Hubungan Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Diare Pada Murid SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Diare Pada Murid SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur"

Transkripsi

1 Hubungan Praktik Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Diare Pada Murid SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur Desi Novitasari 1, Suklan 1 1 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin Alamat korespondensi: Prodi MPRS STIKes MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No Kramat Jati Jakarta Timur Telp: ext 102. ABSTRAK Penyakit diare pada anak, hingga sekarang merupakan penyakit yang penting di Indonesia.Pentingnya masalah penyakit diare ditunjukkan adanya perkiraan sekitar sepertiga kematian anak disebabkan oleh penyakit diare.selain diare menyebabkan kematian langsung, dapat dan sering menyebabkan anak menjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi juga berarti menurunnya imunitas atau daya tahan, anak akan mudah terkena penyakit infeksi lainnya yang akan menimbulkan kematian (Sunoto, dkk, 1990). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kejadiandiare dengan pengetahuan, sikap dan praktik PHBS pada siswa SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur tahun 2012.Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IV dan V, penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 di SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur.Sampel berjumlah 53 orang yang diambil dengan tekhnik randomsampling. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian pendekatan cross sectional. Penelitian diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini jumlah responden yang pernah menderita diare sebanyak 56,6 %, responden yang berpengetahuan tinggi sebanyak 58,5 %, responden yang memiliki sikap mendukung sebesar 62,3 %, dan yang melakukan praktik sebanyak 52,8 %. Dengan α = 0,05 hasil uji analisa dengan menggunakan Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kejadian diare dengan variabel pengetahuan (p= 0,000 OR= 11,515), kejadian diare dengan variabel sikap (p= 0,010 OR= 5,429), dan kejadian diare dengan variabel praktik PHBS (p= 0,000 OR= 5,600). Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik PHBS dengan kejadian diare.perlu adanya peran guru dan orang tua untuk melatih kebiasaan siswa berperilaku hidup bersih dan sehat disekolah maupun dirumah. Disediakannya fasilitas pendukung untuk siswa melakukan PHBS yaitu seperti tempat mencuci tangan (wastafel) atau gayung dan ember dan juga sabun dikamar mandi ataupun kelas yang berfungsi membantu dalam menjaga kebersihan tangan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menerapkan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sejak dini pada anak-anak. Kata kunci: Diare, PHBS, Anak SD. Pendahuluan Perilaku yang tidak sehat dapat menjadi pemicu terjadinya berbagai penyakit salah satunya diare. Perilaku tersebut antara lain tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar juga sebelum dan sesudah makan, mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna (setengah matang), mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas, memakan sayuran atau buah-buahan yang tidak dicuci dengan bersih. Semua ini dapat menyebabkan diare jika kebersihan mulai dari pengolahan sampai dengan penyajian makanan tidak diperhatikan. Hal yang sama tentang penyebab timbulnya diare juga disampaikan dalam buku pedoman perilaku hidup bersih dan sehat ditatanan rumah tangga bahwa situasi ini dapat menimbulkan diare antara lain tidak mencuci tangan dengan baik setelah buang air besar, sebelum makan, pembuatan WC yang tidak memenuhi syarat, dan pengelolaan sampah yang tidak benar (Depkes, 2006). Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak-kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com). Berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional tahun 2008, di Indonesia penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih rendah di setiap wilayah Indonesia 6

2 yang hanya mencapai 45%, hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya penyakit berbasis lingkungan yang berkembang di masyarakat seperti halnya diare, ISPA dan nasopharyngitis akut. Penerapan yang rendah tentang PHBS disebabkan masih rendahnya kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan dan pola sehat serta disebabkan pula oleh rendahnya penyebaran informasi terkait dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Berdasarkan data epidemiologis terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada lingkungan usia anak sekolah dasar penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia masih tinggi. Seperti kasus infeksi demam berdarah dengue, diare, cacingan, infeksi saluran pernafasan akut, serta reaksi simpang terhadap makanan akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan (Hendra, 2007). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil penelitian mengenai Hubungan Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Kejadian Penyakit Diare Pada Murid SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur. Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari sejumlah karakteristik masalah yang berbentuk pengklasifikasian suatu data. Adapun desain penelitian dengan menggunakan desain Cross Sectional Study yaitu mengumpulkan informasi dengan satu kali survei yang dilakukan ditempat penelitian yang merupakan metode guna mempelajari dan mengetahui hubungan antara dua variabel pada sekelompok subjek. Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian penyakit diare pada murid SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan di SDN Makasar 07 Pagi Jakarta Timur, karena dekat dengan puskesmas kecamatan Makasar sehingga mudah dilakukan pemantauan oleh puskesmas dan karena sekolah tersebut telah mengikuti kegiatan Dokter Kecil. Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Desember Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas 4 dan kelas 5 SDN Makasar 07. Sedangkan untuk sampel peneliti menggunakan teknik pengambilan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin dilakukan untuk menentukan jumlah sampel dari total populasi yaitu berjumlah 53 responden dari 112 siswa. Untuk mengetahui apakah ada hubungannya antara kejadian penyakit diare dengan praktik perilaku hidup bersih dan sehat, peneliti menggunakan uji statistik yaitu dengan uji Chi Square Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan terhadap 53 orang siswa, yang terdiri dari 32 orang siswa kelas IV dan 21 orang siswa kelas V. Karakteristik responden dikelompokkan menjadi variabel umur, jenis kelamin, dan kelas. Tabel 1. Karakteristik Responden No Karakteristik Ʃ % 1 Umur < 10 tahun 10 tahun 2 Jenis Kelamin Laki laki Perempuan 3 Kelas Kelas IV Kelas V ,8 64,2 45,3 54,7 60,4 39,6 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden yang diwawancarai dengan kelompok umur antara < 10 tahun berjumlah 19 orang (35,8%), sedangkan pada kelompok umur 10 tahun berjumlah 34 orang (64,2%). Pada karakterisik jenis kelamin, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 29 orang (54,7%) dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 24 orang (45,3%). Dan pada karakteristik kelas, sebagian responden berasal dari kelas IV yaitu sebanyak 32 orang (60,4%) dibandingkan dengan responden yang berasal dari kelas V yaitu 21 orang (39,6%). Tabel 2. Analisis Univariat No Analisis Univariat Ʃ % 1 Kejadian Diare Pernah Tidak Pernah 2 Pengetahuan Rendah Tinggi 3 Sikap Tidak Mendukung Mendukung 4 Praktik Tidak Melakukan Melakukan ,6 43,4 41,5 58,5 37,7 62,3 49,1 50,9 Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang pernah menderita diare berjumlah 30 orang (56,6%), sedangkan yang tidak pernah menderita diare berjumlah 23 orang (43,4%). Pada variabel pengetahuan, sebagian besar responden berpengetahuan tinggi dengan jumlah 31 orang (58,5%) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan rendah yaitu 22 orang (41,5%). Pada variabel sikap, sebagian besar responden memiliki sikap mendukung yaitu sebanyak 33 orang (63,2%) dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap tidak mendukung yaitu 20 orang (37,7%). Pada variabel sikap, sebagian besar responden memiliki sikap mendukung 7

3 sebanyak 33 orang (63,2%) dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap tidak mendukung yaitu 20 orang (37,7%). Pada variabel praktik, sebagian besar responden melakukan praktik sebesar 27 orang (50,9%). Sedangkan responden yang tidak melakukan praktik yaitu sebesar 26 orang (49,1%). Tabel 3. Analisis bivariat Dari hasil tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa hubungan variabel pengetahuan responden dengan kejadian diare setelah dilakukan uji chi-square, didapatkan hasil p = 0,000 atau p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna secara statistik antara variabel pengetahuan dengan kejadian diare. Pengetahuan yang rendah mempunyai risiko diare sebesar 11,5 kali dari responden yang berpengetahuan tinggi (OR 11,515) Sedangkan variabel sikap responden dengan kejadian diare setelah dilakukan uji chi-square, didapatkan hasil p = 0,010 atau p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna secara statistik atara sikap responden dengan kejadian diare. Risiko sikap yang tidak mendukung terhadap kejadian diare sebesar 5,4 kali dari pada yang besikap mendukung (OR 5,429). Pada Variabel praktik PBHS responden dengan kejadian diare setelah dilakukan uji chi-square, didapatkan hasil p = 0,000 atau p < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna secara statistik antara praktik PHBS dengan kejadian diare. Risiko yang tidak melakukan praktik PHBS terhadap kejadian diare sebesar 21,9 kali dari pada yang melakukan praktik PBHS (OR 21,905). Pembahasan Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di dunia. Bahkan, UNICEF melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare. Hal ini banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia karena buruknya perilaku higiene perorangan dan sanitasi masyarakat yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat sosial, ekonomi dan pendidikan (Novick &Marr, 2003). Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita dan sering menimbulkan kejadian luar biasa. Data dari profil kesehatan Indonesia tahun terlihat kecenderungan insiden diare meningkat. Pada tahun 2000 IR (incidence rate) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dantahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada tahun 2010 dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah kasus dengan kematian sebanyak 77 kasus (CFR: 2,98%) (Kemenkes RI, 2011). Menurut Sunoto dkk (1990), penyakit diare pada anak hingga sekarang merupakan penyakit yang penting di Indonesia. Pentingnya masalah penyakit diare ditunjukkan adanya perkiraan sekitar sepertiga kematian anak disebabkan oleh penyakit diare. Dari penjelasan tersebut sudah dapat diketahui bahwa angka diare pada anak masih tinggi, dari jumlah keseluruhan 53 responden, sebanyak 56,6% responden pernah menderita diare. Berdasarkan data Survey Kesehatan Nasional tahun 2008, di Indonesia penerapan PHBS masih rendah di setiap wilayah Indonesia yang hanya mencapai 45%, hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya penyakit berbasis lingkungan yang berkembang di masyarakat seperti halnya diare. Penerapan yang rendah tentang PHBS disebabkan masih rendahnya kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan dan pola sehat serta disebabkan pula oleh rendahnya penyebaran informasi terkait dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Jadi dapat dilihat bahwa ketidaktahuan responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempengaruhi angka terjadinya diare pada anak. Pengetahuan Pengetahuan secara tidak langsung mempengaruhi derajat angka kesehatan seseorang, orang yang mempunyai pengetahuan tinggi pada umumnya dapat memperhatikan kesehatannya karena merupakan saran pendukung untuk mencapai derajat angka kesehatan yang maksimal. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 58,5%, dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 41,5%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak responden yang mendapatkan pengetahuan yang cukup mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Dan besar kemungkinan bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari karena sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu manfaat dari perilaku tersebut bagi dirinya. Pengetahuan tersebut merupakan awal terbentuknya sikap yang mana akan membentuk perilaku ataupun tindakan. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Individu yang tingkat pendidikannya lebih tinggi akan lebih mampu mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat, namun bukan berarti seseorang yang tingkat 8

4 pendidikannya lebih rendah akan mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Sikap Menurut Koentjaraningrat (1983) sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap situasi atau stimulus atau obyek yang berdasarkan pendirian atau pendapat keyakinan individu tersebut(notoatmodjo, 2003). Sikap juga dapat berubah-ubah pada keadaan-keadaan dan syaratsyarat tertentu sehingga dapat dipelajari. Kelompok sebaya atau kelompok individu memberi pengaruh pada individu sehingga ada kecenderungan individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya (Wawan, 2010). Hal tersebut menggambarkan sikap PHBS yang cenderung hampir sama untuk responden. Sikap responden terhadap PHBS dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan dalam kuesioner yang terdiri dari pertanyaan positif dan negatif, dengan 2 pilihan jawaban, yaitu: setuju dan tidak setuju. Hasil penilaian sikap responden tersebut dikategorikan menjadi mendukung dan tidak mendukung. Berdasarkan hal tersebut, maka didapatkan hasil bahwa sikap responden terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu sebagian besar responden memiliki sikap yang mendukung dengan jumlah 62,3% di bandingkan dengan responden yang memiliki sikap tidak mendukung dengan jumlah 37,7%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa manifestasi dari sikap baik tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu oleh perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap yang baik terhadap PHBS cenderung menerima dan memanfaatkan objek yaitu PHBS, sebab sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam tindakan. Praktik PHBS Berdasarkan distribusi frekuensi dapat diketahui tingkat praktik responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), yaitu sebagian besar responden telah melakukan praktik yang baik dengan jumlah 27 orang dengan pesentase sebesar 50,9 % di bandingkan dengan responden yang tidak melakukan praktik dengan jumlah 26 orang dengan persentase 49,1%. Peran guru dalam mendukung praktik PHBS pada responden masih belum banyak, hal ini ditandai dengan besarnya nilai pada kelompok kurang berperan. Ini bisa terjadi kemungkinan karena penyampaian informasi tentang PHBS untuk anak usia dini dari petugas yang berkompeten (puskesmas/dinas kesehatan) masih minim. Kemungkinan lain karena guru lebih memfokuskan menyampaikan materi pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum dibandingkan dengan materi PHBS yang secara kurikulum belum tertulis. Sementara peranan orang tua dalam menyampaikan PHBS juga masih rendah. Rendahnya peranan tersebut mungkin disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan orang tua tentang PHBS dikarenakan oleh terbatas pula sosialisasi dari petugas kesehatan kepada para orang tua sehingga untuk menyampaikan kepada anak menjadi terbatas. Selain itu mungkin kesibukan orang tua dalam bekerja di luar rumah sehingga waktunya untuk mensosialisasikan PHBS sangat sedikit. Peranan orang tua sebenarnya sangat kuat untuk mengubah perilaku anak ke arah yang lebih baik sehingga bila orang tua memiliki pengetahuan dan waktu yang memadai berkaitan dengan PHBS maka praktik peserta terhadap PHBS menjadi lebih baik. Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Variabel Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu (Notoadmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan sesorang dipengaruhi oleh pendidikan yang diperoleh. Menurut Roger, untuk membentuk sebuah perilaku yang positif, maka harus didasari oleh pengetahuan (Wawan, 2010), hal ini berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu informasi. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Jika pada individu tidak diberikan sebuah informasi yang benar, maka akan dipersepsikan atau terbentuk sikap yang tidak baik pula sehingga membentuk sebuah perilaku yang kurang baik atau negatif. Hasil analisis hubungan varaibel pengetahuan dengan kejadian diare diperoleh bahwa dari 53 responden yang berpengetahuan tinggi menunjukan 35,5% pernah menderita diare dan responden yang berpengetahuan tinggi yang tidak pernah menderita diare sebanyak 64,5 %. Sedangkan responden yang menunjukan pengetahuan rendah yang pernah menderita diare sebanyak 86,4 % dan responden yang berpengetahuan rendah yang tidak pernah menderita diare sebanyak 13,6 %. Dilihat dari hasil uji statistik (chi-square) didapatkan p- value sebesar 0,000 yang berarti p-value lebih kecil dari α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pengetahuan dengan kejadian diare. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah berpeluang sebanyak 11,515 kali terhadap kejadian diare dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi. Pengetahuan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan suatu pencanangan program karena 9

5 pengetahuan yang buruk akan menghambat dan menyebabkan kegagalan pencapaian keberhasilan perilaku hidup bersih dan sehat. Adopsi perilaku yang didasari pengetahuan dan sikap positif akan bersifat langgeng, namun prilaku yang tidak didasari pengetahuan dan sikap positif tidak akan berlangsung lama. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku. (Notoatmodjo, 2003). Kenyataannya tidak selalu pengetahuan akan berubah menjadi sikap dan sikap menjadi tindakan. Jenis kelamin dapat membedakan perilaku dan karasteristik hasil dari perilaku (Notoatmodjo, 2010). Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling rentan menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih rendah. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Depkes RI, 2005). Menurut penelitian Nilton, dkk (2008) faktor-faktor penyebab diare adalah menggunakan air sumur, minum air yang tidak dimasak, sumur < 10 meter, tidak mempunyai jamban, tidak menggunakan jamban, tidak mempunyai tempat sampah dan tidak cuci tangan. Perilaku yang tidak sehat dapat menjadi pemicu terjadinya berbagai penyakit salah satunya diare. Perilaku tersebut antara lain tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar juga sebelum dan sesudah makan, mengkonsumsi makanan yang tidak dimasak dengan sempurna (setengah matang), mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas, memakan sayuran atau buah-buahan yang tidak dicuci dengan bersih. Semua ini dapat menyebabkan diare jika kebersihan mulai dari pengolahan sampai dengan penyajian makanan tidak diperhatikan. Hal yang sama tentang penyebab timbulnya diare juga disampaikan dalam buku pedoman perilaku hidup bersih dan sehat ditatanan rumah tangga bahwa situasi ini dapat menimbulkan diare antara lain tidak mencuci tangan dengan baik setelah buang air besar, sebelum makan, pembuatan WC yang tidak memenuhi syarat, dan pengelolaan sampah yang tidak benar (Depkes, 2006). Menurut Green (1990) dalam Notoatmodjo (2007) salah satu faktor seseorang melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah faktor pemungkin (enabling factor) yaitu faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu tindakan atau motivasi. Faktor pemicu tersebut mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan jamban, makanan bergizi dan sebagainya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental maupun sosial (Dinas Kesehatan, 2010). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih (Dinas Kesehatan, 2010). Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Variabel Sikap Hasil analisis hubungan varaibel sikap dengan kejadian diare diperoleh bahwa dari 53 responden yang bersikap mendukung menunjukan 42,4% pernah menderita diare dan responden yang bersikap endukung yang tidak pernah menderita diare sebanyak 57,6%. Sedangkan responden yang menunjukan sikap tidak mendukung yang pernah menderita diare sebanyak 80% dan responden yang bersikap tidak mendukung yang tidak pernah menderita diare sebanyak 20%. Dilihat dari hasil uji statistik (chi-square) didapatkan p- value sebesar 0,010 yang berarti p-value lebih kecil dari α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel sikap dengan kejadian diare. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki sikap tidak mendukung berpeluang sebanyak 5,429 kali terhadap kejadian diare dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap mendukung. Sikap merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tidakan individu terhadap beberapa obyek, pribadi, dan peristiwa. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Sikap anak terhadap pencegahan dan penanggulangan diare merupakan satu kesatuan untuk menurunkan angka kesakitan diare. Jika sikap anak terhadap pencegahan diare mendukung, maka angka kesakitan diare dapat berkurang. Menurut Notoatmodjo (2007) penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini (awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption) didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan langgeng (long lasting). Pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung saja masih belum cukup untuk mengeubah perilaku seseorang, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam satu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek 10

6 kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selajutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau yang disikapinya. Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Variabel Praktik Berdasarkan hasil analisis hubungan varaibel praktik dengan kejadian diare diperoleh bahwa dari 53 responden yang melakukan praktik menunjukan 25,9 % pernah menderita diare dan responden yang melakukan praktik yang tidak pernah menderita diare sebanyak 74,1%. Sedangkan responden yang menunjukan tidak melakukan praktik yang pernah menderita diare sebanyak 88,5% dan responden yang tidak melakukan praktik yang tidak pernah menderita diare sebanyak 11,5%. Dilihat dari hasil uji statistik (chi-square) didapatkan p- value sebesar 0,000 yang berarti p-value lebih kecil dari α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variabel praktik dengan kejadian diare. Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki tidak melakukan praktik berpeluang sebanyak 21,905 kali terhadap kejadian diare dibandingkan dengan responden yang telah melakukan praktik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik PHBS pada responden masih rendah. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh sosialisasi dari pihak terkait dalam hal ini puskesmas maupun dinas kesehatan sebagai perpanjangan tangan Departemen Kesehatan masih minim terutama terhadap para guru sekolah dasar sehingga memberikan pengaruh pula terhadap sosialisasi PHBS tersebut kepada peserta didiknya. Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan kesehatan anak dengan menyediakan lingkungan sekolah yang sehat, pelayanan kesehatan, danp endidikan kesehatan yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam kehidupan bangsa, anak-anak sekolah tidak dapat diabaikan, karena mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasa perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Survey Health Service Program Tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai kehampir setiap rumah di Indonesia, namun sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk cuci tangan, untuk di desa angkanya bias lebih rendah lagi. Menurut penelitian World Health Organization (WHO) mencuci tangan pakai sabun dapat menurunkan resiko diare hingga 50% (Tazrian, 2011). Sedangkan untuk makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga. Oleh karenanya, sanitasi makanan juga perlu di jaga karena bila tercemar akan menimbulkan gangguan gastrointestinal yang berakibat diare (Slamet, Juli Soemirat, 2004: 170). Cara penyiapan dan penyimpanan bahan makanan dapat menimbulkan akibat buruk, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah penyimpanan air di rumah atau kantin atau warung sekolah, penggunaan atau juga kemungkinan kontaminasi silang dari makanan mentah ke makanan yang sudah di masak, atau dari tempat pembungkus atau penampung, makanan dan peralatan masak, atau status kesehatan dan perilaku hygiene para pengolah makanan. Konsumsi makanan yang tidak dimasak secara memadai, konsumsi ikan mentah, serta pendingin yang tidak memadai sewaktu penyimpanan. Dari kondisi ini makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat berasal dari tanah, udara, manusia dan vektor, sehingga bisa menimbulkan diare karena terdapat berbagai macam mikroba (Bres. P, 1955 : 76). Upaya kesehatan sekolah adalah suatu tatanan dimana program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan. Sekolah yang berwawasan kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat (Soekidjo Notoatmodjo, 2005 : 362). Larangan jajan di sembarang tempat, yang dengan sendirinya perlu didukung dengan penyediaan kantin atau warung sekolah. Sebenarnya sudah banyak cara yang dilakukan pihak sekolah untuk mencegah jajanan sekolah berbahaya yang di beli oleh mereka, salah satunya dengan menyediakan beberapa kantin dan melarang penjual jajanan berjualan di depan sekolah (Kompas, 11/03/2009). Dengan tersedianya kantin sekolah akan memudahkan guru atau petugas kesehatan untuk melakukan pengawasan baik dari segi gizinya, maupun dari segi kebersihan (hygiene) makanannya (Notoatmodjo, 2005). Daftar Pustaka Departemen Kesehatan R.I Diare Masalah dan Penanggulangannya. Dokumentasi dan Publikasi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan R.I Interaksi, Majalah Informasi & Referensi Promosi Kesehatan I No. 1 / Tahun IX / 2007 Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI 11

7 Fitrianingsih Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Siswa Kelas 4 dan 5 SDN 2 Cicurug Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun Depok : Universitas Indonesia Interaksi Suplemen, Pusat Promosi Kesehatan PHBS di Sekolah. diakses tanggal 15 nov 2012 jam WIB Notoatmodjo, S Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Renika Cipta Notoatmodjo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta Oktapriana, Riesmah Pengetahuan, Sikap, dan Praktik PHBS Siswa & Faktor Faktor Yang Berhubungan di SDN 013 Sunter Agung Jakarta Utara. Depok : Universitas Indonesia Okdiyanto, Dwi Agus Hubungan Pelaksanaan Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) Dengan Kejadian Diare Di Kelurahan Taman Asri Baradatu Waykanan Tahun Lampung : STIKes Mitra Lampung Puskesmas Kecamatan Makasar Profil Tahunan Puskesmas Kecamatan Makasar Tahun 2010 Puskesmas Kecamatan Makasar, Laporan Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Institusi Pendidikan Pertiwi, Wiwik Eko Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Guru Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Dengan Praktik Pendidikan PHBS Pada Murid SD di Kota CilegonTahun Depok : Universitas Indonesia repository.usu.ac.id/bitstream/.../chapter%20ii.pdf. diakses tanggal 11 November 2012 jam wib Subagyo, Bambang Ilmu Kesehatan Anak I Diare Pada Anak, Buku Pegangan Kuliah Fakultas Kedokteran. Sofwan, Rudianto Cara Cepat Atasi Diare Pada Anak. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia) 12

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan di institusi pendidikan (Health Promoting School) yang dicanangkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2005) menggunakan model holistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga saat ini, masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Semua kelompok usia bisa terserang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi buang air besar. Diare dapat juga didefinisikan bila buang air besar tiga kali atau lebih dan

Lebih terperinci

Fajarina Lathu INTISARI

Fajarina Lathu INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DBD DI WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN YOGYAKARTA Fajarina Lathu INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dimana setiap tahunnya kejadian kasus diare sekitar 4 miliar, dengan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare hingga menjadi salah satu penyebab timbulnya kesakitan dan kematian yang terjadi hampir di seluruh dunia serta pada semua kelompok usia dapat diserang oleh diare,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN Siti Rabiah 1, Elmiyanti 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Wiwiningsih

Disusun Oleh: Wiwiningsih PERSEPSI BIDAN DENGAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI ` Disusun Oleh: Wiwiningsih 201410104263 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015 Syafriani Lecturer STIKes Tambusai Riau Syafrianifani@ymail.com ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 merupakan gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN KAKI LIMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AUR DURI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Erris, 2 Marinawati 1 Poltekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT Novie E. Mauliku dan Eka Wulansari ABSTRAK Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kesehatan Indonesia saat ini sedang berada dalam situasi transisi epidemiologi (epidemiological transition)yang harus menanggung beban berlebih (triple burden).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Anak yang sehat merupakan dambaan dari semua orang tua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. A. Latar Belakang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam

Lebih terperinci

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare Merry Tyas Anggraini 1, Dian Aviyanti 1, Djarum Mareta Saputri 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang : Perilaku hidup

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pencegahan Hepatitis A dengan Kejadian Hepatitis A Pada Warga Kelurahan Bojongsari Lama Depok 2012

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pencegahan Hepatitis A dengan Kejadian Hepatitis A Pada Warga Kelurahan Bojongsari Lama Depok 2012 Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pencegahan Hepatitis A dengan Kejadian Hepatitis A Pada Warga Kelurahan Bojongsari Lama Depok 2012 Dwi Hastuti 1, Suklan 1 1 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR Nur Alam Fajar * dan Misnaniarti ** ABSTRAK Penyakit menular seperti diare dan ISPA (Infeksi

Lebih terperinci

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Oleh : Suyanti ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Proses pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare adalah penyakit yang terjadi karena perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia hingga saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan makin meningkatnya angka kesakitan diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan penyakit dimana buang air besar dalam bentuk cair sebanyak 3 kali sehari atau lebih dari normal, terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan

Lebih terperinci

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yangharus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015 HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015 Oleh : Beti khotipah ABSTRACT Di Negara berkembang dan

Lebih terperinci

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAYAMANYA KABUPATEN POSO 1) Fitriyah G. Mursad 1) Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare ditandai dengan buang air besar lebih tiga kali dengan tinja encer, serta bercampur darah dan lendir. Hal ini dapat menyebabkan Bayi atau anak usia dibawah 5 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, terutama pada anak-anak, di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. WHO (2000) memperkirakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Faktor penyebab diare yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia. 7 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang bergizi sangat penting untuk kebutuhan tubuh tetapi makanan yang aman atau terjamin mutunya juga sangat penting agar tidak merusak tubuh karena penularan

Lebih terperinci

Oleh : Suharno ABSTRAK

Oleh : Suharno ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KETERSEDIAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suharno ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN AWAL DIARE DI RUMAH PADA ANAK USIA TODLER (1-3 TAHUN) YANG MENGALAMI DEHIDRASI DIRUANG MIRAH RSUD dr. SLAMET GARUT TAHUN 2014 ABSTRAK Cucu Saepuloh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa karena mereka adalah sebagai salah satu penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan sangat tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mempertahankan kesehatan anak merupakan tanggung jawab orang tua, namun demikian sekolah-sekolah umum dan departemen kesehatan telah berkontribusi dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM MENCUCI TANGAN PAKAI SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 13-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak

Lebih terperinci