PENYUSUNAN DATA SPASIAL POTENSI PARIWISATA PER KECAMATAN SE-DIY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUNAN DATA SPASIAL POTENSI PARIWISATA PER KECAMATAN SE-DIY"

Transkripsi

1 PENYUSUNAN DATA SPASIAL POTENSI PARIWISATA PER KECAMATAN SE-DIY DINAS PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Jalan Malioboro No.56, Yogyakarta Indonesia Telp: Fax:

2 Kegiatan Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY merupakan salah satu paket kegiatan pada Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY untuk Tahun Anggaran 2015 pelaksanaannya dipercayakan kepada PT Superintending Company Of Indonesia (SUCOFINDO). Berdasarkan rangkaian dan tahapan yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), salah satu kegiatan yang harus dipenuhi adalah Penyusunan Laporan Akhir. Laporan Akhir ini secara sistematis terdiri atas: BAB I : PENDAHULUAN, menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran keluaran (output) pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan sistematika laporan. BAB II : DESKRIPSI WILAYAH, menguraikan kondisi umum wilayah baik dari segi kondisi fisik maupun dari segi sosial. BAB III : METODE, menguraikan tentang tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan, komposisi tim dan penugasan, serta rincian kerja. BAB IV : KAJIAN, menguraikan tentang hasil analisis data yang ada di lapangan, dan membuat sistem informasi dari hasil kajian tersebut. BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi simpulan dari Kegiatan dan saran kepada pengambil kebijakan. Demikian Laporan Akhir ini disusun sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY. Semoga Laporan Akhir ini bermanfaat. Yogyakarta, Desember 2015 PT. Superintending Company Of Indonesia Tim Peyusun i

3 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK i ii v x xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Pekerjaan 1.3 Sasaran Pekerjaan 1.4 Keluaran Pekerjaan 1.5 Lokasi Pekerjaan 1.6 Sumber Pendanaan 1.7 Nama Organisasi Pengguna Anggaran 1.8 Dasar Hukum Pelaksanaan 1.9 Ruang Lingkup Pekerjaan 1.10 Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan 1.11 Sistematika Penyajian I - 1 I - 1 I - 6 I - 6 I - 6 I - 6 I - 6 I - 7 I - 7 I - 8 I - 10 I - 11 BAB 2 DESKRIPSI WILAYAH 2.1 Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan 2.2 Kondisi Fisik Wilayah Kondisi Iklim Geomorfologi dan Lingkungan Hidup Kondisi Geologi II - 1 II - 1 II - 3 II - 3 II - 5 II - 7 ii

4 2.2.4 Tanah Hidrologi Penggunaan Lahan 2.3 Kondisi Sosial Ekonomi 2.4 Kondisi Pemerintahan 2.5 Kondisi Pendudukan II - 9 II - 10 II - 11 II - 13 II - 13 II - 14 BAB 3 METODE 3.1 Inventarisasii Data Persiapan Pekerjaan Tahapan Pekerjaan Pengumpulann Data Sekunder 3.2 Komposisi Tim dan Penugasan 3.3 Metodologi Pelaksanaan 3.4 Metodologi Analisis Kajian Desain Kuisioner Penentuan Klasifikasi Potensi Destinasi Wisata dan Pemasarannya 3.5 Metode Perancangan Sistem Proses Perancangan Sistem Perancangann Konseptual III - 1 III - 1 III - 1 III - 2 III - 3 III - 4 III - 7 III - 9 III - 9 III - 9 III - 13 III - 13 III - 17 BAB 4 ANALISIS 4.1 Profil Kabupaten Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Bantul Kabupaten Kabupaten Kota Yogyakarta IV - 1 IV - 1 IV - 1 IV - 13 IV - 30 IV - 50 IV - 67 iii

5 4.2 Hasil Kajian Lapangan IV Profil Pengunjung Destinasi Wisata IV Profil Destinasi Wisata IV Hasil Penghitungan Indeks Potensi Destinasi Wisata Per Daerah IV Hasil Penghitungan Indeks Potensi Destinasi Wisata Per IV Kecamatan Hasil Analisiss Pemasaran Per Kecamatan IV Sistem Informasi Geografi Potensi Pariwisata IV Halaman Login IV Halaman Dashboard IV Halaman User IV Halaman Aplikasi IV Halaman Kelola Data Aplikasi IV Halaman Pengaturan IV BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan 5.2 Rekomendasi V - 1 V - 1 V - 2 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DP - 1 LAMP - 1 iv

6 Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.3a Tabel 3.3b Tabel 3.3c Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Yogyakarta I - 2 Matriks Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY I - 9 Waktu Pelaksanaan Penelitian Penyusunan Data Spasial Potensi I - 11 Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY Luas Wilayah, Ketinggian dan Jarak Lurus ke Ibukota menurut II - 1 Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di DIY II - 2 Rata-rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan II - 4 Angin, Arah Angin, Curah Hujan dan Hari Hujan di D.I. Yogyakarta Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt & Ferguson II - 5 Unit Litologi di DIY II - 9 Penggunaan Lahan di D. I. Yogyakarta II - 12 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun II Uraian Penugasan Tim Pelaksana III - 5 Ilustrasi Pembobotan dan Skor untuk Klasifikasi DTW III - 10 Ilustrasi Pembobotan dan Skor untuk Pemasaran DTW III - 11 Ilustrasi Rekapitulasi Output dari Perhitungan Kuesioner III - 12 Ilustrasi Rekapitulasi Output dari Perhitungan Kuesioner untuk III - 12 Potensi setiap DTW Ilustrasi Rekapitulasi Output dari Perhitungan Kuesioner untuk III - 12 Pemasaran setiap DTW Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo IV - 2 Destinasi Wisataa di Kabupaten Kulon Progo IV - 2 Destinasi Wisataa di Kecamatan Temon IV - 5 v

7 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Laporan Akhir Destinasi Wisataa di Kecamatan Panjatan Destinasi Wisataa di Kecamatan Galur Destinasi Wisataa di Kecamatan Lendah Destinasi Wisataa di Kecamatan Sentolo Destinasi Wisataa di Kecamatan Pengasih Destinasi Wisataa di Kecamatan Kokap Destinasi Wisataa di Kecamatan Girimulyo Destinasi Wisataa di Kecamatan Kalibawang Destinasi Wisataa di Kecamatan Samigaluh Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bantul Destinasi Wisataa di Kabupaten Bantul Destinasi Wisataa di Kecamatan Srandakan Destinasi Wisataa di Kecamatan Sanden Destinasi Wisataa di Kecamatan Kretek Destinasi Wisataa di Kecamatan Pundong Destinasi Wisataa di Kecamatan Bambanglipuro Destinasi Wisataa di Kecamatan Pandak Destinasi Wisataa di Kecamatan Bantul Destinasi Wisataa di Kecamatan Jetis Destinasi Wisataa di Kecamatan Imogiri Destinasi Wisataa di Kecamatan Dlingo Destinasi Wisataa di Kecamatan Pleret Destinasi Wisataa di Kecamatan Piyungan Destinasi Wisataa di Kecamatan Banguntapan Destinasi Wisataa di Kecamatan Sewon Destinasi Wisataa di Kecamatan Kasihan Destinasi Wisataa di Kecamatan Pajangan Destinasi Wisataa di Kecamatan Sedayu Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten IV - 6 IV - 7 IV - 7 IV - 8 IV - 9 IV - 10 IV - 10 IV - 12 IV - 13 IV - 14 IV - 15 IV - 19 IV - 20 IV - 20 IV - 21 IV - 22 IV - 22 IV - 23 IV - 23 IV - 24 IV - 25 IV - 25 IV - 26 IV - 27 IV - 27 IV - 28 IV - 29 IV - 30 IV - 31 vi

8 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42 Tabel 4.43 Tabel 4.44 Tabel 4.45 Tabel 4.46 Tabel 4.47 Tabel 4.48 Tabel 4.49 Tabel 4.50 Tabel 4.51 Tabel 4.52 Tabel 4.53 Tabel 4.54 Tabel 4.55 Tabel 4.56 Tabel 4.57 Tabel 4.58 Tabel 4.59 Tabel 4.60 Tabel 4.61 Laporan Akhir Destinasi Wisataa di Kabupaten Destinasi Wisataa di Kecamatan Panggang Destinasi Wisataa di Kecamatan Purwosari Destinasi Wisataa di Kecamatan Paliyan Destinasi Wisataa di Kecamatan Saptosari Destinasi Wisataa di Kecamatan Tepus Destinasi Wisataa di Kecamatan Tanjungsari Destinasi Wisataa di Kecamatan Rongkop Destinasi Wisataa di Kecamatan Girisubo Destinasi Wisataa di Kecamatan Semanu Destinasi Wisataa di Kecamatan Ponjong Destinasi Wisataa di Kecamatan Karangmojo Destinasi Wisataa di Kecamatan Wonosari Destinasi Wisataa di Kecamatan Playen Destinasi Wisataa di Kecamatan Patuk Destinasi Wisataa di Kecamatan Gedangsari Destinasi Wisataa di Kecamatan Nglipar Destinasi Wisataa di Kecamatan Ngawen Destinasi Wisataa di Kecamatan Semin Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Destinasi Wisataa di Kabupaten Destinasi Wisataa di Kecamatan Moyudan Destinasi Wisataa di Kecamatan Minggir Destinasi Wisataa di Kecamatan Sayegan Destinasi Wisataa di Kecamatan Godean Destinasi Wisataa di Kecamatan Gamping Destinasi Wisataa di Kecamatan Mlati Destinasi Wisataa di Kecamatan Depok Destinasi Wisataa di Kecamatan Berbah IV - 32 IV - 37 IV - 38 IV - 38 IV - 39 IV - 40 IV - 41 IV - 42 IV - 42 IV - 43 IV - 44 IV - 45 IV - 45 IV - 46 IV - 47 IV - 48 IV - 49 IV - 49 IV - 50 IV - 51 IV - 52 IV - 56 IV - 57 IV - 57 IV - 58 IV - 58 IV - 59 IV - 60 IV - 60 vii

9 Tabel 4.62 Tabel 4.63 Tabel 4.64 Tabel 4.65 Tabel 4.66 Tabel 4.67 Tabel 4.68 Tabel 4.69 Tabel 4.70 Tabel 4.71 Tabel 4.72 Tabel 4.73 Tabel 4.74 Tabel 4.75 Tabel 4.76 Tabel 4.77 Tabel 4.78 Tabel 4.79 Tabel 4.80 Tabel 4.81 Tabel 4.82 Tabel 4.83 Tabel 4.84 Tabel 4.85 Tabel 4.86 Tabel 4.87 Tabel 4.88 Tabel 4.89 Tabel 4.90 Laporan Akhir Destinasi Wisataa di Kecamatan Prambanan Destinasi Wisataa di Kecamatan Kalasan Destinasi Wisataa di Kecamatan Ngemplak Destinasi Wisataa di Kecamatan Ngaglik Destinasi Wisataa di Kecamatan Destinasi Wisataa di Kecamatan Tempel Destinasi Wisataa di Kecamatan Turi Destinasi Wisataa di Kecamatan Pakem Destinasi Wisataa di Kecamatan Cangkringan Luas Wilayah Kecamatan di Kota Yogyakarta Destinasi Wisataa di Kota Yogyakarta Destinasi Wisataa di Kecamatan Mantrijeron Destinasi Wisataa di Kecamatan Kraton Destinasi Wisataa di Kecamatan Mergangsan Destinasi Wisataa di Kecamatan Umbulharjo Destinasi Wisataa di Kecamatan Kotagede Destinasi Wisataa di Kecamatan Gondokusuman Destinasi Wisataa di Kecamatan Danurejan Destinasi Wisataa di Kecamatan Pakualaman Destinasi Wisataa di Kecamatan Gondomanan Destinasi Wisataa di Kecamatan Wirobrajan Destinasi Wisataa di Kecamatan Gedongtengen Destinasi Wisataa di Kecamatan Jetis Destinasi Wisataa di Kecamatan Tegalrejo Penilaian Pengunjung Terhadap Destinasi Wisata Asal Pengunjungg pada Destinasi Wisata Frekuensi Event Bayaknya Destinasi wisata yang saling Berdekatan Kondisi Kebersihan Destinasi wisata IV - 61 IV - 62 IV - 63 IV - 63 IV - 64 IV - 65 IV - 65 IV - 66 IV - 67 IV - 69 IV - 69 IV - 72 IV - 73 IV - 74 IV - 75 IV - 76 IV - 77 IV - 78 IV - 79 IV - 80 IV - 81 IV - 82 IV - 83 IV - 83 IV - 93 IV - 93 IV - 94 IV - 95 IV - 95 viii

10 Tabel 4.91 Tabel 4.92 Tabel 4.93 Tabel 4.94 Tabel 4.95 Tabel 4.96 Tabel 4.97 Tabel 4.98 Tabel 4.99 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Kondisi Pengelolaan Destinasi Wisata IV - 96 Keukupan Jumlah Pegawai/Petugas di Destinasi Wisata IV - 96 Fasilitas Parkir Kendaraan Roda 4 IV - 97 Fasilitas Rumah Makan/Warung Makan IV - 97 Fasilitas Tempat Istirahat Pengunjung/Rest Area/Taman Fasilitas Tempat Penjualan Oleh-oleh di Destinasi Wisata Fasilitas Kios Suvenir/kerajinan/cindera mata Media/prasaranaa untuk mendukung aktivitas wisata Rekapitulasi Nilai Indeks Destinasi Wisata Parameter dan Pembobotan Potensi Destinasi Wisata Klasifikasi Potensi Destinasi Wisata Kategoro Destinasi Wisata Berdasarkan Nilai Indeks IV - 98 IV - 98 IV - 99 IV - 99 IV IV IV IV Potensi Destinasi Berdasarkan Per Kecamaan IV Potensi Destinasi Wisata Per Kecamatan Berdasarkan DTW IV Parameter dan Pembobotan Pemasaran Destinasi Wisata IV Klasifikasi Pemasaran Destinasi Wisata IV Skor Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di Kulon Progoo IV Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di Kulon Progo IV Skor Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di Kota Yogyakarta IV Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di Kota Yogyakartaa IV Skor Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di Bantul IV Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di Bantul IV Skor Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di IV Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di IV Skor Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di IV Kondisi Pemasaran Destinasi Per Kecamatan di IV ix

11 Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9 Gambar 3.10 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Skema Proses Sistem Informasi I - 5 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta II - 2 Fisiografi DIY II -6 Peta Geologi Lembar Yogyakarta II - 8 Persentase Lahan Menurut Penggunaan Lahan di D.I. Yogyakartaa II - 12 Tahun 2013 Diagram Alir Tahapan Pekerjaan III - 2 Model Sekuensial Linier Site Map Desain Halaman Login Desain Halaman Dashboard Desain Halaman User Desain Halaman Aplikasi Diagram Konteks Entity Relationship Diagram Relasi Antar Tabel III - 13 III - 14 III - 14 III - 15 III - 15 III - 16 III - 17 III - 18 III - 19 Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo IV - 1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul IV - 14 Peta Administrasi Kabupaten IV - 31 Peta Administrasi Kabupaten IV - 51 Peta Administrasi Kota Yogyakarta IV - 68 Halaman Login IV Halaman Dashboard IV Matrix Perkembangan dan Potensi IV Halaman User IV Halaman Aplikasi IV x

12 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Laporan Akhir Data Attribute suatu Object Wisata Tampilan rute dalam radius Halaman Kelola Data Aplikasi Halaman Quesioner Tambah Data Destinasi Wisata Filter destinasi eisat dan print data destinasi wisata Tampilan print data Halaman Pengaturan Tampilan sub edit kecamatan IV IV IV 131 IV IV IV IV IV IV xi

13 Grafik 4.1 Grafik 4.2 Grafik 4.3 Grafik 4.4 Grafik 4.5 Grafik 4.6 Grafik 4.7 Grafik 4.8 Grafik 4.9 Grafik 4.10 Grafik 4.11 Komposisi Umur Pengunjung IV - 84 Status Pengunjung IV - 85 Daerah Asal Pengunjung IV - 85 Frekuensi Kunjungan ke Destinasi Wisata di D.I. Yogyakarta IV - 86 Tujuan Pengunjung Datang ke Destinasi Wisata IV - 87 Frekuensi Pengunjung Berbelanja di Destinasi Wisata IV - 88 Rata-rata Besarnya Uang yang Dibelanjakan ke Destinasi Wisataa IV - 89 Keinginan Berkunjung ke Destinasi Wisata Lain IV - 90 Jumlah Kunjungan ke Destinasi Wisata pada Hari Tertentu IV -90 Jenis Destinasi Wisata (DTW) IV - 91 Sebaran Destinasi Wisata per Kabupaten/Kota IV - 92 xii

14 BABB Latar Belakang Pariwisata bagi Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan kontribusi i besar terhadap perputaran roda perekonomiann daerah. Dalam rangka untuk mendapatkan gambaran secara komprehensif tentang aktifitas pariwisata, perlu dilakukan kajian mendalam tentang kegiatan kepariwisataan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mengetahui potensi kepariwisataan di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu adanya data potensi pariwisata per kecamatan se-daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui penyusunan data ini, Pemeritah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan mampu mengoptimalkan potensi wisata yang dimiliki guna menunjang pertumbuhan ekonomi secara sinergi dan berkelanjutan, dengan kategori kegiatan ekonomi lainnya menuju arah yang lebih baik. Sesuai visi Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih berkarakter, berbudaya, maju, mandiri dan sejahtera menyongsong peradaban baru, sedang visi menurut Rencana Pembangunan Jangka Panjang adalah: Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera. Serta guna mendukung Visi Pembangunan Kepariwisataan DIY dalam RIPPARDA Tahun , yaitu Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan Daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor jasa termasuk pariwisata akan menjadi unggulan dan andalan dalam peningkatan ekonomi di DIY. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) adalah sebagai koridor ekonomi (tapi bukan sebagai koridor I-1

15 utama). Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai bagian dari MP3EI Koridorr Ekonomi Jawa diharapkan dapat memperkuat konektivitas Nasional. Sehubungan dengan hal tersebut, infrastruktur pariwisata harus menjadi perhatian dalam hal: 1) Pengaturann lokasi dan tata ruang, 2) Pembangunan Destinasi, 3) Mendorong pemerataan di, Bantul, dan Kulon Progo. Dalam pengembangan suatu kawasan wisata diperlukan dataa yang valid dan akurat. Kebutuhan akan data yang valid merupakan hal urgent yang harus segera dipenuhi, sehingga perlu adanya penyusunan data potensi pariwisata per kecamatan se-diy. Adapun data tersebut meliputi: 1) Daya Tarik Wisata, 2) Fasilitas, 3) Event, dan 4) Services. Perkembangan pariwisata yang cukup dinamis menyebabkan adanya perubahan data pariwisata yang relatif dinamis juga. Hal tersebut menimbulkan konsekuensi untuk melakukan pendataan mengenai potensi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Data dan informasi pariwisata yang ada selama ini cenderung fragmentif tidak tersusun secaraa sistematik dan lengkap, keadaan ini mengakibatkan kesulitan bagi pemerintah dalam menyusun rencana pengembangan pariwisata yang lebih terarah. Untuk itu perlu dilakukan penyusunan data potensi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang disusun secara sistematis, lengkap dan mutakhir yang mampu menggambarkan kondisi potensi pariwisata secara lengkap, baik dari sisi administrasi, sarana prasarana beserta fasilitas pendukung lainnya. Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas sebesar 3.185,80 km 2 dengan penduduk sebanyak orang. Sedangkan kecamatan yang ada sebanyak 78 kecamatan yang tersebar di 4 kabupaten dan 1 kota. Adapun kecamatan tiap kabupaten/kota dan luas wilayah masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Yogyakarta No. Kabupaten/Kota 1. Kulon Progo Kecamatan Luas Wilayah (km ) 586,,27 1. Temon 36,,29 2. Wates 32,,00 3. Panjatan 44,,59 4. Galur 32,,91 5. Lendah 35,,59 6. Sentolo 52,,65 I-2

16 Sambungan Tabel 1.1 No. Kabupaten/Kota 1. Kulon Progo 2. Bantul 3. Sambungan Tabel 1.1 Kecamatan Luas Wilayah (km ) 586,,27 7. Pengasih 61,,67 8. Kokap 73,,80 9. Girimulyo 54,, Nanggulan 39,, Kalibawang 52,, Samigaluh 62,,29 506,,85 1. Srandakan 18,,32 2. Sanden 23,,16 3. Kretek 26,,77 4. Pundong 23,,68 5. Bambanglipuro 22,,70 6. Pandak 23,,40 7. Bantul 21,,95 8. Jetis 24,,47 9. Imogiri 54,, Dlingo 55,, Pleret 22,, Piyungan 32,, Banguntapan 28,, Sewon 27,, Kasihan 32,, Pajangan 33,, Sedayu 34,, ,,36 1. Panggang 99,80 2. Purwosari 71,,76 3. Paliyan 58,,07 4. Saptosari 87,,83 5. Tepus 104,,91 6. Tanjungsari 71,,63 7. Rongkop 83,,46 8. Girisubo 94,,57 9. Semanu 108,, Ponjong 104,, Karangmojo 80,, Wonosari 75,, Playen 105,, Patuk 72,, Gedangsari 68,, Nglipar 73,, Ngawen 46,, Semin 78,,92 I-3

17 No. Kabupaten/Kota Yogyakarta Sumber: DIY Dalam Angka 2014 Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) 574,,82 1. Moyudan 27,,62 2. Minggir 27,,27 3. Seyegan 26,,63 4. Godean 26,,84 5. Gamping 29,,25 6. Mlati 28,,52 7. Depok 35,,55 8. Berbah 22,,99 9. Prambanan 41,, Kalasan 35,, Ngemplak 35,, Ngaglik 38,, ,, Tempel 32,, Turi 43,, Pakem 43,, Cangkringan 47,,99 32,,50 1. Mantrijeron 2,,61 2. Kraton 1,,40 3. Mergangsan 2,,31 4. Umbulharjo 8,,12 5. Kotagede 3,,07 6. Gondokusuman 3,,99 7. Danurejan 1,,10 8. Pakualaman 0,,63 9. Gondomanan 1,, Ngampilan 0,, Wirobrajan 1,, Gedongtengen 0,, Jetis 1,, Tegalrejo 2,,91 Data per kecamatan yang sudah terkumpul dikompilasi menjadi suatuu dokumen yang kemudian disusun dalam database Sistem Informasi Potensi Pariwisata yang disajikan dalam bentuk peta, tabel, dan grafik yang berbasis Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografi (SIG). Sistem Informasi Geografi merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. Secara umum pengertian SIG adalah: Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif I-4

18 untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data informasi berbasis geografis. Dengan SIG kita bisa melihat, memahami, bertanya, menterjemahkan dan menampilkan data dengan banyak cara seperti relationship, simbol-simbol, dan trend dalam bentuk peta, laporan atau grafik. Data dalam SIG dibagi menjadi dua bentuk yakni geographical (data spasial) dan attribut (data aspasial). Data spasial adalah data yang terdiri dari lokasi eksplisit suatu geografi yang diset kedalam bentuk koordinat. Data attribute adalah gambaran data yang terdiri dari informasi yang relevan terhadap suatu lokasi seperti kedalaman, ketinggian, lokasi penjualan, dan lain-lain dan bisa dihubungkan dengan lokasi tertentu dengan maksud untuk memberikan identifikasi seperti alamat, kode pin, dan lain-lain. Proses dalam sistim informasi ini meliputi : PLANNING PROSES KOMPILASI DATA POTENSI & KENDALA ( FAKTOR ) ANALISA SINTESA ALTERNATIF ALTERNATIF ALTERNATIF PILIHAN ASPEK - ASPEK YANG MEWARNAI KEPUTUSAN Gambar Skema Proses Sistem Informasi Dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan otomatisasi proses-proses yang terjadi dalam pengelolaan dataa dan informasi pariwisata di DIY, Dinas Pariwisata DIY akan membangun sebuah geodatabase potensi Pariwisata DIY per Kecamatan berbasis SIG yang diharapkan dapat mengelola basis data pariwisata, bahkan pada perkembangan selanjutnya dapat digunakan untuk kepentingan analisis untuk mendukung pengambilan keputusan. I-5

19 1.2. Tujuan Pekerjaan Kajian ini bertujuan untuk : 1. Identifikasi potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata, Infrastruktur, fasilitas, event dan services di kecamatan yang ada di DIY. 2. Menyusun analisis pemasaran pariwisata per kecamatan yang ada di DIY. 3. Membuat sistem informasi mengenai potensi pariwisata per kecamatan di DIY yang digunakan oleh pihak internal sebagai alat untuk membantu pembuatan keputusan (decision support system) Sasaran Pekerjaan 1. Teridentifikasinya komponen potensi wisata, lingkungan per kecamatan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Tersedianya analisiss pemasaran pariwisata per kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta 3. Tersedianya sistem informasi mengenai potensi pariwisata per kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakartaa 1.4. Keluaran Pekerjaan Keluaran (output) dari pekerjaan ini berupa: a. Dokumen Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY b. Sistim Informasi Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY Lokasi Pekerjaan Di seluruh kecamatan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi 1 Kota (Yogyakarta) dan 4 Kabupaten (, Kulon Progo, Bantul, dan ) Sumber Pendanaan APBD DIY Tahun Anggaran 2015 DPA SKPD Dinas Pariwisata DIY Nomor: 19/DPA/2015 Tanggal 30 Desember I-6

20 1.7. Nama Organisasi Pengguna Anggaran Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Dasar Hukum Pelaksanaan 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik; 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional; 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; 5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta; 6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1950 tentang pemberlakuan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950; 7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunann Kepariwisataan Nasional Tahun ; 8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang; 9) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012; 10) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Istimewa Yogyakarta; 11) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ; 12) Peraturan Gubernurr Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 43 Tahun 2009 tentang Uraian tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. I-7

21 1.9. Ruang Lingkup Pekerjaan 1. Melakukan studi identifikasi untuk mengetahui kondisi riil (existing) alur data dan informasi potensi pariwisata pada Dinas Pariwisata DIY; 2. Menyusun kebutuhan data spasial untuk digunakan dalam Sistem Informasi Potensi Pariwisata berdasarkan alur data dan informasi potensi pariwisata, kemudian dilanjutkan dengan menetapkan daftar kebutuhan yang akan dijadikan untuk membangun geodatabase potensi pariwisata. Kegiatan tersebut meliputi : a) Mendefinisikan jenis input-input data yang berfungsi sebagai masukan data dalam pembuatan kebutuhan fungsional untuk tiap subsektornya berikut interfacenya; b) Mendefinisikan informasi yang akan ditampilkan dalam bentuk dashboard. 3. Menentukan arsitektur data (fungsi berikut responsibility) beserta infrastruktur database dalam skema yang mudah dipahami. Struktur data tersebut antara lain: a) Daya Tarik Wisata b) Fasilitas c) Event d) Services e) Peta Dasar DIY -> jika dibutuhkan f) Peta Tata Ruang (RTRW Kabupaten/Kota)-> jika dibutuhkan 4. Melakukan ekspose hasil studi (poin 1) kepada stake holder yang terkait dalam bentuk rancangan sistem dan arsitektur Sistem Informasi Potensi Pariwisata; 5. Menentukan tingkatt keamanan pengguna dari aplikasi sistem informasi, baik untuk pembatasan pengguna maupun sistem database; 6. Menyediakan tools interface (user interface) yang langsung dapat digunakan untuk keperluan komunikasi/berinteraksi dengan sistem pengolahan data base dalam rangka memudahkan pengguna dalam melakukan input (otomatisasi proses input) dan analisis data; I-8

22 7. Melaksanakan pengumpulan data primer maupun sekunder sesuai dengan kebutuhan penelitian, meliputi: 1) Daya Tarik Wisata, 2) Fasilitas, 3) Event, dan 4) Servis, yang tersusun dalam suatu matrik seperti yang disajikan padaa Tabel 1.2. Tabel 1.2 Matriks Dataa Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY Kabupaten : Kecamatan : NO URAIAN PEMBOBOTAN TUMBUH BERKEMBANG MAJU I DAYA TARIK WISATA Daya Tarik Wisata alam: - Pantai.. - Goa - Gunung - Air terjun - Lain-lain Daya Tarik Wisata Budaya : - Kraton - Candi - Lain-lain Daya Tarik Wisataa Hasil Buatan Manusia : - Museum - Kebun binatang - Water park - Desa wisataa - Culiner - Lain-lain II FASILITAS : - Hotel - Restoran - Terminal kereta api - Air port - Penginapann - Rumah sakit - Puskesmas - Pusat cindera mata I-9

23 - Salon/spa - Kampus - Sekolah Pariwisata - Pasar Tradisional - Kantor polisi - Money changer - Pusat kerajinan - Anjungan ATM - Kolam renang - MICE - Travel Agent III EVENT : - Bersih Desa - Layang-layang IV SERVICES : - Guide Bersertifikat - SAR - Emergency Call Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dalam melaksanakan pekerjaan perlu dibuat Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, dimana jadwal tersebut dijadikan sebagai panduan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dan termonitor dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Secara teknis pelaksanaan pekerjaan konsultansi Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY selama 180 (Seratus delapan puluh) hari kalender atau 6 bulan termasuk penyelesaian masalah administrasi. Adapun garis besar tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut. a. Persiapan b. Pengumpulan data c. Evaluasi dan analisa data d. Penyusunan Dokumen Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY e. Diskusi/Asistensi dan pelaporan Jadwal pelaksanaan pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.3. berikut: I-10

24 Penyusunan n Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY Tabel 1.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian Penyusunan Data Spasial Potensi Pariwisata per kecamatan se - DIY NO TAHAPAN 1. Perencanaan & koordinasi oleh Team Leader 2. System Analys 3. Analisis Ekonomi 4. Analisis Pariwisata 5. Analisis Pengembangan Wilayah 6. Analisis Tata Ruang 7. Desain dan implementasii Data base 8. Desain dan implementasi data base berdasarkan web 9. Melakukan pemetaan 10. Mendesain program untuk Informasi Sistem 11. Membuat Web/desaign grafik 12. Pendataan (survey) pariwisata 13. Editing dan tabulasi data (operator komputer) 14. Administrasi 15. Pendataan (survey) pemetaan 16. Entry data 17. FGD Laporan Pendahuluan 18. Presentasi Draft Laporan Antara 19. FGD Laporan Antara 20. Seminar Laporan Akhir 21. Pencetakan Laporan 22. Penyerahan Sistem Informasi BULAN I II III IV V VI TOTAL (bulan) ,5 0,5 0,5 0,5 0, Sistematika Penyajian Sistematika penyajian merupakan Tahap Penyusunan laporan/sistem pelaporan yang digunakan dalam Penyususnan Data Spasial Potensi Pariwisata Per Kecamatan Se-DIY meliputi: 1. LAPORAN PENDAHULUAN Laporan pendahuluan memuat antara lain : a. Latar belakang, b. Metodologi penelitian, I-11

25 c. Metodologi analisis kajian, d. Mekanisme pelaksanann pekerjaan yang berisi: Rencana Kerja dan strategi; Alokasi pengerahann tenaga ahli dan pendukung; Dekripsi dari permasalahan yang dihadapi; Jadwal pelaksanaann pekerjaan; Data-data pendukung yang terkait dengan kegiatan. 2. DRAFT LAPORAN ANTARA Draft Laporan antara memuat antara lain : 1. Laporan pekerjaan harian sesuai kondisi riil, 2. Hasil sementara kompilasi, analisis data dan rekomendasi sementaraa terkait dengan kebutuhan system sebagai bahan semiloka/workshop dengan instansi terkait/pelaku. 3. LAPORAN ANTARA Laporan antara memuat antara lain : a. Laporan pekerjaan harian sesuai kondisi riil, b. Hasil akhir seluruh kompilasi dan analisis data beserta data spasial tentatif potensi pariwisata serta rekomendasi Sistem Informasi Potensi Pariwisataa sebagai bahan semiloka/workshop dengan instansi terkait/pelaku. 4. LAPORAN AKHIR Laporan akhir memuat antara lain : a. Laporan Akhir memuat Laporan Pendahuluan, Laporan Antara Pertama dan Laporan Antara Kedua yang telah disempurnakan; b. Seluruh laporan kompilasi dan analisis data, informasi serta kesimpulan dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk pengembangan kepariwisataan. I-12

26 BABB Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 34 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulauu Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, sedangkan di bagian timur, utara dan barat dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah. Letak geografis D.I. Yogyakarta terletak antara 7 o 33 8 o 15 lintang Selatan dan 110 o o 50 Bujur Timur. Luas wilayah D.I. Yogyakartaa adalah 3.185,80 km 2 atau 0,17% dari luas wilayah Indonesia. Luas wilayah, ketinggian, dan jarak lurus ke ibu kota menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas Wilayah, Ketinggian dan Jarak Lurus ke Ibukota menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta No Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah Area (km 2 ) Persentase Luas area (%) Ketinggiann (m) Jarak Lurus (km) 1 Kulonprogo Wates 586,27 18, Bantul Bantul 506,85 15, Wonosari 1485,36 46, ,82 18, Yogyakarta Yogyakarta 32,50 1,02 75 DIY Yogyakarta 3185,80 100,00 Sumber: DIY Dalam Angka, IIII- II-1

27 Sumber: DPPKA DIY Gambar 2.1. Peta Administratif Daerah Istimewa Yogyakarta Secara administratif Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 Kabupaten dan 1 kota, 78 Kecamatan dan 438 kelurahan/desa. Secara rinci jumlah kecamatan dan kelurahan/desa di DIY disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di DIY No. Kabupaten/Kota 1 Kulonprogo 2 Bantul Yogyakarta Sumber: DIY Dalam Angka, 2014 Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa IIII- II-2

28 2.2. Kondisi Fisik Wilayah Kondisi Iklim Kondisi iklim pada suatuu wilayah adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif lama. Iklim juga didefinisikan sebagai berikut : Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saat (World Climate Conference, 1979). Konsep abstrak yang menyatakan kebiasan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980). Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs, 1978). Hal yang paling mudah untuk menentukan keadaan iklim di suatu wilayah dapat dilihat melalui kondisi curah hujan. Curah hujan yang tinggi diduga dapat memicu beberapa bencana diantaranya banjir dan longsor. Penelitian mengenai kejadian bencana longsor misalnya, menemukan keterkaitan antara curah hujan dengan kejadian longsor. Curah hujan merupakan salah satu faktor yang ditelitii berkaitan dengan kejadian bencana longsor. Parameter- diantaranya parameter curah hujan yang dapat digunakan untuk penelitian bencana longsor yaitu curah hujan kumulatif, curah hujan sebelumnya, intensitas curah hujan, dan durasi hujan (Caine, 1980). Bencana banjir juga disebabkan oleh curah hujan yang memiliki intensitas yang tinggi. Intensitas curah hujan tinggi dalam durasi lama dapat menyebabkan banjir pada wilayah- yang terjadi wilayah berelief datar dengann kondisi drainase yang tidak baik. Bencana menyebabkan adanya potensi kerentanan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satunya pada aspek pariwisata. Aspek yang relatif penting dalam kajian pariwisata adalah iklim. Perubahan iklim dari waktu ke waktu menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh semua kalangan. Perbedaan jenis iklim antara daerah satu dengan daerah yang lain akan berakibat pada perbedaan aktivitas manusia. Iklim Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk tropis basah dengan curah hujan yang IIII- II-3

29 cukup tinggi. Rata-rata curah hujan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 230 mm/tahun. Kecepatan angin minimum di DIY sebesar 2,0 m/s dan maksimum sebesar 6,0 m/s. Tekanan udara di DIY berkisar antara 109,9-1019,4 mb. Suhu udara berkisar antara 18,4 0 C - 35,7 0 C (Tabel 2.3). Tabel 2.3 Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Arah Angin, Curah Hujan dan Hari Hujan di D.I. Yogyakarta No. Uraian Minimum 1 Suhu Udara (derajat C) Kelembaban Udara (%) 21,00 53,42 3 Tekanan Udara (mb) 1.009,58 4 Kecepatan Angin (m/s) 0,0 5 Arah Angin (derajat) 6 Curah Hujan per bulan (mm) 0,0 7 Hari Hujan per bulan (kali) 0,0 Sumber: DIY Dalam Angka, 2014 Maksimum 33,42 98, ,25 26,00 Selatan (terbanyak) Berdasarkan klasifikasi iklim Smith dan Ferguson, tipe iklim Daerah Istimewah Yogyakarta termasuk dalam tipe ikim C. Tipe iklim C (agak basah) yang memiliki vegetasi hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya di musim kemarau. Klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.4, menggunakan nilai perbandingan (Q) antara rata-rata banyaknya bulan kering (Md) dan rata- kering, bulan rata banyaknya bulan basah (Mf) dalam tahun penelitian. Kategori untuk bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering, jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan < 60 mm, Bulan lembab, jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan mm, dan Bulan basah, jika dalam satu bulan mempunyai jumlah curah hujan > 100 mm IIII- II-4

30 Tabel 2.4 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt & Ferguson Tipe Iklim Kriteria A (Sangat Basah) 0 < Q < 0,143 B (Basah) 0,143 < Q < 0,333 C (Agak Basah) 0,333 < Q < 0,600 D (Sedang) 0,600 < Q < 1,000 E (Agak Kering) 1,000 < Q < 1,670 F (Kering) 1,670 < Q > 3,000 G (Sangat Kering) 3,000 < Q < 7,000 H (Luar Biasa Kering) 7,000 < Q Sumber: Lakitan, Geomorfologi dan Lingkungan Hidup Bentuk permukaan Bumi yang tercermin dari perbedaan ketinggiannyaa disebut sebagai relief. Segala kenampakan yang ada di permukaan Bumi seperti gunung, bukit, sungai, danau, laut, dan segala kenampakan artifisial (buatan manusia) termasuk dalam relief. Adanya perbedaan ketinggian di permukaan Bumi menyebabkan variasi bentuk maupun kemiringan lereng di setiap tempat. Pengetahuan terhadap relief di suatu wilayah dapat memberikan informasi mengenai berbagai proses alam yang pernah dan mungkin akan terjadi pada suatu wilayah. Misalkan, pada wilayah dengan ketinggian yang rendah dan memiliki relief-relatif datar hingga landai dan terletak di dekat aliran sungai, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut terbentuk dari endapan material sedimen yang terbawa dan terendapkan ketika terjadi banjir. Contoh lainnya yaitu pada wilayah dengan ketinggian yang bervariasi dan memiliki relief bergunung maupun berbukit, maka dapat diduga bahwa wilayah tersebut terbentuk dari hasil proses tektonik maupun vulkanik, sehingga akan rawan terjadi bencana longsor atau bencana erupsi gunung api. Berdasarkan klasifikasi beda tinggi lokal, Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi daerah dengan ketinggian: m, m, m (sebagian besar terdapat di Kabupaten Bantul), dan m diatas permukaan laut (sebagian besar terdapat di Kabupaten ). IIII- II-5

31 Gambar 2.2. Fisiografi DIY Fisiografi DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah seperti di perlihatkan pada Gambar 2.2 yaitu: 1. Satuan Gunung api Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan vulkanik, meliputi, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km 2 dengan ketinggian m. 2. Satuan Pegunungan Seribu, merupakan kawasan perbukitan batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan. Di bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah pegunungan ini memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km 2 dengan ketinggian m. 3. Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km 2 dengan ketinggiann m 4. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari Kulon Progo sampai IIII- II-6

32 Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km 2 dengan ketinggian 0-80 m. Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar (dataran faluvial meliputi, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan. Dengan mengetahui kondisi fisiografi suatu daerah dapat digunakan sebagai dasar pengembagan fasilitas pendukung potensi wisata yang ada di D.I. Yogyakarta Kondisi Geologi Geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak Bumi, atau lebih jelas lagi geologi adalah pengetahuan tentang susunan zat serta bentuk dari Bumi. Geologi merupakan pengetahuan yang mempelajari sejarah perkembangan dari Bumi serta mahluk-mahluk yang pernah hidup di dalam dan di atas Bumi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa geologi adalah pengetahuan yang mempelajari evolusi anorganik serta evolusi organik dari Bumi. Aspek geologi pada suatu wilayah sangat penting untuk diketahui, sebab aspek-aspek geologi berhubungan dengan segala proses alam yang bekerja pada suatu wilayah baik bersumber dari tenaga endogen (berasal dari dalam Bumi) maupun eksogen (berasal dari luar Bumi). Peta geologi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, terdiri atas unit-unit litologi. Setiap unit litologi tersusun atas berbagai macam material. Unit litologi di D.I. Yogyakarta bervariasi. Menurut Rahardjo dkk (1995), D.I. Yogyakarta memiliki 15 unit litologi (formasi). Formasi tersebut disajikan pada Tabel 2.5. IIII- II-7

33 Gambar 2.3. Peta Geologi Lembar Yogyakarta IIII- II-8

34 No Litologi (Simbol) Laporan Akhir 1 Qa Alluvium, tersusun oleh material pasir lepas-lepas, lempun dan lumpur 2 Qc Koluvium, Fragmen yang dibedakan pada endapan lereng 3 Qmi Endapan gunung api muda pada gunung api Merapi, lava, tuf, breksi vulkanik 4 Qmo Endapan gunungapi tua pada gunung api Merapi, breksi, aglomerat dan lava 5 Tmps Formasi sentolo, batu gampung dan batu pasir marli 6 Tmj Formasi Jonggrangan, batu gamping batu karang dan konglomerat 7 Tmoa Formasi Andesti tua, breksi andesti, aglomerat, lava flow, dan tuff 8 Teou Formasi Nanggulan, batu pasir, marly pasir, dan batu lempung 9 Tmke Formasi Kepek, batu gamping dan marl 10 Tmpw Formasi Wonosari, batu gaming batu karang marl dan batu lempung 11 Tms Formasi Sambipitu, tuff pilit, batu lumpur, batu pasir dan konlomerat 12 Tma Formasi Nglanggran, breksi volkanik, aglomerat, lava, dan tuff breksi 13 Tmse Formasi Semilir, tuff, breksi, batu gamping, tuff klastik, dan batu lempung marl 14 Tmk Kebobutak, batu asir, tuff, dan aglomerat 15 a Andesit dan Intrusi diorit Sumber: Peta Geologi D.I. Yogyakarta Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian dipengarui oleh gerakan lempeng tektonik antara lempeng Eurasia dibagian tara dan lempeng Indo-Australia dibagian meliputi sinklin dan antiklin, (iii) sesar, graben, perbukitan dome, plato gunungkidul, dan struktur tunggal berupa sesar. Struktur tunggal terjadi di dataran aluvial, endapan koluval, dan gumuk pasir. Struktur graben Gunungapi Merapi. Lipatan dan sesar terjadi di daerah Kulonprogo dan Wonosari. Daerah Karst terdapat di Kabupaten yang secara struktural merupakan Plato sampai ke (Bemmelen, 1949). Tabel 2.5 Unit Litologi di DIY Keterangan selatan. Secara struktural daerah tersebut dibagi menjadi (i) pegunungan, (ii) lipatan yang terjadi di daerah Bantul dan tertutup oleh endapan vulkan Selatan, sedangkan pegunungan Kulonprogo mempunyai perbukitan Dome seperti struktur Tanah Sifat tanah dianggap memiliki sifat yang sama dengan bahan pembentuknya yaitu batuan. Keadaan relief yang berbeda dapat pula menghasilkan sifat tanah yang berbeda IIII- II-9

35 walaupun suatu wilayah tersusun dari tanah dan bahan induk yang sama. Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui jumlah tangkapan air hujan yang meresap ke dalam tanah, kedalaman airtanah, besarnya laju erosi, dan mengarahkan gerakan air dan bahan-bahan material yang terlarut di dalamnya (Hardjowigeno, 2010). Jenis-jenis tanah di DIY berdasarkan informasi dari BPN dalam buku potret DIY, 2007 antara lain alluvial (untuk lahan pertanian dan pemukiman), litosol, regosol, grumosol, lathosol, (biasanya untuk lahan pertanian), mediteran, dan rensina Hidrologi Secara garis besar hidrologi wilayah Provinsi DIY dapat dibedakan menjadi hidrologi air permukaan dan hidrologi air tanah. a) Air Permukaan Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi setelah dikurangi infiltrasi dan evapotranspirasi. Pola aliran di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh struktur geologi setempat. Ada berbagai tipe pola aliran yaitu pola radial sentrifugal, paralel, dan pola trealis. Untuk wilayah Kabupaten, Kota Yogyakarta, Bantul, dan Kulonprogo bagian utara dan Gunung Kidul bagian barat mempunyai pola aliran radial sentrifugal, sedangkan pola aliran sungai wilayah Kulonprogo bagian selatan adalah pola paralel. Untuk Kabupaten khususnya pada formasi batu gamping mempunyai pola aliran trealis karena banyak berkembang struktur rekahan (diaclas). b) Air tanah Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan. Pada kawasan yang merupakan formasi Yogyakarta dan hasil proses vulkanis Merapi merupakan kawasan dengan sumberdaya air tanah yang bagus dengan cadangan melimpah. Ditinjau dari aspek Daerah Aliran Sungai (DAS), di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 4 DAS yang cukup besar, yaitu : (a) DAS Progo, (b) DAS Opak-Oyo, (c) DAS Serang, dan (D) DAS Bribin-Pegunungan Seribu. DAS Progo yang bermuara di Samudera Hindia meliput sebagian wilayah Kabupaten IIII- II-10

36 , Kota Yogyakarta, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Bantul. DAS Progo merupakan DAS yang cukup besar, berhuluu di Gunung Sindoro-Gunung Sumbing-Gunung Merbabu dan wilayah DIY merupakan bagian tengah dan hilir dari DAS Progo tersebut. Hutan DIY yang berada pada DAS Progo ini seluas 495,70 ha yang merupakan bagian dari BDH Yogyakarta. Beberapa Sub DAS di DIY yang bermuara di DAS Opak adalah SubDAS Krasak dan Sub DAS Bedog. DAS Opak-Oyo merupakan DAS yang memiliki luas paling besar di DIY, membentang dari puncak Gunung Merapi sampai dengan sebagian besar Kabupaten, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul. Beberapa Sub DAS yang bermuara di DAS Opak-Oyo adalah Sub DAS Winongo, Sub DAS Code, Sub DAS Gajahwong, dan Sub DAS Oyo. Seluruh hutan yang berada pada BDH Karangmojo (3.196,60 Ha) dan BDH Playen (4.310,70 ha) berada di wilayah DAS Opak Oya. Di samping itu sebagian dari hutan yang berada di BDH Yogyakarta, yaitu seluas 556,89 ha berada di wilayah DAS ini pula. DAS Serang keseluruhan wilayahnya berada di Kabupaten Kulonprogo, yaitu di wilayah Kecamatan Kokap, Girimulyo, Pengasih, Wates, dan Temon. Seluruh hutan yang ada di BDH Kulon Progo seluas 1.095,60 ha berada di wilayah DAS Serang. DAS Bribin Pegunungan Seribu sebagian besar terletak di wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan yang meliput wilayah Kecamatan Purwosari, Panggang, Saptosari, Paliyan, Wonosari, Tanjungsari, Tepus, Semanu, Ponjong, Rongkop, dan Girisubo. Hutan yang berada di BDH Panggang (1.597,40 3 ha) dan BDH Paliyan (3.872,30 ha) sebagian besar berada di wilayah DAS Bribin-Pegunungan Seribu Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di DIY didominasi oleh non pertanian yang mencapai 77,66% dari total luas DIY. Lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar 5,32%, perkebunan 3,17%, lahan kering sebesar 1,73% dan penggunaan lainnya sebesar 11,49%. Penggunaan lahan pada tiap kabupaten disajikan pada Tabel 2.6. IIII- II-11

37 Tabel 2.6 Penggunaan Lahan D.I. Yogyakarta Luas Lahan (Ha) No. Kabupaten/Kota Non Lahan Sawah Pertanian Kering Perkebunan Hutan Lainnya Total 1 Kulon Progo Bantul Yogyakarta Total Sumber: BPS DIY 2013 Gambar 2.4. Persentase Lahan Menurut Penggunaan Lahan di D.I. Yogyakarta Tahun 2013 Setiap tahun lahan sawah mengalami penyempitan rata-rata 0,,3% per tahun. Pertambahan penduduk merupakan salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan, yang menuntut tersedianya sarana perumahan dan infrastruktur lainnya. Akan lebih memprihatinkan lagi jika penyempitan lahan diikuti dengan penurunan tingkat kesuburan karena penggunaan pupuk kimia yang intensif, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan, juga kerugian sosial. Penurunan kesuburan tanah diketahui dari hasil monitoring kerusakan lahan untuk produksi biomassa, yaitu pada sifat berkurangnya permeabilitas tanah, tingginya angka derajat pelulusan air dan tingginya redoks pada beberapa IIII- II-12

38 sampel tanah. Luas hutan di DIY Ha atau 6,95% dari luas DIY. Hutan tersebut tersebar di 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten,, Bantul dan Kulon Progo. Pengelolaan hutan di DIY dibagi menjadi 5 (lima) Bagian Daerah Hutan (BDH) untuk mempermudah pengelolaannya, yaitu: BDH Karangmojo, BDH Playen, BDH Panggang, BDH Paliyan, dan BDH Kulon Progo-Bantul Kondisi Sosial Ekonomi Berdasarkan hasil sensus tahun 2014, jumlah penduduk DIY tercatatt jiwa, dengan persentase jumlah penduduk perempuan 50,81% dan penduduk laki-laki 49,19%. Persentase penduduk kota mencapai 58,67% dan penduduk desa mencapai 41,33%. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 adalah 0,42%, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Kota Yogyakarta terlihat memiliki angka pertumbuhan diatas angka provinsi, yakni 1,79%. Dengan luas wilayah 3.185,80 km, kepadatan penduduk di DIY jiwa per km. Kepadatan tertinggi berada di Kota Yogyakarta yakni jiwa per km dengan luas wilayah hanya sekitar 1% dari luas DIY. Sedangkan Kabupaten yang memiliki luas wilayah mencapai 46,63% dari luas DIY dihuni rata-rata 462 jiwa per km. Komposisi kelompok umur penduduk DIY didominasi oleh kelompok usia dewasa yaitu umur tahun sebesar 10,83% dan kelompok umur lanjut usia yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 14,04%. Besarnya proporsi penduduk yang berusia lanjut mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk DIY Kondisi Pemerintahan Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah bertanggungjawab sebagai eksekutif dan DPRD bertanggungjawab sebagai legislatif. Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh seorang Gubernurr dengan ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kota Yogyakarta. Untuk melaksanakan tugasnya, dalam merumuskan kebijakan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan, serta pelayanan masyarakat terdapat unsur-unsur pembantu Pimpinan Pemerintah Daerah yaitu Sekretariat Daerah (Setda), Lembaga Teknis Daerah, dan Dinas Daerah. Sekretariat Daerah terdiri: IIII- II-13

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 106/Kpts/KPU/TAHUN 01 : 9 MARET 01 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 01 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018 KATA PENGANTAR Prakiraan Musim Kemarau 2018 Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2018 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Klimatologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY Perjalanan reformasi birokrasi nampaknya tak terasa sudah dimulai sejak tahun 2002 yang dimasinisi oleh departemen keungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016 KATA PENGANTAR Publikasi Prakiraan Musim Kemarau 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu bentuk pelayanan jasa klimatologi yang dihasilkan oleh Stasiun Geofisika Kelas 1 Yogyakarta / Pos Klimatologi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Yogyakarta, 21 September 2012 BAPPEDA DIY Latar Belakang UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan Agustus 2016 dan Prakiraan Oktober, November dan Desember 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juni Agustus 2016) dan Prakiraan Tingkat

Lebih terperinci

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan September 2016 dan Prakiraan November, Desember 2016 dan Januari 2017 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Juli September 2016) dan Prakiraan

Lebih terperinci

Buletin Edisi Januari Tahun 2017 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Januari Tahun 2017 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan Desember 2016 dan Prakiraan Februari, Maret dan April 2017 serta informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Oktober Desember 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan

Lebih terperinci

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI KATA PENGANTAR Buku Buletin Prakiraan dan Analisis memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan September 2017, Prakiraan November, Desember 2017 dan Januari 2018 serta informasi hasil Analisis

Lebih terperinci

Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 Analisis Hujan Juli 2016 dan Prakiraan September, Oktober dan November 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Mei

Lebih terperinci

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI KATA PENGANTAR Buku Buletin Prakiraan dan Analisis memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Oktober 2017, Prakiraan Desember 2017, Januari dan Februari 2018 serta informasi hasil Analisis

Lebih terperinci

Buletin Edisi November Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi November Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan Oktober 2016 dan Prakiraan Desember 2016 dan Januari, Februari 2017 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Agustus Oktober 2016) dan Prakiraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sleman, Februari 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MLATI. AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP

KATA PENGANTAR. Sleman, Februari 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MLATI. AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP KATA PENGANTAR Buku Buletin Prakiraan dan Analisis memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Januari 2017, Prakiraan Hujan Maret, April, Mei 2017 dan informasi hasil Analisis Tingkat

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

Buletin Edisi Juli Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Juli Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan Juni 2016 dan Prakiraan Agustus, September dan Oktober 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (April Juni 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan

Lebih terperinci

Buletin Bulan Mei Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Bulan Mei Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan April 2016 dan Prakiraan Juni, Juli, Agustus 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Februari April 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

Buletin Bulan Juni Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Bulan Juni Tahun 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Analisis Hujan Mei 2016 dan Prakiraan Juli, Agustus, September 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Maret Mei 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan

Lebih terperinci

Buletin Edisi April 2018 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi April 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buletin Prakiraan Hujan Bulanan memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Maret 2018, Prakiraan Hujan Mei, Juni, dan Juli 2018 serta informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan

Lebih terperinci

Buletin Bulan Februari Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan Februari Tahun 2016 PENGANTAR PENGANTAR Analisis Januari 2016, Analisis Indeks Kekeringan Tingkat Kekeringan dan Kebasahan periode November 2015 Januari 2016, Prakiraan Maret, April dan Mei 2016 serta Prakiraan Indeks Kekeringan Tingkat

Lebih terperinci

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI KATA PENGANTAR Buletin Prakiraan Hujan Bulanan memuat pengertian tentang Dinamika Atmosfer, Analisis Hujan Desember 2017, Prakiraan Hujan Februari, Maret, dan April 2018 serta informasi hasil Analisis

Lebih terperinci

Buletin Bulan Januari Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan Januari Tahun 2016 PENGANTAR PENGANTAR Analisis Hujan Desember 2015, Analisis Indeks Kekeringan Tingkat Kekeringan dan Kebasahan periode Oktober - Desember 2015 dan Prakiraan Februari, Maret dan April 2016 disusun berdasarkan data

Lebih terperinci

Buletin Bulan Maret Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan Maret Tahun 2016 PENGANTAR PENGANTAR Analisis Februari 2016, Analisis Indeks Kekeringan Tingkat Kekeringan dan Kebasahan periode Desember 2015 Februari 2016, Prakiraan April, Mei, dan Juni 2016 serta Prakiraan Indeks Kekeringan

Lebih terperinci

Buletin Bulan April Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan April Tahun 2016 PENGANTAR PENGANTAR Analisis Maret 2016 dan Prakiraan Mei, Juni, Juli 2016 juga memuat informasi hasil Analisis Tingkat Kekeringan tiga bulanan (Januari Maret 2016) dan Prakiraan Tingkat Kekeringan tiga bulanan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara astronomis Kabupaten Bantul terletak antara 07 0 44 04-08 0 00 27 LS dan 110 0 12 34 110 0 31 08 BT.

Lebih terperinci

Menimbang. bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24 peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2013 tentang Tata Cara

Menimbang. bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24 peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2013 tentang Tata Cara KONiISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 706 /KpIs/KPU/TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI SETIAP DAEMH PEMILIHAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti berikut : Tipe akuifer pada Cekungan Airtanah Yogyakarta Sleman adalah akuifer bebas, yang meliputi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Sepanjang sejarah peradaban

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kabupten Bantul a. Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah seluruhnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta bagian selatan adalah Kabupaten Bantul, Provinsi D.I Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. serta bagian selatan adalah Kabupaten Bantul, Provinsi D.I Yogyakarta. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di 3 (tiga) Kabupaten/Kota yaitu bagian utara adalah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Obyek penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta a. Luas Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara geografis terletak

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA -1- SALINAN RAPERDA FINAL PENGUNDANGAN DRAFT AKHIR 15 MARET 2018 JAM 08.41 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta Studio foto sewa di Kota Yogyakarta merupakan wadah bagi fotograferfotografer baik hobi maupun freelance untuk berkarya dan bekerja dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEBARAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PERSEBARAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PERSEBARAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh:

Lebih terperinci

Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola

Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola DAFTA UNTUK UP No Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Selatan 5 UPT Pelayanan

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN BAB III TINJAUAN KAWASAN 3.1. Tinjauan Wilayah D.I. Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 110º.00-110º.50 Bujur Timur dan antara 7º.33-8 º.12 Lintang Selatan. Secara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Administrasi dan Geografi Secara geografis posisi Provinsi D.I. Yogyakarta terletak antara 7 o.33 8 o.12 Lintang Selatan dan 110 o.00 110 o.50 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 127 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara

Lebih terperinci

BIDANG SARANA DAN PRASARANA LAPORAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN

BIDANG SARANA DAN PRASARANA LAPORAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BIDANG SARANA DAN PRASARANA LAPORAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Intepretasi Variabel BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah paling awal dalam penelitian ini adalah penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan membuat peta daerah aliran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul adalah salah satu wilayah kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dijadikan sebagai objek

Lebih terperinci

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI DI YOGYAKARTA KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 3401 KULON PROGO 5 16 21 3402 BANTUL 16 11 27 3403 GUNUNG KIDUL 14 16 30 3404 SLEMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2005

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2005 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA BAB 3 TINJAUAN WILAYAH RUMAH SINGGAH PENDERITA KANKER LEUKEMIA DI YOGYAKARTA 3.1 Tinjauan Umum Kota Yogyakarta 3.1.1 Luas Wilayah Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst pada umumnya memiliki karakter yang spesifik dan khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan bentang alam

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 12/PJ/2010 TENTANG : NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memiliki ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebesar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- 12 /PJ/2010 TENTANG NOMOR OBJEK PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TATA CARA PEMBERIAN NOP DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perbandingan Peta Topografi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perbandingan Peta Topografi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan Peta Topografi 1. DEM dan Kontur RBI Perbandingan peta topografi antara data DEM dan Kontur RBI disajikan dalam bentuk degredasi warna yang diklasifikasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit. BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN Deskripsi Kota Yogyakarta a. Geografi Luas wilayah Kota Yogyakarta kurang lebih hanya 1,02 % dari seluruh luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 32, km2. Terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Geologi lingkungan merupakan suatu interaksi antara manusia dengan alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN BAB III TINJAUAN KAWASAN III.1 Latar Belakang Pemilihan Kawasan Day care dan Pre-school merupakan sebuah lembaga pendidikan bagi anak usia dini yang membutuhkan bimbingan dalam perkembangannya karena orang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ( RENJA )

RENCANA KERJA ( RENJA ) DRAFT PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2014 DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah pertemuan antar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Suratman Wirosuprojo * Tulisan ini menjelaskan pendekatan klasifikasi kemampuan lahan terapannya untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

GEOLOGI REGIONAL YOGYAKARTA

GEOLOGI REGIONAL YOGYAKARTA GEOLOGI REGIONAL YOGYAKARTA Fisiografi Yogyakarta terbentuk akibat pengangkatan Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo pada Kala Plistosen awal (0,01-0,7 juta tahun). Proses tektonisme diyakini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis karena letak geografisnya diantara 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN BAHAYA DAN KERENTANAN BANJIR DI YOGYAKARTA (Studi Kasus: DAS Code) 1 Andhika Prayudhatama 2, Nursetiawan 3, Restu Faizah 4 ABSTRAK Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan

Lebih terperinci