BAB I PENDAHULUAN. namun juga dalam bentuk tulisan. Wardaugh (1986: 1) mengatakan a language is

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. namun juga dalam bentuk tulisan. Wardaugh (1986: 1) mengatakan a language is"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang mereka anut. Menurut teori struktural, bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tanda arbitrer yang konvensional yang berkaitan dengan ciri sistem yang bersifat sistematik dan sistemik. Bersifat sistemik karena mengikuti ketentuanketentuan atau kaidah-kaidah yang teratur dan bersifat sistematik karena bahasa itu sendiri merupakan suatu sistem atau subsistem-subsistem (Soeparno, 2002: 1). Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Bahasa dalam kehidupan bermasyarakat berfungsi sebagai alat komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan antara penutur satu dengan penutur lainnya. Selain itu, bahasa juga digunakan untuk menyampaikan ide-ide yang ada di dalam pikiran manusia. Dengan demikian, ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud, tidak hanya dalam bentuk lisan, namun juga dalam bentuk tulisan. Wardaugh (1986: 1) mengatakan a language is what the members of a particular society speak (sebuah bahasa adalah apa yang diujarkan oleh masyarakatnya). Tanpa bahasa manusia tidak dapat menyalurkan ide, gagasan, atau memberikan informasi kepada orang lain. Dalam hal ini, setiap 1

2 2 manusia membutuhkan bahasa untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Mengingat pentingnya bahasa dalam kehidupan bermasyarakat, para anggota masyarakat dituntut untuk dapat berkomunikasi lebih dari hanya satu bahasa saja. Setiap bangsa di dunia memiliki bahasanya masing-masing untuk memudahkan komunikasi antar sesama masyarakatnya. Dan bahasa- bahasa tersebut tentunya memiliki sistem bahasa yang berbeda-beda. Sistem bahasa yang berbeda itu ditunjukkan dengan adanya tata bahasa atau grammar yang berbedabeda dari masing-masing bahasa. Adanya sistem yang berbeda antara bahasa satu dengan bahasa yang lainnya menunjukkan bahwa bahasa bersifat unik. Bahasa dikatakan bersifat unik karena setiap bahasa mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya (Chaer, 2003: 49). Ketika hubungan antar bangsa semakin erat, hal tersebut akan menuntut suatu bahasa menjadi alat komunikasinya. Hubungan antar bangsa yang berbeda bahasa akan menimbulkan usaha untuk mempelajari bahasa. Pada dasarnya, setiap manusia akan menggunakan bahasa yang telah mereka pelajari, baik yang didapatkan dari orang tuanya yang disebut sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu, maupun yang didapatkan dari lembaga pendidikan yang disebut sebagai bahasa kedua (second language) dan bahasa asing (foreign language). Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa di dunia yang menjadi bahasa internasional sekaligus salah satu bahasa asing yang banyak diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, para pembelajar yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau bahasa kedua

3 3 tentu akan mengalami hambatan atau kesulitan. Hal tersebut terjadi karena setiap bahasa memiliki persamaan dan perbedaan. Perbedaaan dan persamaan tersebut banyak dijumpai pada tata bahasa atau grammar dari masing-masing bahasa. Persamaan dalam tata bahasa antara bahasa satu dengan bahasa lainnya tidak akan menimbulkan kesulitan bagi para pembelajar yang sedang mempelajari suatu bahasa yang berbeda. Namun, perbedaan tata bahasa biasanya akan membuat pembelajar mengalami kesulitan yang pada akhirnya akan menimbulkan kesalahan. Hal tersebut dapat terjadi karena mereka memiliki dua atau lebih sistem tata bahasa yang berbeda. Karena terdapat perbedaan sistem pada setiap bahasa terutama pada tata bahasa atau grammar, maka pembelajar atau siswa akan menggunakan sistem bahasa pertamanya atau bahasa ibunya dalam mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing. Brown (1987: 172) mengatakan bahwa salah satu yang menjadi penyebab kesalahan yaitu transfer interlingual. Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni perpindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari siswa. Pada tahap belajar, kekeliruan atau kesalahan dapat disebabkan oleh interferensi, yaitu kesalahan atau kekeliruan yang disebabkan oleh kebiasaan penggunaan bentuk-bentuk bahasa pertama kedalam bahasa kedua atau bahasa asing yang sedang dipelajari. Setiap kalimat yang digunakan oleh manusia dalam menyampaikan sesuatu, disesuaikan dengan kondisi yang menyertainya. Terlebih lagi, setiap kalimat yang digunakan dalam komunikasi berbeda-beda satu sama lain. Misalnya, kalimat deklaratif merupakan kalimat yang berbentuk pernyataan yang

4 4 dapat berbentuk narasi, argumentasi, informasi, atau deskripsi. Kalimat interogatif atau kalimat tanya pada dasarnya dibedakan dari tanda tanya yang menyertai kalimat tersebut. Sementara itu, kalimat imperatif ditekankan sepenuhnya terhadap perintah yang titik acuannya lebih kepada objek yang dimaksud. Secara konstruksional, kalimat imperatif diawali dengan verba dasar yang perannya lebih bersifat menyuruh seseorang, yang identik dengan aktifitas manusia untuk bertindak. Pembelajaran bahasa tentu tidak akan terlepas dari pembelajaran kalimat, khususnya kalimat imperatif. Konstruksi kalimat imperatif bahasa Inggris tentu saja memiliki perbedaan dengan konstruksi kalimat imperatif bahasa Indonesia karena kedua bahasa tersebut memiliki sistem bahasa yang berbeda dan berasal dari rumpun bahasa yang berbeda pula. Perbedaan itulah yang pada akhirnya akan menimbulkan kesulitan dan hambatan para pembelajar bahasa Inggris khususnya dalam menghasilkan kalimat imperatif. Dalam hal ini, untuk menghindari kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam proses belajar mengajar, terutama dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing atau foreign language diperlukan analisis kontrastif (anakon). Dalam pengajaran bahasa, anakon dianggap sangat penting. Karena dengan membandingkan bahasa yang sedang dipelajari (target language) dengan bahasa yang dimiliki oleh siswa, maka pola-pola yang akan menimbulkan kesulitan bagi pembelajar dapat diprediksi dan dideskripsikan. Pada proses pengontrasan antar bahasa, pembanding dapat membandingkan ciri-ciri pengembangan frasa bahasa pertama( B1) atau bahasa kedua (B2), pola dasar kalimat inti B1 dan B2, ciri-ciri

5 5 kalimat tanya dan perintah, ciri-ciri penggabungan kalimat, dan semua yang berhubungan dengan analisis sintaksis secara mikro sebuah bahasa (Parera 1997: 111). Semua bahasa memiliki siasat (Verhaar, 2006: 257) atau strategi untuk membuat orang yang disapa melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan isi ujaran yang disampaikan pembicara seperti: Pergi(lah)! dalam bahasa Indonesia dan Go! dalam bahasa Inggris. Tuturan-tuturan tersebut dikenal sebagai kalimat imperatif. Kadar tuntutan dalam kalimat imperatif bisa bermacam-macam. Kalimat imperatif yang menyatakan perintah jelas memiliki kadar tuntutan yang lebih tinggi, sedangkan kalimat imperatif yang menyatakan permohonan mempunyai tuntutan yang rendah. Tinggi rendahnya kadar tuntutan pada kalimat imperatif tersebut ditentukan oleh kewenangan (otoritas) serta keterlibatan kedua pembicara. Selain itu, tinggi rendahnya tuntutan dalam kalimat imperatif ditandai pula dengan adanya konstituen-konstituen tambahan yang berfungsi menghaluskan perintah, seperti adanya penambahan prefiks pada verbal atau dengan menambahkan frasa lebih baik pada kalimat imperatif sebagai contoh dalam bahasa Indonesia: Lebih baik jangan diangkat! (Verhaar, 2006: 259) atau dengan memanfaatkan bentuk pasif. Pemakaian bentuk pasif dalam kalimat imperatif sangat umum dalam bahasa Indonesia (Alwi dkk, 2003: 355). Hal ini sangatlah berbeda dengan bahasa Inggris yang tidak mengenal bentuk pasif dalam kalimat imperatifnya. Contoh kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris adalah sebagai berikut: (1) Masuk! (I1)

6 6 (2) Tolong ambilkan buku itu! (I2) (3) Kontrak ini dikirimkan sekarang! (I1) (4) Jump! (E8) (5) Do work a little harder! (E9) (6) Please write with a good pen! (E5) Adanya bentuk pasif dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia dan tidak dikenalnya bentuk pasif dalam kalimat imperatif bahasa Inggris tersebut seharusnya dipahami oleh para pembelajar bahasa Inggris yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemahaman tentang struktur kalimat yang berbeda diantara kedua bahasa tersebut. Sebagai contoh, bahasa Inggris merupakan bahasa yang memiliki kata kerja bantu (auxiliary verbs) sedangkan di dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tentang hal itu. Dengan berbagai siasat atau cara dalam memanifestasikan aktivitas memerintah, membuktikan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia menarik untuk dikaji lebih lanjut. Dipilihnya pengontrasan kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam penelitian ini karena kedua bahasa tersebut memiliki struktur bahasa yang berbeda dan sangat menarik dikaji lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan-perbedaan apa saja yang ada didalamnya. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya persamaanpersamaan diantara kedua bahasa tersebut. Menilik dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji kalimat imperatif menggunakan metode perbandingan atau kontrastif dengan

7 7 mengambil objek kajian kalimat imperatif bahasa Inggris dan kalimat imperatif bahasa Indonesia. Oleh karena itu, maka analisis yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah murni analisis kebahasaan dengan hasil analisis berupa persamaan dan perbedaan melalui metode analisis pengontrasan atau contrastive study. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Indonesia? b. Bagaimana pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Inggris? c. Apa saja persamaan dan perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris? 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: a. Mendeskripsikan pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Indonesia. b. Mendeskripsikan pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Inggris. c. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 4. Manfaat Penelitian Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat baik bagi pembaca pada umumnya maupun para pembelajar yang

8 8 mempelajari bahasa Inggris khususnya dalam menggunakan kalimat imperatif. Manfaat tersebut dapat berupa manfaat secara praktis dan teoritis. Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menambah khasanah kajian dalam bidang perbandingan bahasa khususnya kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia karena penelitian mengenai perbandingan antara kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia belum pernah dilakukan. Sementara manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi masukan bagi mereka yang bergerak di bidang pengajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia untuk menyusun materi yang akan diajarkan dan membantu mempermudah para pembelajar bahasa Inggris dalam mempelajari kalimat imperatif bahasa Inggris. Para pembelajar dapat membandingkan antara kalimat imperatif bahasa Inggris dengan kalimat imperatif bahasa Indonesia. Dengan mengetahui perbedaan-perbedaan tersebut, para pembelajar bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dapat dengan mudah menggunakan kalimat imperatif bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, sehingga mereka tidak lagi membuat kesalahan-kesalahan terutama dalam menulis dan menggunakan kalimat imperatif bahasa Inggris. 5. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelusuran terhadap karya ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya, khususnya tentang analisis perbandingan bahasa, peneliti belum pernah menemukan penelitian tentang perbandingan kalimat imperatif bahasa

9 9 Inggris dan bahasa Indonesia. Namun, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya tentang kalimat imperatif yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Rahardi (1990) dalam disertasinya yang berjudul Kalimat Imperatif dalam Bahasa Indonesia: Kajian Pragmatik tentang Kesantunan Berbahasa dimaksudkan untuk mengungkap aspek-aspek kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia. Aspek kesantunan yang dimaksud berkaitan sangat erat dengan 1) wujud formal dan wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia, 2) wujud dan peringkat kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia, dan 3) penentu wujud peringkat kesantuanan pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia. Temuan-temuan penelitian ini dapat disampaikan secara ringkas sebagai berikut: Pertama, tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia memiliki dua macam perwujudan yakni wujud formal imperatif dan wujud pragmatik imperatif. Kedua, kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua, yakni kesantunan linguistik dan kesantuan pragmatik. Ketiga, lima variabel penentu persepsi peringkat kesantunan pemakain tuturan imperatif teridentifikasi dalam penelitian ini. Kelima variabel tersebut adalah: 1) variabel jenis kelamin, 2) variabel umur, 3) variabel latar belakang, 4) variabel pekerjaan, dan 5) variabel daerah asal. Dari penelitian Rahardi ini didapatkan urutan persepsi peringkat kesantunan dalam pemakaian tuturan imperatif dengan menggunakan tipe-tipe tuturan imperatif secara berurutan dari bentuk yang paling tinggi tingkat kesantunannya sampai bentuk yang paling rendah tingkat kesantunannya.

10 10 Penelitian lain yang dilakukan oleh Sitanggang (2009) dalam skripsinya yang berjudul A Contrastive Analysis of Imperative Sentences in English and Batak Toba Language berusaha untuk menganalisis kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Batak Toba. Dalam skripsi ini dituliskan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat perintah yang berisi perintah (command), permintaan (request), larangan (prohibition), nasehat (advice), saran (suggestion), peringatan (warning), dan compulsion. Tipe kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Batak Toba adalah sama, yaitu kalimat imperatif positif dan kalimat imperatif negatif. Fungsi kalimat imperatif bahasa Batak Toba ada tujuh, yaitu: kalimat perintah yang berisi perintah (command), permintaan (request), larangan (prohibition), nasehat (advice), saran (suggestion), peringatan (warning), dan compulsion. Sedangkan fungsi kalimat imperatif bahasa Inggris ada lima, yaitu: kalimat perintah yang berisi perintah (command), permintaan (request), larangan (prohibition), nasehat (advice), dan saran (suggestion). Hasil analisis menyatakan bahwa dari segi tipe, bahasa Inggris dan bahasa Batak Toba memiliki tipe yang sama, namun pada fungsi dan markernya berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif bahasa Batak Toba dan bahasa Inggris adalah sebagian sama atau disebut partly correspondence. Apa yang menjadi konsep kalimat imperatif, baik yang hanya menyangkut konsep gramatikal, maupun yang mencakup konsep gramatikal dan konsep pragmatik, dari beberapa hasil penelitian dalam sajian tinjauan pustaka diatas, dimanfaatkan oleh penulis sebagai modal kerja dalam rangka penelitian kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ini.

11 11 Adapun dalam penelitian ini akan mengupas kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan kalimat imperatif dalam bahasa Inggris secara gramatikal yang mencakup konsep sintaktis, dimana di dalamnya terkandung tentang fungsi dan kategori masing-masing kata atau frase dalam kalimat imperatif tersebut. Untuk selanjutnya diketahui pola pembentukkan kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, sehingga dapat dibandingkan diantara keduanya, kemudian diketahui persamaan dan perbedaan yang terdapat didalamnya. Dengan mengetahui hal tersebut maka akan mempermudah pembelajaran kalimat imperatif dalam kedua bahasa tersebut. 6. Landasan Teori Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori terkait dengan judul penelitian. Konsep teoritis yang akan dijelaskan adalah: 1) analisis kontrastif, 2) definisi kalimat, dan 3) kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. 6.1 Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis) Carl James (1980) dalam Soedibyo (2004: 47) mendefinisikan analisis kontrastif (anakon) adalah suatu kajian linguistik yang bertujuan untuk mengkontraskan dua bahasa dan didasarkan pada asumsi bahwa bahasa dapat dibandingkan. Sementara itu, menurut Kridalaksana (2008: 15), anakon adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencapai prinsip yang dapat diterapkan dalam masalah praktis, seperti pengajaran bahasa dan terjemahan.

12 12 Menururt Parera (1997:111) ada dua macam analisis kontrastif, yaitu analisis kontrastif mikrolinguistik dan analisis kontrastif makrolinguistik. Analisis kontrastif secara mikrolinguistik disesuaikan dengan subsistem linguistik secara murni, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. Butir-butir dari masing-masing subsistem B1 dan B2 dibandingkan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antara dua bahasa terbanding. Untuk dapat membandingkan secara sistematis butir-butir bahasa pada masing-masing subsistem linguistik, pembanding harus menguasai dengan benar dan baik dasar-dasar mikrolinguistik. Berdasarkan definisi di atas, anakon merupakan aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan bahasa untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan di antara dua bahasa atau lebih. Lebih lanjut, Lado (1974: 2) menjelaskan bahwa those elements that are similar to his native language will be simple for him, and those elements that are different will be difficult (elemenelemen bahasa yang mirip dengan bahasa aslinya akan mudah dipelajari, dan elemen-elemen yang berbeda akan menjadi sulit dipelajari). Kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan itu dilakukan dengan cara membandingkan dua data kebahasaan, yakni data bahasa pertama (B1) dengan data bahasa kedua (B2). Kemudian kedua data bahasa itu dideskripsikan atau dianalisis, sehingga hasilnya akan diperoleh suatu penjelasan yang menggambarkan perbedaan dan kesamaan dari kedua bahasa tersebut.setelah itu, persamaan dan perbedaan yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam

13 13 meramalkan atau memprediksi kesulitan belajar yang akan dihadapi oleh para siswa atau mahasiswa. Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa teori analisis kontrastif berhubungan dengan bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pernyataan tentang kontrastif menggambarkan transfer dan interferensi dari B1 ke B2 dalam proses pemroduksian B2 (Parera, 1997: 114). Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Cook (2000: 11) yang menyatakan bahwa the fundamental assumption in contrastive analysis is transfer (asumsi pokok dalam analisis kontrastif adalah transfer ). Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Larsen- Freeman dan Long (1991: 53) yang menyatakan bahwa where two languages were similar, positive transfer would occur; where they were different, negative transfer, or interference, would result (pada saat dua bahasa itu mirip, transfer positif akan terjadi; pada saat keduanya berbeda, transfer negatif atau interferensi yang akan dihasilkan). Dalam setiap pengajaran bahasa kedua atau bahasa asing, ada dua hal yang biasa dilakukan oleh siswa. Pertama, siswa sering membuat kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua. Kedua, siswa sering membuat kesalahan berbahasa dalam proses mempelajari bahasa kedua tersebut. Adapun para ahli mengungkapkan hambatan terbesar dalam proses menguasai bahasa kedua (B2) adalah tercampurnya sistem bahasa pertama dengan sistem bahasa kedua (Pranowo, 1996: 40).

14 14 Anakon adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai sarana mengefisienkan dan mengefektifkan pengajaran bahasa. Sehingga, dengan analisis kontrastif diharapkan pengajaran bahasa kedua (B2) atau bahasa asing (BA) menjadi lebih baik. Analisis kontrastif mempunyai langkah-langkah tertentu yang dikenal dengan istilah metodologi analisis kontrastif. Menurut Ellis (1986: 71), ada empat langkah yang harus dilakukan dalam Analisis Kontrastif, yaitu: mendeskripsikan sistem atau unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua, menyeleksi sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) yang akan dibandingkan atau dianalisis, mengontraskan sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) dengan cara memetakan unsur-unsur dari kedua bahasa yang dianalisis, dan memprediksikan sistem atau unsur-unsur bahasa (B1 dan B2) untuk keperluan pengajaran bahasa di sekolah. Jadi, analisis kontrastif adalah suatu kajian terhadap unsur-unsur kebahasaan untuk keperluan pengajaran bahasa kedua, terutama untuk mengatasi kesulitan dan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa. 6.2 Definisi Kalimat Kehadiran kalimat sewaktu berlangsungnya komunikasi, pada dasarnya didorong oleh keinginan antar individu untuk menyampaikan perasaaan dan pikirannya. Berdasarkan batasan ini, maka kalimat merupakan satuan lingual yang sangat penting dalam tataran bahasa. Dengan satuan lingual berupa kalimat inilah maka seseorang dapat berkomunikasi dengan orang yang lain.

15 15 Kalimat biasa didefinisikan sebagai suatu susunan kata-kata yang teratur dan berisi pikiran yang lengkap (Chaer, 2003: 240). Definisi seperti ini sama halnya seperti yang dikatakan oleh Alwi dkk, bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (2003: 311). Mengingat bahwa kalimat memuat pesan yang utuh, maka apa yang teramanatkan dalam kalimat sewaktu berlangsungnya peristiwa cakapan atau dialog menuntut suatu pernyataan pikiran yang pasti atau tegas. Jadi kepastian atau ketegasan pikiran akibat dari berlangsungya peristiwa cakapan atau dialog merupakan tujuan yang pokok. Peristiwa semacam ini dapat dikatakan berlaku pada setiap tipe kalimat. Salah satu diantara sekian tipe kalimat tersebut adalah kalimat imperatif. Di sisi lain, Frank (1972: ) dalam bukunya Modern English menjelaskan bahwa berdasarkan tipe-tipenya, kalimat terbagi menjadi kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat eksklamasi. Sedangkan berdasarkan jumlah prediksi penuhnya, kalimat terbagi menjadi kalimat sederhana dan kalimat luas. Tambahan lagi, menurut Ramlan (2005: 26), berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh. Dalam ragam tulis, kalimat sebagian besar ditandai oleh huruf kapital di pangkalnya dan oleh tanda akhir seperti titik, tanda seru, tanda tanya, atau tidak ditandai apa-apa (misalnya dalam kalimat tak lengkap). Kalimat memiliki fungsi sebagai dasar pembentukkan wacana. Sebuah wacana dapat terbentuk dari adanya beberapa kalimat yang masing-masing memiliki arti sehingga wacana tesebut

16 16 dapat dipahami. Kalimat merupakan satuan dasar wacana, artinya wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat atau lebih yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Dengan demikian setiap tuturan berupa kata atau untaian kata yang memiliki ciri-cri di atas pada suatu wacana berstatus sebagai kalimat (Alwi dkk, 2003: 311). Pengertian kalimat dalam bahasa Inggris hampir sama dengan pengertian kalimat dalam bahasa Indonesia. Leech dan Svartvik (1973: 268) mengatakan bahwa sentences are units made up of one or more clauses (kalimat merupakan unit yang terdiri dari satu klausa atau lebih). Leech dan Jan juga menjelaskan bahwa kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa saja disebut dengan kalimat sederhana atau simple sentence, sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih disebut sebagai kalimat luas atau complex sentence. Tambahan lagi, Downing dan Locke (2006: 35) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa traditionally, the single independent clause (or simple sentence) is divided into two main parts, subject and predicate. (Biasanya, suatu klausa independen (atau kalimat sederhana) dibagi menjadi dua bagian utama, subjek dan predikat). Kemudian, menurut Frank (1972: 220) kalimat dalam bahasa Inggris dapat disusun dengan menggunakan simbol seperti SVO (Subject+Verb+Object), N 1 VN 2 (Noun+Verb+Noun), atau NP+VP (Noun Phrase+Verb Phrase). 6.3 Kalimat Imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris Kalimat perintah sering juga disebut kalimat imperatif (Markhamah, 2009: 71). Kalimat imperatif merupakan salah satu tipe kalimat yang selalu dapat

17 17 dijumpai dalam setiap bahasa, sebab keberadaan tipe kalimat ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pembicara untuk merangsang timbulnya persoalan reaksi dari pihak lawan pembicara. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah dituliskan oleh Markhamah (2009: 71) bahwa kalimat imperatif berisikan perintah kepada pembaca atau pendengar untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Berkaitan dengan kalimat imperatif, dalam bukunya Ramlan (2005: 39-40) menyebutnya sebagai kalimat suruh dan berdasarkan strukturnya, dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1) kalimat suruh yang sebenarnya, 2) kalimat persilahan, 3) kalimat ajakan, dan 4) kalimat larangan. Dengan demikian, persoalan kalimat imperatif secara konsep dapat dikatakan menyangkut adanya pernyataan yang tegas dari pihak pembicara dan adanya reaksi atau tanggapan yang pasti dari pihak lawan pembicara. Tipe kalimat imperatif dapat dikenali berdasarkan penentu wujudnya, baik yang bersifat morfologis maupun yang bersifat sintaktis, atau merupakan gabungan antar penentu wujud tersebut. Lebih lanjut, Ramlan (2005: 39-40) menjelaskan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung intonasi imperatif dan menurut ciri formalnya, jenis kalimat imperatif ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita dan kalimat tanya yaitu ditandai dengan penggunaan tanda /!/ pada akhir kalimatnya. Kemudian, Kridalaksana (2008: 104) juga mengatakan bahwa dalam bahasa Indonesia, kalimat imperatif ini biasanya ditandai oleh partikel seru lah atau kata-kata seperti hendaknya, jangan, dsb. Dengan kata lain, kalimat imperatif dapat didefinisikan sebagai kalimat yang mengandung perintah

18 18 atau permintaan agar orang lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal yang diinginkan oleh orang yang memerintah. Kalimat yang mengandung perintah itu meliputi suruhan yang keras hingga ke permintaan yang halus. Adapun menurut Alwi (2003: 353) kalimat perintah dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat dirinci menjadi enam golongan yaitu: perintah atau suruhan biasa, perintah halus, permohonan, ajakan dan harapan, larangan atau perintah negatif, dan pembiaran. Masih menurut Alwi (2003: ) bahwa kalimat imperatif memiliki ciri formal seperti berikut: intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan; pemakaian partikel penegas, penghalus dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan dan larangan; susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek, jika diperlukan; dan pelaku tindakan tidak selalu terungkap. Pengertian mengenai kalimat imperatif dalam bahasa Inggris juga tidak jauh berbeda dengan pengertian imperatif dalam bahasa Indonesia seperti yang sudah tertulis di atas. Dixson (1957: 19) menyatakan bahwa the imperative form in English is used to express a command or request (bentuk imperatif dalam bahasa Inggris digunakan untuk mengekspresikan suatu perintah atau permintaan). Pernyataan ini juga didukung oleh George O. Curme dalam bukunya berjudul English Grammar (1966: 97) yang menyatakan bahwa we usually employ simple imperative in commands, admonitions, and requests (kita selalu menggunakan kalimat imperatif sederhana dalam perintah, peringatan, dan permintaan). Lebih lanjut, Quirk dan Greenbaum (1973: ) membagi kalimat imperatif menjadi tiga kelompok, yaitu: commands, negative commands

19 19 (prohibition), and persuasive imperatives (perintah, perintah negatif (larangan), dan imperatif persuasif). Selain definisi-definisi di atas tentang kalimat imperatif bahasa Inggris, Downing dan Locke (2006: 191) dalam bukunya juga menuliskan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Inggris merupakan salah satu bentuk kalimat yang khas dan sangat berbeda dengan bentuk kalimat yang lainnya karena kalimat imperatif tidak memiliki Subjek. Pernyataan tersebut didukung oleh Quirk dan Greenbaum (1973: 200) yang menyatakan bahwa ciri umum dari kalimat imperatif bahasa Inggris yaitu: it has no subject and it has an imperative finite verb (the base form of the verb, without endings for number of tense) (kalimat imperatif tidak memiliki subjek dan memiliki sebuah bentuk verba imperatif (bentuk verba dasar, tanpa diakhiri sejumlah tenses)). Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka pada dasarnya kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris memiliki maksud dan tujuan yang sama yaitu untuk memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 7. Metode Penelitian Penelitian ini pada dasarnya bersifat kontrastif dengan menekankan aspek sintaktisnya. Penelitian ini bersifat kontrastif, yang artinya bahwa penelitian dilakukan dengan cara mengkomparasikan atau memperbandingkan unsur-unsur bahasa dari dua bahasa yang berbeda. Penelitian ini memanfaatkan metode kontrastif yang termasuk dalam tiga cakupan penelitian kualitatif. Jalannya

20 20 penelitian mengikuti metode linguistik yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993:5) yang menggolongkan metode penelitian berdasarkan pada tiga tahap upaya strategis yang berurutan yaitu : 1) cara atau metode pengumpulan data, 2) cara atau metode analisis data, 3) cara atau metode penyajian hasil analisis data. 7.1 Metode Pengumpulan Data Sudaryanto (1993: ) mengatakan bahwa pengumpulan data dari sumber tertulis dilakukan dengan metode simak dan dilanjutkan dengan teknik catat. Mengingat penelitian ini bertujuan untuk mencari persamaan dan perbedaan kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, maka sumber data dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang berasal dari buku-buku tata bahasa. Tahapan penyediaan data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode simak, yaitu metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa secara tertulis yang dilanjutkan dengan mencatat data-data yang diperlukan. Setelah itu, peneliti memberikan kode-kode khusus terhadap buku-buku yang dibutuhkan guna mempermudah pencarian dari buku yang mana data-data penelitian tersebut berasal. Dalam penelitian ini data yang berupa kalimat imperatif dalam bahasa Inggris diambil dari buku-buku tata bahasa Inggris seperti: English Grammar (E1), Test & Drills in English Grammar (E2), English Grammar: A University Course (E3), Modern English: A Practical Reference Guide (E4), English Sentence Patterns (E5), A Communicative Grammar of English (E6), Exercise in

