/bulan Rendah (<Rp ,47) Sedang (Rp ,47 - Rp ,52) Tinggi (>Rp ,52) Rata-rata±SD (Rp) Rata-rata ± Standar deviasi ± ± Pengeluaran Non Pangan/bulan Rendah (< Rp ,98) Sedang (Rp ,98 - Rp ,01) Tinggi (> Rp ,01) Total Rata-rata±SD (Rp) ± ±

21 13 Status gizi subjek dominan pada status gizi normal, baik pada kelompok UKM (100%) dan non-ukm (78%). Hasil uji beda status gizi antara dua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05). Besar uang saku subjek perbulan paling kecil adalah Rp ,- dan yang paling besar adalah Rp ,-. Besar uang saku dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Uang saku dari subjek dominan bersumber dari orang tua dan sebagian dari beasiswa. Uang saku yang digunakan subjek dibagi menjadi dua jenis pengeluaran yaitu pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Uang saku lebih banyak dikeluarkan untuk pangan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah pengeluaran pangan yang lebih besar dibanding pengeluaran non pangan. Hasil uji Mann- Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok baik pada variabel uang saku, pengeluaran pangan dan pengeluaran non-pangan (p>0.05) yang ketiganya masuk pada kategori sedang. Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan Bahan pangan yang telah dikonsumsi dan diserap dalam tubuh akan dicerna menjadi berbagai zat makanan atau zat gizi. Fungsi zat gizi tersebut antara lain yaitu sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, mengatur metabolisme dan keseimbangan tubuh, serta berperan dalam sistem imun (Sediaoetama 2008). Kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah taraf konsumsi zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non- UKM dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-ukm Asupan Zat Gizi UKM Non-UKM Rata-rata±SD % TKG Rata-rata±SD % TKG Energi (kkal) ± ± Protein (g) 61.1± ± Lemak (g) 68.2± ± Karbohidrat (g) 331.1± ± Kalsium (mg) ± ± Zat besi (mg) 10.3± ± Vitamin A (RE) 817.8± ± Vitamin B1 (mg) 1.2± ± Vitamin C (mg) 33.0± ± Asupan energi didapat dari data recall selama dua hari yaitu, pada hari kerja dan hari libur. Rata-rata asupan energi dari kedua kelompok berbeda, kelompok UKM memiliki asupan energi lebih tinggi dibanding kelompok non- UKM. Tingkat kecukupan energinya juga lebih tinggi kelompok UKM dibanding

22 14 non-ukm. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada dua kelompok terkait asupan energinya (p<0.05). Hal ini terjadi karena kelompok UKM lebih banyak mengkonsumsi jenis pangan salah satunya yaitu susu. Jenis pangan yang dikonsumsi juga terkait dengan uang saku yang dimilki subjek. Ratarata uang saku dan pengeluaran pangan kelompok UKM lebih besar daripada kelompok non-ukm. Rata-rata asupan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, dan kalsium pada kelompok UKM lebih tinggi dibanding kelompok non-ukm. Uji beda pun menunjukkan bahwa asupan zat gizi kedua kelompok berbeda nyata (p<0.05). Hal ini terjadi diduga karena tingkat aktivitas UKM lebih tinggi sehingga konsumsi pangan pun menjadi tinggi. Menurut Irawan (2007) pada olahraga dengan intensitas moderat-tinggi seperti sepakbola, fungsi karbohidrat dan lemak sangat dibutuhkan sebagai sumber energi utama tubuh selama pertandingan. Proses pembakaran satu gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal sedangkan satu gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam. Rata-rata tingkat aktifitas fisik subjek kelompok UKM dan non-ukm dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) kelompok UKM dan non-ukm Kategori PAL UKM Non-UKM n % N % Ringan Sedang Berat Total Rata-rata±SD 1.74 ± ± 0.13 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui rata-rata aktivitas fisik pada subjek kelompok UKM dan non-ukm. Kelompok UKM lebih dominan memiliki aktivitas fisik kategori sedang sebanyak 21 orang dengan persentase 84%. Kelompok non-ukm lebih dominan memiliki aktivitas fisik kategori ringan sebanyak 22 orang dengan persentase 88%. Hal ini diperkuat dengan hasil uji beda Mann-Whitney yang menunjukkan perbedaan nyata aktivitas fisik antara dua kelompok (p<0.05). Kelompok UKM mempunyai aktivitas yang lebih aktif karena mereka melakukan olahraga rutin setiap minggu lebih banyak dibanding kelompok non- UKM. Rata-rata tingkat aktifitas fisik mahasiswa ringan sampai sedang karena saat hari kerja mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk kuliah dan mengerjakan tugas.

23 15 Kebiasaan Olahraga Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup) (Watson 1992). Pola olahraga terdiri dari tiga hal yaitu frekuensi, intensitas, dan tempo. Frekuensi adalah berapa kali dalam seminggu kegiatan olahraga dilakukan agar memberi efek latihan bagi kesehatan. Intensitas menunjukkan berat beban latihan yang diberikan agar memberikan efek latihan tanpa membahayakan, sedangkan tempo mengandung arti jangka waktu atau lamanya latihan yang dilakukan agar memberikan manfaat (Kusmana 1997). Kebiasaan olahraga dapat dilihat dari seberapa sering seseorang melakukan olahraga dalam periode waktu tertentu. Frekuensi olahraga pada penelitian ini diamati dalam periode waktu seminggu. Kelompok non-ukm sebanyak sembilan orang (36%) tidak melakukan olahraga dan hanya satu orang (4%) yang melakukan olahraga dalam kategori sering. Semua subjek pada kelompok UKM melakukan rutinitas olahraga minimal dua kali dalam setiap minggu yaitu pada hari Rabu dan Jumat. Hal ini terjadi karena anggota kelompok UKM melakukan latihan sepakbola rutin dua kali setiap minggu. Uji beda Mann- Whitney kebiasaan olahraga menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara dua kelompok (p<0.05). Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga Variabel UKM Non-UKM n % n % Jenis Olahraga Tidak olahraga Badminton Berenang Jogging Futsal Sepeda Basket Sepakbola Sepakbola dan Futsal Sepakbola dan Basket Sepakbola dan Badminton Total Frekuensi olahraga (per minggu) Jarang (<1 kali) Sedang (1-3 kali) Sering (>3 kali) Total Rata-rata±SD 4.04 ± ± 1.23 Durasi Olahraga (jam per minggu) < > Total Rata-rata±SD 7.2 ± ± 2.61

24 16 Sebaran kebiasaan olahraga subjek dapat dilihat pada Tabel 7. Jenis olahraga yang dilakukan kedua kelompok bervariasi. Jenis olahraga kelompok non-ukm yang paling banyak dilakukan adalah joging (24%). Olahraga jogging atau lari banyak digemari karena olahraga ini mudah dilakukan dan lebih murah. Subjek umumnya melakukan jogging di lingkungan kampus IPB pada hari libur. Manfaat olahraga jogging juga banyak untuk kesehatan seperti menjaga berat badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al. 2003), dan mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer and Chida 2008). Jenis olahraga kelompok UKM yang paling banyak dilakukan selain sepakbola yaitu futsal, basket dan badminton. Jenis olahraga yang paling banyak dilakukan adalah sepakbola dan futsal (64%). Hal inilah yang mendasari penentuan sepakbola sebagai kelompok subjek yang dipilih karena sepakbola merupakan salah satu olahraga paling digemari di masyarakat. Durasi olahraga mengukur seberapa lama seseorang melakukan olahraga dalam satu waktu. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan nyata durasi olahraga pada kedua kelompok (p<0.05). Hal ini dapat dilihat dari data diatas bahwa sebanyak 9 orang (36%) dari kelompok non-ukm durasi olahraganya <0.7 jam perminggu karena mereka tidak melakukan olahraga, sedangkan semua subjek dari kelompok UKM melakukan olahraga dengan durasi jam perminggu (76%) dan >8.3 jam perminggu (24%). Frekuensi olahraga yang baik adalah 3 sampai 4 kali perminggu dengan durasi menit. Olahraga sebaiknya dimulai dengan pemanasan selama 3-5 menit dengan tujuan membantu melonggarkan kekakuan dengan meningkatkan aliran darah ke otot, meningkatkan denyut jantung secara bertahap sampai pada tahap inti. olahraga pun dianjurkan diakhiri dengan pendinginan dengan tujuan membantu darah agar tidak berkumpul di kaki dan dapat menghindari pusing dan kaku pada otot (Hasibuan 2010). Massa Otot Otot rangka dapat mengalami perubahan adaptif jangka panjang sesuai dengan aktivitasnya. Ada dua jenis perubahan yang bisa diinduksi di serat otot, yaitu perubahan dalam kapasitas sintesis ATP dan perubahan diameter otot. Latihan ketahanan akan meningkatkan potensi oksidatif otot, sedangkan latihan kekuatan meningkatkan diameter miofibrilar otot. Ukuran otot dapat diperbesar dengan latihan anaerob, durasi pendek, serta latihan kekuatan dengan intensitas tinggi seperti angkat beban. Ukuran otot yang besar dapat meningkatkan kekuatan yang besar untuk jangka pendek, tapi ketahanan tidak begitu meningkat (Wiarto 2013). Tabel 8 Massa otot kelompok UKM dan non-ukm Kategori UKM Non-UKM n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-rata±SD 28.3± ±3.1

25 17 Berdasarkan Tabel 8, massa otot kelompok UKM dan non-ukm dominan pada kategori sedang. Kelompok UKM sebanyak 60% masuk kategori sedang sedangkan non-ukm sebanyak 80% masuk kategori sedang. Rata-rata massa otot kedua kelompok hampir sama sekitar 28±3 kg. Daya Tahan Kardiorespirasi Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan fungsional organ paru dan jantung dalam mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama. Seseorang yang memiliki daya tahan kardiorespirasi yang baik tidak akan cepat lelah setelah melakukan serangkaian kegiatan. Kualitas daya tahan kardiorespirasi dinyatakan dengan VO 2 max (Irianto 2001). VO 2 max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif (Wiarto 2013). Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dominan pada kategori cukup (80%) sedangkan pada kelompok non-ukm kategori kurang (44%) dan cukup (48%) hampir sama jumlahnya. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan nyata daya tahan kardiorespirasi antara kelompok UKM dan non-ukm (p<0.05). Penelitian ini sejalan deangan penelitian yang dilakukan Adawiyah (2011) pada mahasiswa TPB IPB yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki nilai VO 2 max dalam kategori cukup (52.4%) dan hanya sebagian kecil (4.8%) dalam kategoti baik. Sebaran data daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-ukm dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-ukm Kategori UKM Non-UKM n % n % Kurang Cukup Baik Total Rata-rata±SD 40.1± ±4.0 Rata-rata nilai VO 2 max pada kelompok UKM 40,1 ml O 2 /kg BB/menit dengan standar deviasi 3,8. Hasil ini masih jauh dibawah atlet sepakbola profesional seperti pada penelitian McMillan et al. (2005) yaitu 63,4 ml O 2 /kg BB/menit. Nilai VO 2 max yang masih belum memenuhi standar atlet pada kelompok UKM diduga karena belum adanya latihan fisik pada menu latihan rutin. Latihan rutin kelompok UKM pun hanya dilaksanakan dua kali setiap minggu. Menurut Kuntaraf dan Kuntaraf (2006), terdapat lima faktor yang menentukan VO 2 max seseorang yaitu jenis kelamin, usia, keturunan, komposisi tubuh, dan latihan. Penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) pada atlet sepakbola menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas VO 2 max adalah asupan makanan, kebiasaan hidup, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. Minuman olahraga (sport drink) sebelum pertandingan dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi sekitar 15.5% (Byars et al. 2006).

26 18 Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Tingkat kecukupan energi dan protein subjek diduga berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Dewi (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kecukupan energi siswa pusat pendidikan TNI terhadap daya tahan fisik yang diukur dengan nilai VO 2 max. Penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) juga menunjukkan bahwa asupan kalori rata-rata atlet sepakbola berhubungan positif dengan stamina atau daya tahan atlet. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Hubungan antara tingkat kecukupan dengan daya tahan kardiorespirasi Tingkat kecukupan energi Daya tahan kardiorespirasi (VO 2 Max) Kurang Cukup Baik n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total Subjek dengan daya tahan kardiorespirasi kategori baik memiliki tingkat kecukupan energi normal (75%). Sebagian besar dari semua subjek dengan tingkat kecukupan energi normal memiliki daya tahan kardiorespirasi cukup (45.4%), sedangkan pada tingkat kecukupan energi defisit berat memiliki daya tahan kardiorespirasi yang kurang (38.4%). Sebaran tingkat kecukupan protein subjek tidak jauh berbeda dengan tingkat kecukupan energi terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 11.. Tabel 11 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi Tingkat kecukupan protein Daya tahan kardiorespirasi (VO 2 Max) Kurang Cukup Baik n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total

27 19 Hasil uji hubungan Spearman menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Protein berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. Menurut Almatsier (2006), hemoglobin adalah ikatan protein yang merupakan pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Aktivitas fisik seseorang diduga berpengaruh positif terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penelititan Gutin et al. (2005) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tingkat aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi. Hal ini berarti semakin aktif tingkat aktivitas seseorang semakin baik daya tahan kardiorespirasimya. Sebaran aktifitas fisik subjek kaitannya dengan kategori daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 12. Subjek dominan memiliki aktifitas fisik pada kategori sedang dengan daya tahan kardiorespirasinya pada kategori cukup (60.6%). Menurut penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) pada atlet sepakbola yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas VO 2 max adalah aktivitas fisik. Rendahnya tingkat aktifitas fisik dan daya tahan kardiorespirasi merupakan salah satu penyebab terjadinya metabolik sindrom (Ekelund et al. 2009). Tabel 12 Hubungan antara aktivitas dengan daya tahan kardiorespirasi Aktivitas fisik Daya tahan kardiorespirasi (VO 2 Max) Kurang Cukup Baik n % n % n % Ringan Sedang Berat Total Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Kebiasaan olahraga diduga berpengaruh positif dengan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan kebiasaan olahraga yang dinilai dari frekuensi perminggu berhubungan nyata terhadap daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penilitian Cox et al. (2004) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok laki-laki dewasa yang melakukan latihan rutin dengan kelompok kontrol. Hal ini berarti semakin seseorang rutin berolahraga maka daya tahan kardiorespirasinya akan semakin baik. Tabel 13 menunjukkan sebaran subjek dengan kategori kebiasaan olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi. Subjek yang memiliki daya tahan

28 20 kardiorespirasi yang baik memiliki kebiasaan olahraga dengan frekuensi minimal satu sampai tiga kali dalam seminggu. Sebagian besar subjek memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori cukup dengan frekuensi olahraga 1-3 kali perminggu. Tabel 13 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan daya tahan kardiorespirasi Kebiasaan olahraga (frekuensi per minggu) Daya tahan kardiorespirasi (VO 2 Max) Kurang Cukup Baik n % n % n % Jarang (<1 kali) Sedang (1-3 kali) Sering (>3 kali) Total Kebiasaan olahraga selain dilihat dari frekuensinya, juga dapat dilihat dari durasi atau seberapa lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali olahraga (Kusmana 1997). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara durasi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Sebaran subjek berdasarkan durasi olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 14. Subjek dominan melakukan durasi olahraga selama lebih dari 8,3 jam perminggu dan memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori cukup. Menurut Guyton dan Hall (2008), aktifitas fisik yang berat seperti olahraga akan meningkatkan aliran darah ke paru-paru dan ventilasi, kapasitas difusi oksigen meningkat pada pria dewasa muda sampai maksimum. Meningkatnya oksigen yang dihirup sebanding dengan latihan atau kerja yang dilakukan secara maksimal. Menurut Wiarto (2013) aktifitas olahraga yang dilakukan secara rutin dapat memanfaatkan oksigen yang berguna untuk memperkuat otot jantung sehingga dapat memompa darah lebih banyak ke seluruh tubuh, memperlebar pembuluh nadi sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah menjadi meningkat, dan dapat meningkatkan jumlah sel darah merah sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah untuk menghasilkan energi menjadi meningkat. Tabel 14 Hubungan antara kebiasaan olahraga (durasi) dengan daya tahan kardiorespirasi Durasi olahraga (jam perminggu) Daya tahan kardiorespirasi (VO 2 Max) Kurang Cukup Baik n % n % n % < > Total

29 21 Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Massa Otot Tingkat kecukupan energi dan protein subjek diduga berhubungan dengan massa otot. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan massa otot (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelititan Kerksick et al. (2006). Tingkat kecukupan energi dan protein yang defisit akan menyebabkan penurunan massa otot. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi otot dan performa fisik seseorang (Carbone et al. 2012). Namun suplementasi protein menunjukkan hasil yang tidak signifikan peningkatan dengan massa otot seseorang (Bird et al. 2006). Oleh karena itu untuk memenuhi kecukupan energi dan protein lebih baik dengan makan makanan daripada dengan suplemen. Sebaran subjek dengan tingkat kecukupan energi dan massa otot dapat dilihat pada Tabel 15. Subjek dengan tingkat kecukupan defisit berat dominan memiliki massa otot kategori rendah (37.5%). Sebagian besar subjek memiliki massa otot kategori sedang dengan tingkat kecukupan energi normal (40.0%). Tabel 15 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan massa otot Tingkat kecukupan energi Massa otot Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Lebih Total Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Massa Otot Kebiasaan olahraga diduga dapat mempengaruhi massa otot seseorang. Subjek dengan kebiasaan olahraga lebih dari tiga kali seminggu memiliki massa otot paling banyak pada kategori sedang (33.3%). Subjek dominan memiliki massa otot kategori sedang dengan frekuensi olahraga satu sampai tiga kali perminggu (Tabel 16). Hasil uji korelasi Spearman antara massa otot tubuh dengan kebiasaan olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Krustrup et al. (2008). Tabel 16 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan massa otot Kebiasaan olahraga (frekuensi per minggu) Massa otot Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Jarang (<1 kali) Sedang (1-3 kali) Sering (>3 kali) Total

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Case Study.Penelitian ini dilakukan di SDN Pasanggrahan 2, Desa Cilangohar, Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.Pengambilan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2011 di SMP/SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 17 METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di lingkungan Kampus (IPB)

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40

METODE PENELITIAN. Kelas Populasi (N) Contoh (n) Kelas Kelas Total 81 40 15 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah metode survei dengan teknik wawancara. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Babakan, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus-September 2011 di SMA Negeri 6

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, bertempat di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) PT. Krakatau Steel Cilegon, Propinsi Banten. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Olahraga adalah segala bentuk aktivitas fisik kompetitif yang biasanya dilakukan melalui partisipasi santai atau terorganisi, bertujuan untuk menggunakan, memelihara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study dengan metode observasional. Penelitian dilaksanakan di Polres Kota Cimahi. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

Bagan Kerangka Pemikiran "##

Bagan Kerangka Pemikiran ## KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga pendakian gunung termasuk dalam kategori aktivitas yang sangat berat (Soerjodibroto 1984). Untuk itu diperlukan kesegaran jasmani, daya tahan tubuh yang prima, dan keseimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi

Karakteristik Sampel: Usia Jenis Kelamin Berat Badan Tinggi Badan. Kebutuhan Energi dan Zat Gizi. Status Gizi 20 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi merupakan hasil masukan zat gizi dan pemanfaatannya dalam tubuh. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik yang menggambarkan sistem penyelenggaraan makan dan preferensi para atlet terhadap menu makanan yang disajikan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study. Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Aspek Sosio-ekonomi dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI DAN MASSA OTOT PADA MAHASISWA IPB

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI DAN MASSA OTOT PADA MAHASISWA IPB ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2014, 9(1): 29 34 HUBUNGAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN FREKUENSI OLAHRAGA DENGAN DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI DAN MASSA OTOT PADA MAHASISWA IPB (Relationship of

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat kecukupan energi zat gizi anak usia sekolah Keterangan : = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti KERANGKA PEMIKIRAN Usia sekolah adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Kebutuhan gizi pada masa anak-anak harus dipenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA MAHASISWI IPB ELLSA FAUZIAH TRIEYANI

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA MAHASISWI IPB ELLSA FAUZIAH TRIEYANI vi HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA MAHASISWI IPB ELLSA FAUZIAH TRIEYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional. Pemilihan lokasi SMA dilakukan secara purposive dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang)

METODE PENELITIAN. =(1.96) (0.9) (0.2) =77.8=78 (orang) 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman) Intake energi. Persentase tingkat konsumsi cairan. Kecenderungan dehidrasi KERANGKA PEMIKIRAN Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai Kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat juga keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif dan ekonomis.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 15 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini seluruhnya menggunakan data dasar hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR. Oleh: Willy Prasetyo Raharjo

HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR. Oleh: Willy Prasetyo Raharjo i HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR Oleh: Willy Prasetyo Raharjo DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Indonesia 90 LAMPIRAN 91 Lampiran 1: Prosedur Tes Bangku 3 Menit YMCA METODE TES KEBUGARAN: TES BANGKU 3 MENIT YMCA/ YMCA 3-MINUTE STEP TEST (Nieman, 2007) Tes bangku 3 menit YMCA dilakukan pada responden yang telah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitan ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional ~t~tdy dengan menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan di SD Bina Insani Bogor, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang bertujuan mempelajari hubungan pengetahuan gizi ibu dan kebiasaan jajan siswa serta kaitannya dengan status

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 46 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Pada proses perencanaan penelitian, hasil kalkulasi ukuran sampel beda proporsi menghasilkan angka sebesar 75 sampel. Sementara itu, jumlah

Lebih terperinci

Specific Dynamic Action

Specific Dynamic Action Kebutuhan Energi Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA

HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA HUBUNGAN JENIS TRANSPORTASI KE SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN KEBUGARAN JASMANI REMAJA PUTRI AKSOVA MASTURINA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eplanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih dengan rancangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT YESSY NIARTY DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari menuntut kita harus selalu sehat dan bugar. Selain membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan oleh banyaknya klub-klub sepak bola yang ada dan penggemar yang tidak sedikit.

Lebih terperinci

TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP BOGOR KHARISMA TAMIMI

TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP BOGOR KHARISMA TAMIMI TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN KEBUGARAN PEGAWAI PT INDOCEMENT DI CITEUREUP BOGOR KHARISMA TAMIMI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN AKTIVITAS FISIK ANAK SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI LEBIH DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN BOGOR PRATIWI RAHMA AYU DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan dengan mengolah data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang berhubungan dengan kemampuan atau kesanggupan tubuh yang berfungsi dalam menjalankan pekerjaan secara optimal dan efisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia. Saat ini, pencak silat sendiri sudah dipertandingkan diberbagai ajang kompetisi olahraga internasional,

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN

KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN KEBIASAAN MINUM DAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA HAFIDUDIN DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI AKTIVIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) IPB

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI AKTIVIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) IPB ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, November 2012, 7(3): 151 156 PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI AKTIVIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) IPB (Nutrition Knowledge, Physical

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA V o l. 1, N o. 2, J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7 101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA Naintina Lisnawati

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI ANISYAH CITRA

HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI ANISYAH CITRA HUBUNGAN INTENSITAS LATIHAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN PADA MAHASISWI UKM BELADIRI ANISYAH CITRA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1). BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan fisik sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran, selain itu olahraga juga dapat ditunjukkan

Lebih terperinci