PN Jakarta Sahkan Johnson Ketua Umum INSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PN Jakarta Sahkan Johnson Ketua Umum INSA"

Transkripsi

1 INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE EDISI : 009/VI/2016, JUNI 2016 PN Jakarta Sahkan Johnson Ketua Umum INSA Semua pihak agar tunduk dan patuh terhadap keputusan Pengadilan Negeri, khususnya seluruh anggota dan stakeholders INSA JAKARTA Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat mengesahkan Johnson W. Sutjipto sebagai Ketua Umum Indonesian National Shipowners' Association (INSA) periode Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 492/PTG/2015 /PN.JKT.PST tersebut, dibacakan dalam sidang putusan di PN Negeri Jakarta Pusat, Selasa (28/6). Dalam putusannya, Hakim menyatakan sah dan berkekuatan hukum bahwa Johnson W. Sutjipto sebagai Ketua Umum INSA periode Menyatakan sah dan berkekuatan hukum bahwa Lolok Sujatmiko sebagai pemegang mandat guna menindaklanjuti hasil pemilihan Ketua Umum DPP INSA pada RUA INSA ke- XVI pada Agustus 2015 di Hotel Kempinski, Jakarta. PN juga menyatakan sah dan berkekuatan hukum atas Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Lolok Sujatmiko untuk menindaklanjuti hasil pemilihan Ketua Umum INSA periode (Lihat Pengumuman) "Kami mengimbau agar semua pihak untuk tunduk dan patuh terhadap keputusan A-quo, khususnya seluruh anggota dan stakeholders organisasi INSA," kata pengacara Johnson, Zulhendri Hasan SH, MH. Dia juga mengimbau agar para tergugat, dalam hal ini DR Hamka, SH selaku tergugat I, C.F Carmelita Hardikusumo selaku tergugat II dan Capt. Ajd Korompis selaku tergugat III, tidak melakukan segala bentuk kegiatan dan/atau membuat segala bentuk kebijakan yang mengatasnamakan DPP INSA. Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto mengajak seluruh anggota INSA untuk kembali bersatu guna membangun sektor pelayaran ke arah yang lebih baik di tengah terpuruknya kinerja industri akibat pelambatan ekonomi global, Dengan keputusan ini, kami dapat melayani anggota dan stakeholders dengan lebih baik lagi. Sekretaris Umum INSA Lolok Sujatmiko mengatakan RUA INSA ke-16 sudah menghasilkan pemenang pemilihan yakni Johnson W. Sutjipto. Keputusan Pengadilan Negeri memperkuat hasil RUA INSA ke-16 tersebut, kata Lolok. Lolok menambahkan INSA telah diakui Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Hukum dan HAM No. AHU AH tahun Nama serta Logo INSA juga telah didaftarkan dan diterima oleh Direktorat Jenderal Kekayaan dan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM dengan No. J pada tanggal 20 Januari (*)

2 PENGUMUMAN & HIMBAUAN TENTANG PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NOMOR : 492/PDT.G/2015/PN.JKT.PST TANGGAL 28 JUNI 2016 ATAS SENGKETA ORGANISASI PERSATUAN PENGUSAHA PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA NASIONAL INDONESIA (INDONESIAN NATIONAL SHIPOWNERS ASSOCIATION - INSA) Bertindak untuk dan atas nama klien kami, masing-masing Tuan JOHNSON WILIANG SUTJIPTO Selaku Ketua Umum dan Tuan LOLOK SUDJATMIKO selaku Sekretaris Umum DPP INSA Periode , selanjutnya disebut sebagai PARA PENGUGAT. Dengan ini bermaksud mengumumkan isi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 492/PDT.G/2015/PN.JKT.PST, pada tanggal 28 Juni 2016, yang pada pokoknya sebagai berikut : 1. Menyatakan SAH dan BERKEKUATAN HUKUM Tuan JOHNSON WILIANG SUTJIPTO sebagai Ketua Umum DPP INSA Periode ; 2. Menyatakan SAH dan BERKEKUATAN HUKUM Tuan LOLOK SUDJATMIKO sebagai pemegang MANDAT guna menindaklanjuti hasil pemilihan Ketua Umum DPP INSA pada RUA INSA ke XVI pada tanggal Agustus 2015 di Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat; 3. Menyatakan SAH dan BERKEKUATAN HUKUM Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Tuan LOLOK SUDJATMIKO untuk menindaklanjuti hasil Pemilihan Ketua Umum DPP INSA Periode ; 4. Menyatakan SAH dan BERKEKUATAN HUKUM Rapat Pleno III di Balroom Hotel Indonesia Kempinski - Jakarta Pusat, tanggal 21 Agustus 2015, dengan perolehan suara Johnson W Sutjipto sebanyak 386 suara dan Carmelita Hartoto sebanyak 363 suara, Suara tidak sah sebanyak 5 suara, Sisa suara tidak terpakai sebanyak 46 suara, dengan Jumlah peserta Pleno III adalah sebanyak 754 peserta yang menggunakan hak suara; 5. Menyatakan DR. HAMKA, SH dan C.F CARMELITA HARDIKUSUMO serta CAPT. AJD KOROMPIS selaku PARA TERGUGAT terbukti telah MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM, sebagaimana Ketentuan Pasal 1365 KUHPERDATA; 6. Menyatakan perbuatan DR. HAMKA,SH yang menghentikan RAPAT PLENO III pada RUA INSA ke XVI yang dilakukan secara sepihak dan kemudian meninggalkan forum persidangan, merupakan PERBUATAN MELAWAN HUKUM; 7. Menyatakan perbuatan DR HAMKA,SH bersama-sama CAPT. AJD KOROMPIS yang mengatas-namakan Panitia Pemilihan Ketua Umum INSA RUA XIV TIDAK SAH dan merupakan PERBUATAN MELAWAN HUKUM; 8. Menyatakan TIDAK SAH dan CACAT HUKUM Surat Keputusan Nomor 001/KPTS-PLTS/ , tanggal 2 September 2015 Tentang Pengangkatan Pelaksana Tugas Sementara DPP INSA, karena bertentangan dengan AD/ART serta TATA TERTIB RUA Ke XVI INSA, karenanya BATAL DEMI HUKUM; 9. Menyatakan, TIDAK SAH dan CACAT HUKUM Surat Pemberitahuan tanggal 18 September 2015 serta Surat Keputusan No. 013/KPTS- PENGURUS INSA/ tanggal 25 September 2015, yang ditanda-tangani C.F CARMELITA HARDIKUSUMO dengan mengatasnamakan Pejabat Ketua Umum DPP INSA, karena bertentangan dengan AD/ART INSA serta TATA TERTIB RUA Ke XIV INSA, karenanya BATAL DEMI HUKUM; Untuk itu kami selaku kuasa hukum PARA PENGGUGAT atau selaku PIHAK yang dimenangkan, MENGHIMBAU agar semua pihak tunduk dan patuh terhadap Putusan A-quo, khususnya seluruh Anggota dan stake holder Organisasi INSA. Dengan demikian semenjak dibacakannya Putusan A-quo, maka PARA TERGUGAT yakni : DR HAMKA,SH Selaku TERGUGAT I; C.F CARMELITA HARDIKUSUMO Selaku TERGUGAT II; CAPT AJD KOROMPIS Selaku TERGUGAT III; Agar tidak melakukan segala bentuk kegiatan dan/atau membuat segala bentuk kebijakan yang mengatas-namakan DPP INSA. Demikian PENGUMUMAN dan HIMBAUAN ini Hormat kami KUASA HUKUM PARA PENGGUGAT Law Office ZULHENDRI HASAN & PARTNERS ZULHENDRI HASAN, S.H., M.H. MULYADI LUKMAN, S.H.

3 INFORMASI 3 Sumber: INSA: Perairan Indonesia Harus Keluar dari Daftar War Risk Masuk ke zona risiko perang sangat tidak menguntungkan Indonesia dan program Poros Maritim Dunia. JAKARTA Indonesian National Shipowners Association (INSA) meminta Pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis guna memperbaiki citra Indonesia di mata internasional menyusul masih masuknya Pelabuhan Tanjung Priok ke dalam daftar zona rawan perang (war risk). Dalam daftar yang dikeluarkan Joint War Committee (JWC), London, pada 10 Desember 2015, Pelabuhan Tanjung Priok masih masuk ke dalam zona risiko perang sehingga sangat tidak menguntungkan Indonesia dan program Poros Maritim Dunia. Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto mengatakan masuknya Pelabuhan Tanjung Priok ke dalam salah satu daerah/pelabuhan yang rawan perang telah mencoreng reputasi Indonesia di mata dunia internasional khususnya dalam aspek pertahanan dan keamanan. Kondisi itu juga berdampak terhadap biaya pelayaran karena penetapan zona war risk akan mengakibatkan adanya tambahan biaya asuransi yang harus dibayarkan oleh perusahaan pelayaran. Indonesia rugi, perusahaan pelayaran rugi, sehingga ini harus diatasi, katanya. Belum lama ini,insa telah menyurati JWC yang bermarkas di London perihal meminta penjelasan mengenai masih dimasukkannya Pelabuhan Tanjung Priok ke dalam zona rawan perang. Atas surat tersebut, JWC memberikan penjelasan kepada INSA. Di dalam penjelasannya, JWC mengatakan terdapat dua alasan yang menyebabkan pelabuhan dan gerbang utama Indonesia yaitu masih banyaknya klaim asuransi atas kejahatan yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok karena adanya pencurian biasa (Petty Theft) dan pencurian dengan kekerasan (Robbery with Violent). Johnson menilai salah satu langkah untuk mengeluarkan Indonesia dari daftar zona war risk adalah dengan mengaktifkan kembali Combating Petty Theft dan Arm Robbery yaitu "HOTSPOT & HOTLINE" yang pernah dijalankan oleh Polisi Airud dalam beberapa tahun lalu sehingga bisa diaktifkan. Menurut dia, program tersebut sempat mendapat apresiasi dan sambutan hangat baik pada acara ASF (Asian Shipowners' Forum) yang ke- 23 di Otsu, Jepang tahun 2014 dan mendapatkan pujian dari sejumlah NGO seperti ReCaap. Kegiatan ini bisa diaktifkan kembali, tegasnya. JWC merupakan organisasi dengan wakil yang terdiri dari Lloyds of London Market dan juga International Underwriting Association (IUA). Sebagian besar pasar asuransi risiko perang mengambil referensi dari daftar ini sebagai panduan dalam menentukan asuransi kapal yang melintasi zona rawan perang, salah satunya adalah Pelabuhan Tanjung Priok (*)

4 INFORMASI 4 Sumber: Hubla Rekomendasikan Penundaan Penggunaan Mata Uang Rupiah ke BI JAKARTA Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan menerbitkan rekomendasi penundaan penggunaan mata uang rupiah dalam transaksi biaya sewa kapal selama 10 tahun. Rekomendasi tersebut dituangkan dalam surat No. KU.007/3/16/DJPL- 16 tertanggal 28 Juni Dalam surat yang ditandangani Dirjen Perla A. Tonny Budiono yang ditujukan kepada Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Dirjen Perla merekomendasikan namanama perusahaan pelayaran untuk diberikan penundaan kebijakan penggunaan USD dalam transaksi di bidang angkutan laut. Kami mengapresiasi atas rekomendasi Perhubungan Laut tersebut. Ini akan membantu kami dalam melaksanakan proses recovery perusahaan di tengah lesunya pangsa pasar, kata Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto. Dia mengaku lega setelah Bank Indonesia (BI) menyetujui pemberian fasilitas penundaan kebijakan penggunaan mata uang rupiah bagi industri pelayaran. Sekretaris Umum DPP INSA Lolok Sujatmiko mengatakan fasilitas penundaan penerapan Peraturan Bank Indonesia No.17/3/PBI/2015 tersebut akan memberikan sedikit nafas bagi pelayaran untuk bertahan di tengah krisis terjadi. Sebab, pelemahan industri pelayaran pada 2016 ini masih terus berlangsung. Kami berterima kasih kepada Bank Indonesia yang telah merespon masalah kami di tengah melambatnya situasi berusaha di bidang industri pelayaran, katanya. Untuk diketahui, pada pertemuan antara BI dengan DPP INSA pada 14 April 2016, BI bersedia menunda penerapan PBI No.17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya di industri pelayaran nasional. Untuk mendapatkannya, INSA diminta menyediakan data perusahaan pelayaran yang membutuhkan fasilitas penundaan untuk selanjutnya di serahkan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) guna mendapatkan rekomendasi dari instansi tersebut. Menyikapi hasil pertemuan tersebut, DPP INSA telah melayangkan surat kepada Menteri Perhubungan. Surat DPP-SRT- IV/16/0146 dengan merujuk surat sebelumnya No. DPP-SRT- III/16/0139 tertanggal 28 Maret 2016 perihal Permohonan Penggunaan Mata Uang USD untukjasa Sewa Kapal (Marine Vessel Service) untuk Industri Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi. Sedangkan di internal organisasi, DPP INSA telah meminta kepada seluruh anggota yang membutuhkan fasilitas penundaan penerapan PBI tersebut, untuk mendaftarkan perusahaannya kepada DPP INSA. Hasil pendaftaran itu sudah kami serahkan kepada pemerintah, kata Lolok. Untuk diketahui, guna mendukung Pemerintah dalam menerapkan asas cabotage pada kegiatan angkutan laut dalam negeri sesuai dengan UU No/17 tahun 2008 tentang Pelayaran, para pemilik kapal anggota INSA telah melakukan investasi secara massif di bidang pengadaan kapal offshore dan angkutan cair, gas bahkan tanker. (*)

5 BERITA FOTO 5 Bendahara Umum INSA Siana A. Surya saat memberikan penjelasan mengenai Permendag No.127 tahun Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto hadis dalam acara seminar ICBC Bank, Singapura. Hiendra Soenjoto, Wakil Ketua Umum DPP INSA (ketiga dari kiri) mendengarkan penjelasan Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto dalam Rapat Pengurus DPP INSA, belum lama ini. Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto menghadiri buka bersama dengan pengurus IMarEST. Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto bersama pengurus dan stakeholders INSA foto bersama di selasela buka bersama DPP INSA. Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto tampil sebagai pembicara pada Money Report Berita Satu.. Penasehat DPP INSA W idijardja Tanudjaja menjadi pembicara dalam forum ClassNK Academy Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto hadir dalam Rapat Komite Pertimbangan Publik (KPP) di Kementerian Perhubungan.

6 GALERY 6 Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan putusan perkara sengketa INSA. Pengurus dan stakeholders DPP INSA merayakan syukuran ulang tahun Ulang Tahun Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto, Bendahara Umum Siana A. Surya dan Ketua Bidang Cair dan Gas Romanus Tri Wibowo. Jumpa Pers INSA terkait dengan hasil putusan Pengadilan Negeri (PN) tentang sengketa INSA. Suasana syukuran Ulang Tahun Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto, Bendahara Umum Siana A. Surya dan Ketua Bidang Cair dan Gas Romanus Tri Wibowo. Suasana Buka Bersama Pengurus DPP INSA. REDAKSI INFO INSA Wisma BSG, Lantai 3A #M04-05 Jl. Abdul Muis No.40 Jakarta Pusat, Indonesia P: F: sekretariat@dppinsa.com. Website:

7 TERAS INSA 7 Sekali Lagi, INSA Minta Pemerintah Ratifikasi SUA Convention 1988 Indonesia adalah satu dari 29 negara di dunia yang belum meratifikasi SUA Convention Jakarta Indonesian National Shipowners Association (INSA) meminta Pemerintah untuk meratifikasi Convention for the Suppression of Unflawful Act against the Safety Maritime Navigation (SUA Convention 1988) dan Protocol SUA Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyanderaan awak kapal berbendera Indonesia yang berlayar ke luar negeri. Itu memang solusi jangka panjang, tetapi melihat kasus penyanderaan begitu marak, sudah seharusnya segera dikerjakan, kata Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto. Saat ini Indonesia menjadi satu dari 29 negara di dunia yang belum meratifikasi konvensi tersebut. Tercatat 166 negara di dunia yang sudah meratifikasi ketentuan tersebut. Sudah seharusnya kita segera meratifikasi aturan internasional tersebut, katanya. Ratifikasi ini, katanya, sangat dibutuhkan untuk menjadi landasan hukum dalam bertindak (Rule of Engagement) terhadap praktek kejahatan pembajakan di laut mengingat aturan di Indonesia berupa KUHP dan KUHD tidak mengatur lingkup Sea Piracy (Pembajakan di Laut). Sementara itu, Philippine Coast Guard Center mengimbau agar pemilik kapal yang masih beroperasi di perairan Fhilipina, baik dalam perjalanan menuju Fhilipina atau dalam perjalanan kembali ke Indonesia, sesuai arahan Philippine Coast Guard kepada ReCAAP agar menghubungi petugas Operation Center saat melayari area berbahaya. INSA sendiri menyampaikan keprihatinannya dengan peristiwa penyanderaan tujuh pelaut Indonesia di Fhilipina dan meminta negara untuk segera bertindak. Johnson mengapresiasi Pemerintah dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembebasan 10 anak buah kapal (ABK) kapal berbendera Indonesia yang disandera di perairan Fhilipina. Dalam perkembangan terakhir pemerintah Fhilipina telah mengizinkan kapal perang Indonesia untuk mengawal convoy kapal niaga serta Marshall atau PCASP dapat ikut mengawal di atas kapal niaga. Ini merupakan terobosan yang luar biasa hasil lobby Kemenhan RI. Untuk itu INSA mengharapkan pemerintah dalam hal ini Ditjen Perhubungan Laut agar segera mengadopsi aturan sirkulasi IMO MSC.1/Circ.1405 & 1406 tetang aturan dan tata cara mengunakan jasa armed guard swasta (Privately Contracted Armed Security Personnel PCASP) di atas kapal niaga. Dia mengingatkan, pelaut harus dihargai karena mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa. "Mereka adalah ungsung heroes," kata Johnson mengutip pidato Sekretaris Jenderal IMO dan tema hari pelaut yakni (*)

8 INFORMASI 8 Pemerintah Targetkan Zero Accident pada Angkutan Lebaran 2016 Jakarta--Kementerian Perhubungan menargetkan zero accident pada angkutan umum, baik darat, udara, laut, maupun kereta api di angkutan lebaran Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub yang juga Koordinator Angkutan Lebaran, Pudji Hartanto Iskandar mengungkapkan, untuk angkutan darat, maka sarana bus nya harus dicek dengan benar bagaimana kelaikan jalannya. Ini juga berlaku untuk moda angkutan lainnya seperti udara, laut, dan kereta api, jelas Pudji usai pelaksanaan Rapat Koordinasi Angkutan Lebaran 2016 Terpadu di Jakarta, Jumat (27/5/2016). Kakorlantas Polri Agung Budi M menambahkan bahwa dengan target zero accident ini, peran Organda juga harus ditingkatkan dan proaktif, untuk keselamatan. Target operasi zero accident harus ada peran aktif berbagai pihak terkait, kata Agung. detik.com Selain target zero accident, juga dilakukan peningkatan pelayanan, kenyamanan, keselamatan, keamanan dan kebersihan. Masa angkutan lebaran moda laut dimulai 18 Juni hingga 24 Juli, sedangkan moda darat, udara, dan perkeretaapian mulai 24 Juni sampai dengan 17 Juli Pada masa angkutan lebaran tahun 2016 ini, Kemenhub masih akan menyelenggarakan angkutan sepeda motor gratis dengan moda kereta api dan darat. Kapasitas angkutan sepeda motor gratis yang disediakan moda kereta api dapat mencapai unit sepeda motor atau hampir tiga kali lipat kapasitas angkut tahun lalu. Sementara untuk angkutan sepeda motor gratis melalui moda darat dengan truk (untuk mengangkut sepeda motornya) dan bus (untuk mengangkut penumpangnya), masih dalam perencanaan. Kemenhub mengharapkan angkutan Lebaran 2016 dapat diselenggarakan dengan lebih baik dari tahun lalu. (*) I N S A Indonesian National Shipowners Association SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 H/2016 M Mohon Maaf Lahir & Batin

INSA Dorong Revisi Peraturan Pembatasan Usia Kapal Impor

INSA Dorong Revisi Peraturan Pembatasan Usia Kapal Impor INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 NO/EDISI : 008/V/2016/ MEI 2016 INSA Dorong

Lebih terperinci

INSA. Hubla Tegaskan Dua Asosiasi Pelayaran Sebagai Mitra Kerja INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional

INSA. Hubla Tegaskan Dua Asosiasi Pelayaran Sebagai Mitra Kerja INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 EDISI : 010/VIII/2016, AGUSTUS 2016 Hubla Tegaskan

Lebih terperinci

INFORMASI INSA. Putusan Sela PN Mari Kita Hormati Hukum. Johnson Mengajak Seluruh Anggota INSA Kembali Bersatu. PASTI BISA MERAH PUTIH

INFORMASI INSA. Putusan Sela PN Mari Kita Hormati Hukum. Johnson Mengajak Seluruh Anggota INSA Kembali Bersatu. PASTI BISA MERAH PUTIH INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 006/III/2016, MARET 2016 Putusan Sela PN Mari Kita Hormati Hukum Johnson

Lebih terperinci

INSA. Pemerintah Akui Keberadaan Organisasi INSA dan P3N2I INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional

INSA. Pemerintah Akui Keberadaan Organisasi INSA dan P3N2I INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 EDISI : 009/VI/I2016, JULI 2016 Pemerintah

Lebih terperinci

insa Indonesia National Shipowners Association.

insa Indonesia National Shipowners Association. insa Indonesia National Shipowners Association. INSA adalah sebuah organisasi sebagai wadah para pengusaha pelayaran yang didirikan pada tahun 1967 dan dikukuhkan melalui surat Keputusan Menteri Maritim

Lebih terperinci

INFORMASI INSA. Sudah Sekitar 30% Kapal Niaga Nasional Kini Menganggur. Rapat Akhir Tahun INSA 2016 Sebagai Tahun Sulit PASTI BISA MERAH PUTIH

INFORMASI INSA. Sudah Sekitar 30% Kapal Niaga Nasional Kini Menganggur. Rapat Akhir Tahun INSA 2016 Sebagai Tahun Sulit PASTI BISA MERAH PUTIH INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 014/XII/2016, Desember 2016 Rapat Akhir Tahun INSA 2016 Sebagai Tahun Sulit

Lebih terperinci

INSA Ajak Anggotanya Tidak Keliru Sikapi SE Dirjen Perla

INSA Ajak Anggotanya Tidak Keliru Sikapi SE Dirjen Perla INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 18/V2017, MEI 2017 INSA Ajak Anggotanya Tidak Keliru Sikapi SE Dirjen Perla

Lebih terperinci

INSA. INSA Layangkan Protes ke JWC (Joint War Committee) London INFORMASI PASTI BISA. Pelabuhan Jakarta Masuk War Risk

INSA. INSA Layangkan Protes ke JWC (Joint War Committee) London INFORMASI PASTI BISA. Pelabuhan Jakarta Masuk War Risk INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 EDISI : 007/IV/2016, APRIL 2016 Pelabuhan Jakarta Masuk

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT 1 LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN, PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN RAKYAT, PEMBANGUNAN PEDESAAN DAN KAWASAN TERTINGGAL, BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA, BADAN SAR NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak. Pengenaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak. Pengenaan Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung, yang dikenakan atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak.

Lebih terperinci

INSA. INSA Ramaikan Infrastruktur & Transportasi Expo 2016 INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional

INSA. INSA Ramaikan Infrastruktur & Transportasi Expo 2016 INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 EDISI : 11/IX/2016, SEPTEMBER 2016 INSA Ramaikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No.1339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Penggunaan Kapal Asing. Pemberian Izin. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 100 TAHUN 2016 PM 154 TAHUN

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M No.1538, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alat Angkut Tertentu. Fasilitas Tidak Dipungut PPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 /PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB III PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGADAAN KAPAL LAUT (VESSEL) yang terbagi atas beberapa Direktorat, antara lain Dirjen Perhubungan laut.

BAB III PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGADAAN KAPAL LAUT (VESSEL) yang terbagi atas beberapa Direktorat, antara lain Dirjen Perhubungan laut. BAB III PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGADAAN KAPAL LAUT (VESSEL) A. Gambaran umum objek penelitian Industri pelayaran di Indonesia berada dibawah Departemen perhubungan yang terbagi atas beberapa Direktorat,

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2003, 2015 KEMENHUB. Pemberian. Izin. Kapal Asing. Kegiatan. Angkutan Laut. Dalam Negeri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 200 TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan Indonesia dijuluki sebagai negara maritim karena wilayah lautnya yang lebih luas dibandingkan wilayah

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan 18 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan KNKT berdasarkan : Keputusan Presiden nomor 105 tahun 1999 Bab I Psl 1 ayat (1) Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, 114 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: a. UU Perbankan, UU Bank Indonesia, PP No.25/1999 dan SK DIR Bank Indonesia No.32/53/KEP/DIR

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 272, 2015 KEMENHUB. Keselamatan Pelayaran. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN DENGAN

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah No.211, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Alat Angkut Tertentu. Jasa Kena Pajak. Tidak Dipungut PPN. Impor. Penyerahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998)

1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) 1998 Amandments to the International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979 (Resolution MCS.70(69)) (Diadopsi pada tanggal 18 Mei 1998) Adopsi Amandemen untuk Konvensi Internasional tentang Pencarian

Lebih terperinci

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA

Lebih terperinci

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-233/PJ./2003 Tanggal : 26 Agustus 2003 Perihal : Tatacara Pemberian Dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Dan Atau Penyerahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.321, 2014 KEMENHUB. Izin. Penggunaan Kapal Asing. Kegiatan Lain. Angkutan Laut. Tata cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 10

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI RADIO ELEKTRONIKA DAN OPERATOR RADIO GLOBAL MARITIME DISTRESS AND SAFETY SYSTEM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG IMPOR DAN PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERKAIT ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2016 BASARNAS. Pencarian dan Pertolongan. Pelaksanaan. Pembiayaan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2013 HUKUM. Pidana. Pendanaan. Terorisme. Pencegahan. Pemberantasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5406) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG IMPOR DAN PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERKAIT ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG TIDAK DIPUNGUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1213, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN DIRJEN PERHUBUNGAN DARAT RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORNIS) PERHUBUNGAN DARAT SURABAYA, 2 OKTOBER 2013 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Bapak Wakil Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 243, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4045) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n 2 000 Tentang Desain Industri DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memajukan industri yang mampu bersaing

Lebih terperinci

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta.

2012, No.118. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI Contoh 1. Nomor : Jakarta. 23 2012, No.118 Contoh 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : PM.8 TAHUN 2012 Tanggal : 26 JANUARI 2012 --------------------------------------------------- Nomor : Jakarta Lampiran : Perihal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat mencemaskan. Berdasarkan data BPS 1, dalam satu dekade terakhir jumlah kecelakaan lalu lintas dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3 KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3 disampaikan oleh : Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan dalam acara : Sosialisasi Kebijakan

Lebih terperinci

INSA Desak Pelonggaran Kebijakan Transaksi Rupiah

INSA Desak Pelonggaran Kebijakan Transaksi Rupiah INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 005/II/2016, Februari 2016 Sektor Offshore Migas Perlu Insentif INSA Desak Pelonggaran

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 15/PJ/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 15/PJ/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 15/PJ/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-57/PJ/2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

Lebih terperinci

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa industri komunikasi dan pemasaran sebagai bagian dari sistem perekonomian modern dan global, patut diarahkan serta diberdayakan sesuai

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

DRAFT FINAL HASIL LEGAL REVIEW No. 13/ 7 /DASP Jakarta, 25 Februari 2011 S U R A T E D A R A N

DRAFT FINAL HASIL LEGAL REVIEW No. 13/ 7 /DASP Jakarta, 25 Februari 2011 S U R A T E D A R A N DRAFT FINAL HASIL LEGAL REVIEW No. 13/ 7 /DASP Jakarta, 25 Februari 2011 S U R A T E D A R A N Perihal : Self-Regulatory Organization di Bidang Sistem Pembayaran. Sehubungan dengan pemberlakuan Peraturan

Lebih terperinci

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi

Lebih terperinci

Keberadaan Pasal 5 bertentangan dengan prinsip dan tujuan dibuatnya peraturan itu sendiri sehingga harus direvisi

Keberadaan Pasal 5 bertentangan dengan prinsip dan tujuan dibuatnya peraturan itu sendiri sehingga harus direvisi INFORMASI INSA DITERBITKAN Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA : DEWAN PENGURUS PUSAT INSA PENANGGUNGJAWAB : DEWAN PENGURUS HARIAN INSA EDISI : 27/XII/2017, DESEMBER 2017 Revisi Permendag

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar di seluruh wilayah, 2/3 bagian wilayahnya merupakan

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2013 TRANSPORTASI. Darat. Laut. Udara. Kecelakaan. Investigasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5448) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada saat ini perkumpulan orang di Indonesia

Lebih terperinci

INSA Usul Perbaiki Struktur Pajak Angkutan Laut LN

INSA Usul Perbaiki Struktur Pajak Angkutan Laut LN INFORMASI INSA DITERBITKAN Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA : DEWAN PENGURUS PUSAT INSA PENANGGUNGJAWAB : DEWAN PENGURUS HARIAN INSA EDISI : 29/II/2018, FEBRUARI 2018 n Sukseskan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar

Lebih terperinci

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the

BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN. A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the BAB II ATURAN-ATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PEROMPAKAN A. Perompakan Menurut UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) Dalam Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PANITIA NASIONAL PENGANGKATAN DAN PEMANFAATAN BENDA BERHARGA ASAL MUATAN KAPAL YANG TENGGELAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.10/MEN/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERIZINAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017

KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN. Direktorat Jenderal Imigrasi 2017 KEBIJAKAN KEIMIGRASIAN DALAM RANGKA PEMBERIAN IZIN TINGGAL TERBATAS PERAIRAN Direktorat Jenderal Imigrasi 2017 Latar Belakang Pasal 1 angka 1 pada UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yaitu Keimigrasian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT TUMPAHAN MINYAK DI LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

L TA T R B EL E A L KANG

L TA T R B EL E A L KANG LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA TAHUN 2008 DASAR : 1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 13 Tahun 2006 Tanggal 13 Maret 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Lomba Tertib LLAK; 2. Keputusan

Lebih terperinci

Pemerintah Cabut Syarat Modal Izin Usaha Angkutan Laut

Pemerintah Cabut Syarat Modal Izin Usaha Angkutan Laut INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 17/IV2017, APRIL 2017 Pemerintah Cabut Syarat Modal Izin Usaha Angkutan Laut JAKARTA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1955, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Dari Dan Ke Kapal. Bongkar Muat. Penyelenggaraan dan Pengusahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 152 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekayaan budaya dan etnis bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan seperti GOJEK menyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan seperti GOJEK menyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada bisnis jasa transportasi darat khususnya ojek di Indonesia baru pertama kali perusahaan menggunakan layanan berbasis online dalam operasionalnya yakni GOJEK. Perusahaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.2679/AJ.307/DRJD/2011 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DAN PENGATURAN KENDARAAN ANGKUTAN BARANG PADA MASA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) DIREKTUR

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

INFORMASI INSA. Outlook Angkutan Laut Pelayaran 2015 Memprihatinkan PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional

INFORMASI INSA. Outlook Angkutan Laut Pelayaran 2015 Memprihatinkan PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 003/XII/2015, Desember 2015 Outlook Angkutan Laut Pelayaran 2015 Memprihatinkan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega No.671, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kapal Perintis Milik Negara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2017

Lebih terperinci

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1

[Standar Pelayanan Minimum KM. Andalus] 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dijelaskan dalam pasal 1 poin 36 bahwa kapal adalah kendaraan air dengan bentuk

Lebih terperinci

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.7/IV-Set/2011 Pengertian 1. Kawasan Suaka Alam adalah

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.108, 2017 EKONOMI. Pelanggaran HKI. Impor. Ekspor. Pengendalian. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6059) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN *46909 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensikonvensi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 (1) Sesuai dengan Pasal 13 Anggaran Dasar, pendaftaran untuk menjadi anggota diajukan secara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi

Lebih terperinci

Kedua, kemudahan usaha dan pengurangan beban biaya penyedia jasa logistik nasional melalui 11 program yakni :

Kedua, kemudahan usaha dan pengurangan beban biaya penyedia jasa logistik nasional melalui 11 program yakni : INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 15/I/2017, Januari 2017 Paket XV tentang Deregulasi Kebijakan Ekonomi INSA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT GEDUNG KARYA LANTAI 12 S.D 17 JL. MEDAN MERDEKA BARAT No. 8 1 TEL : 3811308, 3505006, 38 13269, 34470171 TLX : 3844492, 3458540 3842440 JAKARTA-10110

Lebih terperinci