21 21 English Patterns & Usage (E7), Modern English Grammar (E8), A University Grammar of English (E9), A Practical English Grammar (E10), sedangkan data yang berupa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia diambil dari buku-buku tata bahasa Indonesia, antara lain: Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (I1), Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia (I2), Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis (I3), dan Asas-asas Linguistik Umum (I4). Selain itu, data kalimat imperatif bahasa Indonesia juga dibuat sendiri oleh peneliti karena peneliti merupakan penutur asli bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Mahsun (2003:102) yang menyatakan bahwa dalam penelitian bahasa terdapat suatu metode yang disebut dengan metode introspektif yaitu metode penyediaan data dengan memanfaatkan intuisi kebahasaan peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya) untuk menyediakan data yang diperlukan bagi analisis sesuai dengan tujuan penelitiannya. Data-data yang diambil dari sumbersumber tersebut dibatasi sesuai dengan kepentingan dan tujuan penelitian ini. Kemudian peneliti melanjutkan proses pengumpulan data dengan teknik catat terhadap data bahasa yang telah dipilih dengan lengkap. Sumber data lain yang dianggap penting demi memperkaya data juga dimanfaatkan yaitu dengan memanfaatkan skripsi, tesis, disertasi, dan hasil-hasil penelitian yang berbahan penelitian kalimat imperatif. 7.2 Metode Analisis Data Setelah data terhimpun dalam kategorinya, langkah selanjutnya adalah menangani masalah yang terkandung dalam data. Penanganan masalah tersebut memanfaatkan teknik hubung banding, yaitu teknik analisis data dengan cara

22 22 membandingkan satuan-satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur satuan kebahasaan yang ditentukan (Kesuma, 2007: 53). Lebih lanjut, Verhaar (2006: 162) mengungkapkan bahwa ada tiga cara untuk menganalisis klausa secara sintaktis. Pertama, ada Fungsi-Fungsi di dalam klausa, kedua ada Peran-Perannya, dan ketiga ada Kategori- Kategorinya. Sejalan dengan hal itu, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan fungsi dan kategori sintaksisnya. Maksudnya yaitu data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan konstituen-konstituen klausanya, entah konstituen itu berupa kata ataupun frasa. Lebih lanjut, untuk menentukan jenis kategori dalam kalimat imperatif bahasa Indonesia, peneliti merujuk pada buku Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (Harimurti Kridalaksana) dan Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata (Ramlan). Sedangkan dalam melakukan analisis kalimat imperatif bahasa Inggrisnya, penulis merujuk pada buku English Sentence Analysis: An Introductory Course (Marjolijn Verspoor dan Kim Sauter), English Grammar: A University Course (Angela Downing dan Philip Locke), A Communicative Grammar of English (Geoffrey Leech dan Jan Svartvik), serta A University Grammar of English (Randolph Quirk dan Sidney Greenbaum). Dalam penelitian ini, data diklasifikasikan dengan menggunakan pendekatan kontrastif untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih beserta teknik-tekniknya dan

23 23 metode padan beserta teknik-tekniknya. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Dalam menganalisis data-data yang sudah terkumpul seluruhnya, pertama-tama penulis menggunakan teknik dasar dalam metode agih yang disebut teknik bagi unsur langsung (BUL) untuk mengetahui unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam kalimat imperatif itu sendiri dilihat dari segi Fungsi dan Kategori sintaktisnya. Kemudian, analisis data dilanjutkan dengan menggunakan teknik-teknik lanjutan dalam metode agih, seperti: teknik permutasi (teknik balik), teknik subtitusi (teknik ganti), dan teknik delesi (teknik lesap). Setelah masing-masing kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tersebut dinalisis dengan metode agih dan teknik-tekniknya, peneliti kemudian membandingkan antara kalimat imperatif bahasa Indonesia dengan kalimat imperatif bahasa Inggris dengan metode padan. Metode padan adalah metode/cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (1993:15). Metode tersebut digunakan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara kalimat imperatif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan translasional. Yang dimaksud dengan metode padan translasional yaitu metode padan yang alat penentunya bahasa lain (Kesuma, 2007: 49). Dalam penelitian ini, penulis akan berusaha untuk mencari semua persamaan menggunakan teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS), dan perbedaan menggunakan teknik Hubung Banding Membedakan (HBB), kemudian semua

24 24 unsur tersebut digunakan untuk mencari persamaan pokoknya dengan menggunakan atau dikenal sebagai teknik Hubung Banding Menyamakan Hal Pokok (HBSP). 7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Metode penyajian hasil analisis data terdiri atas dua metode yaitu metode penyajian informal dan metode penyajian formal. Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan katakata biasa, sedangkan penyajian hasil analisis data formal yaitu penyediaan data dengan menggunakan kaidah (Kesuma, 2007:71-71). Adapun hasil penelitian tentang kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ini akan disajikan secara informal yaitu dengan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk uraian kata-kata biasa. 8. Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, yaitu bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II membahas pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Indonesia. Bab III membahas pola-pola pembentukkan kalimat imperatif bahasa Inggris. Bab IV menyajikan persamaan dan perbedaan kalimat imperatif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bab V merupakan penutup yang berisi simpulan dan saran.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Secara garis besar kalimat imperatif bahasa Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan dengan pendekatan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Setiap orang pasti akan mendefinisikan bahasa dengan cara yang

Lebih terperinci

melalui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang memungkinkan dapat mengetahui inti

melalui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang memungkinkan dapat mengetahui inti BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka yang dipakai untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini agar ditemukan

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa juga merupakan faktor penting yang membuat manusia berbeda

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa juga merupakan faktor penting yang membuat manusia berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGANTAR Bahasa sebagai produk kebudayaan merupakan media paling penting dalam komunikasi. Bahasa juga merupakan faktor penting yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa tersebut masih menggunakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF

KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF Kalimat Tanya Peserta (Dewi Restiani) 1 KALIMAT TANYA PESERTA BIMBINGAN SMART GENIUS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA SEBUAH KAJIAN DESKRIPTIF INTERROGATIVE SENTENCE OF SMART GENIUS TUTORING CENTER S STUDENTS

Lebih terperinci

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti

HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN Apa dan Mana Dalam Kalimat Deklaratif Sri Puji Astuti HUMANIKA Vol. 23 No.1 (2016) ISSN 1412-9418 APA DAN MANA DALAM KALIMAT DEKLARATIF Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT Kalimat merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP

Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional. Oleh: Tatang Suparman NIP Thema- Rhema dalam Bahasa Indonesia: Satu Tinjauan Tata Bahasa Fungsional Oleh: Tatang Suparman NIP 132206488 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Thema-

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN LEVEL KEMAHIRAN MENULIS BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN MAHASISWA JURUSAN ASEAN STUDIES WALAILAK UNIVERSITY THAILAND Berlian Pancarrani Pascasarjana, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang dapat berdiri sendiri, menyatakan makna yang lengkap dan mengungkapkan suatu maksud dari pembicara. Secara tertulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa sebagai alat komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan proses interaksi manusia satu dengan yang lainnya. Komunikasi bertujuan memberikan informasi atau menyampaikan pesan kepada mitra tutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah bahasa. Bahasa adalah sitem lambang bunyi yang bersifat arbiter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari yakni sebagai alat utama berkomunikasi. Seorang pemakai bahasa dalam penyampaian suatu hal, menginginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang demikian lain untuk saling melengkapi kebutuhannya. Untuk berinteraksi tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia mempunyai dua peran dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, yaitu sebagai pemberi informasi dan sebagai penerima informasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

KALIMAT PERINTAH BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA PETUNJUK ARTIKEL E-JOURNAL

KALIMAT PERINTAH BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA PETUNJUK ARTIKEL E-JOURNAL KALIMAT PERINTAH BAHASA INDONESIA DALAM BAHASA PETUNJUK ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi dalam penelitian ini berkonsentrasi pada kelas verba dalam kalimat bahasa Sunda. Dalam pandangan penulis, kelas verba merupakan elemen utama pembentuk keterkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh suku, daerah dan bangsa dalam bersosial. Tanpa adanya bahasa, komunikasi antar manusia akan terhambat. Manusia

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi khalayak agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan. Slogan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator tentang barang dan jasa kepada komunikan yang bertujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk

III. METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk interferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Artikel Publikasi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF PEMARKAH LOKATIF DI DALAM BAHASA INDONESIA DAN IN, ON, AT DALAM BAHASA INGGRIS

ANALISIS KONTRASTIF PEMARKAH LOKATIF DI DALAM BAHASA INDONESIA DAN IN, ON, AT DALAM BAHASA INGGRIS ANALISIS KONTRASTIF PEMARKAH LOKATIF DI DALAM BAHASA INDONESIA DAN IN, ON, AT DALAM BAHASA INGGRIS Cokorda Istri Mas Kusumaningrat Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Magister Linguistik, Universitas Udayana

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

J.C. Sutoto Pradjarto

J.C. Sutoto Pradjarto INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEMAMPUAN PRODUKTIF PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS TINGKAT PEMULA J.C. Sutoto Pradjarto Program Studi Bahasa Inggris,

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM Supadmi, A310090132, Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimat adalah salah satu unsur utama tata bahasa yang dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan. Kalimat merupakan unit gramatikal terbesar yang mengandung kata,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh karena

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA INGGRIS

ANALISIS KONTRASTIF KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA INGGRIS ANALISIS KONTRASTIF KALIMAT PASIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA INGGRIS Djuria Suprato English Literature Department, Faculty of Humanities, BINUS University Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Di samping bahasa Indonesia, terdapat juga bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara linguistik bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang terdiri dari wacana, kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Masalah Mempelajari bahasa selain bahasa ibu merupakan hal yang sangat penting di zaman ini. Belajar bahasa asing merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT IMPERATIF KALANGAN GURU PAUD PERMATA BUNDA DESA SEI BULUH KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh EKA PUTRI ANDAYANI NIM 120388201067 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis turutan..., Bima Anggreni, FIB UI, 2008 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat berkomunikasi menggunakan bahasa, manusia saling menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.

BAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Mardalis (2010, hlm. 24) adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Di dalam penelitian bahasa umumnya harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS

PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS PEMBELAJARAN SINTAKSIS BAGI PEMBELAJAR ASING YANG BERBAHASA PERTAMA BAHASA INGGRIS Latifah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung Latifahtif357@gmail.com Abstrak Sintaksis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia. Bahasa tidak terpisahkan setiap kegiatannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia. Bahasa tidak terpisahkan setiap kegiatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup di masyarakat tidak hanya sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dan bekerja sama. Masyarakat Indonesia pada umumnya

Lebih terperinci