BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
|
|
- Lanny Budiman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PELAYANAN DAN PERLINDUNGAN LANJUT USIA DALAM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) SABAI NAN ALUIH SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh : ZUKHRI, S.Sos Fungsional Pekerja Sosial Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat A. PENDAHULUAN Sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus bertambah. Berdasarkan data statistik pada tahun 2000 jumlah penduduk lanjut usia jiwa dan tahun 2010 berjumlah jiwa (BPS 2010). Data tersebut menunjukan keberhasilan pembangunan, khususnya pada sektor Kesehatan, Pangan dan Keserahteraan. Meskipun terjadi peningkatan harapan hidup, namun tidak sedikit lanjut usia mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tidak terakses dengan pelayanan kesehatan. Mereka kesulitan untuk memperoleh makanan, baik secara kuantitas maupun mutunya, tidak menempati rumah layak huni dan tidak dapat menjangkau peyanan kesehatan. Kementerian sosial mengkatagorikan lanjut usia yang berada dalam kondisi serba kekurangan tersebut dengan lanjut usia terakhir. Berdasarkan data pada Pusat Data dan Informasi Kesehatan Sosial Kementerian Sosial RI, lanjut usia terlantar di Indonesia tahun 2010 berjumlah jiwa, dan tahun 2011 meningkat menjadi jiwa. Data ini menunjukan bahwa keluarga tidak mampu melindungi, melayani dan memenuhi kebutuhan lanjut usia secara layak yang menyebabkan lanjut usia tersebut menjadi terlantar. Sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat, lanjut usia mempunyai hak dan kewajiban. Lanjut usia mempunyai hak kemandirian, keikutsertaan, perawatan, kepuasan diri dan harga diri. Unit Natio Prinsiples For Elder Persons (dalam Dit pelayana lanjut usia 2004) menjelaskan, bahwa lanjut usia berkewajiban memberi nasehat agar keluarga bermartabat, mengamalkan dan mentransformasikan ilmu, keterampilan dan kemampuanya kepada genesari muda, serta memberikan teladan dalam segala aspek kehidupan. Beberapa kewajiban dimaksud tidak lagi dapat dilaksanakan, baik kewajiban terhadap dirinya sendirimaupun kewajiban terhadap masyarakat dan negara. Dalam
2 kondisi demikian, sudah selayaknya negara mengambil peran untuk memberikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28H yang menegaskan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Kemudian Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menegaskan, bahwa pemerintah berkewajiban memberi pelayanan dan perlindungan terhadap lanjut usia, sehingga dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasarnya, serta dapat menikmati hidup secara layak. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin, adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat berdiri sejak tahun anggaran 1977/1978, melalui proyek pembinaan kesejahteraan lanjut usia, direalisasikan suatu Unit Pelaksanaan Teknis di bidang Bina Kesejahteraan Sosial dan lingkungan Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi Sumatera Barat. Karena Departemen Sosial di likuidasi, maka Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin menjadi UPTD di bawah Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Barat dengan keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 22 tahun 2001, tanggal 01 November Kemudian seiring dengan berdirinya Dinas Sosial secara utuh, maka Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih berada di bawahnya, dengan keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 32 tahun Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin menyelenggarakan pelayanan terhadap lanjut usia terlantar dalam panti dengan kapasitas tamping sebanyak 110 orang. Sejak tahun 2008 sampai saat ini Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin menyelenggarakan pelayanan terhadap lanjut usia terlantar diluar panti atas partisipasi masyarakat khususnya melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia sebanyak 135 orang dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia diwujudkan dalam berbagai kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan guna mewujudkan lanjut usia sehat dan bahagia. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 dan pasal 28 H 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial 4. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
3 5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia 6. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia 7. Keputusan Menteri Sosial RI No.30/HUK/1997 tentang Pelayanan Kesejahteraan Lanjut Usia 8. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat 9. Keputusan Gubernur Provisi Sumatera Barat Nomor 22 tanggal, 01 Oktober 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Provinsi Sumatera Barat. 10. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 32 Tahun 2003 tanggal, 01 November 2003 Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Barat tentang Pemisahan Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. C. Tugas Pokok dan Fungsi a. Tugas Pokok. Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia terlantar didalam Panti berupa pelayanan dan perawatan baik jasmani maupun rohani agar para lanjut usia dapat hidup secara layak dan wajar. b. Fungsi 1) Fungsi Utama a. Identifikasi dan Registerasi. b. Bimbingan Sosial,Pelayanan dan Perawatan. c. Penyaluran dan Pemakaman/Penguburan. 2) Fungsi Teknis a. Bimbingan Sosial Individu dan Kelompok. b. Pelaksanaan motivasi, observasi, identifikasi, seleksi dan penerimaan Calon Kelayan. c. Pelayanan, penampungan, pengasramaan dan perawatan. d. Pelayanan, pemakaman dan pengembalian kepada keluarga. e. Pembinaan fisik, mental dan rohani. f. Bimbingan keterampilan.
4 g. Pengungkapan dan pemahaman masalah Kalayan serta penyusunan rencana tindak lanjut. h. Konsultasi dan Bimbingan Konseling. 3) Fungsi Administratif a. Penyusunan rencana teknis dan operasional. b. Pelaksanaan administrasi dan tata uhasa surat-menyurat, kepegawaian dan keuangan. c. Pelaksanaan administrasi dan tata usaha rumah tangga panti. d. Pelaksanaan pengadministrasian file-file keleyan. D. Visi dan Misi 1. Visi Terwujudnya ketentraman, ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan baik lahir maupun bathin bagi para lanjut usia terlantar yang menjalani hari tuanya dalam Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin. 2. Misi 1) Menciptakan suatu lingkungan yang tertib, aman, bersih dan asri. 2) Melengkapi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan. 3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia petugas/karyawan. 4) Meningkatkan penggalian dan pemanfaatan potensi dan sumber-sumber kesejahteraan sosial masyarakat. 5) Meningkatkan kualitas pelayanan 6) Meningkatkan hubungan/jaringan kerja dengan Lembaga/Dinas Instansi terkait. 7) Meningkatkan kesadaran dalam beribadah dan memelihara kesehatan, kebersihan diri dan lingkungan Warga Binaan Sosial. 8) Menumbuhkan rasa percaya diri terhadap para Warga Binaan Sosial lanjut usia. E. Persyaratan Calon Kalayan 1. Laki-laki dan Perempuan usia 60 tahun keatas. 2. Dalam keadaan miskin dan terlantas dngan melampirkan surat keterangn dari Kepala Desa/Lurah/Wali Nagari serta diketahui oleh Camat setempat. 3. Atas kemauan sendiri dengan adanya surat permohonan masuk panti dari yang bersangkutan.
5 4. Adanya persetujuan dari keluarga/penjamin dengan bukti surat izin dari keluarga terdekat. 5. Photo copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebanyak 3 (tiga) lembar. 6. Pas Photo ukuran 3X4 sebanyak 3 lembar dan photo seluruh tubuh 3 lembar. 7. Surat keterangan dari dokter berupa : 1) Surat keterangan tidak mengidap penyakit menular. 2) Surat keterangan sehat mental / tidak sakit jiwa dan tidak pikun. 3) Tidak lumpuh/buta. 8. Surat pernyataan dari keluarga/penjamin untuk sedia menerima kembali kalayan apabila mengundurkan diri/sakit serta meninggal dunia di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Sabai Nan Aluih untuk dimakamkan ditempat daerah asal pengirim. 9. Mampu mengurus diri sendiri seperti : mandi, buang air dan sebagainya. 10. Pihak keluarga/penjamin wajib memberikan photo copy data identitas diri yang lengkap (KTP,SIM) serta nomor telepon/hp yang sewaktu-waktu dapat dihubungi. 11. Apabila pihak keluarga/penjamin kelayan memberikan keterangan/data identitas palsu akan dituntut secara hukum berdasarkan undang-undang yang berlaku. F. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan. Terselenggaranya usaha pelayanan kesejahteraan sosial baik secara lahir dan batin yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, sumber daya manusia yang berkualitas serta lingkungan yang kondusif, dengan indicator pencapaian sebagai berikut : a. Terpenuhinya kebutuhan fisik secara baik, seperti : 1) Kebutuhan sandang, pangan dan papan. 2) Pemeliharaan kesehatan (ke Puskesmas) 3) Pengisian waktu luang, di isi dengan keterampilan. b. Terpenuhinya kebutuhan mental rohani secara baik, seperti : 1) Tersedianya fasilitas ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing kalayan. 2) Terpenuhinya kebutuan kasih sayang, keinginan untuk didengar serta keinginan untuk dihargai.
6 3) Hilangnya kegalauan dalam menghadapi hari tua dan merasa senang hidup dengan se-usia. c. Tepenuhinya kebutuhan sosial secara baik, seperti : 1) Terbananya hubungan baik dengan sesama kalayan. 2) Terbunanya hubungan baik dengan pengusaha, petugas dan masyarakat sekitar tempat tinggal. 3) Terjalinnya hubungan baik dengan pihak keluarga. d. Makin berkembangnya tingkat kepedulian sosial terhadap pelayanan lanjut usia dari pihak keluarga, seperti : 1) Meningkat dan bertambah jumlah keluarga yang mau untuk memelihara dan membahagiakan lanjut usia. 2) Meningkatnya dan partisipasi keluarga dalam pelayanan kesejahteraan lanjut usia. 3) Semakin sering keluarga dalam mengunjungi lanjut usia dalam panti. e. Makin meningkatnya tingkat kepedulian masyarakat dalam pelayanan lanjut usia, terutama : 1) Adanya sumbangan dari masyarakat terhadap lanjut usia. 2) Meningkatnya jumlah lembaga/individu yang mau mendukung serta membantu terselenggaranya pelayanan lanjut usia dalam panti. 3) Adanya memudahan bagi lanjut usia untuk mendapatkan akses ketempattempat umum. 2. Sasaran Sasaran utama dari pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia di panti adalah : a. Semua warga masyarakat yang tergolong lanjut usia, dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, seperti : 1) Telah berusia diatas 60 tahun. 2) Tidak mampu mencari nafkah sendiri untuk kepentingan hidupnya seharihari. 3) Tidak mempunyai sanak keluarga yang dapat memberikan bantuan dalam kelangsungan hidupnya. b. Keluarga (sasaran tidak langsung) 1) Keluarga dari kayalan yang dilayani dalam panti.
7 2) Semua warga yang mempunyai keluarga lanjut usia. c. Masyarakat (sasaran tidak langsung) Semua warga masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk berperan serta dalam terlaksananya pelayanan kesejahteraan sosial, seperti : 1) Tokoh masyarakat/relawan sosial. 2) Organisasi sosial, perguruan tinggi. 3) Anggota masyarakat yang mampu/dermawan. G. Program Kegiatan dan Mekanisme Pelayanan 1. Program Kegiatan Untuk mencapai tujuan program kegiatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat, ada beberapa program di Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin yng harus silaksanakan, antara lain : a. Program pelayanan pemenuhan kebutuhan kelayan b. Program perawatan dan pemeliharaan kelayan. c. Program peningkatan kemampuan dan kinerja personil. d. Program pemeliharaan dan penigkatan sarana prasarana dan lingkungan. 2. Mekanisme Pelayanan. a. Sosialisasi (Social Merketting) Kegiatan yang dilaksanakan untuk memperkenalkan dan menginformasikan tentang keberadaan panti kepada masyarakat, yang meliputi keberadaan panti, program pelayaan, syarat-syarat untuk dapat melayani dalam panti, dan personil. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan sosial, melalui booklet/pamflet, berhubungan Lurah/Wali Nagari dan juga melalui pemerintah Kabupaten dan kota. b. Home Visit. Kegiatan yang dijalankan untuk mengetahui secara langsung keberadaan calon penerima pelayanan ditempat asalnya, kegiatannya seperti :
8 1) Kontak yaitu proses penjalinan hubungan antara petugas dengan calon kelayan, keluarga dan masyarakat. 2) Kontrak yaitu proses perjanjian tentang program pelayanan antara pihak panti dengan calon penerima pelayanan. c. Penerimaan, kegiatannya seperti : 1) Seleksi yaitu proses penyaringan calon kelayan untuk ditetapkan sebagai kelayan panti (Warga Binaan Sosial). 2) Identifikasi yaitu proes yang dilakukan untuk mendapatkan identitas calon kayalan yang telah ditetapkan sebagai kelayan. 3) Asessment yaitu proses yang dilakukan untuk penungkapan masalah, pemahaman masalah, kemampuan, harapan dan kebutuhan kelayan. d. Rencana Penaganan Penempatan di asrama/wisma e. Pelaksanaan Kegiatan Pada tahap pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sesuai dengan rencana penanganan yang telah disusun saat pelaksanaan asessement, kegiatannya meliputi : a) Pelayanan fisik, seperti : - Makan minum 3 kali sehari tambah snack - Olah raga 2 kali dalam satu minggu (Selasa dan Kamis) - Rekreasi 1 kali dalam setahun. b) Bimbingan sosial, 1 kali dalam seminggu c) Bimbingan keterampilan, 1 kali dalam seminggu d) Bimbingan rohani, 1 kali dalam seminggu e) Bambingan kesenian, 2 kali dalam seminggu f) Sidang kasus/case Confrence (CC) g) Pelayanan kesehatan, 2 kali dalam seminggu, pemeriksaan ke Puskesmas terdekat. h) Pendampingan urusan luar i) Bimbingan Psiko Sosial (bimbingan sosial)
9 f. Terminasi, yaitu suatu kegiatan pengakhiran pemberian pelayanan terhadap kelayan, seperti : a) Meninggal dunia b) Permintaan kelayan/keluarga untuk kembali dibawa ke tempat asalnya c) Rujukan dengan alasan tertentu ke tempat lain H. Kepegawaian dan Struktur Organisasi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih pada tahun 2015 memiliki pegawai/ petugas sebanyak 23 orang, terdiri dari 17 orang Pegawai Negri Sipil (PNS) dan 6 orang tenaga sukarela. Struktur Organisasi Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 32 Tahun 2003 Tanggal 1 November 2003 adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat yang memberikan pelayanan terhadap lanjut usia dalam panti dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat. KEPALA KASUBBAG TATA KASI PELAYANAN KEBUTUHAN JOMPO KASI PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERAWATAN KELOMPOK JABFUNG I. Anggaran Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin didukung anggaran tersedia untuk tahun 2015 yang bisa direalisasikan pengadministrasian keuangan dalam DIPA sebesar Rp ,-
10 J. Kapasitas Tampung Jumlah Kalayan lanjut usia sebanyak 110 Orang yang berasal dari Kabupaten/Kota se- Sumatera Barat. K. Sarana dan Prasarana 1. Prasarana a. Tanah = M2 (Tanah Kuburan) =544 M2 b. Kantor =1 Unit c. Poloknik =1 Unit d. Mushola =1 Unit e. Asrama/wisma =14 Unit f. Aula =1 Unit g. Rumah dinas =7 Unit h. Work Shop =1 Unit i. Taman =450 m2 2. Sarana Penunjang a. Peralatan kantor b. Peralatan dapur c. Peralatan ibadah d. Peralatan asrama L. Prinsip pelayanan sosial lansia Pelayanan sosial lanjut usia dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa prinsip seperti : 1. Tindakan memberikan stigma (Destingmatisasi), yang menyertainya seperti kesepian, kurang pendengaran, dan penglihatan, lemah ecara fisik adalah suatu proses alamiah yang suatu saat pasti terjadi kepada orang lain, kesulitan-kesulitan seperti tersebut diatas terasa cukup berat bagi lanjut usia untuk menanggungnya, oleh karena itu tidak perlu diberikan kepadanya cap baru antara lain lanjut usia tak berguna lagi 2. Tidak mengucilkan (Deisolasi), sama seperti manusia lain pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia itu, lanjut usia tidak ingin dikucilkan dari pergaulan sosialnya, melainkan ia juga ingin mencintai dan dicintai, menerima dan diterima, menemani dan ditemani, menghargai dan dihargai.
