PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN KOTA KUALASIMPANG DAN PEMBENTUKAN KAMPUNG KOTA KUALASIMPANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TAMIANG, Menimbang : a. bahwa sistem penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Aceh, dipandang perlu perubahan menjadi sistem Pemerintahan Kampung guna meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kampung; b. bahwa untuk melaksanakan amanat Pasal 267 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, Kelurahan yang ada perlu dihapus dan dibentuk Kampung dalam Kabupaten Aceh Tamiang; c. bahwa dengan penghapusan Kelurahan dan pembentukan Kampung diharapkan akan dapat mendorong peningkatan pelayanan dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi Kampung; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Qanun tentang Penghapusan Kelurahan Kota Kualasimpang dan Pembentukan Kampung Kota Kualasimpang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4179); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah untuk keduakalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4826); 8. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 03); 9. Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 24 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Kampung (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 Nomor 26); 10. Qanun Kabupaten Aceh Tamiang Nomor 28 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pembentukan, Pengabungan, Pemekaran dan Penghapusan Kampung (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2005 Nomor 30); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TAMIANG Dan BUPATI ACEH TAMIANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN TENTANG PENGHAPUSAN KELURAHAN KOTA KUALASIMPANG DAN PEMBENTUKAN KAMPUNG KOTA KUALASIMPANG Dalam Qanun ini yang di maksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Tamiang; 2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupaten yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tamiang; 3. Bupati adalah Bupati Aceh Tamiang;

3 Kecamatan adalah suatu wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Pemerintah Kabupaten dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan yang dipimpin oleh Camat; 5. Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum di bawah Kecamatan yang terdiri atas gabungan beberapa Kampung yang mempunyai batas wilayah tertentu yang dipimpin oleh Kepala Mukim dan berkedudukan langsung di bawah Camat; 6. Harta Kekayaan Kampung adalah harta kekayaan yang dikuasai oleh Kampung yang ada pada waktu pembentukan Kampung yang tidak diserahkan kepada Mukim serta sumber pendapatan lainnya yang sah; 7. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada di bawah Mukim dan dipimpin oleh Datok Penghulu yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri; 8. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Kabupaten Aceh Tamiang dalam wilayah kerja Kecamatan; 9. Musyawarah Kampung adalah permusyawaratan dan permufakatan dalam berbagai kegiatan adat, pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dipimpin oleh Datok Penghulu dan Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK) dan dihadiri oleh lembagalembaga adat dan para pemimpin agama di tingkat Kampung; 10. Kepala Mukim adalah Kepala Pemerintahan Mukim; 11. Reusam Kampung adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, adat istiadat yang ditetapkan oleh Datok Penghulu setelah mendapat persetujuan dari Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK); 12. Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK) adalah badan permusyawaratan Kampung yang anggotanya dipilih secara langsung oleh masyarakat Kampung setempat yang terdiri dari unsur ulama, tokoh masyarakat setempat termasuk pemuda dan perempuan, pemuka adat dan cerdik pandai/cendikiawan yang ada di Kampung yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Kampung, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat setempat serta melakukan pengawasan secara efektif terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kampung; 13. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kampung dan Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK); 14. Pemerintah Kampung adalah Datok Penghulu dan Tok Imam beserta Perangkat Kampung; 15. Otonomi Kampung adalah hak, wewenang dan kewajiban Kampung untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 16. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan Kelurahan yang ada sebagai akibat tidak lagi memenuhi persyaratan atau atas perintah peraturan perundang-undangan; 17. Pembentukan Kampung adalah penggabungan beberapa Kampung atau bagian Kampung yang bersanding atau pemekaran dari satu Kampung menjadi dua Kampung atau lebih atau pembentukan Kampung dari wilayah Kelurahan yang dihapuskan; 18. Keuangan Kampung adalah semua hak dan kewajiban Kampung yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Kampung berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut dan kebutuhan masyarakat setempat. BAB II PENGHAPUSAN KELURAHAN DAN PEMBENTUKAN KAMPUNG Bagian Kesatu Penghapusan Kelurahan Pasal 2 Dengan Qanun ini Kelurahan Kota Kualasimpang sebagai Perangkat Daerah dalam Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dihapus dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

4 - 4 - Pasal 3 (1) Kelurahan yang dihapus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dijadikan Kampung. (2) Wilayah dan penduduk Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi wilayah dan penduduk Kampung: Bagian Kedua Pembentukan Kampung Pasal 4 Dengan Qanun ini dibentuk Kampung Kota Kualasimpang dari cakupan wilayah dan penduduk Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2); Pasal 5 (1) Kampung Kota Kualasimpang Kemukiman Kota Kualasimpang Kecamatan Kota Kualasimpang sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, mempunyai luas wilayah 0,58 kilometer persegi dan jumlah penduduk 3315 jiwa dengan batas-batas wilayah : a. sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Sriwijaya; b. sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Perdamaian; c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Kotalintang/Kampung Bukit Tempurung; d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Tamiang. (2) Cakupan wilayah kampung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari : a. Dusun Amaliah; b. Dusun Pahlawan; c. Dusun Karya; d. Dusun Niaga; dan e. Dusun Kenari. Pasal 6 (1) Batas wilayah Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) digambarkan dalam peta wilayah yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Qanun ini. (2) Penentuan batas wilayah Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara pasti di lapangan, ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB III URUSAN PEMERINTAHAN KAMPUNG Pasal 7 (1) Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Kampung mencakup : a. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Kampung; b. tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten; dan c. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada Kampung. (2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. (3) Urusan Pemerintahan Kabupaten yang dapat diserahkan pengaturannya kepada Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain : a. Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan; b. Bidang Pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral;

5 - 5 - c. Bidang Kehutanan dan Perkebunan; d. Bidang Perindustrian dan Perdagangan; e. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; f. Bidang Penanaman Modal; g. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi; h. Bidang Kesehatan; i. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan; j. Bidang Sosial; k. Bidang Penataan Ruang; l. Bidang Pemukiman/Perumahan; m. Bidang Pekerjaan Umum; n. Bidang Perhubungan; o. Bidang Lingkungan Hidup; p. Bidang Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik; q. Bidang Otonomi Kampung; r. Bidang Perimbangan Keuangan; s. Bidang Tugas Pembantuan; t. Bidang Pariwisata; u. Bidang Pertanahan; v. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil; w. Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dan Pemerintahan Umum; x. Bidang Perencanaan; y. Bidang Penerangan/Informasi dan Komunikasi; z. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; aa. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; bb. Bidang Pemuda dan Keluarga; cc. Bidang Pemberdayaan Masyarakat; dd. Bidang Statistik; ee. Bidang Arsip dan Perpustakaan; ff. Bidang Pelaksanaan Syari at Islam; gg. Bidang Pengembangan dan Pemeliharaan Adat Istiadat. BAB IV PEMERINTAHAN KAMPUNG Bagian Kesatu Pengangkatan Penjabat Datok Penghulu dan Peresmian Kampung Pasal 8 (1) Untuk pertama kali Bupati mengangkat Penjabat Datok Penghulu sebagai penyelenggara Pemerintahan Kampung dengan masa jabatan paling lama 1 (satu) tahun; (2) Penjabat Datok Penghulu diusulkan oleh Camat kepada Bupati setelah dikonsultasikan dengan Kepala Mukim dan pemuka masyarakat setempat; (3) Peresmian Kampung dan pelantikan penjabat Datok Penghulu dilakukan oleh Bupati paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Qanun ini diundangkan. Pasal 9 (1) Penjabat Datok Penghulu mempunyai tugas dan wewenang : a. Mempersiapkan struktur dan mekanisme penyelenggaraan Pemerintahan Kampung sesuai dengan peraturan perundang-undangan; b. Menyelenggarakan Pemerintahan Kampung; c. Memfasilitasi pembentukan Majelis Duduk Setikar Kampung (MDSK); d. Memfasilitasi pemilihan Datok Penghulu definitif. (2) Penjabat Datok Penghulu tidak diperbolehkan mencalonkan diri sebagai calon Datok Penghulu dalam proses Pemilihan Datok Penghulu.

6 - 6 - Bagian Kedua Majelis Duduk Setikar Kampung Pasal 10 (1) Pengisian keanggotaan Majelis Duduk Setikar Kampung dilakukan secara musyawarah mufakat warga Kampung yang difasilitasi oleh Camat, Kepala Mukim dan Datok Penghulu ; (2) Keanggotaan Majelis Duduk Setikar Kampung dipilih dari warga Kampung yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (3) Jumlah keanggotaan Majelis Duduk Setikar Kampung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) Majelis Duduk Setikar Kampung diresmikan pengangkatannya oleh Bupati; (5) Bupati dapat mendelegasikan peresmian pengangkatan Majelis Duduk Setikar Kampung kepada Camat setempat. Bagian Ketiga Pemerintah Kampung Pasal 11 (1) Untuk memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Kampung dipilih dan disahkan Datok Penghulu definitif, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) tahun sejak terbentuknya Kampung. (2) Sebelum terpilihnya Datok Penghulu definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat Datok Penghulu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dapat diperpanjang sampai terpilihnya Datok Penghulu difinitif atau diangkat orang lain yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Penunjukan Penjabat Datok Penghulu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah yang memiliki kemampuan dan pengalaman jabatan di bidang pemerintahan serta memenuhi persyaratan untuk menduduki jabatan itu. (4) Bupati dan Camat melakukan pembinaan, pengawasan, evaluasi dan fasilitasi terhadap kinerja Penjabat Datok Penghulu dalam melaksanakan tugas pemerintahan, proses pengisian anggota Majelis Duduk Setikar Kampung dan pemilihan Datok Penghulu. Pasal 12 (1) Untuk menyelenggarakan Pemerintahan Kampung dibentuk Perangkat Kampung yang meliputi Sekretariat Kampung, Kepala Dusun serta unsur Perangkat Kampung yang lain dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan keuangan kampung sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Sekretariat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Sekretaris Kampung yang diangkat oleh Bupati dari Unsur Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. (3) Perangkat Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah dibentuk oleh Penjabat Datok Penghulu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal pelantikan. BAB V PERSONEL, ASET DAN DOKUMENTASI Pasal 13 (1) Bupati melalui Camat menginventarisasi, mengatur dan melaksanakan pemindahan personel, penyerahan aset serta dokumentasi Kelurahan yang dihapuskan. (2) Pemindahan personel Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan penghapusan Kelurahan.

7 - 7 - (3) Personel Kelurahan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dipindahkan menjadi Sekretaris Kampung, Pegawai Kecamatan dan Pegawai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten. (4) Pemindahan personel Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 14 (1) Aset dan dokumen Kelurahan yang telah dihapus menjadi aset dan dokumen Kampung. (2) Penyerahan aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 6 (enam) bulan sejak pelantikan Penjabat Datok Penghulu dan ditetapkan Bupati. (3) Aset dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi : a. Barang bergerak dan tidak bergerak milik/dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kelurahan yang berada di wilayah Kampung; dan b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kampung. (4) Utang piutang Kelurahan sebelum penghapusan kelurahan menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten; BAB VI PENDAPATAN, ALOKASI DANA KAMPUNG, HIBAH DAN BANTUAN DANA Pasal 15 (1) Kampung yang dibentuk akibat dari penghapusan Kelurahan berhak mendapatkan alokasi dana Kampung dari Pemerintah Kabupaten sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; (2) Pemerintah Kabupaten wajib memberikan hibah dan bantuan dana kepada Kampung selain dari dana alokasi Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa uang untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Kampung sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten; (3) Hibah dan bantuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan setelah Penjabat Datok Penghulu dilantik; (4) Penjabat Datok Penghulu menyampaikan realisasi penggunaan hibah dan bantuan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bupati melalui Camat; (5) Penjabat Datok Penghulu menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana alokasi Kampung, hibah dan bantuan dana serta penerimaan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Bupati melalui Camat. Pasal 16 Penjabat Datok Penghulu berkewajiban melakukan penatausahaan keuangan Kampung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 17 (1) Untuk mengefektifkan penyelenggaraan Pemerintahan Kampung, Pemerintah Kabupaten melakukan pembinaan dan fasilitasi secara khusus sejak Kampung hasil penghapusan Kelurahan diresmikan.

8 - 8 - (2) Setelah 3 (tiga) tahun sejak diresmikan, pemerintah Kabupaten melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kampung. (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikan acuan kebijakan lebih lanjut oleh Pemerintah Kabupaten sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 18 Bupati melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kampung dari hasil pembentukan akibat penghapusan kelurahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 (1) Sebelum terbentuknya Majelis Duduk Setikar Kampung, penjabat Datok Penghulu menyusun Rancangan Peraturan Datok Penghulu tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Kampung untuk tahun anggaran berikutnya. (2) Rancangan Peraturan Datok Penghulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah disahkan oleh Bupati. (3) Proses pengesahan dan penetapan Peraturan Datok Penghulu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Qanun ini sepanjang mengenai peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 21 Qanun ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tamiang. Ditetapkan di Karang Baru pada tanggal 24 Desember 2008 M 26 Dzulhijjah 1429 H Diundangkan di Karang Baru pada tanggal 24 Desember 2008 M 26 Dzulhijjah 1429 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG, BUPATI ACEH TAMIANG, ABDUL LATIEF SYAIFUL ANWAR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2008 NOMOR 10