BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Ada dua macam pengetahuan yaitu pengetahuan khusus yang mengenai yang satu saja dan pengetahuan umum yang berlaku bagi semua dan segala sesuatu didalamnya. Baik pengetahuan umum maupun pengetahuan khusus, keduanya menjadi milik manusia berlandaskan pengalaman yang dialami maupun berlandaskan pengalaman orang lain. Perbedaan kedua pengalaman itu adalah pengalaman khusus cukup sekali sentuhan indera (dan biasanya dengan inderanya sendiri), sedangkan pada pengetahuan umum ada kemungkinan memerlukan deretan pengalaman serta juga memerlukan tindakan manusia yang lebih banyak untuk mengambil suatu keputusan. Pengalaman orang lain juga seringkali diperlukan atau dipergunakan (Poedjawijatna, 1967: 9-10). Menurut Soejono Soemargono filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai hakikat pengetahuan. Filsafat pengetahuan adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil pemahaman manusia mengenai atau terhadap barang sesuatu tertentu, sehingga filsafat pengetahuan menunjuk dua macam segi kenyataan. Pertama menunjuk kepada pemikiran mengenai barang sesuatu tertentu dan kedua menunjuk kepada adanya sesuatu yang diusahakan untuk dipahami. Jika dilihat dari dua segi kenyataan tersebut maka filsafat pengetahuan itu 1

2 senantiasa bersangkutan atau menyangkut dua hal pokok yaitu menyangkut halhal yang bersifat subjektif dan objektif. Dapat disimpulkan bahwa filsafat pengetahuan sebagai pemikiran menunjuk kepada sesuatu yang pada dasarnya bersifat subjektif, namun sebagai hasil pemahaman atau pemikiran bersifat objektf (Soemargono, 1983: 1-4). Menurut J.J Davies ilmu adalah suatu struktur yang dibangun di atas fakta. Ilmu itu objektif maka pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang dapat dipercaya karena pengetahuan ilmiah telah dibuktikan kebenarannya secara objektif (Chalmers, 1983:1). Ilmu berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan satu kepingan pengetahuan satu keputusan tersendiri; sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis. Ciri hakiki dari ilmu salah satunya adalah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Ilmu sebaliknya menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Tidak hanya ilmu, pengetahuan juga memiliki metodologi yang digunakan untuk mengkaji kajian. Cara berpikir metodis, tertata rapi serta logis digemari masyarakat zaman sekarang. Masyarakat zaman sekarang sangat mendewakan ilmu. Fenomena dirasa lebih baik jika bisa dinalar oleh akal sehat. Fenomena apapun yang terjadi diteliti agar dapat dijelaskan secara ilmiah. Masyarakat kemudian lebih percaya pada sesuatu yang bisa dijelaskan secara rasional dan bisa ditangkap oleh akal 2

3 sehat. Ilmu seolah-olah adalah suatu bidang yang berada diatas bidang-bidang pengetahuan lain. Objek yang hendak dibahas disini adalah metodologi konsep pra-adam. Konsep pra-adam adalah salah satu penjelasan terhadap fenomena yang ada. Konsep pra-adam adalah jalan keluar yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk menjelaskan pluralitas manusia yang ada saat ini. Konsep pra-adam menjelaskan tentang keberadaan manusia sebelum Adam turun ke bumi. Para ahli percaya bahwa konsep pra-adam merupakan jawaban dari keberagaman bentuk fisik manusia. Konsep pra-adam berkembang dari masa ke masa karena perkembangan ilmu dan pengetahuan memengaruhi para ahli dalam mengambil sikap dan mengembangkan konsep ini. Mulai dari Isabelle Duncan yang pertama kali menggunakan istilah pre-adamite man pada tahun 1860an. Isabelle Duncan menuliskan pemikirannya tentang konsep pra-adam dalam bukunya yang berjudul Pre-adamite Man yang membahas konsep pra-adam dengan latar belakang teologi. Konsep Pra-Adam tidak hanya dibahas oleh teologi tapi juga dibahas oleh bapak evolusi yaitu Charles Darwin dengan teori evolusinya yang menghasilkan pro dan kontra yang berkepanjangan. Teori evolusi Darwin menyoroti konsep pra-adam dari metodologi biologi yang menjelaskan bahwa asal usul makhluk hidup mungkin berasal dari awal yang tunggal. Konsep pra- Adam pun tidak luput dibahas oleh antropologi ragawi, serta arkeologi. Konsep pra-adam dari tahun ke tahun semakin banyak dibahas berbagai bidang kajian 3

4 dan pembahasannya semakin detil karena adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan ini menyebabkan banyaknya metodologi yang digunakan oleh para ahli dari berbagai bidang kajian termasuk pengetahuan non ilmiah dalam melakukan penelitian terhadap konsep pra-adam. Penulis hendak memaparkan perihal plurimetodologi yang digunakan dalam mengkaji konsep pra-adam yang sesuai dengan pemikiran Feyerabend. Feyerabend menentang monometodologi untuk menjelaskan suatu fenomena secara utuh. Feyerabend dikenal dengan paham metodologi pluralistiknya. Feyerabend menganggap bahwa menggunakan metodologi yang plural akan menciptakan kajian yang lengkap seutuhnya. Pluralitas adalah salah satu komposisi dari kritik yang harus disertai dalam setiap opini untuk kajian dalam pengetahuan maupun filsafat (Farrell, 2000:260). 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merincikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metodologi konsep pra-adam menurut para ahli? 2. Bagaimana prinsip anything goes/plurimetodologi Paul Feyerabend? 3. Bagaimana konsep metodologi pra-adam ditinjau dari pemikiran Paul Feyerabend? 4

