CORAK RAGAM HIAS KERAMIK TEMPEL DI KERATON KASEPUHAN DAN KANOMAN DI CIREBON
|
|
- Fanny Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CORAK RAGAM HIAS KERAMIK TEMPEL DI KERATON KASEPUHAN DAN KANOMAN DI CIREBON Nalada Paramatatya dan Heriyanti O. Untoro Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi (1) tentang ragam hias keramik tempel yang ada pada keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman di Cirebon; (2) apakah terdapat persamaan dan perbedaan dari corak ragam keramik tempel dari kedua keraton tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua keraton memiliki keramik yang sama, yaitu keramik dari Belanda maupun keramik dari Cina. Perbedaan tempat asal keramik di antara kedua keraton yaitu bahwa jumlah keramik Belanda lebih banyak di Kasepuhan dibandingkan di Kanoman, sedangkan keramik Cina lebih banyak di Kanoman. Jenis ragam hias yang terbanyak di Kasepuhan adalah Pemandangan alam dan Jesuit ware, sedangkan di Kanoman didominasi oleh flora, dan fauna. Warna keramik yang paling banyak di Kasepuhan adalah biru-putih, sedangkan di Kanoman adalah warna-warna lebih bervariasi seperti warna merah, kuning, hijau. Bentuk keramik paling banyak di Kasepuhan adalah bentuk tegel, sedangkan di keraton Kanoman adalah piring dan tutup cepuk. Decorative Patterns of Ceramics and Tiles in the Palace of Kasepuhan and the Palace of Kanoman in Cirebon Abstract This study is to identify how the decorative patterns of ceramics and tiles in both palace of Kasepuhan and Kanoman, and also similarities and differences of decorative patterns in both palaces. The results show that both ceramics that were found in both palaces are from the Dutch and Chinese ceramics. The differences between both palaces are that amounts of Dutch ceramics were higher in Kasepuhan than Kanoman, while Chinese Ceramics were higher in Kanoman than Kasepuhan. Decorative types that were most found in Kasepuhan is a landscape, and followed by Jesuit ware. In Kanoman, the most ceramics that were found is flora, and followed by fauna. The dominant color in Kasepuhan is Blue and white and for Kanoman is polycrom. The form of ceramics for Kasepuhan is tile and Kanoman are plates and popple. Keywords: Decorative patterns, Dutch ceramics, Chinese ceramics, Kasepuhan, Kanoman
2 Pendahuluan Ragam hias keramik pada bangunan-bangunan sudah lama dikenal di Indonesia. Misalnya, pada awal penyebaran agama Islam di Indonesia banyak didirikan bangunan seperti keraton, masjid dan kuburan, yang diantaranya berhiaskan keramik pada dindingnya. Pada umumnya, keramik ditemukan dalam bentuk peralatan rumah tangga antara lain seperti piring, tutup cepuk, cawan, dan pot bunga. Disamping itu ada pula yang berbentuk peralatan bangunan seperti tegel dan hiasan dinding. Keramikkeramik tersebut ditempel sebagai penghias tembok bangunan profan maupun sakral, dan berfungsi sebagai pajangan pengindah ruangan (Wibisono, 2004:1). Keramik-keramik yang ditemukan pada situssitus arkeologi di Indonesia banyak yang merupakan keramik asing. Keramik asing tersebut berasal dari berbagai negeri di luar Indonesia yang datang melalui berbagai cara, yaitu karena perdagangan, hadiah, upeti, barang pakai si pembawa diantaranya yang dibawa oleh pedagang atau perantau yang kemudian tinggal di Indonesia. Keramik seringkali dianggap sebagai benda yang bernilai tinggi sehingga digunakan sebagai simbol status sosial yang dapat dijadikan ukuran kekayaan dan kekuasaan seseorang. Dari berbagai tempat diketahui bahwa keberadaan keramik diperoleh sebagai hadiah untuk raja atau upeti kepada pejabat untuk memperlancar usaha dagangnya dan mengurangi pembayaran pajak (Wibisono, 2004:23). Penelitian tentang keramik di Cirebon telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut dituliskan dalam bentuk, buku, artikel, laporan penelitian, dan skripsi. Dalam bentuk buku, ada buku yang membahas tentang keramik yaitu Keramik kuna yang ditemukan di Indonesia yang ditulis oleh Sumarah Adhyatman pada tahun Buku ini menjelaskan tentang awal sejarah keramik yang pertama kali ditemukan di Indonesia hingga keramik yang datang dari negeri lain. Dijelaskan pula tentang fungsi keramik yang dipakai untuk kelahiran, perkawinan dan penguburan, serta tentang simbolisasi keramik dan motif hias yang terdapat di keramik yang berasal dari negeri lain. Buku keramik ini juga menjelaskan tentang dinasti-dinasti Cina dan Eropa. Penelitian lain tentang ragam hias keramik adalah sebuah skripsi yang berjudul Keramik di situs Astana Gunung Jati Cirebon yang ditulis oleh Mulyawati (1983). Penulis ini menjelaskan seluruh ragam hias keramik tempel dan juga keramik lepas di makan Sunan Gunung Jati. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan ragam hias keramik tempel adalah sebuah skripsi mengenai keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman yang berjudul Ragam hias keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon yang ditulis oleh Lisnasari (1994). Skripsi tersebut menjelaskan ragam hias yang ada di keraton Kasepuhan dan Kanoman, tetapi skripsi ini tidak membahas ragam hias keramik tempel karena penulis hanya fokus terhadap ragam hias ukiran yang berada di keraton Kasepuhan dan Kanoman. Penelitian ini akan membahas keramik tempel yang berada pada dinding di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Dipilihnya Keraton Kasepuhan dan Kanoman karena kedua situs ini banyak memiliki berbagai jenis keramik utuh yang menempel pada dinding tembok. Selain itu, secara historis kedua keraton tersebut juga ada hubungan kekeluargaan yang berasal dari keturunan yang sama. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa corak ragam hias keramik tempel yang ada di keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Keberadaan keramik di keraton yang ada di Cirebon belum banyak diteliti, terutama untuk kajian ragam hiasnya. Oleh karena itu penelitian ini menjawab permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana corak ragam hias, warna, bentuk serta pola penempatan keramik tempel yang ada pada keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman? (2) Apakah terdapat persamaan dan perbedaan ragam hias keramik tempel dari kedua keraton tersebut? Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan corak ragam hias keramik tempel di keraton Kasepuhan dan Kanoman sehingga dapat diketahui motif-motifnya, warnanya, asal-usulnya, dan kuantitas jenis-jenis keramiknya. Disamping itu, penelitian ini untuk mengetahui persamaan dan perbedaan keramik tempel pada di kedua keraton tersebut, sehingga dapat diketahui persentase dalam hal jenis, motif, bentuk, dan pola penempatan pada bidang hiasanya. Adapun manfaat penelitian ini adalah memberi gambaran tentang corak ragam hias keramik pada kedua keraton tersebut dan untuk mengetahui asal usul keramik pada kedua keraton tersebut. Metode Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan Observasi, Klasifikasi, Kesimpulan terhadap keramik pada keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Berikut ini dijelaskan masing-masing tahapan tersebut. Pada tahap Observasi telah dilakukan pengumpulan data melalui studi pustaka yaitu meneliti sejumlah sumber
3 kepustakaan yang meliputi buku-buku keramik Cina dan keramik Eropa dan berbagai artikel dan laporan penelitan mengenai keramik, sejarah Cirebon serta kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalahmasalah yang akan diajukan. Selanjutnya dilakukan Penelitian Lapangan. Pada tahap ini pengamatan langsung terhadap keramikkeramik yang terdapat di kedua keraton. Pada waktu melaksanakan pengamatan langsung terhadap bendabenda keramik yang ada di keraton Kasepuhan dan Kanoman, beberapa di antara keramik-keramik digunakan sebagai contoh terpilih (sampel) untuk diamati ragam hias, warna, bentuk, serta lokasi tempat keramik tersebut di tempel. Pemilihan sampel yang digunakan adalah random sampling (sampling acak). Melihat bahwa banyak corak ragam hias keramik yang terulang-ulang, maka diambil hanya perwakilan untuk dijadikan sampel. Pada tahap Klasifikasi data, keramik sampel dianalisa dan diklasifikasikan ke dalam jenis ragam hias, warna, bentuk dan asal usulnya. Jenis ragam hias dibedakan menjadi fauna, flora, geometri, manusia, bangunan dan alam pemandangan. Warna yang diamati pada sampel adalah warna biru, coklat, merah, hijau, dan putih. Bentuk sampel keramik dapat dibedakan menjadi tegel, piring, mangkok, cawan dan cepuk. Asal usul keramik dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam dua katagori yaitu yang berasal dari Cina dan Belanda. Seluruh data penelitian tersebut dimasukkan dalam tabel untuk dianalisis, dan untuk menentukan hasil dan persentasenya. Tahap Kesimpulan dilakukan setelah seluruh data sampel keramik diolah dan kemudian dibandingkan dengan hasil studi kepustakaan. Diharapkan kesimpulan dari perbandingan tersebut dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Analisis Dan Inteprestasi Data Data keramik tempel yang digunakan sebagai sampel peniitian ditabulasi dan dianalasis. Hasil analisis mencakup ragam hias keramik, warna keramik, bentuk, asal-usul keamik, serta pola penempatan keramik pada bidang hias. Data jenis ragam hias di kedua Keraton diberikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Corak Ragam Hias. Corak Ragam Hias Keramik Tempel yang ditemukan di kedua keraton mencakup pemandangan alam, aktifitas manusia, kapal, Jesuit ware, flora, fauna, naga, dan simbol. Pemandangan alam merupakan corak ragam hias yang paling banyak ditemui di keraton Kasepuhan. Jumlah sampel yang didientifikasi dengan corak ini adalah 130 buah (35.4% dari jumlah sampel di Kasepuhan). Corak ragam hias Pemandangan alam meliputi pemandangan tepi laut dengan obyek sekitarnya, seperti bangunan, rumah, atau kincir angin. Pemandangan alam ini merupakan gambaran pemandangan alam di Negara-negara Eropa. Keramik dengan corak ragam hias Pemandangan alam ini umumnya diidentifikasi berasal dari Belanda seperti yang terlihat pada Gambar 1. Ragam hias lainnya yang berasosiasi dengan kehidupan laut adalah ragam hias kapal. Bentuk kapal yang ada dalam keramikkeramik Belanda ini adalah seperti kapal layar yang terbuat dari kayu, yang merupakan gambar bentuk kapal layar pada abad 17. Gambar 1. Ragam Hias Keraton Kasepuhan Pemandangan alam di Ragam hias Keramik Pemandangan alam yang ada di keraton Kasepuhan mirip dengan keramikkeramik diteliti oleh Harwich Mayflower Project (2012). Proyek tersebut merupakan sebuah proyek yang bertujuan untuk membuat kembali keramik Belanda pada abad 17an yang dilakukan oleh Harwich Mayflower. Ragam hias Pemandangan Alam pada keramik tempel ditemukan dua jenis, yaitu pemandangan dengan ragam hias batas pinggir berbentuk lingkaran, dan pemandangan tanpa batas pinggir lingkaran. Keramik tersebut menunjukan pemandangan alam yang terdiri atas obyek yang ditemui sehari-hari misalnya bangunan dan pohon, bangunan dengan cerobong asap, kincir angin, serta kapal laut. Ragam hias dalam keramik tersebut sangat sederhana, seperti yang ditemukan pada keramikkeramik Eropa lainnya yang dibuat pada akhir abad 17-an. Corak ragam hias Pemandangan alam juga ditemukan di keraton Kanoman dengan jumlah sampel sebanyak 9 buah keramik (atau 7.1% dari
4 jumlah sampel di Kanoman). Keramik-keramik dengan corak ragam Pemandangan alam di Kanoman umumnya berasal dari Cina seperti pada Gambar 2. Corak ragam Pemandangan alam pun berbeda. Corak ragam Pemandangan alam keramik Belanda umumnya pemandangan laut, memiliki ruang hias dengan warna putih banyak, dengan bentuk tegel. Ragam hias Pemandangan alam keramik Cina umumnya menggambarkan pemandangan alam gunung, ruang hias yang berwarna putih lebih sedikit, dan bentuk keramiknya dalam bentuk piring. Jesuit ware di Kasepuhan lebih banyak dibandingkan di keraton Kanoman. Keberadaan keramik tersebut di keraton Kasepuhan ditemukan di banyak bangunan, sedangkan keramik Jesuit ware di keraton Kanoman hanya ditemukan di Bangsal. Di keraton Kasepuhan, keramik tempel dengan ragam hias ini umumnya terpasang selang-seling dengan ragam hias lainnya dan tidak membentuk cerita. Namun di Tangga Depan Bangsal Prabayaksa Kasepuhan, keramik ini disusun berderetan dengan keramik Jesuit ware lainnya. Hal yang sama juga ditemui di keraton Kanoman, dimana keramik dengan ragam hias ini ditempel sambung-menyambung di dinding dasar pilar Ruang Bangsal. Ragam hias keramik Jesuit ware ini adalah sama, baik di Kasepuhan maupun di Kanoman., yaitu menggambar cerita yang diambil dari Alkitab, seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 2. Keramik dengan Ragam Hias Pemandangan Alam di keraton Kanoman Ragam hias keramik yang menggambarkan Aktifitas Manusia di keraton Kasepuhan berjumlah 20 buah keramik (atau 5.4% dari jumlah sampel di Kasepuhan). Ragam hias Aktifitas Manusia di keraton Kasepuhan umumnya menggambarkan kegiatan manusia sehari-hari misalnya memancing di laut, atau kegiatan manusia berhubungan laut. Keramik-keramik ini memiliki warna Biru-putih Delft, dan berupa tegel, sama seperti pada ragam hias Pemandangan Alam. Jumlah keramik dengan ragam hias Aktifitas Manusia di keraton Kanoman adalah 5 buah (3.9% dari jumlah sampel di Kanoman). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ragam hias di Kasepuhan. Ragam hias Aktifitas Manusia di keraton Kanoman berbeda dengan di keraton Kasepuhan. Ragam hias Aktiftas manusia pada keramik-keramik di Kanoman tidak menggambarkan kegiatan yang berasosiasi dengan laut, tetapi kegiatan seorang prajurit, seperti menunggang kuda. Keramik dengan ragam hias Jesuit ware ditemukan di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Jumlah keramik Jesuit ware di keraton Kasepuhan berjumlah 115 buah (atau 31 % dari jumlah sampel di Kasepuhan), sedangkan jumlah keramik Jesuit ware di keraton Kanoman berjumlah 6 buah ( atau 4.7 %) ari jumlah sampel di Kanoman). Hal ini menunjukan bahwa keberadaan keramik Gambar 3. Keramik dengan Ragam Hias Cerita Alkitab Ragam hias Flora ditemukan pada keramikkeramik di dua keraton. Jumlah keramik yang bercorak Flora di keraton Kasepuhan berjumlah 33 buah (atau 9% dari sampel), dan di keraton Kanoman berjumlah 64 buah (50.4%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memiliki keramik bercorak Flora lebih banyak daripada keraton Kasepuhan. Keramik dengan corak Flora di Kasepuhan umumnya berasal dari Cina, yang memiliki warna Hijau-Putih, Merah-Putih, atau Polikrom. Keramik dengan corak Fauna ditemukan di kedua keraton. Jumlah keramik dengan corak Fauna di keraton Kasepuhan berjumlah 30 buah (atau 8.2% dari jumlah sampel), sedangkan di keraton Kanoman terdapat 12 buah (9.4% dari jumlah sampel). Keramik yang memiliki corak Fauna di Kasepuhan terdiri atas keramik Belanda dengan corak Angsa, dan burung, sedangkan corak Fauna untuk keramik Cina mencakup ikan, seperti terlihat pada Gambar 4.
5 Warna Keramik Hias Tempel Gambar 4 Keramik dengan Ragam Hias Flora dan Fauna. Keramik dengan corak Naga juga ditemukan di kedua keraton. Keraton Kasepuhan memiliki keramik ini sejumlah 26 buah (7.1%), sedangkan keraton Kanoman memiliki keramik bercorak Naga sejumlah 7 buah (5.5%). Semua keramik bercorak Naga tersebut berasal dari Cina. Keramik dengan ragam hias Simbol (Huruf) diidentifikasi pada keraton Kanoman, sedangkan pada keraton Kasepuhan ragam hias ini tidak dijumpai. Ragam hias tulisan kaligrafi tersebut menunjukan bahwa adanya pengaruh kerajaan Islam pada karya seni keramik, yang selama ini banyak didominasi oleh ragam hias lainnya. Menurut (Tjandrasasmita, 2009) keramik dengan ragam hias kaligrafi sudah diperdagangkan pada abad (pada dinasti Ming Swato). Tidak seperti pada bangunan lainnya (misalnya masjid), keramik dengan tulisan Arab ini dipasang pada Mande Mangutur di antara keramik dengan ragam hias yang lain. Keramik dengan tulisan ini tidak ditempatkan pada tempat yang sakral, dan keramik ini hanya bersifat hiasan dinding pada Mande Mangutur. Gambar 5. Keramik dengan Ragam Hias tulisan kaligrafi Arab. Warna keramik yang ditemui di kedua keraton mecakup wana Biru-putih, Coklat-putih, Merahputih, Hijau-Putih, Kuning, Biru tua, dan Polikrom. Keramik tempel Biru-putih delft banyak ditemukan di keraton Kasepuhan yang berjumlah 209 (56.9%), sedangkan di keraton Kanoman keramik tempel biruputih delft berjumlah 37 (29.1%). Hal ini menunjukan bahwa keramik-keramik dengan warna Biru-Putih ini lebih banyak dijumpai di Kasepuhan. Warna tersebut merupakan warna yang khas untuk keramik-keramik Belanda abad 17. Keramik Cina dengan warna Biru-Putih banyak ditemui di keraton Kanoman sebanyak 37 buah (29.1%). Warna keramik Cina ini umumnya lebih Biru dibandingkan keramik yang ditemui di Keraton Kasepuhan dengan warna Biru Delft. Keramik tempel dengan warna coklat-putih atau biasa disebut dengan Jesuit Ware banyak juga dijumpai di keraton Kasepuhan dengan jumlah 117 (31.9%), sedangkan keramik dengan warna ini yang berada di keraton Kanoman berjumlah 6 (4.7%). Oleh karena itu keraton Kasepuhan memiliki jumlah keramik Coklat-Putih ini lebih banyak dibanding di keraton Kanoman. Warna keramik Coklat-Putih merupakan cirri khas warna keramik Jesuit ware. Keramik tempel dengan warna Merah-Putih hanya 1 buah (0.3%) yang ditemukan di keraton Kasepuhan, sedangkan di keraton Kanoman jumlah keramik ini sekitar 12 buah (9.4%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memiliki keramik dengan warna ini lebih banyak daripada keraton Kasepuhan. Warna Merah-Putih merupakan warna keramik Cina, yang umumnya memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan keramik Belanda. Keramik tempel berwarna Hijau-putih ini dapat dijumpai di keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Di keraton Kasepuhan, jumlah keramik ini 9 buah (2.5%) dan di keraton Kanoman 8 buah (6.3%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memeiliki keramik berwarna Hijau-Putih lebih banyak dibandingkan keraton Kasepuhan. Keramik tempel berwarna Kuning yang diidentifikasi di keraton Kasepuhan hanya 4 buah (1.1%), sedangkan di keraton Kanoman berjumlah 7 (5.5%). Warna keramik Kuning ini baik yang ditemukan di keraton Kasepuhan maupun di keraton Kanoman adalah keramik berasal dari Cina. Warna keramik Kuning sangat mencolok dibandingkan warna keramik lainnya, sehingga pemasangan keramik berwarna Kuning sering ditempatkan di pusat bidang hias. Menurut Moedjiono (2011), dalam
6 arsitektur Cina warna kuning melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Keramik tempel dengan warna Biru tua berjumlah 4 (1.1%) di keraton Kasepuhan, dan di keraton Kanoman tidak terdapat keramik dengan warna biru tua ini. Keramik dengan warna ini hanya ditemukan di bangunan Buk Bacem di keraton Kasepuhan, yang umumnya dihiasi dengan keramikkeramik asal Cina. Keramik dengan warna tunggal Biru-tua hanya ditemui pada keramik-keramik Cina. Keramik dengan warna polikrom atau warna yang lebih dari tiga, dapat ditemukan di keraton Kasepuhan dengan jumlah 6 (1.6%), dan di keraton Kanoman keramik dengan warna ini berjumlah 57 (44.9%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memiliki keramik dengan warna polikrom yang lebih banyak dibanding di keraton Kasepuhan. keramik-keramik Cina umumnya ditemukan dalam bentuk piring, dan tidak ada yang berbentuk tegel. Keramik tempel yang berbentuk tegel banyak dijumpai di keraton Kasepuhan yang berjumlah 296 buah (80.7%), sedangkan di keraton Kanoman bentuk hanya terdapat 8 buah(6.3%). Angka ini juga mendukung penjelasan sebelumnya bahwa keramik tegel umumnya merupakan keramik Belanda, yang paling banyak ditemukan di Kasepuhan. Keramik tempel yang berupa cepuk tidak dapat ditemukan di keraton Kasepuhan, namun ditemukan di keraton Kanoman sebanyak 56 (44.1%).Oleh karena itu, keramik tempel yang berupa cepuk banyak ditemui di keraton Kanoman. Keramik dalam bentuk ini hanya dijumpai pada keramik-keramik Cina. Keramik tempel yang berupa mangkuk di keraton Kasepuhan berjumlah 6 buah (1.6%) sedangkan di keraton Kanoman tidak ditemukan keramik yang berupa mangkuk. Keramik-keramik bentuk mangkuk ini semuanya merupakan keramik Cina. Terakhir, keramik dengan bentuk piring persegi hanya ditemukan di keraton Kanoman sebanyak 4 buah (3.1%). Keramik dengan bentuk piring persegi juga hanya ditemukan pada keramik-keramik Cina. Pola Penempatan Keramik Hias Tempel Gambar 6. Keramik Tempel dengan Warna Polikrom Keramik dengan warna tunggal Hijau ditemukan di keraton Kasepuhan sejumlah 17 buah (4.6% dari jumlah sampel), sedangkan keramik dengan warna tunggal Hijau tidak ditemukan di keraton Kanoman. Keberadaan keramik warna tunggal Hijau ini ditemukan di Buk Bacem Kasepuhan yang merupakan bangunan dengan hiasan keramikkeramik asal Cina. Keramik-keramik yang ada di kedua keraton sebagai hiasan dinding ditemui tersusun dalam beberapa pola. Keramik-keramik di keraton Kasepuhan yang umumnya memiliki bentuk tegel dan piring dijumpai dalam beberapa pola penempatan. Pola pertama adalah pola terpusat yang ditandai dengan sebuah keramik berbentuk piring ditempatkan di tengah dan dikelilingi oleh keramikkeramik berbentuk tegel (lihat Gambar 7). Bentuk Keramik Hias Tempel Bentuk keramik yang ditemukan dikedua keraton didomanisasi oleh bentuk piring, tegel, cepuk, mangkuk, dan piring persegi. Keramik tempel dengan bentuk piring di keraton Kasepuhan berjumlah 65 (17.7%) dan di keraton Kanoman terdapat 45 (35.4%) keramik tempel yang berupa piring. Angka ini menunjukan bahwa bentuk piring lebih banyak ditemukan di keraton Kanoman. Hal ini selaras dengan penjelasan-penjelasan sebelumnya bahwa Gambar 7. Pemasangan Keramik dengan Pola Terpusat
7 Pola kedua adalah pola tersebar atau berserakan dimana keramik-keramik diatur jarak dan susunannya mengisi seluruh bidang yang dihias (Gambar 8). Pola penempatan keramik di Kanoman mencakup pola terpusat dimana piring yang berukuran lebih besar ditempatkan di pusat, dan dikelilingi oleh piring-piring kecil lainnya. Pola selanjutnya adalah pola bidang batas dimana keramik yang berbentuk piring ditempatkan di batas bidang hias. Persamaan dan Perbedaan Keramik di Keraton Kasepuhan dan Kanoman Dari hasil uraian di atas, maka dilihat apa persamaan dan perbedaan keramik yang ada di kedua keraton tersebut. Persamaan keramik di kedua keraton adalah sebagai berikut: Gambar 8. Pemasangan Keramik dengan Pola Berserakan Pola ketiga adalah berderet baik horizontal, maupun vertikal (Gambar 9). Pola terakhir adalah pola Bidang Batas dimana keramik disusun menurut batas bidang hiasnya, misalnya di tepi jendela (Lihat Gambar 10). Gambar 9..Pola Berderet Vertikal Pertama, kedua keraton memiliki keramik yang berasal dari Belanda. Keramik yang berasal dari Belanda berupa keramik cerita Alkitab (Jesuit ware), yang berbentuk tegel. Ragam hias keramik cerita Alkitab yang berada di keraton Kasepuhan sama dengan ragam hias keramik yang ada di Kanoman. Hal ini menunjukan bahwa kedua keraton tersebut memiliki hubungan yang erat karena memiliki keramik dengan ragam hias yang sama. Menurut Tjandrasasimita (2009, hal.167) kedua penguasa keraton tersebut memiliki hubungan kekeluargaan. Kedua, keraton Kasepuhan dan Kanoman memiliki keramik yang berasal dari Cina, dengan ditunjukan oleh adanya keramik dengan ragam Flora, Fauna, dan Naga. Beberapa keramik dengan ragam hias naga yang sama muncul di kedua keraton. Hal ini menunjukan bahwa keduanya memiliki hubungan dengan bangsa Cina yang baik. Bahkan menurut Sulendraningrat (1985, hal. 21), Sunan Gunung Jati menikah dengan seorang putri dari kerajaan Cina yang datang ke negeri Cirebon dengan membawa barang-barang berharga seperti piring-piring panjang kuno yang saat ini masih tersimpan di Astana Agung Gunung Jati Cirebon. Ketiga, keberadaan keramik Cerita Injil di kedua keraton menunjukan bahwa pemasangan keramik tersebut lebih disebabkan oleh faktor keindahan keramik tersebut pada saat itu. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua keraton tersebut memiliki sikap toleransi terhadap berbagai budaya yang masuk. Gambar 10..Penempatan Keramik dengan Pola Batas Bidang Adapun perbedaan keramik tempel yang ada di kedua keraton adalah sebagai berikut. Pertama, jumlah keramik Belanda di keraton Kasepuhan lebih banyak dibandingkan dengan keraton Kanoman, sedangkan keramik Cina lebih banyak ditemukan di keraton Kanoman dibandingkan dengan keraton Kasepuhan. Perbedaan jumlah keramik tersebut
8 mungkin disebabkan oleh faktor selera terhadap jenis keramik tertentu dari masing-masing keraton. Kedua, ragam hias pada keramik di keraton Kasepuhan lebih sederhana dibandingkan dengan keramik di Kanoman. Keramik di keraton Kanoman banyak memiliki hiasan yang jauh lebih kompleks daripada keramik di Kasepuhan. Kompleksitas ragam hias ini menunjukan bahwa keramik-keramik yang ada di Keraton Kanoman memiliki corak yang lebih modern. Ragam hias sederhana di keraton Kasepuhan banyak dijumpai pada keramik abad 17 dengan warna Biru-Putih, sementara ragam hias keramik yang lebih modern dijumpai pada keramik Cina dengan corak warna yang lebih cerah. Ragam hias keramik dengan Pemandangan Alam paling banyak dijumpai di keraton Kasepuhan. Pemandangan alam tersebut menggambarkan pemandangan alam Eropa, sementara ragam hias keramik di Kanoman lebih banyak dijumpai dengan ragam hias Flora. Ketiga, bentuk keramik di Kasepuhan banyak berbentuk tegel (ubin), sementara bentuk keramik yang ditemui di keraton Kanoman lebih banyak dalam bentuk bentuk piring dan mangkuk. Terakhir, penempatan keramik yang ditempel di dinding membentuk pola hias yang sederhana. Penempatan keramik tegel di pagar keraton Kasepuhan umumnya dipasang melintang seperti belah ketupat, sedangkan di pagar keraton Kanoman lebih didominasi oleh keramik berbentuk piring atau cawan. Keramik di Kasepuhan umumnya keramik berbentuk piring ditempatkan di tengah, dan dikelilingi oleh keramik berbentuk tegel. Penempatan keramik di Kanoman berbeda dengan Kasepuhan. Keramik yang berbentuk piring dengan ukuran yang lebih besar ditempatkan di tengah, dan dikelilingi oleh keramik berbentuk cawan yang lebih kecil. Untuk keramik Belanda (Jesuit ware) yang berbentuk tegel umumnya tidak disusun membentuk runtutan cerita-cerita tentang Nabi-nabi yang disarikan dari Alkitab. Dari artefak ini ditunjukan juga bagaimana nilai toleransi yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati terhadap keturanannya yang sampai saat ini keramik-keramik yang bertemakan cerita Alkitab masih dipelihara. Kesimpulan Keramik-keramik tempel yang diidentifikasi di keraton Kasepuhan dan Kanoman, terdiri atas keramik-keramik yang berasal dari Belanda dan Cina. Keramik-keramik Belanda lebih banyak dijumpai pada keraton Kasepuhan, sedangkan keramikkeramik Cina lebih banyak dijumpai di keraton Kanoman. Di keraton Kasepuhan, corak ragam hias keramik banyak dijumpai corak pemandangan alam, terutama pemandangan alam laut di Eropa, yang kemudian disusul oleh keramik Jesuit ware, serta corak Aktifitas Manusia. Di keraton Kanoman, corak ragam hias keramik tempel yang paling banyak dalah corak Flora, yang kemudian disusul oleh Fauna, Mosaik, dan Naga. Corak ragam hias keramik Cina umumnya memiliki bingkai luar. Hal ini berbeda dengan keramik Belanda yang tidak semua keramik Belanda memiliki hiasan bingkai luar. Warna keramik di keraton Kasepuhan yang paling banyak dijumpai adalah warna Biru-Putih Eropa yang menunjukan ciri warna keramik Belanda abad 17, serta warna Coklat-putih yang merupakan warna khas dari keramik Jesuit ware. Keramikkeramik di keraton Kanoman warna yang paling banyak adalah warna Polikrom, yaitu keramik dengan warna lebih dari 2 warna. Posisi kedua adalah warna biru-putih, yang merupakan warna keramik populer pada abad Warna-warna keramik Cina dinasti Qing umumnya lebih cerah daripada warna keramik Belanda. Hal ini menunjukan bahwa teknologi pembuatan keramik Cina lebih tinggi dari teknologi keramik-keramik Belanda. Bentuk keramik yang paling banyak dijumpai di Keraton Kasepuhan adalah bentuk tegel, sedangkan di keraton Kanoman bentuk yang paling banyak adalah piring. Keramik yang berbentuk tegel digunakan sebagai penghias ruangan umumnya dipasang dalam posisi melintang sehingga membentuk pola seperti ketupat. Keramik-keramik Cina yang umumnya berbentuk piring dipasang sebagai pusat yang dikelilingi oleh keramik tegel (di Kasepuhan), atau piring yang berukuran besar dipasang di tengah dan dikelilingi oleh keramik berbentuk piring berukuran lebih kecil (di Kanoman). Pola pemasangan keramik pada dinding bangunan keraton Kasepuhan umumnya membentuk pola terpusat dimana keramik berbentuk piring dikelilingi oleh keramik berbentuk tegel seperti yang ada di pagar keraton Kasepuhan. Pola lainnya dijumpai pada pemasangan keramik adalah pemasangan secara berurutan secara horizontal maupun vertikal. Pola pemasangan keramik di keraton Kanoman juga sama yaitu umumnya membentuk pola terpusat, dimana keramik berbentuk piring yang besar ditempatkan di tengah dan dikelilingi oleh keramik berbentuk bulat yang ukurannya lebih kecil.
9 Kedua keraton memiliki persamaan dan perbedaan keramik. Kedua keraton sama-sama memiliki keramik yang berasal dari Cina dan Belanda. Keberadaan keramik Jesuit ware di kedua keraton dikarenakan nilai keindahan keramik tersebut pada masa lalu, daripada pertimbangan isi atau pesan gambar yang ada pada keramik tersebut. Adapun perbedaan yang signifikan dari kedua keraton tersebut adalah bahwa keraton Kasepuhan lebih didominasi oleh keramik Belanda abad ke-17, sementara keraton Kanoman didominasi oleh keramik berasal dari Cina dinasti Qing. Daftar pustaka Adhyatman, Sumarah. (1981). Keramik Kuna yang ditemukan di Indonesia. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia Harwich Mayflower Project. (2012). x.php/late-17th-century/harwich-andholland.html Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Moedjiono. (2011). Ragam Hias dan Warna Sebagai Simbol dalam Arsitektur Cina. Modul 11. Hal: Mulyawati, Ati. (1983). Keramik di Situs Astana Gunung Jati Cirebon. Skripsi. Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Sulendraningrat,P.S. (1978). Sejarah Cirebon. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Tjandrasasmita, Uka. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Wibisono, Naniek Harkatiningsih, (2004). Seni Hias Tempel Keramik di Cirebon. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi. Lisnasari, Lia. (1994). Ragam hias keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon. Skripsi.
10 Lampiran 1. Jenis Ragam Hias Keramik Tempel di Keraton Kasepuhan Lokasi Pemandangan Fauna Flora Cerita Injil Kapal Naga Aktivitas Manusia Vas Bunga Geometris Total Siti Inggil Gapura Kutagara Wadasan (Depan) Gapura Kutagara Wadasan (Belakang) Jinem Pangrawit (Depan) Jinem Pangrawit (Tembok Kiri Dalam) Jinem Pangrawit (Tembok Kiri ) Jinem Pangrawit (Tembok Kanan) Gajah Nguling Ruang Pringgondani Ruang Pringgondani 2 Ruang Pringgondani (Kanan)
11 Ruang Pringgondani Depan Buk Bacem Bangsal Prabayaksa Bangsal Prabayaksa 2 (Tembok Samping Tangga) Tangga Tampak Depan Bangsal Prabayaksa Total Percentage
12 Lampiran 2. Jenis Ragam Hias Keramik Tempel di Keraton Kanoman Lokasi Pemandangan Aktivitas Manusia Ruang Bangsal (Pilar Bawah) Ruang Bangsal ( Keramik Merah Di Bawah) Pintu Munde Tembok Kiri Pintu Munde Tembok Kanan Fauna Flora Cerita Simbol Naga Kupido Vas Mosaik Injil Total Bangunan Senirang Bangunan Senirang Tembok Pintu Musholla Mande Sekaten Mande Manguntur Gerbang Wong Sebelah Total Persentase
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan keramik asing di Indonesia dari berbagai negara sudah masuk ke Indonesia sejak jaman prasejarah, dibuktikan dengan temuan tertua berupa keramik Tiongkok
Lebih terperinciTabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun
Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki
Lebih terperinci, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan
Lebih terperinciKESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau
1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada
Lebih terperinci2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya
Lebih terperinciE. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG
LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA L1 A. KOMPLEKS KERATON KASEPUHAN Denah Kompleks Keraton Kasepuhan Unsur Kebudayaan Islam Unsur kebudayaan Tionghoa L4 L5 L7 B. MASJID AGUNG SANG CIPTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula
Lebih terperinciBENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR
BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Belitung island surrounded by two straits, the
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009
BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Kamus visual, tempat bersejarah, keraton, keraton Kasepuhan, Cirebon, promosi. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam makalah ini, penulis membuat buku desain tentang Keraton Kasepuhan Cirebon. Mengingat generasi muda saat ini kurang mulai melupakan warisan kebudayaan dan tempat tempat bersejarah lokal di
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen
BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal
Lebih terperincipada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad
Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peninggalan sejarah Islam diacehsalah satunya kesenian. Kesenian merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan yang dapat didengar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini. 1. Perkembangan morfologi dan aspek-aspek simbolik di Kota
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciSENI HIAS TEMPEL KERAMIK KESULTANAN CIREBON: TOLERANSI DALAM KEBINEKAAN. Ornamental Art of Ceramic Tiles in Cirebon Sultanate: Tolerance in Diversity
Kapata Arkeologi, 13(2), 233 246 ISSN (cetak): 1858-4101 ISSN (elektronik): 2503-0876 http://kapata-arkeologi.kemdikbud.go.id SENI HIAS TEMPEL KERAMIK KESULTANAN CIREBON: TOLERANSI DALAM KEBINEKAAN Ornamental
Lebih terperinciStudi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon Farhatul Mutiah farhamutia@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah Tinggi Teknologi C irebon. Abstrak
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009
BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat
Lebih terperinciPUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun
PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciPENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA
PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA Karina Yunita Sari, Chairil B. Amiuza, Noviani Suryasari Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167,
Lebih terperinciGaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciSIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.
BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Gedung Paseban Tri Panca Tunggal adalah sebuah bangunan Cagar Budaya Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat kebudayaan Djawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,
Lebih terperinciUTS SPA 5 RAGUAN
UTS SPA 5 RAGUAN 0851010072 OBYEK 2 OBYEK 1 Prisma OBYEK 1: kultur simbol yang diambil pada obyek 1 ini dapat dilihat dari bentuk atapnya yang mengadopsi rumah adat batak Karo (tempat Perkumpulan warga),
Lebih terperinci87 Universitas Indonesia
BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama Islam, memberikan pengaruh yang kuat terhadap masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI
BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim
Lebih terperinciABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK
ABSTRACT Name Study Program Title : Callin Tjahjana : Chinese Literature : Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Bangunan Masjid Lautze 2 dan Masjid Ronghe Bandung This thesis looks into acculturation in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut
BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis
Lebih terperinciRAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora
RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang
Lebih terperinciTINJAUAN ARKEOLOGIS KOMPLEKS SITUS KI BUYUT TRUSMI CIREBON
1 TINJAUAN ARKEOLOGIS KOMPLEKS SITUS KI BUYUT TRUSMI CIREBON Muhammad Al-Mujabudda wat, S.Hum. dan Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,, Depok, 16424, Indonesia
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia
BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR... xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciPengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,
Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENGKAJIAN INTERIOR PADA SEMBILAN HIERARKI DI KOMPLEK MAKAM SUNAN GUNUNG JATI CIREBON SKRIPSI. Oleh: YUDITH DEA SARASWATI
TUGAS AKHIR PENGKAJIAN INTERIOR PADA SEMBILAN HIERARKI DI KOMPLEK MAKAM SUNAN GUNUNG JATI CIREBON SKRIPSI Oleh: YUDITH DEA SARASWATI NIM: 111 1816 023 Tugas Akhir ini diajukan kepada Fakultas Seni Rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL KERJA PRAKTEK
9 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1. Peranan Pratikan Peranan designer grafis CTV Banten memiliki tugas membuat Bumper opening animasi wayang. Pada acara Tv Nusantara Pembuatan animasi dimulai dari briefing
Lebih terperinciSistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk
Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang
Lebih terperinciKONSEP PERANCANGAN TAMAN DEPAN REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tim Perancang: Muhajirin, S.Sn, M.Pd. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.
1 KONSEP PERANCANGAN TAMAN DEPAN REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tim Perancang: Muhajirin, S.Sn, M.Pd. Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn LATAR BELAKANG PERANCANGAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009
BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Lebih terperinciKONDISI GEOGRAFIS CHINA
CHINA WILAYAH CINA KONDISI GEOGRAFIS CHINA Dataran tinggi di bagian barat daya China dengan rangkaian pegunungan tinggi yakni Himalaya. Pegunungan ini berbaris melengkung dan membentang dari Hindukush
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang
1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN
BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.
Lebih terperinciKajian Perhiasan Tradisional
Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...
Lebih terperinciPenerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil
Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,
Lebih terperinciLalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong
Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita
PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciUnsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga
Lebih terperinciBAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM
BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM A. Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berawal dari latar belakang Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciPERANCANGAN RUANG DALAM
UNIVERSITAS UDAYANA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN RUANG DALAM Ulasan Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam Metode Studi Literatur Mahasiswa; ARFIEL ZAQTA SURYA 131925105 Teori dan konsep
Lebih terperinciPOLA DASAR MOTIF BATIK TAMAN ARUM SUNYARAGI
POLA DASAR MOTIF BATIK TAMAN ARUM SUNYARAGI Ari Winarno Kriya Seni Rupa, FSRD ISBI Bandung Jl. Buahbatu No. 212, Bandung e-mail: ari.winarno@yahoo.co.id ABSTRACT This article describes Taman Arum Sunyaragi
Lebih terperinciToleransi antar etnis
Toleransi antar etnis di "Kota Cina Kecil" Lasem Sri LestariWartawan BBC Indonesia 19 Februari 2015 http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150219_lasem_toleransi Image captionbangunan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh situasi politik di wilayah kerajaan-kerajaan yang didatangi (I G.N. Anom,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedatangan agama Islam ke Indonesia merupakan suatu proses yang panjang dalam sejarah Indonesia. Namun diyakini bahwa salah satu unsur penting dalam proses kedatangan
Lebih terperinciWritten by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10
Pada awalnya batik dibuat di atas bahan berwarna putih yang dibuat dari kapas (kain mori). Sekarang ini semakin berkembang dengan bahan-bahan semacam sutera, poliester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016. Yth. Pimpinan dan Pengurus Yayasan Batik Indonesia; Yth. Pimpinan
Lebih terperinciPerspektif mata burung : dilihat secara keseluruhan dari atas. Perspektif mata normal : dilihat secara keseluruhan dengan batas mata normal
Pengertian Perspektif Menurut Leonardo da Vinci, perspektif adalah sesuatu yang alami yang menampilkan yang datar menjadi relative dan yang relative menjadi datar. Perspektif adalah suatu system matematikal
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA Dan BUPATI KAYONG UTARA MEMUTUSKAN :
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang
Lebih terperinciGAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn
GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka Tujuan dari penelitian ini adalah memperkenalkan kepada khalayak ramai tentang batik Salatiga, dengan menggunakan sarana buku. Untuk itu penting bagi peneliti memahami dengan baik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan
Lebih terperinciLebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,
Lebih terperinciBAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya
57 BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO A. Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri
Lebih terperinciBULI-BULI KERAMIK KOLEKSI MUSEUM BALI KAJIAN POLA HIAS DAN PERIODISASI. Ceramic Jarlet Museum Bali Collection Decorative and Period Study of Pattern
1 BULI-BULI KERAMIK KOLEKSI MUSEUM BALI KAJIAN POLA HIAS DAN PERIODISASI Ceramic Jarlet Museum Bali Collection Decorative and Period Study of Pattern Abstract Ni Ketut Ayu Kusumawati (Program Studi Arkeologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari
Lebih terperinci2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang meliputi Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Asahan, salah
Lebih terperinciARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala
Lebih terperinciBAB V IMPLEMENTASI KARYA
BAB V IMPLEMENTASI KARYA 5.1 Rough Show Window Gambar 5.1 Rough Show Window Dalam rough show window ada beberapa elemen yang dihadirkan dan dibuat terdiri dari bola, gawang, dan bendera negara-negara sepak
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN A.
BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada
Lebih terperinciTetapi pemandangan sekitar yang indah dan udara yang begitu sejuk membuat para wisatawan tak jemu dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga.
Wisata Alam merupakan salah satu pilihan wisata yang menarik bagi para wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Bagi sebagian orang, wisata alam bisa di jadikan sebagai alternatif untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata sebagai salah satu industri jasa ikut membantu meningkatkan perekonomian negara seiring dengan industri lainnya seperti pertanian, pertambangan
Lebih terperinciRESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: Pencarian bahan melalui buku, artikel, dan literatur dari
Lebih terperinciBody Copy Ilustrasi/ Gambar. Gambar III.1 Anatomi papan tanda Jangan Membuang Sampah Ke Sungai/Kali
BAB III PEMAPARAN ANATOMI PADA PAPAN TANDA III.1 Papan Tanda Jangan Membuang Sampah Ke Sungai/Kali Papan tanda yang berada di Bantaran Sungai Cikapundung di daerah Jalan Naripan Bandung yang berguna untuk
Lebih terperinci