MAPPING KEGIATAN PRIORITAS DAN INDIKATOR KEGIATAN PRIORITAS RPJMN DALAM RKP
|
|
- Yohanes Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 Kementerian PPN/ Bappenas MAPPING KEGIATAN PRIORITAS DAN KEGIATAN PRIORITAS DALAM BAHAN PENYUSUNAN 2014 KEDEPUTIAN EALUASI KINERJA PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) MEI 2013
4 Pengarah: Edi Effendi Tedjakusuma Penanggung Jawab: Yohandarwati Arifiyatno Tim Penyusun: Bambang Triyono Haryo Raharjo Faiq Meitha Ika Pratiwi Novi Mulia Ayu Anna Nur Rahmawaty Tini Partini Nuryawani Kontak dan Informasi : Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral, Bappenas ekps@bappenas.go.id Telp : Fax : ii
5 KATA PENGANTAR Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan dokumen perencanaan yang memuat rancangan kebijakan pembangunan dalam kurun dan merupakan bagian penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Dokumen tersebut juga menterjemahkan visi dan misi Presiden terpilih, menjabarkan strategi, kebijakan umum, dan program pembangunan baik lintas K/L, kewilayahan, maupun lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro. Dokumen juga mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk kebijakan fiskal, kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Setiap tahun, kebijakan pembangunan dalam RPJMN dijabarkan menjadi dokumen Rencana Kerja Pemerintah (). Dokumen disusun dengan mempertimbangkan dinamika perubahan lingkungan strategis, arahan Presiden, isu strategis pembangunan nasional terkini, dan terutama prioritas pembangunan yang digariskan dalam. Pelaksanaan evaluasi yang diuraikan dalam dokumen ini terkait dengan penjabaran ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011,2012, dan 2013) dilakukan dengan menggunakan pendekatan document review, yaitu, dengan mencermati dan membandingkan Prioritas Nasional yang tercantum dalam dokumen Buku I dengan Buku I Tahun 2011, 2012 dan Pencermatan terhadap dokumen dan dilakukan untuk mengidentifikasi aspek kesinambungan dan konsistensi antar dokumen perencanaan. Evaluasi terhadap kegiatan prioritas (KP) dan indikator kinerja menunjukkan bahwa pelaksanaan RPJMN telah sesuai dengan yang direncanakan. Dari 541 KP dalam RPJMN, telah dijabarkan dalam dokumen sebanyak 491 kegiatan (90,76 persen) dan dari indikator KP sebanyak indikator (87,75 persen) telah dijabarkan dalam 2011, 2012, dan Dengan demikian dapat dikatakan hampir seluruh KP dan indikator KP secara berkesinambungan dan konsisten telah diakomodasi dalam 2011 hingga Walaupun masih jauh dari sempurna, evaluasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dokumen perencanaan secara umum. Disamping itu, juga dapat meningkatkan efektivitas pemanfaatan hasil evaluasi dalam proses perencanaan, dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dalam penyusunan 2014 dan penyusunan RPJMN Jakarta, Mei 2013 Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian PPN/Bappenas Edi Effendi Tedjakusuma iii
6 iv
7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii v vi viii xi PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Cara Analisis... 2 HASIL REIU UMUM... 3 Penjabaran dalam Dokumen (2011, 2012, dan 2013)... 3 Kesinambungan dan Kekonsistenan Antardokumen dalam Dokumen (2011, 2012, dan 2013)... 5 HASIL REIU PRIORITAS NASIONAL Prioritas Nasional (PN) 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Prioritas Nasional (PN) 2: Program Aksi Bidang Pendidikan Prioritas Nasional (PN) 3: Program Aksi Bidang Kesehatan Prioritas Nasional (PN) 4: Penanggulangan Kemiskinan Prioritas Nasional (PN) 5: Program Aksi Bidang Pangan Prioritas Nasional (PN) 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Prioritas Nasional (PN) 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Prioritas Nasional (PN) 8: Program Aksi Bidang Energi Prioritas Nasional (PN) 9: Program Aksi Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Prioritas Nasional (PN) 10: Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pascakonflik Prioritas Nasional (PN) 11: Kebudayaan Kreativitas, dan Inovasi Teknologi Prioritas Nasional Lainnya (PNL) 12: Politik, Hukum, dan Keamanan Prioritas Nasional Lainnya (PNL) 13: Perekonomian Prioritas Nasional Lainnya (PNL) 14: Kesejahteraan Rakyat KESIMPULAN DAN REKOMENDASI LAMPIRAN v
8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Rekapitulasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam 2011, 2012, Identifikasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam Identifikasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam Identifikasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola... 8 Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola... 9 Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 4: Penanggulangan Kemiskinan Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 5: Program Aksi Bidang Pangan Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 5: Program Aksi Bidang Pangan Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 8: Program Aksi Bidang Energi Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 8: Program Aksi Bidang Energi Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 9: Program Aksi Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 10: Daerah Tertinggal, Terluar dan Paska Konflik Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 10: Daerah Tertinggal, Terluar dan Paska Konflik vi
9 Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 11: Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 11: Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PNL 12: Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PNL 12: Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PNL 13: Perekonomian Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PNL 13: Perekonomian Catatan: Semua tabel bersumber dari hasil persandingan Buku I dengan Buku I vii
10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola... 7 Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola... 7 Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola... 8 Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 4: Penanggulangan Kemiskinan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 4: Penanggulangan Kemiskinan Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 4: Penanggulangan Kemiskinan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 5: Program Aksi Bidang Pangan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 5: Program Aksi Bidang Pangan viii
11 Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35. Gambar 36. Gambar 37. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 5: Program Aksi Bidang Pangan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 8: Program Aksi Bidang Energi Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 8: Program Aksi Bidang Energi Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 8: Program Aksi Bidang Energi Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 9: Program Aksi Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 9: Program Aksi Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 9: Program Aksi Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 10: Daerah Tertinggal, Terluar dan Paska Konflik 25 Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 10: Daerah Tertinggal, Terluar dan Paska Konflik Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 10: Daerah Tertinggal, Terluar dan Paska Konflik Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PN 11: Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 11: Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi ix
12 Gambar 38. Gambar 39. Gambar 40. Gambar 41. Gambar 42. Gambar 43. Gambar 44. Gambar 45. Gambar 46. Gambar 47. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 11: Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PNL 12: Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan 28 Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PNL 12: Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PNL 12: Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PNL 13: Perekonomian Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PNL 13: Perekonomian Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PNL 13: Perekonomian Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam 2011, 2012, 2013 PNL 14: Kesejahteraan Rakyat Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP RPJMN dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PNL 14: Kesejahteraan Rakyat Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PNL 14: Kesejahteraan Rakyat Catatan: Semua gambar bersumber dari hasil persandingan Buku I dengan Buku I x
13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Ringkasan Evaluasi Ex-Ante terhadap Dokumen Lampiran 2. Persandingan Buku I dengan Buku I xi
14 xii
15 PENDAHULUAN Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan dokumen perencanaan yang menjabarkan isi, Misi, dan Program Presiden, menjabarkan strategi, menjelaskan kebijakan umum, menguraikan program kementerian/lembaga (K/L) baik lintas K/L, kewilayahan, maupun lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro. Penyusunan RPJMN berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Dalam pelaksanaannya, lebih lanjut, RPJMN dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah () yang akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Upaya pencapaian pembangunan telah dilakukan Pemerintah melalui kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (). Dalam penyusunannya mempertimbangkan arahan visioner, dinamika perubahan lingkungan strategis, arahan Presiden, isu strategis pembangunan nasional, dan utamanya prioritas pembangunan yang digariskan dalam. Pelaksanaan pada saat ini telah memasuki tahun ketiga pelaksanaan pembangunan. Dalam masa tiga tahun tersebut untuk menjawab tantangan dan antisipasi isu-isu strategis perkembangan perekonomian global dan upaya pemerintah dalam mempercepat pencapaian pembangunan nasional, telah banyak perubahan kebijakan yang diformulasikan pemerintah. Dalam kaitan itu, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Pemerintah perlu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMN maupun. Salah satu aspek evaluasi yang perlu diperhatikan adalah kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan pembangunan nasional. Pada Bulan Desember 2012, Kedeputian EKP telah melakukan Evaluasi Ex-ante atas Dokumen 2013 dengan melakukan persandingan antardokumen perencanaan baik maupun (ringkasan disajikan pada Lampiran 1). Evaluasi dilakukan secara selektif pada 2-3 fokus prioritas terpilih pada setiap bidang pembangunan di Buku II Hasil evaluasi memberikan gambaran masih rendahnya kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan pada level kegiatan prioritas, yang ditunjukkan dengan rendahnya persentase (20-30 persen) indikator yang sama pada tiap dokumen Perbedaan indikator KP sebagian besar disebabkan karena adanya perubahan indikator, bertambahnya indikator baru, atau tidak berlanjutnya indikator di periode tertentu. Selain itu diperoleh gambaran kurangnya ketepatan penyusunan alur pikir penyusunan dokumen perencanaan yang ditunjukkan oleh masih lemahnya penerjemahan permasalahan menjadi pernyataan sasaran bidang (yang dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome). Kemudian, teridentifikasi tumpang tindih penentuan tingkatan kinerja, yang diindikasikan oleh penggunaan pernyataan indikator yang sama pada dua atau tiga tingkatan kinerja sekaligus, yaitu prioritas (impact), fokus prioritas (outcomes), dan kegiatan prioritas (output). Berkaitan dengan hal tersebut, terutama untuk memberikan masukan dalam penyusunan 2014, Kedeputian Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan (EKP), sesuai dengan tugas dan fungsinya, melanjutkan evaluasi dokumen terutama dikaitkan dengan penjabarannya ke dalam 3 (tiga) dokumen terdahulu ( 2011, 2012 dan 2013). Poin pentingnya adalah memastikan bahwa seluruh kegiatan prioritas (KP) beserta indikator KP yang 1
16 tercantum dalam dokumen telah seluruhnya terjabarkan dalam tiga dokumen yang telah disahkan ( 2011, 2012 dan 2013) sebelumnya. Apabila terdapat kegiatan prioritas dan indikator yang terlewat di ketiga dokumen tersebut, maka seyogyanya diupayakan dijabarkan dalam Pencermatan dilaksanakan dengan melihat kegiatan prioritas dan indikator yang tercantum dalam Buku I dibandingkan dengan kegiatan prioritas dan indikator yang tercantum dalam Tahun pada masing-masing Prioritas Nasional. Berdasarkan persandingan kedua dokumen tersebut, lebih lanjut dilihat penjabaran kegiatan prioritas dan indikator kinerja RPJMN dalam dokumen, untuk kemudian memberikan gambaran kesinambungan dan konsistensi antara RPJMN dan. Selain itu, kesimpulan atas kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan pembangunan nasional yang akan diperoleh melalui evaluasi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan RPJMN Tujuan Tujuan penjabaran ke dalam 3 (tiga) dokumen Tahun : 1. Mengidentifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam dokumen 2011, 2012 dan 2013 (dapat dilihat pada bagian Hasil Reviu Umum, Hasil Reviu Per Prioritas Nasional dan Lampiran 2). 2. Mengidentifikasi aspek kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen RPJMN dan 2011, 2012 dan 2013 (dapat dilihat pada bagian Hasil Reviu Umum dan Hasil Reviu Per Prioritas Nasional). 3. Memberikan masukan dalam penyusunan 2014 berupa daftar KP dan indikator KP yang belum dijabarkan dalam tiga dokumen (2011, 2012, dan 2013), sehingga dapat diakomodasi dalam 2014 (dapat dilihat pada bagian Hasil Reviu Per Prioritas Nasional). Ruang Lingkup Ruang lingkup evaluasi terkait penjabaran ke dalam 3 (tiga) dokumen Tahun dilaksanakan terbatas pada Buku I yaitu yang tertera pada Matrik Penjabaran Prioritas Nasional dalam dan Tahun Selanjutnya penyebutan dokumen dan Tahun merujuk pada Buku I dokumen tersebut. Evaluasi dilakukan pada konsistensi kegiatan prioritas dan indikator kinerja. Berdasarkan kedua dokumen tersebut, KP dan indikator KP dalam RPJMN akan ditelusuri keberadaannya pada dokumen tahun Cara Analisis Analisis digunakan dengan menggunakan pendekatan document review, yaitu dengan mencermati dan menyandingkan dokumen dan 2011, 2012, Pencermatan terhadap dokumen dan 2011, 2012, 2013 dilakukan untuk mengidentifikasi dua aspek, yaitu: (1) kegiatan prioritas sudah/belum dijabarkan; dan (2) indikator KP sudah/belum dijabarkan. Kegiatan Prioritas dan indikator KP yang sudah dijabarkan berarti secara jelas tercantum dalam pernyataan yang sama/mirip/berbeda di dalam dokumen, bisa pada salah satu atau ketiga dokumen yang disandingkan ( 2011, 2012, 2013). Sementara itu, KP dan indikator KP yang belum dijabarkan berarti tidak terdapat atau tidak tercantum dalam salah satu atau ketiga dokumen yang disandingkan ( 2011, 2012, 2013). Hasil reviu terbagi menjadi dua bagian, yaitu: pertama, reviu umum sebagai rekapitulasi penjabaran seluruh prioritas nasional dan; kedua, reviu untuk setiap prioritas nasional. 2
17 HASIL REIU UMUM Hasil reviu umum merupakan rekapitulasi hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013). Rekapitulasi ini diharapkan dapat mengidentifikasi penjabaran kegiatan prioritas (KP) dan indikator kegiatan prioritas (KP) RPJMN ke dalam dokumen 2011, 2012 dan 2013, sehingga dapat memberikan gambaran secara umum seberapa besar aspek kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan yang terjadi. Dalam hal ini, dokumen perencanaan yang memiliki kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik ditunjukkan melalui penjabaran KP dan indikator KP RPJMN sebagai dokumen jangka menengah secara menyeluruh dan konsisten ke dalam dokumen tahunannya, yaitu 2011, 2012, dan Penjabaran dalam Dokumen (2011, 2012, dan 2013) Rekapitulasi hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) menunjukkan sebagian besar KP dan indikator KP telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 1 dan Tabel 1). Hal ini ditunjukkan oleh tingginya persentase penjabaran KP dan indikator KP sebesar 90,76 persen dan 87,75 persen ke dalam dokumen Artinya, hanya 9,24 persen KP dan 12,25 persen indikator KP yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013). Gambar 1. Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP dalam 2011, 2012, ,00 90,00 9,24 12,25 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 90,76 87,75 Kegiatan Prioritas Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Tabel 1. Rekapitulasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 Jumlah % Kegiatan Prioritas ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,76 Belum Dijabarkan dalam 50 9,24 Indikator ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,75 Belum Dijabarkan dalam ,25 Berikut ini diuraikan hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP pada setiap dokumen (2011, 2012, dan 2013). a. dengan 2011 Identifikasi penjabaran KP dan indikator KP pada 2011 menunjukkan dari total 541 KP di, sebanyak 475 KP (87,80 persen) sudah dijabarkan pada Penjabaran indikator KP juga menunjukan angka yang cukup tinggi, sebanyak 1107 dari 1306 (84,76 persen) indikator KP (Gambar 2 dan Tabel 2). 3
18 Gambar 2. Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP dalam ,20 15,24 87,80 84,76 KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 Tabel 2. Identifikasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam 2011 Jumlah % Kegiatan Prioritas ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,80 Belum Dijabarkan dalam 66 12,20 Indikator ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,76 Belum Dijabarkan dalam ,24 b. dengan 2012 Identifikasi penjabaran KP dan indikator KP pada 2012 menunjukkan dari total 541 KP di, sebanyak 421 KP (77,82 persen) telah dijabarkan pada Kemudian, indikator KP yang dijabarkan menunjukan angka yang tidak terlalu tinggi, yaitu 769 dari 1306 (58,88 persen) indikator KP (Gambar 3 dan Tabel 3). Gambar 3. Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP dalam ,00 100,00 80,00 60,00 22,18 41,12 Tabel 3. Identifikasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam ,00 20,00 0,00 77,82 KP Sudah Dijabarkan dalam 58,88 Indikator KP Belum Dijabarkan dalam Jumlah % Kegiatan Prioritas ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,82 Belum Dijabarkan dalam ,18 Indikator ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,88 Belum Dijabarkan dalam ,12 c. dengan 2013 Identifikasi penjabaran KP dan indikator KP pada 2013 menunjukkan dari total 541 KP di, sebanyak 375 KP (69,32 persen) telah dijabarkan pada Kemudian, indikator KP yang telah dijabarkan menunjukan angka yang tidak terlalu tinggi, yaitu 643 dari 1306 (49,23 persen) indikator KP (Gambar 4 dan Tabel 4). 4
19 Gambar 4. Persentase Penjabaran KP dan Indikator KP dalam ,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 30,68 69,32 KP Sudah Dijabarkan dalam 50,77 49,23 Indikator KP Belum Dijabarkan dalam Tabel 4. Identifikasi Penjabaran KP dan Indikator KP dalam 2013 Jumlah % Kegiatan Prioritas ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,32 Belum Dijabarkan dalam ,68 Indikator ,00 Sudah Dijabarkan dalam ,23 Belum Dijabarkan dalam ,77 Kesinambungan dan Kekonsistenan Antardokumen dengan (2011, 2012, dan 2013) Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan yang terus menurun tiap tahunnya (Gambar 5) memiliki deviasi yang paling besar terhadap, dibandingkan dengan sebelumnya ( 2012 dan 2011). Artinya, semakin banyak terjadi perbedaan substansi pada setiap penyusunan, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh pernyataan KP dan indikator KP yang makin terdeviasi. Gambar 5. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, ,00 90,00 80,00 70,00 84,76 87,8 77,82 69,32 60,00 50,00 58,88 40,00 30,00 20,00 28,71 10,00 0, KP Indikator 5
20 Kesinambungan dan kekonsistenan KP antardokumen dengan (2011, 2012, dan 2013) mengalami penurunan. Dengan kata lain, semakin banyak KP pada RPJMN yang tidak dilaksanakan pada tiap tahunnya. Sehingga dokumen tidak sepenuhnya menjabarkan RPJMN. Pada 2011, terdapat 87,80 persen KP yang sudah dijabarkan. Kemudian, angka tersebut terus menurun pada 2012 dan 2013, yaitu hanya sebesar 77,82 persen dan 69,32 persen. Sementara itu, kesinambungan dan kekonsistenan indikator KP antardokumen dengan (2011, 2012, dan 2013) menunjukkan penurunan yang lebih tajam dibandingkan dengan KP. Dengan demikian, bertambahnya jumlah indikator KP RPJMN yang tidak terlaksana pada tiap tahunnya. Dapat disimpulkan, dokumen tidak sepenuhnya berfungsi sebagai penjabaran RPJMN Pada 2011, terdapat 84,76 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Kemudian, angka tersebut terus menurun pada 2012 menjadi sebesar 58,88 persen dan hanya 28,71 persen pada
21 HASIL REIU PER PRIORITAS NASIONAL (PN) Hasil reviu per prioritas nasional merupakan telaah lebih spesifik dan detil pada hasil persandingan antara dokumen dengan ( 2011, 2012, dan 2013). Setiap prioritas nasional akan diidentifikasi seberapa banyak KP dan indikator KP yang sudah dijabarkan dalam dokumen. Dengan demikian, diharapkan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan pada setiap PN dapat disimpulkan. Prioritas Nasional (PN) 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) untuk PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, menunjukkan sebagian besar KP telah dijabarkan dalam dokumen, yaitu sebanyak 82,00 persen KP. Sedangkan untuk penjabaran indikator KP lebih rendah dibandingkan KPnya, sebanyak 61,94 persen yang telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 6). Apabila persentase penjabaran KP dan indikator KP dirinci pada setiap tahun penyusunan, maka terlihat peningkatan penjabaran pada 2012, namun menurun pada Pada 2011, terdapat 64,00 persen KP dan 55,97 persen indikator KP RPJMN yang sudah dijabarkan. Selanjutnya persentase ini meningkat pada 2012, terdapat 82,00 persen KP dan 56,73 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Namun pada 2013 terjadi penurunan, yaitu menjadi 62,00 persen KP dan hanya 23,13 persen indikator KP yang sudah dijabarkan (Gambar 7). Gambar 6. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 120,00 Gambar 7. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 1 : Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 120,00 100,00 80,00 18,00 38,06 100,00 80,00 60,00 36,00 44,03 18,00 43,28 38,00 76,87 60,00 40,00 20,00 0,00 82,00 KP 61,94 Indikator KP 40,00 20,00 0,00 82,00 64,00 55,97 56,72 62,00 23,13 KP Indikator KP KP Indikator KP KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola yang berfluktuasi. Artinya, terdapat kecenderungan dokumen yang berubah-ubah, terutama pada indikator KP. Perubahan pada indikator sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru di periode 7
22 tertentu, atau adanya indikator yang tidak berlanjut di periode berikutnya. Berikut pada Gambar 8 ditunjukkan kecenderungan kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola. Gambar 8. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 82,00 64,00 62,00 55,97 56,73 23, KP Indikator KP Adapun daftar KP dan indikator KP PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013) disampaikan pada Tabel 5 (sebanyak 9 KP) dan Tabel 6 (sebanyak 51 indikator KP). Tabel 5. Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013), PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola No Nama KP SI 1 Penghentian/ Pembatasan Pemekaran Wilayah SI 2 2 Penyempurnaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah SI 2 3 Penetapan Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan SI 5 pemerintah daerah 4 Penerapan Indikator Utama Pelayanan Publik di Daerah SI 5 5 Peningkatan koordinasi dan evaluasi pelayanan di bidang kesejahteraan sosial SI 5 6 Peningkatan koordinasi dan evaluasi pelayanan publik di bidang pemerintahan umum, hukum SI 5 dan keamanan 7 Pengawasan dan pemeriksaan kinerja serta perilaku aparat MA dan badan peradilan di SI 6 bawahnya 8 Pengembangan dan Pemanfaatan Jaringan Kerjasama Antara Lembaga/Instansi SI 6 9 Penyediaan Data dan Informasi untuk Pemberantasan Korupsi SI 6 Keterangan:SI menunjukkan posisi KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. 8
23 Tabel 6. Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 1: Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola No Nama Indikator KP KP SI 1 Persentase evaluasi setiap usulan pemekaran, penggabungan, dan penghapusan KP 1 SI 2 daerah sesuai dengan PP No 78 tahun Jumlah Strategi Dasar Penataan Daerah KP 1 SI 2 3 Jumlah daerah otonom baru yang terbentuk berdasarkan usulan Pemerintah KP 1 SI 2 4 Jumlah SPM yang ditetapkan KP 1 SI 5 5 Jumlah kab/kota yg memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) kpd tiap pdduk KP 1 SI 7 6 Jumlah Surat Edaran Mendagri KP 2 SI 2 7 Jumlah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah diterapkan oleh Daerah KP 2 SI 5 8 Jumlah bidang SPM yang dimonitor penerapannya KP 2 SI 5 9 Jumlah bidang SPM yang dievaluasi penerapannya KP 2 SI 5 10 Jumlah laporan pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan kinerja serta perilaku KP 2 SI 6 hakim dan aparat peradilan 11 Mengkaji penerapan PBBKB di daerah berkaitan dengan harga dan subsidi BBM KP 3 SI 4 12 RPMK pemberian sanksi terhadap daerah yang melanggar ketentuan PDRD KP 3 SI 4 13 RPP tentang sistem pemungutan pajak daerah KP 3 SI 4 14 Penerapan Pajak Rokok menjadi Pajak Daerah KP 3 SI 4 15 Pengalihan BPHTB menjadi Pajak Daerah KP 3 SI 4 16 Program transisi/pengalihan PBB menjadi Pajak Daerah KP 3 SI 4 17 Jumlah PP KP 3 SI 5 18 Jumlah Perpres KP 3 SI 5 19 Persentase Pemda yang menerapkan OSS (pelayanan terpadu satu pintu) KP 4 SI 5 20 Laporan hasil pelaksanaan penilaian pelayanan KP 4 SI 5 21 Jumlah instrumen penilaian, monitoring & eva penyelenggaraan pelayanan publik KP 4 SI 5 22 Jumlah inpres tentang percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik KP 4 SI 5 23 Persentase unit pelayanan/pemda yang berkategori terbaik sesuai penilaian KP 5 SI 5 24 Persentase unit pelayanan/pemda yang berkategori baik sesuai penilaian KP 5 SI 5 25 Jumlah unit pelayanan yang dinilai berdasarkan usulan KP 5 SI 5 26 Jumlah Pemda yang dinilai berdasarkan usulan Provinsi KP 5 SI 5 27 Persentase instansi yang menerima sosialisasi KP 6 SI 1 28 Persentase instansi pusat dan daerah yang dilakukan konsultasi asistensi RB KP 6 SI 1 29 Jumlah laporan monitoring dan evaluasi KP 6 SI 1 30 Persentase revisi terbatas UU No. 32/2004 terkait dg efisiensi pelaksanaan Pilkada KP 6 SI 2 31 Jumlah UU tentang PEMILU Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah KP 6 SI 2 32 Jumlah unit pengaduan masyarakat di tiap lembaga penegak hukum KP 12 SI 6 33 Pemenuhan permintaan informasi dan data (persentase) KP 22 SI 6 34 Jumlah pelaksanaan monitoring profesionalisme hakim agung KP 24 SI 6 35 Jumlah hakim berprestasi yg diusulkan menerima penghargaan KP 24 SI 6 36 Penurunan biaya rata-rata seleksi calon hakim KP 24 SI 6 37 Jumlah peserta seleksi calon hakim yang mendaftar KP 24 SI 6 38 Jumlah peserta seleksi calon hakim yang lulus seleksi KP 24 SI 6 39 Biaya seleksi hakim agung per pendaftar (dalam ribu) KP 24 SI 6 40 Biaya penelitian putusan hakim (dalam ribu) KP 24 SI 6 41 Biaya pemberian penghargaan hakim (dalam ribu) KP 24 SI 6 42 Persentase putusan hakim yang benar KP 24 SI 6 43 Persentase peserta yg mendaftar dalam seleksi calon hakim agung KP 24 SI 6 44 Persentase peserta seleksi calon hakim yang lulus sesuai kompetensi KP 24 SI 6 45 Persentase Hakim Agung yang profesional hasil seleksi KP 24 SI 6 46 Persentase calon hakim yg mendapat penghargaan KP 24 SI 6 47 Persentase calon Hakim Agung yang lulus seleksi KP 24 SI 6 48 Jumlah pengaduan masyarakat KP 25 SI 6 49 Biaya penanganan laporan pengaduan masyarakat hingga tuntas KP 25 SI 6 50 Persentase peningkatan kemampuan dan profesionalisme hakim KP 25 SI 6 51 Persentase hasil putusan Majelis Kehormatan Hakim yang sesuai dengan prinsip kode etik dan pedoman perilaku hakim KP 25 SI 6 Keterangan: 1. KP menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Kegiatan Prioritas Dokumen. 2. SI menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. 9
24 Prioritas Nasional (PN) 2: Program Aksi Bidang Pendidikan Hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) untuk PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan, menunjukkan seluruh KP RPJMN (100 persen) telah dijabarkan dalam dokumen. Sementara itu untuk penjabaran indikatorkp, sebanyak 96,97 persen telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 9). Apabila persentase penjabaran KP dan indikator KP dirinci pada setiap tahun penyusunan, maka terlihat penurunan penjabaran pada 2012, dan sedikit meningkat pada Pada 2011, terdapat 96,77 persen KP dan 96,97 persen indikator KP RPJMN yang sudah dijabarkan. Selanjutnya persentase ini menurun pada 2012, terutama pada indikator KP, yaitu terdapat 83,87 persen KP dan hanya 42,42 persen indikator KP RPJMN yang sudah dijabarkan. Pada 2013 terjadi sedikit peningkatan menjadi 87,10 persen KP dan 48,48 persen indikator KP yang sudah dijabarkan (Gambar 10). Gambar 9. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan 100,00 80,00 60,00 40,00 3,03 100,00 96,97 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Gambar 10. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan 3,23 3,03 96,77 96,97 16,13 83,87 57,58 42,42 12,90 87,10 51,52 48,48 20,00 0,00 KP Indikator KP 0,00 KP Indikator KP KP Indikator KP KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan yang cenderung menurun dan sedikit berfluktuasi. Artinya, terdapat kecenderungan dokumen yang berubah-ubah, terutama pada indikator KP. Terdapat penurunan kesinambungan dan kekonsistenan indikator KP yang cukup drastis pada 2012 (lebih dari 50 persen) dari 96,97 persen menjadi hanya 42,42 persen. Perubahan pada indikator sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru atau indikator yang tidak berlanjut di periode tersebut. Pada Gambar 11 ditunjukkan kecenderungan kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan. Adapun daftar indikator KP PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013) disampaikan pada Tabel 7 (sebanyak 2 indikator KP). 10
25 Gambar 11. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan 120,00 100,00 80,00 96,77 96,97 83,87 87,10 60,00 40,00 20,00 42,42 48,48 0, KP Indikator KP Tabel 7. Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 2: Program Aksi Bidang Pendidikan No Nama Indikator KP KP SI 1 Persentase PTAN bersertifikat ISO 9001: 2008 KP 5 SI 6 2 Penyusunan dan penerapan standar nasional pendidikan bagi pendidikan agama dan keagamaan KP 10 SI 6 Keterangan: 1. KP menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Kegiatan Prioritas Dokumen. 2. SI menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. Prioritas Nasional (PN) 3: Program Aksi Bidang Kesehatan Hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) untuk PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan, menunjukkan seluruh KP RPJMN (100 persen) telah dijabarkan dalam dokumen. Sementara itu untuk penjabaran indikator KP, sebanyak 96,59 persen telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 12). Apabila persentase penjabaran KP dan indikator KP dirinci pada setiap tahun penyusunan, maka terlihat penurunan penjabaran pada 2012, dan sedikit meningkat untuk KP pada 2013, sementara tetap menurun untuk indikator KP pada Pada 2011, terdapat 100,00 persen KP dan 92,59 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Selanjutnya persentase ini menurun pada 2012, yaitu terdapat 87,50 persen KP dan 85,19 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Pada 2013, penjabaran KP meningkat kembali menjadi 100 persen KP, sementara indikator KP terus menurun menjadi 59,26 persen (Gambar 13). 11
26 Gambar 12. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan 120,00 Gambar 13. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 2: Program Aksi Bidang Kesehatan 100,00 7,41 100,00 7,41 12,50 14,81 80,00 80,00 40,74 60,00 40,00 100,00 92,59 60,00 40,00 20,00 100,00 92,59 87,50 85,19 100,00 59,26 20,00 0,00 KP Indikator KP 0,00 KP Indikator KP KP Indikator KP KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan yang cenderung berfluktuasi untuk KP dan mengalami penurunan untuk indikator KP. Artinya, terdapat kecenderungan dokumen yang berubah-ubah, terutama pada indikator KP. Terdapat penurunan kesinambungan dan kekonsistenan indikator KP yang cukup banyak pada 2013 dari 85,19 persen menjadi hanya 59,26 persen. Perubahan pada indikator sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru atau indikator yang tidak berlanjut di periode tersebut. Berikut pada Gambar 14 ditunjukkan kecenderungan kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan. Gambar 14. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan 120,00 100,00 100,00 87,50 100,00 80,00 92,59 85,19 60,00 40,00 59,26 20,00 0, KP Indikator KP 12
27 Adapun daftar indikator KP PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013) disampaikan pada Tabel 8 (sebanyak 2 indikator KP). Tabel 8. Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 3: Program Aksi Bidang Kesehatan No Nama Indikator KP KP SI 1 Tingkat kesiapan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Dewan Jaminan Sosial KP 4 SI 1 Nasional (DJSN) pusat maupun daerah untuk melaksanakan jaminan sosial. 2 Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang melayani KB KP 1 SI 1 Keterangan: 1. KP menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Kegiatan Prioritas Dokumen. 2. SI menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. Prioritas Nasional (PN) 4: Penanggulangan Kemiskinan Hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) untuk PN 4: Penanggulangan Kemiskinan, menunjukkan seluruh KP (100 persen) telah dijabarkan dalam dokumen. Sementara itu untuk penjabaran indikator KP, sebanyak 96,00 persen telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 15). Apabila persentase penjabaran KP dan indikator KP dirinci pada setiap tahun penyusunan, maka terlihat kondisi yang terus menurun. Pada 2011, terdapat 100,00 persen KP dan 94,00 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Selanjutnya persentase ini menurun pada 2012, yaitu terdapat 92,00 persen KP dan 67,00 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Pada 2013, penjabaran KP dan indikator KP kembali menurun menjadi 89,00 persen KP dan 64,00 persen indikator KP (Gambar 16). Gambar 15. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 PN 4: Penanggulangan Kemiskinan 100,00 80,00 60,00 40,00 4,00 100,00 96,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Gambar 16. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 4: Penanggulangan Kemiskinan 6,00 8,00 100,00 94,00 92,00 33,00 67,00 11,00 89,00 36,00 64,00 20,00 0,00 KP Indikator KP 0,00 KP Indikator KP KP Indikator KP KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 4: Penanggulangan Kemiskinan yang cenderung menurun. 13
28 Artinya, terdapat kecenderungan perubahan dokumen yang semakin besar, baik pada KP maupun indikator KP. Berikut pada Gambar 17 ditunjukkan kecenderungan kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 4: Penanggulangan Kemiskinan. Gambar 17. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 4: Penanggulangan Kemiskinan 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 100,00 94,00 92,00 89,00 67,00 64,00 0, KP Indikator KP Adapun daftar indikator KP PN 4: Penanggulangan Kemiskinan yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013) disampaikan pada Tabel 9 (sebanyak 3 indikator KP). Tabel 9. Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 4: Penanggulangan Kemiskinan No Nama Indikator KP KP SI 1 Jumlah pengusaha mikro yang telah mendapatkan kredit modal usaha KP 5 SI 4 2 Jumlah kegiatan/lembaga hasil sinkronisasi pengembangan akses sumber KP 5 SI 4 pendanaan bagi usaha mikro 3 Persentase pelaksanaan rekomendasi pembentukan LPDA-PK dan DME sebagai program pemberdayaan masyarakat dan usaha mikro KP 5 SI 4 Keterangan: 1. KP menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Kegiatan Prioritas Dokumen. 2. SI menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. Prioritas Nasional (PN) 5: Program Aksi Bidang Pangan Hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) untuk PN 5: Program Aksi Bidang Pangan, menunjukkan 94,94 persen KP RPJMN telah dijabarkan dalam dokumen. Sementara itu untuk penjabaran indikator KP, sebanyak 92,54 persen telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 18). Apabila persentase penjabaran KP dan indikator KP dirinci pada setiap tahun penyusunan, maka terlihat kondisi yang terus menurun. Pada 2011, terdapat 94,94 persen KP dan 90,35 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Selanjutnya 14
29 persentase ini menurun pada 2012, yaitu terdapat 93,67 persen KP dan 70,18 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Pada 2013, penjabaran KP dan indikator KP kembali menurun menjadi 88,61 persen KP dan 57,02 persen indikator KP (Gambar 16). Gambar 18. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 PN 5: Program Aksi Bidang Pangan 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 5,06 7,46 94,94 92,54 KP Indikator KP 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Gambar 19. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 5: Program Aksi Bidang Pangan 5,06 9,65 6,33 94,94 90,35 93,67 29,82 70,18 11,39 88,61 42,98 57,02 KP Indikator KP KP Indikator KP KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 5: Program Aksi Bidang Pangan yang cenderung menurun. Artinya, terdapat kecenderungan perubahan dokumen yang semakin besar tiap tahunnya, baik pada KP maupun indikator KP. Penurunan kesinambungan dan kekonsistenan indikator KP terjadi cukup tajam pada 2012 dan 2013 menjadi 70,18 persen dan 57,02 persen, dari persentase awal 90,35 persen. Perubahan pada indikator sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru atau indikator yang tidak berlanjut di periode tersebut. Berikut pada Gambar 20 ditunjukkan kecenderungan kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 5: Program Aksi Bidang Pangan. Adapun daftar KP dan indikator KP PN 5: Program Aksi Bidang Pangan yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013) disampaikan pada Tabel 10 (sebanyak 2 KP) dan Tabel 11 (sebanyak 17 indikator KP). Tidak dijabarkannya sejumlah KP dan indikator KP tersebut dalam dokumen dikarenakan adanya perubahan nomenklatur kegiatan. Perubahan tersebut menampung adanya penambahan program baru (eselon 1) dan perubahan tupoksi unit kerja. Perubahan nomenklatur ini disepakati dan dituangkan di dalam dokumen trilateral meeting. 15
30 Gambar 20. Persentase Kesinambungan dan Kekonsistenan KP dan Indikator KP dengan 2011, 2012, 2013 PN 5: Program Aksi Bidang Pangan 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 94,94 93,67 88,61 90,35 70,18 57, KP Indikator KP Tabel 10. Daftar KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013), PN 5: Program Aksi Bidang Pangan No Nama KP SI 1 Penelitian dan pengembangan IPTEK perikanan tangkap SI 3 2 Litbang Ketahanan Pangan SI 3 Keterangan: SI menunjukkan posisi KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. Tabel 11. Daftar Indikator KP yang Belum Dijabarkan pada Dokumen (2011, 2012, 2013) PN 5: Program Aksi Bidang Pangan No Nama Indikator KP KP SI 1 Data potensi kawasan yang akurat KP5 SI 2 2 Jumlah biofertilizer untuk padi dan tebu KP 5 SI 3 3 Jumlah kebijakan KP 12 SI 3 4 Jumlah riset bersama KP 12 SI 3 5 Aplikasi pupuk organik pada paket biovillage KP 13b SI 3 6 Survei, pilot plant KP 16 SI 3 7 Pilot project, pengujian KP 16 SI 3 8 Pilot plant, biofer tilizer KP 16 SI 3 9 Pengujian, alih teknologi KP 16 SI 3 10 Rekomendasi KP 16 SI 3 11 Persentase penggunaan benih bermutu buah (%), sayur umbi (%),benih sayur biji (%) KP 6 SI 4 12 Pengembangan alsin ternak ruminansia KP 11 SI 4 13 Meningkatnya jumlah ekspor hasil pertanian KP 16 SI 4 14 Penyediaan anggarn secara tepat waktu dan tepat jumlah untuk menunjang program KP 33 SI 4 di bidang pangan, pertanian, dan industri perdesaan sesuai dengan persetujuan 15 PMK No.261/2008 tentang tata cara penyediaan anggaran, perhitungan, KP 33 SI 4 pembayaran, dan pertanggungjawaban subsidi pupuk 16 Dokumen RAPBN-P 2010 tentang perubahan sistem pengelolaan pendanaan BLU KP 33 SI 4 Tanah dan Land Capping untuk ditampung dalam APBN-P Peraturan pelaksanaan anggaran R&D berdasarkan program prioritas K/L yang bersangkutan sesuai dengan alokasi anggaran dalam APBN KP 33 SI 4 Keterangan: 1. KP menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Kegiatan Prioritas Dokumen. 2. SI menunjukkan posisi indikator KP pada urutan Substansi Inti Dokumen. 16
31 Prioritas Nasional (PN) 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur Hasil persandingan antara dokumen dengan 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) untuk PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur, menunjukkan 86,36 persen KP RPJMN telah dijabarkan dalam dokumen. Sementara itu untuk penjabaran indikator KP, sebanyak 88,79 persen telah dijabarkan dalam dokumen (Gambar 21). Apabila persentase penjabaran KP dan indikator KP dirinci pada setiap tahun penyusunan, maka terlihat kondisi yang terus menurun. Pada 2011, terdapat 86,36 persen KP dan 87,93 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Selanjutnya persentase ini menurun pada 2012, yaitu terdapat 75,00 persen KP dan 56,90 persen indikator KP yang sudah dijabarkan. Pada 2013, penjabaran KP dan indikator KP kembali menurun menjadi 72,73 persen KP dan 27,59 persen indikator KP (Gambar 22). Gambar 21. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam 2011, 2012, 2013 PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 13,64 11,21 86,36 88,79 KP Indikator Gambar 22. Persentase Penjabaran KP & Indikator KP dalam Setiap 2011, 2012, 2013 PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 13,64 12,07 86,36 87,93 25,00 75,00 43,10 56,90 27,27 72,73 72,41 27,59 KP Indikator KP KP Indikator KP KP Indikator KP Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Sudah Dijabarkan dalam Belum Dijabarkan dalam Hasil identifikasi penjabaran KP dan indikator KP ke dalam 3 (tiga) dokumen (2011, 2012, dan 2013) mengindikasikan kondisi kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur yang cenderung menurun. Penurunan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup drastis terjadi pada 2012 dan 2013 untuk indikator KP. Hal ini berarti terdapat kecenderungan perubahan dokumen yang semakin besar tiap tahunnya yang terjadi pada KP dan terutama pada indikator KP. Kesinambungan dan kekonsistenan indikator KP tinggal sebesar 27,59 persen pada 2013, sangat rendah bila dibandingkan dengan 2011 sebesar 87,93 persen. Perubahan pada indikator sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru atau banyaknya indikator yang tidak berlanjut di periode tersebut. Berikut pada Gambar 23 ditunjukkan kecenderungan kesinambungan dan kekonsistenan antardokumen perencanaan untuk PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur. Adapun daftar KP dan indikator KP PN 6: Program Aksi Bidang Infrastruktur yang belum dijabarkan pada dokumen (2011, 2012, dan 2013) disampaikan pada Tabel 12 (sebanyak 6 KP) dan Tabel 13 (sebanyak 13 indikator KP). 17
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala RAKORBANGPUS Jakarta, 7 April 2010
Lebih terperinciRANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENDAHULUAN
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Lebih terperinciTATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU Disampaikan Dalam Acara Kick Off Meeting Penyusunan RKP 2012 DEPUTI BIDANG PENDANAAN
Lebih terperinciPage 1 of 12 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara menjadi salah satu hal yang. negara, sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan negara menjadi salah satu hal yang diperhatikan dalam mewujudkan good governance. Pengelolaan keuangan negara, sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2017 PEMERINTAHAN. Pembangunan. Nasional. Perencanaan. Penganggaran. Sinkronisasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6056) PERATURAN
Lebih terperinci- 1 - BAB I PENDAHULUAN
- 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPendahuluan. Latar Belakang
Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciRENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011
LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional
Lebih terperinciOleh Kepala BPKP. A. Pendahuluan
Program Strategis Kementerian PAN dan RB, ANRI, BKN, BPKP dan LAN Dalam Rangka Percepatan Pencapaian Target Prioritas I Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola dalam RPJMN tahun 2010-2014 A. Pendahuluan Oleh
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS
REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Dalam menghadapi permasalahan dan tantangan pembangunan, RKP Tahun 2010 diprioritaskan pada 5 (lima) hal, yaitu:
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2010 sebagai penjabaran arah pembangunan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 2014 telah ditetapkan melalui Peraturan
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciDASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung
DASAR HUKUM. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbend. Negara;. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;. PP No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri
Lebih terperinciPenataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Ir. Deddy S. Bratakusumah, BE., MURP., M.Sc, PhD. DEPUTI BIDANG TATALAKSANA deddys@menpan.go.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Daerah merupakan suatu proses untuk memajukan kehidupan masyarakat disuatu daerah, yang dilaksanakan secara sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciKeselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE
Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE 2017-2022 OUTLINE 1. Sistem Manajemen Pembangunan Nasional 2. Strategi Pembangunan Nasional Periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN
Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP
KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.
Lebih terperinciRENCANA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2014
RENCANA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BLORA DAFTAR ISI Hal BAB I : PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-1 1.3. Maksud dan Tujuan...
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PAN & RB 1. PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA Terwujudnya peningkatan
Lebih terperinciDESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GRESIK
PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang
BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan
Lebih terperinciDisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan
REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan
Lebih terperinciISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN
- 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU
BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinci2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1512, 2016 BPKP. kebijakan Pengawasan. Tahun 2017. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN
Lebih terperinciANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Analisis
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009
www.bpkp.go.id KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP- 486 /K/SU/2009 TENTANG RENCANA KEGIATAN BPKP TAHUN 2009 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja
Lebih terperinciTENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciBAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, pencapaian tujuan pembangunan nasional diprioritaskan untuk terwujudnya Indonesia
Lebih terperinciREVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)
REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1) Ada lima tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia yaitu : 1). Perencanaan dan Penganggaran APBN; 2). Penetapan/Persetujuan APBN; 3). Pelaksanaan APBN; 4).
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI MALUKU TENGGARA
SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL RENCANA KERJA 2017 Rancangan Akhir Rencana Kerja KATA PENGANTAR Bidang kependudukan merupakan salah satu hal pokok dan penting
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 4/JUKLAK/SESMEN/12/2014 TENTANG PEDOMAN TRILATERAL MEETING (PERTEMUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia mulai dilaksanakan sejak berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Namun
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i
DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP... 10 Daftar Isi i DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jadawal Penerapan PBK dan KPJM... 2 D a f t a r I s i ii BAB
Lebih terperinciPOKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SDM APARATUR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI I. PENDAHULUAN 1. Langkah pertama kebijakan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan
Lebih terperinciNo.860, 2014 BAPPENAS. Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga Penelaahan. Penyusunan. Pedoman.
No.860, 2014 BAPPENAS. Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga. 2015-2019. Penelaahan. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciKOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016
KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkenaan dengan telah disusunnya Perubahan Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019, maka Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Lebih terperinciArsip Nasional Republik Indonesia
Arsip Nasional Republik Indonesia LEMBAR PERSETUJUAN Substansi Prosedur Tetap tentang Penyusunan Bahan Nota Keuangan dan RAPBN telah saya setujui. Disetujui di Jakarta pada tanggal Juni 2010 Plt. SEKRETARIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinci1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan
( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Lebih terperinciSURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan
Lebih terperinciBUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN
BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pencapaian tujuan daerah diawali dengan perumusan perencanaan yang berkualitas.
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012
[Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciRENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN Tim RIRN Jakarta, 11 Maret 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi Menko PMK menunjukkan bahwa
Lebih terperinci11 Program Prioritas KIB II
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Oleh: Gatot Sugiharto Asisten Deputi Bidang Pelayanan Perekonomian Deputi Pelayanan Publik Bandung, 18-19 April 2013 1 11 Program Prioritas
Lebih terperinciPerwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja
Lebih terperinciBUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013
BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa
Lebih terperinciOLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011
KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH
Lebih terperinciMUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN 2017-2022 Jakarta, 27 Desember 2017 Arti Penting Forum Musrenbang RPJMD Lapangan
Lebih terperinciRevisi ke 07 Tanggal : 28 Oktober 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun
Lebih terperinci