BAB VI KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DAN CARA MENGATASI KENDALA DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DAN CARA MENGATASI KENDALA DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU"

Transkripsi

1 BAB VI KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DAN CARA MENGATASI KENDALA DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN Pemberdayaan merupakan program yang dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang. Pemberdayaan harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus. Upaya memberikan pelatihan sebagai kegiatan keterampilan dalam suatu proses. Pelaksanaan program pemberdayaan keterampilan vokasional tidak terlepas dari kendala-kendala. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kendala dan kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan, yaitu keterbatasan modal usaha, keterbatasan kemampuan dan motivasi sumber daya manusia (SDM), serta kurangnya sarana dan prasarana. Menurut Watson dalam Adi (2008 : ), kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program pemberdayaan dapat berasal dari kepribadian individu dalam komunitas dan bisa juga berasal dari sistem sosial. Sesuai dengan pendapat di atas, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemberdayaan keterampilan di SLB.B N Tabanan dibagi menjadi dua yaitu (a) kendala yang berasal dari dalam kepribadian peserta didik dan pendidik serta (b) kendala dari lingkungan. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut. 111

2 Kendala yang Berasal dari Peserta Didik Kestabilan (homeostasis) Kurangnya pemahaman anak tunarungu, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan sering kali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu dengan cara yang negatif atau salah. Hal ini sering mengakibatkan tekanan pada emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan pribadinya, yaitu dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak secara agresif, atau sebaliknya menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan. Emosi yang bergejolak pada anak tunarungu disebabkan oleh di satu pihak adanya kemiskinan dalam penguasaan kosakatanya, dan di pihak lain karena adanya pengaruh-pengaruh dari luar yang diterimanya seperti teman dan faktor lingkungan. Dalam mengikuti keterampilan vokasional, anak tunarungu masih kurang stabil, tergantung keinginan dari pribadi siswa. Pada saat siswa ingin belajar keterampilan dia mengikuti, pada saat tidak ingin belajar keterampilan dia pun tidak masuk. Bisa dikatakan bahwa motivasi untuk mengikuti keterampilan masih dalam taraf timbul tenggelam / kurang. Berikut ungkapan Nadi Utami. Saya malas mengikuti keterampilan kalau teman-teman yang masuk cuma sedikit. Jadi kurang semangat dalam belajarnya ditambah lagi ruangannya tidak nyaman (wawancara 9 Mei 2013). Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa niat untuk belajar dalam mengikuti pelatihan keterampilan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu teman dan ruangan yang tidak nyaman. Tidak nyaman di sini karena ruangan berfungsi ganda, yang dimaksud dengan ruangan berfungsi ganda di sini adalah

3 113 ruangan digunakan untuk dua fungsi. Contoh ruang pelatihan untuk menjahit digunakan juga sebagai pelatihan salon kecantikan. McClelland (1961:34) mengatakan bahwa kegagalan pembangunan sebuah masyarakat disebabkan oleh warga masyarakat tersebut tidak memiliki motivasi untuk berprestasi. Anak tunarungu bersifat pasrah dan menerima nasib apa adanya tanpa perlawanan. Oleh sebab itu, agar pembangunan (dalam hal ini adalah pemberdayaan keterampilan vokasional bagi anak tunarungu) berhasil, sikap anak tunarungu harus diubah dan didorong untuk memiliki motivasi. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun dalam kehidupan lainnya Kemampuan mengingat Inteligensi merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar meskipun di samping itu ada faktor-faktor lain yang tidak dapat diabaikan begitu saja, seperti kondisi kesehatan dan faktor lingkungan. Inteligensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang. Pada umumnya anak tunarungu memiliki inteligensi yang tinggi, rata-rata, dan inteligensi yang rendah. Sesuai dengan sifat keturunannya, anak tunarungu sukar memahami konsep abstrak sebab untuk dapat memahami dan menangkap pengertian abstrak sangat diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kemampuan mengingat pada anak tunarungu kurang optimal bila dibandingkan dengan anak normal. Dalam mengikuti pelatihan keterampilan diperlukan kesabaran yang tinggi karena harus selalu mengulang. Berikut ungkapan Sri Agustini.

4 114 Saya sering lupa pada pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru pada hal pelajaran itu baru kemarin diberikan (wawancara 9 Mei 2013). Kemampuan mengingat yang kurang menyebabkan pencapaian hasil keterampilan memerlukan waktu yang cukup lama Superego Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak mau atau sulit menerima pemberitahuan oleh teman sebaya. Dalam hal ini, biasanya harus diberi tahu oleh guru bila kurang mengerti dalam proses pelatihan keterampilan. Dorongan superego yang berlebihan dapat menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula. Berikut ungkapan Mia Astrika Dewi. Guru itu lebih pintar daripada teman-teman. Oleh sebab itu, saya lebih mengerti kalau guru yang memberi tahu (wawancara Mei 2013). Berdasarkan ungkapan di atas Mia menganggap teman-temannya sama dengan dirinya, yaitu masih dalam tahap belajar Rasa tidak percaya diri (self distrust) Faktor sosial merupakan lingkungan hidup di mana seorang anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya, baik interaksi antar individu, antara individu dan kelompok, keluarga, dan antara individu dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Adanya perlakuan yang kurang wajar dari anggota keluarga dan anggota masyarakat dapat menimbulkan beberapa aspek yang negative, seperti perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat, perasaan cemburu, perasaan syak wasangka, merasa diperlakukan tidak adil, kurang dapat bergaul, mudah marah, dan berlaku agresif. Berikut ungkapan Dwi Jayanti.

5 115 Kurangnya pemahaman dan miskinnya bahasa dalam berkomunikasi membuat saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh orang lain sehingga saya tidak bisa memberikan timbal balik karena itu saya dianggap orang yang bodoh Rasa tidak percaya diri membuat anak tunarungu tidak yakin dengan kemampuannya sehingga sulit untuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini membuatnya menjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau berkembang. Kegagalan membuat rangkaian sejumlah objek atau mengonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan anak mengalami frustrasi. Dengan mendampingi anak pada saat belajar, pendidik dapat melatih anak untuk belajar bersabar, mengendalikan diri dan tidak cepat putus asa dalam mengonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik bagi anak mengarahkan anak untuk dapat mengendalikan dirinya kelak pada kemudian hari untuk tidak cepat frustrasi dalam menghadapi permasalahan (Titik Setyawahyuni, 2007: 18). Berdasarkan ungkapan dan teori di atas diketahui bahwa anak tunarungu memerlukan bimbingan dari guru untuk menumbuhkan rasa percaya diri agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. 6.2 Kendala yang berasal dari lingkungan Tenaga pendidik Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar keterampilan di sekolah. Disamping itu, juga sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup siswa secara optimal, baik di bidang akademik maupun keterampilan vokasional yang diselenggarakan di SLB.B N Tabanan. Peran guru dalam proses kegiatan

6 116 pembelajaran keterampilan adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaru (inovator), model dan teladan, pendorong kreativitas, dan lain-lain. Berkaitan dengan ini, guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses kegiatan keterampilan, dalam usahanya mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, guru harus merencanakan setiap kegiatan sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. Begitu pentingnya peranan seorang guru, tetapi di SLB.B N Tabanan, yang mengajarkan keterampilan kurang berkompeten di bidangnya seperti guru yang mengajar keterampilan pembuatan batako dan keterampilan meronce, mereka mengajar keterampilan bukan karena mempunyai ijazah yang mendukung, melainkan hanya berdasarkaan pengalaman. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan I Wayan Ceger sebagai berikut. Tenaga pendidik dalam mengajarkan keterampilan kurang kompeten di bidangnya dan hanya berdasarkan pengalaman yang dimiliki karena tuntutan kurikulum yang mengharuskan bahwa pembelajaran di SMALB 40% di bidang akademik dan 60% di bidang keterampilan vokasional maka dari itu, SLB.B N Tabanan memanfaatkan guru yang ada, tetapi sudah berpengalaman di bidangnya walaupun tidak mempunyai ijazah yang berkaitan dengan keterampilan yang diajarkan (wawancara 9 Mei 2013). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan vokasional harus diadakan karena sudah menjadi aturan dari pemerintah walaupun bertolak belakang dengan keadaan yang ada di lapangan, yaitu belum ada guru yang berkompeten di bidangnya. Walaupun gurunya kurang berkompeten, yaitu di bidang pembuatan batako, batako berhasil menjadi keterampilan yang sukses. Keberhasilannya membina anak tunarungu terbukti dari hasil pembuatan batako sudah dipasarkan.

7 Sarana dan prasarana Dalam konteks sarana prasarana, Adi (2008 : 287) mengatakan bahwa modal fisik merupakan salah satu modal dasar yang terdapat dalam setiap masyarakat. Modal fisik terdiri atas dua kelompok, yaitu bangunan dan infrastruktur. Bangunan di sini berupa ruangan dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan dan infrastruktur berupa peralatan keterampilan. Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu program adalah mengenai sarana dan prasarana. Sarana dan prasaran di SLB.B N Tabanan masih sangat terbatas, yaitu ruang keterampilan vokasional yang tersedia baru ada satu ruangan. Dalam ruangan tersebut ada dua aktivitas keterampilan yang dilaksanakan, yaitu keterampilan menjahit dan salon kecantikan. Ditambah lagi peralatan menjahit seperti mesin jahit, lemari, dan bahan-bahan keperluan menjahit disimpan dalam ruangan itu juga. Mesin jahit banyak yang rusak. Dari empat mesin jahit hanya dua mesin jahit yang bisa dipakai. Di samping itu, peralatan salon kecantikan, seperti steamer, dan lemari kaca disimpan di situ juga sehingga menambah sempit ruangan. Kondisi seperti itu kurang nyaman untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu banyak kosmetik yang sudah expired. Untuk keterampilan pembuatan batako ada empat biji cetakan. Jadi, masih kurang dan tidak ada alat transportasi untuk pengiriman. Ruang workshop sebagai tempat pameran hasil karya anak belum ada. Berikut penuturan kepala sekolah, I Made Warsawan,S.Pd. kurikulum 2004 harus dilaksanakan walaupun sarana dan prasarana belum memadai. Kurikulum 2004 yang terimplementasi melalui program pemberdayaan keterampilan vokasional yang dilaksanakan di sekolah ini memang belum diikuti dengan sarana dan prasarana yang memadai. Saya

8 118 dan guru-guru lebih memprioritaskan proses belajar keterampilannya sementara ruang workshop masih dalam proses pengajuan ke pemerintah ( wawancara 10 Mei 2013 ). Ungkapan di atas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada memang kurang memadai. Jadi, salah atu alternatifnya adalah dengan memanfaatkan yang telah ada dan memprioritaskan dalam proses pembelajaran. Permodalan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha yang dirintis. Pemerintah memberikan dana hanya untuk pelatihan keterampilan yang diajukan melalui Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKA S). Jadi, untuk kepentingan berproduksi belum ada dana sehingga permodalan dalam pembuatan batako meminjam dari yayasan. Minimnya bantuan yang dapat diberikan oleh yayasan dan kurangnya waktu pengerjaan dalam pembuatan batako mengakibatkan banyak pesanan batako yang tidak bisa dipenuhi oleh sekolah. Pemasaran menjadi kunci utama untuk suksesnya pengembangan suatu usaha. Kenyataan pada saat ini ekonomi rakyat lemah, kesenjangan makin meningkat, dan terjadi banyak monopoli menyebabkan lapisan masyarakat bawah (tunarungu) sulit untuk menembus jaringan pasar yang dikuasai oleh golongan yang kuat. Oleh karena itu, untuk mengatasinya dibangun sistem kemitraan yang saling menguntungkan. 6.3 Cara Mengatasi Kendala-Kendala Pemberdayaan Keterampilan Vokasional Bagi peserta didik dan tenaga pendidik Banyaknya kendala yang dihadapi tidak seharusnya menyebabkan guru menjadi putus asa dan menyerah pada keadaan, justru merupakan cambuk untuk

9 119 maju dengan keadaan yang serba terbatas, baik dilihat dari segi kemampuan peserta didik yang tunarungu maupun sarana dan prasarana yang kurang memadai. Guru harus memberikan contoh kepada siswa melalui sikap nyata, yaitu berupa kedisiplinan yang tinggi, kesungguhan dalam memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, serta konsisten terhadap tugas yang diembannya. Hal itu dilakukan melalui pelatihan keterampilan yang diselenggarakan dan mempunyai motivasi tinggi dalam mewujudkan keberhasilan program keterampilan vokasional, di sinilah letak pentingnya motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Stoner (1996:134) menyatakan bahwa motivasi sebagai suatu manajemen untuk memengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang menyebabkan orang bergerak. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri (daya pendorong) seseorang untuk mencapai tujuan. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja, maupun dalam kehidupan lainnya. Hal ini sesuai dengan teori motivasi (hierarki kebutuhan) yang dikemukakan oleh Abraham H. Maslow (dalam teori-teori motivasi oleh Akhmad Sudrajat, M.Pd pada 6 Februari 2008). Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow ini pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat, dan seks; (2) kebutuhan

10 120 rasa aman ( safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal, dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang ( love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai symbol status; dan (5) aktualisasi diri ( self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Dari teori di atas dapat digarisbawahi bahwa manusia memiliki lima tingkatan kebutuhan, dua di antaranya adalah aktualisasi diri dan harga diri. Untuk aktualisasi diri bagi anak tunarungu, ada program pemberdayaan keterampilan vokasional yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan di bidang keterampilan tertentu yang sesuai dengan bakat dan minat siswa sehingga potensi siswa dapat berkembang. Dengan berkembangnya potensi siswa maka siswa memiliki keahlian dibidang keterampilan yang bisa meningkatkan kualitas hidup dan harga dirinya di masyarakat Sarana dan prasarana Kondisi yang serba terbatas untuk melaksanakan program keterampilan vokasional, yaitu hanya ada satu ruangan untuk dua jenis keterampilan, maka untuk mengatasinya, yaitu dengan cara bergiliran dalam pelaksanaannya. Untuk salon kecantikan hari Selasa sedangkan untuk menjahit hari Rabu, demikian pula dalam pemakaian mesin jahit karena banyak yang rusak. Untuk bahan-bahan yang expired tidak ada cara lain selain tidak memakainya lagi, mungkin untuk ke depannya stok bahan harus memang benar-benar diperhitungkan kegunaan dan pemakaiannya sehingga tidak sampai expired. Sementara ini apabila ada

11 121 pemesanan batako, sekolah tidak bisa melayani pengiriman karena tidak mempunyai mobil. Karena tidak ada ruang pameran, hasil karya anak dipajang di lemari kaca dan ditaruh di aula. Apabila ada berbagai acara, hal itu diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana promosi. Teori motivasi yang memfokuskan pada pertanyaan mengapa perilaku individu terjadi? Jawabannya adalah (1) kebutuhan -kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan, memacu, dan menguatkan individu untuk melakukan kegiatan, (2) hubungan -hubungan individu dengan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan, mendorong, dan memengaruhi untuk melakukan suatu kegiatan (Handoko,1986:158). Sejalan dengan teori tersabut keinginan untuk mengaktualisasikan diri dalam kegiatan pelatihan keterampilan mendorong anak tunarungu untuk mencapai hasil yang maksimal walaupun banyak faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal.

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi

Modul ke: MOTIVASI SUKSES. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Aldizar, LSQ, MA. Program Studi Akuntansi Modul ke: 12Fakultas Addys EKONOMI DAN BISNIS MOTIVASI SUKSES Aldizar, LSQ, MA Program Studi Akuntansi Pengertian Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan orang melakukan sesuatu atau dorongan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi 1. Pengertian Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak ( move ). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen proyek kontruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksananakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Proyek konstruksi juga

Lebih terperinci

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, antara lain pemenuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, SIKAP BELAJAR DAN AKTUALISASI DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK DAN MAKNA UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI

BAB VII DAMPAK DAN MAKNA UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI BAB VII DAMPAK DAN MAKNA UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN 7.1 Dampak Pemberdayaan Keterampilan Vokasional

Lebih terperinci

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hana_kyu MOTIF DAN MOTIVASI

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hana_kyu MOTIF DAN MOTIVASI Hana_kyu Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang MOTIF DAN MOTIVASI A. Devinisi Motif dan Motivasi Devinisi Motif menurut beberapa sumber 1. Sherif& Sherif ( 1956) menyebutkan motif sebagai

Lebih terperinci

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN 7 TEORI HIRARKI KEBUTUHAN Motivasi : Teori Hirarki Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR Oleh ASTRID WIANGGA DEWI H24103086 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan terhadap para karyawannya dengan intensif. Tujuannya, agar karyawan bekerja dan berkinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk membangun bangsa dan negara. Sejalan dengan misi pendidikan tersebut

Lebih terperinci

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL Definisi Kematangan Vokasional Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mendewasakan anak didik dan memberi bekal pengetahuan agar mampu dan cakap dalam melakukan tugas hidupnya, hal tersebut

Lebih terperinci

UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN

UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN TESIS UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN SRI MINARTI NIM 1090261023 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga yang dilakukan dengan benar sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, olahraga tidak hanya dijadikan sebagai salah satu kegiatan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia kebutuhan konsumen merupakan dasar bagi semua pemasaran modern. Kebutuhan merupakan intisari dari konsep pemasaran. Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disekolah terjadi suatu bentuk interaksi antara guru. H.C. Witherington (1952:43) mengemukakan tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disekolah terjadi suatu bentuk interaksi antara guru. H.C. Witherington (1952:43) mengemukakan tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penqertian Belajar Disekolah terjadi suatu bentuk interaksi antara guru dan siswa yang lazim disebut belajar dan mengajar. H.C. Witherington (1952:43) mengemukakan tentang belajar

Lebih terperinci

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016 PENGANTAR SEKITAR TAHUN 1950, ABRAHAM MASLOW (PSIKOLOG DARI AMERIKA) MENGEMBANGKAN TEORI TENTANG KEBUTUHAN DASAR MANUSIA YANG DIKENAL DENGAN ISTILAH HIERARKI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 1 HIERARKI

Lebih terperinci

Teori-Teori Motivasi. oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Teori-Teori Motivasi. oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd. 1 of 7 3/23/2012 9:51 AM AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN Teori-Teori Motivasi Posted on 6 Februari 2008 oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN REMAJA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA SMA KELAS XI IPS SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. Atas dasar. pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. Atas dasar. pembangunan dan pertumbuhan sosial ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kehidupan koperasi telah menjadi kebutuhan masyarakat, sebab bagi masyarakat Indonesia hidup berkoperasi berarti membangun perekonomiannya. Pemerintah merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, 1 I. PENDAHULUAN Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

Menumbuhkan Minat Baca Siswa (Perspektif Teori Kebutuhan Maslow)

Menumbuhkan Minat Baca Siswa (Perspektif Teori Kebutuhan Maslow) Menumbuhkan Minat Baca Siswa (Perspektif Teori Kebutuhan Maslow) Ahmad Arief Ma ruf A. Latar Belakang Masalah Empat belas tahun sebagai guru Bahasa Indonesia, penulis cukup banyak menemui kendala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN A. Analisis Implementasi Etos Kerja Islam di Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik Upaya Kop BCAA Jawa Timur Cabang Panceng Gresik

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi Pengantar Manajemen Umum Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi By Erma Sulistyo Rini Asumsi dasar Mengenai

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PELAYANAN DAN JARINGAN MALANG) Alfarez Fajar Sandhria Kusdi Rahardjo Hamidah Nayati Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban untuk mewujudkan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban untuk mewujudkan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mengemban tugas dan kewajiban untuk mewujudkan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU RI No.20, Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBERDAYAAN REMAJA DISABILITAS

BAB IV PEMBERDAYAAN REMAJA DISABILITAS 70 BAB IV PEMBERDAYAAN REMAJA DISABILITAS A. Proses Pemberdayaan Remaja Penyandang Masalah Disablitas Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Sukarame Kota Bandar Lampung Lembaga Sosial Sekolah Luar Biasa (SLB) Sukarame

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencapai keuntungan dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencapai keuntungan dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mencapai keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jaman dari waktu ke waktu menuntut setiap Negara untuk melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik, termasuk perbaikan dibidang pendidikan, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya juga berdasarkan rasa senang dan perhatian seseorang terhadap. profesi guru dipandang dari sudut pribadi individu.

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya juga berdasarkan rasa senang dan perhatian seseorang terhadap. profesi guru dipandang dari sudut pribadi individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kecerdasan, sebuah rasa senang dan perhatian juga dibutuhkan untuk mencapai prestasi yang baik, sebab tanpa adanya rasa senang dan perhatian segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, bergaul, ekspresi diri, harga diri dan lain-lain. Menurut Maslow (dalam Hambali 2013: ) bahwa setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, bergaul, ekspresi diri, harga diri dan lain-lain. Menurut Maslow (dalam Hambali 2013: ) bahwa setiap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak setiap orang. Begitu pula pendidikan untuk orang orang yang memiliki kebutuhan khusus. Seperti dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang lebih terampil dan berkualitas untuk meningkatkan efesiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy, tingkatan intelektual manusia terbagi dalam tiga jenis 1. Pertama, individu dengan tingkat intelektual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mahasiswa yang Bekerja 2.1.1 Definisi Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997), bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Motif Berprestasi Ditinjau dari asal katanya, motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sedarmayanti (2010) mengatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yaitu suatu kebijakan dan praktik menentukan aspek "manusia"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG

ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG ARTIKEL PENERAPAN SELF ASSESSMENT DI SEKOLAH DASAR DHARMA PUTRA TANGERANG Oleh: YULI AGUSTINA NIM 0250112010502 Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Syarat Yudisium Jurusan Dharmacarya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mampu dicapai oleh setiap individu (http://www.google.com/artikel, teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Dasar Manusia Teori kebutuhan Maslow merupakan konsep aktualisasi diri yang merupakan keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena melalui pendidikan akan tercipta manusia yang terampil dan berkualitas.

Lebih terperinci

Abraham Maslow ( )

Abraham Maslow ( ) The image cannot be displayed. Your computer may not have enough memory to open the image, or the image may have been corrupted. Restart your computer, and then open the file again. If the red x still

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana dimaklumi bahwa perkembangan teknologi dan globalisasi sangat mempengaruhi dalam setiap kegiatan dunia usaha saat ini. Hal ini menyebabkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Strategi Adaptasi Strategi adaptasi dimaksud oleh Edi Suharto dalam Edi (2009:29), sebagai Coping strategies. Secara umum strategi bertahan hidup (coping strategies) dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah. ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan kesempurnaan hanya dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam pembangunan. Berhasil tidaknya suatu pembangunan tergantung pada sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng adalah cerita bersifat khayal yang dianggap tidak benarbenar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya (Itadz, 2008:73). Pada jaman dahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Seperti halnya karyawan mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang diharapkan akan dipenuhi oleh perusahaan, perusahaan juga mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Belajar Siswa Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang bertujuan menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar 5 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Fasilitas Belajar Penelitian ini fasilitas belajar identik dengan sarana prasarana pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang berada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi, diharapkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU 234 STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU Rezka B. Pohan 1, Wahid Munawar 2, Sriyono 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal penting dalam agenda bisnis. Para pemimpin perusahaan yang berhasil adalah mereka yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan dan akan selalu berdampingan dengan manusia seiring dengan perkembangannya karena pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang sangat penting dalam mendukung pembangunan, dan merupakan fondasi kompetensi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian siswa Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses di dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualiatas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Faktor internal : Perasaan Kebutuhan ragu dan takut dasar mengungkapkan manusia menurut potensi Maslow diriyaitu : Ketidaktahuan Fisiologis potensi Dukungan diri. informasional Faktor Eksternal Rasa aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Oleh karena itu pembangunan dalam bidang pendidikan harus melibatkan berbagai

Lebih terperinci

HAMBATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT.

HAMBATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT. HAMBATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT. PERENCANAAN YANG IDEAL Masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya Perencanaan tidak hanya terhenti

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN (Mental Etika dan Profesi Teknik)

TEKNIK PENGUKURAN (Mental Etika dan Profesi Teknik) TEKNIK PENGUKURAN (Mental Etika dan Profesi Teknik) Oleh Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT Ir. Anwar Arifai 1 Kesadaran Etika Selain yang telah dijelaskan terdahulu banyak lagi etika-etika profesional lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci