PERHITUNGAN KAPASITAS TOTAL DAYA PADA SISTEM LOADING FACILITY OVERLAND CONVEYOR BATU BARA DI SUNGAI PUTTING RANTAU KALIMANTAN SELATAN
|
|
- Suparman Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Presentasi Seminar Tugas Akhir Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS PERHITUNGAN KAPASITAS TOTAL DAYA PADA SISTEM LOADING FACILITY OVERLAND CONVEYOR BATU BARA DI SUNGAI PUTTING RANTAU KALIMANTAN SELATAN Nama : Langgeng Pangestu NRP : Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. 2. Vita Lystianingrum BP, ST, M. Sc. Page 1
2 PENDAHULUAN Page 2
3 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Loading facility overland conveyor merupakan sistem tidak permanen digunakan sebagai media pendistribusian material batu bara. Pendistribusian material batu bara dilakukan dari lokasi stock pile hingga menuju dermaga. Kebutuhan daya sepenuhnya dipikul oleh generator dengan 3 pembangkitan yang terbagi pada 3 lokasi yang berbeda yang sistem kontrolnya motor digerakkan secara interlocking oleh sistem PLC. Page 3
4 PENDAHULUAN PERMASALAHAN Perencanaan Sistem Loading facility overland conveyor berdasarkan desain yang telah ada. Bagaimanakah menentukan pemilihan daya motor dengan mempertimbangkan faktor-faktor mekanis. Menentukan total pemakaian daya generator pada masingmasing pembangkitan saat starting dan saat kondisi normal. Page 4
5 PENDAHULUAN BATASAN MASALAH Sistem conveyor yang digunakan adalah looading facility overland conveyor di sungai putting-kalimantan selatan. Tipe motor yang digunakan adalah tipe out door water proof dengan merk Mareli, Sistem koneksi pada terminal motor terhubung delta dengan tegangan suplai 400 Volt 50 Hz. Tugas akhir ini hanya membahas perkiraan daya total pada generator yang dibutuhkan motor saat starting dan saat beban normal (steady state) tanpa membahas secara detail desain sistem mekanik conveyor. Saat starting motor sistem pengoperasian diasumsikan dalam keadaan berjalan normal, tidak mengalami gangguan operasional. Page 5
6 TUJUAN PENDAHULUAN Mengetahui pemilihan daya motor induksi yang dipakai agar didapat pembebanan yang aman, serta penentuan kapasitas total daya listrik yang dibutuhkan generator untuk menggerakkan belt conveyor. Memaksimalkan pemakaian dari generator pada masingmasing pembangkitan. Page 6
7 TEORI PENUNJANG Page 7
8 TEORI PENUNJANG Bagian bagian utama belt conveyor : Kerangka Merupakan bagian utama dari conveyor yang secara langsung menerima semua beban material batu bara, terdiri dari susunan dari banyak frame dan tiang penyangga (standart deck) yang dirangkai dan disambung sesuai dengan desain., proses penyambungan dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan bolt dan nut ataupun dengan metode pengelasan. Gambar bagian frame yang telah dirangkai Page 8
9 Drive pulley TEORI PENUNJANG Merupakan pulley yang berhubungan langsung dengan motor Induksi penggerak. Pada bagian poros dari drive pulley terhubungkan oleh shaft yang tergandeng dengan poros dari reducer (gear box Gambar. Drive pulley Page 9
10 TEORI PENUNJANG Belt Merupakan sabuk yang terbuat dari rubber dan berputar melingkar sepanjang conveyor hingga melingkar pada drum / pulley dan sepanjang lintasannya belt ditumpu oleh idler. Pada bagian ujung tail pulley kekencangan belt dapat diatur dengan ditambahkan oleh bagian take up gravity. Gambar Lapisan pada belt tipe sintetic polyester. Page 10
11 Tabel 2.1. Ukuran lapisan pada belt [1] TEORI PENUNJANG Jumlah minimum dan maksimum lapisan belt (i) yang dianjurkan (recommended) didasarkan lebar belt (B) adalah : Tabel Ukuran lapisan pada belt B (mm) I Page 11
12 TEORI PENUNJANG Idler roller Berupa sebuah silinder yang dapat berputar pada porosnya yang berfungsi untuk menumpu (supported) belt dan beban material. Idler terutama dipakai pada belt conveyor yang difungsikan untuk memindahkan material bentuk curah. Ditinjau dari letaknya, idler dibedakan mejadi idler atas (carrying idler) yang dipakai untuk menumpu belt dan beban dan idler bawah (return idler) untuk menumpu belt tanpa beban. Page 12
13 TEORI PENUNJANG Take up Adalah sistem yang difungsikan sebagai tarikan awal pada belt saat berputar. Saat belt berputar baik ada beban material maupun tanpa beban tarikan awal mengakibatkan take up menjadi naik dan kemudian level dari belt akan turun secara perlahan-lahan (smooth) sehingga kondisi belt tidak mengalami hentakan yang terlalu kasar,dikarenakan penurunan belt disebabkan oleh impact dari gaya tarik yang ditimbulkan oleh putaran belt saat belt berputar. Page 13
14 TEORI PENUNJANG Gambar take up Page 14
15 TEORI PENUNJANG Motor Induksi Pada prinsipnya motor induksi merupakan alat listrik yang mengkonversi energi dari energi listrik dirubah menjadi energi mekanik/putar untuk menggerakkan drive pulley pada belt. Pada loading facility overland conveyor disini menggunakan motor induksi tipe squirrel cage (sangkar bajing). Page 15
16 Starting Motor TEORI PENUNJANG Pada sistem loading facility overland conveyor disini metode starting motor menggunakan metode current limit ( soft starter ). Kurva karakateristik current limiting ( Soft starter ). Page 16
17 TEORI PENUNJANG Generator AC Reaksi jangkar Reaksi jangkar adalah pengaruh dari fluk jangkar pada fluk medan utama. Dalam sebuah generator, faktor daya beban sangat mempengaruhi reaksi jangkar. Reaktansi sinkron Dipengaruhi oleh : Drop resistansi jangkar I.Ra Drop reaktansi bocor jangkar I.XL Drop reaksi jangkar I.Xa Page 17
18 Hukum Newton III TEORI PENUNJANG Menyatakan bila suatu benda mengerjakan benda lain, maka benda kedua akan melakukan aksi, sebesar gaya yang diterimanya dan arahnya berlawanan. Makin besar F maka makin besar pula gaya gesek statis (fs), sampai akhirnya fs mencapai harga maksimum (fs max), pada waktu benda tepat bergerak. Besar gaya gesekan statis tergantung pada sifat permukaan benda dan bidang yang bersinggungan. Page 18
19 DATA TEKNIS Page 19
20 DATA TEKNIS Sistem Overland Conveyor Tabel. Data dari spesifikasi overland conveyor Spesifikasi Overland 1 Overland 2 Overland 3 Overland 4 Panjang Total 1309,7 meter 1039,4 meter 1309,7 meter 1260,7 meter Panjang Bagian datar 1187,9 meter 6830,1 meter 1174,9 meter 1126,3 meter Panjang Inclane 1 24 meter 24 meter 24 meter 24 meter Panjang Inclane 2 24 meter 24 meter 24 meter 24 meter Panjang Inclane 3 24 meter 24 meter 24 meter 24 meter Panjang Inclane 4 24 meter 24 meter 24 meter 24 meter Panjang Inclane 5 24 meter - 24 meter 24 meter Sudut Inclane 1 1 º 1 º 1 º 1 º Sudut Inclane 2 2 º 2 º 2 º 2 º Page 20
21 DATA TEKNIS Tabel. Data dari spesifikasi overland conveyor Sudut Inclane 3 3 º 3 º 3 º 3 º Sudut Inclane 4 4 º 4 º 4 º 4 º Sudut Inclane 5 5 º 3 º 5 º 5 º Sudut Inclane 6-2 º - - Sudut Inclane 7-1 º - - Sudut α Idler carrying Panjang idler carrying 45 º 45 º 45 º 45 º 420 mm 420 mm 420 mm 420 mm Panjang return idler 1400 mm 1400 mm 1400 mm 1400 mm Jarak antar frame idler 1200 mm 1200 mm 1200 mm 1200 mm Jarak return idler 2400 mm 2400 mm 2400 mm 2400 mm Tebal belt 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm Panjang belt 2619 meter 2080 meter 2619 meter 2511 meter Density material 0,86 Ton/m3 0,86 Ton/m3 0,86 Ton/m3 0,86 Ton/m3 Page 21
22 DATA TEKNIS Tabel. Data penggerak motor overland conveyor Spesifikasi Overland 1 Overland 2 Overland 3 Overland 4 Type Motor B5C355Lb4 B5C355La4 B5C355Lb4 B5C355Lb4 Rated Power 315 KW 250 KW 315 KW 315 KW Rated Voltage 400 Volt 400 Volt 400 Volt 400 Volt Frequency 50 Hz 50 Hz 50 Hz 50 Hz Nominal Current 551 A 441 A 551 A 551 A Rated Speed 1490 rpm 1490 rpm 1490 rpm 1490 rpm IP Insulation Class F F F F Cos Q 0,86 0,86 0,86 0,86 Page 22
23 DATA TEKNIS Sistem Barge Loading Conveyor Tabel. Data spesifikasi barge loading conveyor. Specification Barge loading conveyor Panjang Total 362,8 meter Panjang Bagian datar 239,9 meter Panjang Inclane 1 24 meter Panjang Inclane 2 24 meter Panjang Inclane 3 24 meter Panjang Inclane 4 24 meter Sudut Inclane 1 1 º Sudut Inclane 2 2 º Sudut Inclane 3 3 º Sudut Iclane 4 4 Sudut Iclane 5 5 Sudut α Idler carrying 45 º Panjang idler carrying 420 mm Panjang return idler 1400 mm Jarak antar frame idler 1200 mm Jarak return idler 2400 mm Tebal belt 10 mm Density material 0,86 Ton/m3 Page 23
24 DATA TEKNIK Tabel. Data penggerak motor barge loading conveyor Spesifikasi Type Motor Rated Power Rated Voltage Frequency Nominal Current Rated Speed Barge loading conveyor 315 S4 110 KW 400 Volt 50 Hz 193 A 1480 rpm IP 55 Insulation Class F Cos Q 0,86 Page 24
25 DATA TEKNIK Sistem Radial Stacker Conveyor Tabel. Data spesifikasi radial stacker conveyor Spesifikasi Radial stacker conveyor Panjang Total 52,0 meter Panjang Bagian datar - Panjang Inclane 1 52,0 meter Sudut Inclane 1 15 º Sudut α Idler carrying 45 º Panjang idler carrying 420 mm Panjang return idler 1400 mm Jarak antar frame idler 1200 mm Jarak return idler 2400 mm Tebal belt 10 mm Page 25
26 DATA TEKNIS Tabel. Data penggerak motor radial stacker conveyor Spesifikasi Type Motor Rated Power Rated Voltage Frequency Nominal Current Rated Speed Radial stacker conveyor B4C315S2 90 KW 400 Volt 50 Hz 157 A 1480 rpm IP 55 Insulation Class F Cos Q 0,86 Page 26
27 DATA TEKNIS Sistem On Ground Feeder. Tabel. Data bagian On ground feeder Specification On ground feeder 1 On ground feeder 2 On ground feeder 3 Panjang bagian tanjakan 50 meter 50 meter 50 meter Sudut tanjakan 15 º 15 º 15 º Sudut α Idler carrying 45 º 45 º 45 º Panjang idler carrying 420 mm 420 mm 420 mm Panjang return idler 1400 mm 1400 mm 1400 mm Jarak antar frame idler 1200 mm 1200 mm 1200 mm Jarak return idler 2400 mm 2400 mm 2400 mm Tebal belt 10 mm 10 mm 10 mm Page 27
28 DATA TEKNIS Tabel. Data penggerak motor sebagai berikut Specification Type Motor On Ground Feeder 1 On Ground Feeder 2 On Ground Feeder 3 B4C315S2 B4C315S2 B4C315S2 Rated Power 90 KW 90 KW 90 KW Rated Voltage 400 Volt 400 Volt 400 Volt Frequency 50 Hz 50 Hz 50 Hz Nominal Current 193 A 193 A 193 A Rated Speed 1480 rpm 1480 rpm 1480 rpm IP Insulation Class F F F Cos Q 0,86 0,86 0,86 Page 28
29 DATA TEKNIS Tabel. Data berat Roller No. Deskripsi Berat Beban Perhitungan beban Kg/meter kg/joint 1. Carier Idler kg/m/2 joint Return Idler kg/m/2 joint 11.3 Tabel. Data faktor tahanan bearing Kondisi bergerak Favourable Medium Karakteristik saat bergerak Operation in clean, dry premises in the absence of abrasive dust Operation in heated premises in the presence of a limited amount of abrasive dust, normal air humidity Factor w Flat/datar Factor w Troughing/naik 0,020 0,025 0,035 0,040 Tabel Koefisien gesek terhadap µ dan Tipe pulley dan jenis pulley Faktor gesek terhadap sudut selimut drum pulley Terbuat dari baja, suhu kerja kering, berdebu Page 29
30 DATA TEKNIS Tabel. Data generator Engine Cummins c 550 DSE Seri number Application Prime rated power Tegangan Volt Output 500 KVA In 760 A Frekuensi 50 Hz Putaran 1500 rpm Power factor 0,85 Baterai 24 VDC Page 30
31 PERHITUNGAN MEKANIS Page 31
32 PERHITUNGAN MEKANIS Luasan Bidang Belt Luas bidang permukaan didapatkan dengan jalan mengilustrasikan kondisi material curah dalam keadaan beban penuh, ini bertujuan untuk mendapatkan luas bidang maksimum. Akan tetapi kenyatan yang ada dilapangan kondisi luas bidang permukaan tidak semua maksimum. Page 32
33 a b = PERHITUNGAN MEKANIS kecepatan dari conveyor Rugi-rugi belt Page 33
34 PERHITUNGAN MEKANIS Rugi gesekan akibat roller berbeban ( 3.12 ) Rugi gesekan akibat roller tak berbeban Berat beban per meter Page 34
35 PERHITUNGAN MEKANIS Tahanan gerak (W) dari belt untuk roller berbeban Tahanan gerak (W) dari belt untuk roller tanpa berbeban Tahanan gerak pada belt horizontal. Page 35
36 PERHITUNGAN ( 3.15 ) MEKANIS Tahanan gerak pada belt vertikal Page 36
37 PERHITUNGAN MEKANIS Tarikan efektif total dari belt (Wo) Daya motor conveyor. Page 37
38 ANALISA SIMULASI PROGRAM Page 38
39 ANALISA SIMULASI PROGRAM Tabel. Data daya motor hasil perhitungan No. Bagian Daya motor hasil perhitungan Pemilihan daya motor disesuaikan kataloq motor Faktor keamanan 1. Overland Conveyor 1 218,44 KW 315 KW 1,4 2. Overland Conveyor 2 202,20 KW 250 KW 1,2 3. Overland Conveyor 3 214,02 KW 315 KW 1,4 4. Overland Conveyor 4 205,18 KW 315 KW 1,5 5. Barge Loading Conveyor 83,74 KW 110 KW 1,3 6. Radial Stacker Conveyor 59,67 KW 90 KW 1,5 7. On Ground Feeder 1 57,10 KW 90 KW 1,5 8. On Ground Feeder 2 57,10 KW 90 KW 1,5 9. On Ground Feeder 3 57,10 KW 90 KW 1,5 Page 39
40 ANALISA SIMULASI PROGRAM Pemodelan Single line diagram pembangkitan Page 40
41 ANALISA SIMULASI PROGRAM Data beban pembangkit an III Sistem Motor Beban lampu Daya Overland 4 1 unit 315 KW Barge loading conveyor Radial conveyor 1 unit 110 KW 1 unit 90 KW Penerangan Oveland conveyor 4 Penerangan Barge loading conveyor Watt Watt 21,6 KW 4,8 KW Penerangan Radial conveyor Watt 2,4 KW Penerangan area dermaga Penerangan power house Watt 8 unit 40 Watt 12 KW 0,32 KW Page 41
42 ANALISA SIMULASI PROGRAM Motor current Radial conv. BLC Overland 4 Gen 1 Gen 2 Gen 3 Generator/Grid Current I ( % of FLA ) I ( % of FLA ) Time ( Sec ) Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan III Time ( Sec ) Gambar. Hasil keluaran arus generator pada pembangkitan III Gen 1 Gen 2 Gen 3 Generator/Grid Reactif Power Output Gen 1 Gen 2 Gen 3 Generator/Grid Reactif Power Output M V A R M W Time ( Sec ) Gambar. Hasil keluaran daya reaktif generator (MVAR) pada pembangkitan III Time ( Sec ) Gambar. Hasil keluaran daya reaktif generator (MW) pada pembangkitan III Page 42
43 ANALISA SIMULASI PROGRAM Radial conv. BLC Overland 4 Bus Voltage Gen 1 Gen 2 Gen 3 Generator/Grid Reactif Power Output Vbus ( % of Bus Nominal kv ) PF ( % ) Time ( Sec ) Gambar. Hasil keluaran tegangan pada bus pada pembangkitan III Time ( Sec ) Gambar. Hasil keluaran Power faktor generator pada pembangkitan III Tabel hasil dari simulasi program arus starting motor. Pembangkitan III Motor Arus Saat starting Kondisi Normal Radial stacker Conveyor Barge loading Conveyor Overland conveyor 4 567,9 A 165,3 A 688,0 A 279,3 A 2010,6 A 561,8 A Page 43
44 ANALISA SIMULASI PROGRAM Pemodelan Single line diagram pembangkitan II Page 44
45 ANALISA SIMULASI PROGRAM Data beban pembangkitan II Sistem Motor Beban lampu Daya Overland 2 Overland 3 1 unit 1 unit 250 KW 315 KW Penerangan Oveland conveyor 2 Penerangan Oveland conveyor Watt Watt 21.6 KW 21.6 KW Penerangan house power 8 unit 40 Watt 0,32 KW Page 45
46 ANALISA SIMULASI PROGRAM Overland 3 Overland 2 Motor current Generator/Grid current Gen 1 Gen 2 Gen 3 I ( % of FLA ) I ( % of FLA ) Time ( Sec ) Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan II Generator/Grid Reactive Power Output Gen 1 Gen 2 Gen 3 Time ( Sec ) Hasil keluaran arus tiap generator pada pembangkitan II Generator/Grid Real Power Output Gen 1 Gen 2 Gen 3 M V A R M W Time ( Sec ) Hasil keluaran daya reaktif generator (MVAR) pada pembangkitan II Time ( Sec ) Hasil keluaran daya aktif generator (MW) pada pembangkitan II Page 46
47 ANALISA SIMULASI PROGRAM Overland 3 Overland 2 Bus voltage Generator/Grid Power Factor Gen 1 Gen 2 Gen 3 Vbus ( % of Bus Nominal kv ) PF (%) Time ( Sec ) Hasil keluaran tegangan bus pada pembangkitan II Time ( Sec ) Hasil keluaran power faktor generator pada pembangkitan II Tabel hasil analisa dari simulasi program arus starting motor. Pembangkitan II Motor Arus Saat starting Kondisi Normal Overland conveyor 3 Overland conveyor ,6 A 572,0 A A 453,5 A Page 47
48 ANALISA SIMULASI PROGRAM Pemodelan Single line diagram pembangkitan I Page 48
49 ANALISA SIMULASI PROGRAM Data beban pembangkitan I Sistem Motor Beban lampu Daya On ground feeder 1 1 unit 90 KW On ground feeder 2 1 unit 90 KW On ground feeder 3 1 unit 90 KW Overland 1 1 unit 315 KW Penerangan conveyor overland conveyor Watt 21.6 KW Penerangan house power 8 unit 40 Watt 0,32 KW Page 49
50 ANALISA SIMULASI PROGRAM Motor current Overland 1 OGF 1 Gen 1 Gen 2 Gen 3 Generator/Grid current I ( % of FLA ) I ( % of FLA ) Time ( Sec ) Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan II Time ( Sec ) Hasil keluaran arus tiap generator pada pembangkitan I Gen 1 Gen 2 Gen 3 Generator/Grid Reactif Power Output Generator/Grid Real Power Output Gen 1 Gen 2 Gen 3 MVAR M W Time ( Sec ) Hasil keluaran daya generator (MVAR) pada pembangkitan I Time ( Sec ) Hasil keluaran daya generator (MW) pada pembangkitan I Page 50
51 ANALISA SIMULASI PROGRAM Overland 1 OGF1 Bus voltage Generator/Grid Power Factor Gen 1 Gen 2 Gen 3 Vbus ( % of Bus Nominal kv ) PF ( % ) Time ( Sec ) Hasil keluaran tegangan bus pada pembangkitan I Time ( Sec ) Hasil keluaran power faktor generator pada pembangkitan I Tabel hasil dari simulasi program arus starting motor. Pembangkitan I Motor Arus Saat starting Kondisi Normal Overland conveyor 1 On ground feeder ,0 A 553,6 A 628,5 A 160,4 A Page 51
52 ANALISA SIMULASI PROGRAM Pemakaian daya generator saat kondisi starting motor pada masing-masing pembangkitan. Motor Pembangkitan III Generator I Generator II Generator III P Q P Q P Q MW MVAR MW MVAR MW Radial stacker Conveyor Barge loading Conveyor Overland conveyor MVA R Pemakaian daya generator saat normal hasil perhitungan pada pembangkitan III Generator I P Q S Cos Q ( MW) ( MVAR) ( MVA) lagging Page 52
53 ANALISA SIMULASI PROGRAM Pemakaian daya generator saat kondisi starting motor pada masing-masing pembangkitan. Motor Overland conveyor 3 Overland conveyor 2 Pembangkitan II Generator I Generator II Generator III P Q P Q P Q MW MVAR MW MVAR MW MVAR Pemakaian daya generator saat normal hasil perhitungan (beban penuh) pembangkitan II Generator I P Q S Cos Q ( MW) ( MVAR) ( MVA) lagging Generator II P Q S Cos Q ( MW) ( MVAR) ( MVA) lagging Page 53
54 ANALISA SIMULASI PROGRAM Pemakaian daya generator saat kondisi starting motor pada masing-masing pembangkitan. Motor Pembangkitan I Generator I Generator II Generator III P Q P Q P Q MW MVAR MW MVAR MW MVAR Overland conveyor On ground feeder ` ` `0.169 Pemakaian daya generator saat normal hasil perhitungan pada pembangkitan I Generator I P Q S Cos Q ( MW) ( MVAR) ( MVA) lagging Page 54
55 KESIMPULAN Page 55
56 KESIMPULAN KESIMPULAN Pemilihan daya motor untuk penggerak conveyor didasarkan pada pendekatan-pendekatan perhitungan mekanis dari desain yang ada, kemudian dari hasil perhitungan ditentukan daya motor yang dipilih berdasarkan kataloq motor yang dipakai dengan mempertimbangkan faktor keamanan pada motor terhadap beban yang dipikul. Dari hasil analisa simulasi Etap ditunjukkan bahwa arus saat starting motor mengalami kenaikkan yang sangat tinggi, ini disebabkan karena nilai reaktansi XrLr (reaktansi locked rotor) memiliki harga yang lebih rendah, dibandingkan nilai XrFl (reaktansi Full load) dan nilai RrLr (resistansi locked rotor) yang lebih tinggi dibandingkan nilai RrFl (resistansi Full load). Dari hasil analisa simulasi Etap pengaruh slip pada motor sangat mempengaruhi terhadap nilai arus dan nilai Torsi gerak pada motor. Saat starting untuk motor Overland conveyor diperlukan 3 genset untuk mensuplai kebutuhan daya saat starting, akan tetapi saat kondisi beban sudah normal hanya 1 genset yang dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan operasional untuk pembangkitan III dan pembangkitan I, sedangkan untuk pembangkitan II dibutuhkan 2 unit generator dalam pengopersiannya. Hasil load flow mempresentasikan kondisi beban normal hasil dari perhitungan, akan tetapi dalam pengoperasiaanya beban batu bara yang dipikul oleh motor tidak selamanya dalam kondisi penuh di dalam belt dikarenakan bergantung pada kinerja dari alat berat yang beroperasi di area stock pile. Page 56
57 SARAN SARAN Diperlukan penambahan UPS pada sistem kontrol guna menjaga kinerja program PLC agar tidak terjadi Blanking program akibat drop tegangan sesaat pada waktu starting motor. Penambahan capasitor bank sangat diperlukan untuk menaikan cos Q saat starting motor overland conveyor. Page 57
58 TERIMA KASIH Page 58
59 Gambaran kondisi di lapangan Overland Page 59
60 KESIMPULAN Gambaran sebenarnya di lapangan Page 60
PERHITUNGAN KAPASITAS TOTAL DAYA PADA SISTEM LOADING FACILITY OVERLAND CONVEYOR BATU BARA DI SUNGAI PUTING RANTAU KALIMANTAN SELATAN Langgeng Pangestu
PERHITUNGAN KAPASITAS TOTAL DAYA PADA SISTEM LOADING FACILITY OVERLAND CONVEYOR BATU BARA DI SUNGAI PUTING RANTAU KALIMANTAN SELATAN Langgeng Pangestu Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB III ANALISA PERHITUNGAN
BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan
Presentasi Seminar Tugas Akhir Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan Nama : Syahrul Hidayat NRP : 2209100161 Pembimbing :
Lebih terperinciSKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM
SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Noor
Lebih terperinciANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK
ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.
Lebih terperinciTeknik Tenaga Listrik(FTG2J2)
Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1
Lebih terperinciPenurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik
Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Muhammad Qahhar 2209 100 104 Dosen Pembimbing: Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Seperti kita ketahui bahwa dalam instalasi suatu motor listrik harus mempunyai pengetahuan dasar yang baik mengenai cara instalasi itu sendiri. Hal Ini akan sangat
Lebih terperinciTeknik Tenaga Listrik(FTG2J2)
Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Bagian 9: Motor Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Outline Pendahuluan Konstruksi Kondisi Starting Rangkaian Ekivalen dan Diagram Fasor Rangkaian
Lebih terperinciPerancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR
BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section
Lebih terperinciPEMODELAN STATIS DAN DINAMIS PADA MOTOR STARTING UNTUK ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.
Presentasi Seminar Tugas Akhir (Genap 2011) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS PEMODELAN STATIS DAN DINAMIS PADA MOTOR STARTING UNTUK ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING
BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi 4.1.1. Umum Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi merupakan pembangkit listrik tenaga air dengan tipe
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 Pengolahan Data Berdasarkan data yang sudah terkumpul seperti yang terangkum di atas, maka dilakukan perhitungan pengolahan data untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian
Lebih terperinciSTUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS
STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Indonesia sebagai negara berkembang dimana pembangunan di setiap wilayah di indonesia yang semakin berkembang yang semakin berkekembang pesat-nya bangunanbangunan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ULANG BELT CONVEYOR B-W600-6M DENGAN KAPASITAS 9 TON / JAM
37 BAB III PERANCANGAN ULANG BELT CONVEYOR B-W600-6M DENGAN KAPASITAS 9 TON / JAM 3.1. Penjelasan dan Perencanaan Produk PT.CCCM Merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang conveyor system dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah
BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi
5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Sistem Kelistrikan Bag Filter Fan Bag filter merupakan salah satu fasilitas yang digunakan untuk menyedot debu yang dihasilkan saat proses produksi. Pada bag filter terdapat
Lebih terperinciBAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :
BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam
Lebih terperinciBAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA
BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan
Lebih terperinciStudi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2
Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC
B19 Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC Firdaus Ariansyah, Ardyono Priyadi, dan Margo Pujiantara
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM
SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama : Nuryanto
Lebih terperinciNama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.
Nama : Ririn Harwati NRP : 2206 100 117 Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. Presentasi Sidang Tugas Akhir (Genap 2010) Teknik Sistem Tenaga Jurusan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam
Lebih terperinciAnalisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw
Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw Nama : Frandy Istiadi NRP : 2209 106 089 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara,
Lebih terperinciMESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )
MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin
Lebih terperinciDasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa
Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk
Lebih terperinciMODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi
MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tugas akhir berada di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Gambar
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Pulley adalah suatu alat mekanis yang digunakan sebagai pendukung pergerakan belt atau sabuk lingkar untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi menghantarkan
Lebih terperinciKONDISI TRANSIENT 61
KONDISI TRANSIENT 61 NAMEPLATE GENERATOR GENERATOR SET SALES MODEL RATING 1000 KVA 800 KW 0.8 COSΦ 50 HZ CONTINUOUS XXX PRIME STANDBY STANDBY GENERATOR DATA 3 PHASE 12 WIRE XXX WYE DELTA CONNECTION XXX
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Generator sinkron merupakan alat listrik yang berfungsi mengkonversikan energi mekanis berupa putaran menjadi energi listrik. Energi mekanis berupa putaran tersebut
Lebih terperinciMesin Arus Bolak Balik
Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id ACARA PERKULIAHAN DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø
BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengujian dan analisa dari sistem starting star delta, autotrafo dan reaktor pada motor induksi 3 fasa 2500 KW sebagai penggerak
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
A. TUJUAN Setelah praktik, saya dapat : 1. Membuat rangkaian sistem tenaga listrik menggunakan software Power Station ETAP 4.0 dengan data data yang lengkap. 2. Mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi
Lebih terperinciDampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar
Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang
Lebih terperinciTransformator (trafo)
Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka
Lebih terperinciGENERATOR SINKRON Gambar 1
GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan selama 2 bulan mulai tanggal 1 November 2016 sampai tanggal 30 Desember
Lebih terperinciTUGAS PERTANYAAN SOAL
Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.
Lebih terperinciBAB III. Transformator
BAB III Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsipprinsip
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa
ANALISA PERBANDINGAN METODE IMPEDANSI SINKRON, AMPER LILIT DAN SEGITIGA POTIER DALAM MENENTUKAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR SINKRON DENGAN PEMBEBANAN RESISTIF, INDUKTIF DAN KAPASITIF Hanri Adi Martua Hasibuan,
Lebih terperinciBAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang
BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi
Lebih terperinciPERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta
PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH Wahyudi Budi Pramono 1*, Warindi 2, Achmad Hidayat 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciBAB III PERENCAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Perencanaan Proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan Menggambar
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
(ME 091329) Presentasi Skripsi Bidang Studi : Marine Electrical And Automation System JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 ANALISA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA CONVEYOR BELT SYSTEM PADA PROJECT PENGEMBANGAN PRASARANA PERTAMBANGAN BATUBARA TAHAP 1 PT. SUPRABARI MAPANINDO MINERAL
LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA CONVEYOR BELT SYSTEM PADA PROJECT PENGEMBANGAN PRASARANA PERTAMBANGAN BATUBARA TAHAP 1 PT. SUPRABARI MAPANINDO MINERAL Diajukan Guna Memenuhi Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik
BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.
Lebih terperinciRANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA
Yogyakarta, 0 Nopember 2007 RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Sofian Yahya, Toto Tohir Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri
Lebih terperinciUNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k
UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER
PERANCANGAN SISTEM KONVEYOR KAPASITAS 1500 TPH DAN ANALISA KEKUATAN PIN PADA RANTAI RECLAIM FEEDER TUGAS AKHIR Oleh DWI JAMES 04 05 22 017 X DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN MATERI
BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesinyang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat
Lebih terperinciMODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)
MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)
ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi
Lebih terperinciANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM
Sugeng A Karim, Analisis Generator dan Motor Sinkron Sebagai Pembangkit Daya Reaktif Sistem ANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf (2) SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM (Drs. Sugeng A. Karim,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang
7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga
Lebih terperinciBAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang
BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus
Lebih terperinciBAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya
Lebih terperinciRANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL
1 SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN RANCANG BANGUN GENERATOR ELEKTRIK PADA SPEED BUMP PENGHASIL ENERGI LISTRIK DENGAN SISTEM PEGAS TORSIONAL Dosen Pembimbing: Dr.Eng.Harus Laksana Guntur, ST., M.Eng
Lebih terperinciPEMILIHAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK MULA RUMAH CRANE PADA FLOATING DOCK DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD GRESIK
LAPORAN FIELD PROJECT PEMILIHAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK MULA RUMAH CRANE PADA FLOATING DOCK DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD GRESIK POTOT SUGIARTO NRP. 6308030007 DOSEN PEMBIMBING IR. EKO JULIANTO,
Lebih terperinciSYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010
SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN
Lebih terperinciBAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR
BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pada umumnya industri memerlukan motor sebagai penggerak, adapun motor yang sering digunakan adalah motor induksi,karena konstruksinya yang sederhana, kuat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA
BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Bendungan Gambar 3.1 Ilustrasi PLTMH cinta mekar (sumber,ibeka, 2007) PLTMH Cinta Mekar memanfaatkan aliran air irigasi dari sungai Ciasem yang berhulu di Gunung
Lebih terperinciSpeed Bumb sebagai Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan dan Terbarukan
Speed Bumb sebagai Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan dan Terbarukan Hasyim Asy ari 1, Aris Budiman 2, Agus Munadi 3 1,2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail
Lebih terperinciI. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi
I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo
Lebih terperinciSTUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA
Presentasi Sidang Tugas Akhir (Gasal 2013/2014) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN
Lebih terperinciBAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV
BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV 3.1 UNIT BISNIS CNOOC SES Ltd China National Offshore Oil Company South East Sumatra
Lebih terperinciPRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik
Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik. Telah diketahui bahwa saat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang melanda dunia khususnya di Indonesia, telah membuat berbagai pihak mencari solusi dan melakukan penelitian untuk mencari sumber energi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk
BAB IV ANALISA DATA 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) ETAP merupakan program analisa grafik transient kelistrikan yang dapat dijalankan dengan menggunakan program Microsoft Windows 2000,
Lebih terperinciKOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR
KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR Nanda Dicky Wijayanto 2210 105 071 Dosen Pembimbing Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, Ph.D.
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR
BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR
BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran yang mempunyai
Lebih terperinciBAB II GENERATOR SINKRON
BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,
Lebih terperinciBAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II
MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNTAG 2016 PERCOBAAN I PENGENALAN ETAP I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari fungsi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:
BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik
OPTIMALISASI PENGGUNAAN KAPASITOR BANK PADA JARINGAN 20 KV DENGAN SIMULASI ETAP (Studi Kasus Pada Feeder Srikandi di PLN Rayon Pangkalan Balai, Wilayah Sumatera Selatan) David Tampubolon, Masykur Sjani
Lebih terperinciRifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.
Rifgy Said Bamatraf 2207100182 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng. Latar Belakang Masalah Batasan Masalah Sistem Kelistrikan PLTU dan PLTG Unit Pembangkit
Lebih terperinciGenerator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Generator arus bolak-balik 1 fasa b. Generator arus bolak-balik 3 fasa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangkit Listrik 2 Pembangkit Listrik adalah bagian dari alat Industri yang dipakai untuk memproduksi dan membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga. Bagian
Lebih terperinciANALISA PEMBAGIAN BEBAN GENERATOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK DIESEL (PLTD) TITI KUNING
ANALISA PEMBAGIAN BEBAN GENERATOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK DIESEL (PLTD) TITI KUNING TUGAS AKHIR Ditulis Untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN
BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,
Lebih terperinciStrategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory
1 Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory Surya Adi Purwanto, Hadi Suyono, dan Rini Nur Hasanah Abstrak PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory adalah perusahaan
Lebih terperinci