11 3. Menghindari sikap sensitif (Desensitisasi),seperti manusia lainnya, lanjut usia memiliki perasaan sensitif (Marah, tersinggung, kecewa, tidak berharga) atas kesulitan-kesulitan yang menyertai kelanjut usianya, untuk itu ia perlu ditolong untuk menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut. 4. Pemenuhan kebutuhan secara tepat, program yang direncanakan untuk menolong lanjut usia dalam mengatasi masalah atau meningkatkan peranan sosialnya harus dapat secara nyata memenuhi kebutuhannya secara tepat dimana dia berada. 5. Pelayanan komprehentif, program yang direncanakan untuk menolong lanjut usia dalam mengatasi masalah atau meningkatkan peranan sosial mereka harus beraneka ragam dalam arti tidak hanya sekedar memberikan alat bantu mobilitas (kursi roda misalnya) tetapi juga lebih dari pada itu, yaitu memberikan keterampilan mobilitas mandiri san memberikan akses ke sumber-sumber yang lebih luas. 6. Tidak membesar-besarkan masalah (Dedramatisasi), kelanjutan usia menimbulkan beberapa kesulitan seperti kesepian, kurang pendengaran dan penglihatan lemah secara fisik dan lain-lain dalam hal ini ia harus diberikan pengertian agar tidak mau membesar-besarkan seolah-olah kesulitan itu tidak dapat diatasi lagi. 7. Menghindari sikap belas kasihan (Desimpatisasi), memberikan simpati yang menandakan belas kasihan dapat mendorong timbulnya perasaan tidak berdaya bagi diri lanjut usia, kepadanya hendaknya diberikan dorongan semangat yang membuatnya tegar dan dapat mengatasi secara mandiri. 8. Pelayanan yang cepat dan tepat, pelayanan sosial bagi lanjut usia harus dilakukan secara cepat dan tepat, cepat berarti tidak berbelit-belit dan dalam waktu relative singkat dan tepat berarti sesuai denga kebutuhan, masalah dan kemampuan penerima pelayanan. 9. Pelayanan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang menjamin kepuasan penerima pelayanan untuk menjadi kepuasan, maka kualitas pelayanan sangat menentukan 10. Pelayanan efektif dan efisien. Disamping cepat dan tepat dan memberi jaminan mutu implementasi program-program yang direncanakan bagi lanjut usia harus memperhatikan prinsip tepat guna dan tepat sasaran. 11. Pelayanan yang akuntabel. Pelayanan yang diberikan harus dapat di pertanggung jawabkan kepada masyarakat.
12 M. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI. 1. Dampak musibah gempa bumi yang terjadi pada tanggal 30 September 2009, mengakibatkan bangunan kantor / wisma mengalami kerusakan sehingga pelayanan kurang optimal. 2. Kurangnya kapasitas daya tampung sarana ibadah (Mushalla) yaitu hanya untuk 60 orang, sedangkan jumlah Kalayan lanjut usia 110 orang. 3. Perlu peningkatan oelayanan yang optimal bagi lajut usia dan adanya SDM yang cukup, seperti : Tenaga Bimbingan Mental, Ahli Gizi, Psikolog dan jumlah Pekerja Sosial yang seimbang jumlahnya dengan lanjut usia yang ada. 4. Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai baik secaka kualitas maupun kuantitas dan belum terpenuhi Pejabat Pekerja Sosial Fungsional. N. Kebijakan yang diambil 1. Mengajukan permohonan bantuan kepada Bapak Menteri Sosial RI melalui Bapak Kepala Dinas Sosial Prov. Sumbar untuk rehabilitasi bagunan kantor, wisma dan mushala (sudah diajukan pada akhir tahun 2009) 2. Mengoptimalkan pemamfaatan tenaga, sarana dan prasarana yang ada untuk penyelenggaraan pelayanan. 3. Mengupayakan, memantapkan manajemen pelayanan sosial yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan dari setiap kegiatan pelayanan. 4. Memantapkan koordinasi dan jaringan kerja secara intern dan dengan Dinas terkait baik secara vertikal maupun horizontal. 5. Berupaya mengikutkan partisipasi sosial masyarakat 6. Membudayakan akuntabilitas dari setiap personil penyelenggara pelayanan. O. Penutup Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang pelaksanaan upaya peningjatan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia), maka Pemerintah Sosial dan masyarakat harus mengupayakan meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan bagi kelompok penduduk lansia. Upaya tersebut berupa serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara pemerintah dan masyarakat untuk memperdayakan lansia agar lansia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
13 Diperlukan keterlibatan, peran dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan lembaga/organisasi sosial untuk bersama-sama berkomitmen dan bertindak dalam upaya mewujudkan Kesejahteraan dengan cara memberdayakan para lansia untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan untuk mengurangi kemiskinan, memperoleh kesehatan yang lebih baik dan mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan. Lansia diperdayakan dengan tetap memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia,kondisi fisik dan mental.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Sejarah Singkat Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut
Lebih terperinciBAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya
BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Lubuklinggau merupakan panti bagi para orang tua lanjut
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
C GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER
PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER Jl. Budi Murni III No. 66 Rt. 008/04 Ceger Cipayung Jakarta Timur Telp. 8445016 Fax. 8445016 TUGAS POKOK O DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia mengalami berbagai kemajuan. Hal ini merupakan hal yang positif karena dengan kemajuankemajuan tersebut maka bisa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB IV. PROFIL PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. A. Sejarah Berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar
BAB IV PROFIL PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar A. Sejarah Berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kasih Sayang Ibu Batusangkar merupakan salah satu Unit Pelaksana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru 1. Latar Belakang UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru dikeluarkannya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan
BAB II PROFIL INSTITUSI A. Sejarah Ringkas Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan dan pelatihan sebagai upaya peningkatan keterampilan dan keahlian bagi remaja, institusi
Lebih terperinciWALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PEMBERDAYAAN LANSIA TAHUN 2016
EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PEMBERDAYAAN LANSIA TAHUN 2016 (Studi Kasus Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Kota Parepare) Andi Nur Pratiwi Fatmala UNIVERSITAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Peranan 2.1.1 Pengertian Peranan Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas
BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA A. Pengertian dan Domisilih Lembaga Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).
1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup (UHH) penduduk (Kemenkes RI, 2014). Usia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda. Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang layak bagi seluruh masyarakat. Semua
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI WILAYAH. A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan
BAB II DESKRIPSI WILAYAH A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai tugas menurunkan angka populasi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup. Lansia dengan jumlah yang meningkat dapat berperan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL
SALINAN NOMOR 29/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,
Lebih terperinciUU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)
UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA) Tentang: KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 190, 1998 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3796) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H
No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciDINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia. Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Standar. Lembaga. Rehabilitasi Sosial. Narkotika. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR LEMBAGA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Kondisi Umum
PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Tahun, Kanwil Departemen Sosial Provinsi NTB bekerja sama dengan Yayasan Amal Saleh pimpinan DANE RAHIL mendirikan Liposos (Lindungan Pondok Sosial) diatas areal Tanah milik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL
DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG INFORMASI BERKALA A. Profil Kedudukan SKPD 1. Kedudukan Kedudukan Dinas Sosial yaitu penyelenggara pelayanan dalam bidang kesejahteraan 2. Struktur Struktur Organisasi Dinas Sosial
Lebih terperinci2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemeri
No.220, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SOSIAL. Pengasuhan Anak. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6132) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan bagi anak yang memiliki kegiatan yang padat atau bekerja dalam waktu yang lama. Di
Lebih terperinciKOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P
KOP LKS...,... 0... Lampiran Perihal : : : Permohonan Pendaftaran / Perpanjangan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kepada Yth. BUPATI CILACAP q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten
Lebih terperinci2012, No.68 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya y
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2012 KESEJAHTERAAN RAKYAT. Penyelenggaraan. Kesejahteraan Sosial. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Rumah Singgah Anak Mandiri A. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Provinsi merupakan unsur
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2017 KEMENSOS. Standar Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyandang cacat merupakan bagian
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR
QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA
KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 72 Tahun 2006 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI
Lebih terperinciG U B E R N U R SUMATERA BARAT
No. Urut: 53, 2014 Menimbang : G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016
LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016 [Document subtitle] BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara
Lebih terperinciPP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
Copyright (C) 2000 BPHN PP 43/1998, UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT Menimbang: *35751 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 43 TAHUN 1998 (43/1998) TENTANG UPAYA PENINGKATAN
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA
- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk
BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Pelayanan publik bagi lanjut usia di Kabupaten Bantul dapat diketahui dari setiap program, yaitu Program Rutin (Reguler), Program Pelayanan Khusus dan Program Day Care Services,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinci2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1410, 2015 KEMENSOS. Anak Penyandang Disabilitas. Pelayanan Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK
Lebih terperinciRENCANA STRATEJIK DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008
RENCANA STRATEJIK DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2008 VISI : Masyarakat Peduli UKS, PMKS Terentas dan Kehidupan Mental Spiritual Kondusif pada Tahun 2015
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA TAHUN Pembinaan Anak Terlantar bantuan.
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Satuan Kerja Perangkat Daerah : DINAS SOSIAL Tahun Anggaran : 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN (Rp) 1 2 3 4 5 6 1 Meningkatnya kemauan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERMAKANAN
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA
PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyandang cacat merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEGAWAI PEMERINTAH
Lebih terperinciKEBIJAKAN PROGRAM LANSIA
KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA Disampaikan oleh: R.Siti Maryam,MKep,Ns.Sp.Kep.Kom MK Keperawatan Gerontik Februari 2014 STATISTIK TAHUN 2010 JUMLAH LANSIA 23.992.552 JIWA TAHUN 2020 DIPREDIKSI MENINGKAT 11,2
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan. sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya keberhasilan dalam program kesehatan dan pembangunan sosial ekonomi dapat dilihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk dari suatu negara. Begitu
Lebih terperinciBUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 77 TAHUN 2016
BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN/ATAU KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaiman pemerintah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA WALIKOTA
Lebih terperinciREVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015
REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG
LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BIMBINGAN LANJUT DAN RUJUKAN BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciNOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NTERI KETENAGAKERJAANPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN/ATAU KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan hajat hidup orang banyak itu harus atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, seperti penemuan antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN/ATAU KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PELAYANAN LANJUT USIA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA NIRWANA PURI DI KOTA SAMARINDA
ejournal Administrasi Negara, 2013, 1 (2): 749-762 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.org Copyright 2013 STUDI TENTANG PELAYANAN LANJUT USIA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PANTI SOSIAL TRESNA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. PERENCANAAN STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA Rencana Strategis Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat secara lengkap termuat dalam Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan suatu
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinci