PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI SEDERHANA SEHAT DAN TAHAN GEMPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI SEDERHANA SEHAT DAN TAHAN GEMPA"

Transkripsi

1 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI SEDERHANA SEHAT DAN TAHAN GEMPA 1. Latar Belakang Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum memberikan perhatian yang besar dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas lingkungan permukiman, yaitu pembangunan lingkungan dan kualitas hunian guna mendukung pengembangan kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan pemberdayaan sumber daya manusia dengan memperhatikan tatanan sosial masyarakat. Agar terwujutnya peningkatan kualitas lingkungan permukiman dan tatanan masyarakat yang hidup secara harmonis dalam lingkungan yang aman, tertib, sehat, selaras dan lestari dengan menjujung nilai-nilai budaya lokal adalah citacita tentang peradaban masyarakat perkotaan ke depan/masyarakat madani. Dalam rangka menuju masyarakat madani tersebut, upaya awal sebelum pembangunan lingkungan dimulai, dengan adanya perubahan perilaku/penyadaran masyarakat. Untuk memperkokoh sikap dan perilaku masyarakat yang berbasis nilai-nilai universal yang mendasari nilai-nilai kearifan lokal. Pada tahapan berikutnya kegiatan meningkatakan perekonomian masyarat, diharapkan dengan Rehabilitasi rumah di PNPMMP telah memberikan manfaat dan ditargetkan dengan baik kepada orang miskin. Sebagai investasi terbesar ketiga di bidang infrastruktur, tren rehabilitasi perumahan telah dua kali lipat sejak tahun 2007 hingga 2011, dari 9,68% menjadi 19,22%. Lebih dari rumah telah direhabilitasi. Investasi per rumah telah meningkat dari USD 129 pada tahun 2007 menjadi USD 865 pada tahun ketepatan sasaran diperuntukan bagi warga miskin sebesar KK miskin. Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dan beberapa pemerintah daerah telah memiliki program rehabilitasi rumah bagi masyarakat miskin yang telah bekerjasama dengan BKM. Didalam pelaksanaannya masih ada beberapa permasalahan yang ditemukan terkait dengan rehabilitasi perumahan misalnya pada kualitas teknis dan partisipasi terbatas pemilik rumah selama proses desain dan konstruksi. Bedasarkan hasil kunjungan ada beberapa catatan secara umum pemanfaat sesuai sasaran, terjadi tumbuhnya kegotong-royongan, sesama warga tumbuhnya kepedulian untuk membantu yang miskin. Di sebagian wilayah masih ditemukan pembangunan yang kurang memperhatikan standart teknis diantarannya tidak ada struktur sebagai penguat utama. Suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya, juga ditemukan tidak menggunakan kolom praktis, luasan jendela dan ventilasi yang tidak memadai,

2 lantai pembangunan/perbaikan rumah yang tidak dilengkapi bangunan pelengkap misalnya tidak ada dapur, MCK dll. Dengan ada Prosedur Operasional Baku Rumah Sederhana Sehat Tahan Gempa yang bertujuan pemenuhan kebutuhan akan rumah tinggal dalam rangka penataan kawasan yang berkualitas juga untuk penanganan yang diakibatkan bencana. Kondisi akhir-akhir ini sering terjadi gempa di berbagai tempat di Indonesia yang menimbulkan kerusakan rumah atau bangunan, bahkan korban jiwa. Umumnya yang yang menjadi korban adalah rumah-rumah rakyat yang dibangun tanpa pengetahuan serta pengarahan tentang cara membangun sebuah rumah yang aman sera tahan gempa dalam ukuran skala tertentu. 2. Tujuan Tujuan pembuatan POB ini adalah untuk memberikan referensi dalam pelaksanaan pembangunan Rummah Tinggal Layak Huni yang sehat, murah dan tahan gempa. Oleh karena itu POB ini dapat digunakan sebagai referensi dasar dalam mensosialisasikan pembangunan RTLH sederhana sehat, murah dan tahan gempa kepada KSM, UPL dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan BLM Lingkungan. 3. Prinsip-prinsip kegiatan RTLH o Prinsip Pemberdayaan Sejati untuk menumbuhkan kerelawanan dan perilaku pengorbanan/keikhlasan memberi dari masyarakat peduli kepada sesama manusia yang lebih menderita dan lebih miskin; o Dana BLM hanya sebagai stimulan bagi BKM dan mendorong masyarakat untuk BERGOTONG ROYONG menolong warga yang paling miskin untuk membangun rumah yang layak huni sehat dan aman gempa; o Sebagai proses pembelajaran bagi BKM dan masyarakat dalam hal : Mekanisme pembangunan perumahan berbasis komunitas (masyarakat merencanakan, menetapkan & melaksanakan sendiri) serta nilai-nilai luhur (Memprioritaskan pada warga yang paling lemah dan miskin secara adil, jujur dan pengorbanan) Melaksanakan pembangunan RTLH berorientasi pada MEMBANGUN LEBIH BAIK/AMAN (sesuai standard teknis tahan gempa, sehat & layak huni). o Harapan-nya: Masyarakat dapat membangun rumahnya yang sehat dan aman gempa. 4. Sasaran Rehab rumah tinggal layak huni di diperuntukkan bagi Rumah tangga/keluarga miskin di kelurahan PNPM MP yang memiliki hak atas tanah dan memiliki rumah yang kurang layak bila dilihat dari aspek kesehatan dan keamanan penghuninya.

3 5. Ruang Lingkup o Lingkup kegiatan RTLH adalah kelurahan PNPM MP Reguler, Paket maupun PLPBK. o Untuk penerapan konstruksi struktur tahan gempa khususnya pada wilayah nasional yang dinyatakan rawan gempa. 6. Biaya Biaya rehab rumah berasal dari BLM adalah sebagai stimulan bagi masyarakat untuk merehab/membangun konstruksi apa yang sudah mereka rencanakan dan sepakati bersama dalam pembangunan RTLH yang sehat dan mempunyai struktur tahan gempa, serta biaya swadaya warga dengan berlandaskan semangat Bergotong Royong menolong warga yang paling miskin yang memiliki rumah yang tidak layak huni. Besaran biaya dari BLM untuk membangun struktur dan konstruksi rumah baru maksimal adalah Rp. 15 Juta. (Mengacu program Rekompak Padang). 7. Kriteria RTLH Kriteria perbaikan/rehab rumah tinggal tidak layak huni berdasarkan : kebutuhan yang sesuai dengan kondisi kerusakan rumah. Berdasarkan Perpres No 73/2011 dan PermenPU 45/2007 Prioritasnya sesuai dengan kondidi sosial ekonomi warga miskin. Jika membangun baru disesuaikan dengan model program yang telah ada misalnya REKOMPAK Padang, apabila rehab maka biaya disesuaikan dengan kategori kerusakan rumah. Kerusakan Ringan Kerusakan Sedang Kerusakan Berat a. Kerusakan Ringan o Kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit- langit, penutup lantai dan dinding pengisi o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 30% dari biaya pembangunan gedung baru b. Kerusakan Sedang o Kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 45% dari harga pembangunan gedung baru

4 c. Kerusakan Berat o Kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya o Biaya perawatan/perbaikan maksimum 65% dari harga pembangunan gedung baru. No Komponen Bangunan ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN BANGUNAN / RUANG Nama Bangunan : Sub Komponen Bangunan Terhadap Seluruh Bangunan Kerusakan Maksimum Bobot ( % ) Nilai (%) ( 4 x 6 ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Atap a. Penutup Atap 10.56% 100% b. Rangka Atap 11.62% 100% c. List Plank & Talang 2.06% 100% Sub Total 24.24% 2 Plafon a. Rangka Plafon 4.67% 100% b. Penutup & List Plafon 5.06% 100% c. Cat 1.41% 100% Sub Total 11.14% 3 Dinding a. Kolom & Balok Ring 9.66% 100% b. Bata / Dinding Pengisi 13.68% 100% c. Cat 1.65% 100% Sub Total 24.99% 4 Pintu & Jendela a. Kusen 2.70% 100% b. Daun Pintu 2.47% 100% c. Daun Jendela 5.15% 100% Sub Total 10.32% 5 Lantai a. Struktur Bawah 2.89% 100% b. Penutup Lantai 8.96% 100% 11.85% 6 Fondasi a. Fondasi 11.15% 100% b. Sloof 3.30% 100% Sub Total 14.45% 7 Utilitas a. Listrik 1.79% 100% b. Instalasi Air Hujan & 1.22% 100% Pasangan Rabat Beton Keliling Bangunan Sub Total 3.01% JUMLAH TOTAL % NILAI TINGKLAT KERUSAKAN Bobot ( % ) Tingkat Kerusakan.% 8. Langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan a. Pembentukan KSM Rumah, keanggotaanya adalah terdiri dari penerima manfaat dan relawan yang peduli terhadap penanggulangan kemiskinan.

5 b. Melakukan Survey teknis dengan melakukan identifikasi kerusakan rumah calon dan data rumah. o Status tanah (pererima manfaat harus mempunyai hak atas tanah) o Identifikasi kerusakan termasuk kategori rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat. o Membuat desain/gambar rencana rehab membangun baru. Gambar Denah Gambar Pondasi Gambar Struktur Gambar tampak depan/samping Gambar potongan memanjang dan melintang Gambar pembesian Detail sambungan ( Sambungan kayu, sambungan besi) c. Langkah perencanaan dan pelaksanaan berikutnya seperti kegiatan Infrastruktur yang lain sesuai dengan petunjuk Teknis pembangunan Infrastruktur. 9. Referensi Rumah Sehat, Tahan Gempa dan layak huni A. Syarat - syarat dan ketentuan Umum Rumah Sebuah bangunan adalah suatu wadah yang berbentuk fisik bangunan yang disusun dari berbagai jenis bangunan. Dalam merancang dan mengerjakan suatu bangunan harus mematuhi segala peraturan-peraturan yang berlaku, Pengetahuan umum bangunan terdiri dari dari syarat-syarat bagian-bangian bangunan, beberapa faktor dan syarat yang harus diperhatikan dalam membuat bangunan rumah tinggal adalah kekuatan, keawetan, keindahan dan kesehatan. Untuk lebih jelasnya bisa diuraikan sbb: 1. Kekuatan: suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat untuk melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan sehingga penghuni dapat merasakan ketentraman selama tinggal didalamnya. Pada gambar disamping sebagai contoh rumah tradisional, tidak jauh dari episentrum gempa bumi, bertahan dengan baik. 2. Keawetan: bengunan seharusnya direncanakan agar berumur panjang, sebab yang kuat dan awet akan memeberikan rasa aman dan tentram bagi penghuninya, untuk itu mendapatkan keawetan yang baik perlu diperhatikan jenis bahan yang digunakan, hanya memmperhatiakan standard mutu dan kualitas, serta cara pelaksanaan pekerjaan yang betul sesuai dengan prosedur yang benar. Selain itu untuk menambah keawetan perlu dipelihara

6 dan dikontrol secara berkala terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian yang harus diganti atau diremajakan. 3. Keindahan: Keindahan bangunan akan memberikan kebanggaan kepada penghuninya dan juga menambah nilai banguan tersebut. Untuk menjadikan bangunan indah, perlu diperhatiakan proporsi antara struktur dan organisasi ruang yang sesuai dengan fungsi bangunan. 4. Kesehatan: Perencanaan bangunan harus memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungannya, untuk menjaga kesehatan, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah pembuangan air kotor dann kotoran( sanitasi), sampah dan limbah yang lain, serta mempeertimbangkan faktor iklim( sinar matahari, angin, dan suhu) dan gangguan polusi (udara dan Suara) B. Pemilihan Prototip Rumah Dasar pemilihan salah satu prototip Rumah Sederhana Sehat tersebut didasarkan pada kajian Mikrozonasi dari bahan bangunan, geologis serta arsitektur, pada tingkat propinsi dan atau kabupaten/kota, dengan merujuk pada zonasi Rumah Sederhana Sehat Nasional, pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Alternatif Pemilihan Tipologi Rumah Sederhana Sehat Propinsi 1 Bali NTB NTT 2 DKI Jabar Banten Jateng Jatim Yogyakarta Zonasi bahan dan kondisi lahan Pasangan > Tegakan, Tanah kering, Tanah liat Pasangan > Tegakan, Tanah kering, Pasir Urutan alternatif jenis rumah yang dapat diterapkan *) Tembok (Bata merah) Tembok (Conblock) 3 Nangro Aceh Darussalam Sumbar Jambi Bengkulu Sumsel Bangka Belitung Lampung Sulsel Sultra Pasangan = Tegakan, Tanah basah, Tanah liat Setengah tembok Tembok (Bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung 4 Sumut Pasangan = Tegakan, Setengah tembok

7 Tanah basah, Pasar Tembok (Conblock) Kayu panggung Kayu tidak panggung 5 Maluku Maluku Utara Pasangan = Tegakan, Tanah kering, Tanah liat Setengah tembok Tembok (Bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung 6 Riau Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulteng Sulut Gorontalo Pasangan < Tegakan, Tanah basah, Tanah liat Setengah tembok Tembok (Bata merah) Kayu panggung Kayu tidak panggung 7 Papua Pasangan < Tegakan, Tanah kering, Pasir Setengah tembok Tembok (Conblock) Kayu panggung Kayu tidak panggung *) Pemilihan alternatif jenis rumah disesuaikan dengan perkembangan terakhir potensi bahan bangunan lokal yang tersedia Pemilihan alternatif bentuk rumah panggung atau non panggung disesuaikan dengan budaya/arsitektur lokal. C. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam) Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m 2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: kebutuhan luas per jiwa kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK) kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK) kebutuhan luas lahan per unit bangunan Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

8 Tabel 2. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) Luas (m2) untuk 3 Jiwa Luas (m2) Untuk 4 jiwa Standar per Jiwa (m2) Unit Rumah Lahan (L) Unit Rumah Lahan (L) Minimal Efefktif Ideal Minimal Efefktif Ideal (Ambang batas) 7,2 (Indonesia) 9,0 (Internasional) 12,0 21,6 60, ,8 60, ,0 60, ,0 60, ,0 60,0 48,0 60,0

9 D. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman. a) Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan, ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya, ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata. Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata), tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan, sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari, cahaya efektif dapat diperoleh dari jam sampai dengan jam Tabel 3. Kebutuhan pencahayaan alami Rumah Sederhana Sehat Jenis Ruang fl min. TUU fl min. TUS Keterangan Keluarga 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 fl = faktor langit Kerja 0,35d = 0,70 0,16d = 0,32 TUU = Titik Ukur Utama Tidur 0,18d = 0,36 0,05d = 0,10 TUS = Titik Ukur Sisi Dapur 0,20d = 0,40 0,20d = 0,40 d = jarak titik ukur terhadap bidang bukaan Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara cm dari permukaan lantai ruangan. Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh: tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan, bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.

10 b. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruanganruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai ruangan. Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan. Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/wc. Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/wc, yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya. Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja. c. Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan: keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar. pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak.

11 menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan. E. Persyaratan Pokok Rumah Tahan Gempa Ditinjau dari sistem struktur, sebuah bangunan rumah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: Struktur bangunan bagian Atas: struktur bangunan bagian yang berada diatas permukaan tanah, terdiri dari atas dua bagian, yaitu bagian atap dan rangka bangunan( dinding dan kolom) dan Struktur Bagian Bawah: struktur bangunan yang berada dibawah permukaan tanah khususnya yang dimaksud disini adalah pondasi, untuk lebih jelasnya bisa simak pada uraian berikut: a. Pemilihan Lokasi Rumah 1. Jangan membangun di samping bukit terjal; bebatuan dapat menjatuhi rumah. 2. Jangan membangun di pinggir tanah yang landai; tanahnya tidak stabil. 3. Jangan membangun di samping dinding penahan; dindingnya dapat jebol. 4. Jangan membangun di atas tiang penyangga; tiang-tiang tersebut akan roboh saat terjadi gempa. b. Pemilihan Bentuk Rumah: 1. Rumah harus memiliki bentuk yang sederhana. Bila perlu, pisahkan menjadi bagian-bagian berbentuk persegi. 2. Sebuah rumah ponjangnya maksimal 3 kali lebarnya. 3. Atap miring yang ringan lebih baik daripada slab beton. 4. Jangan membangun lebih dari dua lantai. 5. Jangan membangun di atas kolom bebas. Kolom lebih lemah daripada dinding dan akan memuntir dan roboh saat terjadi gempa.

12 F. Peraturan Dasar: 1. Kolom diletakkan dimana dinding bertemu dan dimana dinding berakhir 2. Bentang dinding antar kolom sebaiknya max. 3m 3. Hindari dinding panjang tanpa dinding sekat. 4. Dinding penuh tanpa bukaan lebih kuat. Sebisa mungkin perbanyak dinding penuh dan distribusikan merata pada rumah. 5. Lebar maksimum bukaan adalah ½ jarak antar kolom 6. Sisakan minimal 1m jarak antara bukaan dengan kolom

13 G. Persyaratan Komponen Bangunan Rumah: Komponen Bangunan Persyaratan 1 Penuitup Atap Umum 2 Kuda-kuda Tahan gempa 3 Pondasi Tahan gempa 4 Kolom, balok, sloof Tahan gempa 5 Dinding Umum 6 Pintu, Cendela Umum 7 Lantai Umum 8 Kamar Mandi, WC Umu Kementerian Pekerjaan Umum dan para penggiat mitigasi bencana telah menyusun persyaratan pokok bangunan sederhana yang ditujukan kepada masyarakat yang relatif awam dalam bidang konstruksi bangunan. Pertimbangan dan perhitungan tidak dimunculkan dengan penekanan pada aspek kepraktisan. Diharapkan dapat menjadi panduan yang mudah dipahami untuk mengurangi resiko kerusakan rumah. Lingkup persyaratan pokok ini didasarkan salah satu pada Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung tahan Gempa oleh DPU tahun 2006, telah dianjurkan sebagai persyaratan pokok untuk rumah yang lebih aman untuk pembangunan

14 dengan fungsi sebagai rumah tinggal meliputi: a. Kualitas Bahan a.1 BAHAN BETON 1) Perbandingan isi campuran beton adalah 1 ember semen : 2 ember pasir bersih : 3 ember kerikil bersih (ukuran kerikil maksimal 20mm). 2) Poporsi air untuk campuran adalah setengah ember. (kondisional) 1) Ukuran maksimum kerikil / batu pecah adalah kurang dari 10 mm - 20 mm dengan gradasi yang baik (terdiri dari berbagai ukuran butiran 2) Bilamana agregat kasar didapat telah bercampur dengan agregat halus maka terlebih dahulu harus dipisahkan melalui penyaringan. Pertama-tama menyaring agregat halus dengan memakai saringan ukuran 5 mm, kemudian agregat yang tinggal disaring kembali dengan saringan ukuran 20 mm. Agregat yang tidak lolos dari saringan ukuran 20 mm disingkirkan untuk tidak dipergunakan. 3) Material diaduk secara merata / pulen (pas) dan campuran beton harus segera dituangkan kedalam cetakan / acuan. 4) Cetakan / acuan harus keras / kaku dan tidak boleh bocor. 5) Pemadatan dengan dirojoh menggunakan kayu, bambu, atau besi tulangan dan harus dilakukan selama proses pengecoran 6) Menggunakan semen tipe 1 untuk elemen struktur.

15 a.2 BAHAN MORTAR Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar adalah 1 bagian semen : 4 bagian pasir bersih dan air secukupnya. a.3 BAHAN PONDASI Menggunakan batu belah / batu sungai yang keras

16 a.4. KAYU Menggunakan kayu yang baik. Kayu harus kering, tidak cacat, bewarna gelap, serat cukup rapat dan berat. b. STRUKTUR UTAMA DAN DIMENSI/UKURAN Rumah tembokan harus mempunyai rangka (frame) yang terdiri atas balok pengikat/sloof, kolom, dan balok keliling/ringbalk yang terbuat dari beton bertulang di atas fondasi yang kuat dan stabil. Sudut-sudut bangunan harus tersambung dengan dinding. Dimensi/ ukuran kolom dan balok keliling/ring ditentukan dengan bekisting kayu, karena ukuran bata Iebih kecil dari ukuran kolom atau balok keliling/ring.

17 b.1. PONDASI a) Jika keadaan tanah cukup keras, fondasi batu dapat dibuat dengan tinggi minimum 60 cm, dengan dimensi minimum, 60 cm pada lebar dasar fondasi dan 30 cm lebar bagian atas. b) Jika keadaan tanah lunak, kedalaman dan ukuran fondasi harus disesuaikan dengan keadaan. b.2. BALOK PONDASI / SLOOF a) Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm dengan 4 besi tulangan longitudinal / memanjang, dengan ukuran tulangan utama diameter 12 mm, dan tulangan begel diameter 8 mm dengan jarak 15 cm. b) Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135 c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm) d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang)

18 b.3. KOLOM a) Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm dengan 4 besi tulangan longitudinal / memanjang, dengan ukuran tulangan utama diameter 12 mm, dan tulangan begel diameter 8 mm dengan jarak 15 cm. b) Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135 c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm) d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang) b.4. BALOK KELILING (RING BALK) a) Balok keliling / ring dengan dimensi minimal 15 cm x 15 cm dengan 4 besi tulangan longitudinal / memanjang 12 mm, sengkang dan besi tulangan diameter 8 mm dengan jarak 15 cm. b) Tulangan sengkang harus dibengkokkan dengan sudut 135 c) Panjang minimum kait sengkang adalah 6 x D (diameter tulangan) (5 cm)

19 d) Ketebalan selimut beton adalah 15 mm (dari pinggir tulangan sengkang). b.5. GUNUNGAN / SOPI-SOPI / AMPIG a) Gunung-gunungan harus diberi kolom dan balok miring dari beton bertulang (sebagai bingkai) dengan dimensi dan penulangan sama dengan balok keliling / ring. b) Untuk ampig disarankan menggunakan bahan yang ringan seperti papan b.6. SELIMUT BETON a) Ketebalan selimut beton untuk balok pengikat / sloof dan kolom adalah 15 mm (dari pinggiran tulangan sengkang), sedangkan untuk balok keliling / ring dan bingkai ampig adalah 10 mm. b) Pada kondisi khusus yang dapat mempengaruhi tulangan, ketebalan selimut beton harus ditentukan oleh tenaga ahli.

20 b.7. JARAK ANTAR KOLOM BINGKAI MAKSIMUM a) Jarak antar kolom bingkai maksimum 3,0 m b) Luas dinding maksimum yang dikelilingi/ ring oleh bingkai adalah 9 m 2 b.8. UKURAN STRUKTUR ATAP a) Ukuran minimum balok kayu untuk kuda-kuda adalah 8 cm x 12 cm. b) Menggunakan kait besi / baja pada sambungan kuda-kuda c) Struktur atap dipilih yang sesuai dengan jenis penutup atap dan dipasang dengan benar. c. Hubungan antara Pondasi-Kolom-Balok pengikat/sloof dan Balok Keliling/Ring c.1. Hubungan antara Fondasi - Kolom - Balok pengikat / Sloof dan balok keliling / Ring. Besi tulangan utama kolom dilewatkan ke balok keliling / ring dan balok pengikat / sloof dengan panjang lewatan minimal 40 cm. Gambar 1: Sloof bagian sudut bawah Gambar 2 : Hubungan kolom dengan sloof bagiantengah/bawah

21 Gambar 3: Hubungan kolom dengan balok/ring sudut(atas) Gambar 4: Hubungan kolom dengan balok /ring Jangkar setiap jarak maksimum 100 cm harus terpasang pada fondasi untuk menyambungkan fondasi dengan balok pengikat / sloof. c.2. Hubungan antara Dinding dengan Kolom Dinding bata harus dijangkarkan ke kolom bertulang dengan menggunakan besi diameter 10 mm sepanjang 40 cm setiap 6 lapis bata.

22 c.3. Kuda-Kuda Perletakan kuda-kuda dijangkar dengan angker yang ditanam ke kolom atau balok keliling / ring, dengan diameter minimal 10 mm. c.4. Ikatan Angin a) Antar kuda-kuda atau gunung-gunungan diberi ikatan angin b) Dimensi minimum untuk ikatan angin adalah balok kayu 6/12 c.5. Panjang Lewatan Pada Sambungan Pertemuan tulangan balok dan kolom pada sudut-sudut bangunan harus dilewatkan dengan panjang lewatan 40 x diameter tulangan.

23 c.6. Jangkar Gunung-Gunung / Sopi-Sopi Angkur dari kolom ke puncak dinding gunung-gunung harus terpasang dengan panjang minimum 40 cm setiap lapis bata. d. Pencampuran Beton dan Adukan / Mortar d.1. Proses pencampuran beton a) Tuangkan 2 ember pasir kemudian diratakan dengan cangkul b) Tuangkan 1 ember semen kemudian campur pasir dan semen sampai rata c) Tuangkan 3 ember kerikil kemudian campur kerikil dan pasir sampai rata dengan cangkul. d) Setelah ketiga campuran diaduk merata, kemudian dibuatkan cekungan di bagian tengahnya untuk dicampur dengan air. Tambahkan setengah ember air kedalam cekungan dan aduk rata. Catatan: Pastikan jumlah air tidak terlalu banyak agar beton dalam keadaan pulen (pas). d.2. Proses pencampuran Adukan Mortar a) Tuangkan 4 ember pasir kemudian diratakan dengan cangkul b) Tuangkan 1 ember pasir semen kemudian campuran pasir dan semen diaduk sampai rata dengan cangkul. c) Setelah kedua campuran diaduk merata, buat cekungan dibagian tengahnya untuk dicampur dengan air. Tambahkan air secukupnya kedalam cekungan dan aduk sampai merata. d.2. Cara Mengecor Beton a) Campuran beton harus segera dituangkan kedalam cetakan / acuan / bekisting b) Cetakan / acuan / bekisting tidak boleh bocor, ketinggian pengecoran maksimal setinggi 1 m. c) Pemadatan dengan dirojoh mengunakan kayu, bambu, besi tulangan dan harus dilakukan selama pengecoran.

24 d) Cetakan / acuan / bekisting bisa dilepas paling tidak 3 hari setelah pengecoran beton kecuali untuk balok yang mengantung, dimana harus didiamkan selama 14 hari. d.3. Proses Pemasangan Dinding Bata a) Batu bata direndam minimum 10 menit sebelum dipasang dan harus langsung dipasang. b) Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar siar adalah satu bagian semen : empat bagian pasir bersih. c) Campuran siar diaduk sampai merata dan ditambah air secukupnya d) Tebal siar bata adalah 15 mm dan perletakan bata harus selang-seling tiap lapis bata. e) Gunakan kayu kaso 5/7 setinggi dinding yang dipasang tegak lurus sebagai acuan pasangan dinding bata arah vertikal. f) Dinding diplester dengan campuran adukan 1 semen : 4 pasir dengan tebal plaster adalah 2 cm.

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT 1 I. Pendahuluan Dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia melalui penyediaan perumahan secara merata, khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI PNPM Mandiri Perkotaan

PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI PNPM Mandiri Perkotaan PROSEDUR OPERASIONAL BAKU (POB) PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL LAYAK HUNI PNPM Mandiri Perkotaan KONSULTAN MANAJEMEN PUSAT (KMP) PNPM-MP Jln. Danau Toba F 3 No. 8 Bendungan Hilir Jakarta Pusat KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN RUMAH SEHAT SEDERHANA YANG LAYAK HUNI DI KELOMPOK USAHA BERSAMA AGRIBISNIS (KUBA) PALAMPANG TARUNG DI PALANGKA RAYA Wita Kristiana 1) ABSTRAK Rumah sederhana adalah rumah

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT

LAMPIRAN I PEDOMAN UMUM RUMAH SEDERHANA SEHAT MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKlMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 403/ KPTS/M/2002 TANGGAL : 02 Desember 2002 TENTANG PEDOMAN TEKNIK

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id

Lebih terperinci

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR Teknologi PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR 1 PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN Latar Belakang : Indonesia memiliki

Lebih terperinci

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof

RING BALK. Pondasi. 2. Sloof RING BALK Ring balk adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang terletak diatas dinding bata, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan juga untuk meratakan beban dari struktur yang

Lebih terperinci

Perencanaan rumah maisonet

Perencanaan rumah maisonet Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Pekerjaan pondasi yang telah disetting dalam software rab meliputi pekerjaanpekerjaan sebagai berikut: 1. Galian tanah pondasi 2. Pasangan Pondasi Batu Kosong

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa bumi yang melanda Sumatera Barat, 6

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

"The guidelines doc is an initial draft from within PU. It has no official status at this point and is the starting point for discussions with BRR to

The guidelines doc is an initial draft from within PU. It has no official status at this point and is the starting point for discussions with BRR to "The guidelines doc is an initial draft from within PU. It has no official status at this point and is the starting point for discussions with BRR to form a common government draft doc for consultation

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 403/KPTS/M/2002. TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT)

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 403/KPTS/M/2002. TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 0/KPTS/M/00 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) MENTERI

Lebih terperinci

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa

Struktur Atas & Pasangan Batu Bata. Ferdinand Fassa Struktur Atas & Pasangan Batu Bata Ferdinand Fassa Tujuan dari akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan struktur atas bangunan sederhana 2. Mahasiswa dapat menggambar bagian-bagian

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK A. JUDUL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN RUMAH SEDERHANA SEHAT PADA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK B. ANALISIS SITUASI Rumah adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Pekerjaan atap yang diseting pada software rab meliputi pekerjaan sbb: 1. Rangka atap baja ringan 2. Tutup atap genting plentong 3. Genting bubung plentong 4. Listplang

Lebih terperinci

Konstruksi Rumah Sederhana KATA PENGANTAR

Konstruksi Rumah Sederhana KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7-1 BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi

Lebih terperinci

Kesehatan Lingkungan. Website:

Kesehatan Lingkungan. Website: Kesehatan Lingkungan Tujuan Menyediakan informasi: 1. Air (keperluan RT dan minum) 2. Sanitasi 3. Perumahan Air Keperluan Ruta dan Air Minum 1) Sumber 2) Rerata pemakaian air 3) Jarak ke penampungan tinja

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal

Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal Cara menghitung Volume pekerjaan : I. Pekerjaan Awal 1. Pengukuran Yang dimaksud dengan pengukuran adalah sebelum memulai pekerjaan, untuk menentukan posisi dari bangunan dilakukan pengukuran batas-batas,

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan oleh Widya Fransiska Febriati Prog. Studi Teknik Arsitektur FT. Universitas Sriwijaya, Palembang Email: widyafrans@telkom.net

Lebih terperinci

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

KONSTRUKSI DINDING BATU BATA KONSTRUKSI DINDING BATU BATA Mengambar Rekayasa HSKK 208 Pendahuluan Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1 Volume Pekerjaan 8.1.1 Perkerjaan Persiapan 8.1.1.1 Pembersihan Lokasi panjang bangunan (p) = 40 m lebar bangunan (l) = 40 m Luas Pembersihan Lokasi = p x l = 1600 m2 8.1.1.2

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah tolok ukur dalam perencanaan pembangunan,baik ruma htinggal,ruko,rukan maupun gedung lainya. Dengan RAB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang

Lebih terperinci

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman Standar Nasional Indonesia Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman ICS 91.060.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

Pembinaan Kelompok Tukang Desa Sidodadi dan Desa Selamat Kecamatan Sibiru-Biru

Pembinaan Kelompok Tukang Desa Sidodadi dan Desa Selamat Kecamatan Sibiru-Biru Pembinaan Kelompok Tukang Desa Sidodadi dan Desa Selamat Kecamatan Sibiru-Biru (Kemala Jeumpa, Putri Lynna A.Luthan, Suahreza Alvan, Bambang Hadibroto) Abstrak Tingginya frekuensi bencana gempa bumi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA 3.1 Pendahuluan Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada temperatur yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

FORMAT PERSYARATAN ADMINISTRATIF

FORMAT PERSYARATAN ADMINISTRATIF LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG FORMAT PERSYARATAN ADMINISTRATIF A. Surat Permohonan IMB

Lebih terperinci

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST

Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cara menghitung Volume pekerjaan Untuk bangunan sederhana Di susun oleh : Gazali Rahman, ST Cakupan pekerjaan I. Pekerjaan Awal II. Pekerjaan Galian dan urugan III. Pekerjaan Fondasi IV. Pekerjaan Beton

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG Dalam bahasan laporan mingguan proses pengamatan pelaksanaan proyek ini, praktikan akan memaparkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan 46 BAB V Pembahasan Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi biaya konstruksi rumah sederhana, antara lain: value engineering, proses perancangan, jumlah unit yang dibangun, metoda membangun yang

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Material Struktur Bangunan Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi pertemuan

Lebih terperinci

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PONDASI TELAPAK BAB V PONDASI TELAPAK I. METODA KONSTRUKSI PONDASI SETEMPAT A. Urutan Kegiatan Pekerjaan Pondasi Setempat Metoda konstruksi untuk pekerjaan pondasi setempat yaitu: 1. Penggalian tanah pondasi 2. Penulangan

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH

HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana

Lebih terperinci

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN

RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN Spectra Nomor 20 Volume X Juli 2012: 74-81 RUMAH DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL YANG RAMAH LINGKUNGAN Gaguk Sukowiyono Lalu Mulyadi Breeze Maringka Dosen Program Studi Arsitektur FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN PELAKSANAAN LAPANGAN 4.1 Pekerjaan pondasi 1. papan bekisting 2. beton ready mix 3. pasir urug 4. Besi poer D16, D10, Ø8 2. Langkah Kerja a. Setelah Tiang pancang ditanam, b.

Lebih terperinci

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO BENGKEL KERJA BATU BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan

Pintu dan Jendela. 1. Pendahuluan Pintu dan Jendela 1. Pendahuluan Pintu dan jendela pada dasarnya terdiri dari: kusen (ibu pintu/jendela ) dan daun (pintu/jendela) Kusen adalah merupakan rangka pintu atau jendela yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Buku ini juga di dedikasikan bagi tugas semester 5 kami yaitu struktur dan utilitas 2. Semoga buku ini bermanfaat.

KATA PENGANTAR. Buku ini juga di dedikasikan bagi tugas semester 5 kami yaitu struktur dan utilitas 2. Semoga buku ini bermanfaat. KATA PENGANTAR Buku ini ditulis berdasarkan hasil pengetahuan selama kami menempuh study sampai ke jenjang semester 5 ini. Dasar teori dan metode perancangan bangunan dan strukturnya sebagian disarikan

Lebih terperinci

Pengenalan RISHA. oleh: Edi Nur BBB - BPL

Pengenalan RISHA. oleh: Edi Nur BBB - BPL Pengenalan RISHA oleh: Edi Nur BBB - BPL Disampaikan pada Kegiatan penyelenggaraan sosialisasi Teknologi Hasil Litbang Bidang Perumahan dan Permukiman 30 September 2015 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON 7.1 Uraian Umum Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak

PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK. Tri Hartanto. Abstrak PEMBOROSAN BIAYA PEMBANGUNAN AK1BAT PENULANGAN YANG TIDAK SESUAI ATURAN TEKNIK Tri Hartanto Abstrak Membangun berarti mengatur dan aturan tersebut dapat dicerminkan dalam setiap proses tahapan pembangunan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

Buku Pegangan Disain dan Konstruksi Bangunan Rumah Sederhana yang Baik di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias

Buku Pegangan Disain dan Konstruksi Bangunan Rumah Sederhana yang Baik di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias Manfaat Buku Buku pegangan ini berisi informasi sederhana tentang prinsip-prinsip rancangan dan konstruksi yang baik. Informasi tersebut ditujukan kepada pemilik rumah, perancang, kontraktor dan pengawas

Lebih terperinci

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal

Lebih terperinci

JUDUL MODUL II: PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BETON DI LABORATORIUM MODUL II.a MENGUJI KELECAKAN BETON SEGAR (SLUMP) A. STANDAR KOMPETENSI: Membuat Adukan Beton Segar untuk Pengujian Laboratorium B. KOMPETENSI

Lebih terperinci

Untuk rumah lantai dua, dimensi sloof yang sering digunakan adalah, lebar 20 cm tinggi30 cm, besi beton utama 6 d 12 mm, begel d8 10 cm.

Untuk rumah lantai dua, dimensi sloof yang sering digunakan adalah, lebar 20 cm tinggi30 cm, besi beton utama 6 d 12 mm, begel d8 10 cm. Sloof PEKERJAAN BETON GAMBAR SLOOF UNTUK BANGUNAN LANTAI 1 Sloof adalah struktur dari bangunan yang terletak diatas fondasi, berfungsi untuk meratakan beban yang diterima oleh fondasi, juga berpungsi sebagi

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi BAB III RENCANA PONDASI DAN DETAIL PONDASI Pengenalan Denah Pondasi Pondasi (Sub Structure/Foundation) sering disebut struktur bangunan bagian bawah, yaitu merupakan konstruksi yang terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu diharapkan hasil dengan kualitas yang baik dan memuaskan, yaitu : 1. Memenuhi spesifikasi

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER

RINCIAN KEGIATAN DAN ALOKASI PERTEMUAN DALAM SEMESTER MATA GAMBAR ARSITEKTUR TR-221 DISUSUN OLEH : NURYANTO, S.PD., M. T. NIP. : 19761305 2006041010 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR PERUMAHAN-D3 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinding panel merupakan suatu komponen non struktural yaitu dinding yang dibuat dari suatu kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

PENERAPAN BENTUK DESAIN RUMAH TAHAN GEMPA

PENERAPAN BENTUK DESAIN RUMAH TAHAN GEMPA ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 PENERAPAN BENTUK DESAIN RUMAH TAHAN GEMPA Nugraha Sagit Sahay 1) Abstraksi Pada masa sekarang ini Indonesia banyak sekali mengalami berbagai bencana baik itu banjir,

Lebih terperinci

Gedung Kantor Kepala Desa KATA PENGANTAR

Gedung Kantor Kepala Desa KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Guna menunjang program pemerintah dalam penyediaan infrastruktur perdesaan, Puslitbang Perumahan dan Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, perencanaan pengawasan pelaksanaan dan mutu rendah, kerusakan bangunan sederhana secara umum

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK 7.1 Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal hal yang perlu diketahui

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

RUMAH DAN SEKOLAH TERBUKA KORBAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH DAN SUMATERA UTARA

RUMAH DAN SEKOLAH TERBUKA KORBAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH DAN SUMATERA UTARA ARTIKEL RUMAH DAN SEKOLAH TERBUKA KORBAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH DAN SUMATERA UTARA Oleh : Ir.Bambang Sugestiyadi. MT. FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKRAT Januari 2005 RUMAH DAN SEKOLAH TERBUKA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii

DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan,

Lebih terperinci

KAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006

KAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006 KAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006 Sehubungan dengan adanya pengaduan warga Blok III dan IV Perumnas Trimulyo, Jetis, Bantul, maka pada hari ini hari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN. Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN. Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS Spesifikasi Teknis SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN 1. LINGKUP UMUM Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS BARU ( RKB ) yang diadakan oleh Kementrian Agama Kab. Kep Selayar.

Lebih terperinci

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pertemuan ke-15 Materi Perkuliahan : Sistem perawatan dan pemeliharaan bangunan baik pada internal dan eksternal PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat

Lebih terperinci

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi

Gambar 1. Posisi Indonesia dalam Area Ring of Fire Sumber: Puslit Geoteknologi KONSTRUKSI BANGUNAN RUMAH TAHAN GEMPA Oleh: Drs. Rijal Abdullah, MT.*) A. Pendahuluan Berdasarkan berbagai catatan tentang peristiwa gempa bumi ini, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada wilayah di

Lebih terperinci

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN BAB VI BAHAN DAN PERALATAN 6.1 Jenis-jenis dan Mutu Bahan Yang Digunakan Mutu dari setiap bahan yang akan digunakan tidak boleh berkurang dan diharapkan dapat memenuhi target yang telah direncanakan. Adapun

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN DAFTAR SATUAN ANALISA PEKERJAAN No SATUAN UPAH BAHAN A PEKERJAAN PERSIAPAN 1 PEMASANGAN BOWPLANK/ 10 M' 0,01000 Kepala Tukang 0,10000 Tukang 0,10000 Pekerja 0,05000 Mandor 0,01200 M3 Balok Klas IV 0,02000

Lebih terperinci

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER)

BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS LITER) BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN (KAPASITAS 2.500 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut,

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON F.45...... 04 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN DAFTAR ANALISA SNI HARGA SATUAN PEKERJAAN ANALISA BIAYA KONSTRUKSI PEKERJAAN PERSIAPAN SNI.01.2.6.1 1 m² Membersihkan lapangan dengan peralatan 0,1000 Oh Pekerja Rp. - - 0,0500 Oh Mandor Rp. - - SNI.01.2.6.

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Rincian Produk Sesuai dengan target pasar yang di rencanakan oleh CV. Griya Indah Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota Payakumbuh. Usaha CV. Griya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

TKS 4406 Material Technology I

TKS 4406 Material Technology I TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya UMUM Atap adalah bagian bangunan yang mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna. DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diantara berbagai bencana alam yang ada di bumi ini, gempa merupakan bencana yang paling membahayakan dan paling sering terjadi. Banyak daerah dengan populasi

Lebih terperinci

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan 1- PENDAHULUAN Baja Sebagai Bahan Bangunan Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha mencari bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya, jembatan untuk menyeberangi sungai dan membuat peralatan-peralatan

Lebih terperinci