5 2. Keaslian Penelitian Penulis belum menemukan skripsi atau buku-buku yang membahas secara terperinci judul tulisan ini. Penulis hanya menemukan beberapa skripsi dan buku yang isinya dapat digunakan sebagai bahan dasar penulisan tulisan ini, yaitu: 1. Snobelen, Stephen Of Stones,Men and Angels: The Competing Myth of Isabelle Duncan s Pre-Adamite Man (1860). Artikel dalam jurnal yang menjelaskan tentang konsep pra-adam dari latar belakang teologis dan ilmiah. 2. Indayani Diah, 1995,Anarkisme Epistemologi: Kritik Paul K. Feyerabend Atas Metode dan Praktek Ilmu, skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang anarkisme epistemologi sebagai kritik Feyerabend serta pentingnya pengkajian tentang metode dan praktek kajian dari Feyerabend. 3. Buku karya Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, 2009, Sangiran Menjawab Dunia terbitan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Buku ini berisikan sejarah manusia purba dari seluruh dunia secara umum dan manusia purba secara spesifik di Sangiran dilihat dari segi antropologi, arkeologi, geologi dan morfologi. 3. Manfaat yang Diharapkan Penelitian konsep Pra-Adam diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: a. Bagi Peneliti 5

6 Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan dan melengkapi studi tentang metodologi konsep pra-adam. b. Bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan Penulis berharap penelitian ini dapat mengubah pandangan para ahli tentang penegasan kecukupan satu metodologi khusus untuk membahas suatu fenomena dan dapat menambah pembendaharaan informasi tentang kajian plurimetodologi Feyerabend serta kajian konsep pra-adam di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada maupun Universitas lain. c. Bagi bangsa Indonesia Penulis berharap dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat Indonesia khususnya ahli yang lingkup studinya seputar kajian konsep pra- Adam serta plurimetodologi Feyerabend. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan metodologi konsep pra-adam menurut ahli dari Biologi, Paleoantropologi, Teologi serta mitos suku Toraja. 2. Memaparkan prinsip anything goes Paul Feyerabend. 3. Menganalisis metodologi konsep pra-adam dari perspektif Paul Feyerabend. 6

7 C. Tinjauan Pustaka Menurut T. Jacob pertanggalan (datasi) usia bumi secara ilmiah dengan memakai isotop menunjukkan, bahwa 4,6 biliun tahun yang lalu bumi sudah mendingin dan kulitnya sudah solid. Kemudian 590 juta tahun lalu mulai muncul makhluk hidup berturut-turut regna Monera, Protista dan Fungi, diikuti oleh Plantae dan Animalia. Reptilia mencapai puncak kejayaannya di era Mesozoik dengan dinosaurus yang meraja di semua benua. Ordo primates (termasuk manusia) muncul sesudah punahnya dinosaurus di Benua Lama, diwakili oleh pramonyet dan monyet. Manusia sendiri mulai berevolusi dari Australopithecus (A. anamensis), kemudian berlanjut ke Homo rudolfensis, Homo ergaster, Homo erectus sampai ke Homo sapiens (Jacob, 1999: 4-5). Berdasarkan ensiklopedia Manusia Purba karya Howell, manusia sejati pertama dimulai dengan adanya Homo erectus karena memiliki tungkai modern, rongga otak setengah dari rongga otak Homo sapiens, komunal serta sudah menggunakan api dan bahasa sejak 800 juta tahun yang lalu. Baru sekitar 300 juta tahun yang lalu hidup Homo sapiens purba yang merupakan peralihan antara Homo erectus dengan manusia modern. Sekitar 90 juta tahun yang lalu hidup Neanderthal yang rongga otaknya sudah hampir sama besarnya dengan manusia modern, berpakaian dasar serta membentuk alat. Setelah Neanderthal, manusia purba yang paling mendekati manusia modern adalah manusia cro-magnon, yang hidup sekitar 50 juta tahun yang lalu, merupakan seniman ulung pertama, terbukti dengan adanya lukisan gua, pahatan batu dan patung berukir yang tersebar di berbagai pelosok bumi. Akhirnya muncul manusia modern seperti manusia saat 7

8 ini yang ditandai dengan kebudayaannya yang maju serta sudah bisa bercocok tanam dan menjinakkan binatang (Howell, 1977: 45-49). Semua spesies manusia sebelum Homo erectus jelas terlihat mirip kera walaupun bipedal. Otak mereka relatif kecil dan muka mereka prognathous (menjorok ke depan) serta bentuk badan pada bagian-bagian tertentu lebih mirip kera daripada manusia, seperti dada runjung, leher kecil dan tak berpinggang (Leakey, 2003: xv). Konsep pra-adam sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Isabelle Duncan pada tahun 1860an beberapa minggu setelah Darwin mengeluarkan buku Origin of Species. Isabelle Duncan merilis buku yang berjudul Pre-Adamite Man yang dimaksudkan untuk menyambungkan Kejadian dengan perkembangan kajian tentang bumi dan manusia pada masanya yang sudah berkembang pesat. Konsep pra-adam menurut Duncan di dalam Injil diceritakan bahwa ada dua penciptaan. Manusia ditempatkan di bumi dalam setiap proses penciptaannya, tetapi hanya ras kedualah yang merupakan leluhur manusia zaman sekarang. Duncan dalam bukunya menggabungkan pendapat yang ada dalam ilmu pengetahuan dengan hermeneutika injil yang terinspirasi oleh rekonsiliasi antara kitab suci dan geologi (Snobelen, 2001 : 60). Preadamisme pertama kali ditemukan dalam literatur Yahudi Midrash dan Cabbala. Midrash Rabba mengajarkan keberadaan pewaris penduduk dunia yang mencapai puncaknya pada saat sekarang ini. Judah Halevi pada abad ke-20 membenarkan kemungkinan adanya masa sebelum Adam. Salah satu teori Yahudi mengajukan penciptaan terdahulu dengan melihat injil yang berawal dengan huruf 8

9 alfa,(א) huruf pertama dalam alfabet Ibrani, sedangkan dalam Kejadian berawal dengan huruf kedua yaitu beta.(ב) Teori Yahudi mengatakan bahwa tidak ada manusia sebelum Adam yang bisa bertahan sampai zaman Adam. Paracelsus, Giordano Bruno dan yang lain pada abad ke-16 mulai berargumentasi bahwa Tuhan menciptakan manusia di beberapa lokasi di muka bumi (Snobelen, 2001 : 61). Kebanyakan ahli teologi dan ahli sejarah alam sebelum masa Darwin terkecoh oleh konsep kreasionisme yaitu adaptasi yang dihasilkan seleksi alam terkesan sebagai hasil karya khusus sesuatu yang memiliki kecerdasan tinggi. Namun, setelah ada penjelasan tentang seleksi alam, produk evolusi dapat dipandang sebagai akibat kerja alam belaka dan bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan (Avise, 2007:25). Naturalis seperti Lamarck lebih menyoroti konsep pra-adam dari sisi ilmu pengetahuan. Pertama Lamarck mencurahkan perhatian penuh pada kemungkinan bahwa semua perubahan yang ada pada dunia organik maupun anorganik yang merupakan akibat hukum dan bukan akibat penempatan yang menakjubkan. Lamarck tampaknya sangat terbawa pada kesimpulan mengenai perubahan spesies secara bertahap, karena sulitnya membedakan spesies dan varietas, dan karena adanya tahap yang hampir sempurna dari bentuk dalam kelompok tertentu. Lamarck mengenai cara modifikasi atau perubahan, menghubungkan sesuatu dengan tindakan langsung dari kondisi-kondisi fisik kehidupan, menghubungkan sesuatu dengan persilangan bentuk-bentuk yang sudah ada, serta banyak dipakai atau tidaknya, yakni hubungan dengan pengaruh 9

10 kebiasaan. Lamarck juga percaya akan hukum perkembangan yang progresif; dan semua bentuk kehidupan cenderung pada kemajuan ini agar bisa menyebabkan eksistensi produksi sederhana sekarang ini, Lamarck tetap mempertahankan bahwa bentuk-bentuk semacam itu sekarang dihasilkan secara spontan (Uraian Historis dalam buku Darwin, 2002 : xxxii xxxiii). Darwin yang senada dengan Lamarck, menjelaskan bahwa asal usul makhluk hidup mungkin berasal dari awal yang tunggal. Sebagaimana ditulis Darwin Ada keagungan dalam tamasya kehidupan ini, lengkap dengan beberapa kekuatannya, yang pada awalnya telah diembuskan ke dalam sedikit bentuk atau satu bentuk kehidupan saja; dan bahwa dari awal yang begitu bersahaja, tak terhitung bentuk kehidupan yang paling indah dan menakjubkan telah dan sedang berevolusi (Darwin, 2002: 490). Kesamaan leluhur berarti manusia memiliki leluhur yang sama dengan binatang lainnya. Darwin menceritakan bahwa semua makhluk hidup yang memiliki ciri yang sama atau homolog berasal dari leluhur yang sama. Evolusilah yang membuat mereka berbeda pada jaman sekarang (Mayr, 2001 : 27-28). Naturalis berkebangsaan Inggris, Alfred Russel Wallace yang juga menciptakan teori seleksi alam (theory of natural selection) yang berbeda dengan Darwin, menolak menerapkan teori seleksi alam diterapkan pada manusia. Wallace menganggap manusia terlalu cerdas, beradab dan canggih sebagai produk seleksi alam semesta. Menurut Wallace kemampuan Homo sapiens bukanlah hasil seleksi alam melainkan campur tangan suatu hal supernatural yang menjadikan manusia modern sedemikian istimewa (Leakey, 2003:6) 10

11 Beberapa waktu yang lalu masyarakat masih menerima pendapat Uskup Usher bahwa manusia diciptakan sekitar 4004 S.M dan bahwa Adam adalah manusia pertama yang berjalan di bumi. Sekarang pendapat itu sudah tidak begitu diterima lagi karena banyak bukti yang mengarah ke evolusi manusia. Masyarakat yang berpendidikan tinggi biasanya percaya akan adanya evolusi pada binatang serta tanaman dan seringkali tertarik pada konsep evolusi manusia. Pada tahun 1856 ditemukan fosil Neanderthal yang disebut-sebut memiliki garis keturunan langsung dengan manusia purba hingga ke manusia modern. Studi tentang prasejarah bukan hanya mempelajari serta menginterpretasikan fosil manusia yang tersisa karena penginterpretasian fosil hanya sebagian kecil dari studi prasejarah. Para ahli masih harus mempelajari iklim, geografi, kultur serta flora dan fauna yang hidup pada masa lalu ketika manusia purba masih hidup hingga ke masa manusia modern seperti saat ini. (Leakey, 1960:1) Perlu ditekankan disini bahwa kisah tentang Adam adalah satu hal, sedangkan Adam itu sendiri adalah hal yang lain. Seperti Adam yang dikenal baik dalam keyakinan Yahudi, Kristen, maupun Islam. Adam disini hanya sebagai pemahaman awal mula manusia. Menurut Iqbal, seorang pemikir Islam, Adam bukanlah manusia pertama dalam wujudnya tetapi manusia pertama yang menggunakan akal pikirannya. Kisah Adam bukan kategori sejarah, tetapi kategori legenda atau dongeng. Ini membuka peluang bagi penafsiranpenafsiran baru terhadap teks-teks agama mengenai Adam. Kebenaran agama tentang Adam bukanlah kebenaran mutlak sehingga berbagai pendekatan kajian bisa mengulas tentang asal usul manusia (Muhyidin, 2009: 40). Banyaknya 11

12 pendekatan kajian yang mengulas konsep pra-adam ini maka banyak juga metodologi yang dipakai. Konsep pra-adam walaupun memiliki banyak pendekatan namun masing-masing pendekatan membahas satu konsep yaitu konsep pra-adam. D. Landasan Teori Menurut Toeti Heraty Noerhadi dalam pidato upacara pengukuhannya sebagai Guru Besar Luar Biasa di UI, sudah lazim jika wilayah filsafat dibedakan menurut tiga wilayah. Pertama adalah bidang yang mengkaji kenyataan dalam arti yang seluas-luasnya, sifatnya tidak terhingga dengan pemilahan antara yang terjangkau secara inderawi (ontologi) dan terletak di luar jangkauan inderawi (metafisika). Kedua adalah bidang yang mencakup axiologi dengan pemilahan etika dan estetika. Wilayah yang ketiga yaitu yang mencakup bidang pengetahuan dengan pertanyaan Apa yang dapat diketahui?. Wilayah ketiga ini merupakan wilayah yang paling mendasar yaitu epistemologi yang mengkaji hakikat pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu pengetahuan menyangkut kajian filosofis tentang pengetahuan yang khusus. Pengetahuan yang khusus yaitu pengetahuan yang berpredikat ilmiah sebagai bentuk pengetahuan dengan ciri-ciri khas tertentu dan diperoleh dengan cara-cara tertentu juga yang memiliki urutan langkahlangkah atau yang disebut sebagai metodologi. Pertanyaannya adalah benarkah para ilmuwan dapat bertumpu pada yang disebut Unified Science yang monometodologis ataukah mereka menghadapi plurimetodologi pada ilmu-ilmu sebagai suatu keseluruhan (Noerhadi, 1994: 2-3). 12

13 Para ahli seringkali bersikukuh menggunakan satu metode untuk menjelaskan suatu fenomena. Para ahli menganggap satu metode pasti saja sudah cukup untuk mengkaji secara utuh suatu fenomena. Feyerabend berlainan dengan anggapan para ahli, menentang pemikiran monometodologi. Feyerabend membahas argumennya dalam buku Against Method. Menurut Feyerabend metode yang sudah pasti atau teori rasionalitas yang sudah pasti, akan membawa sudut pandang orang menjadi naïf begitu juga pada lingkungan sekitarnya, hanya ada satu prinsip yang bisa dipertahankan dibawah segala keadaan dan dalam segala tingkat perkembangan manusia. Prinsip itu adalah apa saja boleh. (Feyerabend, 1978 : 27-28) The idea of a fixed method, or of a fixed theory of rationality, rest on too naïve a few of man and his social sorroundings. To those who look at the rich material provided by history and who are not intent on impoverishing it in order to please their laver instincts, their craving for intellectual security in the form of clarity, presicion, objectivity, truth. It will become clear that there is only one principle that can be defended under all circumstances and in all stages of human development. It is the principle anything goes. (Feyerabend, 1978: 27-28) Feyerabend seperti yang dijelaskan di atas, berargumen bahwa tidak ada satu metodologi yang bisa menjelaskan secara utuh suatu fenomena. Menurut Feyerabend setiap metodologi pasti memiliki batasan-batasannya masing-masing (Feyerabend 1975:32). Prinsip anything goes adalah prinsip abstrak yang harus dapat diteliti dan diterangkan ke dalam penjelasan yang konkrit. Penelitian serta pengujian prinsip anything goes dimaksudkan untuk menelaah akibat dari counterrule (melawan aturan) yang menentang beberapa aturan yang dikenal dalam bidang ilmu (Diah, 1995:58). Feyerabend juga menekankan pada konsep suatu metodologi yang tidak mungkin bertahan selamanya, karena kajiannya terus 13

14 berkembang sehingga metodologinya pun mau tak mau pasti ikut berkembang. Kajian selalu ada kemungkinan salah karena adanya pembaharuan setiap saat. Semua metodologi memiliki keterbatasannya dan satu-satunya hukum yang bertahan adalah apa saja boleh. Pluralisme dalam teori dan pandangan metafisika tidak hanya penting untuk metodologi tetapi juga menjadi bagian dari cara berpikir kemanusiaan. Untuk mempertahankan kebebasan dari kreasi seni dan menggunakannya secara maksimal sangatlah mungkin, tidak hanya sebagai jalan untuk pelarian tetapi juga sebagai suatu tujuan untuk menemukan dan mungkin mengubah komponenkomponen dalam dunia yang ditinggali ini. Kebetulan ini adalah bagian dari keseluruhan (dunia yang ditinggali) adalah salah satu argumen penting yang membantu dalam metodologi pluralistik. (Feyerabend, 1978:52) Tulisan ini mencoba menjelaskan plurimetodologi yang dianut Feyerabend untuk mengkaji konsep pra-adam. Konsep pra-adam tidak hanya bisa dibahas oleh satu metodologi karena satu metodologi tidak akan bisa membahas secara utuh. Tidak ada suatu metodologi pasti yang bisa dengan sempurna menjelaskan konsep pra-adam kecuali hukum apa saja boleh. E. Metode Penelitian 1. Bahan dan Materi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Bahan dan materi penelitian didapatkan dari pustaka yang membahas tentang konsep pra-adam serta Paul K. 14

15 Feyerabend. Data pustaka ini dibagi menjadi dua, yaitu pustaka primer dan pustaka sekunder. a. Pustaka primer penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Buku The Origin of Species, Asal-usul Spesies karya Charles Darwin yang diterjemahkan tahun 2002, penerbit Ikon Teralitera: Yogyakarta. 2. Jurnal Of Stones, Men and Angels: The Competing Myth of Isabelle Duncan s Pre-Adamite Man (1860) karya Stephen Snobelen, tahun 2001, penerbit Elsevier Science: Great Britain. 3. Buku Against Method, karya Paul K. Feyerabend, tahun 1978, penerbit Lowe and Brydone Printers Ltd: London b. Pustaka sekunder yang terdiri dari buku-buku, jurnal dan bahanbahan lainnya yang berkaitan dengan konsep pra-adam serta pemikiran Feyerabend. 2. Jalannya Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan langkah-langkah seperti berikut ini: a. Mengumpulkan data pustaka kajian sebanyak mungkin, baik objek material maupun objek formal penelitian. b. Setelah data pustaka terkumpul kemudian langkah selanjutnya adalah pembahasan objek material dan objek formal penelitian. 15

16 c. Langkah terakhir adalah analisis sistematis atas kajian objek material dan objek formal. 3. Analisis Hasil Penulis menggunakan tiga jenis metode berdasarkan metode-metode yang tertulis di dalam buku Metode Penelitian Filsafat oleh Anton Bakker dan Charis Zubair, yaitu: 1. Deskripsi, yaitu menjelaskan secara rinci konsep pra-adam yang ditinjau dari berbagai bidang kajian. 2. Interpretasi, yaitu memberi pemahaman tentang plurimetodologi yang digunakan untuk menjelaskan konsep pra-adam secara utuh. 3. Heuristika, yaitu memberikan pemahaman baru tentang studi metodologi terutama plurimetodologi. 4. Hasil yang telah Dicapai Penelitian ini dapat mencapai hasil sebagai berikut ini: 1. Memperoleh gambaran metodologi konsep pra-adam dari berbagai pandangan pengetahuan. 2. Memperoleh pemahaman tentang prinsip anything goes Paul Feyerabend. 3. Pemahaman tentang plurimetodologi konsep pra-adam dari perspektif Paul Feyerabend. 16

17 5. Sistematika Penulisan BAB I : berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang diharapkan serta sistematika penulisan. BAB II : membahas tentang kajian objek formal mengenai plurimetodologi Feyerabend. BAB III : membahas tentang kajian objek material penelitian yaitu metodologi konsep pra-adam yang ditinjau dari biologi, antropologi ragawi, arkeologi, teologi serta pro dan kontra terhadap konsep pra-adam. BAB IV : analisis tentang plurimetodologi yang digunakan untuk mengkaji secara utuh konsep pra-adam. BAB V : kesimpulan serta saran penulis sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya. 17

DAFTAR PUSTAKA. Atas Takdir Manusia. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charis Metodologi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA. Atas Takdir Manusia. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charis Metodologi Penelitian DAFTAR PUSTAKA Avise, John C. 2007. The Genectics God (Tuhan-tuhan Genetis): Kuasa Gen Atas Takdir Manusia. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charis. 1990. Metodologi Penelitian

Lebih terperinci

!. Jelaskan tentang teori seleksi alam yang dianut oleh charles darwin!

!. Jelaskan tentang teori seleksi alam yang dianut oleh charles darwin! !. Jelaskan tentang teori seleksi alam yang dianut oleh charles darwin! seleksi alam yang dimaksud dengan teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X

Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X Mengenal Manusia Purba Sejarah Kelas X A. Manusia Purba Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya

Lebih terperinci

Makhluk Manusia. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

Makhluk Manusia. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si Makhluk Manusia Pengantar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 1. Makhluk Manusia dan Evolusi Ciriciri Biologis 2. Evolusi Primata dan Makhluk Manusia 3. Aneka Warna dan Organisma Manusia Dian

Lebih terperinci

Review Pertemuan ke-4

Review Pertemuan ke-4 lmu Kealaman Dasar (AD) Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya Pertemuan ke-5 Prepared by AKA-T UMS Review Pertemuan ke-4 Menjelaskan pembentukan alam semesta. Menjelaskan tentang tata surya Menjelaskan

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin

ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin ARTIKEL Kehidupan muncul di bumi dengan tiba tiba dan dalam bentuk yang kompleks DAN mengapa transisi dari air ke darat tidak mungkin Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamaiah Dasar Dosen : Syafa at Ariful Huda

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman.

Tinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tinjauan Buku Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tesis utama Plantinga dalam buku ini ialah bahwa konflik

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJADJARAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BIOLOGI DASAR Bab 1 PENDAHULUAN TIM DOSEN BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 1 Definisi biologi Biologi (bios hidup + logos ilmu): ilmu

Lebih terperinci

TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI. Disusun Oleh Kelompok 1

TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI. Disusun Oleh Kelompok 1 TEORI EVOLUSI DAN PETUNJUK ADANYA EVOLUSI Disusun Oleh Kelompok 1 PERKENALAN KELOMPOK PENGERTIAN EVOLUSI Evolusi dari segi bahasa (Bahasa Inggris: evolution), berarti perkembangan. Dalam ilmu sejarah,

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

Sejarah sebagai Kisah, Peristiwa, Ilmu, dan Seni

Sejarah sebagai Kisah, Peristiwa, Ilmu, dan Seni Sejarah sebagai Kisah, Peristiwa, Ilmu, dan Seni MODUL 1 MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER 1 Penyusun : Yayan Syalviana, S.Pd. Wiwi Wiarsih, SS. SMA Negeri 26 Bandung Jalan Sukaluyu No. 26 Cibiru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah,menyelidiki atau mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layaknya fenomena alam yang telah terjadi di dunia ini, evolusi makhluk hidup termasuk ke dalam subyek bagi hukum-hukum alam yang dapat di uji melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN

BAB III ANALISA DAN DESAIN BAB III ANALISA DAN DESAIN III.1 Analisa Dalam pembuatan aplikasi animasi ini, penulis melakukan analisis terhadap beberapa aplikasi animasi lain yang dibuat oleh programer-programer masih terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Evolusi sampai saat ini merupakan teori yang masih menjadi perdebatan diantara para ilmuan di seluruh dunia. Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah perubahan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran : Menjelaskan... Teori asal-usul kehidupan Teori Lamarck Teori Darwin Mekanisme Evolusi Frekuensi Gen

Tujuan Pembelajaran : Menjelaskan... Teori asal-usul kehidupan Teori Lamarck Teori Darwin Mekanisme Evolusi Frekuensi Gen Tujuan Pembelajaran : Menjelaskan... Teori asal-usul kehidupan Teori Lamarck Teori Darwin Mekanisme Evolusi Frekuensi Gen TEORI ASAL KEHIDUPAN Abiogenesis Biogenesis Evolusi KIMIA Evolusi Biologi ABIOGENESIS

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

TEORI EVOLUSI KELOMPOK 14 INDRIANI ( ) ESSY DUMAYANTI ( )

TEORI EVOLUSI KELOMPOK 14 INDRIANI ( ) ESSY DUMAYANTI ( ) TEORI EVOLUSI KELOMPOK 14 INDRIANI (1717021031) ESSY DUMAYANTI (1717021032) BAB 7 EVOLUSI APA ITU EVOLUSI Evolusi berarti perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

RESUME KELOMPOK ANTROPOLOGI. Resume ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial 1

RESUME KELOMPOK ANTROPOLOGI. Resume ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial 1 RESUME KELOMPOK ANTROPOLOGI Resume ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Sosial 1 Dosen Pengampu: Ahmad Agung Yuwono Putro, M.Pd. DISUSUN OLEH: NOVI TRISNA ANGGRAYNI (14144600199)

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita

Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran. Nopsi Marga Handayani Sekar Manik Pranita Observasi Migrasi Manusia di Situs Manusia Purba - Sangiran Nopsi Marga Handayani 14148118 Sekar Manik Pranita - 14148159 Perjalanan Panjang Manusia Sebelum abad ke-18 Gagasan evolusi muncul Abad ke-18

Lebih terperinci

19 October 2016 RGS 1

19 October 2016 RGS 1 PENGEMBANGAN ILMU KEPERAWATAN Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns.,M.Kep 19 October 2016 RGS 1 PENGERTIAN ILMU Ilmu merupakan sebuah pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul yang memiliki ciri adanya suatu

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

Maind map rangkuamn ke 2

Maind map rangkuamn ke 2 Sejarah ilmu pegetahuan Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan

Lebih terperinci

MUSEUM PALEOANTROPOLOGI

MUSEUM PALEOANTROPOLOGI MUSEUM PALEOANTROPOLOGI dr. Tutiek Rahayu, M.Kes Tutik_rahayu@uny.ac.id 1 MATERI PAMERAN MUSEUM Sejarah hayat awal mula terjadinya kehidupan hingga kini. Pohon hayat menggambarkan perkembangan & pertumbuhan

Lebih terperinci

Keimanan pada Wujud Ilahi

Keimanan pada Wujud Ilahi Keimanan pada Wujud Ilahi Hazrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifah ke empat dari Jemaat Islam Ahmadiyah selalu memberikan kesempatan dari waktu ke waktu kepada semua orang dari segala bangsa, agama dan keyakinan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 11Fakultas TEKNIK PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Ilmu dalam Perspektif Historis Beberapa Aspek Penting dalam

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani

ADAPTASI DAN EVOLUSI. Oleh : Aisyah Wardani ADAPTASI DAN EVOLUSI Oleh : Aisyah Wardani EKOLOGI? EKOLOGI Ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya (jembatan ilmu alam dengan ilmu

Lebih terperinci

Memotret Utuh Keragaman Budaya

Memotret Utuh Keragaman Budaya Metode Pohon Filomemetika Memotret Utuh Keragaman Budaya Hoferdy Zawani Perhimpunan Budaya Indonesia Indonesian Archipelago Culture Initiatives (PBI IACI) pasivis@yahoo.com Sebuah perspektif baru dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat

BAB I PENDAHULUAN. Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mitos adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap suci oleh masyarakat tempat mitos tersebut berasal. Tokoh-tokoh dalam mitos umumnya adalah para dewa atau makhluk setengah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI 1. AZAS ILMIAH ILMU SOSIAL

PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI 1. AZAS ILMIAH ILMU SOSIAL 1 PROPOSISI ILMU PENGETAHUAN 1. AZAS ILMIAH MENGANDUNG KEBENARAN UMUM BERDASARKAN FAKTA YANG TELAH DIAMATI ILMU SOSIAL 2 LANJUTAN 2. KAIDAH ILMIAH Mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan

PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun sebelum Nabi Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik itu

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang 220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Suku Jawa merupakan suku dengan jumlah populasi terbanyak (sekitar 100 juta orang menurut data tahun 2011) di Indonesia berawal layaknya kelompok etnis Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN 84 BAB V PENUTUP V. 1. KESIMPULAN Keyakinan agama dewasa ini telah dipinggirkan dari kehidupan manusia, bahkan harus menghadapi kenyataan digantikan oleh ilmu pengetahuan. Manusia modern merasa tidak perlu

Lebih terperinci

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2 Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak SMK Hang Tuah 2 1. Perbedaan yang ditemukan antar kambing dalam satu kandang disebut... A. Evolusi B. Adaptasi C. Variasi D. Klasifikasi 2. Diantara individu

Lebih terperinci

Evolusi, Spesiasi dan Kepunahan

Evolusi, Spesiasi dan Kepunahan Spesiasi Evolusi, Spesiasi dan Kepunahan Biodiversitas dari planet bumi merupakan hasil dari 2 proses utama: spesiasi dan kepunahan. Apa yang dinamakan spesies? Spesies merupakan suatu kelompok yang saling

Lebih terperinci

Modul 1. Konsep Teori Evolusi

Modul 1. Konsep Teori Evolusi i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Evolusi dilengkapi dengan beberapa praktikum mandiri. Bahan kuliah ini membahas mengenai perubahan pandangan mengenai teori evolusi. Perubahan pandangan dalam teori

Lebih terperinci

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm

FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Contoh Book Review FILSAFAT ILMU Karya : Jujun S. Suriasumatri Penerbit : Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Tahun : 1984 (Cet. I) Tebal : 384 hlm Oleh: Dr. Halid, M.Ag. (Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia sosial. Ilmu sosial terdiri dari berbagai ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai makhluk sosial. Menurut objeknya ilmu dikelompokan menjadi

Lebih terperinci

Teori Generatio Spontanea Biologi Kelas 3 > Asal-Usul Kehidupan

Teori Generatio Spontanea Biologi Kelas 3 > Asal-Usul Kehidupan Kapan dimana dan dengan cara bagaimana kehidupan di bumi ini berawal? adalah pertanyaan yang terus menggoda para ilmuwan. Berbagai teori asal-usul kehidupan telah disusun oleh para pakar tetapi belum ada

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Oleh : Agustina Abdullah *) Arti dan Pentingnya Filsafat Ilmu Manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa membedakan antara benar dan salah,

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Kelas/Semester : X/1 Standar : 1. Memahami Prinsip Ilmu Pokok Kegiatan Indikator Pencapaian / Bahan/ Alat 1.1. Menjelaskan Pengertian dan Ruang Lingkup

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU

PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of

Lebih terperinci

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos.

TENTANG MITOS. Oleh Nurcholish Madjid. The Compact Edition of the Oxford English Dictionary (Oxford University Press, 1971), s.v. Myth dan Mythos. c Demokrasi Lewat Bacaan d TENTANG MITOS Oleh Nurcholish Madjid Dalam percakapan sehari-hari, mitos mengandung makna kepalsuan. Penyebutan tentang sesuatu sebagai mitos akan mengisyaratkan perendahan nilainya

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH Pokok Bahasan : Pengantar Perkuliahan /Silabus mata kuliah Pengertian Ruang lingkup antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 Pengertian dan Ruang Lingkup Antropologi 1. Pengertian. 2. Antropologi: ilmu tentang

Lebih terperinci

Evolusi, Rasiologi, Antropologi dan Hubungannya dengan Kesehatan dan Kependudukan

Evolusi, Rasiologi, Antropologi dan Hubungannya dengan Kesehatan dan Kependudukan Evolusi, Rasiologi, Antropologi dan Hubungannya dengan Kesehatan dan Kependudukan Dra. Neni Trilusiana Rahmawati, MKes.,PhD. Fak. Kedokteran UGM Yogyakarta 2016 Kompetensi Dasar Memahami evolusi, rasiologi,

Lebih terperinci

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

ILMU ALAMIAH DASAR. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 ILMU ALAMIAH DASAR Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Menurut Anda, apakah dasar munculnya sains? Ketidakpuasan terhadap penjelasan mitos

Lebih terperinci

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN

TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN TUGAS SEJARAH II MANUSIA PURBA TRINIL DAN SANGIRAN NAMA : RINI LARASATI KELAS : X MIA 5 MANUSIA PURBA TRINIL Museum Trinil terletak di pinggiran Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dusun Pilang, Desa Kawu,

Lebih terperinci

MAKALAH HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI BAGIMANUSIA. Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan.

MAKALAH HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI BAGIMANUSIA. Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan. MAKALAH HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI BAGIMANUSIA Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Oleh : Ivan Wahyuman ( ) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN

PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN PENGERTIAN DASAR SEJARAH KEBUDAYAAN Pengertian dasar sejarah kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah pembahasan umum mencakup pembahasan mengenai istilah dan definisi kebudayan, perbedaan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi

D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi D. Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi 1. Persamaan dan Perbedaan antara kedua ilmu Persamaannya terdapat pada tujuannya yaitu untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat

Lebih terperinci

Bab 5 ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Bab 5 ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA Bab 5 ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, SENI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA PENGANTAR Ketiga elemen ini sangat berkaitan erat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa ilmu = tidak lahir teknologi. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH Ilmu adalah sebagai aktivitas penelitian. Sudah kita ketahui bersama bahwa ilmu mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan kehidupan manusia

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : FILSAFAT MANUSIA KODE MATAKULIAH /SKS = IT /2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : FILSAFAT MANUSIA KODE MATAKULIAH /SKS = IT /2 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : FILSAFAT MANUSIA KODE MATAKULIAH /SKS = IT-051206/2 SKS TIU: Agar mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan tentang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa tentang asal kata filsafat dan pengertiannya. Pada bab isi makalah ini, kami mencoba menggali apa yang dimaksud dari

Lebih terperinci

Hubungan antropologi dengan ilmu lain

Hubungan antropologi dengan ilmu lain Hubungan antropologi dengan ilmu lain Hubungan antropologi dengan ilmu anatomi Hubungan antara ilmu anatomi dan antropologi. Meneliti ras-ras di dunia, sangat perlu akan ilmu anatomi karena ciri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Setiap negara memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari bahasa, makanan, pakaian sampai kebudayaan yang beraneka ragam. Begitupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Menulis merupakan keterampilan berbahasa produktif yang paling sedikit digunakan di antara empat keterampilan yang kita miliki; mendengarkan, berbicara, membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. video dan audio video (film). Selama ini kebanyakan orang tidak menyadari hal itu

BAB I PENDAHULUAN. video dan audio video (film). Selama ini kebanyakan orang tidak menyadari hal itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan manusia dalam menangkap informasi berbeda-beda ada yang lebih mudah menerima informasi berupa tulisan, gambar, tulisan bergambar, audio, video dan audio video

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

A. Dari segi metodologi:

A. Dari segi metodologi: Lampiran 1 UNSUR-UNSUR PEMBEDA ANTARA DENGAN SEBAGAI BAGIAN DARI RUMPUN ILMU HUMANIORA UNSUR Cakupan Ilmu dan Kurikulum Rumpun Ilmu Agama merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci