Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau"

Transkripsi

1 Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau Tembang, Kidung dan Kakawin dari Geria Pidada Klungkung, Geria Budha Kaliungu, Banjar Abian Timbul, Geria Tampakgangsul dan Penarukan, Singaraja Edward Herbst 2014 STMIK STIKOM BALI

2 Daftar Isi iii Daftar Foto 1 Pendahuluan 7 Linimasa Rekaman Bali Dunia Seorang Pujangga di Klungkung pada Abad ke Pandangan-Pandangan Tentang Nyanyian Bali 18 Notasi pada Kertas dan Daun Lontar 21 Tembang: Sebuah Pengantar Singkat 31 Sekilas Tentang Kehidupan Ida Bagus Oka Kerebuak 34 CD Trek #1: Pangkur (Tejaning Smara) 37 CD Trek #2: Sinom Salya 39 CD Trek #3: Semarandana (Asmaragama: Twan Sumeru) 44 CD Trek #4: Dangdang Gula 48 CD Trek #5: Mas Kumambang 51 CD Trek #6: Pangkur 55 Sekilas Kehidupan Ida Boda 57 CD Trek #7: Dangdang Gula I (Duh Ratnayu-Smara Pralaya) 61 CD Trek #8: Dangdang Gula II (Duh Ratnayu-Smara Pralaya) 65 CD Trek #9: Adri I (Raos Ngempelin) 66 CD Trek #10: Adri II 69 Sekilas Kehidupan Ni Dayu Made Rai 71 CD Trek #11: Dangdang 71 CD Trek #12: Semarandana Tuan Déwi 72 CD Trek #13: Pucung I: Istri Ayu 74 CD Trek #14: Pucung II: Istri Ayu 77 Sekilas Kehidupan Ida Bagus Ngurah 78 CD Trek #15: Kidung Lulungid 80 CD Trek #16: Kidung Demung Gulaganti 82 Sekilas Kehidupan Ni Lemon 83 CD Trek #17: Wargasari I 84 CD Trek #18: Wargasari II 87 Pandangan-Pandangan Tentang Kakawin 94 Sekilas Kehidupan Ida Made Tianyar dan Ida Bagus Wayan Buruan 94 CD Trek #19: Kakawin Bharatayuddha 97 CD Trek #20: Kakawin Ramayana 99 CD Trek #21: Kakawin Boma (Bomantaka) 102 CD Trek #22: Kakawin Smaradahana 110 Keterangan Tentang Film Tanpa Suara dalam DVD 112 Pangkur Sasak 113 Penghargaan dan Ucapan Terima Kasih 118 Daftar Pustaka dan Bacaan Lanjutan ii

3 Daftar Foto 1 Piringan Hitam Beka 78 rpm berlabel Bahasa Melayu dan aksara Bali 28 Ida Bagus Oka Kerebuak 29 Ida Bagus Oka Kerebuak dengan kemenakan perempuannya 30 Topeng Patih Gajah Mada buah karya Ida Bagus Oka Kerebuak 47 Pragina Topéng dari Klungkung di Istana Mangkunegaran, Surakarta, Jawa 53 Ida Boda mengajar légong bersama gamelan palégongan dari Kelandis 54 Ida Boda mementaskan tokoh panasar dengan Jangér Kedaton 62 Ida Dewa Agung Gde Rai 63 Ida Dewa Agung Gde Jambe 67 Ni Dayu Made Rai 68 I Dewa Ketut Mantra alias Bagus Mantra 76 Ida Bagus Ngurah alias Ida Pedanda Gde Ngurah 93 Ida Made Tianyar alias Ida Pedanda Gde Made Manuaba 108 Ida Pedanda Made Sidemen 109 Lembar belakang foto Ida Pedanda Made Sidemen 117 Tim Peneliti Bali 1928 dengan ahli gandrung I Made Sarin iii

4 Pendahuluan Rekaman-rekaman bersejarah ini dibuat pada tahun 1928 (dan kemungkinan juga pada tahun 1929) sebagai bagian dari sebuah koleksi musik yang pertama kali dan satu-satunya diluncurkan secara komersial di Bali pada masa sebelum Perang Dunia II. Diluncurkan pada tahun 1929 dalam format piringan hitam 78 rpm, cakram-cakram yang diedarkan secara internasional tersebut bermaterikan beragam pilihan gamelan dan tembang Bali baik bergaya lama maupun baru. Dijual ke seluruh penjuru dunia (atau seperti yang terjadi kemudian ternyata tidak laku untuk dijual), piringan-piringan hitam tersebut secara cepat habis dan hilang dari peredaran. Saat itu merupakan masa yang sangat penting dalam kesejarahan gamelan Bali mengingat di seantero pulau tengah terjadi revolusi artistik dengan menonjolnya kebyar sebagai gaya gamelan yang baru dan berkuasa. Sekaa-sekaa kelompok gamelan berpacu melebur gamelan kuna mereka, untuk ditempa ulang ke dalam gaya yang baru tersebut. Persaingan yang sengit antara desa-desa berikut daerahdaerah merangsang para komponis muda untuk mengembangkan berbagai inovasi dan teknik permainan yang apik dan baru. Terkait rekaman-rekaman bersejarah ini, Andrew Toth menulis: Perwakilan dari perusahaan rekaman Odeon dan Beka dikirim pada bulan Agustus tahun 1928 untuk memperluas cakupan mereka sampai ke Bali. 1

5 Lima dari 98 matriks (sisi piringan hitam) yang tersedia saat itu dipilih dan disertakan dalam sebuah antologi musik tradisi non-barat bertajuk Music of the Orient oleh peneliti termasyhur Erich M. von Hornbostel. Koleksi inilah yang mengawali ketertarikan banyak orang, masyarakat luas, dan juga kaum etnomusikolog akan musik Indonesia. Sepertiga dari hasil rekaman Odeon dan Beka akhirnya muncul di Eropa dan Amerika, namun sebagian besar sejatinya ditujukan untuk pasar lokal di Bali. Berkaitan dengan tujuan tersebut, informasi pada label-label piringan hitam pun dicetak dalam bahasa Melayu, bahasa pengantar yang berlaku di wilayah kepulauan Nusantara, dan malahan ada yang ditulis dalam aksara Bali. Rencana ambisius untuk mengembangkan pasar lokal itu akhirnya berujung kegagalan total karena terbatasnya minat masyarakat Bali terhadap teknologi baru dan mahal tersebut, terutama karena mereka dengan mudah bisa menyaksikan secara langsung berbagai pementasan yang hadir setiap harinya secara marak di ribuan pura dan rumah-rumah di seluruh pulau. Hanya Colin McPhee yang muncul sebagai pelanggan, membeli cakramcakram 78 rpm itu sepanjang tahun dari seorang penjual yang putus asa; dan kebanyakan koleksinya masih dilestarikan dengan baik sampai hari ini, selamat dari kekecewaan dan kemarahan sang agen yang menghancurkan semua stok yang tersisa (McPhee, 1946: 72). Menariknya, semua rekaman dilakukan di bawah bimbingan Walter Spies, seorang pelukis dan musisi yang telah lama menetap di Bali. Pengetahuan intimnya akan seni dan budaya Bali tersedia begitu bebas dan kerap menguntungan penelitian atau karya pihak lain (Rhodius, 1964: 265; Kunst, 1974: 24). Walau dibatasi oleh sarana yang hanya berdurasi tiga menit, rekaman-rekaman tersebut adalah contoh menakjubkan dari kekayaan karawitan Bali, baik vokal maupun instrumental, serta generasi komponis, seniman dan sekaa kelompok gamelan masa itu yang kini dihormati sebagai guru-guru terpandang dan sekaa-sekaa legendaris, seperti I Wayan Lotring, I Nyoman Kaler, gamelan gong Pangkung, Belaluan, dan Busungbiu. Dokumentasi suara dari berbagai warisan dan pusaka musikal Bali yang tak ternilai harganya memuat berbagai gaya nyanyian yang nyaris tak terdengar saat ini; lalu Kebyar Ding, sebuah gubahan tabuh yang secara historis sangat penting, yang kini bisa dipelajari kembali oleh generasi penabuh masa sekarang melalui rekaman-rekaman yang dahulunya dibuat oleh para ayah dan kakek mereka seperti yang termuat dalam cakramcakram asli tersebut; dan juga berbagai rekaman para penyanyi terkenal yang bahkan disakralkan oleh para keturunannya dengan menyimpan salinan kasetnya di pura keluarga. Tidak ada lagi materi baru yang diluncurkan di Barat pada masa depresi dan peperangan yang menyusul belakangan, hanya ada penerbitan ulang dari cakram-cakram 78 rpm yang lama pada beberapa label rekaman yang 2

6 berbeda dan dalam beberapa antologi. 1 Semenjak catatan Andrew Toth, telah begitu banyak piringan hitam dan berbagai tautan informasi lainnya muncul ke permukaan. Penelitian kami menemukan fakta tentang seorang pemilik toko keturunan Cina bernama Ang Ban Siong yang terus-menerus menyediakan cakram-cakram Beka di tokonya, Toko Surabaya, yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga di Denpasar sampai tibanya masa pendudukan Jepang di tahun 1942, ketika ia akhirnya memindahkan keluarganya ke Sayan, Ubud. 2 Kemudian, seorang wanita muda bernama Nancy Dean dari Rochester, New York, yang didesak oleh orang tuanya pada tahun 1936 untuk menikmati pesiar tersohor South Sea Island Cruise sebagai upaya memisahkannya dari seorang kekasih, sempat membeli beberapa keping piringan hitam dari dua pria Jerman yang baik hati di Bali. 3 Kami sungguh beruntung, karena koleksi piringan hitam yang dibelinya tersebut (dan saat kami menemukannya di tahun 2003) masih dalam kondisi sempurna karena cakram-cakram tersebut tak pernah diputar. Pada masa tahun 1980-an dan 1990-an, Philip Yampolsky berhasil menemukan 101 matriks (sisi piringan hitam 78 rpm) di berbagai pusat arsip di Indonesia, Amerika Serikat dan Belanda. Yampolsky membagi informasinya kepada direktur Arbiter of Cultural Traditions, Allan Evans dan saya, yang selanjutnya menjembatani usaha kami ke seluruh dunia untuk mengakses dan menerbitkan kembali masing-masing cakram 78 rpm yang ada. Proses mendapatkan izin dari masing-masing pusat arsip termasuk mengunjungi sebagian besar koleksinya memakan waktu delapan tahun. Sembari mencari koleksi pribadi lainnya, kami menemukan sebuah cakram Odeon yang merupakan bagian dari koleksi asli tahun tak tercatat oleh Toth maupun Yampolsky - pada sebuah daftar lelang di daerah pedesaan Texas. Selanjutnya, kami kembali menemukan sebuah cakram yang belum dirilis, persis sebagaimana catatan Toth di rak-rak penyimpanan pusat arsip University of California, Los Angeles (UCLA). Baru-baru ini, kami berhasil menemukan empat sisi piringan hitam lainnya di Bali. Temuan terakhir ini melengkapi jumlah koleksi kami menjadi 111 sisi piringan hitam yang masing-masing berdurasi tiga menit, dan semuanya direncanakan dirilis sebagai kumpulan CD Bali 1928 yang terdiri dari lima buah CD. Berdasarkan sebuah katalog Beka Music Company, terungkap jelas bahwa Odeon dan Beka ternyata merekam lebih banyak karya dibanding yang telah kami temukan, namun keputusan mereka untuk tidak mencetak lebih lanjut tentu diambil setelah kedua label rekaman itu menyadari keberadaan pangsa pasar yang sangat kecil. Master rekaman yang berwujud pelat aluminium kemungkinan besar disimpan di pabrik Carl Lindstorm (induk perusahaan Odeon dan Beka) di Berlin, yang dibombardir pada saat Perang Dunia II. Namun, terdapat sudut pandang lain yang mendahului peperangan. Pada tahun 1937, Béla Bartók menulis: Tak bisa dipungkiri bahwa perusahaan-perusahaan ini sangat sibuk merekam musik rakyat dari berbagai negara eksotis; dengan keuntungan yang diharapkan datang dari hasil penjualan kepada para penduduk asli. Namun, ketika penjualan menurun entah apa pun alasannya, perusahaanperusahaan ini menarik produksinya dari peredaran dan berbagai piringan hitam yang ada kemungkinan besar dilebur. Ini pernah terjadi terhadap satu 1 Toth (1980: 16-17) 2 Percakapan dengan putri Ang Ban Siong (2009) 3 Menurut salah seorang sahabatnya, etnomusikolog Ellen Koskoff ( pribadi, 2003) 3

7 seri rekaman musik Jawa yang bernilai tinggi oleh Odeon, seperti dikutip dalam bibliografi Musique et chansons populaires dari Liga Bangsa- Bangsa. Jika semua piringan hitam itu ternyata memang benar dimusnahkan, tindakan semacam itu merupakan bentuk perusakan yang semestinya bisa dicegah oleh negara-negara melalui pemberlakuan hukum, sama halnya dengan keberadaan hukum di beberapa negara yang melarang penghancuran ataupun perusakan monumen bersejarah. 4 Delapan puluh tahun setelah sesi rekaman bersejarah itu, dan setelah mendapatkan cakramcakram tersebut serta menyalinnya ke dalam format CD, tim peneliti kami mulai mengunjungi seniman-seniman paling tua dan berpengalaman di desa-desa yang senimannya terlibat dalam sesi-sesi rekaman tahun 1928 yang kebanyakan sudah berusia 80-an atau 90-an tahun, termasuk tiga diantaranya yang telah berumur 100 tahun. Kami juga berulang kali mengunjungi para keturunan dan anggota keluarga dari generasi seniman tua tersebut, yang kebanyakan juga sudah berusia 70-an dan 80-an tahun. Kami membawa sebuah tape recorder dan memutar kepingan CD yang memainkan alunan tembang dan gamelan yang tidak pernah didengar lagi oleh orang selama delapan puluh tahun. Walau beberapa repertoar masih bertahan, kebanyakan gaya dan estetikanya telah berubah dan banyak gending telah dilupakan. Beberapa keluarga seniman bahkan memberi kami fotofoto dari para seniman yang terlibat dalam perekaman tahun 1928 tersebut. Sebuah foto yang kami dapatkan di Perpustakaan Umum New York mempertemukan kami dengan salah seorang dari dua seniman yang masih hidup dan terlibat dalam perekaman pada tahun 1928 itu. Tim kami menemui seorang wanita berumur 91 tahun bernama Mémén Redia (Ni Wayan Pempen), yang ketika berumur 10 atau 11 tahun telah menjadi salah seorang pangugal penyanyi utama dari kelompok jangér Kedaton (Bali 1928, vol. V). Mémén Redia menjelaskan suasana sesi rekaman dengan terperinci dan masih mengingat semua lirik lagu, memperbaiki transkripsi awal yang sebelumnya telah kami susun. Ia mengingat dengan gamblang bahwa rekaman dilakukan di ruang terbuka dekat pusat desa, di atas lantai tanah dan di bawah tataring struktur sementara dari bambu yang beratapkan kelangsah anyaman daun kelapa. Ia pun memberi kesan bahwa beberapa sesi rekaman kemungkinan besar berlangsung di areal balé banjar bangunan utama organisasi masyarakat tradisional Bali yang tiga sisinya terbuka dengan tembok dan lantai dari batubata atau lumpur padat, dan beratapkan anyaman daun kelapa atau jerami yang disangga tiang-tiang bambu atau kayu kelapa. Kebanyakan dari generasi tetua Bali yang kami kunjungi menyebut piringan hitam dan alat pemutarnya sebagai orgel, barangkali karena alat pemutar piringan hitam disangka berhubungan dengan instrumen orgel organ pipa Belanda sebagai sebuah mesin yang menghasilkan bebunyian. Menurut Philip Yampolsky, sebuah katalog Beka Music Company yang kemungkinan dicetak pada tahun 1932, menunjukkan bahwa semua rekaman dalam koleksi Bali 1928 ini dilakukan di Denpasar, Bali, kecuali empat lagu yang direkam di Lombok. 5 Katalog tersebut juga menyebutkan bahwa ada 34 cakram yang direkam pada tahun 1929, yang 4 Bartók (1992: 294). Ketertarikan Bartók berlanjut dalam repertoar konsernya: ia dan istrinya memainkan transkripsi McPhee untuk dua piano berjudul Balinese Ceremonial Music di Amherst College pada tahun 1942 (Oja 1990:153, 179). Salah satu karya itu adalah Buaya Mangap (Tabuh Telu) dari Bali 1928, vol. I. 5 Komunikasi pribadi dengan Philip Yampolsky (2002) 4

8 keseluruhannya, kecuali empat sisi rekaman, bermaterikan nyanyian. Dua puluh lima persen dari koleksi kami tercatat dalam katalog tersebut. Sampai saat ini belum banyak keterangan yang bisa diungkap terkait tur rekaman kali kedua oleh Beka tersebut. Namun, pengarang riwayat hidup Walter Spies, John Stowell, mengatakan bahwa Spies mengungkap adanya rekaman-rekaman baru oleh Beka dalam suratnya kepada Jaap Kunst tertanggal 16 November Dalam sepucuk surat kepada ibunya, Martha Spies, tertanggal 1 Juli 1928, Spies mengatakan bahwa dirinya terikat sebuah kontrak kerja dengan Odeon untuk menerbitkan 50 piringan hitam dalam waktu tiga tahun. 6 David Sandberg, cucu-keponakan Spies dan juga ketua Leo-und-Walter-Spies Archiv di Berlin mengkonfirmasi bahwa surat-surat Spies hanya menyinggung kerjasamanya dengan Odeon dan bagaimana imbalan yang diterimanya nanti akan digunakan untuk membangun sebuah rumah di Ubud. Spies menulis Imbalan yang ditawarkan ini lebih baik dibanding menerima persentase keuntungan dari rekaman yang berjumlah banyak namun bernilai kecil. Sekarang saya telah memperbaharui sebuah kontrak untuk membuat rekaman gamelan dan nyanyian Bali dengan imbalan 1.000,- guilders per tahunnya Semua piringan hitam akan diproduksi pada bulan Agustus. Para penabuh (njogos) yang terlibat juga mendapatkan 1.000,- guilders, saya diminta bekerja untuk 50 piringan hitam. Pada bulan April 1929, Spies menulis lagi tentang koleksi piringan hitam tersebut kepada ibunya, seraya menjanjikan, Jikalau uangnya cukup, saya akan mengirimkan beberapa karya terbaik dari rekaman-rekaman yang ada. 7 Walau Odeon dan Beka adalah anak-anak perusahaan yang dinaungi oleh konglomerasi yang sama; Carl Lindstorm, surat-surat Spies menunjukkan adanya persaingan dan operasi bisnis yang berbeda antara masing-masing label rekaman. 8 Kami sedang meneliti kemungkinan bahwa Spies tidak terlibat dalam rekaman-rekaman yang dilakukan oleh Beka. Topik ini akan dibahas lebih lanjut dalam artikel-artikel pendamping dari seri CD Bali 1928 lainnya. Belakangan ini muncul pertanyaan mengenai ketepatan lokasi dari semua sesi rekaman yang dilakukan oleh Beka di Denpasar, mengingat I Wayan Rata, pemain angklung dari Sidan, Gianyar (Bali 1928, vol. IV) menyatakan pernah menyaksikan sesi rekaman dilakukan di lingkungan salah satu balé banjar yang terletak di desanya ketika ia berumur 10 tahun. Mata rantai yang hilang dalam pembahasan-pembahasan di masa lalu yang berkenaan dengan rekaman-rekaman bersejarah ini adalah tentang peran Ida Boda (alias Ida Bagus Boda 9 ) yang tentunya menjadi penasihat utama untuk Beka, dan kemungkinan besar juga untuk Odeon dan Walter Spies, terutama dalam memilih para seniman dan sekaa gamelan 6 Komunikasi pribadi dengan John Stowell (2014) 7 Korespondensi dengan David Sandberg (2009 dan 2014) 8 Salah satu contoh, David Sandberg menulis, Di Badung (kini Denpasar) terdapat sebuah toko, Behn & Meyer, yang hanya menjual koleksi Beka. Korespondensi pribadi (2014). Namun, McPhee pernah menyatakan bahwa sang agen yang menghancurkan keseluruhan koleksinya itu sebenarnya menjual karyakarya hasil rekaman dari kedua perusahaan rekaman, Odean dan Beka. 9 Penambahan sebutan Bagus adalah pengembangan pada paruh awal abad ke-20. dan banyak kaum Brahmana di Bali Timur bersikukuh untuk tidak menggunakannya. Setelah mengetahui bahwa kebanyakan rekan sejawatnya memanggil beliau sebagai Ida Boda, kami menanyakan kepada para keturunannya bagaimana sebaiknya menamakan beliau, dan mereka menyepakati bahwa kami tidak perlu menggunakan Bagus. 5

9 yang disertakan dalam sesi-sesi rekaman pada tahun 1928 itu. Kesimpulan kami tersebut didasari oleh fakta bahwa begitu banyak kelompok gamelan dan penyanyi yang terlibat dalam perekaman tahun 1928 ternyata mempunyai kedekatan yang unik dengan Ida Boda, baik sebagai murid maupun sebagai rekan sepanggungnya. Ida Boda dikenal sebagai guru légong dan panasar topéng penari topeng-pembawa cerita-pelawak yang sangat tersohor, sering pentas bersama Ida Bagus Oka Kerebuak dari Geria Pidada, Klungkung (diketengahkan dalam CD ini) dan lazim sepanggung dengan Ida Bagus Rai Purya dan Nyarikan Seriada (Bali 1928, vol. V). Dihormati sebagai seorang tokoh pembaharuan yang memiliki jejaring luas, Ida Boda adalah empu légong bagi gamelan kebyar Belaluan (simak Bali 1928, vol. I dan IV), mengajarkan légong kepada gong kebyar Busungbiu (simak Bali 1928, vol. I), mabebasan dengan Ni Dayu Made Rai (yang bisa disimak dalam volume ini), 10 serta mementaskan jangér bersama sekaa dari Kedaton (Bali 1928, vol. V) sebelum akhirnya ia didaulat menjadi guru bagi kelompok tandingan di desa tetangga Bengkel pada tahun 1930-an. Meskipun kedua kelompok jangér tersebut selalu bersaing, 11 peran Ida Boda jelas melampui persaingan antar kelompok tersebut, 12 seperti dibuktikan dalam fotofoto dari Arthur Fleischman yang diambil antara tahun , di mana Ida Boda terlihat menari sebagai panasar dengan sekaa jangér Kedaton. 13 Boda juga mementaskan topéng dengan gamelan angklung dari Banjar Bun (Bali 1928, vol. IV) dan mementaskan Cupak bersama Ida Bagus Oka Kerebuak diiringi sekaa gendér wayang batél dari Kaliungu (Bali 1928, vol. III). Muridnya, Nyoman Kaler ( ), komponis-koreograferteoretikus-pendidik, mengajarkan gamelan jogéd di Pagan (Bali 1928, vol. III) dan angklung di Pemogan (Bali 1928, vol. IV), serta memimpin gamelan palégongan Kelandis (Bali 1928, vol. III). Ida Boda pun sangat mengakrabi kelompok cepung Sasak yang direkam di Lombok (Bali 1928, vol. V) dari sekian banyak lawatannya ke sana. Dalam koleksi Bali 1928 ini, terdapat beberapa rekaman yang sempat didengar oleh komponis muda asal Kanada bernama Colin McPhee ( ) di New York, tak lama setelah peluncuran rekaman-rekaman tersebut. 14 Setelah menyimak piringan-piringan hitam Odeon dari tahun 1928 itu, McPhee dan istrinya, antropolog Jane Belo terkesima dan terinspirasi mengunjungi Bali pada tahun 1931, sebuah perjalanan yang justru berkembang menjadi sebuah ekspedisi penelitian selama delapan tahun yang berpuncak pada karya agung McPhee berjudul Music in Bali serta karya-karya Belo bersama Margaret Mead dan Gregory Bateson. Adalah Belo yang kemudian menulis karya penting pula Trance in Bali. Setelah empat tahun di Bali, McPhee menulis sebuah artikel berjudul The Absolute Music of Bali untuk jurnal Modern Music di mana ia mengutarakan: hal yang membuat seorang 10 Menurut Ida Wayan Padang dan I Wayan Rugeh 11 Menurut I Made Monog, anggota jangér Kedaton sejak tahun 1930-an 12 Menurut Ida Bagus Pujiarsa (1947 ) 13 Fleischmann (2007) 14 Seingat saya, pada tahun 1929, kami di New York berkesempatan mendengar beberapa rekaman musik Bali, yang dibuat oleh Odeon dengan arahan dari Walter Spies. Rekaman-rekaman yang kami dengar dibawakan oleh Claire Holt dan Gela Archipenko (istri dari sang pematung) yang baru saja kembali dari Jawa dan Bali Kami memutuskan untuk berangkat pada musim dingin Itu terjadi pada tahun Belo: Traditional Balinese Culture: 1970: xviii. Tetapi menurut New York Public Library s Guide to the Holt, Claire, Papers, ca , kunjungan pertama Holt ke Indonesia adalah pada tahun Lihat 6

10 musisi (Barat) dipenuhi rasa iri dan takjub adalah betapa musik (Bali) memiliki raison d etre (justifikasi eksistensi) yang sungguh memuaskan untuk hadir dalam masyarakatnya. Para musisi adalah bagian tak terpisahkan dari kelompok sosial, setara pandai besi dan emas, arsitek dan pengarang, penari dan aktor, sebagai bagian dari struktur masing-masing desa. Rendah hati dan sederhana, mereka sangat bangga dengan kesenian mereka, sebuah kesenian yang tanpa kepemilikan diri sehingga komponisnya pun kehilangan identitas pribadinya. 15 Walau pandangan ideal McPhee tentang musik Bali adalah ketiadaaan kepemilikan personal, sehingga gubahan-gubahan tidak dilekatkan kepada komponis-komponis tertentu, hal ini tak terjadi dalam perjalanan abad ke Bahkan diawal tahun 1930-an, McPhee mengutip komponis I Wayan Lotring: Ké wĕh! 17 Sangat sulit untuk digubah! Selama bermalam-malam aku tak tidur, memikirkan sebuah karya baru. Pikiranku berputarputar. Aku mendengarnya dalam mimpi. Rambutku rontok memikirkan musik. 18 Linimasa Rekaman Bali 1928 Di tahun 1928, Bali adalah jajahan dari Hindia Belanda (kini bagian dari Republik Indonesia) walau seluruh raja-raja Bali baru sepenuhnya ditaklukkan pada tahun Kebyar muncul semasa pergantian abad ke-20 di wilayah Buleleng, Bali Utara, yang takluk pada pemerintah Belanda di awal tahun 1849 setelah kekuatan militer yang setia kepada Raja Bali di Lombok bersekutu dengan Belanda dan berhasil membunuh panglima militer dan penasehat utama Raja Buleleng, Gusti Ktut Jlantik, serta Raja Buleleng dan Raja Karangasem, Bali Timur. Pada masa itu, konflik kekuasaan antara delapan raja-raja di Bali memudahkan Belanda untuk mengadu-domba satu kerajaan dengan yang lainnya. Tujuan utama Belanda tentunya adalah penguasaan ekonomi. Untuk membenarkan tujuan itu, Belanda memberikan alasan moral yaitu penghapusan perdagangan budak (yang telah menguntungkan Belanda untuk sekian lama) dan pengorbanan janda berkaitan dengan upacara pembakaran jenazah raja. Satu demi satu kerajaan runtuh diserang Belanda: Lombok pada tahun 1894, Badung (Denpasar) pada tahun 1906 dan Klungkung pada tahun Masing-masing runtuh melalui suatu tradisi untuk mengisyaratkan berakhirnya sebuah kerajaan, yang dikenal sebagai puputan. Kata puputan memang berarti berakhir. 15 McPhee (1935: 163) 16 Hildred Geertz (2004) menantang ide tentang anonimitas dengan menunjukkan bahwa pematung-pematung di Batuan dikenal secara perorangan dan diapresiasi selama masa hidupnya untuk karya-karya yang diciptakan untuk kepentingan Pura Desa, namun karena catatan tertulis tidak disimpan, identitas mereka bisa dilupakan dari waktu ke waktu. 17 Pengejaan dalam tulisan ini mengacu kepada kamus ortografi Bali modern seperti Kamus Bali Indonesia oleh I Nengah Medera dan lain-lain (1990) dan Kamus Bali-Indonesia oleh Yayasan Pustaka Nusatama, dengan editor I Nengah Sukayana (2008). Walau telah diusulkan sedari tahun 1972, sistem ini tidak diterapkan secara teratur dalam penulisan naskah seni, namun kami memutuskan mematuhinya sebaik mungkin demi mencerminkan keterhubungan yang erat dengan aksara Bali. Sebagai contoh, banyak kata yang terucap pe atau peng dituliskan di sini sebagai pa dan pang. Perlu diperhatikan bahwa pengejaan katakata Bali dalam huruf Latin sangat beragam, yang menunjukkan penyesuaian yang berbeda-beda dari naskah berbahasa Bali. 18 McPhee (1946: 162) 7

11 Puputan adalah penanda bagi raja-raja lainnya tentang ajal menjemput, dan suatu cara untuk membebaskan jiwa melalui peperangan sampai titik darah penghabisan. 19 Adrian Vickers melanjutkan, Belanda bergerak ke Denpasar. Pada dini hari tanggal 20 September, sang raja berikut keluarga dan ribuan pengikutnya bersenjatakan lengkap, semua berbusana putih-putih, siap menjelang ajal dalam pertempuran, berbaris dan berderap menyambut kedatangan tentara Belanda. Satu demi satu prajurit mengamuk ke garis depan, tak gentar, seolah peluru-peluru Belanda akan terpental dari tubuh mereka. Tentara Belanda menembaki wanita-wanita dengan senjata tajam terhunus di tangan, tombak atau keris, dan anak-anak dalam gendongan yang merangsek maju tanpa takut, mendekati musuh dan menjemput maut tidak mungkin menyerah: upaya untuk melucuti mereka hanya berujung kepada bertambahnya korban di pihak kami. Mereka yang selamat berulang kali diteriaki dan dipaksa untuk menyerah, namun sia-sia. Sang raja, keluarganya dan pengikutnya maju tanpa henti, tak terbendung, membunuh diri sambil mencabut nyawa tentara Belanda yang menghadang derap langkah mereka. Belakangan, pihak Belanda berusaha menutupi jumlah korban yang tewas, walau sedikit di pihak Belanda, lebih dari 1000 orang Bali gugur. 20 Kita hanya bisa menerka tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ledakan artistik sesudah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali. I Nyoman Catra berpendapat bahwa menjamurnya petualangan kreatif saat itu tidak lain adalah pengobatan untuk menyembuhkan masyarakat dari trauma akibat pergolakan sosial dan pendudukan penjajah kolonial. 21 Runtuhnya kekuasaan dan lepasnya harta kekayaan dari genggaman kerajaan menyebabkan munculnya desentralisasi dan demokratisasi dalam seni dengan penyebaran ke tingkat banjar. Puput tamat juga menyiratkan sebuah permulaan baru. Pada awal tahun 1920-an, bersamaan dengan munculnya mode dan teknologi yang berkaitan dengan modernitas ala Belanda, kunjungan wisatawan Eropa dan Amerika melalui kapal pesiar pun mulai mengalir ke pulau surga ini secara terus-menerus walau masih dalam jumlah yang kecil. Pada awalnya, Bali Hotel yang dibangun pada tahun 1927 merupakan tempat persinggahan bagi para awak kapal Perusahaan Pelayaran Belanda KPM (Koninkelijke Paketvaar Matschappij) yang berlabuh di Bali. Bali Hotel resmi beroperasi pada tahun 1928 setelah diserahkan oleh Pemerintah Belanda kepada pihak KPM 22 dan hotel ini berada pada jarak sependengaran dari balé banjar Belaluan yang selalu ramai dengan latihan Gong Belaluan. Bali Hotel pun segera menjadi pusat akomodasi yang sesuai dengan selera tamu internasional. Berbarengan dengan itu semua, inovasi masyarakat Bali terus berlanjut, didorong oleh selera dan hasrat kedaerahan para seniman maupun masyarakat penikmatnya. Perwujudan dari modernitas Bali yang beragam diwakili dalam kebangkitan jangér, 23 khususnya di kalangan remaja. Jangér utamanya dipengaruhi oleh Komedie Stamboel, teater bergaya Eropa-berbahasa Melayu yang pertama kalinya muncul di Surabaya, Jawa 19 Vickers (1989: 34) 20 Vickers (1989: 35), dan kutipan tunggal dalam catatan dari kepala staf yang terlibat dalam ekspedisi tersebut seperti tercantum dalam Nordholt (1986: 5) 21 Percakapan (2006) 22 Mardika (2011: 28) 23 Menurut I Made Kredek dari Singapadu, jangér pertama kali muncul pada awal abad ke-20 di Menyali, Bali Utara (Bandem, 2004: ), pandangan ini juga disepakati oleh Gde Budasi dari Menyali (percakapan, 2013). 8

12 pada tahun Tampak jinak dan ringan untuk orang asing, 25 namun sangat dicintai oleh masyarakat Bali sampai masa sekarang, jangér menggabungkan cerita-cerita tradisional nan jenaka dengan lagu-lagu menawan yang dinyanyikan oleh para gadis berbusana tradisional yang ditimpali koor kécak oleh para pemuda yang memakai kostum bergaya Barat, termasuk celana pendek, hiasan tanda pangkat di bahu epaullettes dan kumis palsu yang konyol. Jangér (terdapat pada Bali 1928, vol. V) menggabungkan unsur nyanyian dari tari kerauhan Sang Hyang, pantun Melayu, dan cakepung lagu-lagu minum arak dengan gamelan geguntangan yang biasanya mengiringi dramatari arja dan juga gamelan tambur yang memakai rebana, kendang yang berasal dari Arab. 26 Gerakangerakan tangan dan lengan bergaya saman dan saudati ditambah dengan posisi tubuh yang lazimnya diperagakan dalam ritual Muslim Sufi dan tarian lainnya di Aceh, Sumatera Utara, menjadi ciri khas para penari laki-laki jangér. Semua ini menyatu dalam jangér termasuk unsur-unsur tari kuna légong dan dramatari wayang wong yang berdasarkan epos Ramayana, serta akrobat sirkus yang terinspirasi dari kelompok-kelompok seni pertunjukan yang sempat pentas di Bali. Dan sesudah kunjungan aktor dan bintang film Charlie Chaplin ke Bali pada tahun 1932, kumis palsu yang dilukis pada wajah penari kécak pun dinamakan caplin. Menariknya, kebangkitan jangér sepanjang abad ke-20 terjadi kembali di saat ketidakpastian politik dan pergolakan sosial. Di era tahun 1920-an, gamelan gong kebyar dan tarian-tarian terkait mulai terlihat dan terdengar di belahan Bali Utara dan Selatan; gubahan-gubahan yang direkam pada tahun 1928 dari Belaluan, Pangkung, Busungbiu dan Kuta menunjukkan sebuah pergeseran revolusioner dalam estetika gamelan dan koreografi. Empat tahun kemudian, cak (kécak) muncul sebagai dramatari yang khas berkembang dan dikenal oleh hadirin internasional sebagai monkey chant atau nyanyian para wanara yang bersumber dari epos Ramayana walau secara tradisional koornya sudah populer dan telah mengiringi tari kerauhan Sang Hyang, begitu pula dalam jangér, dengan koor kécak (yang juga berkembang dari Sang Hyang). Kebyar lahir pada pergantian abad dan inovasinya semarak antara tahun 1910 dan 1915 di wilayah Buleleng, Bali Utara, yang saat itu menjadi pusat administrasi pemerintah kolonial Belanda. Pada akhir abad ke-19, di seluruh pulau, bisa disaksikan lahirnya sebuah era keemasan dalam geguritan sastra puitis berikut berbagai jenis lagunya (pupuh) berbahasa Bali yang mengangkat tema-tema gaib, romantis dan juga sosio-politis. Pada pergantian abad ini, muncul kebangkitan minat terhadap kakawin, naskah-naskah kuna yang menyebabkan lahirnya begitu banyak sekaa papaosan kelompok pembaca naskah kuna yang mengutamakan kemampuan menyanyi dalam bahasa Kawi Jawa Kuna yang kemudian diikuti penerjemahan ke dalam bahasa Bali. Bentuk lain yang digemari adalah palawakia, merujuk kepada prosa bebas dari naskah-naskah Parwa dari epos Mahabharata yang dilagukan dalam berbagai bentuk melodi. Kelompok-kelompok sastra dari berbagai desa akan saling bersaing di hadapan penonton yang terus meningkat jumlahnya dalam berbagai kesempatan, baik dalam keramaian upacara keagamaan maupun keriuhan pasar 24 Lihat Achmad (2006: 31) dan Cohen (2006: 21) 25 Covarrubias (1937: ) 26 Percakapan dengan I Made Monog (2007) 9

13 malam. Terkadang sang juru baca (pangwacén) penyanyi atau pembaca dan juru basa (paneges) penerjemah akan duduk berdampingan dengan sekaa gamelan sembari melagukan bait-bait kakawin dari Bharatayuddha (Mahabharata), atau salah satu penabuh gamelan akan menyanyikan sajak-sajak kakawin tersebut tanpa direncanakan (para penabuh memang diharapkan terbiasa dan akrab dengan kakawin agar mampu merespon naskah-naskah secara musikal). Gamelan gong yang berdampingan akan memainkan gending pengantar singkat dari reportoar gamelan klasik yang kemudian mengalir lebih menggelegar dengan tabuh penuh luapan semangat yang dikenal kemudian sebagai kebyar. Hal paling signifikan adalah ketika seorang penyanyi tunggal akan menyelingi nyanyiannya dengan lantuan melodi-melodi lincah dan penuh gaya, menimpali permainan trompong sederetan gong pencon. Memang tak pernah jelas sejak kapan permainan trompong melibatkan atraksi memutar-mutar panggul tongkat pendek pemukul seperti dalam marching band atau sulap kecekatan tangan. Tari Palawakia yang dipentaskan dewasa ini bermuara dari kebiasaan tersebut, dan umumnya diakui bermula dari Igel Trompong oleh I Ketut Marya, walau belakangan ini telah muncul pandangan berbeda tentang hal itu. 27 Di abad ke-21 ini, kami menemukan rasa ingin tahu yang tinggi di Bali terhadap masa lalunya, berusaha menemukan apa yang sesungguhnya penting dalam kebudayaan Bali. Minat yang begitu tinggi, yang belum pernah ada sebelumnya, terhadap rekaman-rekaman bersejarah ini di antara para penabuh, penari dan penyanyi, baik muda dan tua, kian membesarkan hati kami dalam mengerjakan selama bertahun-tahun dan lintas benua - sebuah proyek repatriasi pemulangan kembali, mencari arsip-arsip yang tersebar dimanamana untuk membantu masyarakat Bali masa kini dalam memperoleh dan menikmati kembali kejayaan kesenian masa lampau mereka. Dunia Seorang Pujangga di Klungkung pada Abad ke-19 Penelitian terhadap pupuh dari koleksi rekaman tahun 1928 ini, khususnya syair yang dinyanyikan di kalangan Brahmana Geria Pidada di Klungkung, membawa kami pada penyelidikan akan lingkungan sosial dan kreatif dari Anak Agung Gde Pameregan ( ), 28 pengarang dari berbagai geguritan yang dinyanyikan oleh Ida Bagus Oka Kerebuak dan Ida Boda. Anak Agung Gde Pameregan (alias Meregan), yang demi tidak diketahui identitasnya (praktik yang lumrah bagi para pujangga agar tetap rendah hati, tetapi juga, dalam pengertian lain, untuk melindungi diri dari ketidaksetujuan raja atau penguasa), menggunakan sebuah supik dohar nama pena dengan makna samar, Wirya Ghora Pratode. Wirya yang berasal dari sira, berarti tersohor dan cemerlang (terkait reputasi); ghora atau juga gede berarti luar biasa atau besar; kemudian pratode berarti pecut; dan meragah atau mregan yang berasal dari nama kelahirannya berarti binatang. Menurut Ida I Dewa Gde Catra dari Sidemen, Karangasem, 29 makna yang dimaksudkan adalah untuk menghidupkan para binatang dalam sajak-sajaknya dengan rangsangan sebuah cambuk. Dalam karyanya yang telah dibukukan Duh Ratnayu: Tembang Kawi 27 Simpen (1979) dan Herbst (2009) 28 Tanggal-tanggal ini terdapat dalam Suastika (1997: 324) 29 Percakapan (Amlapura, 2009) 10

14 Mendamba Cinta, 30 nama samaran yang dipergunakan adalah Ghora Tanu (tanu berarti tubuh). Kedua nama pena ini sesuai dengan keterangan dari Ida Bagus Pidada Kaut 31 dan juga dari I Made Suastika yang menyetujui nama pena sebelumnya, merujuk kepada karya Anak Agung Gde Pameregan bertajuk Calon Arang. 32 Sebagaimana termuat dalam CD ini, beliau menulis sajak-sajaknya dalam Bali Kapara bahasa Bali lumrah, dalam bahasa campuran Kawi Jawa Kuna dan Bali Alus beradab, sopan dan juga hanya dalam Kawi (ibid: 327). Dewa Agung Istri Kania, ratu yang memimpin kerajaan Klungkung pada masa kejayaannya di abad ke-19, mengetuai segenap kegiatan sastra dan berkesenian lainnya, termasuk pula yang melibatkan Anak Agung Gde Pameregan. Dalam Visible and Invisible Realms: Power, Magic and Colonial Conquest in Bali, Margaret Wiener menulis, Dalam tradisi lisan Klungkung, Dewa Agung Isteri Kania, Ratu Perawan, tersohor karena kecantikan dan kecerdasannya. 33 Dikenal sebagai pengarang syair yang mahir (Kanta, 1983), beliau juga adalah pendukung dan penyandang dana bagi seniman-seniman; Babad Ksatria menyandingkan beliau dengan Dewi Saraswati, dan beliau disebut-sebut sebagai kekuatan di balik berseminya dunia kesusastraan Klungkung Saraswati, adalah dewi pengetahuan dan sastra, yang merupakan sakti dari Dewa Brahma. Adrian Vickers, dalam Bali: A Paradise Created, menjelaskan situasi hancur lebur akibat letusan dahsyat Gunung Tambora 35 pada tahun 1815 yang berlangsung bersamaan dengan masa kekuasaan dari kakak laki-laki Dewa Agung Istri Kania yang bernama Dewa Agung Putra II yang menggantikan ayahnya Dewa Agung I yang mangkat pada tahun Hujan abu vulkanik menyebabkan 96,000 korban tewas karena kelaparan dan wabah penyakit yang meluas sampai Bali dan Lombok hingga akhir tahun 1920-an. Vickers melanjutkan, Setelah kehancuran tersebut, tibalah masa rekonstruksi dan kebangkitan Bali baru. Di Klungkung, Ratu Perawan dan kakaknya mendanai restorasi istana Klungkung yang lama, dan menghuninya kembali. Mereka juga adalah pendukung utama dari berbagai pura daerah, dan Ratu Perawan sering melakoni masa kekuasaannya dengan bermeditasi di Pura Taman Bunga yang terletak di sebelah utara dari ibukota kerajaan Pada masa pemerintahan bersama itu, gaya lukis tradisional yang terletak di Desa Kamasan, dua kilometer selatan Klungkung dihidupkan kembali (Vickers, 1989: 68). Vickers juga mendedikasikan sebuah artikel yang membahas ketokohan Dewa Agung Istri Kania: Dalam kakawin Astikayana (kisah petualangan Astika sebuah kumpulan cerita Adiparwa) disebut keberadaan seorang putri (naranatha-kanya), yang kecantikan, keagungan dan keahliannya dalam ilmu pengetahuan dan seni 30 Diadaptasi dari Nyoman Tusthi Eddy (PT. Upada Sastra dengan Yayasan Adi Karya Ikapi dan The Ford Foundation: 2001) 31 Percakapan di Geria Pidada, Klungkung (2006) 32 Kirtya 1047; cf. Uug Gianyar, Lor 3743 (Suastika, 1997: 325) 33 Saya menggunakan ejaan Bali istri sedangkan Vickers dan Wiener menggunakan isteri. Kania juga biasa ditulis sebagai Kanya. 34 Wiener (1995: 140) 35 Pada tanggal 10 April 1815, letusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung berapi paling besar di planet ini selama tahun terakhir. 11

15 dipuja-puji dalam mukadimahnya. Para biksu-biksu hebat menyebut beliau sebagai sang sri Wiryasakanta (Zoetmulder, 1971: 396). Naskah kuna itu kemudian menyebutkan bahwa bangsawan panutan tersebut merupakan tokoh dan pusat dari berbagai kegiatan kesusastraan yang mempesona. Beliau pun disegani sebagai seorang pengarang sajak. Dalam Babad Dalem, silsilah keturunan penguasa Klungkung (Bali Timur), tercatat bahwa kerajaan tersebut pernah memiliki seorang ratu yang bergelar Dewa Agung Istri Kanya (Babad Dalem, f. 92b). Dua kata pertama adalah gelar dari para penguasa Klungkung, Istri merujuk jenis kelaminnya, sedangkan Kanya berarti belum menikah. Dari wawancara dengan salah seorang keturunan dari keluarga bangsawan tersebut, Cokorda Gede Mayun, kian jelas bahwa masa kepemerintahan beliau dihargai sebagai masa keemasan dalam perjalanan sejarah Klungkung. Cokorda Gede Mayun yang juga menggemari seni sastra, lanjut menceritakan sebuah legenda bahwa kakawin dan kidung dinyanyikan setiap hari semasa pemerintahan beliau, yang diperkirakannya berlangsung selama 35 tahun. Dewa Agung Isteri tercatat memerintah bersama saudara laki-lakinya, Dewa Agung Putra, putra dari seorang selir-raja sebelumnya, Bhatara Kusamba. Nampaknya ada dua penguasa, karena kepentingan kekuasaan belum seluruhnya menerima kehadiran seorang ratu, sedangkan kepentingan lainnya tidak bisa menerima seorang penguasa yang dilahirkan dari seorang selir. Tanggal pasti dari kepemerintahan bersama ini tak pernah diketahui. Van Eck menerangkan bahwa ketika sang raja mangkat pada tahun 1809, Dewa Agung Putra hanya berusia sembilan tahun dan kemudian dinobatkan sebagai raja dan memerintah sampai tahun 1849 (van Eck, III: 346). Cokorda Gede Mayun menambahkan bahwa sang ibu suri, Gusti Ayu Karang, merupakan penguasa sesungguhnya semenjak kematian suaminya dan berkuasa sampai tahun 1820-an, sedangkan Dewa Agung Isteri meninggal pada tahun Namun berdasarkan catatan Wiener sekitar 1815 sebuah kesepakatan dicapai: sang putra dilantik sebagai Dewa Agung II, tetapi ia akan memerintah bersama-sama dengan saudara perempuannya. Ia merupakan penguasa yang oleh van den Broek disebut pada tahun 1817 sebagai remaja tak berpengaruh dan Huskus Koopman mengidentifikasinya sebagai Bali s Keizer, Kaisar Bali Ironisnya, satu-satunya referensi tentang Huskus Koopman dalam kesejarahan Bali terdapat dalam sebuah naskah yang umumnya dipercaya ditulis oleh Dewa Agung Isteri Kania: beliau mencatat bahwa walaupun tingkah laku (Huskus Koopman) baik dan dandanannya mentereng, tapi giginya bernoda dan bau nafasnya busuk. (Narayana dan lain-lain, 1987: 44) Dalam Vickers: The Writing of Kekawin and Kidung on Bali, Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde 138: Wiener (1995: 140) dan Wiener (1995: 140) 12

16 I Made Suastika menulis: Pada abad ke-19 di Puri Klungkung hidup tiga orang penyair, yaitu I Dewa Agung Istri Kania, Ida Pedanda Gde Rai, dan Anak Agung Gde Pameregan. Pada waktu itu terjadi kontak antara pihak puri dengan wilayah di luar puri, terutama mendatangkan bagawanta yang terkenal untuk mengasuh para putra raja. Fungsi bagawanta adalah menjadi guru. Guru yang pernah mengajar di istana Klungkung, yaitu pendeta dari Geria Cucukan, Geria Dawan, dan Geria Pidada. Bimbingan yang diberikan meliputi pendidikan sosial budaya seperti bidang sastra, teknologi, dan agama. Anak Agung Gde Pameregan menerima pendidikan dan ajaran yang diwariskan oleh leluhurnya. Dasar-dasar seorang pengarang besar telah beliau miliki melalui pendidikan tradisional, yaitu memanfaatkan teks-teks tradisional untuk dibaca, didiskusikan, dan ditiru dalam aktivitas mabebasan di Bali. Kemungkinan pada masa itu, Kerajaan Klungkung tentram dan aman, raja-raja Bali memiliki kedudukan berdaulat dan merdeka (Gde Agung, 1989: 134) dari setelah Perang Kusamba (1849) sampai sebelum Puputan Klungkung (1908) perkembangan seni cukup baik. 38 Ida Bagus Pidada Kaut memberitahu kepada kami bahwa Anak Agung Gde Pameregan sudah berkeluarga dan mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia dini. Karya puisi Anak Agung Gde Pameregan yang paling terkenal adalah Duh Ratnayu (Smara Pralaya) yang ditulis semasa kekuasaan I Dewa Agung Putra III ( ). 39 Pandangan-Pandangan Tentang Nyanyian Bali Walau aspek-aspek kesusastraan dan kebahasaan dari syair Bali telah mendapat perhatian besar dari masyarakat Bali dan para ahli asing, terdapat sedikit sekali penelitian tertulis terhadap disiplin menyanyi yang sesungguhnya. Dalam praktik menembang, dan bahkan dalam penciptaan nyanyian pada umumnya, terdapat banyak pendekatan pribadi dan istilah, masing-masing mencerminkan tingkat kepekaan yang unik. Meminjam pendekatan seorang dalang akan perbedaan-perbedaan di antara berbagai gaya yang ada, dinyatakan bahwa tidak ada aturan tegas mengenai baik atau buruk; bila suatu bunyi adalah salah tetapi enak didengar, itu tidak dipandang sebagai sebuah kesalahan. Penekanannya cenderung pada pangus dan lengut sesuai dengan suasana (Ketut Kodi, 2013). Sehubungan dengan menemukan dan mendapatkan pencerahan tentang dunia seni suara semasa tahun 1928, saya hanya menyimpulkan dari sumber dan informasi yang mampu memberi wawasan terhadap rekaman-rekaman ini, untuk sekilas menggugah lingkup sosial dan alam dari masa itu serta sudut pandang dan pendapat jelas yang didengar langsung dari seniman dan ahli Bali yang kami jumpai selama masa penelitian ini. Dalam tulisan ini para pembaca akan menemukan aneka ragam nyanyian yang mencerminkan sebuah bentang alam yang dikelilingi lautan, hamparan sawah subur sepanjang perbukitan yang bermula 38 Suastika (1997: 325) 39 Kanta (1984: 5) 13

17 dari gunung-gunung berapi aktif yang sesekali menyebabkan gempa, dan tetumbuhan yang mampu menghasikan beragam cita-rasa dari tabia cabai yang paling pedas sampai buah termanis seperti manggis (garcinia mangostana) and wani (mangifera caesia). Kata ombak gelombang digunakan dalam beragam nuansa nyanyian, dari pupuh Adri oleh Ida Boda (trek #10), sampai turun-naiknya alunan suara Ni Lemon saat menyanyikan Wargasari (trek #17 dan #18) serta riak-riak suara dalam lantuan kakawin Klungkung (trek #19-22). Gregel getaran halus dan cepat adalah istilah yang umum digunakan di Bali, kemungkinan diserap dari Jawa pada masa tahun 1950-an. Dewasa ini, bentuk kata kerja ngregel lumrah digunakan dalam pembahasan semua bentuk lagu termasuk tembang (pupuh), kidung dan kakawin. Sebuah istilah yang asing (setidaknya saat sekarang) bagi gelombang atau fluktuasi sebuah nada, seperti yang diungkapkan oleh Ida Wayan Padang dari Budakeling ( ) adalah gegiwangan atau gumi wang genjotan atau ayunan dalam bahasa Jawa Kuna. Ida Wayan Padang juga mengartikannya sebagai bergoyang. Kita mesti membedakannya dengan kata giwang dalam bahasa Bali yang berarti anting-anting. Gegiwangan yang beliau maksud bisa menjelaskan dengan tepat cara bernyanyi Ida Bagus Oka Kerebuak termasuk dalam menyanyikan Sinom (trek #2). Ida Wayan Padang juga menggunakan kata nglombang untuk menunjukkan alunan nada berkepanjangan pada akhir frasa-frasa melodi seperti dalam Kidung Lulungid oleh Ida Bagus Ngurah (trek #15). Kehidupan masa lalu di Bali sampai sekarang, masih banyak berorientasi kepada anak-anak sungai dan sungai sebagai tempat-tempat orang mandi setiap pagi dan sore hari (walaupun sungai bisa juga menjadi sumber bahaya batin). Cokorda Raka Tisnu dari Singapadu masih mengingat bagaimana jalan-jalan mengelilingi desa pada jam-jam tersebut akan menempatkan seseorang dalam jarak sependengaran dengan pelbagai senandung nyanyian. Dewasa ini, pemandangan semacam itu kian jarang dan nyaris tak ada lagi orang menyanyi secara kasual di muka umum. Penyanyi kakawin Ida Bagus Made Gandem (1933 ) dari Cakranegara, Lombok menyarankan waktu dan tempat terbaik untuk mengolah suara adalah di pagi hari dengan perut kosong dan sore hari di mata air atau di bawah guyuran air terjun setinggi satu atau satu-setengah meter, menyanyi atau berteriak dengan lantang sampai serak sembari membiarkan guyuran air membasuh diri. Ketika Ida Bagus Oka Kerebuak mandi di salah satu mata air umum di Klungkung, beliau kerap menjadi pusat perhatian para gadis yang berbondong-bondong mengerumuninya untuk mendengar dan menontonnya bernyanyi di bawah pancuran air, sembari menawarkan jasa untuk mencuci pakaiannya saat ia mandi. Ida Bagus Oka Kerebuak, lazimnya para penyanyi, juga memperkuat suaranya dengan cara menyanyi sekeras-kerasnya sembari berendam setinggi lehernya di sungai Tukad Unda yang dingin. Ketika Ni Nyoman Candri 40 belajar untuk pertama kalinya di bawah bimbingan ayahnya, ia duduk di tengah sungai melawan arus air setinggi lehernya dan menyanyi dalam nada tinggi dan sekeras-kerasnya. Kurang lebih setengah jam kemudian, ia pun akan kehilangan suaranya. Setelah berlalu beberapa hari suaranya berangsur pulih dan ia pun kembali melakukan latihan yang sama di sungai. Setelah mengulang siklus ini 40 Penari-penyanyi-aktor Radio Republik Indonesia dan guru dari Singapadu yang dikenal sebagai condong dalam arja dan Calonarang. 14

18 berkali-kali, suara menjadi kuat dan lembut sehingga sesuai untuk menyanyikan tembang arja. I Ketut Kodi 41 mengingat pernah mendengar bahwa penari legendaris Cupak dan Rangda, Gusti Ngurah Mokoh (alias Anak Agung Aji Mokoh) dari Tegaltamu (ayah dari Gusti Ngurah Regug) memenuhi rongga mulutnya dengan lombok cabai dan air kemudian berteriak sampai serak sembari berendam setinggi lehernya di genangan air atau arus sungai. Praktik ini akan menghasilkan suara keras kuat yang bisa terdengar hingga kejauhan. Hal serupa juga dilakukan oleh Ida Cokorda Oka Tublen - seorang tukang tapel pembuat topeng, empu arja dan penari Rangda legendaris dari Singapadu - yang mengajarkan murid-muridnya cara menelan (tanpa mengunyah) kepalan cabai seukuran bola kecil yang sebelumnya telah dilumuri minyak kelapa 42 sembari mereka berendam di sungai. Kami mendengar praktik-praktik serupa di antara para penyanyi dan dalang di seantero Bali demi lahirnya suara encak berat, kasar, pekak. Suara encak (atau encah) umumnya digunakan untuk ekspresi ucap dari tokoh-tokoh kuat dalam wayang atau dramatari dibandingkan dalam nyanyian. Namun dalang seperti Wayan Nartha mengatakan suara encak tidak mesti dipaksakan, tapi dilatih secara bertahap. Diketahui bahwa dua dalang terkenal di masa awal abad ke-20, Granyam dan Rawa mempunyai suara yang tidak terlalu keras dan kuat, namun mampu mengantarkan kekhasan encak dengan tenaga dan ketegangan yang lebih sedikit. Pertimbangannya adalah tidak mendorong bunyi keluar dari rongga mulut namun membiarkannya bergema dan bergaung dalam tubuh. 43 Ramuan pilihan Ida Bagus Oka Kerebuak untuk memelihara suaranya yang manis dan cergas adalah biyu kayu pisang kayu rebus yang sebelumnya direndam santan kelapa. Setelah meminum ramuan itu, ia akan menyanyi lagi, silih berganti sampai lelah. Kebiasaan pada umumnya di antara para penyanyi adalah menggunakan pisang yang direndam dengan minyak kelapa. 44 Kesadaran dan kemampuan mengolah pernafasan panjang adalah kunci dalam menyanyi Bali. Pada tingkatan yang lebih mendalam, penguasaan pranayama olah nafas yoga oleh seorang penyanyi untuk meningkatkan mutu suaranya adalah sama mutlaknya dengan pengaturan nafas yang baik untuk mengoptimalkan pranayama dan meditasi. Kedua latihan tersebut melengkapi satu sama lain. Dari sudut pandang yoga Ida Bagus Gandem bertanya secara retoris, Apakah tujuan dari magending menyanyi? Tujuan menyanyi adalah untuk memanjangkan nafas. 45 Dalam menghasilkan suara, menurutnya, seorang penyanyi tidak bernafas dari dada; bunyi muncul di kerongkongan dan sumber energinya adalah dari perut, dari spiral diafrakma. Ini adalah cara mendapatkan nafas panjang. (Tentunya ini adalah prinsip olah suara yang berlaku di luar Bali juga). Ida Bagus Gandem menjelaskan bahwa makakawin menyanyikan puisi Jawa Kuna adalah alat atau sarana untuk memusatkan 41 Tokoh dalang, topéng dan arja dari Singapadu dan pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Keterangan ini didapatnya dari I Made Kengguh dari Singapadu yang merupakan murid dari Anak Agung Aji Mokoh. I Made Kengguh adalah seorang penabuh dan penari topéng dan Rangda yang dikenal sering mementaskan tokoh Matah Gede, penyihir dalam dramatari Calonarang. 42 Juga dikenal sebagai Dewa Agung Singapadu. Beliau adalah ahli dalam pembuatan topéng barong dan Rangda. 43 Herbst (1997: 25) 44 Ida Bagus Pidada Kaut (percakapan, 2006) 45 Ida Bagus Made Gandem, Cakranegara (percakapan, 2006) 15

Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau

Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau Bali 1928, vol. II Tembang Kuna: Nyanyian dari Masa Lampau Tembang, Kidung dan Kakawin dari Geria Pidada, Klungkung, Geria Budha Kaliungu, Banjar Abian Timbul, Geria Tampakgangsul dan Penarukan, Singaraja

Lebih terperinci

BENTARA BUDAYA BALI Acara Bali 1928: Memorabilia ini berangkat dari upaya Dr. Edward Herbst, yang dengan tekun selama bertahun-tahun mengumpulkan aneka koleksi CD dan piringan hitam pada masa Bali sekitar

Lebih terperinci

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

Bali 1928, vol. V Nyanyian dalam Dramatari: Jangér, Arja, Topéng dan Cepung

Bali 1928, vol. V Nyanyian dalam Dramatari: Jangér, Arja, Topéng dan Cepung Bali 1928, vol. V Nyanyian dalam Dramatari: Jangér, Arja, Topéng dan Cepung Ansambel dari Kedaton, Abian Timbul, Sesetan, Belaluan, Kaliungu dan Lombok Edward Herbst 2015 STMIK STIKOM BALI www.bali1928.net

Lebih terperinci

Bali 1928, vol. III Lotring dan Sumber-Sumber Tradisi Gamelan

Bali 1928, vol. III Lotring dan Sumber-Sumber Tradisi Gamelan Bali 1928, vol. III Lotring dan Sumber-Sumber Tradisi Gamelan Semar Pagulingan, Calonarang, Palégongan, Gendér Wayang, Gambang & Gandrung dari Titih, Kuta, Kaliungu, Pura Kawitan Kelaci dan Pagan Edward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR ABSTRAK Bali menjadi tempat tumbuh suburnya pemandangan multikultural yang harmonis. Perpaduan indah ini tidak

Lebih terperinci

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA Oleh Ni NyomanAndra Kristina Susanti Program StudiSeni (S2) ProgramPascasarjanaInstitutSeni Indonesia Denpasar Email: andra.kristina@yahoo.co.id Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babad merupakan salah satu karya sastra sejarah. Adanya tradisi karya sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra dengan penyambutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

Bali 1928, vol. IV Seni Pertunjukan Upacara

Bali 1928, vol. IV Seni Pertunjukan Upacara Bali 1928, vol. IV Seni Pertunjukan Upacara Gamelan Gong Kebyar dengan Kakawin dan Palawakia, Gambuh dan Angklung-Kléntangan dari Belaluan, Sesetan, Sidan dan Pemogan Edward Herbst 2015 STMIK STIKOM BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain, tak dapat begitu saja terlepas dari beragam unsur kehidupan. Salah satunya yakni unsur kesenian. Dengan kesenian,

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian. Musik juga memberi ketenangan ketika seseorang sedang mengalami permasalahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Seiring dengan perubahan budaya proses modernisasi tidak saja menuntut dunia kebudayaan untuk selalu menempatkan dirinya secara arif di tengah berbagai perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa mempunyai peranan penting untuk berkomunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Bahasa manusia mengkomunikasikan pengalaman, pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

Bali 1928, vol. I Gamelan Gong Kebyar Tabuh-tabuh dari Belaluan, Pangkung, dan Busungbiu

Bali 1928, vol. I Gamelan Gong Kebyar Tabuh-tabuh dari Belaluan, Pangkung, dan Busungbiu Bali 1928, vol. I Gamelan Gong Kebyar Tabuh-tabuh dari Belaluan, Pangkung, dan Busungbiu Edward Herbst 2014 STMIK STIKOM BALI www.bali1928.net www.arbiterrecords.org CATATAN: Tulisan ini aslinya berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan daerahnya yang sangat bermacam-macam. Banyaknya kebudayaan yang ada di Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya terbentuk dan berkembang sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di suatu tempat. Kebudayaan

Lebih terperinci

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan A. Pendahuluan B. Hasil Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR Oleh : NI PUTU LETSU PHYARTINI PROGRAM STUDI S-1 TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan cabang dari seni. Seni musik juga termasuk salah satu media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Objek Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet Survei lapangan: melalui wawancara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI Abstrak Globalisasi membawa dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan penghuni jagat ini, termasuk pada masyarakat Bali dan keseniannya. Kesenian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Barong Landung Durga PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN MASK TAKSU OF SINGAPADU Bentara Budaya Bali FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali Purwa (klasik) dan Sastra Bali Anyar (modern). Kesusastraan Bali Purwa adalah warisan sastra

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2007 KATA PENGANTAR Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG. 197207191997032001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR 2013 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hasil beberapa penelitian dan survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bali memiliki berbagai fenomena budaya yang menarik untuk dikaji, mulai dari kepercayaan, tarian, seni rupa dan musik yang melengkapi upacara keagamaannya, tempat peribadatannya,

Lebih terperinci

Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran

Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran Wujud Garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti Kiriman I Gusti Ngurah Nyoman Wagista, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan ISI Denpasar. Wujud garapan pakeliran Jaya Tiga Sakti ini adalah garapan pakeliran inovativ

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Penelitian Percepatan S-2 PERAN SENIMAN SERBA BISA WALTER SPIES DALAM PERKEMBANGAN SENI MUSIK BARAT DI YOGYAKARTA (SEBUAH BIOGRAFI) Disusun oleh: Yunike Juniarti Fitria, S. Pd FAKULTAS BAHASA DAN SENI

Lebih terperinci

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA

KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA KESENJANGAN SOSIAL PADA NASKAH DRAMA BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA Pradistya Arifah Dwiarno Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar STKIP Modern Ngawi Email: pradistyaarifa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan

Lebih terperinci

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau

Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Tari Piring Salah Satu Seni Budaya Khas Minangkabau Indonesia memiliki beragam tradisi dan budaya, dimana setiap propinsi dan suku yang ada di Nusantara, memiliki tradisi dan budaya masing-masing, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair

BAB 1 PENDAHULUAN. ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syair merupakan sebuah karya sastra yang diciptakan pengarangnya dari wujud ekspresinya. Salah satu unsur yang turut membangun terciptanya sebuah syair adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR

Trainers Club Indonesia Surabaya Learning Forum episode 28. Rabu 29 Juli 2009 WILLEM ISKANDAR WILLEM ISKANDAR Willem Iskandar adalah penulis terkenal dari Sumatra Utara, Indonesia. Ia menulis puisi dan buku-buku sekolah. Ia tertarik untuk mengajar dan belajar. Ia adalah seorang Sumatra pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin terdengar biasa di telinga, sebutan yang sepintas telah biasa didengar di berbagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat Karungut adalah sebuah kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno merupakan salah satu warisan nenek moyang yang masih tersimpan dengan baik di beberapa perpustakaan daerah, seperti Perpustakaan Pura Pakualaman dan Museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang terletak di bagian selatan pulau Sumatera, dengan ibukotanya adalah Palembang. Provinsi Sumatera Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

Lima Belas Tahun Tidak Lama

Lima Belas Tahun Tidak Lama Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Lima Belas Tahun Tidak Lama Kota kami telah hampir berusia setengah abad, dan hampir saja hanyut karena kecelakaan gunung berapi. Beberapa tahun belakangan ini

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci