PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN MASALAH-MASALAH SOSIAL. BAB I Pengertian Ilmu Sosial Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN MASALAH-MASALAH SOSIAL. BAB I Pengertian Ilmu Sosial Dasar"

Transkripsi

1 PERANAN HUKUM DALAM PENYELESAIAN MASALAH-MASALAH SOSIAL MIRZA NASUTION, SH. M.HUM Fakultas Hukum Bagian Hukum Tata Negara Universitas Sumatera Utara BAB I Pengertian Ilmu Sosial Dasar 1. Pendahuluan Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah suatu program pelajaran baru yang dikembangkan di Perguruan tinggi. Pengembangan Ilmu Sosial Dasar ini sejalan dengan realisasi pengembangan ide dan pembaruan sistem pendidikan yang bersifat dinamis dan inovatif. Ilmu-ilmu sosial dasar (ISD) adalah ilmu-ilmu social dipergunakan dalam pendekatan, sekaligus sebagai sarana jalan keluar untuk mencari pemecahan masalah-mmasalah social yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Berbagai konsep dasar atau pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial secara interdisipliner atau multi disipliner dipergunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan/solusi persoalan-persoalan yang timbul dan berkembang dalam masyarakat. Ilmu Sosial Dasar (ISD) memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial kepada para mahasiswa yang tujuannya adalah agar muncul kepekaan dan respons sosial dalam menghadapi dan memberi alternatif pemecahan masalah-masalah sosial 1 dalam kehidupan masyarakat. Ilmu Sosial Dasar (ISD) dipergunakan untuk mencari pemecahan masalah-masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner maupun multidisipliner ilmu-ilmu sosial. 2. Ruang Lingkup Pembahasan Ada dua masalah yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (ISD), yaitu: 1). Adanya bernagai aspek pada realita-realita/kenyataan-kenyataan yang bersama-sama merupajkan suatu masalah sosial sehingga biasanya suatu masalah sosial dapat ditanggapi dengan pendekatan yang berbeda-beda oleh bidang-bidang pengetahuan keahlian yang berbedabeda, sebagai pendekatan tersendiri maupun gabungan. 2). Adanya perbedaan golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri namun ada juga persaman kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam pola-pola pemikiran dan tingkah laku yang menjadikan adanya pertentangan atau hubunganhubungan kerjasama (akomodasi) dalam masyarakat itu. 3. Masalah-Masalah Sosial 1 Dikutip dari Abu Daud Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar,Rineka Cipta, Semarang, 1997, hal Digitized by USU digital library 1

2 Gejala-gejala sosial di dalam masyarakat yang tidak dikehendaki dan diinginkan oleh masyarakat dapat disebut masalah social. Hal ini merupakan gejala yang abnormal atau gejala-gejala patologis 2. Masalah-masalah sosial begitu mengganggu dan menghantui kehidupan manusia dalam kebudayaan dan peradabannya karena dapat dipastikan hall tersebut menjauhkan manusia dari kesejahteraannya. Dalam sejarah peradaban manusia sebelum adanya ahli-ahli ilmu sosial pemecahan masalah-masalah sosial ini ditangani oleh para filsuf, ahli politik, ahli hukum, dan rohaniawan. Ditinjau dari sudut ilmu sosial bahwa masalah-masalah sosial timbul akibat proses perubahan sosial 3 (social change) dan perubahan kebudayaan (culture change). Perubahan sosiall dan kebudayaan adalah proses-proses yang secara tetap dan terus menerus dialami oleh setiap masyarakat manusia, cepat atau lambat, berlangsung dengan tenang ataupun berlangsung dengan kekacauan. Sarjana-sarjana seperti Merton, Nisbet, Denzin, Gerson dan Brodley, menjelaskan bahwa dengan menggunakan pendekatan (approach) masalahmasalah social sebagai kerangkanya maka hakikat dari masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami. Hal-hal yang bersifat logis dan masuk akal yang bersumber dari ide-ide manusia yang dapat dipertanggungjawabkan dapat diterima sebagai masukan di dalam pemecahan masalah-masalah sosial. Jadi pada dasarnya, masalah sosial menyangkut nilai-nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan, karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah social tidak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental serta penyesuaian diri individu atau kelompok sosial. Penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma tersebut merupakan gejala abnormal yang merupakan masalah sosial. Sesuai dengan sumbersumbernya tersebut, maka masalah sosial dapat diklasifikasikan dalam empat kategori seperti di atas. Problema-problema yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Penyakit, misalnya, bersumber pada faktor biologis. Dari faktor psikologis timbul persoalan seperti penyakit syaraf (neurosis), bunuh diri, disorganisasi jiwa dan seterusnya. Sedangkan persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial dan keagamaan bersumber pada faktor kebudayaan. Lazimnya suatu masalah dapat digolongkan ke dalam lebih dari satu kategori. Misalnya, kmiskinan mungkin merupakan akibat berjangkitnya penyakit paruparu yang merupakan factor biologis atau sebagai akibat sakit jiwa yang 2 Soerjono soekanto lebih dalam lagi menjelaskan hal itu disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan penderitaan. Lihat Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, RajaGrafindo Persada, Jakarta, William F. Ogburn memberikan sesuatu pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial itu meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsure-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial, lihat Wiiliam F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sociology, edisi ke-4, A. Feffer dan Simons International University Edition, 1964, bagian Digitized by USU digital library 2

3 bersumber pada faktor psikologis atau dapat pula bersumber pada faktor kebudayaan, yaitu karena tidak adanya lapangan pekerjaan dan seterusnya. Masalah-masalah sosial yang dihadapi masyarakat tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Hal itu disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya, dan keadaan lingkungan alamnya di mana masyarakat itu hidup. Wujud masalah-masalah itu dapat berupa: masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi, masalah agama ataupun masalah-masalah lainnya. Masalah sosial 4 dapat mempunyai dua pengertian, yaitu: 1. Menurut umum atau warga masyarakat bahwa segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial. 2. menurut para pakar masalah sosial adalah suatu kondisii atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi mereka mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan. Contoh: masalah pedagang kaki lima di kota-kota besar di Indonesia, masalah prostitusi. Sesuatu masalah yang digolongkan sebagai masalah social oleh para ahli belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh umum. Sebaliknya ada juga masalah-masalah yang dianggap sebagaii masalah sosial oleh umum tetapi belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh para ahli. Lesile (1974) mengemukakan batasan mengenai masalah sosial sebagai suatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai dan yang karenanya dirasakan perlunya untuk diatasi atau diperbaiki. Berdasarkan pengertian tersebut, maka masalahmasalah sosial ini pengertiannya Terutama ditekankan pada adanya kondisi atau sesuatu keadaan tertentu dalam kehidupan social waraga masyarakat yang bersangkutan. Kondisi atau keadaan sosial tertentu sebenarnya merupakan proses hasil dari proses kehidupan manusia yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kiebutuhan jasmaniahnya (manusia harus makan, minum, buang air, mengadakan hubungan kelamin, bernafas, kebutuhankebutuhan sosial (berhubungan dengan orang lain, membutuhkan bantuan orang lain untuk memecahkan berbagai masalah, dan sebagainya), kebutuhan-kebutuhan kejiwaan (untuk merasakan aman dan tenteram, membutuhkan cinta kasih dan sayang dan sebagainya). Di dalam kenyataannya masalah-masalah social tidak dirasakan oleh setiap warga masyarakat secara sama. Sesuatu kondisi yang dianggap sebagai suatu yang menghambat atau merugikan oleh sejumlah warga masyarakat, belum tentu dirasakan oleh sejumlah warga masyarakat yang lain dari masyarakat tersebut atau bahkan dirasakan oleh yang lainnya, sebagai sesuatu yang menguntungkan. Misalnya masalah budaya merokok yang sudah mempengaruhi generasi muda di perkotaan pada umumnya dirasakan merugikan kesehatan khususnya kesehatan generasi muda tetapi di lain pihak dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan misalnya para pengusaha rokok. 4 H. Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, Rineka Cipta, Semarang, 1997, hal Digitized by USU digital library 3

4 BAB II Masyarakat Dan Kebudayaan 1. Masyarakat Sebagai Wadah Kebudayaan Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan (culture). Di dalam kehidupan sehari-hari orang tak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap orang cenderung memakai kebudayaan, memelihara kebudayaan bahkan merusak kebudayaan tadi. Kebudayaan hidup dan tumbuh di dalam masyarakat (society). Masyarakatlah lahan tempat tumbuh dan bersemainya kebudayaan (culture).kebudayaan sebenarnya secara khusus dan lebih teliti dipelajari oleh antropologi budaya. Tetapi walaupun demikian, seseorang yang memperdalam perhatiannya terhadap sosiologi dan karena itu memusatkan perhatiannya terhadap masyarakat, tidak dapat menyampingkan kebudayaan dengan begitu saja. Karena di dalam kehidupan keduanya tidak dapat dipisahkan dan selamanya merupakan dua sisi yang tunggal, dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (culture) Kebudayaan Dua orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa cultural determinism mempunyai arti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. 6 Selanjutnya Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus. Kendatipun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran. 7 Pengertian dan ruang lingkup kebudayaan meliputi bidang yang luas seolah-olah tidak ada batasnya. Oleh karena itulah sangat sukar untuk memberikan batasan pengertian atau definisi yang tegas dan terinci yang mencakup segala sesuatu yang seharusnya termasuk dalam pengertian tersebut. Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama dengan kesenian terutama seni suara dan seni tari. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang artinya budi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Peristilahan culture yang merupkan istilah bahasa asing yang berarti kebudayaan, berasal dari kata latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut 5 Bandingkan dengan pendapat Soerjono Soekanto yang mengatakan tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. 6 Dikutip dari Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai bunga Sosiologi edisi pertama, yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, halaman Ibid Digitized by USU digital library 4

5 yaitu colere kemudian menjadi culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. 8 Seorang antropolog yang bernama E.B. Tylor (1871) dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (dalam terjemahan): Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain-lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dapat juga dikatakan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normative. Maknanya adalah mencakup segala cara atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi 9 mengutarakan bahwa setiap hasil karya, rasa dan cipta masyarakat itulah yang menjadi kebudayaan. Karya masyarakat tersebut menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Di dalam jiwa manusia terdapat rasa yang mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Didalamnya termasuk agama, idiologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresii jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Berikutnya, cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Cipta merupakan perwujudan teori murni maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat. Rasa dan cinta dinamakan pula kebudayaan rohaniah. Semua karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian besar atau dengan seluruh masyarakat. Secara lazim orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian, seperti seni tari, seni suara, seni lukis dan sebagainya. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan mempunyai arti yang lebih luas daripada itu. Kebudayaan meliputi semua hasil cipta, karsa, rasa dan karya manusia baik yang material maupun non material. Kebudayaan material berarti segala hasil karya manusia berupa cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau barang-barang yang utilistis dan economis, seperti: pabrik, rumah, jalan, gedung, alat-alat komunikasi, alatalat hiburan dan sebagainya. Sebaliknya kebudayaan non material mempunyai arti segala hasil karya manusia berupa hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, keagamaan dan sebagainya. Di dalam kenyataan (in reality) antara kebudayaan dan masyarakat saling mempengaruhi. Di satu sisi kebudayaan itu dipengaruhi oleh anggota-anggota masyarakat tetapi di 8 Lihat Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, cetakan kedua. Penerbit Universitas, Jakarta, 1965, halaman Lihat uraian Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi edisi pertama, Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964, halaman 115 memformulakan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat bahwa determinisme kebudayaan berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu Digitized by USU digital library 5

6 lain sisi anggota-anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh kebudayaan. Hal ini disebabkan masyarakat sebagai tempat dan wadah tumbuh dan berkembangnya kebudayaan yang sebenarnya kebudayaan itu lahir dari aktifitas-aktifitas masyarakat dalam mempertahankan kehidupannya. Kebudayaan menghasilkan hasil-hasil budaya, hasil-hasil budaya ini di dukung oleh manusia sehingga menjadi hasil budaya manusia selanjutnya terjadilah pola kehidupan dan pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini pula dapat mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Dalam hal ini dapat dilihat kehidupan umat Islam di Timur Tengah, Eropa, Amerika, China, Rusia, Indonesia, Malaysia berlainan bentuknya sebab pola kehidupan mereka juga lain, disebabkan adanya pengaruh lingkungan di daerah negara-negara itu. Pengaruh lingkungan itu berbeda dalam hal budayanya yang dihasilkan oleh akal pemikiran manusianya bukan berbeda dalam hal aqidah, prinsip dan nilai-nilai keislamannya (Islamic Values). 10 BAB III Negara Dan Warga Negara 1. Pengertian Negara Negara merupakan organisasi kekuasaan yang memiliki kekuasaan 11 dan kewenangan untuk mengatur dan mengelola wilayah, rakyatnya untuk mencapai suatu kondisi yang lebih baik. Pengertian lebih baik di sini dapat dimaksudkan sebagai kondisi yang makmur,sejahtera, berkeadilan dan sebagainya. Oleh karena itu sebagai organisasi, negara dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan serta dapat menetapkan tujuan hidup bersama. Secara umum dapat dibentangkan bahwa negara mempunyai dua tugas utama, yaitu: 1. Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang betentangan satu dengan lainnya. 2. Mengarahkan dan mengelola kegiatan manusia dan kelompoknya untuk menciptakan tujuan bersama yang didasarkan kepada tujuan negara yang telah ditetapkan sebelumnya. Di dalam menetapkan dan menjalankan tujuan bersama itu negara dilekati oleh norma-norma hukum agar negara dapat berjalan di atas rel hukum sehingga pelaksanaan pemerintahan dalam negara sesuai dengan kemauan/aspirasi hukum rakyat bukan berdasarkan kemauan/kehendak penguasa belaka. Negara sebagai sebuah organisasi kekuasaan tidak sama halnya dengan organisasi-organisasi lainnya seperti organisasi pendidikan, organisasi 10 Nilai-nilai keislaman bersifat general yang berarti tidak terbatas kepada tempat, waktu dan batas-batas yang lain. Yang dimaksudkan di sini ialah Pola Budaya yang mempengaruhi Pola Kehidupan manusianya. Bahwa jika dikatakan pola kebudayaan Islam itu berbeda di tiap-tiap negara dan bangsa adalah benar karena tempat tumbuh dan berkembangnya kebudayaan itu juga berbeda. 11 Lihat Ely Chinoy, Society, an introduction to Sociology, cetakan pertama, Random House, New York, 1961, halaman 246 dst. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok social selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang yang diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan dan dijalankan oleh setiap manusia Digitized by USU digital library 6

7 agama, organisasi politik (Parpol), organisasi kebudayaan dan lain-lain. Ketidaksamaan tersebut adalah terletak pada Kedaulatan (Souvereignty) yaitu kekuasaan tertinggi yang dimiliki negara, hanya negara yang memiliki kedaulatan sedangkan organisasi-organisasi lain tidak memiliki kedaulatan tetapi hanya kekuasaan biasa saja. Kedaulatan itu bersifat universal yang berarti bahwa tiap-tiap kedaulatan itu mempunyai sifat antara lain: 1. Permanen Artinya walau badan yang memegang kedaulatan itu berganti, kedaulatan negara masih tetap ada. Kedaulatan hanya akan lenyap bersama dengan lenyapnya negara itu. 2. Asli Artinya di dalam negara tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan negara dan tidak berasal dari kekuasaan mana pun. 3. Bulat Walaupun kekuasaan pemerintahan memang dapat di bagi-bagikan tetapi kekuasaan tertinggi dari negara tetap tidak dapat dibagi-bagi, kekuasaan itu bulat dan utuh. 4. Tidak Terbatas Kedaulatan suatu negara itu meliputi setiap orang dan setiap golongan yang ada dalam suatu negara tanpa terkecuali. Di samping itu sifat-sifat khas dari negara dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Sifat memaksa, artinya negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara legal agar tercapai ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarkhi. 2. Sifat monopoli, artinya negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. 3. Sifat mencakup semua, artinya semua peraturan perundang-undangan mengenai semua orang tanpa terkecuali. Selanjutnya mengenai negara yang paling urgen adalah unsur-unsurnya, hal ini meliputi unsur pokok dan unsur tambahan, yakni: 1. Adanya wilayah 2. Adanya rakyat 3. Adanya pemerintah yang berdaulat Sedangkan unsur tambahan meliputi adanya pengakuan kedaulatan dari negara lain. Selain itu negara juga mempunyai keistimewaan dalam hal legitimasi hukum, bahwa negara berhak dan berwenang dalam hal memberikan sanksi kepada orang yang melanggar atau tidak mentaati hukum. Negara lahir dari proses politik (political proces) yang mendukung dari belakang keberadaan hukum itu untuk dapat menjalankan fungsinya. Negara merupakan perjanjian masyarakat (social contract) yang mempunyai fasefase tertentu di dalam prosesnya, yaitu : 1. Pactum Unionis (Perjanjian untuk membentuk negara) yang dilakukan oleh individu-individu di dalam masyarakat itu Digitized by USU digital library 7

8 2. Pactum Subjectionis (Perjanjian untuk mengangkat dan memilih pemimpin/penguasa) negara itu. Negara sebagai suatu ide atau konsep abstrak perlu dituangkan ke dalam suatu organisasi yang bernama negara yang merupakan badan hukum (rechts persoon). 2. Warga Negara Di dalam suatu negara unsur yang menentukan selain daerah wilayah, pemerintah yang berdaulat juga rakyat. Tanpa rakyat negara itu hanya ada dalam khayalan belaka dan terlihat di dalam film-film yang memperlihatkan pulau tak bertuan sehingga apa saja yang dilakukan di pulau itu tidak akan ada yang dapat mengatur dan membatasinya. Tidak demikian halnya dengan rakyat yang menjadi penghuni negara yang di dalamnya penuh dengan norma-norma baik hukum maupun yang non hukum dimaksudkan untuk mengatur tertib sosial agar tercapai tujuan masyarakat (tujuan nasional) yaitu masyarakat adil dan makmur konsep negara mensejahterakan rakyatnya ini lebih dikenal lagi dengan Negara Kesejahteraan 12 (Welfare State). Untuk mengatur satu individu dengan individu yang lain di dalam masyarakat diperlukan norma (norm) agar kepentingan-kepentingan individu tersebut tidak saling berbenturan tetapi berada dalam hubungan yang seimbang. Konsep negara dengan tipe kesejahteraan ini, pertama kali dicetuskan oleh Beveridge, seorang anggota parlemen Inggris dalam reportnya yang mengandung suatu program sosial dengan perincian antara lain tentang: 1. Meratakan pendapatan masyarakat 2. Usaha kesejahteraan sosial sejak manusia lahir sampai meninggal (from the craddle for the grave) 3. Mengusahakan lapangan kerja yang seluas-luasnya 4. Pengawasan atas upah oleh pemerintah 5. Usaha dalam bidang pendidikan di sekolah-sekolah, pendidikan lanjutan/latihan kerja, dan sebagainya. 13 Jika direnungkan, dalam Beveridge Report inilah terkandung konsep Negara Kesejahteraan yang pada akhirnya meluas dan diterima oleh banyak negara, termasuk Negara Republik Indonesia. Suatu konsekuensi logis dari adanya negara yang bertipe welfare state ini ada campur tangan yang cukup besar dari pihak pemerintah terhadap aspek-aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. Aspek kehidupan masyarakat seperti aspek sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya tidak terlepas dari campur 12 Pada abad ke-xx (permulaan) telah berkembang dengan pesat tipe negara kesejahteraan (welfare state), yakni suatu tipe kenegaraan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bagi warganya. Tipe kenegaraan ini muncul sebagai reaksi terhadap tahun krisis (Tahun 1930) yang merupakan pukulan berat dan melumpuhkan perekonomian negara-negara yang ada di dunia ini. Kegiatan-kegiatan dalam bidang industri, perdagangan, transport terhenti dan akibatnya terjadilah banyak pengangguran.oleh karena itu situasi politk menjadi penting, masyarakat sangat mengharapkan bantuan negara untuk mengatasi hal-hal tersebut. 13 Lihat Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi Negara Di Indonesia,Liberty, Yogyakarta, 1981, halaman Digitized by USU digital library 8

9 tangan pemerintah. Di Indonesia, hal ini ternyata dari bunyi pasal 33 UUD 1945, yang menyatakan sebagai berikut: (1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan (2). Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai Negara. (3). Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa Negara menguasai seluruh tanah beserta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, serta memegang monopoli terhadap cabang-cabang produksi yang mengelola bahan vital bagi kehidupan orang banyak, seperti perusahaan minyak dan gas bumi, air minum, aliran listrik dan sebagainya. Meskipun demikian penguasaan ini tetap dibatasi, yakni harus dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Kesejahteraan rakyat itu maknanya luas tidak dimaksudkan untuk penduduk saja tetapi juga kepada yang bukan penduduk. sebab orangorang yang berada dalam wilayah suatu negara itu dapat dibedakan menjadi: a. Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu. Penduduk ini dapat dibedakan menjadi dua lagi, yaitu: 1). Penduduk Warga Negara atau Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah. 2). Penduduk bukan warga Negara atau Orang Asing adalah penduduk yang bukan warga negara. b. Bukan Penduduk ialah mereka yang berada dalam wilayah suatu negara untuk sementara waktu dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara tersebut. Pembedaan penduduk suatu negara menjadi warga negara dan orang asing tersebut, pada hakikatnya adalah untuk membedakan hak dan Kewajiban nya saja. Orang asing di Indonesia tidak mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana warga negara Indonesia. Mereka tidak mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, hak dan kewajiban untuk mempertahankan dan membela negara namun mereka mempunyai kewajiban untuk tunduk dan patuh pada hukum dan berhak mendapatkan perlindungan atas diri dan harta bendanya. Di dalam UUD 1945 hak dan kewajiban warga negara dirumuskan dalam pasal-pasalnya sebagai pancaran sila-silal Pancasila yang dijelaskan dan dirinci di dalam batang tubuh (pasal-pasal UUD 1945) itu. Di situ tercermin kehendak rakyat yang dihimpun di dalam pengaturan pasal-pasal UUD Pada umumnya kelompok masyarakat pada tingkat negara, rumah tangga, organisasi politik, organisasi massa, perusahaan, dan lainlain, mempunyai konsep pengelolaan yang didasarkan pada pandangan, cita-cita dan tujuan kelompoknya masing-masing. Bentuk konsep itu mungkin sederhana atau lebih lengkap, luas, terinci, mungkin untuk jangka panjang, sedang, atau jangka pendek, mungkin menurut tinjauan politis, 2004 Digitized by USU digital library 9

10 ekonomi, kultural ataupun campuran berbagai sudut tinjauan itu. 14 Mungkin konsep pengelolaan kepentingan kelompok itu dilakukan secara lisan, tanpa tertulis. Namun secara umum adalah menjadi konsep kehidupan yang mengandung pokok-pokok pandangan, cita-cita, rencana, tujuan dan cara mencapai tujuannya. Pada dasarnya tiap-tiap negara di dunia ini mempunyai pandangan hidup (Way of Life), pendirian, prinsip konseptual mengenai pengelolaan kehidupan mereka di dalam bentuk konstitusi, baik tertulis (written constitution) atau tidak tertulis (unwritten constitution). Undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis umumnya mengemukakan latar belakang bernegara, landasan filosofi kenegaraan, tujuan negara, struktur organisasi dan mekanisme pemerintahan negara yang diinginkan oleh bangsa yang mendirikan negara itu. BAB IV Stratifikasi Sosial DI Dalam Masyarakat 1. Stratifikasi Sosial Setiap masyarakat memiliki penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakatnya. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan, misalnya, maka mereka yang lebih banyak mempunyai kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. 15 Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Istilah stratifikasi diambil dari istilah bahasa Inggris yaitu stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu Social Stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai berikut: pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis) Dikutip dari buku M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Mandar Maju, Bandung, 2002, halaman Soerjono Soekanto membentangkan hal ini di dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1982, halaman 227. Selanjutnya dikatakan bahkan pada zaman dahulu, filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan di dalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di tengah-tengahnya. Hal demikian sedikit banyak membuktikan bahwa di zaman itu dan s sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapian masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkattingkat dari bawah ke atas. 16 Lihat kembali H. Abu Ahmadi, Op.Cit,, hal Digitized by USU digital library 10

11 2. Terjadinya Stratifikasi Sosial a. Terjadi Dengan Sendirinya Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya. Oleh karena sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakatnya. Pada pelapisan yang semacam ini maka kedudukan seseorang pada sesuatu strata atau pelapisan adalah secara otomatis, misalnya karena usia tua, kepandaian yang lebih, orang yang berbakat seni dan sebagainya. b. Terjadi Dengan Disengaja Sistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang. Sehingga dalam hal wewenang dan kekuasaan ini maka di dalam organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas bagi setiap orang berada pada tempatnya. Misalnya di dalm organisasi pemerintahan, organisasi partai politik, perusahaan besar, perkumpulan-perkumpulan resmi, dan lain-lain. 3. Beberapa Pemikiran Tentang Stratifikasi Sosial Pemikiran tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan, yakni: 1).Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class). 2).Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class) 3).Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class). Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak (mayoritas) daripada di kelas menengah (middle), apalagi pada kelas atas (upper). Semakin ke atas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class) Digitized by USU digital library 11

12 BAB V KESIMPULAN Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan masyarakat, sosiologi ikut berkembang serta mengalami peristiwa peristiwa tertentu maupun pelbagai masa krisis. Sesudah perang dunia kedua, banyak sekali dilakukan penelitian terhadap masyarakat-masyarakat yang baru merdeka dan terlepas dari belenggu penjajahan. Konflik-konflik rasialis, kejahatan, ledakan penduduk, kemiskinan dan lain-lain masalah, menjadi pusat perhatian penelitian-penelitian sosiologis. Pemilihan masalah yang akan diteliti pada waktu itu, senantiasa dikaitkan atau didasarkan pada apa yang terjadi didunia ini. Dengan demikian pada waktu itu sosiologis secara relatif cepat tanggap terhadap masalah-masalah sosial penting sehingga dianggap penting untuk dapat ikut membantu memecahkan masalah-masalah tersebut. Akan tetapi sifat relefan dan responsip sosiologi masih menimbulkan berbagai pertanyaan, misalnya : 1. Relefan untuk apa 2. Responsip terhadap siapa? Pertanyan demikian timbul karena adanya kemungkinan bahwa sosiologi akan kehilangan sifat kritisnya terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat sehingga manfaatnya berpudar atau melemah. DAFTAR PUSTAKA Abu Daud Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar,Rineka Cipta, Semarang, 1997 Soerjono soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002 Wiiliam F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff: Sociology, edisi ke-4, A. Feffer dan Simons International University Edition, 1964, Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai bunga Sosiologi edisi pertama, yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, cetakan kedua. Penerbit Universitas, Jakarta, Ely Chinoy, Society, an introduction to Sociology, cetakan pertama, Random House, New York, 1961 Muchsan, Beberapa Catatan Tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan Administrasi Negara Di Indonesia,Liberty, Yogyakarta, 1981 M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Mandar Maju, Bandung, Digitized by USU digital library 12

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya MODUL PERKULIAHAN Masyarakat & Budaya FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ MK 42005 Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 5 Abstract Dalam pokok bahasan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika 1 1.1. Norma Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan diantaranya adalah kebutuhan untuk

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Khusus Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.

Lebih terperinci

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT BAB VI PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT 1. PELAPISAN SOSIAL a. Pengertian : stratifikasi atau stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Definisi stratifikasi/ pelapisan

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL BAB V STRATIFIKASI SOSIAL 6.1 Pengantar Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat

Lebih terperinci

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M KULIAH 1. Kuliah selama 2 x 50 menit 2. Keterlambatan masuk kuliah maksimal 30 menit dari jam masuk kuliah 3. Selama kuliah tertib

Lebih terperinci

Budaya. Oleh: Holy Greata. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Budaya. Oleh: Holy Greata. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Budaya Fakultas Psikologi Oleh: Holy Greata Program Studi Psikologi Pengertian "Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehldupan

Lebih terperinci

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd.

Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL. Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd. Makalah dengan judul PROGRAM PEMBELAJARAN DI TK PERSPEKTIF BUDAYA LOKAL Oleh : Joko Pamungkas.M.Pd. Betul betul telah disampaikan pada seminar guru guru TK se Kabupaten Bantul Dengan Yogyakarta, 27 desember

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Konsep Perubahan Sosial Masalah sosial di dalam masyarakat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : SOSIOLOGI DAN KEBUDAYAAN PERTANIAN Semester : I/II Pertemuan Ke : 3 Pokok Bahasan : KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Dosen

Lebih terperinci

Jika dilihat dari kenyataan, maka Individu dan Masyarakat adalah Komplementer. dibuktikan bahwa:

Jika dilihat dari kenyataan, maka Individu dan Masyarakat adalah Komplementer. dibuktikan bahwa: Pengertian Pelapisan Sosial Kata stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

Lebih terperinci

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional dalam pandangan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri, mulai dari lagu kedaerahan, pakaian adat, rumah adat sampai ke makanan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Kebudayaan

BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Kebudayaan BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddi atau akal. Kebudayaan dapat diartikan: hal-hal yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA (Penyusun: ) Standar Kompetensi : Pancasila sebagai Dasar Negara Indikator: Untuk dapat menguji pengetahuan tersebut, mahasiswa akan

Lebih terperinci

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material dari budaya (benda/fisik) حضر مدن (ثقف- ثقافة ( Arab

Lebih terperinci

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami

Lebih terperinci

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material. dengan Struktur Sosial Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material dengan Struktur Sosial disusun oleh : DWI YANTI SARWO RINI D 0311025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat Human Relations Modul ke: Kebudayaan dan Human Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Amin Shabana Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Istilah kebudayaan merupakan tejemahan

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 5

BAHAN TAYANG MODUL 5 Modul ke: PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 SERTA PENJABARAN PADA PASAL- PASAL UUD 1945 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA SEMESTER GASAL

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari

ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI. Fitri Dwi Lestari ASAL MULA & PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Fitri Dwi Lestari ASAL USUL SOSIOLOGI Dari bukti peninggalan bersejarah, manusia prasejarah hidup secara berkelompok. ASAL USUL SOSIOLOGI Aristoteles mengatakan bahwa

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Modul ke: Pendidikan Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Filsafat dalam bahasa

Lebih terperinci

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU:

Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: Pertemuan ke-1 IBD sebagai bagian dari MKDU: SUMBER PUSTAKA ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR, Dra. Elly M. Setiadi, M.Si, dkk. TIU : Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008; Mahasiswa dapat memahami dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PANCASILA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

NILAI-NILAI PANCASILA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA NILAI-NILAI PANCASILA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Di Susun Oleh: Prafasta Bruri Ginantaka NIM: 11.02.8086 Kelompok :A Kelas: D3-MI-03 Pengampu : M Khalis Purwanto, Drs, MM UNTUK MEMENUHI SYARAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kumpulan cerpen Dalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN PENDAHULUAN Manusia dalam hidup kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Hubungan yang erat antara manusia

Lebih terperinci

1 & 2. Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm.

1 & 2. Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm. Modul ke: 1 & 2 Modul Perkuliahan I dan II Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. 1. Pengertian

KEBUDAYAAN. 1. Pengertian SISTEM BUDAYA Setiap manusia memiliki unsur dalam dirinya yang disebut Perilaku, yaitu : suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi, dan fungsi kognitif. Salah satu unsur perilaku adalah gerak sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi mampu menjadi bidang ilmu baru yaitu sosiologi sastra. Sosiologi sastra berarti mengkaji karya sastra

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD BERBASIC BUDAYA

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD BERBASIC BUDAYA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PERSIAPAN MENTAL GURU PAUD BERBASIC BUDAYA oleh: Om,J Disampaikan di TK an nur sleman (17 juli 2011) A. Pengertian Budaya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

KEKUASAAN DAN WEWENANG

KEKUASAAN DAN WEWENANG KEKUASAAN DAN WEWENANG A. Pengantar Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hukum pertambangan harus merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden/Panglima

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Monomboli (Hutang) Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah menghutang. Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri

Lebih terperinci

Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat

Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat SITI IRENE ASTUTI D SITI IRENE ASTUTI D Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing : Pancasila dan Budaya STMIK Amikom Yogyakarta oleh : Rossidah 11. 02. 8043 ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika pembimbing : Drs. M. Kalis Purwanto, MM 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i ii BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1 WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka Negara Indonesia sebagai

Lebih terperinci

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah serangkaian rumusan yang membahas perilaku-perilaku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah serangkaian rumusan yang membahas perilaku-perilaku yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran 2.1.1 Pengertian Peran Peran adalah serangkaian rumusan yang membahas perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu (Biddle dan Thomas). Peranan berasal

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Pengantar o Manusia adalah mahluk dinamis yang setiap saat selalu mengalami perubahan o Perubahan nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku,

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL. Oleh: Lia Aulia Fachrial, M.Si

STRATIFIKASI SOSIAL. Oleh: Lia Aulia Fachrial, M.Si STRATIFIKASI SOSIAL Oleh: Lia Aulia Fachrial, M.Si Pengantar Selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai sistem pelapisan sosial (Social Stratification) Kata Stratification berasal dari stratum lapisan

Lebih terperinci

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan keanekaragaman budaya merupakan

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Sosiologi Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan kata Yunani logos yang berarti kata atau berbicara, jadi sosiologi adalah berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin ada kehidupan bersama-sama. Interaksi sosial ini berguna

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin ada kehidupan bersama-sama. Interaksi sosial ini berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, dibutuhkan suatu sarana yang dapat dipergunakan sebagai perwujudan terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial adalah inti dari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Dalam suatu kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif maupun yang sudah modern

Lebih terperinci

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK 1 WARGA NEGARA Warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya, yaitu hubungan hak

Lebih terperinci

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP IAD ISD IBD

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP IAD ISD IBD PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP IAD ISD IBD Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: IAD ISD IBD Dosen Pembimbing: M. Noor Sulaiman Syah, M.Pd Disusun Oleh : Kelompok 01 1. Ummi Rohmah 1510310001

Lebih terperinci

hsirait Hasanuddin Sirait/http://www.hsirait.wordpress.com / Phone:

hsirait Hasanuddin Sirait/http://www.hsirait.wordpress.com / Phone: PETUNJUK : UNTUK SOAL-SOAL DIBAWAH INI JAWABAN ADALAH : A BILA PERNYATAAN 1 DAN 2 BENAR B BILA PERNYATAAN 1 BENAR, PERNYATAAN 2 SALAH C. BILA PERNYATAAN 1 SALAH PERNYATAAN 2 BENAR D. BILA PERNYATAAN 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah ada sejak manusia mengenal kehidupan bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan jenis kelamin,

Lebih terperinci

Terciptanya keadilan. Terciptanya tata tertib. Memberikan suasana aman, damai, dan sejahtera

Terciptanya keadilan. Terciptanya tata tertib. Memberikan suasana aman, damai, dan sejahtera DEFINISI, TUJUAN, DAN ASPEK LAIN DARI HUKUM EKONOMI Definisi Hukum Hukum secara umum dapat diartikan sebagai keseluruhan norma yang oleh penguasa negara atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hukum pertambangan harus merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden/Panglima

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Sosial Budaya

Dampak Perubahan Sosial Budaya Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM

Lebih terperinci

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan

ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN. Pasal 19 s/d 37. Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan ANALISIS UUD 1945 SEBELUM DAN SESUDAH AMANDEMEN Pasal 19 s/d 37 Tugas untuk memenuhi Mata Kulia Pendidikan Kewarganegaraan Yang dibina oleh Bapak Gatot Isnani Oleh Kelompok Ihwan Firdaus Ma rifatun Nadhiroh

Lebih terperinci

Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani

Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani Stratifikasi Sosial Masyarakat Petani SYAYID NURROFIK ( APRILIANI DWI HASTUTI ( NIRWANDA FAJARINO ( RIZKI HARIYANDI ( DIKA FERDIYANTO ( ANGGUN CAHYA D.H ( INDRA WIBOWO ( Apa itu Stratifikasi Sosial? Stratifikasi

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

DINAMISASI KEBUDAYAAN DALAM REALITAS SOSIAL. Ellya Rosana*

DINAMISASI KEBUDAYAAN DALAM REALITAS SOSIAL. Ellya Rosana* DINAMISASI KEBUDAYAAN DALAM REALITAS SOSIAL Ellya Rosana* Abstrak Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal, dan juga diartikan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia

Lebih terperinci

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Mukadimah Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : GATOT AGUNG NUGROHO NIM : 11.11.4677 KELOMPOK : C PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses

Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah. satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi sebagai proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil

Lebih terperinci

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kurangnya kesadaran hukum di masyarakat? 2. Bagaimana upaya untuk mengubah Culture di masyarakat?

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kurangnya kesadaran hukum di masyarakat? 2. Bagaimana upaya untuk mengubah Culture di masyarakat? BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada banyak Budaya yang mempengaruhi tumbuh kembangnya kesadaran hukum dimasyarakat. Sebelum lebih jauh membahas masalah tersebut kita harus terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia tidak lepas dari pesatnya perkembangan investasi asing atau yang biasa disebut dengan Penanaman modal asing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa anak-anak, remaja, nikah, masa tua, dan mati (Koenthjaraningrat, 1977: 89). Masa pernikahan

Lebih terperinci

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA MUKADIMAH Menimbang bahwa pengakuan atas martabat alamiah dan hak-hak yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia adalah dasar kemerdekaan, keadilan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia BAB III PEMBAHASAN 3.1. Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari Stratifikasi sosial muncul karena adanya sesuatu yang dianggap berharga dalam masyarakat. Pitirim Sorokin Sistem stratifikasi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat

Lebih terperinci

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara I. Hakikat Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB II KAJIAN TEORI. Adat berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang 1 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Adat "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang berarti "cara", "kebiasaan" dengan makna berulang kali. Merupakan nama kepada pengulangan perbuatan

Lebih terperinci

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Aktivitas 5.9 Carilah permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah di daerah kalian yang dapat membahayakan prinsip negara kesatuan. Diskusikan dalam kelompok mengapa masalah tersebut ada? Apa akibat

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci