BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH Lahirnya Organisasi-Organisasi Pendidikan Nasional 5

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH Lahirnya Organisasi-Organisasi Pendidikan Nasional 5"

Transkripsi

1 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALABIL KHAIRIYAH Faktor Ekstern Dunia Pendidikan Nasional Lahirnya Organisasi-Organisasi Pendidikan Nasional 5 Nusantara yang terdiri dari berbagai suku, adat dan budaya memberikan suatu nilai lebih bagi pembangunan. Hal ini menjadikan modal dasar bahwa dengan keanekaragaman budaya dan kultur, bangsa ini mampu untuk maju dan berkembang baik dalam pembangunan ekonomi maupun pendidikan. Salah satu organisasi pendidikan yang turut serta memberikan kontribusi yang nyata bagi perkembangan dalam dunia pendidikan dan kebudayaan adalah Budi Utomo. Organisasi ini merupakan organisasi perkumpulan pelajar dari STOVIA (School Ter Opleiding Van Indischse Artsen). Dengan berdirinya organisasi ini pada tahun 1908, menjadikan tonggak perkembangan pendidikan nasional. Walaupun pada awalnya organisasi Budi Utomo menerima kebijakan politik etis (Ethical policy) Belanda dan setia pada pemerintahan Belanda, tetapi pada tahun 1917 ia beralih dari organisasi kebudayaan menjadi organisasi politik yang memiliki hak otonomi dan menyerukan sebuah rejim parlementer. Realisasi dari politik etis ini sendiri terhadap dunia pendidikan adalah dibukanya berbagai sekolah untuk rakyat, walaupun dalam prakteknya masih banyak pendidikan yang diperuntukan untuk kepentingan pemerintah Belanda sendiri. Pada 5 Wawancara dengan Bapak Faruddin Ray pada tanggal 14 Oktober 2009 di Kantor Besar Yayasan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah, Langkat. 22

2 tahun 1907 semasa pemerintahan Gubernur Jendaral Van Hents, sekolah rendah mulai diperluas untuk memberikan kesempatan bagi rakyat memperoleh pendidikan. Sekolah-sekolah tersebut disebut dengan Sekolah Desa. 6 Secara progresif perkumpulan pendidikan dan kebudayaan berkembang menjadi kelompok politik, tetapi baru pada akhir tahun 1920-an dan awal tahun an terbentuk partai politik nasional. Tahun 1927 Partai Nasional Indonesia(PNI) dibentuk dari kelompok studi yang dipimpin oleh Soekarno, yang kemudian diikuti dengan berdirinya partai-partai lain yang kesemua anggotanya terdiri dari orangorang terpelajar. Pada saat yang sama, bentuk-bentuk keagamaan dan sosial yang baru dan aksi politik terbentuk diberbagai daerah serta dalam lingkungan perdagangan muslim yang peka terhadap tekanan kolonialisme. Diberbagai tempat reformisme dibangkitkan melalui perdagangan, urbanisasi, dan pendidikan. Diberbagai daerah sejumlah pergerakan Islam didirikan antara tahun 1905 sampai yang terbesar diantara asosiasi pendidikan keagamaan adalah Muhammadiyah, yang berdiri pada tahun 1912 oleh H. Ahmad Dahlan untuk memperbaharui praktek Islam dan memperbaiki komunitas Muslim. Ia adalah anak dari pejabat agama yang menyerukan pentingnya pendidikan agama bagi kemajuan bangsa dan negara. Muhammadiyah mengajarkan bahwa pentingnya sifat kebijaksanaan yang diekspresikan dalam kontes aksi sosial. Upaya yang utama adalah pendirian atau pembentukan pola pendidikan modern sekolah agama, sementara pesantren mengutamakan pembacaan kitab suci Al- Qur an dan formula mistik. Sekolah Muhammadiyah ini mengajarkan prinsip-prinsip dasar agama Islam, bahasa Arab, hlm Najamuddin, Perjalanan Pendidikan Di Tanah Air ( ), Jakarta: Reneka Cifta, 2005, 23

3 Bahasa Belanda dan beberapa pelajaran sekuler. Sekolah-sekolah ini mengajarkan atau memperkenalkan program pelajaran berjenjang, merasionalisasikan metode pengajaran, dan menekankan pemahaman dan penalaran dari pada pengapalan. Muhammadiyah memprakarsai berbagai jenis sekolah, sebahagian merupakan sekolah dasar agama, dan sekolah dasar sekuler serta berusaha menyelaraskan nilainilai Islam dengan kebutuhan sosial dan pendidikan kontemporer. Sekolah reformis mengabungkan kurikulum agama dengan program studi sekuler seperti sejarah, geografi, matematika dan berbagai program studi sekuler lainnya. Pada tahun 1920-an telah terdapat berbagai macan sekolah agama yang berada di berbagai daerah seperti juga halnya di Sumatera Timur. Gerakan reformasi agama akhirnya telah menjadi tantangan bagi pemerintahan Belanda. Pergerakan radikal telah menyusup kedalam jiwa para pelajar yang menyerukan kepada masyarakat dan petani kecil untuk bangkit dan melawan penindasan atas mereka. Selain sekolah bentukan Belanda ada juga sekolah yang berasal dari putra bangsa sendiri, yaitu sekolah yang berbasiskan sekolah agama, diantara sekolah agama tersebut juga telah banyak memberikan kemajuan di berbagai daerah. Sejak awal tahun 1900 banyak sekali kebijakan Pemerintah Belanda secara tidak langsung turut menyokong kebangkitan Islam dalam pergerakan pendidikan dan rasa nasionalis. Hal inilah yang memberikan kesempatan bagi anak bangsa khususnya bagi generasi muda yang berada di kesultanan Langkat untuk memperoleh pendidikan. Sekolah agama yang didirikan di Langkat merupakan keinginan Sultan dan masyarakat Langkat sendiri, sebab Sultan Abdul Aziz merupakan orang yang religius dan memahami pentingnya pendidikan. 24

4 2.1.2 Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan Daerah yang maju tentu tidak terlepas dari keahlian dan kecerdasan putra dan putri yang membangun daerah tersebut, kecerdasan dapat diperoleh dengan cara menuntut ilmu diberbagai organisasi pendidikan. Namun susahnya akses pendidikan tentu saja akan mempengaruhi keinginan untuk belajar bagi putra dan putri mereka. Dengan adanya pendirian suatu organisasi pendidikan tentu memberikan harapan bagi masyarakat disuatu daerah terutama di Langkat. Dengan majunya dunia pendidikan maka secara langsung akan memberikan dampak yang positif bagi suatu daerah khususnya Langkat. Hal ini tentu saja memberikan kesadaran bahwa dengan pendidikan kemajuan suatu daerah akan tercapai. Inilah yang mendorong masyarakat yang berada di kesultanan Langkat mendukung keinginan Sultan untuk mendirikan suatu organisasi pendidikan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi putra dan putri mereka, tentu akan didukung dan memberikan segala bantuan demi tercapainya pendirian organisasi pendidikan ini. Dengan demikian anak-anak mereka dapat merasakan pendidikan dan menjadi orang yang berguna bagi kemajuan daerahnya. Mendapat dukungan dari Sultan Abdul Aziz untuk mendirikan organisasi pendidikan maka masyarakat yang berada di kesultanan Langkat segera merealisasikannya. Dengan terwujudnya organisasi pendidikan di kesultanan Langkat maka memberikan kesempatan bagi putra dan putri Langkat untuk dapat maju dan bersaing dengan daerah lainnaya. Pendirian organisasi ini disambut gembira para tokoh agama Islam, hal ini disebabkan organisasi ini berbasiskan pada ajaran agama Islam. Sebagai salah satu organisasi pendidikan yang pertama kali berdiri tentu saja mendapatkan 25

5 berbagai macam hambatan dan rintangan yang tidak mudah untuk dilalui oleh Jamaiyah ini. Walaupun demikian organisasi ini mampu bertahan sampai tahun 1944 sebab pada tahun inilah terjadi kekosongan murid dan guru sebagai akibat dari pendudukan Jepang. 2.2 Kemajuan Perekonomian Kesultanan Langkat Salah satu faktor pendorong dari berdirinya organisasi pendidikan Jamaiyah adalah dengan majunya perekonomian Langkat. Kemajuan ini memberikan dampak yang positif secara langsung kepada masyarakat. Kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang menjadikan kesultanan Langkat manjadi daerah yang dapat dikatakan sebagai kota metropolitan pada zamannya. 7 Pendorong kemajuan perekonomian Langkat tidak terlepas dari luasnya kosensi tanah yang diberikan oleh Sultan kepada perkebunan Belanda. Disamping dari penerimaan perkebunan Belanda, ada juga penerimaan dari eksplorasi minyak bumi di Pangkalan Berandan. Dengan adanya penerimaan dari ke dua sektor ini maka tidak mengherankan kalau kesultanan Langkat menjadi sebuah kesultanan yang makmur. Dalam setiap perkembangan suatu daerah tidak terlepas dari peran kemajuan ekonominya sehingga tidak dapat dipukiri lagi bahwa faktor ekonomilah yang menjadi penentu kemajuan kesultanan Langkat. Selain itu juga didukung oleh masyarakat Langkat yang ada di daerah tersebut sehingga dapat maju dan berkembang menjadi pusat perekonomian sekaligus sebagai pusat pendidikan. Oleh Pura. Langkat 7 Wawancara dengan Bapak Zainal Arifin AKA pada tanggal 12 Oktober 2009 di Museum Tanjung 26

6 sebab itu kemajuan ekonomi harus didukung oleh pengetahuan dan kemampuan individunya supaya tercapai kemakmuran. Kesultanan Langkat merupakan kesultanan besar dan maju yang berada di bawah pimpinan Sultan Abdul Aziz, kemajuan ini tidak didapat dengan begitu saja melainkan dengan pengorbanan dan kerja keras Sultan dan masyarakat Langkat. Dapat dikatakan bahwa kemajuan ini merupakan kerja sama antara masyarakat yang berada di kesultanan Langkat dengan penguasa yakni Sultan Abdul Aziz Masa Pemerintahan Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rahmat Syah Sebagai daerah yang kaya dan makmur membuat Langkat menjadi kesultanan yang sangat besar, hal ini dapat dilihat dengan adanya pembangunan yang besar dalam berbagai bidang. Dibawah pemerintahan Sultan Abdul Azizi, Langkat mengalami kemajuan diantaranya bidang pendidikan dan perekonomian. Berdasarkan keputusan atau Beslit tanggal 23 Mei 1894 No. 1 dan dilantik pada tanggal 10 Agustus Pada tanggal tersebut maka resmilah Abdul Aziz menjadi Sultan Langkat. Tenggang waktu penetapan dan pengangakatan secara resmi berkisar antara 2 tahun, hal ini disebabkan oleh usia yang masih muda dari Sultan Abdul Aziz. Dalam usia yang sangat muda ini Sultan belum bisa mengambil keputusan sehingga masih dibimbing oleh kerabat dekat di istana. Hingga pada akhirnya Sultan diangkat dan diresmikan menjadi Sultan Langkat pada tanggal 10 Agustus 1896, maka disinilah Sultan telah dapat memberikan suatu keputusan demi kepentingan daerah kekuasaannya. 8 T,Luckman Sinar, Runtuh dan Bangunnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur, hlm

7 Didalam bidang pendidikan Sultan membangun sebuah lembaga pendidikan yang sangat termahsyur yaitu organisasi pendidikan Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khariyah. Sebenarnya Sultan sangat memperhatikan perkembangan pendidikan didaerahnya. Hal ini dapat dilihat dimana Sultan mendatangkan pengajar dan ulama untuk mengajarkan pengetahuan umum dan agama kepada anak dan kerabatnya. Sehingga timbullah keinginan Sultan untuk mendirikan suatu organisasi pendidikan guna mendidik masyarakat sekitar. Keinginan Sultan ini tidak hanya didukung oleh keluarga kesultanan tetapi juga para tokoh masyarat dan tokoh agama. Dengan demikian rencana untuk melakukan pembangunan sebuah organisasi pendidikan dapat terwujud. Dalam masa-masa pemerintahannya, Sultan banyak sekali memberikan kontribusi bagi perkembangan Langkat, sehingga Sultan Langkat menjadi pendorong kemajuan bagi daerah kesultanan. Dalam menjalankan sistem pemerintahan Sultan dibantu oleh para pembesar kesultanan. Pada umumnya yang memerintah kesultanan adalah Sultan akan tetapi yang menjalankan roda pemerintahan adalah para pembesar kesultanan. Hal ini disebabkan oleh tindakan dan nasehat yang diberikan dimana kemudian ditindak lanjuti dan dipertimbangkan segala nasehat serta persetujuan dari pembesar-pembesar kesultanan. Sultan yang bijaksana akan mencermati dan meneliti segala nasehat untuk kemudian dilaksanakan. Dapat dilihat bahwa pada masa pemerintahan Sultan Abdul Azis sebagai pemegang keadilan dan kesatuan serta Sultan diakui sebagai pemegang wibawa tertinggi. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Sultan Abdul Aziz berdasarkan kepada sistem otomisasi wilayah, dimana kekuasaan Sultan tidak mencampuri masalah didaerah yang ditaklukannya. Daerah-daerah yang menjadi 28

8 taklukannya diberikan kebebasan untuk mengurus daerahnya masing-masing tanpa adanya campur tangan dari kesultanan. Namun tempat-tempat yang strategis dan memiliki potensial yang tinggi Sultan Abdul Aziz menempatkan wakil-wakilnya, seperti Bandar-bandar pelabuhan. Sultan Abdul Aziz memiliki kekuasaan yang penuh dalam pemerintahan, sehingga Sultan berhak menentukan apa yang menjadi kebijakannya seperti kebijakan politik, ekonomi, sosial. Jika dilihat dari sistem pemerintahan kesultanan Langkat dimana pimpinan tertinggi berada ditangan Sultan Langkat, kemudian dibantu oleh empat Pangeran yang memerintah diberbagai daerah. Ada 4 pemimpin daerah yang berkuasa di Langkat yang disebut sebagai Pangeran kesultanan Langkat, diantaranya adalah 1. Pangeran Luhak Langkat Hulu 2. Pangeran Luhak Langkat Hilir 3. Pangeran/ketua Kerapatan Besar 4. Pangeran Langkat Teluk Haru Pertama, pemerintahan kesultanan Langkat yang berada di Langkat Hulu dipegang oleh Pangeran Luhak Langkat Hulu dibantu oleh sejumlah besar kejuruan yang ada dibawah pemerintahannya, Kejuruan merupakan wilayah teritorial yang membawahi beberapa kampung, maka kejuruan adalah merupakan daerah-daerah yang dibawah kesultanan. Dalam sistem pemerintahan kejuruan tunduk kepada kesultanan dan merupakan daerah yang mendapatkan perlindungan kerajaan pusat, dalam arti untuk pernyataan tunduk atau takluk umumnya kejuruan membayar upeti kepada pusat atau kesultanan. Dan Sultan sebagai titik pusat pemerintahan dan agama serta adat menempatkannya sebagai pusat kosmos atau sentrum legitimasi. 29

9 diantaranya adalah kejuruan Indra Setia, Binjai, kejuruan Selesai, Datuk Salapian, Kejuruan Sri Indra Muda, Bahorok, dan Maharaja Setia Pahlawan Sei Bingei. Dalam menjalankan tugasnya baik pangeran maupun para kejuruan dibantu oleh penghulupenghulu, para penghulu inilah yang menjadi tulang punggung dalam memajukan kesultanan Langkat. Kedua, Pemerintahan kesultanan Langkat yang berada di Langkat Hilir di pegang oleh Pangeran Luhak Langkat Hilir serta juga dibantu oleh sejumlah kejuruan dan Datuk, diantaranya adalah kejuruan Sutan Magendar Stabat, Kejuruan Setia Pahlawan, Datuk Sindera Cempa, Datuk Hakim Setia Raja Sei Rebat, Datuk Sagur Diraja Tualang, dan Datuk Hinai. Para Kejuruan dan Datuk inilah yang membantu pembangunan di Langkat Hilir, serta tidak terlepas dari peran para penghulu yang membantu kejuruan dan Datuk dalam melaksanakan pembangunan dan pemerintahan kesultanan Langkat. Ketiga, kesultanan Langkat yang berada di Teluk Haru dipimpin oleh Pangeran Langkat Teluk Haru dan dibantu oleh sejumlah Datuk diantaranya adalah Datuk Pulau Kampai, Datuk Johan, Datuk Setia Muda Lepan, Datuk Babalan, Datuk Sembilan. Para Datuk inilah yang membantu pangeran Langkat Teluk Haru dalam menjalankan pemerintahan. Keempat, adalah Kerapatan Besar, Kerapatan Besar ini berada di pusat pemerintahan Langkat, kerapatan ini sebagai wadah para Pengeran yang berada di Langkat Hulu, Hilir maupun Teluk Haru. Dengan adanya kerapatan ini maka akan semakin memudahkan pengeran yang berada di Langkat Hulu, Hilir dan Teluk Haru 30

10 untuk berkomunikasi dalam berbagai bidang diantaranya adalah mengenai kemajuan politik, ekonomi, keamanan dan juga pendidikan. 9 Didalam sistem pemerintahan kesultanan Langkat ada daerah-daerah lain yang memiliki kedudukan yang penting dalam mendukung pemerintahan Sultan Abdul Azis, sehingga menjadi kesultanan yang besar. Dari pemimpin diatas yang telah membantu Sultan juga tidak terlepas adaya bantuan dari kejuruan-kejuruan yang lain seperti: 1. Kejuruan Selesai 2. Kejuruan Bahorok. 3. Kejuruan Stabat 4. Kejuruan besitang 5. Datuk Lepan dan 6. Sungai Bingai Mereka diatas kesemuanya berkedudukan sebagai Landsgroten (jajahan) dan mereka memperoleh andil dari hasil tanah perkebunan atau tambang minyak yang berada diwilayah mereka masing-masing. Para wajir (dari wilayah rantau Langkat) merupakan Ricjksgroten (jajahan yang kaya) seperti dibawah ini: 1. Datuk campa 2. Sei Rebat 3. Hinai dan 4. Kampung Tualang 9 Wawancara dengan Bapak Nasruddin Thaha pada tanggal 28 Desember 2009 di kediamananya di Jl Tanjung Pura, Langkat. 31

11 Ke-empat daerah ini tidak memperoleh hasil apa-apa tetapi memperoleh semacam karunia dari bagian Sultan Langkat. 10 Mereka memperoleh pendapatan setiap bulannya ditambah lagi pemberian konsesi tanah yang diberikan oleh Sultan Kesultanan Langkat Sebagai Kesultanan Terkaya Kesultanan Langkat merupakan kesultan yang makmur yang berada di Kerasidenan Sumatera Timur. Bila dibandingkan dengan kesultanan yang lain yang berada di Sumatera Timur maka kesultanan Langkat yang terkaya. Kekayaan Sultan berasal dari berbagai penerimaan yang diperolahnya baik dari perkebunan dan ada juga dari hasil tambang minyak mentah yang ada di Pangkalan Berandan yang berdiri pada tahun 1885 yang dikelolah oleh. Pangkalan Berandan menjadi sangat penting dengan adanya sumber-sumber minyak, maka sultan menganggap perlunya menumbuhkan Luhak yang diambil dari Langkat Hilir, diantaranya adalah daerahdaerah Besitang, Pulau Kampai, Pangkalan Berandan, dan Lepan dimasukan dari Teluk Haru dengan kedudukan Pangkalan Berandan dipimpin oleh putra dari Tengku Sulung 11. Dari hasil perkebunan tembakau, Sultan Langkat memperoleh kekayaan yang tidak kalah besarnya dari eksplorasi minyak mentah yang berada di Pangkalan Berandan. Para penanam modal memberikan pelayanan yang istimewa terhadap Sultan, dimana kesejahteraan mereka ditanggung serta diberikan royalty yang sangat besar. Inilah yang membuat kesultanan Langkat menjadi sangat kaya, sehingga pihak 10 Lucman Ahmad dkk. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Departemen Dalam Negri Di Propinsi Daerah Tk 1 Sumatera Utara (Masa Penjajahan Belanda Dan Pendudukan Jepang): Medan, Fakultas Sastra, 1991, hlm T.Lucman sinar, Op.cit., hlm

12 kesultanan pada tahun 1897 dapat membangun sebuah mesjid yang sangat megah. Mesjid ini dinamakan dengan nama Mesjid Raya Azizi, Mesjid ini berdiri diatas lahan seluas 1800 M 2 dan selesai dibangun dalam waktu 18 bulan 12. Mesjid Azizi ini dibangun jauh lebih anggun dari istana yang dibangun oleh Sultan. Ini menandakan bahwa pihak Sultan sangat ingin menyatukan setiap kalangan yang berada di Langkat menjadi harmonis. Dapatlah dilihat bahwa Sultan sangat mementingkan perkembangan ajaran Islam demi berlangsungnya kedamaian dan persatuan rakyatnya. 2.3 Berdirinya Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabi Khairiyah Pada tahun 1912 pihak Sultan dan para Alim Ulama segera mengadakan pertemuan yang berlangsung di Mesjid Raya Azizi Tanjung Pura. Dalam pertemuan yang berlangsung di Mesjid ini memberikan suatu keputusan yang sangat baik yaitu akan didirikannya suatu organisasi pendidikan yang berbasiskan ajaran agama Islam sebagai pokok ajaran dasar. Dalam perumusan dan musyawarah ini segera disepakati nama bagi organisasi pendidikan ini yaitu bernama: Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah. Pendirian organisasi ini segera mendapatkan peresmian dari Sultan Langkat dengan SK (Besluit) No. 102 tahun 1912 dan bertanggal 31 Desember 1912 atau pada tanggal 22 Muharam 1330 H. 13 Menurut makna Arabnya berarti Perkumpulan Terpuji Untuk Mendapatkan Kebajikan. 12 Arsip Mesjid Azizi dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1423 dan 103 tahun milad Azizi Tanjung Pura Langkat 13 Fahruddin Ray, dkk, Sejarah Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah. Pengurus besar Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah Tanjung Pura, Langkat hlm 3. 33

13 Madrasah sendiri sebagai suatu lembaga pendidikan dalam bentuk formal telah dikenal sejak awal abad ke- 11 atau abad ke-12 M atau sejak abad ke-6-7 H yaitu sejak dikenalnya Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di Baghdad oleh Nizam Al- Mulk, seorang Wazir dari dinasti Saljuk. 14 Dengan berdirinya organisasi pendidikan ini, maka akses untuk mendapatkan pendidikan bagi putra dan putri di Langkat menjadi lebih muda. Organisasi ini telah lama diimpikan oleh Sultan semenjak ia naik tahtah. 15 Sultan ingin memajukan daerah Langkat sebagai daerah yang religius disamping itu tujuan dibangunnya organisasi pendidikan ini adalah 1. Untuk mendidik siswa menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir dan batin. 2. Untuk mendidik siswa menjadi mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, dan mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis. 3. Untuk mendidik siswa agar menjadi tenaga pengajar yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan di kesultanan Langkat. Sebagai organisasi pendidikan Islam, Jamaiyah Mahmudiyah memiliki akar dan tujuan yang sangat jelas bagi pembangunan moral dan spiritual masyarakat Langkat. Pada awal berdirinya, organisasi ini memiliki misi pengembangan pendidikan, melainkan juga dakwah, justru misi yang kedua inilah yang lebih menonjol. Lembaga pendidikan ini juga berusaha untuk melawan berbagai maksiat yang terjadi ditengah masyarakat seperti perkelahian, perampokan, pelacuran 14 Abdul Rahman Saleh, Madrasah Dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm Fahruddin Ray, Op,cit hlm 3 34

14 perjudian dan sebagainya. Inilah yang menjadi tujuan Sultan agar daerah kesultanan Langkat menjadi aman dan tentram. Adapun pengurus yang dibentuk dalam mengelola pendidikan ini untuk pertama kali disusunlah pengurus Jamaiyah Mahmudiyah yang terdiri atas: Pimpinan Umum (Janabul Ali) Pengurus Harian (Mudir) Sekretaris Bendahara Pembantu : Sultan Abdul Aziz : Raja Muda T. Mahmud bin A.aziz : T. Pangeran Indra Diraja : H. Abdullah Umar :Dt. Amar Diraja Tengku Fachruddin H. Zainuddin H. Muhammad Thaib H. M. Ziadah Dan seluruh pangeran, kerajaan dan datuk dari kerajaan Langkat Kepercayaan untuk pertamakali telah diberikan oleh H.M. Zaidah sebagai penyelengara pendidikan yang pertama telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dimana pendidikan diatur dengan sangat rapi. Yayasan ini telah menerapkan berbagai macam peraturan yang berguna bagi kelancaran belajar mengajar, sebagaimana sebuah sekolah yang baik pada masa itu 35

Dikerjakan. Edi Handoko DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Dikerjakan. Edi Handoko DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 JAMAIYAH MAHMUDIYAH LI THALIBIL KHAIRIYAH DI KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT (1912-1944) SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H Edi Handoko 050706032 DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesultanan Langkat merupakan salah satu dari beberapa Kerajaan Melayu yang berada di Wilayah Pesisir Timur Pulau Sumatra. Sebelum terbentuknya Langkat dahulunya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Barat, pendidikan di Sumatra Timur bersifat magis religius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Manusia yang ingin mencapai tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Namun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kota Pekanbaru Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Langkat diperkirakan berdiri pada abad ke 16. Raja pertama yang berkuasa di Langkat bernama Dewa Shahdan. Dewa Shahdan lahir pada tahun 1500, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan kuat dalam persepsi bangsa Indonesia tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membahas Masjid Raya Binjai tidak terlepas dari peran Kesultanan Langkat. Sultan Musa membangun masjid ini karena pada masa itu kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat

BAB I PENDAHULUAN. 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Langkat didirikan oleh Raja Kahar pada pertengahan abad ke- 18, yaitu pada tahun 1750 berpusat di kota dalam. Setelah Raja Kahar wafat kepemimpinan diteruskan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang BAB II DESKRIPSI LOKASI II. 1 Sejarah Kab. Langkat II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Didalam mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bagi kelangsungan warga-warga masyarakat yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deli Tua adalah sebuah kota kecil yang terletak di kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang, kota ini adalah kota yang bisa dipastikan sebagai sendisendi kehidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA PEKANBARU IV.1 Sejarah Pekanbaru. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA PEKANBARU IV.1 Sejarah Pekanbaru. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada 48 BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA PEKANBARU IV.1 Sejarah Pekanbaru Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama "Senapelan" yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah yang mulanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596 berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu di samping berlakunya hukum Belanda kuno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik etis adalah politik balas budi atau politik kehormatan, namun tidak lepas dari intrik-intrik politik dan memiliki tujuan didalamnya, hal yang pada awalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun sebagai kolektivitas, senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, norma, dan moral. Kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan kesultanan. Umumnya jabatan ini diduduki oleh orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajaan merupakan kekuasaan tertinggi berada dibawah pimpinan seorang Sultan atau Raja pada suatu wilayah. Dalam menjalankan pemerintahannya, sultan dibantu

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT

BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT 2.1 Sejarah Langkat Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan

Lebih terperinci

23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir,

23 Juni 1784 M berdasarkan musyawarah datuk-datuk empat suku (Pesisir, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Pekanbaru 1. Sejarah Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku disebut Batin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA PEMBUKAAN Bahwa Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 telah memberikan arah dan landasan perjuangan bagi bangsa Indonesia, yang selanjutnya pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memutar roda organisasi tersebut. Artinya, peran sentral dalam organisasi tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk memutar roda organisasi tersebut. Artinya, peran sentral dalam organisasi tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan dalam organisasi profit maupun non profit merupakan spirit untuk memutar roda organisasi tersebut. Artinya, peran sentral dalam organisasi tidak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Pekanbaru 1. Sejarah Pekanbaru lahir sebelum masuknya penjajahan Belanda ke Indonesia.Pada waktu itu, baru berupa dusun yang bernama Dusun Payung

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR MADRASAH BERSTANDAR NASIONAL (UAMBN) MADRASAH ALIYAH (MA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SatuanPendidikan : Madrasah Aliyah (Prog Keagamaan) Bentuk Soal : Pilihan Ganda Mata Pelajaran

Lebih terperinci

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan meliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama,

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27)

Kerajaan Ternate dan Tidore. Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) Kerajaan Ternate dan Tidore Oleh Kelompok 08 : Faiqoh Izzati Salwa (08) Muhammad Anwar R (21) Shela Zahidah Wandadi (27) 1 Letak Kerajaan Sejarah Berdirinya Keadaan Kerajaan Kerajaan Ternate dan Tidore

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI, Menimbang : a. bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA, KABUPATEN GAYO LUES, KABUPATEN ACEH JAYA, KABUPATEN NAGAN RAYA, DAN KABUPATEN ACEH TAMIANG, DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Asahan adalah salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur kerajaan negeri-negeri Melayu di Semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang dakwah Islam, pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mendirikan lembaga pendidikan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Sejarah Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau Indonesia. Ibukotanya terletak di Bagansiapiapi, kota terbesar,

Lebih terperinci

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA.  PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Berikut ini adalah daerah pertama di yang diduduki oleh tentara Jepang... a. Aceh, Lampung, Bali b. Morotai, Biak, Ambon c. Tarakan, Pontianak, Samarinda d. Bandung, Sukabumi,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 17, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

Daftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung

Lebih terperinci

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6 MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH Pertemuan ke-6 PENDAHULUAN Muqoddimah AD Muhammadiyah; pokok pikiran yang menjiwai dan melandasi gerakan Muhammadiyah Isi AD/ART

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM A. Perkembangan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, telah berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dan sumber daya manusianya. Kota Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional Kebangkitan Nasional adalah tonggak sejarah bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN KOTA KUALASIMPANG DAN PEMBENTUKAN KAMPUNG KOTA KUALASIMPANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA, KABUPATEN GAYO LUES, KABUPATEN ACEH JAYA, KABUPATEN NAGAN RAYA, DAN KABUPATEN ACEH TAMIANG, DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang merepresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam harus dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam harus dapat menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu realita kependidikan yang telah membudaya dikalangan sebagian bangsa, terutama dikalangan sebagian besar umat Islam yang merupakan golongan mayoritas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. islam di Indonesia, mengusahakann umat islam kembali kepada Al-Qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. islam di Indonesia, mengusahakann umat islam kembali kepada Al-Qur an dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga Muhammadiyah juga dapat

Lebih terperinci

SINOPSIS SEJARAH KABUPATEN KARIMUN

SINOPSIS SEJARAH KABUPATEN KARIMUN SINOPSIS SEJARAH KABUPATEN KARIMUN Kabupaten Karimun terletak diantara 0 35 Lintang Utara sampai dengan 1 10 Lintang Utara dan 103 30 Bujur Timur sampai dengan 104 Bujur Timur dengan luas keseluruhan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren telah lama menjadi lembaga yang memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, serta besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Nederlands Instituut Voor Oorlogdocumentatie, Publicatie Pandji Ra jat, 2 September 1947.

Nederlands Instituut Voor Oorlogdocumentatie, Publicatie Pandji Ra jat, 2 September 1947. SURAT KABAR Harian Merdeka, 21 Februari 1946., 14 Maret 1946., 15 Maret 1946. Nederlands Instituut Voor Oorlogdocumentatie, Publicatie Pandji Ra jat, 2 September 1947. Semangat Merdeka, 31 Januari 1946.,

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) yang dikeluarkan oleh Pendidikan Nasional pada bab pendahuluan, mempunyai visi mewujudkan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa merupakan sebuah pemerintah terdepan yang berhadapan langsung dengan masyarakat dan menjalankan fungsi pemerintah secara riil di lapangan. Dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM No. 03/PAN/DPU-LKT/BM/2011

PENGUMUMAN PELELANGAN UMUM DAN SELEKSI UMUM No. 03/PAN/DPU-LKT/BM/2011 PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMBORONGAN PROYEK DAN JASA KONSULTANSI BIDANG BINA MARGA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN LANGKAT TAHUN ANGGARAN 2011 Jl. T. Amir Hamzah No. 3 Stabat PENGUMUMAN PELELANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum masyarakat terbagi atas dua golongan yaitu golongan elite dan non elite. Golongan elite merupakan suatu kelompok minoritas yang biasanya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. muda menjadi orang dewasa anggota masyarakat yang mandiri dan. produktif. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu. Setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya. Tujuan pendidikan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melawan arus sungai Wampu yang sangat deras. (Sulaiman Zuhdi 2013: 81). Dari. akhirnya menjadi Ibu Kota kabupaten Langkat.

BAB I PENDAHULUAN. melawan arus sungai Wampu yang sangat deras. (Sulaiman Zuhdi 2013: 81). Dari. akhirnya menjadi Ibu Kota kabupaten Langkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stabat berasal dari kata Sei Tambat maksudnya sungai tempat bertambat atau tangkahan perahu-perahu utama untuk istirahat karena lelahnya mengalah melawan arus sungai

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN SELEKSI TILAWATIL QUR AN (STQ) KE-XXI TINGKAT PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2011 DI KOTA PALU SENIN, 14 MARET 2011 ASSALAMU

Lebih terperinci

Kesultanan Langkat di Sumatera Utara Pada Masa Sultan Abdul Aziz ( M)

Kesultanan Langkat di Sumatera Utara Pada Masa Sultan Abdul Aziz ( M) Kesultanan Langkat di Sumatera Utara Pada Masa Sultan Abdul Aziz (1827-1927 M) Sri Windari Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta windarisri98@gmail.com Abstract Sultanate of Langkat was in East Sumatra

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA A. LATAR BELAKANG MUNCULNYA PERGERAKAN KEBANGSAAN Politik DRAINAGE Belanda mengeruk kekayaan dari negara Indonesia untuk kepentingan dan kesejahteraan negara

Lebih terperinci

Perkembangan Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Maroko: Melihat Persamaan dari Berbagai Perbedaan. Oleh : Mutia Zata Yumni Senin, 20 Juni :42

Perkembangan Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Maroko: Melihat Persamaan dari Berbagai Perbedaan. Oleh : Mutia Zata Yumni Senin, 20 Juni :42 KOPI, Dalam menghadapi tantangan global yang terjadi pada abad ke-21 ini, masyarakat atau negara dituntut untuk mampu mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Konsep kualitas

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE Wates, 17 April 2011

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE Wates, 17 April 2011 SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE 2010-2015 Assalamu alaikum Wr.Wb. Yang Kami Hormati Wates, 17 April 2011 Unsur Muspida Kabupaten Kulonprogo;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Agama Islam di Indonesia merupakan agama terbesar di dunia. Waktu kedatangannya pada awal abad ke - 7 Masehi. Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia pada awal

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI IRIAN JAYA TENGAH, PROPINSI IRIAN JAYA BARAT, KABUPATEN PANIAI, KABUPATEN MIMIKA, KABUPATEN PUNCAK JAYA, DAN KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan moral. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka moral merupakan sesuatu

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM SILABUS PEMBELAJARAN: SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM Satuan Pendidikan : Madrasah Tsanawiyah Mata Pelajaran: Sejarah Kebudayaan Islam Kelas : VII (tujuh) Ganjil Kompetensi Inti : (K1) (K2) (K3) (K4) : Menghargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat Sebelum dan Setelah Abad 20 Anggota kelompok 3: 1. Ananda Thalia 2. Budiman Akbar 3. Farrel Affieto 4. Hidayati Nur Trianti Strategi Perlawanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berimbas dengan kesultanan-kesultanan di Sumatera Timur. Pada tanggal

Lebih terperinci