adanya kereta khusus wanita dengan factor penghambat pengadaan kereta khusus wanita. A. Faktor Pendukung Berlangsungnya Kebijakan
|
|
- Teguh Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 5 KESIMPULAN Setelah seluruh data temuan lapangan telah peneliti jabarkan melalui argumen pada bab sebelumnya maka inilah saatnya peneliti menguraikan kesimpulan penelitian. Temuan peneliti terkait penelitian langsung dilapangan akan peneliti hadapkan pada teori implementasi kebijakan, gender mainstreaming, serta pelayanan publik yang peneliti gunakan sejak awal. Penjelasan mengenai kebijakan pengadaan gerbong wanita yang meliputi alur kebijakan public sudah peneliti jelaskan pada sub bab sebelumnya. Penarikan kesimpulan didasari oleh kerangka teori menurut Grindle yang menjelaskan implementasi kebijakan secara konteks dan konten. Content of implementation dan Context of implementation dan melihat outcomes ketika telah diaplikasikan, akan bersinergi dengan apa yang pemangku kebijakan telah dan ingin lakukan. Pertama peneliti akan menjelaskan mengenai kesesuaian antara apa yang ada dilapangan dengan Content of implementation. Penumpang kereta Prameks yang telah membentuk suatu komunitas memiliki kepentingan yang sama. Meskipun kepentingan yang ada ternyata tidak banyak berhubungan dengan gerbong khusus wanita. Kepentingan komunitas yang dibawa adalah meyangkut ketersediaan dan harga tiket kereta api. Bahkan untuk mewujudkan kepentingan yang dibawa, komunitas ini ini melakukan loby yang didampingi dengan pejabat publik setempat yang memiliki posisi tawar sama, dan setara dengan pemangku kebijakan dilingkup PT KAI. Hal ini membuktikan bahwa interest affected, dengan site decision making dalam teori Grindle telah bekerja dan saling bersinergi. Yakni suatu kebijakan apabila diimplementasikan selalu ada maksud dari pihak yang berkepentingan, dan jabatan dari pemangku kepentingan akan berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. 103
2 PT KAI dalam mengimplementasikan kebijakan yang akan berpengaruh terhadap orang banyak harus selalu bermanfaat, dan tidak merugikan public terutama bagi penumpang kereta api. Kereta khusus wanita dalam rangkaian kereta Prameks PT KAI telah berhasil melakukan perbaikan layanan khususnya untuk penumpang perempuan. Meskipun banyak menimbulkan komentar negative dari penumpang. Perubahan untuk lebih bertoleransi dan peduli terhadap perempuan telah dibuktikan oleh PT KAI DAOP VI Yogyakarta. Fakta diatas telah sesuai dengan teori implikasi kebijakan Type of Benefits dan Extent of Change Envision yang diungkapkan Grindle. Peneliti memaknai sebagai, suatu kebijakan yang diimplementasikan memiliki tujuan yang jelas, maka sebuah perubahan akan mengikuti kebijakan yang telah diimplementasikan. Kurangnya keterlibatan masyarakat, menunjukkan kebijakan ini tidak banyak mendapatkan dukungan dari penumpang. Untuk mempertahankan dan memperbaiki pelayanan terhadap penumpang syaratnya sederhana. Hanya, diperlukan keikutsertaan dari masyarakat untuk menjaga, mengawasi, dan menegakkan aturan di stasiun maupun didalam kereta api. Penilaian secara Content of implementation pada Program Implementer dan Resources Committed membuktikan tidak adanya sinergi kebijakan oleh penumpang terhadap PT KAI DAOP VI Yogyakarta. Teori implementasi menurut Grindle tidak hanya menjelaskan Content of implementation saja, namun juga menjelaskan tentang Context of implementation. Meskipun dalam pengambilan keputusannya PT KAI menyatakan tidak ada pihak swasta yang terlibat namun seluruh keputusan dari kebijakan diambil oleh pimpinan perusahaan. Implementasi KKW tergolong cepat karena merupakan instruksi dari direksi pusat, sehingga tidak ada perdebatan seperti pengambilan keputuan oleh anggota dewan yang mewakili banyak orang, dan memiliki banyak kepentingan politik sendiri. Karakteristik PT KAI yang lebih hierarkis lebih memudahkan kebijakan untuk segera dilaksanakan. Namun, tetap harus melihat sisi kesiapan impelemtor sendiri. 104
3 Implementor dan sumber daya baik kereta api maupun fasilitas didalam kereta Prameks khususnya kereta wanita yang menjadi ganjalan peneliti. Peneliti menemukan beberapa kereta rusak ketika ditengah jalan, implementor yang melakukan pembiaran terhadap pelanggaran yang dilakukan penumpang, dan keterlambatan kereta yang tidak pernah bisa teratasi serta komentar dari penumpang yang tidak terakomodasi dengan baik. Ketika kebijakan telah dipersiapkan dengan baik namun, belum dilakukan dengan baik maka, kebijakan tidak dapat dipandang baik oleh public. Bahkan untuk kereta Prameks ungu penanda kereta khusus wanita telah dihapus. Kebijakan yang seperti inilah yang membuat kesan kebijakan ini terlihat dipaksakan untuk ada, sehingga pelaksanaanya pun terlihat setengah hati. Kebijakan bagus, namun daya tanggap implementor rendah tetap akan menjadi kebijakan yang dieksekusi secara tidak sempurna. Seperti halnya pada KKW yang banyak terjadi pembiaran karena implementor yang tidak mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya. Power, Interest, and Strategy of Actor Involved, Institution and Regime Characteristic, dan Compliance and Responsiveness saling terkait dan sebuah kebijakan tidak bisa dinyatakan bagus apabila salah satu dari factor diatas tidak dilaksanakan dengan baik. Dilihat dari Content of implementation dan Context of implementation, maka peneliti sudah bisa melihat hasil dari kebijakan. Setelah adanya gerbong wanita, ada banyak perubahan yang terjadi baik secara individu maupun kelomok. Dampak yang paling nyata terlihat adalah banyaknya penumpang baik individu maupun kelompok khususnya perempuan yang beralih mencari gerbong wanita. Hal ini dikarenakan manfaat yang dirasakan oleh para penumpang didalam gerbong wanita. Dari seluruh rangkaian temuan lapangan yang telah dibalut dengan teori implementasi kebijakan Grindle dan pelayanan public Pagano dan McKnight dapat disimpulkan bahwa kebijakan implementasi kereta khusus wanita pada kereta Prameks dapat dikategorikan dalam dua hal besar yakni factor pendukung 105
4 adanya kereta khusus wanita dengan factor penghambat pengadaan kereta khusus wanita. A. Faktor Pendukung Berlangsungnya Kebijakan Sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan tentunya memiliki dampak positif bagi kelompok target. Pada kebijakan kereta khusus wanita dalam rangkaian kereta Prameks akan peneliti jelaskan secara garis besar dalam factor pendukung masih berlangsungnya kereta khusus wanita sampa saat ini: 1. PT KAI masih memiliki rasa kemanusiaan terhadap kaum wanita. Argumennya adalah jika dalam sebuah kereta ekonomi khususnya local diterapkan gerbong campur semua, tanpa ada tanda tempat duduk prioritas maka, wanita akan kalah jika harus berebut tempat duduk dengan penumpang pria. Ada kereta khusus wanita saja masih banyak wanita hamil, ibu-ibu menggendong bayi, dan anak kecil yang tidak mendapat tempat duduk dikereta Prameks, apalagi jika kebijakan kereta khusus wanita dihapus. PT KAI masih memiliki belas kasihan terhadap penumpang wanita yang harus duduk lesehan di dalam kereta. Menurut pantauan dari peneliti, adanya gerbong wanita saja belum cukup efektif untuk menggugah kesadaran dari kaum wanita sendiri untuk berbagi tempat duduk dengan penumpang lansia, hamil, ataupun menyusui, yang sebenarnya sama-sama wanitannya. Perlu adanya kesadaran dari pihak penumpang sendiri yang juga harus mengerti situasi dan kondisi didalam kereta Prameks. Menurut Humas PT KAI DAOP VI Yogyakarta, PT KAI tidak berani menghapus peraturan baik yang sudah ada. Tidak bisa dibayangkan apabila kaum wanita khususnya kaum ibu harus ikut duduk lesehan didalam gerbong campur. Duduk lesehan saling berdesakan dengan penumpang pria. Apabila ini dilakukan, PT KAI merasa tidak memiliki peri-kemanusiaan terhadap wanita. Bahkan kondektur kereta api perempuan akan dipindah tugaskan ke bagian administrasi jika sudah berkeluarga dengan alasan kemanusiaan. Maka layanan terhadap penumpang pasti akan lebih diprioritaskan. 106
5 2. PT KAI memberi ruang berekspresi untuk kaum wanita. Wanita bisa berekspresi lebih jika diberada di gerbong wanita. Dilihat dari banyaknya komunitas atau kelompok antar penumpang yang lebih sering terlihat berkumpul di gerbong wanita. 3. Masih ada gerbong campur yang bisa menampung kapasitas penumpang. Untuk Prameks kuning kereta khusus wanita memang masih ada. Karena kondisi kereta yang masih layak jalan. Kapasitas penumpang dalam Kereta Prameks kuning lebih banyak daripada rangkaian kereta prameks ungu. Keberadaan kereta wanita pada Prameks ungu memang sudah tidak ada. Argument dari PT KAI ketiadaan gerbong wanita pada prameks ungu bukan tanpa kesengajaan. Rangkaian prameks ungu memang sering dibongkar pasang melihat kelayakan pada kereta. Apabila gerbong khusus wanita rusak maka rangkaian kereta pada Prameks Ungu ditiadakan. Argument PT KAI yang demikian, tidak sesuai dengan apa yang peneliti temukan dari observasi lapangan. Peneliti pernah mendapati kereta Prameks ungu yang awalnya terdapat rangkaian kereta khusus wanita, sebenarnya masih tetap ada. Hanya saja, terjadi pelepasan stiker penanda dari luar bahwa tidak ada gerbong wanita. Sedangkan didalam rangkaian gerbong stiker belum dilepas. Hal ini tentunya harus diungkapkan secara jujur oleh PT KAI bahwa kereta wanita memang dihapus dirangkaian kereta Prameks ungu. Menurut analisis dari peneliti, penghapusan kereta khusus wanita pada rangkaian kereta Prameks ungu adalah karena kapasitas angkut yang lebih sedikit dibandingkan dengan kereta prameks kuning. Kereta Prameks ungu tidak memiliki desain yang besar untuk mengangkut banyaknya jumlah penumpang, karena tempat duduk yang didesain tidak sejajar dengan kereta. Sedangkan pada rangkaian prameks kuning, tempat duduk didesain agar sejajar dengan kereta dan 107
6 memiliki lobi yang lebih lebar untuk mengangkut banyaknya penumpang tiket berdiri. B. Factor Penghambat Berlangsungnya Kebijakan Banyak factor yang bisa menghambat suatu kebijakan. Factor penghambat bisa dari implementor maupun dari sarana prasarana, bahkan tidak menutup kemungkinan dari penumpang sendiri. Factor penghambat kebijakan inilah yang akan menimbulkan ketidak puasan pelanggan kereta. Berikut adalah factor penghambat kebijakan kereta khusus wanita, pada kereta Prameks: 1. Anggaran yang minim Argumen minimnya anggaran dapat dinilai dari berbagai hal seperti: Sarana dan Prasarana Kereta Api. Peneliti bisa menyimpulkan bahwa ada yang salah dengan sarana dan prasarana kereta api. Adalah, banyaknya kerusakan yang terjadi dalam beberapa rangkaian kereta api Prameks tidak dapat diatasi dengan baik. Kereta Prameks yang sudah tua, bukan saatnya lagi untuk memperbaiki, namun PT KAI sudah sepantasnya mengganti dengan kereta yang lebih baik dan lebih baru. Bukan dengan KRL bekas JABODETABEK yang di atur ulang permesinannya menjadi KRD. Bukan pula dengan rangkaian kereta istirahat seperti Kereta Sidomukti, dan Kereta Madiun Jaya. Dapat dibuktikan dengan wawancara terhadap Humas DAOP VI, bahwa kereta api Prameks merupakan kereta bekas kereta lain. Seperti KRL Jabodetabek, kereta Senja Utama Solo yang sudah sangat tua, dan kereta bekas Jepang yang sudah dihibahkan berkali-kali. Sekali lagi, keadaan ini menunjukkan PT KAI minim anggaran untuk perbaikan pelayanan sarana dan prasarana kereta. Alasan kerusakan kereta. 108
7 Alasan kerusakan kereta, muaranya tetap anggaran. Ditambah lagi dengan banyaknya kereta yang sudah tua, dan sulit bahkan sudah tidak memiliki suku cadang. Seharusnya, jika memang pemerintah serius menggarap pasar angkutan masal bukan jalan raya yang ditambah namun angkutan masal lengkap dengan perundang-undangannya yang diperbaiki dan ditambah tingkat kenyamanannya. Pemerintah wajib menambahkan biaya perawatan, subsidi, dan penambahan jalur baru untuk angkutan masal seperti kereta api. Dalam aturan kerjanya PT KAI juga seharusnya telah menganggarkan biaya perbaikan kereta yang cukup. Hingga tidak ada alasan lagi kereta rusak tanpa perbaikan selama bertahun-tahun. Ini menentukan penilaian masyarakat terhadap kereta api bahwa PT KAI tidak bisa memberikan pelayanan yang baik terhadap pelanggan. Alasan kerusakan kereta selama beberapa tahun lamanya seharusnya tidak dijadikan alasan oleh PT KAI. Karena penumpang selalu membayar mahal tiket kereta yang akan mereka gunakan, dan tidak pantas ketika penumpang dengan setia menggunakan layanan jasa kereta api namun, internal PT KAI hanya berorientasi pada provit saja. Alokasi dana perbaikan/penggantian kereta Prameks. Ini yang harusnya menjadi agenda utama pemerintah. PT KAI selaku operator kereta api akan sulit mengalokasikan anggaran untuk membeli kereta baru. Akhirnya dengan anggaran yang terbatas PT KAI terpaksa membeli kereta bekas lagi. Bekas kereta akan diputar lagi untuk membuka dan mengisi jalur yang memiliki potensi tinggi namun masih belum memiliki sarana memadai. 2. Implementor yang tidak kapabel. Yang menjadi penghambat maju mundurnya pelayanan sebenarnya adalah implementor sendiri. Jika dimasa lalu implementor hanya sebagai pemenuh kebutuhan kereta, mulai kini implementor harus ikut menekankan aturan di lingkungan PT KAI. Sayangnya untuk kereta khusus wanita implementor masih 109
8 belum sepenuhnya melakukan tindakan yang nyata untuk peningkatan kenyaman penumpangnya. 3. Ide yang tidak sempurna Ketidak sempurnaan PT KAI dalam memahami pelayanan yang ditujukan terhadap kaum perempuan secara khusus membuat implementasi kebijakan tidak berjalan dengan baik. Ide yang berjalan setengah hati, justru menimbulkan persepsi yang terkesan ambigu. Kesan setengah hati didasari pada ide yang tidak terserap secara sempurna sejak awal terlihat dari minimnya sosialisasi, sarana yang tidak menujukkan perbedaan secara mencolok, bahkan implementor yang tidak memahami sebuah kebijakan. Sehingga penumpang yang salah tempat hanya diabaikan saja. Jika pelanggan merasa kurang puas dengan pelayanan yang didapatkan maka dapat diartikan bahwa kinerja petugas atau kemampuan petugas dalam melaksanakan pekerjaannya belum maksimal. Dengan kata lain baik atau buruknya citra dari pelayanan perusahaan sebagian besar berada di tangan mereka. Apalagi jika sebuah ide yang telah terimplementasi namun dasar pemikiran mengenai pelayanan terhadap kaum perempuan masih lemah, maka implementasi kebijakan tidak akan berjalan dengan baik atau terkesan setengah hati. Berbeda halnya jika pemangku kebijakan sudah menguasai permasalahan dari seluruh kebijakan yang akan diimplementasikan akan lebih dipersiapkan dengan baik. Pemangku kebijakan tentunya sudah menghitung biaya perawatan, dan seluruh biaya operasional lainnya. 4. Tidak adanya peraturan yang tegas. Tidak adanya peraturan yang tegas akan membuat penumpang maupun implementor tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Kebijakan KKW dikeluarkan tanpa ada peraturan dan sangsi yang jelas. Implementor yang bekerja tentunya tidak akan menjalankan dengan tegas karena merasa tidak ada keuntungan maupun kerugian apabila tidak melaksanakan dengan baik. 110
9 Penumpang sendiri juga banyak yang terlihat abai terhadap kereta yang ditumpangi apabila ada tempat duduk kosong langsung duduk saja. 5. Penumpang yang abai terhadap dirinya dan penumpang lain. Penumpang sendiri harusnya memiliki sifat empati terhadap penumpang lain. Penumpang pria yang salah duduk harusnya segera beranjak ketika telah diingatkan salah penumpang. Tidak harus diusir oleh penumpang wanita atau kondektur kereta. Penumpang wanita juga harus memiliki kesadaran untuk saling mengingatkan bukan hanya diam saja. KKW memang untuk penumpang wanita, tetapi yang lebih berhak adalah lansia, ibu hamil dan menyusui, jadi penumpang wanita harus memiliki kerelaan hati untuk berbagi tempat duduk dengan yang lebih diprioritaskan. Bukannya acuh terhadap penumpang prioritas dengan alasan telah duduk terlebih dahulu. Dari factor penghambat diataslah peneliti bisa menuliskan apa yang peneliti dapatkan sebagai penumpang dan apa yang didapatkan dari penelitian secara wawancara dan observasi. Kesimpulan peneliti disini adalah seluruh kebijakan yang telah diimplementasikan oleh PT KAI apabila disandingkan dengan teori implementasi kebijakan public milik Grindle dan pelayanan public dalam hal transportasi menurut Pagano dan McKnight tidak berjalan dengan baik bahkan, terlihat dilaksanakan dengan setengah hati. Gender mainstreaming yang menjadi dasar untuk mewujudkan kereta wanita juga tidak memiliki semangat seperti Inpres No 9 Tahun PT KAI secara umum, tidak serius menyediakan layanan kereta khusus perempuan pada trayek Yogya-Solo. Dasarnya adalah pelayanan yang bukannya meningkat malah cenderung stabil bahkan turun. Banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh penumpang dan tidak mendapatkan tindakan yang tegas dari implementor, atau terjadinya pembiaran pelanggan oleh implementor. Dari sisi penumpang juga tidak memiliki kesadaran untuk memberikan perlindungan terhadap penumpang yang lebih diprioriaskan. PT KAI harus segera melakukan 111
10 evaluasi ulang secara menyeluruh terhadap kebijakan pengadaan KKW, dan melakukan perbaikan pada seluruh layanan kereta Prameks pada umumnya. 112
1. PENDAHULUAN. peningkatan kepedulian masyarakat kepada perkereta-apian di Indonesia.
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berita mengenai kereta api makin ramai akhir-akhir ini, baik mengenai rnanajernen PT. KAI sendiri, kejahatan di dalam kereta, maupun tulisan pembaca yang kurang puas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana transportasi merupakan sarana mobilitas yang telah menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap orang. Di Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan, salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan transportasi dengan baik akan menciptakan interkoneksi antar wilayah menjadi lebih cepat dan berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi regional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu dibutuhkan manusia. Transportasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. secara umum memberikan penafsiran yang berbeda-beda akan tetapi ada juga yang
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik Penafsiran para ahli administrasi publik terkait dengan definisi kebijakan publik, secara umum memberikan penafsiran
Lebih terperincimoda udara darat laut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Moda Moda adalah pengelompokan berbagai jenis transportasi dengan memperhatikan medium (tempat berjalan) serta kesamaan sifat-sifat fisiknya. Dengan adanya pengelompokan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggalakkan pembangunan moda transportasi berbasis rel ini untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan layanan publik sektor perkeretapian adalah prioritas pembangunan transportasi nasional di masa mendatang. Pemerintah terus menggalakkan pembangunan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan tabel gambaran umum responden pada penelitian ini: Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Gambaran umum responden penelitian ini yaitu meliputi: usia, jenis kelamin, lama usaha dan pendidikan terakhir. Berikut adalah tabel yang akan menunjukkan
Lebih terperinciTINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KRL COMMUTER LINE (STUDI KASUS JALUR BOGOR-JATINEGARA) : ARI W B RAHARJO, Ir. MM
TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KRL COMMUTER LINE (STUDI KASUS JALUR BOGOR-JATINEGARA) DISUSUN OLEH: NAMA : ELDA IRAYANI NPM : 12213853 JURUSAN : MANAJEMEN PEMBIMBING : ARI W B RAHARJO, Ir. MM U N I V E
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan sarana dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sarana transportasi saat ini telah berkembang dengan pesat, terutama pada system angkutan darat. Perkembangan tersebut menuntut sarana transportasi yang
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Kereta Api Prambanan Ekspres 1. Sejarah Kereta Api Prambanan Ekspres Cikal bakal kereta komuter yang melayani rute Yogya-Solo telah beroperasi sejak tahun 1960-an hingga
Lebih terperinciPERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS
PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS Ika Setiyaningsih 1, Renaningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. laba.kerugian demi kerugian terus dialami oleh KAI hingga tahun 2008,
BAB I INTRODUKSI 1.1. Latar Belakang Masalah PT Kereta Api Indonesia Persero (KAI) menjadi operator tunggal untuk transportasi kereta api di Indonesia. Hal tersebut menjadi suatu kelebihan yang tidak dimiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sedemikian penting tersebut dicapai melalui proses perjalanan yang cukup. yang saat ini menjadi sangat populer didunia.
1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang Perkeretaapian telah menduduki peranan yang semakin penting dalam pembangunan nasional yaitu sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi eksternal terdapat dua jalur dalam penerapannya, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi organisasi merupakan suatu sistem yang saling bergantung yang mencangkup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi umum merupakan alat pendukung yang penting bagi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi umum merupakan alat pendukung yang penting bagi masyarakat, karena mobilitas yang tinggi tentu membutuhkan alat transportasi yang dapat mempermudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan
Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia untuk berpindah atau bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya telah membawa banyak perubahan dalam hal perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permasalahan transportasi di Indonesia tidak akan ada habisnya apabila dibicarakan satu persatu. Transportasi merupakan hal yang sangat vital dalam sebuah kehidupan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Obyek penelitian ini adalah pelaksanaan desentralisasi Program KB di Kabupaten
BAB III METODE PENELITIAN Obyek penelitian ini adalah pelaksanaan desentralisasi Program KB di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Barat. Sebagaimana diuraikan dalam penduhuluan,fenomena di
Lebih terperinciCitra Kereta Api Prambanan Ekspres Menurut Komunitas. Pengguna Kereta Api Prambanan Ekspres (Pramekers) Jogja- Solo Sebagai Publik Aktif
Citra Kereta Api Prambanan Ekspres Menurut Komunitas Pengguna Kereta Api Prambanan Ekspres (Pramekers) Jogja- Solo Sebagai Publik Aktif Priscilia Siwi Astuti / Ike Devi Sulistyaningtyas Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang tinggi, terutama di Pulau Jawa karena ibukota negara terletak di pulau ini. Jumlah penduduk Pulau Jawa pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia sebagai salah satu instrumen pemerintahan dalam pembangunan dirasakan sangat penting peranannya, tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. polytron, dan masih banyak lagi. Perusahaan - perusahaan tersebut, merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan, untuk bisa mempertahankan eksistensinya dalam jangka waktu yang lama dan dapat terus dipercayai oleh konsumennya, tentulah tidak semudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan ditengah-tengah badai persaingan. darat, laut dan udara. Salah satu alat transportasi darat yang digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis jasa saat ini sedang ketat ketatnya, berbagai macam perusahaan jasa menjamur di mana-mana dan saling bersaing satu sama lain. Untuk menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk juga mempengaruhi pembangunan infrastruktur
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. BAB III LANDASAN TEORI... 9 A. Karateristik Transportasi Kereta Api... 9 B. Tinjauan Pengukuran Kualitas Pelayanan... 9.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN.. ii PERSEMBAHAN iii MOTTO v KATA PENGANTAR.. vi DAFTAR ISI viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL xiii LAMPIRAN...xvi INTISARI.. xvii BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciKAJIAN KELAYAKAN TARIF KERETA API KELAS EKONOMI
0 KAJIAN KELAYAKAN TARIF KERETA API KELAS EKONOMI (Studi Kasus KA. Bengawan Jurusan Solo Jebres Jakarta Tanah Abang) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam menunjang
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta api adalah salah satu moda transportasi darat disamping angkutan umum pada jalan raya yang diharapkan dapat meningkatkan mobilitas dan melancarkan distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi ini dilakukan untuk mendeskripsikan strategi yang dipakai oleh LSM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi ini dilakukan untuk mendeskripsikan strategi yang dipakai oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Studi ini memfokuskan pada salah satu LSM yaitu ASPEKA (Asosiasi
Lebih terperinciKEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D
KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D 306 025 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keseharian sampai saat ini masih menjadi andalan, khususnya pemenuhan. dalam peningkatan pelayanan angkutan publik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Moda transportasi darat untuk memenuhi mobilitas masyarakat dalam keseharian sampai saat ini masih menjadi andalan, khususnya pemenuhan mobilitas dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG. Niken Larasati
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MALANG DALAM STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG Niken Larasati Abstrak Kemiskinan merupakan permasalahan yang penting untuk diatasi dalam mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju menuntut perusahaan bersaing lebih kreatif dan inovatif. Hal ini mendorong perkembangan dunia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan diuraikan tahapan penelitian yang akan dilakukan sebagai pendekatan permasalahaan yang ada dalam menentukan tingkat kepuasan penumpang kereta-api
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Implementasi kebijakan..., Ramdha Hari Nugraha, FISIP UI, 2008
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi nasional yang baik berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional. Dengan sistem transportasi nasional yang baik maka arus komoditas
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Harapan/kebutuhan utama konsumen dalam menggunakan jasa kereta api Setelah melakukan penelitian, diperoleh bahwa kebutuhan konsumen dapat dikelompokkan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Didalam aspek perekonomian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat
Lebih terperinciLaw 26/2007 mandates that every city should have a green open space (RTH) by 30%, which amounted
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DALAM PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh Ni Putu Depi Yulia Peramesti Institut Pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen Pasal 31 ayat satu, dua, tiga dan empat. Ayat 1 berbunyi Setiap warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik
112 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa belum mencapai keberhasilan yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. bahan bakar, hemat lahan, rendah polusi, regulated traffic, relatif aman/
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada sektor jasa saat ini semakin meningkat. Perkembangan ini dapat diamati pada aktivitas sehari-hari, di mana sebagian besar aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kereta api merupakan alat transportasi yang banyak diminati oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Seperti diketahui
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Penelitian ini membahas dua pengamatan, pertama pengaruh implementasi
BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Penelitian ini membahas dua pengamatan, pertama pengaruh implementasi kebijakan, dan kedua kendala terhadap proses pengimplementasian kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP Kesimpulan 1. Implementasi Kebijakan Penjaminan Mutu Pada Perguruan Tinggi
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1. Implementasi Kebijakan Penjaminan Mutu Pada Perguruan Tinggi Swasta Di Kota Semarang. Implementasi kebijakan penjaminan mutu pada perguruan tinggi swasta di Kota Semarang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Tanggapan terhadap kualitas pelayanan KA Parahyangan dapat disimpulkan cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Commuter Line adalah salah satu bagian dari Pola Transportasi Makro DKI Jakarta yang dinilai memiliki peran penting sebagai sarana transportasi masal untuk mengatasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN Karakteristik Pengguna Dari Segi Sosial
BAB V KESIMPULAN Dalam bab ini akan disajikan sebuah penyimpulan dari analisa-analisa yang telah dijelaskan secara lengkap pada bab IV. Nantinya akan berisi antara lain mengenai karakteristik pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa yang berkembang saat ini. Di era perkembangan dan pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor jasa yang memiliki peranan yang cukup vital dalam menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi.transportasi merupakan sarana
Lebih terperincimenyatakan bahwa, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk ketergantungan (interpedensi) dan saling membutuhkan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu komunikasi di era modern semakin meluas. Kehadiran ilmu komunikasi di khazanah keilmuan dunia menambah warna dan kekayaan bidang ilmu yang
Lebih terperinciANALISIS DELIBERATIF TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA WILAYAH DI KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG
ANALISIS DELIBERATIF TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA WILAYAH DI KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG Abstrak Oleh: Vita Dwi Nur Fibrianingsih, Ari Subowo, R.
Lebih terperinciPERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta)
PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM (Studi Kasus : Kereta Api Prambanan Ekspres Solo-Yogyakarta) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Sarjana S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciCapacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability
Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability Accessible Infrastructure, Transportation Click to add text and Technology Perundangan. UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2, Setiap
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian berdasarkan pada tanggapan responden terhadap kualitas pelayanan pada Kereta Api Prambanan Ekspres rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi darat yang terdiri dari rangkaian gerbong dengan media gerak berupa rel. Keberadaan kereta api saat ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Moda transportasi kereta api hingga kini masih menjadi primadona
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Moda transportasi kereta api hingga kini masih menjadi primadona masyarakat untuk bepergian ke sejumlah daerah di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya animo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah
Lebih terperinciSTUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR
STUDI KINERJA PELAYANAN SISTEM ANGKUTAN KERETA REL LISTRIK JABODETABEK TUGAS AKHIR Oleh: MUHAMMAD AVIV KURNIAWAN L2D 302 384 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Peran kereta api dalam tataran transportasi nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011
Lebih terperinciBUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini sarana transportasi merupakan suatu bagian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat di pisahkan dan sangat dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Dunia kereta api yang sejak lama ada di Indonesia terus mengalami
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dunia kereta api yang sejak lama ada di Indonesia terus mengalami perkembangan. Berbagai inovasi layanan telah dilakukan oleh PT KAI sebagai operator tunggal
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP A. Kesimpulan
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Karakteristik pengguna jasa Stasiun Lempuyangan Yogyakarta dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Responden
Lebih terperinciKebijakan Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima Di Alun - Alun Sidoarjo
Kebijakan Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo Dalam Penataan Pedagang Kaki Lima Di Alun - Alun Sidoarjo Cintatya Cindy Bilqisa Abstrak Penetapan PKL selalu menjadi permasalahan disetiap daerah. Hal ini juga
Lebih terperinciPENGARUH HARGA TIKET, NILAI PELANGGAN, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KRL COMMUTER LINE JABODETABEK
PENGARUH HARGA TIKET, NILAI PELANGGAN, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KRL COMMUTER LINE JABODETABEK Nama NPM : Tresna Samia : 1A214818 Dosen Pembimbing : Dr. Sri Nawangsari SE, MM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kendaraan pribadi. Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api adalah salah satu transportasi darat yang sangat penting di Indonesia karena dengan kereta api masyarakat dapat bepergian keluar kota dan provinsi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan faktor penting didalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tersedianya transportasi, jarak yang tadinya jauh dan membutuhkan waktu yang lama
Lebih terperinciMass Transit System dan Peta Skematik Selasa, 15 November Dosen Kelas: Adi Nugroho. Tujuan:
Mass Transit System dan Peta Skematik Selasa, 15 November 2011 Dosen Kelas: Adi Nugroho Tujuan: 1. Mahasiswa mengetahui dan mampu menerapkan rancangan sistem tanda dalam sebuah ruang publik yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan dan aktivitas penduduk suatu kota dapat juga dipengaruhi oleh perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Perpindahan penduduk tersebut mempengaruhi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perkembangan bisnis di Indonesia, terdapat berbagai macam faktor yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan suatu perusahaan. Salah satu faktor utama
Lebih terperinciPERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR
PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil (S-1) Diajukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier (1979)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Implementasi Kebijakan Publik 2.1. 1. Pengertian Implementasi Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul Sabatier (1979) sebagaimana dikutip dalam Solihin Abdul Wahab
Lebih terperinciANALISIS SISTEM ANTRIAN DI PT.KERETA API INDONESIA (KAI) STASIUN HALL BANDUNG
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari masalah antrian. Hampir semua orang pernah mengalami masalah antri. Antrian yang terlalu panjang tentu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
70 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian,
Lebih terperinciTeddy Rezki Pratama 1
ejournal Pemerintahan Integratif, 2015, 3 (1): 226-236 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id Copyright 2015 IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH (Studi Tentang Kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosialisasi dalam kebijakan yang dirancang oleh PT Kereta Api Indonesia. membantu melancarkan pembangunan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkereta apian Indonesia dihadapkan pada banyak masalah, seperti keterlambatan, dan adanya kecelakaan, percaloan, dan kurangnya sosialisasi dalam kebijakan
Lebih terperinciSamurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal
Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal Marisa Gita Putri *), Nabilah Fairusiyyah *), Dwiyanto *), Yuddy Dharmawan **) *) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikategorikan untuk pelayanan pelanggan loyal yang sangat mengesankan para
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ)
FOCUS GROUP DISCUSSION REVIEW KINERJA PRASARANA TERMINAL PENUMPANG DI JABODETABEK DALAM RANGKA ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2016/1437 H BADAN PENGELOLA TRANSPORTASI JABODETABEK (BPTJ) Badan Pengelola Transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan transportasi merupakan kebutuhan yang mutlak dibutuhkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan transportasi merupakan kebutuhan yang mutlak dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Baik itu pelayanan transportasi udara, darat, ataupun laut
Lebih terperinciKAJIAN KINERJA KERETA API KALIGUNG MAS DALAM MELAYANI PENUMPANG JURUSAN TEGAL SEMARANG
KAJIAN KINERJA KERETA API KALIGUNG MAS DALAM MELAYANI PENUMPANG JURUSAN TEGAL SEMARANG Agus Bambang Siswanto Dosen Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang ABSTRAKSI Salah satu transportasi darat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang menyediakan jasa transportasi bagi manusia dan barang. Sejalan dengan pembangunan yang semakin pesat dewasa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Hasil temuan audit BPK atas Manajemen Aset Tetap di PT. Kereta Api Indonesia Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Tranportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan pengembangan wilayah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan dan mengoperasikan sistem informasi yang berbasiskan komputer.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perubahan waktu, pada saat ini telah dilakukan usahausaha yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dengan memanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilakukan di Indonesia pada saat ini semakin meningkat, disertai dengan pesatnya tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh masyarakat, selain karena untuk kebutuhan mobilitas jarak dekat,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini sarana transportasi merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat untuk mendukung kelancaran kegiatan sehari-hari masyarakat. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Banyak perangkatperangkat yang dibuat maupun dikembangkan sesuai bidangnya masing-masing. Perangkat tersebut digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. program-program perusahaan. Dengan adanya Public Relations perusahaanperusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Public Relations saat ini sudah semakin maju, keberadaannya bagi sebuah perusahaan sangat diperlukan dalam menjalankan program-program perusahaan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dan sosial. Keadaan geogarafis Indonesia yang berbentuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia demikian pesat saat ini, perkembangan bukan hanya terjadi di daerah perkotaan saja namun sudah merambah ke daerahdaerah di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu dan transportasi daerah adalah satu kesatuan yang berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian di daerah-daerah
Lebih terperinci