INSA Desak Pelonggaran Kebijakan Transaksi Rupiah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INSA Desak Pelonggaran Kebijakan Transaksi Rupiah"

Transkripsi

1 INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 005/II/2016, Februari 2016 Sektor Offshore Migas Perlu Insentif INSA Desak Pelonggaran Kebijakan Transaksi Rupiah Pelayaran anggota INSA telah mengajukan keberatan kepada Bank Indonesia (BI) tentang kebijakan penggunaan mata uang Rupiah di sektor angkutan offshore migas. JAKARTA Indonesian National Shipowners Association (INSA) meminta Pemerintah tidak memaksakan pelaksanaan kebijakan penggunaan mata uang rupiah di sektor penunjang operasi lepas pantai di tengah lesunya bisnis minyak dan gas di Indonesia. Wakil Ketua Umum INSA Sugiman Layanto mengatakan kondisi saat ini telah terjadi over supply terhadap kapal-kapal penunjang operasi lepas pantai (offshore) Indonesia sehingga jumlah kapal yang menganggur (laid up) meningkat. Dia menjelaskan kapal-kapal yang menganggur tersebut tidak bekerja atau tanpa kontrak dengan populasi yang terus bertambah setiap bulan. Kondisi pelayaran khususnya anggota INSA yang telah berinvestasi di bidang ini sangat sulit dan kritis, katanya kepada INFO INSA. Dia menjelaskan jika kebijakan tersebut tetap dipaksakan, industri pelayaran sektor offshore akan semakin berat bahkan berpotensi gulung tikar. Kredit macet akan meningkat secara signifikan karena factor mismatch antara pendapatan dan pinjaman, tegasnya. Untuk merespon masalah tersebut, INSA telah melayangkan surat kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. Surat No. DPP-SRT tertanggal 16 Desember 2015 tersebut langsung diteken Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto. Surat tersebut merujuk kepaada Peraturan Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban untuk Menggunakan Rupiah dalam Semua Transaksi di Indonesia. Aturan ini berlaku sejak 1 Juli Sejauh ini, INSA telah mengajukan keberatan kepada Bank Indonesia, khususnya terhadap kontrak jasa sewa kapal (marine vessel service) pada kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas yang juga diwajibkan transaksi menggunakan rupiah. INSA meminta dukungan Pemerintah dengan memberikan keringanan agar sektor pelayaran penunjang offshore minyak dan gas dapat bertahan di saat yang sulit ini. Jika kebijakan tersebut tetap dijalankan, sektor angkutan offshore migas akan terpuruk lebih dalam lagi, ujar Sugiman. Untuk diketahui, guna mendukung Pemerintah dalam menerapkan kebijakan nasional asas cabotage pada kegiatan angkutan laut dalam negeri sesuai dengan UU No/17 tahun 2008 tentang Pelayaran, para pemilik kapal anggota INSA telah melakukan investasi secara massif di bidang pengadaan kapal offshore dan angkutan cair, gas bahkan tanker. Bersambung ke hal 2...

2 TERAS INSA 2 Dari Halaman 1 Dengan investasi tersebut, saat ini sebagian besar kegiatan angkutan minyak dan gas dalam negeri maupun kegiatan eksplorasi, eksploitasi minyak dan gas offshore telah menggunakan kapal-kapal berbendera Merah Putih dari sebelumnya dikuasai kapal asing. Mengingat nilai investasi kapal-kapal tersebut sangat tinggi, maka semua pengadaan kapal jenis ini harus didukung dengan pinjaman perbankan dan dilakukan dengan menggunakan mata uang US$ dengan jangka waktu antara lima hingga delapan tahun. Di sisi lain, penurunan harga minyak dunia yang sangat drastis pada akhir tahun lalu berdampak terhadap penundaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sebagian besar kegiatan hulu minyak dan gas bumi. Bahkan sebagian sudah dihentikan karena cost of production lebih tinggi dibandingkan harga jual produk, ujar Sugiman. Terhadap masalah-masalah tersebut, INSA mengusulkan solusi alternatif guna mendukung upaya pemulihan sektor penunjang offshore minyak dan gas bumi yakni memindahkan penggolongan/ pengelompokan marine service vessel dari kategori satu menjadi kategory tiga. Kemudian tetap memberikan underlying kontrak dalam mata uang US$, akan tetapi pembayaran dilaksanakan dalam rupiah sesuai kurs yang berlaku pada saat pembayaran. Skema ini sudah dijalankan di PT Pertamina (Persero) dalam jasa penyewaan kapal. (II) INSA Dukung Pengadaan Kapal Navigasi Kemenhub Jakarta Asosiasi Pengusaha Pelayaran (INSA) mengapresiasi langkah Direktorat Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan kembali membangun lima unit kapal kelas I kenavigasian. Kami melihat dan menilai pembangunan lima kapal navigasi itu merupakan aksi berkelanjutan Kementerian Perhubungan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana bantu navigasi pelayaran, ujar Johnson W Sutjipto, Ketua Umum INSA sebagaimana ditulis BeritaTrans.com dan tabloid mingguan BeritaTrans. Johnson mengutarakan dengan penambahan kapal navigasi maka Kementerian Perhubungan memposisikan diri sebagai lembaga pemerintah, yang gencar mewujudkan visi dan misi Nawa Cita yakni negara hadir dalam kesempatan apapun yang dibutuhkan rakyat, termasuk mengenai keselamatan pelayaran. Dengan bertambahnya kapal navigasi maka semakin kuat posisi Kementerian Perhubungan dalam menjaga keselamatan pelayaran. Patroli untuk mengecek rambu, mengantar petugas dan logistik menara suar dan sebagainya menjadi lebih terjamin, tuturnya. Johnson juga mengapresiasi Menteri Ignasius Jonan dalam menggerakkan Kementerian Perhubungan memberikan fokus utama dalam keselamatan. Seperti diketahui, kontrak pembangunan 5 kapal navigasi ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengadaan kapal kenavigasian Ditjen Hubla dengan Direktur Utama Galangan Kapal PT. Palindo Marine, Senin (23/2/2016). Penandatangan kontrak tersebut disaksikan langsung oleh pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Perhubungan Laut DR. Umar Aris, SH, MM, MH (II)

3 3 Pemerintah Semakin Perketat Impor Kapal Bekas di Indonesia Tidak akan menjadikan Indonesia sebagai pasar barang bekas Jakarta Pemerintah semakin memperketat impor kapal bekas dengan membatasi usia maksimum 15 tahun untuk kapal jenis tertentu yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri hingga 30 tahun untuk kapal yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Kebijakan itu di atur berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.127 tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Barang Modal dalam Keadaan Tidak Baru yang berlaku mulai 1 Februari 2016 hingga 31 Desember 2018 dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja industri di dalam negeri. Permendag tersebut merupakan pengganti atas Peraturan Menteri Perdagangan No.75 tahun 2013 yang dinilai sudah tidak relevan lagi. Dalam peraturan yang lama, impor kapal dibatasi maksimal 20 tahun. Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Perdagangan No. 127 tahun 2015 menyatakan barang modal dalam keadaan tidak baru adalah barang sebagai modal usaha atau untuk menghasilkan sesuatu yang masih layak pakai, atau untuk direkondisi, remanufacturing, digunafungsikan kembali dan bukan skrap. Adapun impor kapal berusia 15 tahun dibatasi pada kapal pesiar, kapal ekskursi, kapal feri, kapal kargo, tongkang dna kendaraan air semacam itu untuk pengangkutan orang atau barang dengan bobot tidak melebihi GT, kapal tanker dengan ukuran dibawah DWT, kapal penangkap ikan, kapal pabrik dan kendaraan air lainnya untuk pemrosesan atau pengawetan produk perikanan dengan bobot tidak lebih dari GT dan kapal penarik dan pendorong dengan ukuran tidak melebihi horse power. Pemerintah juga membatasi impor kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk dibawah M3, crane terapung, kendaraan air ainnya yang fungsi berlayarnya bukan merupakan fungsi utama, dok terapung, kapal produksi dan flatform pengeboran dengan ukuran dibawah GT karena diperkirakan bisa diproduksi di dalam negeri. Meskipun demikian, pemerintah memperlonggar impor kapal tertentu yang belum bisa diproduksi di dalam negeri dengan usia hingga 30 tahun yakni kapal pesiar, kapal ekskursi, kapal feri, kapal kargo, tongkang dna kendaraan air semacam itu untuk pengangkutan orang atau barang dengan bobot lebih dari GT, kapal tanker dengan ukuran diatas DWT, kapal penangkap ikan, kapal pabrik dan kendaraan air lainnya untuk pemrosesan atau pengawetan produk perikanan dengan bobot di atas GT dan kapal penarik dan pendorong dengan ukuran di atas horse power. Pemerintah juga memperlonggar impor kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk di atas M3, crane terapung, kendaraan air ainnya yang fungsi berlayarnya bukan merupakan fungsi utama, dok terapung, kapal produksi dan flatform pengeboran dengan ukuran di atas GT. Sugiman Layanto, Wakil Ketua Umum INSA mengatakan pembatasan impor kapal berdasarkan usia memang perlu dilakukan karena saat ini, untuk kapal dengan jenis tertentu, Indonesia sudah kelebihan kapal. Kebijakan pembatasan impor kapal ini harapkan agar menjadi perhatian seluruh anggota INSA se-indonesia, katanya kepada INFO INSA. Sementara itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan Permendag tentang ketentuan impor barang modal dalam keadaan tidak baru akan berdampak positif terhadap pertumbuhan industri nasional. Regulasi tersebut, katanya, tidak akan menjadikan Indonesia sebagai pasar barang bekas karena seluruh aspek teknis dikontrol oleh Kementerian Perindustrian. Semua harus diverifikasi oleh teknis kami. Barang yang bisa diproduksi di dalam negeri, tidak akan kami berikan izin impor, katanya sebagaimana ditulis Bisnis.

4 4 Tunda Penerapan Aturan Dana Ombudsman: BUP Tidak Perlu Urus Izin Usaha Bongkar Muat Jaminan Ganti Rugi Pencemaran Bongkar muat sudah termasuk dalam izin BUP Jakarta Ombudsman Republik Indonesia (ORI) menegaskan seluruh badan usaha pelabuhan (BUP), khususnya Pelindo I, II, III, dan IV, tidak perlu mengurus Surat Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat (SIUPBM) sebab kegiatan bongkar muat sudah termasuk dalam izin BUP. Penegasan itu disampaikan ORI dalam suratnya kepada Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, menanggapi keluhan pengguna jasa Pelabuhan Tanjung Emas Semarang karena pelayanan bongkar muat sempat dihentikan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP). Surat tersebut juga ditembuskan kepada Presiden dan beberapa menteri terkait, seperti Menko Perekonomian, Menko Maritim dan Sumber Daya, Menteri BUMN, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden, serta Dirut Pelindo I, II, II, dan IV. ORI sebagai lembaga negara yang berwenang mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, menyarankan Menhub memberikan penegasan bahwa seluruh BUP tidak perlu melakukan pengurusan SIUPBM. Pada November 2015, KSOP Tanjung Emas Semarang sempat menghentikan pelayanan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Emas. Padahal, penghentian operasional pelabuhan bisa melumpuhkan perekonomian kawasan di sekitarnya. Pelindo III, yang mengelola Tanjung Emas, meskipun perpanjangan tangan negara dalam mengelola pelabuhan seusai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, oleh Dirjen Hubla Kementerian Perhubungan dianggap tetap perlu mengurus SIUPBM. Dalam suratnya, ORI juga menyinggung bahwa permohonan APBMI (Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia) Semarang kepada Mahkamah Konstitusi (MK) atas pengujian Pasal 90 Ayat 3 Huruf g UU Pelayaran terkait kewenangan kegiatan bongkar muat oleh Pelindo sudah ditolak. Salah satu pertimbangan pendapat MK yakni bahwa penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang di pelabuhan dilakukan oleh badan usaha yaitu BUP, PBM, dan perusahaan angkutan laut nasional, yang masingmasing memiliki fungsi dan kewenangan berbeda sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Surat tertanggal 15 Februari 2016 yang ditandatangani oleh Ketua ORI Danang Girindrawardhana itu dikeluarkan setelah melakukan tinjauan lapangan dan mengumpulkan keterangan dari pihak-pihak terkait, seperti Ditjen Perhubungan laut, Kepala Dinas Perhubungan Jateng, KSOP Tanjung Emas, direksi Pelindo III, dan GM Pelabuhan Tanjung Emas. ORI juga menyatakan bahwa pada kenyataannya tidak terjadi monopoli, diskriminasi dalam pemberian pelayanan, dominasi pada kegiatan operasional di Pelabuhan Tanjung Emas. Kahumas Pelindo III Edi Priyanto menyambut baik surat dari ORI tersebut. Dia memandang penegasan dari Menhub akan mencegah terjadinya penghentian pelayanan bongkar muat di pelabuhan lain di seluruh Indonesia yang dapat mengancam perekonomian negara. "Kami yakin kebijakan pemerintah, termasuk melalui Kemenhub, untuk terus mendukung pelaksanaan Program Tol Laut tetap konsisten. Karena itu penyederhanaan birokrasi dan kepastian hukum untuk mendukung iklim bisnis harus terwujud. Janganlah masyarakat sampai dirugikan oleh perbedaan penafsiran atas peraturan negara," ujarnya dalam siaran pers.

5 BERITA FOTO 5 RAPAT KKP: INSA memberikan masukan terkait dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. 45 tahun 2015 pada rapat yang dilaksanakan Komite Kebijakan Publik (KKP) yang dipimpin Ketua KKP bidang Transportasi Laksamana (Purn) DR Marsetio didampingi Wakil Ketua KKP Leon Muhammad dan Plt Dirjen Perhubungan Laut Umar Aris SH, MM, MH. dppinsa Dok.dppinsa Dok.dppinsa RAPAT: INSA aktif menyelenggarakan rapat pengurus yang membahas berbagai persoalan keanggotaan seperti masalah regulasi, perpajakan, keorganisasian dan kesekretariatan dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi. dppinsa INDONESIAN NATIONAL SHIPOWNERS ASSOCIATION Wisma BSG, Lantai 3A #M04-05 Jl. Abdul Muis No.40 Jakarta Pusat, Indonesia P: F: sekretariat@dppinsa.com. Website: Dok.dppinsa Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners Association Dok.dppinsa TAHUN 2016 GONG XI FA CHAI

6 6 Tunda Penerapan Aturan Dana Jaminan Ganti Rugi Pencemaran Jakarta Pelaku usaha pelayaran anggota INSA meminta pemerintah menerapkan kebijakan tentang Penerapan Dana Jaminan Ganti Rugi Nasional terhadap Kerusakan Akibat Pencemaran Minyak Bahan Bakar dan Muatan secara bertahap. Sekretaris Umum INSA Lolok Sujatmiko mengatakan kebijakan tersebut tidak bisa diterapkan secara konstan karena belum tersosialisasi hingga ke pelayaran menengah ke bawah. Ini harus ada intensifikasi sosialisasi ke pemilik kapal sebelum diterapkan secara keseluruhan, kata Lolok. Dia menilai untuk tahap pertama, kebijakan tersebut diwajibkan kepada kapal-kapal yang mengangkut muatan minyak secara curah hingga ton atau lebih dan kapal dengan ukuran gross tonnage atau lebih. Tahap ini sesuai dengan ayat 1 dan 2 pasal 39 Permenhub No, 29 tahun Sedangkan tahap berikutnya adalah kapal-kapal dengan ukuran yang lebih kecil sebagaimana ayat 5 dan 6 pasal 39, ujarnya kepada INFO INSA. Mengingat kebijakan tersebut belum tersosialisasi dengan optimal kepada pelaku usaha pelayaran, katanya, INSA meminta agar pelaksanaan kebijakan tersebut ditunda sekurang-kurangnya hingga Juni tahun ini. Ini penting agar proses sosialisasi berjalan optimal. Terkait dengan kebijakan tersebut, INSA telah menyurati Kementerian Perhubungan c.q Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Surat No. DPP-SRT- 1/16/0111 tertanggal 22 Januari 2016 tersebut menanggapi Surat Edaran Dirjen Perhubungan Laut No. UM 003/26/5/DK-15. Dalam Surat tersebut, INSA sepakat mendukung intensifikasi pelaksanaan Peraturan tersebut dengan akan melakukan sosialisasi kepada seluruh anggota INSA di dua kota yakni Surabaya dan Jakarta. Kami mendukung intensifikasi sosialisasi agar kebijakan ini dapat diterapkan secara optimal, ujarnya. Surat Edaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan No. UM.003/26/5/DK-15 tentang Penerapan Dana Jaminan Ganti Rugi Nasional Terhadap Kerusakan Akibat Pencemaran Minyak Bahan Bakar dan Muatan. INSA menegaskan pengusaha pelayaran nasional anggota INSA pada prinsipnya mendukung dan mengapresiasi langkahlangkah pemerintah dalam menerapkan kebijakan di bidang pencegahan pencemaran di lingkungan perairan Indonesia sesuai dengan UU No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang kemudian dituangkan dalam peraturan turunannya. Lolok mengingatkan dari sekitar perusahaan pelayaran niaga nasional dengan populasi kapal mencapai unit (Desember 2015), merupakan perusahaan kecil dan menengah yang sangat membutuhkan binaan dan perhatian dari Pemerintah, khususnya Kemenhub agar dapat tumbuh dan berkembang dalam rangka mendukung program konektivitas nasional, khususnya Tol Laut dan Poros Maritim. Menurut dia, implementasi kebijakan yang diatur di dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.29 tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Lingkungan Maritim seyogyanya memperhatikan kondisi aktual pelaku usaha pelayaran nasional saat ini dimana sebagian besar mengoperasikan kapal berskala kecil tapi sangat berkontribusi dalam menjaga konektivitas angkutan barang dalam negeri. Tahap pertama, diwajibkan kepada kapal-kapal yang mengangkut muatan minyak secara curah hingga ton atau lebih dan kapal dengan ukuran gross tonnage atau lebih.

7 7 Menko Maritim: Kalibaru Port Jangan Sampai Molor Lagi Operasional Kalibaru sudah meleset dari target Januari 2016 JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli meminta target pembangunan Terminal 1 New Priok atau Pelabuhan Kalibaru tidak mundur lagi dari Juni Mengingat, operasional pelabuhan tersebut sudah meleset dari target seharusnya yakni Januari "Yang saya ketahui, pembangunan ini mundur dari jadwalnya terus. Dikhawatirkan terjadi cost off run, anggarannya berubah terus. Juga terjadi loan overpricing di mana ongkosnya semakin tinggi, tolong dijelaskan," kata Rizal Ramli di kantor Pelindo II seusai meninjau jalur kereta api kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (18/2/2016). Dia menegaskan hal itu saat berdialog dengan direksi Pelindo II dan anak perusahaannya PT Pengembang Pelabuhan Indonesia (PPI) yang bertanggung jawab merealisasikan proyek Kalibaru. Terminal tambahan sangat mendesak untuk mengurangi beban kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok. Direktur Utama PPI Retno Soelistiyanti menjelaskan mundurnya target penyelesaian konstruksi karena waktu pengurusan perizinan yang mundur hingga sembilan bulan. "Kami membutuhkan waktu dalam mengurus perizinan-perizinan. Jadi bila belum ada kelengkapan surat-surat yang dimiliki, tidak bisa ada pembangunan," ungkapnya sebagaimana ditulis website Menko Maritim. Selain perizinan yang panjang, menurut Retno, juga ada masalah sosial lantaran konstruksi akses jalan harus melewati lahan hunian warga. "Proyek ini juga bersinggungan dengan proyek pemerintah lainnya, misalnya jalan common gate (area pemeriksaan karantina dan bea cukai) yang harus disesuaikan dengan proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," jelas Retno Dia mengungkapkan, pihaknya hanya meminta penyesuaian target proyek ke Juni 2016 untuk beberapa hal di lapangan sudah siap semua. Soal anggaran, Retno menegaskan tidak ada pembengkakan investasi akibat molornya target proyek. "Kita pakai dolar AS dan rupiah, ditotal masih sekitar Rp10 triliun-rp11 triliun," jelasnya. Rizal menginstruksikan jajaran Kemenko Kemaritiman segera berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk mempercepat pembangunan common gate yang menjadi kendala tersebut. "Nanti saya minta pihak Kemenko Kemaritiman untuk berkoordinasi mengenai masalah perizinan itu sehingga target pembangunan dapat terlaksana. Terminal Kalibaru dibangun PT Pelindo II (Persero) berkat adanya Surat Penugasan dari Pemerintah. Pelabuhan tersebut dibangun untuk memperkuat Pelabuhan Tanjung Priok dan telah dilakukan uji coba pengoperasian pada Rabu, (27/1) sebagai tahap awal dari rangkaian beberapa tahapan. Uji coba disaksikan otoritas pelabuhan utama tanjung priok, syahbandar utama pelabuhan tanjung priok, distrik navigasi kelas 1 Tanjung Priok beserta instansi pemerintah lainnya di lingkungan pelabuhan Tanjung Priok guna mendapatkan masukan terkait hasil uji coba agar segera dapat dilakukan upaya penyempurnaan Corporate Secretary & GA PT Pelindo II Hambar Wiyadi menjelaskan, uji coba ini bertujuan mempersiapkan dengan sebaikbaiknya pengoperasian secara komersial terminal peti kemas 1 yang rencananya berlangsung pertengahan tahun ini.

8 8 INSA Minta Optimalisasi Tol Laut Asosiasi Pelayaran ASEAN Akui INSA Jakarta Setelah mendapatkan pengakuan dari Menteri Hukum dan HAM, perjuangan pengurus DPP INSA periode terus dilakukan, terutama terhadap dunia internasional. Organisasi pengusaha perusahaan pelayaran se-asean (Federation of ASEAN Shipowners Association (FASA) secara resmi mengakui kepengurusan INSA periode hasil Rapat Umum Anggota (RUA) INSA ke-16 di Hotel Kempenski, 20 Agustus In the unlikely event of a new separate entity that sets up and in parallel, represents Indonesia shipping/shipowners interest, FASA only recognises INSA and no other entity. Mr Johnson Sutjipto has been permitted to run the INSA entity, as reflected in the Domicile Certificate, tulis Sekretaris General FASA Michael Phoon menanggapi klarifikasi DPP INSA. AGENDA KEGIATAN FASA detik.com INSA merupakan satu-satunya organisasi pengusaha perusahaan pelayaran niaga nasional yang diakui keberadaannya oleh Pemerintah dan disahkan berdasarkan SK Menteri Hukum dan HAM No. AHU AH tahun Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto mengatakan berterima kasih atas dukungan pengurus dan anggota INSA sehingga pengurus INSA hasil RUA 2015 diakui organisasi internasional. Kita anggota FASA dan sekarang kepengurusan INSA kita sudah diakui oleh FASA, katanya. Dia menjelaskan dibawah kepemimpinannya, INSA akan meningkatkan kontribusinya kepada dunia pelayaran secara internasional guna meningkatkan pembangunan nasional. INSA itu bagian dari komunitas pelayaran internasional. Pengakuan ini adalah jalan penting bagi INSA untuk meningkatkan pemberdayaan anggota, ujarnya. Johnson menjelaskan sejumlah agenda FASA sudah ada di depan mata. Pihaknya akan lebih aktif pada agendaagenda FASA maupun Asian Shipowners Forum memperkenalkan pelayaran nasional kepada dunia global. Tujuan kami demi memakmurkan anggota, katanya. Hongkong 23 Februari 2016 ASF Ship Insurance & Liability Committee (SILC) Kobe, Japan 3-4 March 2016 ASF Shipping Economic Review Committee (SERC) Singapore 18 March 2016 ASF Safe Navigation & Environment Committee (SNEC) Hanoi, Vietnam 27 March 2016 ASF Ship Recycling Committee (SRC) Shanghai, China May 25 Th ASF Meeting Jakarta Pelaku usaha pelayaran yang tergabung ke dalam Indonesian National Shipowners Association (INSA) menilai implementasi Tol Laut harus dioptimalkan agar tujuannya dapat tercapai. Oleh karena itu, INSA mengharapkan evaluasi tol laut dilakukan secara menyeluruh. Dalam rangka evaluasi tersebut, INSA mengusulkan agar program PSO dirubah menjadi program subsidi. Ketua Umum INSA Johnson W. Sutjipto mengatakan pengubahan program PSO menjadi program subsidi akan menguntungkan masyarakat karena kegiatan tol laut menjadi lebih kompetitif sehingga biaya semakin murah dan pelayaran swasta banyak yang terlibat. Swasta harus dilibatkan, ujarya. Tol Laut merupakan salah satu janji kampanye Presiden Joko Widodo. Program tersebut dibangun dengan tujuan untuk menyatukan nusantara, menjaga kelancaran arus barang hingga ke pelosokpelosok dalam negeri dan memangkas disparitas harga antar wilayah di Indonesia. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Elly Sinaga mengatakan pihaknya sudah menyelesaikan evaluasi tersebut dan akan dipaparkan kepada Menteri Perhubungan terlebih dahulu sebelum dipublikasikan. Sebenarnya sudah siap tinggal finalisasi saja, katanya. Sementara itu, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi XI, pada pekan depan. Mudahmudahan Minggu depan, kata Darmin, Rabu (24/2). Sejak September 2015, pemerintah terus menggulirkan paket kebijakan. Langkah itu ditempuh untuk menciptakan iklim investasi yang makin kondusif sehingga dapat menarik arus masuk investasi dan dana ke dalam negeri. Darmin mengungkapkan, Paket Kebijakan XI akan fokus pada upaya pemerintah untuk menghapus berbagai aturan penghambat kelancaran lalu lintas logistik di Tanah Air. (II)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

INSA Dorong Revisi Peraturan Pembatasan Usia Kapal Impor

INSA Dorong Revisi Peraturan Pembatasan Usia Kapal Impor INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 NO/EDISI : 008/V/2016/ MEI 2016 INSA Dorong

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

2016, No Republik Indonesia Nomor 4152); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No.1339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Penggunaan Kapal Asing. Pemberian Izin. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 100 TAHUN 2016 PM 154 TAHUN

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

insa Indonesia National Shipowners Association.

insa Indonesia National Shipowners Association. insa Indonesia National Shipowners Association. INSA adalah sebuah organisasi sebagai wadah para pengusaha pelayaran yang didirikan pada tahun 1967 dan dikukuhkan melalui surat Keputusan Menteri Maritim

Lebih terperinci

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

INFORMASI INSA. Putusan Sela PN Mari Kita Hormati Hukum. Johnson Mengajak Seluruh Anggota INSA Kembali Bersatu. PASTI BISA MERAH PUTIH

INFORMASI INSA. Putusan Sela PN Mari Kita Hormati Hukum. Johnson Mengajak Seluruh Anggota INSA Kembali Bersatu. PASTI BISA MERAH PUTIH INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 006/III/2016, MARET 2016 Putusan Sela PN Mari Kita Hormati Hukum Johnson

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1523, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Angkutan Laut. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 93 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 2003, 2015 KEMENHUB. Pemberian. Izin. Kapal Asing. Kegiatan. Angkutan Laut. Dalam Negeri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 200 TAHUN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari permasalahan-permasalahan yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega No.671, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik Kapal Perintis Milik Negara. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2017

Lebih terperinci

INSA. Hubla Tegaskan Dua Asosiasi Pelayaran Sebagai Mitra Kerja INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional

INSA. Hubla Tegaskan Dua Asosiasi Pelayaran Sebagai Mitra Kerja INFORMASI PASTI BISA MERAH PUTIH. Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PERIODE 2015-2019 PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA PERIODE 2015-2019 EDISI : 010/VIII/2016, AGUSTUS 2016 Hubla Tegaskan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat negara Indonesia membutuhkan

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k No.1122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Tata Kelola BMN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN TATA KELOLA BARANG

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II

PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II PENGHEMATAN ANGGARAN JILID II http://www.republika.co.id Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In No.1817, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bongkar Muat. Barang. Kapal. Penyelenggaraan. Pengusahaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 71 TAHUN 2013 TENTANG SALVAGE DAN/ATAU PEKERJAAN BAWAH AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1880, 2014 KEMENHUB. Pengerukan. Reklamasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 74 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan kebijakan pemberdayaan industri

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Implementasi asas Cabotage merupakan sebuah prinsip yang lahir dari rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan udaranya. Dalam konteks

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak. Pengenaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak. Pengenaan Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak langsung, yang dikenakan atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak maupun pemanfaatan Jasa Kena Pajak.

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : I Rapat ke : 16 Jenis Rapat : Rapat

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1201, 2015 KEMENHUB. Barang. Long Stay. Pelabuhan Tanjung Priok. Pemindahan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 117 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.321, 2014 KEMENHUB. Izin. Penggunaan Kapal Asing. Kegiatan Lain. Angkutan Laut. Tata cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 10

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam No.1550, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pelayanan Publik. Angkutan Barang. Laut. Kewajiban. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 161 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1309, 2015 KEMENHUB. Pengerukan. Reklamasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 136 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Kedua, kemudahan usaha dan pengurangan beban biaya penyedia jasa logistik nasional melalui 11 program yakni :

Kedua, kemudahan usaha dan pengurangan beban biaya penyedia jasa logistik nasional melalui 11 program yakni : INFORMASI INSA Untuk Kejayaan Pelayaran Nasional MERAH PUTIH PASTI BISA DITERBITKAN : DPP INSA PENANGGUNGJAWAB : DPH INSA EDISI : 15/I/2017, Januari 2017 Paket XV tentang Deregulasi Kebijakan Ekonomi INSA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1955, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Dari Dan Ke Kapal. Bongkar Muat. Penyelenggaraan dan Pengusahaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 152 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.417, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Kilang Minyak. Dalam Negeri. Pembangunan. Pengembangan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan No.1213, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kegiatan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 79 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2017 KEMEN-ESDM. Bantuan Pemerintah. Ditjen MIGAS. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENGHEMATAN BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas

2016, No Republik Indonesia Nomor 3601) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang.perubahan atas No.65, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Angkutan Udara Perintis. Kriteria. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA DAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2006 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2006 TENTANG KEWAJIBAN BAGI KAPAL BERBENDERA INDONESIA UNTUK MASUK KLAS PADA BIRO KLASIFIKASI INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DISTRIBUSI LIQUIFIED PETROLEUM GAS TABUNG 3 (TIGA) KILOGRAM BERSUBSIDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa pelabuhan mempunyai peran

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOMOR: KP 99 TAHUN 2017 NOMOR: 156/SPJ/KA/l 1/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran No.913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Jasa Pengurusan Transportasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN JASA

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan ikiim usaha yang lebih

Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan ikiim usaha yang lebih MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG IMPOR BARANG OPERASI UNTUK KEGIATAN USAHA HULU

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M No.1538, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alat Angkut Tertentu. Fasilitas Tidak Dipungut PPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 /PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

2017, No sehingga perlu dilakukan perpanjangan jangka waktu penggunaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2017, No sehingga perlu dilakukan perpanjangan jangka waktu penggunaannya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1791, 2017 KEMENHUB. Izin penggunaan Kapal Asing. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 115 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3 KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3 disampaikan oleh : Kepala Pusat Kajian Kemitraan dan Pelayanan Jasa Transportasi Kementerian Perhubungan dalam acara : Sosialisasi Kebijakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG TATACARA PENGAJUAN RENCANA IMPOR DAN PENYELESAIAN BARANG YANG DIPERGUNAKAN UNTUK OPERASI KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1454 K/30/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN DI BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Industri Galangan. Jajang Yanuar Habib Abstrak. Kata Kunci: Perkapalan, Industri, Kebijakan LATAR BELAKANG

Industri Galangan. Jajang Yanuar Habib Abstrak. Kata Kunci: Perkapalan, Industri, Kebijakan LATAR BELAKANG Industri Galangan Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Penerapan asas cabotage secara signifikan berhasil meningkatkan jumlah kapal berbendera Indonesia. Sayangnya, sama sekali tidak mampu mendorong

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

Lebih terperinci

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.815, 2016 KEMENHUB. Angkutan Kota. Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi. Pelayanan Publik. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DI LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. PPNS. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1401, 2016 KEMENHUB. UPP. Kelas III Tanjung Redeb. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 111 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011

PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu Bab I Pendahuluan a. Latar belakang Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu dengan negara lain yang saling ketergantungan sehingga melahirkan adanya perekonomian internasional.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1404, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Listrik. Penyediaan. Penghitungan. Pembayaran. Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Terkait Penghematan Belanja Negara, Presiden Instruksikan Tetap Fokus Jaga Pertumbuhan Ekonomi Jumat, 16 September 2016

Terkait Penghematan Belanja Negara, Presiden Instruksikan Tetap Fokus Jaga Pertumbuhan Ekonomi Jumat, 16 September 2016 Terkait Penghematan Belanja Negara, Presiden Instruksikan Tetap Fokus Jaga Pertumbuhan Ekonomi Jumat, 16 September 2016 Presiden meminta jajarannya untuk terus fokus memperbaiki iklim investasi dan maksimalkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA KEPELABUHANAN UNTUK ANGKUTAN LAUT JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL

KEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA KEPELABUHANAN UNTUK ANGKUTAN LAUT JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL KEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA KEPELABUHANAN UNTUK ANGKUTAN LAUT JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL Latar Belakang Angkutan laut berupa kapal-kapal dalam jalur pelayaran internasional sangat berperan

Lebih terperinci

Memasuki 50 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Senin, 14 November 2016

Memasuki 50 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Senin, 14 November 2016 Memasuki 50 Tahun Hubungan Diplomatik, Indonesia-Singapura Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Senin, 14 November 2016 Pemerintah Indonesia dan Singapura sepakat untuk meningkatkan kerja sama kedua negara di

Lebih terperinci

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagan

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34-2016 KEMENDAG. Impor. Barang Modal. Keadaan Tidak Baru. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/M-DAG/PER/12/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci