ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)"

Transkripsi

1 ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor) SKRIPSI ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI. Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan RITA NURMALINA - SURYANA). Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan konsumsi protein harian Indonesia dalam bentuk kacang kedelai pun ikut meningkat. Tingkat konsumsi kedelai nasional meningkat dari ton pada tahun 2006, menjadi ton pada tahun Namun disisi ketersediaannya produksi kacang kedelai di Indonesia pada tahun 2006 hanya mencapai ton, belum dapat mencukupi tingkat konsumsi kedelai nasional pada tahun yang sama. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan nasional, Indonesia mengimpor sebagian besar persediaan kacang kedelai. Pada tahun 2006 volume impor kacang kedelai Indonesia sendiri mencapai 3 juta ton lebih dengan nilai US$, berdasarkan itu terlihat bahwa Indonesia mengalami ketergantungan pasokan kedelai impor cukup banyak. Akibatnya saat harga kacang kedelai meningkat dari Rp per kilogram menjadi Rp per kilogram pada tahun 2007, banyak pengrajin tahu dan tempe yang mengalami kerugian dan menghentikan usahanya. Sebagai bagian dari agroindustri dalam bentuk industri kecil dan rumah tangga atau yang umum dikenal Usaha Kecil Menengah (UKM), pengrajin tahu dan tempe secara langsung memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Peranan UKM dalam perekonomian antara lain dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain. Pada sisi lain harga jual dari tahu dan tempe itu sendiri sulit untuk naik, yang membuat para pengrajin tahu dan tempe kesulitan dalam menentukan harga jual dari produk mereka. Permasalahan yang timbul akibat kenaikan harga kedelai ini tidak hanya mempengaruhi pengrajin tahu dan tempe nasional, tapi juga pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor. Berdasarkan wawancara dengan pengurus PRIMKOPTI Kota Bogor, diketahui saat harga kedelai naik pada tahun 2007 PRIMKOPTI tidak dapat menyediakan pasokan kacang kedelai bagi para pengrajin. Bahkan saat itu jumlah anggota pengrajin tahu dan tempe terjadi penurunan, dari 177 pengrajin menjadi 156 pengrajin. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis keragaan usaha tahu dan tempe, (2) menjelaskan langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan usaha tahun dan tempe, (3) menganalisis profitabilitas usaha tahu dan tempe, dan (4) menganalisis nilai tambah usaha tahu dan tempe. Penelitian ini merupakan studi kasus, dengan mengambil dua lokasi usaha yang berbeda sesuai dengan produk yang dihasilkan. Untuk produk tahu mengambil usaha yang berlokasi di Jalan Arzimar II RT 02/VIII, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Tegal Gundil, sedangkan untuk produk tempe mengambil usaha yang berlokasi di Komplek Perumahan Bumi Menteng Asri, Kampung Pabuaran RT 02/02, Kecamatan Cilendek Timur. Waktu penelitian dilakukan 2

3 mulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan April Penelitian ini menggunakan Break Event Point untuk menentukan besarnya profitabilitas yang dihasilkan dan metode Hayami untuk menganalisis nilai tambah pengolahan kedelai pada masing-masing usaha. Usaha tahu yang menjadi objek studi dalam penelitian adalah usaha milik Bapak Mumu, yang mengawali karir pada usaha tahu sebagai kuli di tempat usaha orang lain pada tahun Setelah itu beliau pun mencoba berdagang untuk mempelajari masalah pemasaran, akhirnya pada tahun 1997 beliau memulai untuk membuka usaha tahu sendiri. Terdapat 12 peralatan yang digunakan untuk proses produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, baksemen, ember, serok, kain, bak air dan biang. Adapun total biaya secara keseluruhan untuk peralatan produksi pada usaha tahu adalah sebesar Rp Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tahu antara lain; kacang kedelai, garam, kunyit, dan asam cuka; dimana dalam satu hari usaha yang bersangkutan mengolah kedelai rata-rata sebanyak 300 kilogram, dan garam kurang lebih sebanyak 30 kilogram. Usaha tempe yang menjadi objek dalam penelitian adalah usaha milik Bapak Sularno, yang mengawali usahanya pada tahun 1979 di daerah Malabar. Pada tahun 1981 beliau menjadi anggota PRIMKOPTI, kemudian tahun 1983 Bapak Sularno berpindah tempat tinggal dan memulai usahanya sendiri dengan nama usaha Unit Fermentasi KOPTI Kota Bogor. Terdapat tujuh peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada usaha tempe, antara lain mesin giling, jembung plastik dengan ukuran 50 kilogram dan 700 liter, drum besi sepanjang 70 cm, papan anyaman, bambu, tusukan, dan geblekan. Adapun total biaya peralatan produksi secara keseluruhan pada usaha tempe adalah sebesar Rp Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe antara lain kacang kedelai dan ragi, dimana setiap hari usaha tempe mengolah kacang kedelai ratarata sebanyak 400 kilogram dengan ragi yang digunakan kurang lebih dua kilogram. Hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu usaha tahu dan tempe di Kota Bogor, diketahui terdapat beberapa langkah penyesuaian yang dilakukan kedua usaha. Langkah penyesuaian tersebut antara lain penetapan harga jual yang berbeda untuk beberapa konsumen, penggunaan bahan bakar alternatif, dan menghasilkan bahan baku penunjang dan peralatan produksi sendiri. Hasil perhitungan profitabilitas menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas usaha yang lebih tinggi adalah usaha tahu sebesar 38 persen, sedang usaha tempe sebesar 28 persen. Perhitungan analisis nilai tambah juga menunjukkan bahwa usaha yang memiliki nilai tambah lebih besar adalah usaha tahu dengan nilai sebesar Rp 6.881, sedang untuk menjadi tempe sebesar Rp Berdasarkan itu maka perlu dilakukan penghematan biaya pada usaha tempe, agar struktur biayanya lebih efisien dan mendapatkan keuntungan lebih besar. Salah satunya dengan menghemat biaya perawatan, menggunakan peralatan produksi yang lebih tahan lama dan menjaga kebersihan peralatan. Khusus untuk usaha tempe biaya pengemasannya dapat dihemat, dengan menggunakan kemasan daun pisang untuk seluruh produknya. 3

4 ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor) ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

5 Judul Skripsi Nama : Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor) : Andini Tribuana Tunggadewi NRP : H Disetujui, Pembimbing Dr.Ir. Rita Nurmalina - Suryana, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manjemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : 5

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2009 Andini Tribuana Tunggadewi H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 27 April 1986 di Bandung, adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Dr. Ir. H. Dodi Supriadi, MSc. dan Hj. Euis Salnesih. Tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengadilan 3 Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 8 Bogor yang diselesaikan pada tahun Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Kesatuan Bogor pada tahun 2003, dilanjutkan dengan mengambil pendidikan Program Studi D3 Analisis Lingkungan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Petanian Bogor yang diselesaikan pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang S1 di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalus seleksi pada tahun

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar tingkat kemampuan usaha tahu dan tempe selaku usaha rumah tangga dalam menghasilkan laba atau profit serta menganalisis nilai tambah antara kedua usaha tersebut. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini dehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Juli 2009 Andini Tribuana Tunggadewi 8

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Orangtua, keluarga, dan Okwan Himpuni atas doa, semangat, serta masukan yang diberikan pada penulis selama masa penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS selaku dosen pembimbing atas waktu, arahan, dan kesabarannya pada penulis dalam penyusunan skripsi. 3. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen evaluator pada seminar proposal dan dosen penguji pada ujian sidang, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik pada penulis. 4. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen komdik pada ujian sidang, yang telah memberikan saran dan kritik pada penulis. 5. M. Pintor Nasution, selaku pembahas pada seminar atas saran dan kritik yang diberikan pada penulis. 6. Pihak PRIMKOPTI dan Deperindag Kotamadya Bogor, atas waktu dan informasi yang diberikan untuk kelancaran serta penulisan skripsi. 7. Bapak Mumu dan keluarga, atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan pada penulis. 8. Bapak Sularno dan Mas Roin, atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan pada penulis. 9. Pihak-pihak yang bekerja pada usaha tahu dan tempe, atas waktu dan informasi yang diberikan guna kelengkapan penyusunan skripsi ini. 10. Sahabat dan teman-teman X-AGB angkatan 1, atas semangat, saran, dan masukan yang diberikan pada penulis selama masa penyusunan skripsi. 11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam penulisan skripsi. Bogor, Juli

10 Andini Tribuana Tunggadewi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Kedelai sebagai Bahan Baku Latar Belakang Usaha Tahu dan Tempe Sejarah Tahu Sejarah Tempe Karakteristik Tenaga Kerja Saluran Pemasaran Penelitian Terdahulu Penelitian Mengenai Profitabilitas Penelitian Mengenai Analisis Nilai Tambah III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Biaya Penetapan Harga Jual Analisis Titik Impas dan Profitabilitas Analisis Nilai Tambah Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Analisis Biaya Produksi Analisis Titik Impas Profitabilitas Usaha Analisis Nilai Tambah

11 V GAMBARAN UMUM USAHA Keragaan Usaha Usaha Tahu Peralatan Produksi Tahu Produksi Tahu Usaha Tempe Peralatan Produksi Tempe Produksi Tempe Langkah Penyesuaian Usaha Terhadap Kenaikan Harga Kedelai VI VII ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE Analisis Biaya Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Usaha Volume Penjualan dan Harga Jual Usaha Tahu Usaha Tempe Analisis Profitabilitas Usaha Tahu Usaha Tempe Analisis Nilai Tambah Usaha Tahu Usaha Tempe PERBANDINGAN HASIL ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE Analisis Profitabilitas Analisis Nilai Tambah VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan Konsumsi Kacang Kedelai Indonesia untuk Rumah Tangga Tahun 2005 sampai dengan Produksi Kacang Kedelai Indonesia Tahun Impor Kedelai per Negara Asal Tahun Perkembangan Jumal Pelaku Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun Kebutuhan Kedelai Anggota dan Non Anggota Pengrajin 21 Tahu Tempe Kota Bogor Tahun Rincian Singkat Penelitian Terdahulu Kebutuhan Kedelai Usaha Tahu di Kecamatan Tegal Gundil Tahun Kebutuhan Kedelai Usaha Tempe di Kecamatan Cilendek Timur Tahun Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami Inventarisasi Peralatan Produksi Tahu Usaha Bapak Mumu Kebutuhan Bahan Baku Produksi Tahu per Hari Inventarisasi Peralatan Produksi Tempe Usaha Bapak Sularno Biaya Investasi Usaha Tahu Biaya Peralatan Usaha Tahu Biaya Non Produksi Usaha Tahu per Tahun Biaya Peralatan Usaha Tempe Biaya Non Produksi Usaha Tempe per Tahun Biaya Bahan Baku Usaha Tahu Biaya Bahan Baku Usaha Tempe Total Biaya Usaha Tahu per Tahun Total Biaya Usaha Tempe per Tahun Penjualan Usaha Tahu Penjualan Usaha Tempe 81 12

13 25. Perhitungan Bobot Tempe dalam Kilogram Perbandingan Titik Impas dengan Kondisi Aktual Usaha Tahu Perbandingan Titik Impas dengan Kondisi Aktual Usaha Tempe Analisis Nilai Tambah Usaha Tahu Analisis Nilai Tambah Usaha Tempe Perbandingan Hasil Analisis Profitabilitas Perbandingan Hasil Analisis Nilai Tambah

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar (UB) terhadap PDB Nasional Tahun Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan Nilai Tambah dan Marjin Hasil Pengolahan Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Proses Produksi Tahu Proses Produksi Tempe Tahu Putih Tahu Kuning Peralatan Produksi Mesin Giling Usaha Tahu Peralatan Produksi Tungku Semen Usaha Tahu Peralatan Produksi Bak Semen 1 Usaha Tahu Peralatan Produksi Bak Semen 2 Usaha Tahu Bubur Kedelai yang Telah Menjadi Adonan Tahu Proses Pencetakan Tahu Tempat Usaha Tempe Tempat Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe Peralatan Produksi Mesin Giling Usaha Tempe Rak Tempat Proses Fermentasi Proses Perebusan Kedelai Tempat Proses Produksi Tempe Tempat Pembungkusan Tempe Salah Satu Bentuk Tempe yang Akan Dikembangkan

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Perhitungan Beberapa Faktor dalam Tabel Perhitungan Beberapa Faktor dalam Tabel Dokumentasi Tempat Usaha

16 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persediaan kacang kedelai di Indonesia sebanyak 50 persen dikonsumsi dalam bentuk tempe, 40 persen dalam bentuk tahu, dan sisanya 10 persen dikonsumsi dalam bentuk produk lain 1. Tahu dan tempe merupakan salah satu jenis makanan olahan kacang kedelai yang dapat menambah asupan protein bagi tubuh. Komposisi kandungan gizi makanan olahan kacang kedelai dalam bentuk tahu dan tempe dapat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan KOMPONEN KADAR (%) Protein Lemak Karbohidrat Air 7 Sumber : Esti dan Sediadi (2000) Tabel 1 memperlihatkan dalam 100 gram tahu atau tempe, mengandung kadar protein sebesar 35 persen sampai dengan 45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa produk olahan kacang kedelai yaitu tahu dan tempe, memiliki kandungan protein tinggi yang sangat dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu upaya meningkatkan asupan protein untuk tubuh, dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan konsumsi pada produk olahan kacang kedelai berupa tahu dan tempe. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan konsumsi protein harian Indonesia dalam bentuk kacang kedelai pun ikut meningkat seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Konsumsi Kacang Kedelai Indonesia untuk Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Volume (juta ton) Persentase (%) , ,88-0,53 1 Wikipedia. Kedelai. id.wikipedia.org// 16

17 2007 2,01 6,91 Laju Pertumbuhan Rata-rata (% per tahun) 0,70 Sumber : BPS (2008) Pada Tabel 2 menunjukkan tingkat konsumsi kedelai di Indonesia cenderung fluktuaktif. Ini terlihat dari penurunan konsumsi kedelai pada tahun 2005 sebesar ton menjadi ton pada tahun 2006, yang kemudian pada tahun 2007 terjadi peningkatan konsumsi menjadi ton. Jika dilihat dari sisi ketersediaannya, produksi kacang kedelai di Indonesia hanya dapat memenuhi sebagian kebutuhan kacang kedelai nasional (Tabel 3). Tabel 3. Produksi Kacang Kedelai Indonesia Tahun Tahun Luas Area Produktivitas (Ha) (Qu/Ha) Produksi (ton) , , , , , Sumber : // Pada Tabel 3 dapat dilihat produksi kedelai nasional dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jumlah produksi kacang kedelai nasional pada tahun 2007 yang sebesar ton, belum dapat mencukupi tingkat konsumsi kedelai nasional pada tahun yang sama. Oleh karena itu Indonesia mengimpor sebagian besar persediaan kacang kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional, dimana volume impor ini secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2006 Negara Volume (kg) Nilai (US$) United States Argentina India Brazil Malaysia Lainnya TOTAL Sumber : 17

18 Tabel 4 menunjukkan bahwa volume impor kacang kedelai Indonesia pada tahun 2006 mencapai 3 juta ton lebih dengan nilai US$, dimana negara pengimpor terbesarnya adalah Amerika Serikat. Berdasarkan data tersebut, terlihat Indonesia mengalami ketergantungan pasokan kacang kedelai impor yang cukup banyak. Akibatnya saat harga kacang kedelai meningkat dari Rp per kilogram menjadi Rp per kilogram pada tahun 2007, banyak pengrajin tahu dan tempe yang mengalami kerugian dan menghentikan usahanya 2. Sebagai bagian dari agroindustri dalam bentuk industri kecil dan rumah tangga atau yang umum dikenal Usaha Kecil Menengah (UKM), pengrajin tahu dan tempe secara langsung memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Peranan UKM dalam perekonomian antara lain dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain (Soekartawi,2000). Banyaknya usaha dan tenaga kerja yang terserap oleh industri kecil dan kerajinan rumah tangga ini dapat dialihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun No. Skala Usaha Jumlah Pelaku Usaha (usaha) (%) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Usaha Mikro , ,13 2. Usaha Kecil , ,87 3. Usaha Menengah , ,01 Usaha Kecil dan Menengah , ,46 4. Usaha Besar , ,07 JUMLAH , ,48 (%) Tabel 5 menunjukkan UKM merupakan usaha terbesar yang ada di Indonesia, dengan jumlah usaha sebanyak usaha pada tahun 2006 yang meningkat pada tahun 2007 menjadi usaha. Tenaga kerja yang terserap pada UKM juga merupakan yang terbesar, dengan jumlah sebanyak orang pada tahun 2006 yang meningkat menjadi orang 2 Kompas Cyber Media. Bogor : Pengrajin Tempe Tahu Berharap Kedelai Stabil. http//: Senin, 14 Januari DEPKOP. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun http//: Senin, 13 Juli

19 pada tahun Besarnya jumlah UKM di Indonesia membuat usaha tersebut memiliki kontribusi cukup besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yang dengan jelas dapat terlihat pada Gambar % Persentase 80% 60% 40% 20% 0% 43,94% 43,91% 16,76% 16,84% 39,30% 39,25% UK UM UB Tahun Gambar 1. Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar (UB) Terhadap PDB Nasional Tahun Pada Gambar 1 terlihat bahwa kontribusi UKM terhadap PDB nasional merupakan yang terbesar, dengan total persentase sebesar 56,06 persen pada tahun 2006, yang meningkat pada tahun 2007 menjadi 56,09 persen. Berdasarkan hal tersebut maka jelas UKM memang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, termasuk didalamnya adalah usaha tahu dan tempe Perumusan Masalah Terkait dengan kenaikan harga kedelai beberapa waktu lalu, pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan subsidi untuk kacang kedelai sebesar Rp untuk pembelian tiap kilogram kedelai selama kurang lebih empat bulan 5. Ini dilakukan guna meningkatkan semangat para pengrajin tahu dan tempe untuk tetap berproduksi dan tidak lama setelah kebijakan tersebut dikeluarkan harga kedelai turun menjadi Rp per kilogram. Pada sisi lain harga jual dari tahu dan tempe itu sendiri sulit untuk naik, yang membuat para pengrajin tahu dan tempe kesulitan dalam menentukan harga jual dari produk mereka. Hal ini terjadi karena kebanyakan konsumen menganggap tahu dan tempe merupakan produk murah, padahal bahan baku tahu dan tempe sebagian besar 4 DEPKOP. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun http//: Senin, 13 Juli KCM. Pengrajin Tahu Tempe Segera Disubsidi. http//: Selasa, 15 Juli

20 diperoleh secara impor 6. Harga jual untuk tahu dan tempe yang kini beredar di pasaran, tidak berbeda jauh dengan harga jual pada saat sebelum adanya kenaikan harga kedelai. Saat ini tahu berada dalam kisaran harga Rp 200 sampai dengan Rp 400 per potong, sedangkan untuk tempe berada dalam kisaran harga Rp sampai dengan Rp per potong. Permasalahan yang timbul akibat kenaikan harga kedelai ini tidak hanya mempengaruhi pengrajin tahu dan tempe nasional, tapi juga pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor, diketahui saat harga kedelai naik pada tahun 2007 PRIMKOPTI tidak dapat menyediakan pasokan kacang kedelai bagi para pengrajin. Bahkan saat itu terjadi penurunan jumlah anggota pengrajin tahu dan tempe, dari 177 pengrajin menjadi 156 pengrajin. Banyaknya jumlah pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor baik yang merupakan anggota maupun non anggota PRIMKOPTI saat ini dapat dilihat pada Tabel 6. 6 KCM. Pengrajin Tahu Tempe Segera Disubsidi. http//: Selasa, 15 Juli

21 Tabel 6. Kebutuhan Kedelai Anggota dan Non Anggota Pengrajin Tahu Tempe Kota Bogor Tahun 2008 Wilayah Jenis Produksi Kebutuhan Kedelai Kecamatan Tempe Tahu Tauco (Kg/Bulan) Tegallega I Tegallega II Tegallega III Bantarjati I Bantarjati II Bantarjati III Tegal Gundil I Ciluar Kebonpedes I Kebonpedes II Cimanggu Cilendek Timur Cilendek Barat Lawanggintung Bondongan Empang Pasir Kuda Gugahsari Jumlah Anggota Non Anggota TOTAL Sumber : PRIMKOPTI (2008) Tabel 6 menunjukkan PRIMKOPTI pada Tahun 2008 memiliki anggota sebanyak 155 yang terdiri dari pengrajin tahu sebanyak 43 orang, tempe sebanyak 109 orang, dan tauco sebanyak 3 orang. Menurut wilayah kecamatan terlihat kebutuhan kedelai terbesar untuk pengrajin tahu berada pada wilayah Kecamatan Tegalgundil I sebesar kilogram per bulan, sedangkan untuk pengrajin tempe berada pada wilayah Cilendek Timur sebesar kilogram per bulan. Berdasarkan keterangan tersebut maka penelitian ini pun dilakukan pada kedua wilayah kecamatan tersebut, dengan mengambil salah satu usaha sebagai objek studi kasus pada masing-masing wilayah. Usaha tahu yang menjadi objek studi dalam penelitian ini mengambil usaha milik Bapak Mumu yang berada di Kecamatan Tegalgundil, sedangkan untuk usaha tempe mengambil usaha milik Bapak Sularno yang berada di Kecamatan Cilendek Timur. Masing-masing pengrajin tahu dan tempe yang 21

22 menjadi objek studi tersebut menyatakan, bahwa mereka menetapkan harga jual tahu dan tempe berdasarkan keinginan konsumen tanpa mengetahui kondisi usaha mereka sebenarnya untung, rugi, atau impas. Padahal harga jual yang ditetapkan seharusnya dapat menutupi semua ongkos produksi, bahkan lebih dari itu yaitu untuk mendapatkan laba (Swastha dan Sukotjo, 1998). Terkait dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi pada dua tahun lalu, data produksi dan penjualan pada kedua usaha yang menjadi objek penelitian secara pasti tidak dapat ditampilkan karena tidak adanya pencatatan yang detail. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara kedua pengrajin tersebut yang merupakan anggota PRIMKOPTI menyatakan, usaha mereka sedikit terganggu dengan adanya kenaikan harga kedelai secara tiba-tiba pada beberapa waktu lalu. Berdasarkan uraian tersebut maka terlihat beberapa pokok permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini, antara lain : 1. Langkah-langkah penyesuaian apa yang dilakukan pengrajin untuk mempertahankan usaha? 2. Berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin tahu dan tempe, dengan mengambil studi kasus pada pengrajin tahu di Kelurahan Tegal Gundil dan pengrajin tempe di Kelurahan Cilendek Timur? 3. Berapa nilai tambah kacang kedelai untuk tahu dan tempe? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis keragaan usaha tahu dan tempe. 2. Menjelaskan langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan usaha tahun dan tempe. 3. Menganalisis profitabilitas usaha tahu dan tempe. 4. Menganalisis nilai tambah usaha tahu dan tempe. 22

23 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi : 1. Peneliti sebagai wadah pengaplikasian materi-materi yang didapat selama masa perkuliahan. 2. Pihak pengrajin tahu dan tempe sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menjalankan usahanya. 3. Khalayak umum juga pemerintah guna menambah informasi mengenai kondisi industri tahu dan tempe saat ini. 4. Civitas akademika, untuk menambah pengetahuan ataupun dijadikan sebagai bahan perbandingan serta acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 23

24 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kedelai sebagai Bahan Baku Kedelai telah dibudidayakan di Cina sejak 1000 tahun sebelum Masehi dan Negara tersebut merupakan asal tanaman kedelai. Suku Jawa merupakan penduduk yang paling awal mengadopsi tanaman kedelai kedalam usaha taninya, karena adanya hubungan perdagangan antara pedagang Cina dengan masyarakat di Jawa. Dalam tahun 1918 tercatat, luas areal panen kedelai di Indonesia mencapai Ha. Pada awal pengembangannya di Indonesia pusat pertumbuhan kedelai pertama kali didapati di Jawa Tengah yang kemudian menyebar ke Jawa Timur dan bagian Jawa lainnya. Dari Jawa kemudian kedelai menyebar ke pulau-pulau lainnya di Indonesia. Dalam mencapai tingkat produksi yang optimal, pengembangan kedelai harus disesuaikan dengan kriteria kesesuaian biofisik lingkungan, sistem usahatani, dan kondisi sosial ekonomi petani. Terdapat kriteria kesesuaian lahan dalam mengembangkan kedelai, antara lain lahannya tergolong lahan yang sangat sesuai dengan suhu 23 o C sampai dengan 28 o C, curah hujan sekitar 2500 mm per tahun, ph 6,0 sampai dengan 6,9, hara NPK cukup, dan salinitas 2,5 mmhcs per cm. Selain faktor fisik tersebut, tingkat produksi yang optimal juga ditentukan oleh hubungan timbal balik antara tanaman kedelai dengan organisme pengganggu tumbuhan (hama) yang perkembangannya ditentukan oleh faktor fisik lingkungan dan manajemen petani. Selain faktor teknis, faktor sosial ekonomi seperti tujuan petani, kelembagaan, pemasaran, dan harga juga turut menentukan tingkat produktivitas yang tercapai. Kebutuhan akan kedelai dan produk-produk olahannya semakin meningkat dan belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, yang mengakibatkan impor kedelai pun meningkat. Produk olahan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, dan minyak kedelai tidak hanya diminati oleh penduduk menengah kebawah Jawa, akan tetapi sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat luar Jawa. Dengan 24

25 demikian maka kedelai tidak hanya penting sebagai sumber protein, tapi juga penting sebagai bahan baku industri Latar belakang Usaha Tahu dan Tempe Sejarah Tahu Tahu merupakan makanan yang sangat menyehatkan dan mengandung zatzat yang dibutuhkan untuk memperbaiki gizi masyarakat, karena terbuat dari kacang kedelai yang kaya akan kandungan protein. Kata tahu berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Cina tao hu, teu hu, atau tokwa, dimana kata tao atau teu memiliki arti kacang, kacang kedelai putih yang digunakan dalam pembuatan tahu disebut wong teu, dan hu atau kwa memiliki arti rusak, lumat, hancur menjadi bubur. Oleh karena itu jika kedua kata tersebut digabungkan akan menjadi tahu, yang bermakna makanan yang terbuat dari kedelai yang dilumatkan atau dihancurkan menjadi bubur. Dalam pembuatan tahu, terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan agar tahu yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Adapun hal penting tersebut antara lain kebersihan lingkungan kerja, menjaga kualitas tahu, serta memilih peralatan yang cocok dan tepat. Selain itu dari proses produksi tahu ini terdapat hasil sampingan berupa limbah yang dapat menjadi produk turunan dari tahu. Hasil sampingan dari tahu ini salah satunya adalah kulit kedelai dan ampas tahu untuk campuran makanan ternak. Selain itu juga terdapat kembang tahu, yaitu sisa sari pati kedelai yang direbus yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk masakan Sejarah Tempe Berbeda dengan tahu yang berasal dari cina, tempe merupakan makanan tradisional Indonesia dan sudah menjadi industri rakyat. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai, namun demikian makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Pada salah satu catatan sejarah yang 7 Manwan, Ibrahim dan Sumarno dalam Beddu Amang dkk Ekonomi Kedelai. 8 Kastyanto, FL. Widie Membuat Tahu. 25

26 tersedia menunjukkan bahwa ada kemungkinan pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam. Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno, dimana pada waktu itu terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu pada tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda menyatakan, bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam Paksa di Jawa. Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda pada tahun 1895, dimana Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda akhirnya tempe menjadi populer di Eropa sejak tahun Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Tempe memiliki kegunaan untuk melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lainlain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung 26

27 perut) 9. Tempe itu sendiri dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bahan baku berupa kacang kedelai. Proses peragian pada tempe disebabkan oleh semacam kapang atau jamur, yang memberikan semacam lapuk berwarna putih yang semakin lama akan menjadi hitam. Kapang pada tempe dalam bahasa ilmiah disebut juga Rhizopus oryzae, yang pada keadaan normal hanya terdiri dari Rhizopus oligosporus. Adanya proses peragian ini membuat kedelai pada tempe memiliki rasa yang lebih enak serta lebih mudah dicerna, daripada kedelai yang dimakan tanpa proses fermentasi terlebih dahulu. Selain itu dengan adanya proses fermentasi, membuat bau langu pada kedelai hilang sehingga cita rasa dan bau aromanya pun lebih sedap. Proses fermentasi pada tempe ini membuat protein dalam kedelai terurai menjadi komponen-komponen asam amino, yang membuat penyerapan zat-zat makanan dalam tubuh lebih lancar. Adapun Tempe yang baik adalah tempe yang bentuknya keras dan kering, serta didalamnya tidak mengandung kotoran dan campuran bahan-bahan lain. Tempe itu sendiri memiliki daya tahan paling lama dua hari, karena lebih dari itu jamur tempe pun akan mati. Selanjutnya akan tumbuh jamur atau bakteri-bakteri lain yang dapat merombak protein, sehingga tempe pun menjadi busuk Karakteristik Tenaga Kerja Tahu dan tempe merupakan salah satu bagian dari industri kecil yang dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, karena umumnya industri kecil tidak membutuhkan tingkat pendidikan tinggi. Oleh karena itu cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Disatu sisi sifat industri kecil yang sederhana ini memberikan dampak positif bagi tenaga kerja tidak terdidik untuk masuk ke sektor industri. Dalam proses produksi dan teknologi yang digunakan industri kecil bersifat padat karya, karena potensi bahan baku yang dimiliki dari suatu wilayah dan kemampuan teknologinya masih turun-menurun. Penggunaan teknologi dan proses produksi yang sederhana juga ditunjukkan pada industri tahu dan tempe, 9 WIKIPEDIA. Sejarah Tempe. http//:id.wikipedia.com//. Minggu, 1 Juli Sarwono, B Membuat Tempe dan Oncom. 27

28 dimana dalam proses pengolahan kedelai menjadi tahu atau tempe bisa diselesaikan oleh 1-2 orang. Adapun tenaga kerja yang digunakan umumnya berasal dari dalam keluarga, sedangkan yang menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga hanyalah beberapa pengrajin saja Saluran Pemasaran Pemasaran untuk menyalurkan tahu dan tempe dari produsen ke konsumen pada industri kecil masih merupakan masalah, karena kurangnya informasi pasar terkait dengan pola permintaan konsumen. Selain itu kemampuan dalam strategi pemasaran pada industri rumah tangga ini masih kurang, karena umumnya pengusaha tahu dan tempe industri kecil kurang atau tidak mengetahui produk yang sedang gencar di pasaran. Bahkan terkadang pengusaha tidak mampu menghasilkan produk dengan mutu yang sesuai dengan tuntutan pasar, selera konsumen, dan kurang mampu memproduksi dalam jumlah yang besar dalam waktu cepat sehingga permintaan pasar tidak dapat dipenuhi. Terdapat dua cara umum penyaluran hasil produksi tahu dan tempe dari produsen ke konsumen yaitu dengan menjual langsung kepasar, dimana pengrajin tempe langsung menjual produknya dengan konsumen; dan melalui pedagang perantara. Sebagian besar pengrajin tahu dan tempe memasarkan hasil produksinya dengan langsung menjual ke pasar, yang secara tidak langsung akan membutuhkan biaya pemasaran untuk sampai di lokasi pemasaran. Oleh karena itu nilai suatu produk dapat ditetapkan dengan menghitung jumlah total dari biaya produksi dan biaya pemasaran untuk satu satuan produk yang diproduksinya Penelitian Terdahulu Penelitian Mengenai Profitabilitas Damayanti (2004) meneliti tentang penetapan harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing, terkait dengan titik impas dan profitabilitas perusahaan teh. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perhitungan harga pokok menggunakan metode Full Costing menurunkan harga pokok produksi yang 11 UNIKA. Industri Tahu dan Tempe : Tenaga Kerja dan Teknologi. http//: Kamis, 18 Desember

29 dihitung oleh perusahaan sebesar 5 sampai 15 persen, dari Rp 5.780,41 menjadi Rp 5.757,19 diikuti penurunan biaya produksi dari Rp menjadi Rp Titik impasnya pun juga terpengaruh menjadi lebih kecil dari kilogram menjadi sebesar kilogram secara unit, sedang secara rupiah berubah dari Rp menjadi Rp Ini juga diikuti dengan perubahan kemampuan perusahaan menghasilkan profit dari 9,53 persen menjadi 27,86 persen. Selain itu penelitian lain tentang profitabilitas juga pernah dilakukan oleh Pratiwi (2003), yang meneliti tentang nilai tambah menggunakan metode Hayami dan profitabilitas menggunakan titik impas serta Marginal of Safety (MOS) dan Marginal Income Ratio (MIR) pada agroindustri kripik tempe Perusahaan Ardani Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan produksi kripik tempe pada perusahaan bersangkutan memiliki nilai tambah yang terus meningkat dari tahun 1998 sampai dengan 2002, dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2000 yaitu 35,78 persen. Analisis titik impas pada Perusahaan Ardani memperlihatkan keadaan yang fluktuaktif, dengan nilai terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 7,11 persen sedang pada tahun 2001 terjadi kenaikan sebesar 5,74 persen dan 2,02 persen pada tahun Penelitian Mengenai Analisis Nilai Tambah Puspitasari (2007) meneliti tentang keragaan usaha industri tahu skala kecil dan rumah tangga dengan mengambil studi kasus industri tahu skala kecil dan rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan. Penelititan ini menggunakan analisis biaya dan analisis nilai tambah metode Hayami, untuk melihat keragaan objek studinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri tahu, khususnya pengrajin tahu skala rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan mengalami penurunan pendapatan. Ini terlihat dari penurunan sebesar 6,87 persen pada penerimaan pengrajin dari tahun 2005 sampai dengan 2006, yang juga sekaligus menurunkan keuntungan yang diperoleh sebesar 1,55 persen. Pada pengrajin tahu skala kecil tidak terjadi penurunan kinerja, dimana dari tahun 2005 sampai dengan 2006 terdapat peningkatan pendapatan sebesar 7,77 persen dan keuntungan sebesar 29

30 41,75 persen. Dari analisis biaya, selama tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi kenaikan biaya tetap pada pengrajin tahu skala rumah tangga dan skala kecil sebesar 17,04 persen dan 10,49 persen per papan untuk tahu putih, serta 24,71 persen dan 11,33 persen untuk tahu goreng. Pada pengrajin tahu skala rumah tangga, nilai tambah dari tahu putih pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing sebesar Rp 1.555,54 dan Rp 2.041,08, sedangkan untuk tahu goreng sebesar Rp 1.584,22 dan Rp 2.179,55. Sedangkan untuk pengrajin tahu skala kecil nilai tambah dari tahu putih pada tahun 2005 dan 2006 masing-masing sebesar Rp 1.987,02 dan Rp 2.74,26, serta Rp 2.136,35 dan Rp 3.130,05 untuk tahu goreng. Selain itu jika dilihat dari besarnya balas jasa yang diterima pengrajin terdapat penurunan sebesar 8,56 persen dan 8,61 persen dalam memproduksi tahu putih dan tahu goreng, sedangkan balas jasa yang diterima oleh tenaga kerjanya mengalami peningkatan sebesar 41,71 persen dan 34,05 persen. Sinaga (2008) melakukan penelitian tentang nilai tambah dan dampak kebijakan pemerintah terhadap industri tempe di Kabupaten Bogor menggunakan metode Hayami dan analisis Policy Analysis Matrix. Hasil penelitian menunjukkan nilai faktor konversi industri tempe sebesar 1,6 dimana tiap satu kilogram kedelai yang diolah menghasilkan 1,6 kilogram tempe, dengan nilai tambah yaitu Rp 2.198,91 per kilogram input kedelai dan rasio nilai tambah sebesar 21,14 persen. Tenaga kerja memiliki nilai koefisien sebesar 0,02 yang menandakan bahwa untuk memproduksi satu kilogram kedelai menjadi tempe membutuhkan 0,02 HOK (Hari Orang Kerja). Berdasarkan analisis kebijakan pemerintah pada sisi output, industri tempe di daerah penelitian memiliki Transper Output (TO) dan Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) sebesar Rp ,14 dan 0,8699 (NPCO < 1). Pada sisi input memiliki Transfer Input (TI) sebesar Rp 180,25 dan Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) sebesar 1,0765 dengan nilai transfer faktor sebesar Rp 261,91. Analisis Kebijakan input-output didekati menggunakan indikator Transfer Bersih (TB), Koefisien Efektif Bersih (EPC), Koefisien Keuntungan (PC), dan Rasio Subsidi Produsen (SRP), dengan nilai masing-masing sebesar 0,8192; Rp ,30; 0,5247; dan -0,

31 Furqanti (2003) melakukan penelitian analisis nilai tambah terhadap pengolahan buah jeruk nipis. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengolahan tiap satu kilogram buah jeruk nipis pada tahun 2000 mendapatkan nilai tambah sebesar Rp 3.609,87 atau 29,82 persen dari nilai output dan pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp 4.433,78 atau 33,54 persen dari nilai output. Sedangkan bagian untuk imbalan tenaga kerja pada tahun 2000 sebesar 22,51 persen atau senilai Rp 812,46 dan pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp 1.072,51 atau 24,19 persen dari nilai tambah yang diperoleh. Asnawi (2003) meneliti tentang nilai tambah ubi kayu menjadi tepung tapioka, menyatakan untuk mengolah satu kilogram ubikayu membutuhkan tenaga kerja per HOK sebesar Rp Nilai tepung tapioka yang dihasilkan dari setiap kilogram ubikayu sebesar Rp 218,50 sedangkan nilai tambah pengolahan ubikayu menjadi tepung tapioka adalah Rp 57,91 per kilogram. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yaitu 30,07 persen, yang menunjukkan setiap Rp 100 produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 30,07. Keuntungan yang didapat dari tepung tapioka adalah Rp 57,91 per kilogram bahan baku, sedang bagian keuntungan dari nilai tambah sebesar 88,13 persen. Ini jauh lebih baik dibanding bagian keuntungan untuk tenaga kerja sebesar 11,87 persen, yang menandakan keuntungan Rp 57,91 per kilogram bahan baku ubikayu hanya dinikmati pemilik dan pengelola Ittara sedangkan petani belum mendapatkan bagian. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian terdahulu terletak pada objek penelitian dan alat analisisnya. Walaupun terdapat kesamaan alat analisis, namun objek yang dijadikan bahan kajian pada penelitian terdahulu adalah agroindustri kripik tempe. Sedang penelitian yang dilakukan mengambil objek kajian pada salah satu usaha tahu dan tempe yang ada di Kota Bogor. Rincian singkat mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat secara mudah pada Tabel 7 berikut. 31

32 Tabel 7. Rincian Singkat Penelitian Terdahulu Nama Penulis Dessy Furqanti Robet Asnawi Elok Pratiwi Aprilia Ritma Damayanti Tiya Puspitasari Merika Sondang Sinaga Tahun Judul Alat Analisis Analisis Nilai Tambah dan Kemampulabaan Usaha Pengolahan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia swingel) Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Ubikayu dan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung Analisis Nilai tambah dan Profitabilitas Agroindustri Kripik Tempe Analisis Perubahan Penetapan Harga Pokok Produksi Teh Dalam Kaitannya dengan Titik Impas dan Profitabilitas Perusahaan Keragaan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga Analisis Nilai Tambah dan Daya Saing serta Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Tempe di Kabupaten Bogor Metode Hayami Fungsi Produksi Cobb- Douglass, Metode Hayami Titik Impas, MIR, MOS, Metode Hayami Metode Full Costing, Titik Impas Analisis Biaya, Metode Hayami Metode Hayami, Policy Analysis Matrix Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhada penelitianpenelitian terdahulu, terlihat bahwa suatu usaha apa pun itu memiliki profitabilitas yang berbeda-bedar. Perbedaan profitabilitas antar usaha ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti skala dan struktur biaya usaha yang bersangkutan. Semakin tinggi total biaya suatu usaha, semakin kecil kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Begitu pula dengan nilai tambah suatu usaha, ditentukan oleh beberapa faktor, seperti jenis usaha dan skala usaha. Semakin besar skala produksi suatu usaha, maka semakin besar nilai tambah dari usaha yang bersangkutan. 32

33 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Biaya Menurut Mulyadi (1999), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu dan tidak dapat dihindarkan. Tiap usaha yang bertujuan mencari laba maupun yang tidak bertujuan mencari laba, mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi dari pada nilai masukannya. Dengan laba atau sisa hasil usaha tersebut, usaha bersangkutan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan tetap mampu mempertahankan eksistensinya di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan informasi biaya, untuk mengukur kegiatan usaha menghasilkan laba atau tidak. Tanpa informasi biaya, pihak pengelola tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya. Selain itu tanpa informasi biaya, pengelola juga tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lainnya. Dalam hubungannya dengan pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan non produksi (Mulyadi, 1999). Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu biaya tetap, variable, dan semi variabel (Mulyadi, 1999). a. Biaya Tetap 33

34 Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam perubahan volume kegiatan tertentu, dimana biaya tetap per satuan berubah. Biaya tetap atau biaya kapasitas adalah biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajemen. Jika biaya tetap mempunyai proporsi lebih tinggi dibanding biaya variabel, maka kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi jangka pendek akan berkurang. Contoh biaya tetap antara lain; gaji, pajak, pemeliharaan dan perbaikan bangunan, sewa, dan masih banyak lagi. b. Biaya Variabel Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, dimana biaya variabel per unit konstan. Contoh dari biaya variabel yaitu perlengkapan, peralatan kecil, biaya komunikasi, biaya pengiriman, biaya pengangkutan, dan masih banyak lagi. c. Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Contoh biaya semi variabel adalah biaya listrik, telepon, air, bensin, dan masih banyak lagi Penetapan Harga Jual Umumnya harga jual produk dan jasa standar ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran di pasar, sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual. Berdasarkan itu maka dalam keadaan normal, setiap pengusaha harus memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual di pasar dapat menutupi biaya penuh untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba wajar. Akan tetapi permintaan 34

35 konsumen, selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing itu sulit untuk diramalkan, sehingga akan ada ketidakpastian dalam penentuan harga jual (Mulyadi, 2001). Menurut Mulyadi (2001), satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relative tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual adalah biaya. Melalui biaya dapat terlihat batas bawah suatu harga jual harus ditentukan, dimana akan terjadi kerugian jika harga jual berada dibawah biaya penuh produk atau jasa. Kerugian ini dalam jangka waktu tertentu dapat mengganggu pertumbuhan perusahaan dan dapat mengakibatkan perusahaan akan berhenti, dengan demikian dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual memerlukan informasi biaya produk atau jasa. Harga menurut Swastha (1998) adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Berdasarkan pernyataan sebelumnya maka selain penetapan harga pokok produksi, penetapan harga jual juga menjadi hal penting untuk memperoleh laba. Terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan dalam melakukan penetapan harga jual, antara lain pendekatan biaya dan pendekatan pasar (Swastha, 1998). 1. Penetapan Harga Jual dengan Pendekatan Biaya a. Cost Plus Pricing Method Dalam metode ini harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit, ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut atau disebut juga marjin. b. Mark Up Pricing Method Penetapan harga jual dengan metode ini hampir sama dengan penetapan harga cost plus (biaya plus), dimana pedagang yang membeli barang dagangan menentukan harga jual setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark up atau kelebihan yang merupakan laba. c. Break Even Pricing 35

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM :

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE. Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PEMBUATAN TEMPE Disusunoleh: Nama: Yulia Nur Isnaini Kelas : S1 TI 2I NIM : 10 11 4210 1 INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE 1). Pengertian Tempe Tempe adalah makanan yang dibuat dari

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR (Kasus : Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup) Oleh: MERIKA SONDANG SINAGA A14304029 PROGRAM

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat karena pemerintah memiliki kewajiban terhadap kesejahteraan

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

KERANGKA PENDEKATAN TERORI. dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine II. KERANGKA PENDEKATAN TERORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kedelai Kedelai merupakan tanaman palawija yang telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut ahli botani, kedelai (Glycine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN

ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi yang secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Lewat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang rhizopus ( ragi tempe ). Selain itu terdapat pula makanan serupa tempe yang

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS Wiji Santoso, Pujiati Utami, dan Dumasari Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Sumedang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang tepat berada di tengah-tengah provinsi yang menghubungkan kota dan Kabupaten

Lebih terperinci

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?

Bab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai? Bab 5 Aspek Teknis No 1. 5.1. Perencanaan Produk Berdasarkan data kuisioner yang terdapat pada bab 4, maka untuk menentukan perencanaan produk didapat data dari hasil penyebaran kuisioner sebagai berikut:

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN

SOCIETA III - 2 : , Desember 2014 ISSN ANALISIS TITIK IMPAS DAN NILAI TAMBAH KEDELAI DALAM USAHA PEMBUATAN TEMPE DI KELURAHAN TALANG JAWA KELURAHAN TALANG JAWA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Rosnaliza Testiana r.testiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS, produksi Produksi kedelai (ton) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan salah satu makanan tradisional di Indonesia yang terbuat dari kedelai yang melalui proses fermentasi. Berdasarkan data dari BPS,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta Oleh : Tri Rahayu Setyowati H0305040 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI

DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI DAMPAK KENAIKAN HARGA KEDELAI TERHADAP TIGA USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHU KOTA BOGOR INDRIYANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat

BAB I PENDAHULUAN. kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya pemakaian terhadap susu formula memang menjadikan kegelisahan oleh beberapa pihak. Iklan-iklan susu yang sedemikian marak sangat berpengaruh terhadap konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009 Uraian Jumlah (Rp) Total Ekspor (Xt) 1,211,049,484,895,820.00 Total Impor (Mt) 1,006,479,967,445,610.00 Penerimaan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA 5.1. Sejarah Perkembangan Kedelai Indonesia Sejarah masuknya kacang kedelai ke Indonesia tidak diketahui dengan pasti namun kemungkinan besar dibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai di Indonesia dilakukan dalam

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PEDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan yang sangat popular di Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu dengan menggunakan jamur Rhizopus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tetapi kontradiktif dalam sistem usaha tani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koya adalah bubuk atau serbuk gurih yang digunakan sebagai taburan pelengkap makanan (Handayani dan Marwanti, 2011). Bubuk koya ini pada umumnya sering ditambahkan pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Sesuai dengan amanat garis Garis Besar Haluan Negara (GBHN) bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan) Oleh RAHMAD MUSTOFA A 14105589 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia adalah Kurang Energi Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya

Lebih terperinci

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R USAHA TELUR ASIN NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M (0610963043) R. YISKA DEVIARANI S (0610963045) SHANTY MESURINGTYAS (0610963059) WIDIA NUR D (0610963067) YOLANDA KUMALASARI (0610963071) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Fanky Soehyono 1), Dini Rochdiani 2), Muhamad Nurdin Yusuf 3) 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA 11.02.8080 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi 1 I. PENDAHULUAN A Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia memiliki salah satu tanaman perkebunan yang mampu bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi di dunia, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Dalam kegiatan produksi dibutuhkan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG 1 PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG Agus Gusmiran 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi mirand17@yahoo.com Eri Cahrial, Ir.,

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TEMPE MENDOAN BERBAGAI RASA DISUSUN OLEH : NAMA : REENATO GILANG NIM : 11.11.5583 KELAS : 11-S1 TI-14 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012/2013 ABSTRAK Pada saat ini,sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Metode Pengelompokan Biaya, Perhitungan Biaya Produk Gabungan dan Pengakuan Pendapatan Sampingan Menurut Perusahaan X 1. Jenis-jenis produk menurut jenis biaya

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci