Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Panduan Praktis Rehabilitasi Pantai"

Transkripsi

1 Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir Indonesia Programme

2 Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir Iwan Tri Cahyo Wibisono Eko Budi Priyanto I Nyoman N. Suryadiputra Ditjen. PHKA Indonesia Programme Bogor, September 2006 i

3 Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir Wetlands International - Indonesia Programme, 2006 Penulis : Iwan Tri Cahyo Wibisono Eko Budi Priyanto I Nyoman N. Suryadiputra Desain dan Tata Letak : Triana Foto Sampul Depan : Eko Budi Priyanto dan Iwan Tri Cahyo Wibisono Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Wibisono, I.T.C., Eko Budi Priyanto, dan I N.N. Suryadiputra : Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir. Bogor. Wetlands International - IP, 2006 x + 81 hlm; ilus; 15 x 21 cm ISBN: Saran Kutipan: Wibisono, I.T.C., Eko Budi Priyanto, dan I N.N. Suryadiputra : Sebuah Pengalaman Merehabilitasi Kawasan Pesisir. Wetlands International - Indonesia Programme. Bogor. x The opinions indicated in this publication should not necessarily be considered as reflecting the views or carrying the endorsement of the United Nations Environment Programme. This publication is supported by the National Parks Autonomous Body of the Ministry of Environment of Spain (OAPN). ii 4

4 Kata Pengantar Sebagai suatu Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki kawasan pesisir sangat luas yang ditumbuhi oleh berbagai jenis mangrove dan tanaman pantai. Vegetasi yang tumbuh di kawasan ini tidak saja berfungsi sebagai habitat pendukung keanekaragaman hayati dan menambah keindahan pantai, tapi ia juga berfungsi untuk mencegah erosi pantai dan sebagai pelindung daratan sehingga pemukiman dan saranaprasarana umum yang terdapat di belakangnya terhindar dari bencana badai dan gelombang pasang air laut. Namun sejak pertengahan tahun an, hampir sebagain besar kawasan pesisir di Indonesia mengalami kerusakan yang cukup parah akibat dialihfungsikan menjadi lahan pertambakan dan bentuk-bentuk peruntukan lainnya. Luas hutan bakau yang sebelumnya diduga lebih dari 5 juta ha, kini tinggal sekitar,4 juta ha. Akibat yang ditimbulkan dari kondisi demikian adalah misalnya; di pantai Utara Jawa dan Timur Pulau Sumatera terjadi abrasi pantai sampai dengan puluhan meter ke darat hingga banyak lahan pertambakan yang hilang di telan laut, hilangnya habitat satwa liar, gersangnya kawasan pesisir dan intrusi air laut yang semakin jauh ke darat. Di Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam, jauh sebelum bencana tsunami menimpa kawasan ini (pada bulan Desember 2004), hutan bakaunya juga telah banyak dialihfungsikan menjadi lahan pertambakan. Akibatnya, dampak yang ditimbulkan oleh gelombang tsunami pada pesisir pantai NAD (terutama di pesisir Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe) menjadi lebih parah. Dari hasil pengamatan di beberapa desa-desa pesisir Aceh Utara dan Lhokseumawe, yang sebagian besar hutan bakaunya telah ditebang dan dijadikan lahan pertambakan, memperlihatkan kerusakan tambak dan pemukiman yang lebih parah akibat tsunami dibandingkan desa tetangga lainnya yang hutan bakaunya relatif masih utuh. iii

5 Dari berbagai kondisi di atas, kini disadari bahwa kerusakan hutan pantai tidak saja telah merugikan para pelaku bisnis di bidang pertambakan dan hancurnya ekosistem pesisir, namun kerusakannya juga telah menyebabkan dampak tsunami yang meluas ke darat hingga merenggut ratusan ribu jiwa masyarakat pesisir di NAD. Sehigga untuk mengembalikan fungsi/manfaat/jasa-jasa lingkungan yang diberikan oleh keberadaan hutan pantai dan mangrove kepada kita, maka upaya-upaya rehabilitasi yang tepat dan benar perlu segera dilakukan. Untuk mendukung upaya-upaya penyelenggarakan rehabilitasi pesisir yang tepat dan benar, mulai dari cara mempersiapkan bibitnya, memilih lokasi rehabibiltasi dan cara merawat tananan, maka Wetlands International - Indonesia Programme (WI-IP) membuat buku panduan agar dapat dijadikan pegangan praktis bagi para pelaku rehabilitasi di lapangan. Buku panduan ini ditulis dari pengalaman lapangan yang diperoleh para penulisnya selama melaksanakan kegiatan rehabilitasi di berbagai lokasi pesisir di Indonesia (termasuk Aceh). Penulisan buku ini di danai oleh UNEP (United Nations Environment Programme) yang bekerjasama dengan WI-IP dalam Proyek MangroveRestoration in Tsunami-affected Areas. Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih jauh dari sempurna, namun demikian mudah-mudahan ia dapat menjadi pelengkap bagi buku-buku panduan tentang rehabilitasi pesisir yang juga telah diterbitkan pihak-pihak lain. Bogor, September 2006 Penulis iv 4

6 Daftar Isi Kata Pengantar... iii 1. Mengapa Panduan Ini Dibuat? Apa latar belakang pembuatan panduan ini? Apa tujuan penulisan panduan ini? Siapa saja pengguna panduan ini? Bagaimana Cara Menyiapkan Bibit? Bagaimana cara membangun persemaian? Penentuan lokasi persemaian Pembuatan bedengan Bagaimana cara memperoleh benih? Bagaimana cara menanam benih? Bagaimana cara memelihara bibit di persemaian? Pemeliharaan Bibit Pengendalian hama dan penyakit Bagaimana Cara Menanam Bibit di Lapangan? Persiapan apa saja yang dilakukan? Penentuan lokasi penanaman Persiapan tenaga kerja dan pembagian tugas Persiapan alat dan bahan v

7 .1.4. Penentuan jenis tanaman Penataan lokasi penanaman Bagaimana cara mengangkut bibit Kapan dan bagaimana cara menanam bibit di lapangan? Bagaimana Cara Memelihara Bibit Setelah Ditanam di Lapangan? Teknik Silvikultur Jenis Tanaman Mangrove Bakau Tengal Tanjang Pedada Nyiri Api-api Tanaman Pantai Nyamplung Cemara Laut Ketapang Waru Laut Putat Laut Bintaro Penanaman Tanaman Serba Guna Daftar Pustaka vi 4

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Persyaratan persemaian jenis mangrove dan tanaman pantai... 4 Tabel 2. Ciri-ciri buah/benih yang masak... 8 Tabel. Teknik penyimpanan benih mangrove... 9 Tabel 4. Cara menanam benih beberapa jenis tanaman Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Penyebab kerusakan bibit dan cara penanggulangannya... 1 Kriteria lokasi penanaman yang sesuai untuk tanaman mangrove dan tanaman pantai Kesesuaian jenis tanaman terhadap lokasi penanaman Penyebab kerusakan tanaman dan cara penanganannya Tabel 9. Ciri-ciri buah bakau yang telah matang Tabel 10. Ringkasan teknik budidaya beberapa jenis tanaman MPTS DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bedeng tabur dan Bak kecambah... 5 Gambar 2. Bedeng sapih untuk bakau yang dinaungi sirap, dan bedeng untuk tanaman pantai yang dinaungi paranet... 7 Gambar. Kegiatan pengisian media vii

9 Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Bibit yang masih dinaungi dan bibit yang telah dibuka naungannya Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangrove, hewan indikator : Ikan glodok, bebas tritip Lokasi yang sesuai untuk tanaman pantai, tumbuhan indikator : katang katang atau galaran Persiapan kegiatan rehabilitasi melalui diskusi kelompok Gambar 8. Penandaan jarak tanam dengan menggunakan ajir Gambar 9. Beberapa cara mengangkut bibit Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Penanaman bibit tanaman pantai; pembuatan lubang tanam, pembuangan polibag, penananam bibit Penanaman bakau; pembuatan lubang tanam dengan alat tugal, pembuangan polibag, penananam bibit... 2 Melindungi tanaman dengan pagar, bambu dan tanaman pandan Gambar 1. Bakau merah dan bakau minyak Gambar 14. Bagian bagian buah Bakau Gambar 15. Ciri benih yang telah matang; terdapat tanda semacam cincin berwarna kekuningan Gambar 16. Perendaman propagul dengan air payau... 0 Gambar 17. Pengikatan propagul R. mucronata agar tidak roboh... 0 Gambar 18. Posisi menanam benih ; R. apiculata, R. mucronata... 1 Gambar 19. Penanaman bakau di pematang tambak... Gambar 20. Bentuk buah dan susunan daun Tengal... 5 viii 4

10 Gambar 21. Bagian-bagian buah Tengal... 6 Gambar 22. Susunan daun, kelopak buah dan buah Tanjang... 8 Gambar 2. Bagian-bagian buah Tanjang... 8 Gambar 24. Posisi penyemaian benih Tanjang... 9 Gambar 25. Buah dan susunan daun Pedada Gambar 26. Bentuk dan ukuran biji Pedada Gambar 27. Posisi penyemaian benih Pedada Gambar 28. Buah dan susunan daun Nyiri Gambar 29. Biji Nyiri yang sedang direndam dan bagianbagian pada benih Gambar 0. Posisi penyemaian benih Nyiri Gambar 1. Bentuk buah dan susunan daun Api-api Gambar 2. Bagian-bagian buah Api-api Gambar. Posisi penyemaian benih Api-api Gambar 4. Susunan daun, bunga dan buah Nyamplung Gambar 5. Biji Nyamplung Gambar 6. Biji Nyamplung yang telah berkecambah Gambar 7. Susunan daun dan buah Cemara laut Gambar 8. Buah Cemara laut dari muda hingga buah telah pecah Gambar 9. Biji Cemara laut yang telah dikeluarkan dari buah Gambar 40. Bibit Cemara laut yang telah siap tanam Gambar 41. Pencangkokan Cemara laut ix

11 Gambar 42. Gambar 4. Bibit Cemara laut yang hanya diikat pada bagian bawah saja, bibit tegak berdiri karena diikat pada 2 titik Pemagaran bibit Cemara laut dengan kawat bronjong Gambar 44. Susunan daun dan bentuk buah Ketapang Gambar 45. Bibit Ketapang yang telah siap tanam... 6 Gambar 46. Daun dan bunga Waru laut Gambar 47. Cabang Waru laut untuk stek Gambar 48. Pemberian hormon pertumbuhan dan penanaman stek Waru laut ke dalam media polibag Gambar 49. Bibit Waru laut hasil stek yang telah siap tanam Gambar 50. Buah, bunga dan daun Putat laut Gambar 51. Potensi anakan alam Putat laut, penanaman anakan secara langsung di lapangan Gambar 52. Bunga serta susunan daun dan bunga Bintaro Gambar 5. Buah Bintaro yang terdampar di pantai... 7 Gambar 54. Kecambah yang baru keluar dari buah Bintaro Gambar 55. Bibit Bintaro yang telah siap tanam Gambar 56. Gambar 57. Gambar 58. Potensi anakan alam Bintaro yang siap untuk dipindahkan ke lokasi penanaman Pohon Bintaro hasil penanaman melalui stek batang Kecambah Pandan, buah Jarak pagar, pohon Kuda-kuda, daun Juwet dan pohon Gamal x 4

12 1. Mengapa Panduan Ini Dibuat? 1.1. APA LATAR BELAKANG PEMBUATAN PANDUAN INI? Sebagian besar kawasan hutan pesisir di Indonesia telah mengalami kerusakan. Konversi/alih fungsi lahan (pada umumnya dijadikan lahan pertambakan), penebangan kayu (eksploitasi), dan kesalahan manajemen merupakan beberapa faktor utama penyebab kerusakan kawasan pesisir akibat ulah manusia. Sedangkan erosi pantai dan adanya badai, sebagai peristiwa alam, dapat pula menyebabkan tercabutnya vegetasi hutan pesisir. Gempa bumi dan gelombang Tsunami di penghujung tahun 2004 telah menambah kawasan hutan pesisir yang rusak terutama di lokasi yang terkena dampak bencana seperti di pesisir utara, timur dan barat Aceh, P. Simeulue, P. Banyak dan P. Nias. Selain merusak ekosistem pantai, bencana ini juga menelan ratusan ribu korban jiwa serta merusak mata pencaharian dengan kerugian yang tidak ternilai harganya. Dalam sekejap, bencana ini telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat di Propinsi NAD dan Nias. Di daerah pantai yang miskin tutupan vegetasinya, terjangan gelombang tsunami mampu mencapai belasan kilometer ke daratan. Sedangkan pantai yang masih memiliki sabuk hijau (green belt), tingkat kerusakannya relatif lebih ringan. Hal ini menunjukan bahwa tutupan vegetasi di kawasan pesisir mampu mengurangi kerusakan karena terjangan gelombang Tsunami. Pada lokasi yang rusak ringan, kondisi pantainya masih memiliki kemampuan untuk pulih secara alami. Namun sayang, hampir sebagian besar lokasi yang terkena tsunami mengalami rusak berat sehingga sangat sulit untuk pulih secara alami. Karena itulah, campur tangan manusia melalui kegiatan rehabilitasi pantai sangatlah diperlukan. 1

13 Sejauh ini, kegiatan rehabilitasi pantai masih sering berakhir dengan kegagalan. Beberapa faktor penyebab yang umum dijumpai antara lain: rendahnya kualitas bibit, tidak sesuainya lokasi penanaman, kesalahan memilih jenis tanaman, serta pelaksana yang kurang berpengalaman. Hal-hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai rehabilitasi pantai. Disamping itu, minimnya pengalaman, terutama bagi para perencana dan pelaksana kegiatan di lapangan, juga diyakini berdampak terhadap rendahnya keberhasilan rehabilitasi pantai. Melalui panduan ini, pembaca diharapkan dapat memahami konsep-konsep dasar dalam rehabilitasi pantai, mengetahui perbedaan antara jenis tanaman mangrove dan tanaman pantai, memahami teknik mempersiapkan bibit tanaman pantai yang berkualitas, serta mampu melaksanakan kegiatan rehabilitasi pantai secara benar dan utuh APA TUJUAN PENULISAN PANDUAN INI? Tujuan penulisan panduan ini adalah sebagai berikut: Memberikan informasi dan petunjuk praktis dalam mempersiapkan bibit, baik tanaman bakau maupun beberapa jenis tanaman pantai. Menyediakan informasi yang memadai mengenai tata cara melakukan kegiatan rehabilitasi pantai, termasuk didalamnya pemilihan lokasi penanaman dan cara merawat tanaman. Memberikan informasi mengenai teknik silvikultur beberapa jenis tanaman bakau dan tanaman pantai lainnya. 1.. SIAPA SAJA PENGGUNA PANDUAN INI? Penulis berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh kelompok masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pemerintah, Lembaga pendidikan, serta pihak lain yang terkait dalam kegiatan rehabilitasi pantai. 2 4

14 2. Bagaimana Cara Menyiapkan Bibit? Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Apabila bibit yang digunakan berkualitas tinggi dan siap tanam, maka peluang keberhasilan tumbuh di lapangan akan tinggi. Sebaliknya, penggunaan bibit berkualitas rendah hanya akan menyebabkan kegagalan kegiatan rehabilitasi. Uraian dibawah ini adalah penjelasan mengenai tahapan umum dalam mempersiapkan bibit di persemaian BAGAIMANA CARA MEMBANGUN PERSEMAIAN? Persemaian merupakan suatu unit yang dilengkapi sarana dan prasarana seperti bedeng tabur, bedeng sapih, gudang dll untuk mendukung kegiatan penyiapan bibit. Secara garis besar tahapan pembangunan fasilitas persemaian meliputi: penentuan lokasi dan pembuatan bedengan Penentuan lokasi persemaian Cara membibitkan tanaman mangrove (misalnya bakau, api-api, pedada, tengal, dll) sangat berbeda dengan tanaman pantai lainnya (misalnya waru, ketapang, nyamplung, cemara, dll). Kedua jenis tanaman tersebut membutuhkan lingkungan dan persyaratan lokasi yang sangat berbeda. Persemaian mangrove membutuhkan lokasi basah yang terpengaruh pasang surut. Karenanya, persemaian mangrove dapat juga disebut sebagai persemaian pasang surut. Sedangkan untuk jenis tanaman pantai, lokasi yang sesuai adalah lokasi kering, tidak mengalami genangan. Oleh karena itu, persemaian ini juga dikenal sebagai persemaian darat (terrestrial nursery). Tabel berikut ini menjelaskan persyaratan-persyaratan yang diperlukan antara persemaian mangrove dan tanaman pantai.

15 Tabel 1. Persyaratan persemaian jenis mangrove dan tanaman pantai Kriteria Persemaian mangrove (persemaian pasang-surut) Persemaian tanaman pantai (persemaian darat) Pemilihan Lokasi dan kondisi Persemaian Tempat yang rendah Topografi datar Bebas dari angin kencang Dekat dengan lokasi penanaman Lokasi mudah dijangkau Dekat dengan tenaga kerja Dekat dengan sumber media Sumber air Terkena pasang surut air laut Bebas dari gelombang secara langsung Air pasang surut Salinitas kurang dari 0 * Tidak terkena pasang surut air laut Tapak relatif keras Bebas dari banjir Air tawar Berasal dari sungai atau sumur Media yang dipakai Lumpur, lumpur berpasir, pasir berlumpur Tanah, pasir, kompos * Air laut umumnya memiliki salinitas sekitar 5 atau 5 ppt. Namun demikian, sarana dan prasarana yang melengkapi kedua jenis persemaian relatif sama (misalnya bedengan, naungan,gudang, dll). Catatan: Khusus untuk jenis api-api dan nyiri, lokasi persemaian diusahakan di areal yang pasang tertingginya tidak lebih dari tinggi polibag karena benihnya sangat mudah hanyut. 4 4

16 2.1.2 Pembuatan bedengan Di suatu persemaian, umumnya terdapat dua jenis bedengan yaitu bedeng tabur dan bedeng sapih. Bedeng tabur berfungsi untuk mengecambahkan benih (terutama benih yang berukuran kecil), sedangkan bedeng sapih biasanya dipergunakan untuk menampung bibit sapihan dan bibit dipelihara hingga siap tanam. a. Bedeng tabur Bedeng tabur adalah suatu bedeng bersekat dengan ukuran tertentu, berisi media semai, diberi naungan dan digunakan untuk mengecambahkan benih terutama benih yang kecil seperti api-api dan nyiri. Posisi naungan diusahakan miring (tinggi cm menghadap ke Timur dan tinggi cm ke Barat). Untuk yang ukurannya sangat kecil (misalnya cemara), benih sebaiknya dikecambahkan pada bak kecambah. Gambar 1. Bedeng tabur (atas) dan Bak kecambah (bawah). Media yang digunakan untuk bedeng tabur dan bak kecambah umumnya berupa pasir atau tanah halus. Dengan media ini, semai akan mudah dicabut tanpa mengalami kerusakan akar pada saat penyapihan. Keterangan: Bedeng tabur pada umumnya berisi banyak semai. Oleh karena itu, setiap semai harus disapih (dipindahkan) ke dalam polibag yang berisi media pertumbuhan. Dengan demikian setiap semai akan mendapatkan media atau unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhannya. Semai yang siap disapih biasanya telah memiliki -5 lembar daun. 5

17 b. Bedeng Sapih Bedeng sapih adalah bedeng bersekat, berukuran tertentu, yang difungsikan untuk menampung polibag yang berisi semai. Semai ini bisa berasal dari semai yang disapih dari bedeng tabur atau semai dari biji atau stek yang langsung ditanam dalam polibag. Di bedeng sapih inilah semai dipelihara dari kecil hingga siap tanam. Idealnya, bedeng sapih dilengkapi dengan naungan dengan intensitas tertentu. Di pasaran, naungan ini sudah umum dijumpai dengan nama perdagangan paranet atau sarlon. Namun demikian, naungan dapat dibuat secara sederhana dengan memasang jalinan daun rumbia atau daun kelapa. Secara umum bedeng sapih dibuat dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Berukuran 1m x 5 m memuat bibit sebanyak bibit dengan ukuran polibag 10 x 15 cm. Bedeng dengan ukuran 1 m x 10 m akan dapat memuat bibit (ukuran polibag 14 x 22 cm). Secara sederhana, pembatas (sekat) bedeng dapat menggunakan bambu atau tiang yang panjangnya disesuaikan dengan ukuran bedeng. 2. Menghadap ke arah timur (membujur ke arah selatan-utara) dengan maksud agar seluruh bibit di dalam bedeng mendapatkan sinar matahari pagi yang merata dan optimal.. Antar bedengan diberi jarak setengah hingga satu meter untuk jalan inspeksi dan memudahkan penyiraman. 4. Pemberian naungan. Khusus bagi semai yang baru disapih, naungan yang diberikan harus lebih berat karena sangat rentan terhadap sengatan sinar matahari. Apabila naungan yang ada di bedeng sapih adalah paranet, maka sebaiknya di beri naungan tambahan berupa atap rumbia, tepat diatas semai yang baru disapih. Setelah beberapa minggu, naungan rumbia ini diambil hingga tinggal paranetnya. 6 4

18 Gambar 2. Bedeng sapih untuk bakau yang dinaungi sirap (kiri), dan bedeng untuk tanaman pantai yang dinaungi paranet (kanan). Catatan: Khusus untuk lokasi yang rawan terhadap gangguan ternak, persemaian sebaiknya dilengkapi dengan pagar. Dalam rangka memudahkan kegiatan di persemaian, pagar tersebut sebaiknya dilengkapi dengan pintu. 2.2 BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH BENIH? Benih sebaiknya dipanen dari pohon induk yang cukup umur dan sehat. Pohon induk yang sehat dicirikan oleh batang yang lurus, bentuk tajuk simetris, serta bebas dari hama/penyakit. Jenis tanaman pantai dan mangrove mempunyai musim berbuah yang berlainan. Jenis mangrove mempunyai musim berbuah yang serentak yaitu pada pertengahan sampai akhir tahun. Sedangkan untuk jenis tanaman pantai musim berbuahnya tidak serentak. Untuk mendapatkan benih yang baik, pengadaan benih sebaiknya dilakukan pada waktu puncak musim benih. Ciri-ciri buah yang masak Buah yang masak untuk setiap jenis tanaman memiliki ciri-ciri yang berlainan satu sama lain (lihat tabel 2 berikut ini). 7

19 Tabel 2. Ciri-ciri buah/benih yang masak No Jenis Ciri-ciri buah masak Musim berbuah Tanaman Mangrove 1 Bakau (Rhizophora spp.) 2 Tengal (Ceriops tagal) Tanjang (Bruguiera gymnorrhiza) 4 Pedada/Bogem (Sonneratia alba) 5 Api-api (Avicennia marina) Bakau merah R. mucronata: kotiledon berwarna kuning, panjang minimal hipokotil : 50 cm Bakau minyak R. apiculata : kotiledon berwarna merah kekuningan, panjang minimal hipokotil: 20 cm Kotiledon telah tumbuh sepanjang 1-1,5 cm, panjang minimal hipokotil: 20 cm Kotiledon berwarna coklat kemerahan, panjang minimal hipokotil: 20 cm Diamater minimal buah : 40 mm, terapung di air Warna buah hijau kekuningan, berat 1,5 gr September- Desember Desember - Maret Agustus Juli-Agustus September- Desember Januari Tanaman pantai 1 Nyamplung Warna buah kuning kecoklatan. Diameter 2,5-4 cm. 2 Ketapang Berwarna hijau kekuningan --- Cemara Berwarna hijau kekuningan dan berdiameter + 1 cm Cara pengunduhan Pengunduhan buah dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain memanjat, mengumpulkan buah/benih dibawah pohon induk, atau dengan merontokkan buah dengan menggunakan galah. 8 4

20 Cara penyimpanan benih Untuk beberapa jenis mangrove (Rhizophora mucronata, R. apiculata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza), penyimpanan propagul selama 5-10 hari sangat disarankan. Selain dapat mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan prosentase hidup tanaman, buah akan terhindar dari serangan hama ketam atau kepiting. Berdasarkan penelitian, penyimpanan buah bakau tidak boleh lebih dari 0 hari karena akan mengurangi daya tumbuhnya. Tabel. Teknik penyimpanan benih mangrove No Jenis Teknik penyimpanan buah 1 Bakau Direndam dalam air payau dan disimpan ditempat teduh selama 5-10 hari 2 Tengal Direndam dalam air payau dan disimpan ditempat teduh selama 10 hari Tanjang Direndam dalam air payau dan disimpan ditempat teduh selama 5 hari 4 Pedada/Bogem Direndam dalam air payau selama 5 hari dan ditempatkan ditempat yang teduh 5 Api-api Direndam dalam air payau selama 5 hari dan ditempatkan ditempat yang teduh Berbeda dengan mangrove, benih tanaman pantai relatif lebih lama kehilangan daya kecambahnya. Dengan demikian, penyimpanan benih tanaman pantai dapat dilakukan dalam waktu yang lebih lama. 2.. BAGAIMANA CARA MENANAM BENIH? Penyemaian pada bedeng/bak tabur Benih yang berukuran kecil sebaiknya disemaikan di bedeng tabur baru kemudian disapih ke polibag. Bahkan untuk ukuran biji yang lebih kecil lagi (misalnya cemara), pengecambahan sebaiknya dilakukan di bak tabur. 9

21 Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan embrat/ gembor yang berlubang halus. Dengan demikian, siraman air yang keluar jauh lebih halus tanpa mengganggu posisi benih yang sedang dikecambahkan di dalam media. Setelah tumbuh, kecambah dipindahkan kedalam polibag yang telah diisi media. Dalam penyapihan ini, pemindahan kecambah harus dilakukan secara hati-hari agar akar kecambah tidak rusak. Penananaman ke polibag Untuk benih yang berukuran sedang hingga besar (misalnya bakau, tancang, putat laut, ketapang, dan nyamplung), penanaman sebaiknya dilakukan secara langsung dalam polibag. Penanaman langsung ini dinilai lebih efektif dan efisien karena tidak memerlukan penyemaian pada bedeng tabur dan penyapihan. Cara menanam benih pada media Tabel dibawah ini adalah rangkuman teknik menanam beberapa jenis tanaman dari ukuran benih kecil hingga besar. Tabel 4. Cara menanam benih beberapa jenis tanaman No Jenis Cara menanam Tanaman Mangrove 1 Bakau R. mucronata: ditancapkan sedalam 7 cm R. apiculata : ditancapkan sedalam 5 cm Langsung ditanam di media polibag dan diletakkan di bedeng sapih 2 Tengal Ditancapkan sedalam 5 cm, langsung ditanam di media polibag dan diletakkan di bedeng sapih Tanjang Ditancapkan sedalam5 cm, angsung ditanam di media polibag dan diletakkan di bedeng sapih 4 Pedada/Bogem Ditancapkan hingga 1/ bagian benih, dikecambahkan pada bedeng tabur. Bisa juga secara langsung di tanam dalam media polibag yang diletakkan di bedeng sapih. 5 Api-api ½ bagian biji ditancapkan dalam media polibag. Bagian yang ditancapkan adalah bagian biji yang tumpul. 10 4

22 Tabel 4 (lanjutan) Tanaman pantai 1 Cemara Di letakkan secara mendatar pada media tabur, kemudian ditaburi serbuk gergaji atau tanah halus di atasnya. 2 Nyamplung ½ bagian biji ditancapkan dalam media polibag. Putat laut ½ bagian buah dibenamkankan pada media polibag. Bagian buah yang dibenamkan adalah bagian yang tumpul. Mengingat ukuran buah besar maka polibag yang dipakai harus berukuran lebih besar. 4 Ketapang 2/ bagian buah dibenamkan dengan posisi mendatar dalam media polibag. Media tanam Untuk tanaman mangrove, media tanam yang dipergunakan adalah lumpur atau lumpur berpasir, diutamakan yang berasal dari sekitar pohon induk. Sedangkan untuk tanaman pantai, media tanam yang dipakai sebaiknya berupa campuran tanah dan pasir dengan perbandingan ( : 1). Untuk menambah kesuburan media, penambahan pupuk kandang sangat disarankan (apabila tersedia). Gambar. Kegiatan pengisian media. 11

23 2.4. BAGAIMANA CARA MEMELIHARA BIBIT DI PERSEMAIAN? Pemeliharaan Bibit Bibit tanaman pantai Selama di persemaian, bibit disiram secara teratur pada pagi dan sore hari. Penyiraman pada siang hari sebaiknya dihindarkan karena dapat menyebabkan bibit merana/stres, dimana salah satu gejalanya adalah daunnya menjadi keriting. Setelah beberapa bulan (-4 bulan), penyiraman dan pemberian naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan bibit agar mampu tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi sebenarnya di lokasi penanaman. Proses penyiapan bibit ini dikenal dengan istilah pengerasan (hardening off). Apabila akar bibit telah menembus tanah, maka pemotongan akar sebaiknya dilakukan. Bibit mangrove Persemaian bibit mangrove (khususnya Rhizophora spp., Ceriops spp., dan Bruguiera spp.) biasanya terletak di lokasi yang terkena pasang surut. Dalam kondisi demikian maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Walaupun tidak disiram, namun pemberian naungan tetap harus dilakukan, terutama dalam waktu 2 bulan pertama. Setelah itu, intensitas naungan sebaiknya dikurangi. Pengurangan intensitas naungan ini harus dilakukan secara perlahan-lahan hingga bibit memiliki ketahanan untuk hidup di lokasi terbuka, sebagaimana kondisi sebenarnya di lapangan. Gambar 4. Bibit yang masih dinaungi (sebelah kiri) dan bibit yang telah dibuka naungannya (sebelah kanan). 12 4

24 2.4.2 Pengendalian hama dan penyakit Selain penyiraman dan pemberian naungan, pengendalian hama dan penyakit juga harus dilakukan. Tabel dibawah ini adalah beberapa jenis kerusakan tanaman yang umum dijumpai di persemaian serta cara pencegahan atau penanganannya. Tabel 5. Penyebab kerusakan bibit dan cara penanggulangannya Penyebab Kerusakan Kerusakan yang ditimbulkan Persemaian Mangrove Kepiting/ketam Memakan buah bakau (propagul) terutama yang masih muda secara melingkar hingga putus. Tritip/Limpet Ulat Menempel kuat sekali pada batang. Apabila serangan tritip hebat, bisa menyebabkan kematian pada bibit. Memakan daun. Bila serangan hebat, dapat menyebabkan kematian Persemaian darat (untuk tanaman pantai) Ternak (Kambing, sapi) Semut Ulat Memakan daun namun tidak sampai menyebabkan kematian Memakan biji di bedeng atau bak tabur, terutama yang berukuran kecil (misalnya cemara) Memakan daun/tunas sehingga daun berlubang Pencegahan dan Penanggulangan Pencegahan: Menyimpan buah selama 5 7 hari agar buah mengkerut dan aroma buah hilang. Dengan demikian, ketam/kepiting tidak akan tertarik dan tidak akan kuat menggigit benih. Menutup sekeliling bedeng dengan jaring plastik agar ketam tidak bisa masuk Penanggulangan: Lakukan pemberantasan secara manual. Tritip dikerik dari batang bakau, tampung di ember lalu buang yang jauh dari lokasi penanaman/persemaian. Penanggulangan: Lakukan penyiraman pada daun dengan menggunakan air payau. Pindahkan pada bedeng pasang surut. Dengan demikian, ulat akan terkena air saat air pasang. Membuat pagar disekeliling persemaian Membuat genangan air di sekeliling persemaian agar semut tidak dapat masuk mencapai biji Membunuh ulat secara manual, menyeprot dengan insektisida dengan jenis dan dosis yang tepat. 1

25 Ilustrasi: Eri & Aldo 414

26 . Bagaimana Cara Menanam Bibit di Lapangan?.1 PERSIAPAN APA SAJA YANG DILAKUKAN? Untuk mempermudah pelaksanaan penanaman di lapangan, perlu dilakukan suatu persiapan yang matang. Persiapan ini meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan dan penataan lokasi penanaman, penentuan jenis tanaman, persiapan tenaga kerja, pembagian tugas, serta persiapan alat dan bahan. Rencana kerja dibuat dan diputuskan bersama oleh para pelaku rehabilitasi. Rencana kerja dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang mudah dimengerti dan memuat macam/jenis-jenis kegiatan, kapan dilaksanakan, oleh siapa dan dimana. Contoh tabel rencana kerja adalah sbb: No Jenis Kegiatan Pelaksana/ Penanggung jawab 1 Penentuan lokasi tanam Seluruh/wakil anggota kelompok 2 Persiapan tenaga kerja Seluruh/wakil dan pembagian tugas anggota kelompok Penataan lokasi Seluruh/wakil penanaman anggota kelompok 4 Persiapan alat Seluruh/wakil pengangkutan bibit anggota kelompok 5 Pengangkutan bibit Seluruh anggota kelompok 6 Penanaman Seluruh anggota kelompok 7 Pemeliharaan pertama Seluruh anggota kelompok 8 Pemeliharaan kedua Seluruh anggota kelompok Tanggal pelaksanaan 15 Juli 2006 Pantai Desa A Lokasi kegiatan Juli 2006 Sekteratriat kelompok 1-4 Agustus 2006 Pantai Desa A 8 Agustus 2006 Pantai Desa A Agustus 2006 Persemaian-lokasi penanaman (Pantai Desa A) Agustus 2006 Lokasi penanaman di Pantai Desa A 1- September 2006 Lokasi penanaman di Pantai Desa A 1- November 2006 Lokasi penanaman di Pantai Desa A.1.1 Penentuan lokasi penanaman Lokasi penananaman yang sesuai adalah yang terletak dipinggir laut atau tepi sungai yang digunakan sebagai jalur hijau (green belt). 15

27 Untuk jenis tanaman mangrove, lokasi penanaman yang sesuai adalah areal yang berlumpur dan terkena pengaruh pasang surut air laut. Salah satu indikator biologis bahwa suatu lokasi sesuai untuk ditanami jenis mangrove adalah ditemukannya ikan glodok atau tembakul. Gambar 5. Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangrove (kiri), hewan indikator: Ikan glodok (tengah), bebas tritip (kanan). Sedangkan lokasi yang sesuai untuk jenis tanaman pantai adalah areal yang berada di sekitar pantai berpasir, terutama yang telah ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan menjalar, terutama galaran atau katang-katang Ipomea pes-caprae. Gambar 6. Lokasi yang sesuai untuk tanaman pantai (kiri), tumbuhan indikator : katang katang atau galaran (kanan). 16 4

28 Tabel 6. Kriteria lokasi penanaman yang sesuai untuk tanaman mangrove dan tanaman pantai Kriteria Lokasi yang sesuai untuk Mangrove Lokasi yang sesuai untuk tanaman Pantai Kondisi tanah Tanah berlumpur Tanah berpasir Letak Lokasi di dekat pantai yang terkena pengaruh pasang surut Salinitas 7-15 ppt Kering Di pesisir yang bebas dari pasang surut (Bebas dari air asin) Sumber air Air payau Air tawar - payau Indikator Lain-lain Ditemukannya ikan glodok/tembakul Tidak ada hama moluska (terutama tritip) di sekitar lokasi Ditumbuhi oleh galaran/katangkatang (bibit ditanam disela-sela katang-katang) Dekat dengan keberadaan para pekerja Bebas dari hewan ternak dan hama lain Lahan berpasir terbuka tidak layak ditanami, karena panas matahari yang disimpan oleh pasir akan membuat layu/mati bibit tanaman Sebelum penanaman dilakukan, koordinasi dengan pemerintah desa sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui status kepemilikan lahan dan rencana pembangunan ke depan di kawasan ini, sehingga tidak ada konflik di kemudian hari..1.2 Persiapan tenaga kerja dan pembagian tugas Pembagian tugas sebaiknya dilakukan oleh kelompok sesuai kesepakatan bersama. Untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan di lapangan, anggotaanggota yang terlibat dibagi menjadi beberapa kelompok misalnya kelompok pengangkutan bibit, pembuatan lubang, pembuatan dan pemasangan ajir. Selanjutnya, masing-masing anggota kelompok melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugasnya masing-masing (pengelompokannya). 17

29 Gambar 7. Persiapan kegiatan rehabilitasi melalui diskusi kelompok..1. Persiapan alat dan bahan Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan penanaman adalah sebagai berikut: a. Gerobak sorong, pemikul, karung beras, atau alat lain yang dapat digunakan untuk mengangkut bibit ke lokasi tanam. b. Cangkul atau tugal, keduanya digunakan untuk membuat lubang tanam. c. Kompas digunakan untuk menentukan titik penanaman agar lurus. d. Tali tambang yang sudah diberi tanda untuk mengukur jarak tanam. e. Tali rafia digunakan untuk mengikat bibit pada ajir. f. Parang digunakan untuk membersihkan sekitar lubang tanam..1.4 Penentuan Jenis tanaman Jenis tanaman harus disesuaikan dengan lokasi penanaman. Apabila lokasi penanaman adalah pantai berlumpur, maka jenis mangrove adalah pilihan yang tepat. Namun bila lokasi penanaman adalah pantai berpasir, maka yang harus dipilih adalah jenis tanaman pantai. Tabel 7 di bawah ini adalah rekomendasi kesesuaian beberapa jenis tanaman terhadap lokasi penanamannya. 18 4

30 Tabel 7. Kesesuaian jenis tanaman terhadap lokasi penanaman Jenis Kondisi tanah Lokasi penanaman Suplai air Salinitas Tanaman Mangrove Bakau Berlumpur sedang hingga dalam Tengal Tanjang Pedada/ Bogem Berlumpur sedang hingga tipis Berlumpur sedang, tanah berlumpur tipis Pasir berlumpur, tanah berlumpur tipis Kanan kiri pematang tambak, pinggir sungai, Pantai berlumpur Pantai berlumpur Dekat dengan sungai Tepi laut, di sepanjang sungai yang dekat dengan muara Pasang surut nyata Pasang surut nyata Pasang surut nyata, namun suplai air tawar lebih dipentingkan Pasang surut nyata Sedang Sedang Rendah Sedang Api-api Pasir berlumpur Tepi laut Selalu terendam air asin Tinggi Tanaman pantai Cemara Tanah berpasir Pantai berpasir yang Tanah Kering - telah ditumbuhi galaran/katang-katang Nyamplung Tanah berpasir Di belakang pantai Tanah Kering - berpasir Putat laut Tanah berpasir Di belakang pantai Tanah Kering - berpasir Ketapang Tanah berpasir Di belakang pantai Tanah Kering - berpasir Putat Tanah berpasir Di belakang pantai Tanah kering - berpasir Waru laut Tanah berpasir Pantai berpasir hingga ke darat Tanah kering Penataan lokasi penanaman Setelah lokasi penanaman ditentukan, langkah selanjutnya adalah penataan batas, pengukuran dan penentuan jarak tanam. Bagi tanaman mangrove, 19

31 jarak tanam yang ideal untuk keperluan rehabilitasi adalah 1 m x 1 m atau 1 m x 2 m. Sedangkan untuk keperluan produksi, jarak tanam yang dianjurkan adalah 2 m x 2 m atau m x m. Bagi tanaman pantai yang bertajuk lebar (seperti putat laut, nyamplung dan ketapang), jarak tanam yang dianjurkan adalah 5 m x 5 m. Sedangkan untuk jenis tanaman yang bertajuk kecil, jarak tanamnya m x m atau 4 m x 4 m. Untuk memudahkan pelaksanaan penanaman, maka setiap titik tanam sebaiknya diberi ajir. Selain sebagai penanda lubang tanam, ajir ini akan digunakan untuk mengikat bibit agar berdiri kokoh sehingga tahan terhadap terpaan angin atau arus air. Umumnya, panjang ajir adalah cm, dibuat dari bambu yang dibelah, dan bagian ujungnya dicat sebagai tanda. Gambar 8. Penandaan jarak tanam dengan menggunakan ajir. 20 4

32 .2 BAGAIMANA CARA MENGANGKUT BIBIT? Dari persemaian, bibit dipindahkan ke lokasi penanaman dengan menggunakan alat angkut misalnya mobil bak, gerobak sorong, perahu atau alat angkut lainnya. Pemilihan alat angkut sangat tergantung pada tingkat kemudahan menjangkau lokasi penanaman dengan mempertimbangkan jarak antara lokasi penanaman dengan persemaian. Untuk menghindarkan guncangan yang berlebihan selama pengangkutan, bibit sebaiknya di atur terlebih dahulu sehingga tahan terhadap guncangan. Gambar 9. Beberapa cara mengangkut bibit. Setelah sampai di lokasi penanaman, bibit sebaiknya tidak langsung ditanam. Bibit tersebut sebaiknya diberi naungan dengan terpal dan disiram seperlunya agar pulih dari stres karena proses pengangkutan. Apabila kondisi bibit telah pulih, maka bibit tersebut dapat ditanam dilapangan.. KAPAN DAN BAGAIMANA CARA MENANAM BIBIT DI LAPANGAN? Tanaman Pantai Untuk jenis tanaman pantai, penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan, terutama pada pagi atau sore hari. Secara umum, tahapan dalam pelaksanaan penanamannya adalah sebagai berikut: 21

33 a. Pembuatan lubang tanam dengan ukuran lebar mata cangkul. b. Merobek polibag secara hati-hati agar media tidak hancur dan akar tidak rusak. Apabila media lumpur kompak, polibag dapat dengan mudah dilepaskan tanpa merobek, melainkan menariknya secara pelan-pelan. [catatan: semua polibag dikumpulkan lalu dibuang di tempat sampah]. c. Bibit dimasukkan dalam lubang dan ditimbun tanah bekas galian. d. Kemudian bibit diikat ajir menggunakan tali rafia. Apabila angin yang bertiup di sekitar lokasi penanaman keras, pengikatan sebaiknya dilakukan di dua titik. Gambar 10. Penanaman bibit tanaman pantai; Pembuatan lubang tanam (kiri), melepaskan polibag (tengah), penananam bibit (kanan). Tanaman mangrove Sedangkan untuk tanaman mangrove, pelaksanaan penanaman tidak tergantung dengan musim. Namun demikian, penanaman sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut agar bibit mudah sampai ke lokasi tanam. Teknik penanaman jenis mangrove jauh lebih sederhana yaitu: a. Pembuatan lubang dengan bantuan alat tugal sedalam tinggi polibag. 22 4

34 b. Membuka polibag Karena medianya tanah berlumpur yang selalu basah, maka polibag akan mudah di tarik tanpa merusak media dan bibit. [catatan: sampah polibag dikumpulkan lalu dibuang ke tempat sampah] c. Meletakkan bibit pada lubang tanam yang telah dibuat dan menutupnya kembali dengan lumpur. d. Mengikat bibit pada ajir. Gambar 11. Penanaman bakau; pembuatan lubang tanam dengan alat tugal (kiri atas), melepaskan polibag (kanan atas), penananam bibit (bawah). 2

35 4. Bagaimana Cara Memelihara Bibit Setelah Ditanam di Lapangan? Pemeliharaan bertujuan untuk merawat tanaman setelah ditanam agar keberhasilan tumbuh di lapangannya tinggi. Umumnya, kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, pengendalian/ pemberantasan hama dan penyakit serta mempertahankan tegaknya tanaman. 1. Penyiraman Untuk tanaman pantai, penyiraman sangat diperlukan, terutama bagi bibit yang baru ditanam. Setelah tanaman pulih dan stabil, penyiraman tidak perlu lagi dilakukan. Untuk tanaman mangrove, penyiraman tidak perlu dilakukan mengingat lokasi penanaman yang selalu tergenang secara berkala. 2. Penyulaman Penyulaman adalah kegiatan mengganti tanaman yang mati dengan bibit baru yang sehat dan diusahakan seumur. Dengan penyulaman ini maka prosentase tumbuh di lapangan akan meningkat.. Pembersihan gulma dan sampah Setelah ditanam di lapangan, tanaman seringkali terganggu oleh ilalang atau tanaman liar lain yang tumbuh di sekitar tanaman. Hal ini akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu maka perlu dilakukan pembersihan gulma secara teratur. Kegiatan ini tidak perlu lagi dilakukan apabila tanaman lebih tinggi dari ilalang. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membabat tanaman liar di sekitar tanaman utama. 24 4

36 Tanaman mangrove seringkali terlilit oleh sampah, baik plastik maupun bahan organik yang kemudian menghambat pertumbuhannya. Apabila hal ini terjadi maka pembersihan sampah tersebut harus segera dilakukan. 4. Pengendalian hama dan penyakit Tritip, jamur, dan kepiting adalah hama yang seringkali menyerang tanaman mangrove. Sementara bagi tanaman pantai, ternak merupakan ancaman yang serius yang perlu dikendalikan. Berikut ini adalah identifikasi kerusakan serta pengendalian hama dan penyakit. Tabel 8. Penyebab kerusakan tanaman dan cara penanganannya Penyebab Kerusakan Identifikasi Kerusakan Cara Pencegahan dan Penanggulangan Tanaman pantai Ternak (kerbau, kambing, sapi) Angin kencang Dalam jumlah besar, ternak akan merusak tanaman bila melewati lokasi penanaman. Selain memakan daun, ternak juga sering mencabut tanaman. Tanaman rebah/patah/ tercerabut dari substrat Memagari tanaman dengan kawat bronjong. Selain kawat, bambu dan pandan dapat digunakan untuk melindungi bibit dari serangan ternak. Mengandangkan ternak sehingga tidak berkeliaran di lokasi penanaman. kerbau dikandangkan. Memindahkan lokasi penanaman di lokasi yang bebas dari gangguan kerbau. Beri tiang penyangga yang kuat dan/atau ikat batang tanaman pada tiang penyangga. Tanaman mangrove Kutu loncat Menyerang daun Menyiram daun secara teratur dengan air payau Tritip Melekat dan menyerang Membersihkan tritip dari batang secara manual batang/akar dan Mengamati pertumbuhan tritip di sekitar merusak kulit, terutama tanaman yang sudah ada, kalau ada untuk jenis Rhizophora serangan banyak maka penanaman ditunda spp. sementara untuk melihat musim kurangnya populasi tritip 25

37 Gambar 12. Melindungi tanaman dengan pagar kawat, bambu dan tanaman pandan. 5. Mempertahankan tegakan tanaman Arus pasang yang kuat di lokasi penanaman dapat menyebabkan tanaman bakau menjadi miring atau bahkan roboh. Untuk mengantisipasinya, bibit sebaiknya diikat pada ajir agar tahan terhadap arus air. Pengikatan pada ajir juga sangat disarankan untuk tanaman pantai (seperti Cemara laut) mengingat angin yang bertiup di pantai biasanya kencang. Apabila tidak diikat, maka tanaman dikuatirkan akan roboh/ patah atau bahkan tercerabut dari substratnya karena tiupan angin kencang. Untuk jenis tanaman yang batangnya lentur (misalnya cemara), pengikatan disarankan dilakukan pada dua titik yaitu pada bagian tengah dan atas tanaman dan diberi tonggak penyangga yang kuat. 26 4

38 5. Teknik Silvikultur Jenis Setiap jenis tanaman memerlukan penanganan yang berlainan, baik dalam mempersiapkan bibit, penanaman dan pemeliharaannya. Uraian berikut ini menggambarkan secara singkat dan praktis mengenai teknik silvikultur beberapa jenis tanaman mangrove dan tanaman pantai. 5.1 TANAMAN MANGGROVE Bakau Bakau Merah (Rhizophora mucronata) A. Habitus B. Daun dan bunga C. Buah (berukuran besar) Bakau Minyak (Rhizophora apiculata) A. Habitus B. Daun dan bunga C. Buah (berukuran sedang) Gambar 1. Bakau merah dan bakau minyak. (Sumber ilustrasi: Rusila Noor, Y. dkk Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP.Bogor) 27

39 1. Pengadaan Bibit Berdasarkan pengalaman di lapangan, penyiapan bibit bakau sebaiknya menggunakan benih yang berasal dari buah yang telah masak. Secara umum, teknik pembibitan semua jenis bakau (Rhizophora spp.) relatif sama. Perbedaannya hanya terletak pada tingkat kematangan buah masingmasing jenis serta lamanya penyimpanan benih. Sebelum melakukan kegiatan pembibitan, pengenalan bagian-bagian buah bakau harus dilakukan terlebih dahulu (lihat gambar). Gambar 14. Bagian bagian buah Bakau. Berikut ini adalah uraian mengenai tahapan kegiatan pembibitan Rhizophora apiculata dan R.mucronata. a. Pengadaan benih Benih sebaiknya dipilih yang sudah matang dan diambil dari pohon induk yang telah berumur 10 tahun atau lebih. Pemanenan buah dapat dilakukan dengan cara memanjat atau menggunakan tongkat galah berpengait. Selain itu, buah juga bisa diperoleh dengan mengambil buah yang telah jatuh dengan sendirinya di bawah pohon induk. Buah yang dipilih sebaiknya sehat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, serta belum berdaun. Terdapat perbedaan dalam hal ciri kematangan benih antara Rhizophora mucronata dan R.apiculata sebagaimana disajikan dalam Tabel

40 Tabel 9. Ciri-ciri buah bakau yang telah matang Ciri-ciri R. mucronata R. apiculata Panjang hipokotil + 50 cm + 20 cm, dengan diameter + 15 mm Kotiledon Berwarna kuning, berbentuk seperti cincin melingkar 2 cm Berwarna hijau kekuningan berbentuk seperti cincin melingkar Musim berbuah September-Desember Desember-Maret Gambar 15. Ciri benih yang telah matang; terdapat tanda seperti cincin berwarna kekuningan. Untuk mendapatkan benih yang bersih maka sebaiknya dilakukan pencucian. Mengingat bagian yang akan ditanam hanyalah hipokotilnya saja, buah harus dilepaskan dari hipokotil/propagul. b. Penyimpanan benih Benih yang terkumpul diikat dengan tali (per ikat : buah), diletakkan pada ember yang berisi air payau dan diletakkan di tempat yang teduh dengan posisi horisontal. Lama penyimpanan sebaiknya 29

41 kurang dari 10 hari untuk R. Mucronata dan 5 hari untuk R. Apiculata. Penyimpanan dimaksudkan untuk menghilangkan aroma segar dan membuat benih berkerut. Dengan kondisi demikian maka kepiting/ketam tidak mau memakannya. Gambar 16. Perendaman propagul dengan air payau. c. Penyemaian R. mucronata Media tanam yang baik adalah tanah berlumpur, terutama yang berasal di sekitar tegakan bakau. Propagul ditancapkan ke dalam media sedalam 7 cm, dimana bagian radikula-nya (cakar ayam) yang menancap ke media. Mengingat ukurannya yang panjang maka setiap 4-6 buah diikat menjadi satu agar tidak roboh. Gambar 17. Pengikatan propagul R. mucronata agar tidak roboh. R. apiculata Media yang digunakan dalam penyemaian berasal dari tanah berlumpur yang diambilkan dari sekitar pohon induk. Benih disemaikan masingmasing satu buah dalam satu polibag. Teknik pananamannya sama dengan R. mucronata, namum benih R. apiculata hanya ditancapkan sedalam 5 cm pada media. 0 4

42 Gambar 18. Posisi menanam benih; R. apiculata (kiri), R. mucronata (kanan). Catatan: Benih yang ditanam tersebut hanya bagian hipokotilnya saja, buahnya dilepas. d. Pemeliharaan bibit Penyiraman Apabila air pasang mencapai persemaian maka penyiraman tidak perlu dilakukan karena bibit akan tergenangi secara alami. Namun jika air pasang tidak mencapai persemaian maka penyiraman sebaiknya dilakukan dengan menggunakan air payau dari sumber terdekat pada pagi dan sore hari. Pemberian naungan Bedeng persemaian sebaiknya diberi naungan dengan intensitas sebesar 50% dengan lama pemberian naungan sekitar 4 bulan. Kemudian naungan dibuka dan dibiarkan selama 1 bulan untuk adaptasi bibit sebelum ditanam. Sebaiknya akar tidak sampai keluar dari polibag dan menembus ke dalam tanah. Apabila hal ini terjadi maka akar bibit akan terputus/ rusak pada saat bibit dibongkar. Hal ini akan mempengaruhi 1

43 pertumbuhan bibit di lapangan. Untuk mengantisipasi hal ini biasanya dipasang plastik di dasar bedengan. Setiap hari, persemaian harus diawasi. Apabila dijumpai kepiting yang masuk bedeng, maka harus segera dibuang agar tidak menggangu bibit. e. Kriteria Bibit Siap Tanam R. mucronata Bibit yang telah siap tanam harus memenuhi kriteria tertentu yaitu tinggi minimal bibit 55 cm dengan jumlah daun 4-6 helai. R. apiculata Bibit yang telah siap tanam harus memenuhi kriteria tertentu yaitu tinggi minimal bibit 0 cm dengan jumlah daun 4 helai. Untuk memperoleh bibit bakau yang siap tanam, diperlukan waktu 4-5 bulan. 2. Pengangkutan Umumnya, pengangkutan dilakukan dua kali yaitu 1) dari persemaian ke penampungan sementara dan 2) dari tempat penampungan sementara ke lokasi penanaman. Pengangkutan dari persemaian ke penampungan sementara biasanya dilakukan dengan menggunakan gerobak sorong atau mobil bak. Apabila lokasi penanaman terletak jauh di lokasi yang berair, pengangkutan bibit dapat menggunakan perahu. Tempat penampungan sementara harus berada di dekat lokasi penanaman. Untuk membawa bibit dari tempat penampungan sementara ke lokasi penanaman biasanya dilakukan dengan menggunakan bak tarik (berupa ember atau bak plastik/kayu yang didesain khusus) atau dengan cara dipikul. Cara ini sangat memungkinkan dilakukan mengingat lokasi penanaman yang biasanya di daerah berlumpur. 2 4

44 . Penanaman Selain dengan cara disemaikan terlebih dahulu di bedeng persemaian, benih bakau yang telah disimpan 5-10 hari juga dapat ditanam secara langsung di lapangan. Dalam satu titik, benih dapat ditanam rangkap 2. Penanaman langsung ini disarankan apabila waktu penanaman bersamaan dengan musim berbuah puncak. Namun bila waktu penanaman tidak bersamaan dengan musim berbuah, maka penanaman bakau sebaiknya menggunakan bibit yang ada dipersemaian. Lokasi yang tepat untuk ditanami bakau adalah daerah berlumpur yang terletak di pinggir pantai, hamparan atau sepanjang tepi sungai. Selain itu, lokasi penanaman sebaiknya terkena pengaruh pasang surut air laut. Penanaman bakau juga disarankan dilakukan di sepanjang pematang tambak dan sebagian di dalam tambak dengan menggunakan pola silvofishery. Penanaman bakau di pematang tambak, selain menciptakan suasana teduh, akar bakau juga dapat memegang tanggul/pematang tambak sehingga tidak mudah runtuh/longsor. Gambar 19. Penanaman bakau di pematang tambak. Jarak tanam yang sesuai untuk rehabilitasi lahan adalah 1 m x 1 m atau 2 m x 1 m. Apabila ditanam di pinggir tambak, jarak tanamnya sebaiknya lebih rapat yaitu 50 cm. Untuk keperluan produksi, jarak tanam yang dipakai berkisar 2 m x 2 m atau m x m. Setelah ditanam, benih atau bibit bakau sebaiknya diikat pada ajir. [Ilustrasi di belakang halaman ini yang berjudul Bangunlah Tambak Ramah Lingkungan menjelaskan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan mempertahankan kondisi hijau (melalui penanaman bakau) di dalam dan di atas pematang tambak, demikian pula di tepi pantai dekat tambak.]

45 4 4 Ilustrasi: Eri & Aldo

46 5.1.2 Tengal Nama Ilmiah: Ceriops tagal Gambar 20. Bentuk buah dan susunan daun Tengal. 1. Pengadaan Bibit a. Pengadaan benih Benih yang dipanen sebaiknya yang sudah matang, berasal dari pohon induk yang berumur 5 tahun atau lebih. Benih yang telah matang berwarna hijau kecoklatan dengan panjang hipokotil 20 cm dan berdiameter 8 12 mm. Kotiledon berwarna coklat kekuningan dengan panjang 1 cm dan hipokotil berwarna hijau kecoklatan. Teknik pemanenan benih relatif sama dengan pemanenan benih bakau (Rhizophora spp.). Tidak seluruh bagian buah Tengal ditanam ke dalam media, melainkan hanya bagian hipokotilnya. Oleh karena itu, buah harus dilepaskan dari hipokotil pada saat pencucian. 5

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan 2 Menanam Bibit di Lapangan Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan cara yang benar dan waktu yang tepat maka peluang tumbuhnya bibit di lapangan

Lebih terperinci

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan 1 Mempersiapkan Bibit di Persemaian Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Apabila bibit yang digunakan berkualitas tinggi

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir PENDAHULUAN Latar belakang Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem perairan tawar dan bahari yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup kaya. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU Diarsi Eka Yani (diarsi@ut.ac.id) PS Agribisnis, FMIPA, Universitas Terbuka ABSTRAK Abrasi pantai yang terjadi

Lebih terperinci

LEMBAR INFORMASI. Analisis dan Rekomendasi Teknis Program Rehabilitasi Mangrove. Pendahuluan. Desa Taat. Edisi 5: Maret 2017

LEMBAR INFORMASI. Analisis dan Rekomendasi Teknis Program Rehabilitasi Mangrove. Pendahuluan. Desa Taat. Edisi 5: Maret 2017 LEMBAR INFORMASI Edisi 5: Maret 2017 Analisis dan Rekomendasi Teknis Program Rehabilitasi Mangrove Pendahuluan Mangrove dikenal memiliki banyak fungsi. Selain mencegah abrasi pantai, menghambat peresapan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR EDI RUDI FMIPA UNIVERSITAS SYIAH KUALA Ekosistem Hutan Mangrove komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu untuk tumbuh

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN 135 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Komposisi spesies mangrove di Pulau Kaledupa, Derawa, dan Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi sebanyak 20 spesies mangrove sejati dan tersebar tidak merata antar pulau.

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN Oleh : Ir. Suwignyo Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Samarinda Abstrak Ulin adalah salah satu jenis pohon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan. Wawan Halwany Eko Priyanto

Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan. Wawan Halwany Eko Priyanto Rehabilitasi dan Restorasi Hutan Mangrove di Kalimantan Selatan Wawan Halwany Eko Priyanto Pendahuluan mangrove : sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut air laut. Kriteria Mangrove Tanaman

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Pembuatan Pembibitan Tanaman

Pembuatan Pembibitan Tanaman LEMBAR INFORMASI No. 1 - Agustus 2012 Pembuatan Pembibitan Tanaman Gambar 1. Pembibitan tanaman Pembibitan tanaman adalah tahapan untuk menyiapkan bahan tanam berupa bibit tanaman baru yang berasal dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai penahan ombak dan penyelamatan hayati pantai. Ada beberapa jenis Mangrove/ bakau yang dibudidayakan di Indonesia. Dua jenis

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Oleh : Iskandar Z. Siregar 3 MODULE PELATIHAN PERSEMAIAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian. A. Deskripsi

Kegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian. A. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian A. Deskripsi Kegiatan pembelajaran penyiapan tempat pesemaian berisikan uraian materi: Persyaratn tempat persemaian, sistem tempat pesemaian, perbedaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Hutan Mangrove Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968). Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan, baik untuk

Lebih terperinci

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1

PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1 39 PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI Bau Toknok 1 Wardah 1 1 Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Email: bautoknok@gmail.com

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau

Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau @ 2012 Penyusun: 1. Ian Hilman, Wildlife Conservation Society (WCS), 2. Fransiskus Harum, consultant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat vital, baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis, ekosistem mangrove memiliki

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai wilayah di Nusantara. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh konversi lahan menjadi areal

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

BAGIAN KEEMPAT PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KEEMPAT PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KEEMPAT PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN A. Latar

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

MUCRONATA LAMK UNTUK MENGATASI

MUCRONATA LAMK UNTUK MENGATASI TEKNOLOGI PENANAMAN RHIZOPHORA MUCRONATA LAMK UNTUK MENGATASI ABRASI PULAU KECIL DAN MITIGASI BENCANA Kampus Kreatif Sahabat Rakyat ady suryawan & nur asmadi suryawanbioconserv@gmail.com Balai Penelitian

Lebih terperinci

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur.

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

PENANAMAN MANGROVE BERSAMA MASYARAKAT

PENANAMAN MANGROVE BERSAMA MASYARAKAT PANDUAN TEKNIS PENANAMAN MANGROVE BERSAMA MASYARAKAT Oleh: M. Khazali Bogor, April 1999 Indonesia Programme Panduan Teknis Penanaman Mangrove i Panduan ini dibuat bagi para praktisi lapangan yang akan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan dilahan pertanian yang beralamat di Jl. Sukajadi, Desa Tarai Mangun, Kecamatan Tambang, Kampar. Penelitian ini dilakukan bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

9. PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

9. PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE 9. PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh tanaman jenis Avicenia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiriera, Xylocarpus, serta tanaman Nipa.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR : 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN SEGARA ANAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 16 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan Tambang Batubara PT KPC (Kaltim Prima Coal) khususnya Pit J Swampy bagian Reclamation Department Environmental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Mangrove dan Ekosistem Pantai Koordinator : Judul Kegiatan : Teknologi Penanaman Jenis Mangrove dan Tumbuhan Pantai

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4 KERUSAKAN EKOSISTEM 4.1 Hasil Pengamatan Lapangan Ekosistem Mangrove Pulau Weh secara genetik merupakan pulau komposit yang terbentuk karena proses pengangkatan dan vulkanik. Proses pengangkatan ditandai

Lebih terperinci

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mangrove di DKI Jakarta tersebar di kawasan hutan mangrove Tegal Alur-Angke Kapuk di Pantai Utara DKI Jakarta dan di sekitar Kepulauan Seribu. Berdasarkan SK Menteri

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

REHABILITAS MANGROVE PADA TAPAK-TAPAK YANG KHUSUS. Oleh : Cecep Kusmana 1 dan Samsuri 2

REHABILITAS MANGROVE PADA TAPAK-TAPAK YANG KHUSUS. Oleh : Cecep Kusmana 1 dan Samsuri 2 1 REHABILITAS MANGROVE PADA TAPAK-TAPAK YANG KHUSUS Oleh : Cecep Kusmana 1 dan Samsuri 2 1 Guru Besar Ekologi Hutan pada Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor, 2 Staf Pengajar pada Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September Oktober 2012. Tempat penelitian di Kebun Kartini Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW.

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik yang terdapat antara organisme berinteraksi dengan alam sekitarnya

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik yang terdapat antara organisme berinteraksi dengan alam sekitarnya Ruang Lingkup Ekologi Laut Tropis Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik yang terdapat antara organisme berinteraksi dengan alam sekitarnya Dalam proses interaksi, organisme saling

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Regenerasi mangrove secara alami dapat berlangsung lambat, karena

TINJAUAN PUSTAKA. Regenerasi mangrove secara alami dapat berlangsung lambat, karena TINJAUAN PUSTAKA Regenerasi mangrove secara alami dapat berlangsung lambat, karena perubahan kondisi tanah, pola hidrologi, dan terhambatnya suplai bibit. Regenerasi buatan pertama-tama harus memperbaiki

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN PENDAHULUAN Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Budidaya laut (marinecultur) merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan yang mempunyai kontribusi penting dalam memenuhi target produksi perikanan. Walaupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 95.181 km terdiri dari sumber daya alam laut dan pantai yang beragam. Dengan kondisi iklim dan substrat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci