LAPORAN KINERJA 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA 2015"

Transkripsi

1

2 KINERJA 205

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 205 ini tepat pada waktunya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disusun sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi kepada stakeholders dan wujud pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang dibiayai dari Anggaran Negara agar menyampaikan laporan dimaksud. Laporan Kinerja (LKj) Ditjen Migas Tahun 205 disusun sesuai dengan Peraturan Menteri PAN/RB Nomor 53 Tahun 204 sebagai pengganti Peraturan Menteri PAN/RB Nomor 29 Tahun 200. Laporan Akuntabilitas Kinerja ini memuat gambaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Ditjen Migas selama periode 205 dengan landasan penyusunannya adalah Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Migas Tahun 205 dan Penetapan Kinerja Ditjen Migas Tahun 205 berikut realisasinya. Laporan ini merupakan media akuntabilitas yang merinci pertanggungjawaban sebagai amanah yang diemban organisasi dan tanggung jawab pemakaian sumber daya untuk menjalankan misi organisasi. Bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan tersebut harus tepat, jelas dan nyata secara periodik. Secara umum, selama tahun 205 sebagian besar target sasaran strategis dan kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai. Kami berharap agar laporan akuntabilitas kinerja ini dapat memenuhi harapan sebagai media pertanggungjawaban kepada stakeholders dan sebagai pemicu bagi peningkatan kinerja organisasi Ditjen Migas. Laporan ini dapat terwujud berkat kerja sama dan partisipasi dari berbagai pihak. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga di masa mendatang kerjasama dengan para pihak yang telah membantu dapat terjalin dengan lebih baik lagi. Jakarta, Februari 206 Direktur Jenderal MIgas, Pelindung Pengarah Penanggung Jawab Editor Tim Penyusun Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi Kepala Bagian Rencana dan Laporan Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Laporan Mochamad Imron, Sinta Agustina, Anna Juneta, Mitha Mariza P., Edward Gorasinatra, Irawan Eko P., Eka Ramona S., Benny Tambuse, Tafaqquh Fiddin, Farhan, Reza Suraputra, Purwanti, Valentine Conny P.P., Fitria Titisari, Urlyagustina Rakhmawati, Fahrur Rozi F., Ardiyta Tisha V. IGN Wiratmaja Puja 2 3

4 DAFTAR ISI 6 BAB I PENDAHULUAN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB IV PENUTUP A. Latar Belakang B. Tentang Ditjen Migas C. Pengelolaan Sub Sektor Migas Tahun BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Ditjen Migas B. Rencana dan Perjanjian Kinerja Ditjen Migas Tahun 205 A. Capaian Kinerja Ditjen Migas Tahun 205. Sasaran Meningkatnya Penerimaan subsektor Migas 2. Sasaran Meningkatnya Investasi subsektor Migas 3. Sasaran Terselenggaranya Kegiatan Penyiapan dan Penawaran Wilayah Kerja Baru Migas 4. Sasaran Terselenggaranya Kegiatan Pelayanan dan Pemantauan Optimalisasi Pemroduksian Cadangan Migas dan Koordinasi Pengelolaan dan Eksploitasi 5. Sasaran Terlaksananya Pengendalian Harga dan Subsidi Bahan Bakar 6. Sasaran Peningkatan Pemberdayaan Kapasitas Nasional 7. Sasaran Terjaminnya Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan Bahan Bakar Gas untuk Domestik B. Realisasi Anggaran Ditjen Migas Tahun LAMPIRAN. Tabel Capaian Kinerja Ditjen Migas Tahun Tabel Capaian Anggaran Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Per Unit Eselon II Tahun Perjanjian Kinerja Tahun

5 BAB I PENDAHULUAN 6

6 A. LATAR BELAKANG B. TENTANG DITJEN MIGAS Sebagai wujud pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan subsektor minyak dan gas bumi serta demi mendorong terwujudnya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu prasyarat terciptanya pemerintahan yang baik dan terpercaya, yang didukung oleh semangat reformasi untuk mewujudkan sebuah sistem pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), dan sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) yang mewajibkan seluruh instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, maka Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyusun Laporan Kinerja setiap tahunnya. Dalam pelaksanaannya, Inpres ini dilengkapi dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 204 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 29 Tahun 200 yang digunakan sebagai acuan penyusunan Laporan Kinerja pada tahun-tahun sebelumnya. Pertanggungjawaban tersebut oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi diwujudkan dalam sebuah Laporan Kinerja (LKj) yang disusun berdasarkan pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 205 dengan mengacu pada target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Migas Tahun 205 yang merupakan implementasi dari Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 205. Peran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam pengelolaan dan pemanfaatan energi nasional adalah dalam hal kebijakan dan regulasi, pembinaan dan pengawasan minyak dan gas bumi, serta pengawasan terhadap ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi memiliki wewenang dan tugas khusus dalam sektor energi dan sumber daya mineral khususnya terkait subsektor minyak dan gas bumi. Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 Tahun 200, dijelaskan bahwa Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang minyak dan gas bumi. Ini berarti bahwa Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi memiliki wewenang dalam hal perumusan dan implementasi kebijakan-kebijakan subsektor minyak dan gas bumi di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 07, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan di bidang minyak dan gas bumi; pelaksanaan kebijakan di bidang minyak dan gas bumi; penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang minyak dan gas bumi; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang minyak dan gas bumi; dan pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Ketentuan tentang tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi tersebut di atas telah diperbarui melalui ketetapan dalam Peraturan Presiden nomor 68 tahun 205 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada Pasal 9 dan Pasal 0 yang menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan minyak dan gas bumi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja, lingkungan, dan pembangunan sarana dan prasarana tertentu, serta pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor minyak dan gas bumi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja, lingkungan, dan pembangunan sarana dan prasarana tertentu, pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor minyak dan gas bumi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja, lingkungan, dan pembangunan sarana dan prasarana tertentu, serta pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor minyak dan gas bumi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; d. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja, lingkungan, dan pembangunan sarana dan prasarana tertentu, serta pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor minyak dan gas bumi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan pengusahaan, keteknikan, keselamatan kerja, lingkungan, dan pembangunan sarana dan prasarana tertentu, serta pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor minyak dan gas bumi sesuai dengan peraturan perundang-undangan; f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. 8 9

7 Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, maka Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi sebagai organisasi pemerintah yang ada di bawah koordinasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang merupakan unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, dibentuk dengan dukungan lima jajaran unit eselon II di bawah pimpinan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 Tahun 200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM terdiri atas: Sekretariat Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi; Direktorat Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi; Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi; Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi; dan Direktorat Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi. Adapun struktur organisasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dapat digambarkan sebagai berikut: C. PENGELOLAAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI TAHUN 205 Tahun 205, merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun Di mana Renstra Ditjen Migas disusun sebagai penjabaran dari Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 3 Tahun 205 dan merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun yang sudah memasuki RPJMN tahap ke-3 yang bertema Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber Daya Mineral (SDA) yang tersedia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, serta kemampuan Iptek. Gambar. Tahapan Sasaran RPJMN dalam RPJPN Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Subsektor minyak dan gas bumi mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, baik sebagai sumber energi, bahan bakar dan penerimaan negara, serta menciptakan multiplier effect yang mampu menggerakkan sendi-sendi perekonomian di mana kegiatan bidang minyak dan gas bumi berada. Selama kurun waktu 205, pengelolaan subsektor minyak dan gas bumi menghadapi beberapa kendala. Pada sisi penyediaan pasokan, terdapat kendalakendala seperti penurunan jumlah cadangan, penurunan produksi minyak bumi, daya tarik dari iklim investasi, tumpang tindih lahan, bauran energi yang masih didominasi bahan bakar minyak dan beberapa permasalahan lainnya. Pada sisi konsumsi, kita dihadapkan pada kondisi harga minyak dan gas bumi yang mengalami rentang dinamika yang besar, terbatasnya keberadaan infrastruktur, rendahnya efisiensi penggunaan bahan bakar minyak dan gas, tuntutan regulasi lingkungan akan emisi yang lebih bersih dan sebagainya. 0

8 Subsektor minyak dan gas bumi mendukung Nawacita khususnya agenda prioritas ke-7 dari 9 agenda prioritas Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik, yang di antaranya terdiri dari: membangun kedaulatan pangan; membangun kedaulatan energi; membangun kedaulatan keuangan; mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional. Kedaulatan energi akan dilaksanakan melalui kebijakan pengurangan impor minyak dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, pembangunan infrastruktur energi, pengutamaan pemakaian gas bumi, dan lain-lain. Ditjen Migas menjabarkan Visi dan Misi Presiden terkait subsektor minyak dan gas bumi secara operasional dalam bentuk konkrit yang tercermin dalam tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi. Secara umum kebijakan pengelolaan energi dan sumber daya mineral menekankan suatu shifting paradigm, yaitu suatu paradigma yang mengarahkan pengelolaan energi dan sumber daya mineral, bukan lagi semata dari sisi kebijakan suplai, namun juga harus mengoptimalkan pengaturan sisi permintaan. Dari supply side management, terus dilakukan upaya-upaya eksplorasi termasuk optimasi dan diversifikasi produksi, sedangkan dari demand side management, lebih mengutamakan diversifikasi pemanfaatan energi dan efisiensi energi yang melibatkan peran serta dan kesadaran seluruh pengguna energi. Arah kebijakan sektor energi dan sumber daya mineral berdasarkan Undang-Undang Energi ditekankan pada 3 sisi yaitu: supply side management, demand side management, dan kebijakan harga. Sejak awal tahun 2000 kebutuhan energi semakin meningkat, dan sebaliknya pasokan energi khususnya minyak bumi cenderung menurun, sehingga demand side management mendapat perhatian lebih untuk dikendalikan. Upaya konservasi pada demand side harus menjadi fokus perhatian, sambil melakukan diversifikasi agar penyediaan dan konsumsi energi tidak selalu mengandalkan minyak bumi. Sedangkan arah kebijakan pengelolaan mineral diutamakan untuk lebih memberikan nilai tambah dan pertumbuhan industri dalam negeri. Untuk melaksanakan kebijakan dalam hal memberikan jaminan pasokan energi, pelaksanaan kebijakan harga energi dan meningkatkan kesadaran para pengguna energi, maka pada tahun 205 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyusun program kegiatan di antaranya berupa pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga, pembangunan sarana dan prasarana bahan bakar gas untuk sektor transportasi, pembangunan kilang mini LPG, pemberian subsidi bahan bakar minyak dan LPG, serta pembagian paket perdana LPG 3 Kg. Pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga yang diawali pelaksanaannya oleh Pemerintah c.q. Ditjen Migas sejak tahun 2009 dengan Kota Palembang dan Surabaya sebagai pilot project, hingga tahun 204 telah mencapai sambungan rumah yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Pada tahun 205, kegiatan pembangunan tersebut dilanjutkan dengan memberikan sambungan kepada rumah tangga. Sehingga total sambungan yang telah terpasang hingga tahun 205 lebih dari 97 ribu rumah tangga. Selain itu, pembangunan SPBG yang telah mencapai 49 unit dan pembagian paket perdana LPG 3 Kg hingga, juta paket perdana yang tersebar di wilayah Indonesia menunjukkan upaya serius yang tengah dilaksanakan pemerintah melalui kebijakan yang dilakukan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi secara berkesinambungan hingga tahun

9 BAB II PERENCANAAN KINERJA TAHUN 205 4

10 A. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi memiliki tujuan yang merupakan penjabaran dari visi, yaitu kondisi yang ingin dicapai pada tahun 209. Tujuan tersebut merupakan suatu kondisi yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Masing-masing tujuan memiliki sasaran dan indikator kinerja yang harus dicapai melalui strategi yang tepat, juga harus dapat menjawab tantangan yang ada. Tujuan, Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA. Terjaminnya pasokan migas dan bahan bakar domestik. Mengoptimalkan kapasitas penyediaan migas 2. Meningkatkan alokasi migas domestik 3. Meningkatkan akses dan infrastruktur migas Terwujudnya peran penting Subsektor Migas dalam penerimaan negara 3. Terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM 4. Terwujudnya peningkatan investasi sektor migas 5. Terwujudnya peningkatan peran sub sektor Migas dalam pembangunan daerah 4. Mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor migas Ribu BPD 5. Mewujudkan subsidi migas yang tepat sasaran 6. Mewujudkan peningkatan investasi sektor migas 7. Mengoptimalkan dana bagi hasil dari sektor migas Adapun uraian terhadap makna masing-masing tujuan yang mencakup sasaran dan indikator kinerja untuk periode Rencana Strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi tahun adalah sebagai berikut: TUJUAN-: TERJAMINNYA PASOKAN MIGAS DAN BAHAN BAKAR DOMESTIK Dari 7 tujuan Rencana Strategis Migas , tujuan pertama ini merupakan yang utama dan paling mencerminkan tanggung jawab Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, serta sangat penting karena dampaknya langsung kepada perekonomian dan kesejahteraan rakyat yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan nasional. Peningkatan penyediaan energi dan bahan baku domestik meliputi 3 sisi, yaitu:. Sisi penyediaan (supply), berkaitan dengan potensi sumber daya alam; 2. Aksesibilitas (accessibility), berkaitan dengan infrastruktur dan keterjangkauan harga energi; dan 3. Sisi pemanfaatan (demand), berkaitan dengan pola (behavior) konsumen energi. TUJUAN-2: TERWUJUDNYA PERAN PENTING SUBSEKTOR MIGAS DALAM PENERIMAAN NEGARA Pengelolaan sumber daya migas menghasilkan penerimaan subsektor migas yang jumlahnya ratusan triliun. Sebagai sumber penerimaan negara, subsektor migas setiap tahunnya memberikan kontribusi di atas 20% dari keseluruhan penerimaan nasional. Selain menjadi penerimaan negara bagi Pemerintah Pusat, penerimaan sektor migas tersebut juga dinikmati oleh Daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH). Semakin besar penerimaan, maka DBH juga semakin besar dan begitu juga sebaliknya. 6 7

11 Pada dokumen Rencana Strategis ini, target kinerja telah ditetapkan berdasarkan perencanaan dan perkiraan yang dibuat pada tahun 204/205, sehingga tidak menutup kemungkinan pada tahun berjalan perencanaannya dapat berubah seiring dengan dinamika dalam penetapan APBN, APBN-P, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dan dokumen perencanaan lainnya. TUJUAN-3: TERWUJUDNYA SUBSIDI BAHAN BAKAR YANG LEBIH TEPAT SASARAN DAN HARGA YANG KOMPETITIF Subsidi Bahan Bakar yang terdiri dari BBM dan LPG masih diterapkan dalam rangka mendukung TUJUAN-4: TERWUJUDNYA PENINGKATAN INVESTASI SUBSEKTOR MIGAS Investasi merupakan modal dasar penggerak perekonomian yang mewujudkan kegiatan usaha di TUJUAN-5: TERWUJUDNYA PERAN SUB SEKTOR MIGAS DALAM PEMBANGUNAN DAERAH Pelaksanaan usaha bidang minyak dan gas bumi di setiap daerah akan diperhitungkan nilai penerimaannya berdasarkan hasil produksi minyak dan gas bumi yang telah didapatkan dari tiap-tiap daya beli masyarakat dan aktifitas perekonomian. Namun, besaran subsidinya mulai dikurangi secara bertahap dengan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat. Pengurangan subsidi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengendalian volume atau konsumsi, dan kenaikan harga. subsektor migas. Penyediaan minyak dan gas bumi serta penerimaan subsektor migas yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, berawal dari investasi. wilayah kerja yang tersebar di daerah-daerah di Indonesia. Dengan adanya penerapan konsep dana bagi hasil, maka daerah yang memiliki potensi dan kemudian dikembangkan sebagai wilayah kerja minyak dan gas bumi akan menerima dana sesuai dengan porsi yang dihitung berdasarkan ketentuan yang berlaku. Target Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun No Indikator Kinerja Satuan Target Sasaran strategis: Optimalisasi penyediaan energi fosil. Lifting Migas: Ribu boepd a. Minyak Bumi Ribu bopd b. Gas Bumi Ribu boepd Penandatanganan KKS Migas: Kontrak a. Konvensional Kontrak b. Non Konvensional Kontrak Cadangan Minyak dan Gas Bumi a. Cadangan Minyak Bumi mmstb b. Cadangan Gas Bumi TCF Sasaran strategis: Meningkatkan alokasi migas domestik 4. Pemanfaatan gas bumi dalam negeri a. Persentase alokasi gas domestik % b. Fasilitasi pembangunan FSRU/ Regasifikasi on-shore/lng terminal Unit 2 2 Sasaran strategis: Meningkatkan akses dan infrastruktur migas 5. Volume BBM bersubsidi Juta KL 7,9 7,9 7,9 7,9 7,9 6. Kapasitas Kilang BBM: a. Produksi BBM dari Kilang dalam negeri Juta KL b. Kapasitas kilang BBM dalam negeri Ribu BPD Kapasitas terpasang Kilang LPG Juta Ton 4,6 4,62 4,64 4,66 4,68 8. Volume LPG bersubsidi Juta MT 5,77 6, 6,48 6,87 7,28 9. Pembangunan Jaringan Gas Kota: a. Jumlah wilayah dibangun jaringan gas kota Lokasi b. Rumah tangga tersambung gas kota SR Pembangunan infrastruktur SPBG Lokasi Sasaran Strategis: Mengoptimalkan penerimaan negara dari sub sektor migas. Penerimaan Negara dari Sub Sektor Migas Triliun Rp 39,4 202,47 205,9 209,33 293,79 Sasaran Strategis: Mewujudkan subsidi energi yang lebih tepat sasaran 2. Volume BBM dan LPG bersubsidi Triliun Rp Sasaran Strategis: Meningkatkan investasi sub sektor migas 3. Jumlah rancangan peraturan perundangundangan Rancangan Hukum sub sektor migas sesuai prolegnas 4. Investasi sub sektor Migas Miliar US$ 23,67 25,23 26,8 28,36 29,93 Sasaran Strategis: Terwujudnya lindungan lingkungan, keselamatan operasi dan usaha penunjang migas 5. Jumlah perusahaan yang melaksanakan Perusahaan keteknikan yang baik 6. Persentase penurunan jumlah kecelakaan fatal pada operasi kegiatan hulu dan hilir migas %

12 Pada prinsipnya 5 tujuan strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dapat tergambarkan dengan bagan sebagai berikut: B. RENCANA DAN PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI TAHUN 205 Gambar 2. Keterkaitan Tujuan Strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Indikator Kinerja Utama Merujuk pada pertimbangan terhadap tugas, fungsi, rumusan tujuan dan pernyataan sasaran strategis, maka indikator kinerja utama keberhasilan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dapat dijelaskan melalui bagan alur berikut ini: Gambar 3. Alur Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Keterangan : Mempengaruhi langsung Mempengaruhi tidak langsung Dengan demikian, terlihat bahwa tujuan strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi saling terkait dan memiliki hasil akhir (ultimate outcome) yaitu Jaminan pasokan energi yang memberikan multiplier effects bagi perekonomian nasional. Manajemen penyediaan energi nasional yang meliputi pengembangan infrastruktur migas, optimalisasi produksi migas, dan optimalisasi cadangan migas dikelola dalam koridor lindung lingkungan dan koridor pemberdayaan kapasitas nasional dengan meningkatkan peran subsektor migas dalam pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan multiplier effect dari setiap kegiatan migas. Selain itu, posisi investasi dalam penyediaan sumber daya energi nasional menjadi variabel penting, khususnya di sisi pengembangan infrastruktur dan pengelolaan hulu migas yang bersifat high risk, high technology, dan high capital. Di sisi lain, pengelolaan terhadap kebutuhan energi nasional perlu dilaksanakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM, subsidi BBM, serta memastikan ketersediaan alokasi gas untuk kebutuhan nasional yang pada akhirnya akan berdampak pada penerimaan negara serta keandalan pasokan bahan bakar minyak dan LPG. Belajar dari keterkaitan antara tujuan sasaran strategis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi selain sebagai pembuat kebijakan dan regulasi bidang migas, juga dituntut untuk menjaga dan mengembangkan iklim investasi di dalam negeri sehingga keikutsertaan stakeholder lain seperti swasta dan masyarakat dalam upaya pengelolaan dan pemanfaatan minyak dan gas bumi ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan koridor pengelolaan minyak dan gas bumi berdasarkan pasal 33 UUD 945 dan UU No. 22 Tahun 200, serta dalam upaya pengembangan infrastruktur minyak dan gas, pemenuhan gas bumi untuk sektor rumah tangga, industri, transportasi dan listrik untuk menjamin keamanan pasokan kebutuhan energi nasional, menjadi tinggi. Tingginya partisipasi stakeholder terutama stakeholder domestik dalam pengusahaan minyak dan gas bumi merupakan salah satu dampak yang diharapkan muncul dari subsektor minyak dan gas bumi mengingat dengan semakin tingginya partisipasi tenaga kerja, barang, dan jasa domestik dalam subsektor ini berarti dampak ekonomi yang diberikan oleh subsektor migas terhadap perkembangan ekonomi nasional menjadi semakin besar.. Hasil (Immediate Outcome) Indikator utama atau hasil yang segera terlihat dari keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis adalah: () Jumlah investasi subsektor Migas; (2) jumlah rancangan perundang-undangan subsektor migas sesuai dengan Prolegnas; dan (3) Jumlah realisasi penandatanganan KKS migas. Perlu diketahui bahwa ketiga indikator utama saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, realisasi penandatanganan KKS migas sebagai dampak dari kejelasan status hukum subsektor migas dari keberhasilan rancangan perundang-undangan akan diikuti dengan peningkatan jumlah investasi. 2. Manfaat (Intermediate Outcome) Indikator utama terhadap manfaat keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang merupakan kelanjutan dari indikator utama hasil adalah cadangan dan lifting migas yang didukung oleh indikator () penurunan jumlah kecelakaan fatal pada operasi hulu dan hilir migas; dan (2) perusahaan dengan keteknikan yang baik. Selanjutnya peningkatan jumlah cadangan dan lifting ini akan dilihat dari dampaknya pada : () penerimaan Negara subsektor migas; dan (2) pemanfaatan gas bumi dalam negeri. 3. Manfaat (Ultimate Outcome) Indikator kinerja utama paling akhir sebagai ukuran manfaat atas pencapaian tujuan dan sasaran strategis adalah: pengendalian volume BBM dan LPG yang diikuti dengan pembangunan program kegiatan yang produktif seperti pembangunan jargas dan SPBG. Di samping itu, dengan tercapainya intermediate outcome akan membawa dampak yang signifikan pada kapasitas kilang BBM dan LPG di dalam negeri. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya pencapaian visi yang terkait dengan keamanan pasokan energi dalam negeri secara berkelanjutan. 20 2

13 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun 205 Tahun 205 merupakan tahun pertama implementasi dari pelaksanaan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 205 juga mengacu kepada RKP 205 dan berisikan target capaian kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi selama satu tahun pelaksanaan. Target kinerja tergambarkan secara kuantitatif dan menjadi acuan pada masing-masing indikator kinerja. Pada akhir tahun pelaksanaan, pencapaian terhadap target ini menjadi tolak ukur akuntabilitas kinerja suatu lembaga instansi pemerintah, atau dalam hal ini Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Dalam implementasinya di lapangan, rencana kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mencakup target kinerja masing-masing indikator kinerja. Adapun pemetaan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dapat digambarkan sebagai berikut: SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Terjaminnya Penyediaan Bahan Bakar Minyak dan 8 Bahan Bakar Gas untuk Domestik Pembangunan jaringan gas kota - Jumlah wilayah dibangun jaringan gas kota Lokasi 2 - Rumah tangga tersambung gas kota SR Pemanfaatan gas dalam negeri : - Presentase alokasi gas domestik % 59 - Fasilitasi pembangunan FSRU unit 22 Pembangunan infrastruktur SPBG Lokasi 2 23 Pembangunan kilang mini LPG (multiyears) *) unit SASARAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Meningkatnya Penerimaan subsektor Migas Meningkatnya Investasi subsektor Migas Terselenggaranya Kegiatan Penyiapan dan Penawaran Wilayah Kerja Baru Migas Terselenggaranya Kegiatan Pelayanan dan Pemantauan Optimalisasi Pemroduksian Cadangan Migas dan Koordinasi Pengelolaan dan Eksploitasi Terlaksananya Pengendalian Harga dan Subsidi Bahan Bakar Peningkatan Pemberdayaan Kapasitas Nasional Jumlah realisasi penerimaan negara dari subsektor migas Rp triliun 39,36 terhadap target APBN (APBN-P 205) 2 Lifting migas: - Volume lifting minyak bumi (APBN-P 205) MBOPD Volume lifting gas bumi (APBN-P 205) MBOEPD.22 4 Investasi subsektor migas US$ miliar 23,67 5 Jumlah rancangan peraturan perundang-undangan rancangan 7 subsektor migas sesuai Prolegnas Jumlah penandatanganan KKS Migas Konvensional Non-konvensional KKS KKS 6 2 Cadangan Migas 8 - Cadangan minyak bumi MMSTB Cadangan gas bumi TCF 47 0 Presentase penurunan jumlah kecelakaan fatal pada operasi % 70 kegiatan hulu dan hilir migas Jumlah perusahaan yang melaksanakan keteknikan yang perusahaan 35 baik 2 Volume BBM subsidi (APBN-P 205) Juta KL 7,90 3 Volume LPG subsidi (APBN-P 205) Juta MT 5,77 Kapasitas kilang BBM Produksi BBM dari kilang dalam negeri Juta KL 38 - Kapasitas kilang BBM dalam negeri Ribu BCPD.67 Kapasitas kilang LPG - Produksi LPG dari kilang dalam negeri Juta MT 2,39 - Kapasitas kilang LPG Juta Ton 4,60 Rencana Kerja Tahunan 205 tersebut disusun dengan semangat untuk menjabarkan rencana strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dengan mempertimbangkan NAWACITA, penugasan pimpinan kelembagaan dan evaluasi terhadap Rencana Strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi , di mana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah membuat perencanaan berupa rumah kedaulatan energi yang berprinsip bahwa penyediaan energi di tanah air memperhatikan faktor kemudahan akses, ketersediaan energi secara merata, kemampuan untuk mendapatkan energi dan peningkatan daya saing nasional dengan semangat untuk menangani krisis di antaranya berupa subsidi BBM dan efisiensi pasokan energi melalui sinergi dan penguatan kelembagaan termasuk di dalamnya perbaikan regulasi dan sinergi antar-bumn yang terkait untuk melaksanakan 9 (sembilan) program strategis yang antara lain adalah perbaikan bauran energi, pembudayaan konservasi energi, eksplorasi migas secara agresif, peningkatan produksi dan lifting migas, pembangunan infrastruktur migas dan pembangunan industri penunjang energi. Perjanjian Kinerja Tahun 205 Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 204 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menyusun dokumen perjanjian kinerja yang akan dicapai tahun 205 dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang disusun dengan mengacu pada Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 205 dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi dengan anggaran yang telah disediakan. Perjanjian Kinerja berisi sasaran strategis Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun. Pada tahun 205, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi melalui program Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi memiliki 9 (sembilan) sasaran dan 23 (dua puluh tiga) indikator kinerja sesuai baseline dan 33 (tiga puluh tiga) indikator kinerja total termasuk new initiative sebagai tolak ukur keberhasilan kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi pada tahun 205. Tingkat pencapaian kinerja tersebut diukur pada akhir tahun. Dokumen PK Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun 205 tercantum dalam lampiran Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi ini. Untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan pada awal tahun 205, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menetapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masing-masing eselon II. Untuk mencapai sasaran tersebut, dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun 205 telah dialokasikan total pagu sebesar Rp ,

14 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN

15 A. CAPAIAN KINERJA DITJEN MIGAS TAHUN 205 BASELINE. SASARAN MENINGKATNYA PENERIMAAN SUBSEKTOR MIGAS INDIKATOR SATUAN TARGET REALISASI %CAPAIAN Jumlah realisasi penerimaan negara dari subsektor migas terhadap target APBN (APBN-P 205) Lifting migas : - Volume lifting minyak bumi (APBN-P 205) - Volume lifting gas bumi (APBN-P 205) Rp triliun 39,36 36,08 97,63 MBOPD MBOEPD , ,37 97,46 Tabel 2. Perkembangan Penerimaan Negara subsektor Migas Tahun (Rp. Miliar) Tahun APBN APBNP Realisasi % (APBN) % (APBNP) , , , , , , , , , , , , , , , Grafik. Penerimaan Negara Tahun Jumlah Realisasi Penerimaan Negara dari subsektor Migas terhadap Target APBN (APBN-P 205) Jumlah penerimaan negara yang diperoleh dari hasil penjumlahan penerimaaan pajak penghasilan, penerimaan bukan pajak dan penerimaan lainnya dari minyak bumi. Penerimaan pajak penghasilan migas merupakan kewajiban pajak penghasilan yang disetorkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kepada pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku, penerimaan bukan pajak migas merupakan bagian negara yang diperoleh berdasarkan persentase bagi hasil migas antara pemerintah dan kontraktor, sedangkan penerimaan lainnya dari minyak bumi merupakan penerimaan bersih dari Domestic Market Obligation (DMO) dan Bonus Production KKKS. Tabel. Penerimaan Negara subsektor Migas 205 Penerimaan dari keg. usaha hulu migas URAIAN APBN Besaran realisasi Penerimaan negara subsektor migas dipengaruhi oleh realisasi lifting migas, harga minyak mentah Indonesia (ICP), Cost Recovery dan nilai tukar rupiah (kurs) terhadap US$. Tidak tercapainya Penerimaan Negara tahun 205 antara lain disebabkan oleh: ) Realisasi lifting minyak bumi hanya sebesar 779,09 MBOPD*) atau 94,37% dari target APBN-P sebesar 825 MBOPD. APBNP 205 REALISASI TW IV 205 % (APBN) (Rp. Miliar) % (APBNP) , , ,98 4,62% 97,63% a. Penerimaan Pajak Penghasilan , , , % 00.87% b. Penerimaan Bukan Pajak , , , % 96.33% c. Penerimaan lainnya dari Minyak Bumi 3.993, , , % 9.28% 2) Realisasi lifting gas bumi hanya sebesar.89,58 MBOEPD*) atau 97,46% dari target APBN-P sebesar.220,58 MBOEPD. 3) Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$ 5,2/barel atau sebesar 85,35% dari target APBN-P 205 sebesar US$ 60/barel. *) Periode Desember 204 November 205 Seperti terlihat pada tabel dan grafik di atas, penerimaan negara migas di tahun 205 mengalami penurunan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan rendahnya harga ratarata minyak mentah Indonesia sepanjang tahun *) Periode Desember 204 November karena masih melemahnya perekonomian negara-negara Eropa, Cina dan India serta terus meningkatnya produksi minyak mentah di Amerika Serikat dan Negara-Negara Non-OPEC. Tabel 3. Perkembangan Target Kinerja Penerimaan Negara dan Lifting Migas terhadap Renstra No Indikator Kinerja Satuan Lifting Migas: Target Realisasi Target a. Minyak Bumi Ribu boepd ,09*) 830 b. Gas Bumi Ribu boepd 22.89, Penerimaan Negara dari Triliun Rp 39,38 36,08 26,8 subsektor migas 26 27

16 Lifting Migas Tabel 4. Perkembangan Lifting Minyak dan Gas Bumi tahun : Minyak Bumi (MBOPD) Gas Bumi (MBOEPD) Tahun Prognosa Realisasi % Prognosa Realisasi % ,00 898,02 95,03.339,48.25,57 94, ,00 860,69 92,55.364,66.253,26 9, ,00 825,25 98,24.237,06.228,49 99, ,00 793,54 97,00.224,00.26,40 99,38 205*) 825,00 779,09 94, , *) Periode Desember 204 November 205 Grafik 2. Perkembangan lifting Migas tahun e. Unplanned Shutdown dan bencana asap yang terjadi selama tahun 205 mengakibatkan operasi produksi di Sumatera dan Kalimantan terganggu sehingga produksi di kedua wilayah tersebut menjadi turun. Upaya-upaya yang dilakukan agar produksi/lifting migas tidak terus mengalami penurunan, antara lain: a. Menyederhanakan proses perijinan dengan melimpahkan sebagian ijin-ijin pengusahaan migas ke pelayanan terpadu satu pintu di BKPM. b. Mempercepat proses pembebasan lahan melalui kerjasama pemanfaatan lahan secara bersama atau pinjam pakai dengan instansi terkait. c. Optimalisasi proses pengembangan dan mengurangi kegagalan operasi produksi dan pemboran untuk meningkatkan produksi. d. Meningkatkan pengawasan fasilitas produksi melalui rapat koordinasi jadwal pengapalan pengiriman minyak mingguan di SKK Migas (Rapat Shipcord). e. Pemutakhiran proses pengadaan barang dan jasa. f. Optimalisasi Stock minyak dan gas bumi. g. Melakukan monitoring dan evaluasi produksi/ lifting migas serta responsif dalam mengatasi kendala operasional lapangan dan permasalahan yang ada. Realisasi lifting minyak dan gas bumi dari tahun ke tahun semakin menurun. Seperti terlihat pada tabel dan grafik di atas, lifting minyak dan gas bumi khususnya di tahun 205 masih tetap belum dapat mencapai target, hal ini disebabkan masih adanya beberapa kendala antara lain: a. Rendahnya harga minyak mentah di dunia mengakibatkan keekonomian pengembangan lapangan menjadi tidak ekonomis untuk dikembangkan sehingga berdampak pada penurunan produksi. b. Permasalahan tumpang tindih lahan dan perijinan di daerah yang masih berlarut-larut penyelesaiannya mengakibatkan potensi produksi yang ada tidak dapat dioptimalkan. c. Adanya perubahan keekonomian pengembangan lapangan terkait dengan rendahnya harga minyak mengakibatkan mundurnya jadwal proyek onstream sehingga peningkatan produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan. d. Proses pengadaan peralatan dan perijinan penggunaan fasilitas produksi yang masih panjang mengakibatkan keterlambatan pemasangan peralatan produksi di lapangan sehingga berdampak pada kontinuitas produksi

17 2. SASARAN MENINGKATNYA INVESTASI SUBSEKTOR MIGAS INDIKATOR SATUAN TARGET REALISASI %CAPAIAN Investasi sub sektor migas US$ miliar 23,67 7,38 73,4 Jumlah rancangan peraturan perundangundangan rancangan sub sektor migas sesuai prolegnas Investasi sub sektor migas Realisasi Investasi Migas Grafik 3. Realisasi Investasi Sub Sektor Migas (s.d. Desember 205) Juta US$ 30,000 25,000 20,000 5,000 0,000 5, * Migas Hulu 3, , , , , , Migas Hilir ,382.05,608.36, , ,06.34 Migas Total 4, , , , ,75.3 7, *)Status Hulu TMT 3 Desember 205 Hilir TMT 30 November 205 Realisasi investasi minyak dan gas bumi di tahun 205 sebesar US$ 7.383,59 juta berasal dari sektor hulu sebesar US$ 4.322,25 juta yang didapat dari expenditure KKKS Produksi dan KKKS Non- Produksi. Realisasi tersebut menurun dibandingkan dengan realisasi tahun 204 yang mencapai US$ 26.75,3 dan juga tidak mampu memenuhi target investasi subsektor migas untuk tahun 205 yang sebesar US$ juta. Tidak tercapainya target investasi subsektor migas di sektor hulu disebabkan oleh beberapa kendala berikut: a. Menurunnya harga minyak dunia serta potensi eksplorasi yang mulai bergeser ke Indonesia bagian timur dan berlokasi di laut dalam (deep sea) yang membutuhkan biaya dan berisiko tinggi, menyebabkan banyaknya kegiatan eksplorasi yang dibatalkan oleh investor. b. Terjadinya gangguan fasilitas produksi dan offtaker, seperti kendala sumur dan fasilitas produksi. c. Terjadinya masalah dalam operasional, seperti hasil pemboran yang tidak sesuai target, kendala teknis operasi produksi, keterlambatan pengadaan fasilitas dan peralatan produksi, dll. d. Adanya tumpang tindih peraturan antara peraturan pemerintah pusat dan daerah atau pun antar-kementerian/lembaga. Di sektor hilir, realisasi investasi pada tahun 205 didominasi oleh investasi di bidang pengangkutan dan pengolahan. Sampai dengan Desember 205, investasi hilir migas mencapai 3.06,34 juta USD yang melebihi capaian tahun 204 sebesar 2.036,3 juta USD. Upaya-upaya yang dilakukan untuk penyelesaian permasalahan investasi di antaranya meliputi : Pendelegasian wewenang pemberian perizinan bidang migas dalam rangka PTSP ke BKPM Dalam meningkatkan pelayanannya, Ditjen Migas sudah melakukan penyederhanaan perizinan dari 04 perizinan (20) menjadi 52 perizinan (204) dan 42 perizinan pada akhirnya didelegasikan ke BKPM pada Agustus 205 sesuai Permen ESDM No. 23/205. Penyelesaian Masalah Cabotage - Pembahasan revisi Permenhub No. 0 Tahun 205 tentang Tata Cara Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing untuk Kegiatan Mengangkut Penumpang dan/atau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri. - Izin Penggunaan Kapal Asing masih diberikan untuk kapal pemboran hingga akhir 206, dengan jenis kapal yang sebelumnya ada lima jenis, jack up rig, semi submersible rig, deep water drill ship, tender assist rig, dan swamp barge rig, pada usulan draft perpanjangan berkurang menjadi tiga jenis kapal yaitu jack up rig, semi submersible rig, deep water drill ship. Jumlah Rancangan Peraturan Perundang-Undangan subsektor Migas sesuai Prolegnas Untuk menjamin pasokan energi dan Bahan Baku Domestik diperlukan adanya suatu peraturan perundangan yang dimaksudkan sebagai Legal Instrument yang bertujuan mewujudkan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, berwawasan pelestarian lingkungan, mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional sehingga dapat terciptanya iklim usaha yang kondusif dalam pengusahaan kegiatan usaha hulu dan hilir Minyak dan Gas Bumi. Untuk itu diperlukan penyempurnaan peraturan perundang-undangan subsektor migas yang terus berkembang setiap tahunnya. Adapun proses dalam penyusunan peraturan perundang-undangan subsektor Migas terbagi dalam tahapan sebagai berikut:. pembahasan di tingkat internal Migas dengan unit-unit dari Eselon III dan Eselon II di lingkungan Ditjen Migas; 2. pembahasan dengan melibatkan pihak eksternal migas seperti stakeholder, akademisi, dan sebagainya, untuk menjadi bahan masukan dalam penyusunan peraturan perundangundangan; 3. draft peraturan perundang-undangan yang sudah melalui pembahasan internal akan dibahas dengan Biro Hukum KESDM; 4. Harmonisasi peraturan perundang-undangan antar-kementerian/lembaga termasuk pembahasan dengan Kemenko Perekonomian, Sekretariat Negara, dan/atau Sekretariat Kabinet; 5. Pengajuan draft ke Kementerian Sekretariat Negara atau Sekretariat Kabinet untuk selanjutnya disetujui dan ditandatangani oleh Presiden. Secara umum Peraturan Perundang-Undangan Kegiatan Usaha di Subsektor Migas didasarkan pada: a) Undang-undang Dasar 945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3); dan b) Undang-undang No. 22 Tahun 200 tentang Minyak dan Gas Bumi. Undang-undang Nomor 22 Tahun 200 tentang Minyak dan Gas Bumi mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dalam kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. Peraturan perundang-undangan yang disusun dalam draft setiap tahunnya disesuaikan dengan penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) dari Biro Hukum KESDM. 30 3

18 Untuk Tahun 205 ini, Bagian Hukum menargetkan 7 (tujuh) draft peraturan perundang-undangan subsektor migas, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 5. Produk Hukum Direktorat Jenderal Migas 205 RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan Dalam Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Tujuan: Dalam rangka pelaksanaan Pasal 40 ayat (6) dan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 200 tentang Minyak dan Gas Bumi, dan guna mewujudkan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang optimal, efektif, efisien, andal dan aman terhadap masyarakat umum, pekerja, instalasi, dan lingkungan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan dalam Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN. Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata Kelola Gas Bumi. Tujuan: Dalam rangka pelaksanaan Pasal 40 ayat (6) dan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 200 tentang Minyak dan Gas Bumi dan guna mewujudkan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang optimal, efektif, efisien, andal dan aman terhadap masyarakat umum, pekerja, instalasi, dan lingkungan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan dalam Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN 5. Rancangan Peraturan Presiden tentang tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk Kapal Nelayan Kecil (telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 26 Tahun 205). Tujuan: Dalam rangka menjamin ketahanan energi nasional serta untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan kecil, perlu adanya kebijakan diversifikasi energi berupa penyediaan dan pendistribusian Liquefied Petroleum Gas untuk kapal nelayan kecil. 6. Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Perpres No. 64 Tahun 204 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas untuk Transportasi Jalan (telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 25 Tahun 205). Tujuan: untuk mempercepat pelaksanaan diversifikasi energi berupa penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Gas untuk transportasi jalan di samping penyediaan dan pendistribusian bahan bakar minyak, perlu menyempurnakan dan mengatur kembali kebijakan penyediaan, pendistribusian, dan penetapan harga bahan bakar gas untuk transportasi jalan. 2. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pembangunan Kilang Minyak di Dalam Negeri (telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 46 Tahun 205). Tujuan: Bahwa gas bumi merupakan sumber daya alam yang merupakan modal pembangunan yang berkelanjutan sehingga pengelolaannya harus dilakukan ke arah peningkatan pemanfaatan gas bumi, penjaminan penyediaan gas bumi bagi kebutuhan dalam negeri dan percepatan pengembangan infrastruktur gas domestik termasuk di dalamnya Liquefied Natural Gas (LNG) dan Compressed Natural Gas (CNG). 3. Rancangan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Perpres No. 9 Tahun 203 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Migas. Tujuan: Dalam rangka kelancaran penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi serta untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja dan pengelolaan keuangan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai organisasi serta sumber dan mekanisme pembiayaan operasional Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. 4. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga. Tujuan: Dalam rangka mempercepat terwujudnya diversifikasi energi melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak dengan bahan bakar gas di sektor Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil, mengoptimalkan pemanfaatan jaringan distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil, dan mendorong terwujudnya penyediaan energi secara mandiri melalui penggunaan sumber energi dari daerah penghasil, Pemerintah melaksanakan penyediaan dan pendistribusian gas bumi bagi sektor rumah tangga dan Pelanggan Kecil

19 3. SASARAN TERSELENGGARANYA KEGIATAN PENYIAPAN DAN PENAWARAN WILAYAH KERJA BARU MIGAS 2) Blok Nibung, Onshore Riau dan Jambi; 3) Blok West Asri, Offshore Lampung; 4) Blok Oti, Offshore Kalimantan Timur; 5) Blok Manakarra Mamuju, Offshore Sulawesi Barat; dan 6) Blok Kasuri II, Onshore Papua Barat. INDIKATOR SATUAN TARGET REALISASI %CAPAIAN Jumlah penandatanganan KKS Migas - Konvensional - Non konvensional KKS KKS % 200% Gambar 4. Penawaran WK Migas Konvensional Tahun 205 Jumlah Penandatanganan KKS Migas Konvensional Kegiatan usaha hulu migas nasional tidak terlepas dari kerangka regulasi pengaturan kepemilikan dan penguasaan negara atas sumber daya alam migas. Khusus mengenai pelaksanaan penyiapan, penetapan dan penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi di Indonesia, diterbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 35 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi. Dalam aturan tersebut, antara lain dinyatakan bahwa Menteri ESDM menetapkan kebijakan penyiapan, penetapan dan penawaran wilayah kerja migas berdasarkan aspek teknis, ekonomis, tingkat resiko, efisiensi dan berazaskan keterbukaan, keadilan, akuntabilitas dan persaingan usaha yang wajar. Ditjen Migas menyiapkan wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha (BU) dalam hal ini BUMN/BUMD/BU Swasta atau Bentuk Usaha Tetap (BU/BUT), yang berasal dari wilayah terbuka. Wilayah terbuka adalah bagian dari wilayah hukum pertambangan Indonesia yang belum ditetapkan sebagai wilayah kerja. Dalam hal ini, Wilayah terbuka di antaranya dapat berasal dari: Wilayah yang belum ditetapkan sebagai wilayah kerja; Bagian wilayah kerja yang disisihkan berdasarkan Kontrak Kerja Sama; Wilayah Kerja yang berakhir Kontrak Kerja Sama-nya; Bagian wilayah Kerja yang belum pernah dikembangkan dan/atau sedang atau pernah diproduksi yang disisihkan atas usul Kontraktor; Bagian wilayah Kerja yang belum pernah dikembangkan dan/atau sedang atau pernah diproduksi yang disisihkan berdasarkan permintaan Menteri. Penawaran Wilayah Kerja dapat dilaksanakan melalui 2 (dua) mekanisme, yang pertama adalah Lelang Reguler dan kedua adalah Lelang Penawaran Langsung melalui Studi Bersama. Pada umumnya, setiap tahunnya Direktorat Jenderal Migas menyelenggarakan Petroleum Bidding Round yang dijadwalkan secara periodik, idealnya di dalam satu tahun, ditawarkan 2 (dua) kali putaran lelang Wilayah Kerja Baru baik melalui lelang Reguler (durasi 4 bulan) maupun lelang Wilayah Kerja Penawaran Langsung (durasi,5 bulan). Hal ini dimaksudkan dalam rangka antara lain: Menjamin keberlangsungan kegiatan eksplorasi yang berkesinambungan dalam usaha penemuan cadangan baru; Penyiapan wilayah-wilayah kerja baru secara berkesinambungan untuk mendukung investasi bidang hulu. Namun demikian, pada tahun 205 Pemerintah hanya melaksanakan (satu) kali Petroleum Bidding Round dengan jumlah penawaran sebanyak 8 (delapan) wilayah kerja migas konvensional yang terdiri dari 6 (enam) wilayah kerja yang ditawarkan melalui lelang reguler dan 2 (dua) wilayah kerja yang ditawarkan melalui penawaran langsung. Wilayah kerja migas yang ditawarkan melalui penawaran langsung 205 dimaksud adalah: ) Blok South West Bengara, Onshore Kalimantan Timur; dan 2) Blok West Berau, Offshore Papua Barat. Sedangkan wilayah kerja migas yang ditawarkan melalui tender reguler adalah: ) Blok Rupat Labuhan, Offshore Riau dan Sumatera Utara; Pada tahun 205, kontrak kerjasama migas kovensional yang telah ditandatangani merupakan hasil dari penawaran wilayah kerja migas tahun 204 dan berjumlah sebanyak 8 KKS. Adapun KKS yang ditandatangani tersebut, terdiri dari: ) Blok North Madura II; 2) Blok Aru Trough I; 3) Blok Kualakurun; 4) Blok Garung; 5) Blok Offshore Pulau Moa Selatan; 6) Blok South East Papua; 7) Blok Abar; dan 8) Blok Anggursi. Delapan blok minyak dan gas bumi tersebut memberikan signature bonus sebesar US$

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 2016

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 2016 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi 2016 DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 LATAR

Lebih terperinci

Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2017

Laporan Kinerja. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tahun Anggaran 2017 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kata Pengantar Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017 #energiberkeadilan Jakarta, 8 Agustus 2017 MINYAK DAN GAS BUMI LIFTING Minyak Bumi 779 (2016) 1 802 (2017)

Lebih terperinci

Capaian Industri Migas Semester I Tahun 2016

Capaian Industri Migas Semester I Tahun 2016 Capaian Industri Migas Semester I Tahun 2016 Kementerian ESDM Republik Indonesia Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral Jakarta, 22 Juli 2016 Jujur, Professional, Melayani, Inovatif, Berarti 1 1 Rumah

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2018 KEMEN-ESDM. Pengusahaan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUSAHAAN GAS

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 1. Nama Organisasi :

Lebih terperinci

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 3940 K/08/MEM/2017 TENTANG PROSES BISNIS LEVEL 0 DAN LEVEL 1 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran No.851, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. DBH. SDA Migas. Tahun Anggaran 2011. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.07/2011 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL

Lebih terperinci

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM sumber gambar: republika.co.id I. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN Disampaikan pada Diklat Evaluasi RKAB Perusahaan Pertambangan Batam, Juli 2011 Sumber: Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser No.188, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013 I. SUBSIDI BBM TAHUN 2013 a. Subsidi BBM Dalam Undang-undang No.19 Tahun tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) LAMPIRAN II MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin) Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG No. 930, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. SAKIP. Evaluasi. Juklak. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2017 KEMEN-ESDM. Bantuan Pemerintah. Ditjen MIGAS. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI Jakarta, 6 Februari 2014 I KONDISI HULU MIGAS 2 CADANGAN GAS BUMI (Status

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

Membangun Kedaulatan Energi Nasional KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Membangun Kedaulatan Energi Nasional Disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama pada Pra-Musrenbangnas 2015 Jakarta, 16 April

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business) minyak dan gas serta

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi Sekretariat Jenderal 1.1. Formasi CPNS KESDM yang telah ditetapkan 1.2. Penerimaan CPNS 1.3. Pengangkatan CPNS 1.4. Penempatan CPNS 1.5. Pelantikan Pejabat Struktural

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip 264 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan : 5.1.1 Syarat-syarat dan ketentuan dalam kontrak EPCI di bidang usaha hulu Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip unidroit. Peraturan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil

Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil Brief RUU Minyak Bumi dan Gas Bumi versi Masyarakat Sipil A. Konteks Sejak diberlakukan pada tahun 2001, Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (UU 22/2001) telah tiga kali dimintakan

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : PRESIDEN RUPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya minyak dan gas bumi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Juta US$ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Pengantar Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara merupakan pelaksana kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut

Lebih terperinci

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17TAHUN2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA KHUSUS

Lebih terperinci

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu Jaminan pasokan energi Terjaminnya pasokan batubara Diversifikasi energi dengan meningkatkan

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4 i DAFTAR ISI Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2010 Tanggal : 22 November 2010 Tentang : Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral BAB I : KEDUDUKAN,

Lebih terperinci

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Disampaikan Dalam FGD Tranparansi Dana Bagi Hasil (DBH) Industri Ekstraktif Batam, 09 April 2018 1 II DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Analisis Ekonomi dan Kebijakan Bisnis Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah merealokasi pemanfaatan produksi gas bumi yang lebih

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI I. UMUM Sumber daya Panas Bumi merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k

2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k No.1122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Tata Kelola BMN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN TATA KELOLA BARANG

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA 5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN GAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT TENAGA

Lebih terperinci

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Pada APBN-P tahun 2012 volume belanja negara ditetapkan sebesar Rp1.548,3 triliun, atau meningkat Rp112,9 triliun (7,9

Lebih terperinci

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI Oleh : A. Edy Hermantoro Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas disampaikan pada : DISKUSI EVALUASI BLUE PRINT ENERGI NASIONAL PETROGAS DAYS 2010 Jakarta, 11

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

ERA BARU MIGAS INDONESIA: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Temu Netizen ke-8 ERA BARU MIGAS INDONESIA: Investasi dan Kontrak Gross Split Migas Selasa, 20 Februari 2018 1 Realisasi dan Rencana Investasi Sektor Energi dan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 INSTANSI PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NO. C. INDUSTRI SUMBER DAYA ALAM DAN JASA KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. satu dari beberapa Unit Eselon 1 di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. satu dari beberapa Unit Eselon 1 di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 44 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Profil Ditjen Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) merupakan salah satu dari beberapa Unit Eselon 1 di Kementerian Energi dan Sumber Daya

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan. No.274, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TAHUN 2015

PENCAPAIAN TAHUN 2015 ESDM Dalam Angka PENCAPAIAN TAHUN 2015 Jakarta, 29 Desember 2015 1 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Daftar Isi 3 4-5 6-8 9-11 12 13 14 15 16 17-18 7 Perubahan Sistemik Energi Baru, Terbarukan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI RUU Perubahan Migas RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI Formatted: Left, Indent: Left: 0 cm, First

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13TAHUN2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci