Willy R. Ch. Kaunang, Daya Saing Ekspor Komoditi. DAYA SAING EKSPOR KOMODITI MINYAK KELAPA SULAWESI UTARA. Oleh: Willy R. Ch.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Willy R. Ch. Kaunang, Daya Saing Ekspor Komoditi. DAYA SAING EKSPOR KOMODITI MINYAK KELAPA SULAWESI UTARA. Oleh: Willy R. Ch."

Transkripsi

1 DAYA SAING EKSPOR KOMODITI MINYAK KELAPA SULAWESI UTARA Oleh: Willy R. Ch. Kaunang Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Ekspor merupakan kegiatan utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Khusus pada sub-sektor perkebunan, Sulawesi Utara memiliki andalan ekspor yaitu minyak kelapa. Namun daya saing minyak kelapa di Indonesia belum bisa bersaing dengan minyak sawit. Padahal dari segi potensi lahan dan kualitas, Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas lahan terbesar di dunia dan khasiat minyak kelapa yang telah terbukti lebih menyehatkan. Maka perlu adanya perhatian khusus bagi komoditi minyak kelapa sebagai komoditi unggulan ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan daya saing ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara. Metode analisis penelitian ini menggunakan metode analisis komparatif RCA (Revealed Comparative Advantage) dan metode analisis kompetitif Porter Diamond. Hasil dari analisis daya saing komparatif RCA (Revealed Comparative Advantage) menggambarkan daya saing ekspor minyak kelapa Sulawesi Utara memiliki daya saing yang kuat pada lima tahun terakhir. Untuk hasil dari analisis daya saing kompetitif Porter Diamond menunjukkan bahwa masing masing komponen yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung, serta struktur, persaingan dan strategi perusahaan ditambah dengan dua komponen pendukung yaitu komponen peran pemerintah dan faktor kesempatan saling berkaitan dan saling mendukung kecuali antara industri terkait dan industri pendukung dengan faktor persaingan, struktur dan strategi perusahaan dinilai saling berkaitan namun tidak saling mendukung. Kata kunci: ekspor, daya saing, non-migas. ABSTRACT Exports are the main activities in spurring economic growth. Specifically the plantation sub-sector, North Sulawesi has export commodities, namely coconut oil. However, the competitiveness of coconut oil in Indonesia has not been able to compete with palm oil. Yet in terms of the potential and the quality of land, Indonesia is one of countries with the largest land area in the world and the benefits of coconut oil that has been proven to be more healthful. Hence the need for special attention to oil palm as a commodity commodity exports. This study aims to explain the competitiveness of palm oil commodity exports of North Sulawesi. This study analyzes the method of comparative analysis using RCA (Revealed Comparative Advantage) and competitive analysis methods Porter Diamond. Results from a comparative analysis of the competitiveness of the RCA (Revealed Comparative Advantage) illustrates the competitiveness of the North Sulawesi coconut oil exports have strong competitiveness in the last five years. For the results of the analysis of the competitiveness of the competitive Porter Diamond suggests that each-each component of the resource factor conditions, demand conditions, related industries and supporting industries, as well as the structure, competition and company strategy coupled with two components, namely component supporting the role of government and chance factors are interrelated and support each other except between related industries and supporting industries by a factor of competition, structure and strategy of an enterprise is overlapping but not mutually supportive. Keywords: export, competitiveness, non-oil and gas Jurnal EMBA

2 PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan hal penting bagi negara dalam peningkatan pendapatan nasional. Dan ekspor impor merupakan faktor penentu dalam menentukan roda perekonomian Indonesia. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya alam dengan hasil bumi dan migas, selalu aktif terlibat dalam perdagangan internasional. Khususnya kegiatan ekspor, sejak tahun 1983 kegiatan ekspor menjadi perhatian utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam lima tahun terakhir ini, ekspor Indonesia menunjukan perkembangan yang signifikan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sisi ekspor non-migas dalam grafik nilai total ekspor non-migas Grafik 1 berikut: Grafik 1. Nilai Total Ekspor Non-Migas Indonesia (Juta US$) Sumber: kemendag.go.id, 2013 Grafik 1. menunjukan kontribusi ekspor dari sektor non-migas pada lima tahun terakhir. Pada tahun 2008, Nilai Total Ekspor Indonesia mencapai Juta US$ namun terjadi penurunan cukup besar pada tahun berikutnya yaitu sebesar Juta US$. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2009 terjadi peningkatan kembali melebihi tahun 2008 yaitu sebesar Juta US$ dan terus meningkat hingga tahun 2012 yaitu mencapai Juta US$. Meski sempat menurun pada tahun 2009, secara keseluruhan kondisi ekspor non-migas Indonesia menggambarkan peningkatan yang baik selama tiga tahun terakhir. Dengan kenaikan tersebut Terbukti bahwa Indonesia mempu keluar dari belenggu krisis finansial global yang terjadi tahun 2008 lalu. Khususnya sub-sektor perkebunan, kontribusi sub-sektor perkebunan dinilai memiliki pertumbuhan yang paling konsisten ditinjau dari sisi areal maupun produksi. Segi produksi yang pada umumnya menjadi patokan dalam menentukan produktifitas suatu komoditas. Gambar 1 dibawah menunjukan total produksi komoditi sub-sektor perkebunan tahun ,439, ,652 88,160 72,967 Kelapa Sawit 3,176,223 Karet 657,138 Kopi Kelapa 3,040,376 23,521,071 Kakao Tebu Lada Cengkeh Gambar 1. Total Produksi Komoditi Sub-Sektor Perkebunan Indonesia Tahun 2012 (Ton) Sumber: Deptan.go.id, 2013 Jurnal EMBA 1305

3 Gambar 1, menyajikan total produksi komoditi sub-sektor perkebunan Indonesia tahun Produksi Subsektor perkebunan tertinggi di tempati oleh komoditi kelapa sawit dengan jumlah produksi sebesar ton, sangat tinggi jika dibandingkan dengan komoditi unggulan lainnya. Posisi kedua ditempati oleh komoditi kelapa dengan jumlah produksi sebesar ton. Selanjutnya pada posisi ketiga ditempati oleh komoditi karet, dan diikuti oleh komoditi tebu, kakao, kopi dan lainnya. Hal tersebut menunjukan perlu adanya perhatian khusus untuk komoditi kelapa yang memberikan kontribusi yang cukup baik bagi produksi sub-sektor perkebunan Indonesia. Potensi komoditi kelapa dibandingkan dengan komoditi lainnya sebenarnya bisa lebih unggul. Hal ini dapat dilihat dari luas areal tanaman kelapa yang begitu besar tersebar luas di seluruh kepulauan Indonesia. Berdasar data Asia Pasific Coconut Community tahun 2008 dalam Dewan Kelapa Indonesia (2009), Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa terluas di dunia, dengan luas areal mencapai 3,86 juta hektare (ha) atau 31,2 persen dari total areal dunia sekitar 12 juta ha. Dengan melihat besarnya luas areal perkebunan kelapa di Indonesia tersebut, komoditi kelapa seharusnya dapat menguasai pasar produksi komoditas berbahan dasar kelapa, misalnya produk minyak kelapa, sabut, dan tempurung dipasar domestik maupun Internasional. Secara Logika, dengan luas lahan kelapa terbesar di dunia, produksi komoditi kelapa harusnya dapat lebih ditingkatkan, namun pada kenyataannya produksi komoditi kelapa sawit jauh lebih tinggi dibandingkan poduksi komoditi kelapa. Dilihat dari sisi areal lahan produktif yang tersebar luas di Indonesia, potensi pengembangan produksi Kelapa sangatlah besar. Dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan dunia, produksi kelapa harusnya dapat lebih diberdayakan terutama di Sulawesi Utara. Sebagai bumi nyiur melambai sangat disayangkan jika potensi komoditi kelapa tidak dikembangkan dengan baik. Berikut disajikan luas areal dan produksi kelapa di Sulawesi Utara pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Luas areal dan Produksi Kelapa Sulut Tahun Tahun Luas (Ha) Produksi (Ton) Sumber : BPS ( Sulawesi Utara), 2012 Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah produksi kelapa di Indonesia yang memiliki luas areal tanaman kelapa terbesar, sehingga daerah ini sering disebut dengan daerah nyiur melambai. Tidak heran produksi kelapa di Sulawesi Utara menjadi unggulan ekspor. Salah satu produk olahan kelapa yang dinilai mampu memberikan kontribusinya dalam perekonomian Sulawesi Utara yaitu minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan salah satu komoditas yang menjadi primadona di sulawesi Utara. Komoditas unggulan ini menempati posisi teratas ekspor Sulawesi Utara dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel realisasi ekspor komoditi unggulan Sulawesi Utara berikut: 1306 Jurnal EMBA

4 Tabel 2. Realisasi Ekspor Komoditi Unggulan Sulawesi Utara Tahun 2012 Komoditi Sumber : Disperindag Sulawesi Utara, 2013 Tabel 2 menunjukan besarnya skala produksi minyak kelapa dibandingkan dengan produksi komoditi lain di Sulawesi Utara. Pada tahun 2012, ekspor komoditas tertinggi Sulawesi Utara dimenangkan oleh minyak kelapa yang diekspor ke berbagai negara yang mencapai 273,394, ton dengan nilai ekspor sebesar 974,923, US$. Selain komoditas minyak kelapa tersebut, pada tahun 2012 produk turunan kelapa lainnya yang cukup dominan memberi dorongan terhadap ekspor, yaitu bungkil kopra dengan volume ekspor sebesar 170,233, (Ton) dan nilai ekspor sebesar 29,198, (US$). Selanjutnya diikuti oleh tepung kelapa dengan volume ekspor sebesar 9,070, (Ton) dan nilai ekspor sebesar 13,369, US$. Era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini mendorong persaingan semakin ketat. Berbagai negara terus berupaya meningkatkan daya saing produknya agar produk - produknya lebih efisien dan laku di pasaran. Untuk meningkatkan daya saing antara lain ditempuh beberapa langkah baik peningkatan efisiensi, menekan biaya produksi, perbaikan iklim usaha, perbaikan infrastruktur serta mengurangi berbagai bentuk pungutan. Adapun yang tak kalah penting yaitu peningkatan kualitas dan keunggulan komoditas. Tujuan Penelitian Volume (Ton) Tahun 2012 Nilai (US$) Minyak kelapa 273,394, ,213, Tepung Kelapa 9,070, ,369, Kopra 4,720, ,437, Bungkil Kopra 170,233, ,198, Arang Tempurung 2,073, ,545, Ikan Kaleng 17,678, ,015, Ikan Beku 7,792, ,616, Ikan Segar 1,052, ,022, Ikan Kayu 3,599, ,741, Biji Pala 977, ,797, Fulli 227, ,426, Panilli 3, , Lain-lain 478,341, ,442, Jumlah 969,165, ,923, Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menjelaskan daya saing ekspor komoditi Minyak Kelapa Sulawesi Utara dari segi komparatif maupun kompetitif. Jurnal EMBA 1307

5 MATERI DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan terhitung dari bulan Januari sampai dengan Agustus Tempat penelitian adalah Sulawesi Utara dengan alasan komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara mempunyai prospek ekspor yang besar. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan memberikan gambaran atau penjelasan mengenai daya saing ekspor minyak kelapa di Sulawesi Utara. Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan yaitu: 1. Data kualitatif : yaitu data yang berbentuk kata-kata atau yang berwujud pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalam bentuk angka. 2. Data kuantitatif : yaitu data yang berupa angka-angka. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian terdahulu, dan berbagai literatur baik dari perpusatakaan maupun situs internet yang relevan dengan masalah yang diangkat serta dapat dipertanggungjawabkan. 2. Data penunjang diperoleh dari badan informasi yang mendukung dari instansi instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Dinas perkebunan baik ditingkat pusat maupun provinsi. Metode pengumpulan data Untuk melengkapi data dan refrensi yang diperlukan dalam penyusunan jurnal ini, maka ditempuh cara sebagai berikut: 1. Study Pustaka yaitu melalui pustaka dengan mempelajari dan menelaah literatur - literatur dan penelitianpenelitian yang berhubungan dengan penulisan skripsi. 2. Survey lapangan dikumpulkan dengan cara: - Wawancara dengan pimpinan perusahaan/instansi - Observasi langsung pada perusahaan - Study dokumentasi Model analisis Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis daya saing komparatif RCA (Revealed Comparative Advantage) Dengan rumus sebagai berikut : RCAt = Pt/Qt Rt/St Dimana: RCAt = Angka Revealed Comperative Advantage tahun ke t Pt = Nilai komoditi ekspor Minyak Kelapa Sulawesi Utara tahun ke t Qt = Nilai total ekspor komoditi Sulawesi Utara tahun ke t Rt = Nilai komoditi ekspor Minyak Kelapa Nasional tahun ke t St = Nilai total ekspor komoditi Nasional tahun ke t t = tahun 2000,..., Jurnal EMBA

6 Nilai yang didapat dari perhitungan RCA bervariasi, ada yang lebih, kurang atau bahkan sama dengan satu. Semakin besar nilai RCA, maka akan semakin kuat keunggulan komparatif yang dimilikinya. a. Jika nilai RCA lebih besar dari satu maka komoditi ekspor minyak kelapa disulawesi Utara mempunyai daya saing diatas daya saing rata-rata Indonesia. b. Jika nilai RCA lebih kecil dari satu, maka daya saing komoditi minyak kelapa disulawesi Utara mempunyai daya saing dibawah daya saing rata-rata Indonesia. c. Jika nilai RCA sama dengan satu, maka daya saing komoditi minyak kelapa di Sulawesi Utara sama dengan daya saing rata-rata Indonesia. Indeks RCA merupakan perbandingan antara nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA adalah sebagai berikut : Indeks RCAt = RCAt RCAt 1 Dimana : Indeks RCAt = kinerja ekspor minyak kelapa di Sulawesi Utara periode ke t. RCAt = nilai RCA tahun sekarang (t) RCAt-1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1) t = 2000,,2012 Nilai indeks RCA berkisar antara nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja ekspor minyak kelapa Sulawesi Utara tidak berubah dari tahun sebelumnya. Jika nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan kinerja ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara. Sedangkn jika nilai indeks RCA lebih besar dari satu maka kinerja ekspor Komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Analisis Daya Saing Kompetitif Porter Diamond Analisis daya saing kompetitif akan dibahas dengan metode kualitatif yaitu dengan menganalisa tiap komponen dalam Porter s Diamond Theory. Komponen tersebut adalah faktor sumberdaya, faktor permintaan, faktor industri terkait dan industri pendukung, dan faktor Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan. Selain keempat komponen yang saling berinteraksi diatas terdapat dua komponen yang mempengaruhi keempat komponen tersebut yaitu faktor pemerintah dan faktor kesempatan (Gambar 3.1). Berdasarkan hasil analisis Porter s Diamond kita dapat melihat faktor apa yang menjadi keunggulan dan kelemahan komoditi minyak kelapa, sehingga kita dapat melihat potensi serta kendala pada komoditi minyak kelapa di Sulawesi Utara. Strategi perusahaan, struktur, dan persaingan Kesempatan Kondisi faktor Kondisi permintaan Peran Pemerintah Industri terkait dan pendukung Gambar 2. Teori Porter Diamond Sumber: Porter, 1990 Jurnal EMBA 1309

7 Komponen dalam analisis teori berlian Porter (Porter s Diamond Theory) tersebut: a. Factor Condition (FC), yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastuktur. b. Demand Condition (DS), yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam suatu negara. c. Related and Supporting Industries (RSI), yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan. d. Firm Strategy, Structure, and Rivalry (FSSR), yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik. Keempat komponen di atas merupakan komponen utama pada teori Porter Diamond. Selain itu terdapat dua faktor pendukung teori Porter Diamond yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat komponen dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dari hasil analisis komponen penentu dayasaing, kita dapat menentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan daya saing ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara. Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Daya Saing Ekspor Minyak Kelapa Sulawesi Utara Analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) Dari perhitungan analisis RCA selama lima tahun terakhir diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 3. Hasil penelitian RCA (revealed comparative advantage) Tahun Nilai Ekspor Minyak Kelapa Sulawesi Utara (US$) Nilai Total Ekspor Non Migas Sulawesi Utara (US$) Sumber: Data Olahan: Keterangan : RCA > 1: Berdaya saing kuat RCA < 1: Berdaya saing lemah Nilai Ekspor Minyak Kelapa Indonesia (Juta US $) Nilai Total Ekspor Non Migas Indonesia (Juta US$) Nilai RCA Minyak Kelapa , , , , , , , , , , Keterangan Memiliki Keunggulan Memiliki Keunggulan Memiliki Keunggulan Memiliki Keunggulan Memiliki Keunggulan Tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 hingga tahun 2012 komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara memiliki daya saing yang kuat karena memiliki nilai RCA yang lebih besar dari satu di tiap tahunnya. Nilai RCA tertinggi yaitu pada tahun 2010 dengan nilai RCA sebesar Nilai RCA terendah terdapat pada tahun 2012 dengan nilai dan kedua terendah pada tahun 2008 dengan nilai yaitu tahun terjadinya krisis finansial global. Namun nilai RCA yang ditemukan untuk komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara ini sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara 1310 Jurnal EMBA

8 sangatlah besar. Dengan Kinerja ekspor yang tetap stabil dan pengembangan ekspor yang terus ditingkatkan dipercaya bahwa komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara mampu menguasai ekspor di pasar internasional. Nilai RCA komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara pada tahun lebih besar dari satu (RCA > 1) bahkan sampai mencapai nilai RCA 220,80 pada tahun 2010, maka dapat dikatakan bahwa nilai ekspor minyak kelapa Sulawesi Utara memiliki keunggulan komparatif dengan daya saing yang sangat kuat. Tabel 4 Hasil Indeks RCA Ekspor Minyak Kelapa Sulawesi Utara Tahun Indeks RCA Sumber: Data Olahan Jika nilai indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan kinerja ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara. Sedangkan jika nilai indeks RCA lebih besar dari satu maka kinerja ekspor Komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel hasil Indeks RCA tersebut diketahui bahwa pada tahun indeks ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara terjadi fluktuasi. Indeks RCA komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara sempat naik dari 1.25 menjadi 1.83 pada tahun Kenaikan tersebut menggambarkan bahwa terjadi kenaikan kinerja ekspor pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2011 dapat dikatakan bahwa kinerja ekspor minyak kelapa Sulawesi Utara mengalami penurunan. Hal tersebut sesuai dengan hasil indeks RCA yang kurang dari satu (indeks RCA < 1) yaitu senilai 0.76 pada tahun Tahun 2012 hasil Indeks RCA berada pada angka 0.47 atau menurun sebesar 0.29, hal ini nengindikasikan bahwa kinerja ekspor minyak kelapa Sulawesi Utara mengalami penurunan. Analisis Keunggulan Kompetitif Porter's Diamond Analisis kompetitif komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara dapat menggunakan teori berdasarkan berlian Porter (Porter's Diamond). Menurut Porter (1990) terdapat empat faktor utama yang menentukan daya saing industri di suatu wilayah yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, kondisi industri terkait dan industri pendukung, serta kondisi struktur, persaingan, dan strategi perusahaan. Keempat atribut tersebut didukung oleh peranan pemerintah dan peranan kesempatan dalam meningkatkan keunggulan daya saing industri wilayah yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem. Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter s Diamond System Tabel 5 Keterkaitan Antar Komponen Utama No. Komponen A Komponen B 1. Persaingan, Struktur dan Strategi Kondisi faktor Sumberdaya Keterkaitan Antar Komponen Saling mendukung Keterangan Hasil - hasil dari penelitian yang merupakan sumber daya IPTEK mendukung strategi promosi dan pengenalan minyak kelapa sebagai minyak sehat bagi masyarakat Strategi promosi guna lebih mengenalkan minyak kelapa kepada masyarakat dapat dilakukan oleh lembaga - lembaga IPTEK seperti Balitpalma, Dinas Perkebunan dalam bentuk seminar, workshop, jurnal atau buletin. Jurnal EMBA 1311

9 Tabel 5. Keterkaitan Antar Komponen Utama (lanjutan) 2. Kondisi faktor Sumberdaya Industri terkait dan industri pendukung Saling mendukung Kondisi Sumberdaya dinilai mampu memenuhi bahan baku industri Sumber daya Infrastruktur Sulawesi utara yang baik sangat mendukung mobilitas para industri terkait dan Industri pendukung. 3. Kondisi permintaan Industri terkait dan industri pendukung Saling mendukung Tingginya permintaan ekspor menyebabkan besarnya kebutuhan perusahaan akan bahan mentah, hal tersebut menyebabkan meningkatnya input yang beberapa diantaranya dihasilkan oleh industri pendukung dan industri terkait. Tujuan dari Industri terkait dan industri pendukung ialah untuk meningkatkan income dan tentu saja peningkatan income diperoleh ditentukan oleh kondisi permintaan pasar. 4. Industri terkait dan industri pendukung Persaingan, Struktur dan Strategi Tidak Saling mendukung Industri terkait dan Industri pendukung tidak berkontribusi secara langsung dalam penentuan struktur dan persaingan perusahaan Struktur pasar oligopoli menbuat industri pendukung dan industri terkait kesulitan dalam meningkatkan income mereka karena permintaan hanya terbatas pada beberapa perusahaan. 5. Kondisi permintaan Persaingan, Struktur dan Strategi Saling mendukung Tingginya permintaan luar negeri masih dapat diatasi oleh para perusahaan minyak kelapa Sulawesi Utara Dengan persaingan yang terkonsentrasi pada dua perusahaan besar menyebabkan permintaan efisien dan tercukupi sehingga devisa meningkat. 6. Kondisi faktor Sumberdaya Kondisi permintaan Saling mendukung Kondisi Faktor sumberdaya memenuhi syarat dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku minyak kelapa Kondisi permintaan Domestik cukup terpenuhi dengan ketersediaan lahan yang produktif. Sumber: Data Olahan Penjelasan dari Tabel sebelumnya mengenai keterkaitan antar komponen utama pada Porter s Diamond System sebagai berikut: 1) Persaingan, Struktur dan Strategi dengan Kondisi Faktor Sumberdaya Keterkaitan yang saling mendukung terjadi pada komponen persaingan, struktur dan strategi dengan komponen sumberdaya. Hal ini terlihat pada strategi promosi dalam pengenalan minyak kelapa sebagai minyak sehat. Pengenalan tersebut dilakukan oleh instansi instansi atau lembaga lembaga yang termasuk dalam sumberdaya IPTEK. Promosi tersebut dihasilkan oleh lembaga lembaga seperti Balit Palma, Dinas Perkebunan Sulawesi Utara dan instansi instansi lainnya dalam bentuk seminar, workshop, jurnal atau buletin Jurnal EMBA

10 2) Faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung Keterkaitan yang saling mendukung terdapat pada komponen kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini dikarenakan kondisi sumberdaya khususnya lahan pertanian kelapa dapat mencukupi kebutuhan bahan baku untuk produksi minyak kelapa Sulawesi Utara. Sedangkan sumberdaya inrastruktur tergolong baik yaitu dengan tersedianya infrastruktur seperti pelabuhan bitung, bandara sam ratulangi dan jalan jalan antar kota dan kabupaten yang sudah bagus menjadi keuntungan bagi para industri terkait dan Industri pendukung dalam pemenuhan kebutuhan transportasi. 3) Kondisi permintaan dengan industri terkait dan industri pendukung Keterkaitan yang saling mendukung terjadi pada komponen kondisi permintaan dengan industri terkait dengan industri pendukung. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan ekspor minyak kelapa oleh pasar luar negeri menyebabkan meningkatnya kebutuhan perusahaan akan bahan mentah.dengan begitu peningkatan kebutuhan akan bahan mentah mendorong para petani untuk meningkatkan produksi dan otomatis kebutuhan akan barang input yang dihasilkan oleh industri pendukung dan industri terkait akan meningkat. Adapun tujuan utama dari Industri terkait dan industri pendukung ialah untuk meningkatkan income dan tentu saja peningkatan income diperoleh ditentukan oleh kondisi permintaan pasar. 4) Kondisi Industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, struktur dan strategi Keterkaitan yang tidak saling mendukung terjadi pada komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, struktur dan strategi. Hal ini terjadi karena tidak adanya kontribusi langsung para industri terkait dan industri pendukung terhadap terciptanya struktur pasar atau terjadinya persaingan pasar. Struktur pasar oligopoli membuat industri pendukung dan industri terkait kesulitan dalam meningkatkan income mereka, hal ini disebabkan karena permintaan hanya terbatas pada beberapa perusahaan saja. 5) Kondisi permintaan dengan persaingan, struktur dan strategi Kondisi permintaan engan persaingan, struktur dan strategi memiliki keterkaitan yang saking mendukung. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan luar negeri akan kebutuhan minyak kelapa di Sulawesi Utara masih dapat diatasi oleh para perusahaan minyak kelapa. Selanjutnya, dengan persaingan yang terkonsentrasi pada dua perusahaan besar yaitu PT. Multi Nabati Sulawesi dan PT. Cargil menyebabkan permintaan akan minyak kelapa tebih terintegrasi (terpusat) pada kedua perusahaan tersebut. 6) Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi faktor permintaan Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi permintaan memiliki keterkaitan yang saling mendukung. Hal ini terlihat pada kondisi lahan yang baik dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku minyak kelapa. Sedangkan untuk permintaan ekspor dan permintaan domestik dipengaruhi oleh tersedianya lahan yang produktif di Sulawesi Utara. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama Tabel 6. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama Keterkaitan No. Komponen A Komponen B Antar Komponen 1. Peran Pemerintah Kondisi faktor Sumberdaya Industri terkait dan industri pendukung Kondisi permintaan Persaingan, Struktur dan Strategi Keterangan Pemerintah memberikan bantuan bagi kelompok tani melalui Dinas Perkebunan Pemberian subsidi pupuk bagi petani kelapa Program pemerintah yang melakukan pembinaan pada UKM minyak kelapa Penetapan undang undang Antimonopoli tahun 1999 Jurnal EMBA 1313

11 Tabel 6. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama (lanjutan) 2. Peran Kesempatan Sumber: Data Olahan. Kondisi faktor Sumberdaya Industri terkait dan industri pendukung Kondisi permintaan Persaingan, Struktur dan Strategi Dibutuhkan energi alternatif dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui untuk menanggulaingi semakin langkahnya minyak bumi Dengan adanya pengalihan BBM ke bahan bakar alternatif (Biofuel) akan meningkatkan kinerja industri terkait dan indutri pendukung Seiring semakin mahalnya BBM, Permintaan akan minyak kelapa semakin meningkat sebagai energi alternatif (biofuel) Adanya kesempatan minyak kelapa sulawesi utara untuk menguasai pasar internasional 1) Peran Pemerintah Semua Komponen Utama Pemerintah sangat berperan dalam mendukung setiap komponen daya saing kooditi minyak kelapa Sulawesi Utara. Dukungan pemerintah terhadap kondisi faktor sumberdaya ditunjukkan dengan adanya bantuan pemerintah terhadap peningkatan kualitas lahan kelapa kepada para kelompok tani di Sulawesi Utara. Bantuan tersebut disalurkan melalui dinas perkebunan Sulawesi Utara dalam bentuk uang tunai. Selain itu pemerintah juga berperan dalam pemberian pupuk bersubsidi melalui industri terkait. Pada kondisi permintaan, pemerintah sendiri memberi dukungan yaitu melakukan pembinaan pada UKM minyak kelapa. Pembinaan UKM minyak kelapa dapat miningkatkan pengetahuan akan pasar minyak kelapa sebagai usaha yang menguntungkan dan dapat memperluas produksi minya kelapa ketika masyarakat membuka perusahaan minyak kelapa baru. Selain itu pemerintah juga memberikan dukungan bagi komponen persaingan, struktur dan strategi berupa Penetapan undang undang Antimonopoli tahun Undang undang tersebut mengontrol struktur pasar agar tidak terjadi monopoli pasar yang seperti yang kita ketahui, monopoli pasar berpengaruh negatif bagi persaingan perusahaan perusahaan minyak kelapa. 2) Peran Kesempatan Seluruh Komponen Utama Dari hasil analisis komponen Porter s Diamond dapat diketahui komponen penunjang yaitu peranan kesempatan memiliki keterkaitan yang saling mendukung dengan seluruh komponen utama. Peran kesempatan mendukung komponen sumberdaya yaitu, dengan semakin tingginya Kebutuhan akan energi dapat menanggulaingi kelangkaan energi. Karena energi alternatif dari sumberdaya alam dapat yaitu biofuel yang dapat dioleh dengan minyak kelapa kasar menyebabkan permintaan akan minyak kelapa di Sulawesi Utara semakin meningkat dan dibutuhkan secara kontinyu. Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung peran kesempatan juga mendukungnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengalihan BBM ke bahan bakar alternatif (Biofuel) oleh negara negara maju akan meningkatkan kinerja industri terkait dan indutri pendukung. Hal ini merupakan kesempatan bagi industri pendukung dan industri terkait untuk meningkatkan input yang mereka hasilkan demi mendukung produksi minyak kelapa di Sulawesi Utara. Peran kesempatan juga mendukung kondisi persaingan, struktur dan strategi. Adanya kesempatan minyak kelapa sulawesi utara untuk menguasai pasar internasional dikarenakan kualitas ekspor minyak kelapa di Sulawesi Utara cukup baik dan dapat lebih baik dengan adanya dukungan dari masyarakat Sulawesi Utara dan badan badan yang terkait dengan produktivitas minyak kelapa Sulawesi Utara Jurnal EMBA

12 Peranan Kesempatan: 1. Prospek pasar yang besar 2. Krisis Energi Kondisi Faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya alam 2. Sumberdaya manusia 3. Sumberdaya IPTEK 4. Sumberdaya modal 5. Sumberdaya infrastruktur Persaingan, Struktur, dan Strategi perusahaan 1. Persaingan antar perusahaan 2. Struktur pasar ekspor maupun domestik komoditi minyak kelapa berbentuk oligopoli 3. Strategi yang dilakukan berupa Promosi, sosialisasi dan publikasi. Kondisi Permintaan: 1. Komposisi permintaan domestik 2. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan 3. Internasionalisasi Permintaan Domestik Industri Terkait dan Pendukung 1. Industri terkait: Industri pemasok, dan industri jasa tataniaga 2. Industri pendukung: Industri yang berperan secara tidak langsung Peranan Pemerintah: 1.Pembiayaan 2. Penyediaan subsidi pupuk dan pendistribusian benih 3. Kebijakan intensif 4. Strategi promosi Gambar 3 Keterkaitan Antar Komponen Porter s Diamond System Sumber: Data Olahan Keterangan: Garis menunjukkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung Garis menunjukkan keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung PENUTUP Kesimpulan Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis RCA, Ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara memiliki daya saing yang kuat karena memiliki nilai RCA yang lebih besar dari satu di tiap tahunnya. 2. Hasil indeks RCA, ditemukan bahwa Daya saing ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara pada lima tahun terakhir terus menurun dari tahun Hasil analisis Porter Diamond ditemukan bahwa kondisi masing masing faktor yaitu kondisi faktor sumberdaya, kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung, serta struktur, persaingan dan strategi perusahaan ditambah dengan dua komponen pendukung yaitu komponen peran pemerintah dan faktor kesempatan saling berkaitan dan saling mendukung kecuali antara faktor persaingan, struktur dan strategi perusahaan tidak saling mendukung. Saran Berdasarkan penelitian dan kesimpulan tersebut, maka peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Dalam rangka peningatan daya saing ekspor komoditi minyak kelapa Sulawesi Utara, saya sebagai penulis menyarankan agar pemerintah bisa menunjang fasilitas mulai dari transportasi, organisasi pengolahan kelapa, mesin pembuatan kelapa dan strategi ekspor yang lebih baik untuk meningkatkan daya saing ekspor minyak kelapa di Sulawesi Utara. Jurnal EMBA 1315

13 2. Bagi Masyarakat Perlu adanya kesadaran bagi masyarakat mau mengkonsumsi minyak kelapa dibanding minyak nabati lainnya dikarenakan kandungkan minyak kelapa yang lebih menyehatkan dibandingkan minyak nabati lainnya. 3. Bagi Pengumpul Disarankan agar para pengumpul dapat lebih menggunakan cara pengumpulan yang lebih baik agar lebih efisien dari segi biaya, energi dan waktu. 4. Bagi Petani Disarankan untuk lebih meningkatkan kualitas produksi kelapa agar pengolahan minyak kelapa menghasilkan produki yang berkualitas yang siap bersaing di pasar internasional 5. Bagi Perusahaan - perusahaan Industri minyak kelapa Perusahaan-perusahaan harus lebih memperhatikan faktor promosi dan nilai tambah agar dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan menunjang perekonomian Sulawesi Utara. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa (Edisi Kedua), Jakarta. Cateora, R. Philip dan Graham, L. John International Marketing, ed. 13. Salemba, Jakarta. Cho D.S. dan Moon H.C, From Adam Smith to Michael Porter: Evolusi Teori Saing (Edisi Pertama). Salemba Empat, Jakarta. Dumairy Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta. Halwani Perdagangan Internasional pendekatan Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hamdy Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Buku 1 Edisi Revisi. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. Hamdy Konsep Keunggulan Komparatif /4/Chapter 20II.pdf. Jukriadi, Makalah Teori Perdagangan Internasional. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia Nations. Dalam: Puspita, Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Porter The Competitive Advantageof Nations. London: The Mac.Millan Press Ltd Keunggulan Bersaing. Terjemahan : Tim Binarupa Aksara, Jakarta. Rosyeti Analisis daya saing ekspor crude palm oil (CPO) Provinsi Riau. Sukirno, Sadono Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi Kedua. PT. Grafindo, Jakarta Jurnal EMBA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA Alan Kawa (1), Caroline B. D. Pakasi (2), Juliana R Mandei (2) 1 Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi 1 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyetti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU Eriyati Rosyeti Abstraksi Perkembangan komoditi Crude Palm Oil (CPO) Riau menghadapi berbagai saingan, untuk itu studi analisis daya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang kondisi industri gula di Indonesia, kinerja dan dayasaing industri gula sebagai komoditas yang pokok di Indonesia.

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Crude palm oil (CPO) merupakan produk olahan dari kelapa sawit dengan cara perebusan dan pemerasan daging buah dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit (CPO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Minyak Sawit dan Turunannya Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan) berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN 2012-2016 Murjoko Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret email: murjoko@outlook.com Abstrak Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU Almasdi Syahza 1 dan Rina Selva Johan 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id: syahza@telkom.net

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel atau unsur-unsur yang akan diteliti untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

DAYA SAING KOMODITAS SEKTOR PERTANIAN PROPINSI SULAWESI SELATAN MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY. Zulkifli 1 ABSTRAK

DAYA SAING KOMODITAS SEKTOR PERTANIAN PROPINSI SULAWESI SELATAN MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY. Zulkifli 1 ABSTRAK 94 DAYA SAING KOMODITAS SEKTOR PERTANIAN PROPINSI SULAWESI SELATAN MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Zulkifli 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis tentang daya saing komoditas sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi luar negeri. Apalagi bila negara tersebut semakin terbuka, keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.1.1. Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit... 3 1.1.2. Era Perdagangan Bebas... 7 1.1.3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Farid Ustriaji Fakultas Ekonomi dan Bisnis PT. Bank Mandiri Tbk. fariedustriaji@gmail.com ABSTRACT Research aimed to investigate

Lebih terperinci

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi Paula Naibaho Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil

Lebih terperinci

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Indonesia mulai mengalami perubahan, dari yang semula sebagai negara pengekspor bahan bakar minyak (BBM) menjadi negara pengimpor minyak.

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET Desi Ratna Sari 1, Ermi Tety 2, Eliza 2 Department of Agribussiness, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkebunan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA. Ineke Nursih Widyantari

DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA. Ineke Nursih Widyantari DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA Ineke Nursih Widyantari ABSTRACT Indonesia has an area of widest coconut and its products is high ranking in the world. However,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR HASIL PERIKANAN LAUT KOTA BITUNG

KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR HASIL PERIKANAN LAUT KOTA BITUNG KINERJA DAN DAYA SAING EKSPOR HASIL PERIKANAN LAUT KOTA BITUNG Wilhelmina L. Tumengkol, Sutomo Wim Palar dan Debby Ch. Rotinsulu Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memacu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional Indonesia dalam jangka panjang, tentunya harus mengoptimalkan semua sektor ekonomi yang dapat memberikan kontribusinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk tanaman perkebunan pada umumnya berorientasi ekspor dan diperdagangkan pada pasar internasional, sebagai sumber devisa. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH e-j. Agrotekbis 2 (2) : 180-185, April 2014 ISSN : 2338-3011 PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH The role of export growth value of raw palm oil

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 Terhadap Ekspor Batubara di Indonesia (Studi Literatur di Negara Kawasan Asia Timur)

Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 Terhadap Ekspor Batubara di Indonesia (Studi Literatur di Negara Kawasan Asia Timur) Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 Terhadap Ekspor Batubara di Indonesia (Studi Literatur di Negara Kawasan Asia Timur) Sugiarti Sugiarti676@ymil.com Sri Rahayu Budiani srbudiani@yahoo.com Batubara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Nama : Budiati Nur Prastiwi NIM : 11.11.4880 Jurusan Kelas : Teknik Informatika : 11-S1TI-04 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Abstrack Kelapa Sawit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

TINGKAT DAN KONDISI DAYA SAING KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP KOTA KENDARI

TINGKAT DAN KONDISI DAYA SAING KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP KOTA KENDARI TINGKAT DAN KONDISI DAYA SAING KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN TANGKAP KOTA KENDARI Competitiveness and Conditions of Main Commodities Capture Fisheries in Kendari city Fajriah Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar) 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci