ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU DITINJAU DARI BENTUK DAN WARNA DI KOTA MEDAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU DITINJAU DARI BENTUK DAN WARNA DI KOTA MEDAN"

Transkripsi

1 0 ANALISIS PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU DITINJAU DARI BENTUK DAN WARNA DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: AYU KARTINI NIM JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2014

2 i DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iv vi viii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis Pengertian Analisis Pengertian Penerapan Pengertian Jenis Motif Ragam Hias Melayu a. Motif Tumbuhan (Flora). 13 b. Motif Hewan (Fauna). 23 c. Motif Alam.. 29 d. Motif Kaligrafi dan Kepercayaan 30 e. Motif Beraneka Ragam Unsur-unsur Desain a. Garis b. Bidang c. Bentuk d. Warna 37 e. Tekstur f. Ukuran g. Nada Gelap Terang Prinsip-prinsip Desain Ragam Hias Ciri Bangunan Bernuansa Melayu yang Ada di Medan Melayu Bangunan Bernuansa Melayu yang Menjadi Daya Tarik Wisatawan 45

3 ii a. Istana Maimoon b. Mesjid Al- Osmani.. 47 c. Cindai (Arsitektur Rumah Melayu). 48 d. Mesjid Raya Al- Mashun. 49 B. Kerangka Konseptual BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian B. Waktu Penelitian C. Metode Penelitian D. Populasi dan Sampel Populasi Sampel E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 A. Hasil Penelitian Deskripsi Data Penelitian. 61 a. Bangunan Istana Maimoon. 61 b. Denah Lokasi Istana Maimoon. 62 c. Bagian Istana Maimoon yang Terdapat.. 62 d. Bangunan Mesjid Raya Al-Osmani. 78 e. Denah Lokasi Mesjid Raya Al- Osmani. 78 f. Bagian Mesjid Raya Al-Osmani 79 g. Bangunan Rumah Cindai h. Denah Lokasi Cindai i. Bangunan Istana Maimoon Penerapan Warna Melayu Pada Bangunan di Kota Medan Pembahasan B. Analisis Hasil Wawancara C. Temuan Penelitian 110 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran 112 DAFTAR PUSTAKA 114

4 iii DAFTAR GAMBAR Gambar Hal Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis Ragam Hias Genting Tak Putus Ragam Hias Lilit Kangkung Motif Bunga Kendur Motif Bunga Melati Motif Bunga Melati Motif Bunga Manggis Motif Bunga Cengkih Motif Bunga Melur Motif Bunga Cina Motif Bunga Hutan Ragam Hias Bunga Matahari Ragam Hias Tampuk Pinang Ragam Hias Roda Bunga Pucuk Rebung Sinar Matahari Pagi Ukiran Motif Semut Beriring Ukiran Motif Ikan Lebah Bergantung Kuntum Setaman Ukiran Motif Itik Sekawan dan Itik Pulang Petang Sket Siku Keluang Padu Motif Burung-burung Motif Ular-ularan Lubang Angin dengan Motif Naga Berjuang Lubang Angin dengan Motif Roda Bunga dan Burung-burung Motif Ukiran Awan Larat Motif Bintang-bintang Motif Kaligrafi Motif Jala-jala Motif Sinar Matahari Pagi Motif Terali Biola Motif Terali Biola Motif Ricih Wajid Bidai Untuk Rumah Orang Biasa Bidai Untuk Rumah Bangsawan Bidai Untuk Rumah Istana Raja Motif Sayap Latang untuk Rumah Penduduk Istana Maimoon Medan Mesjid Raya Al-Osmani Mesjid Raya Al-Mashun Istana Maimoon Denah Lokasi Istana Maimoon Ruang Masuk Istana Maimoon. 62

5 Pintu Masuk Tampak Depan Istana Maimoon Ruang Utama Tampak Atas Istana Maimoon Ruang Peterakna Sultan Deli Tampak Depan Langit-langit Pada Ruang Peterakna Sultan Deli Langit-langit Pada Ruang Peterakna Sultan Deli Langit-langit Pada Ruang Peterakna Tampak Atas Langit-langit Pada Ruang Peterakna Tampak Atas Tempat Peterakna Sultan Deli Lantai Pada Ruang Utama Peterakna Sultan Deli Lantai Pada Ruang Tengah Sultan Deli Tampak Depan Lantai Pada Teras Ruang Depan Sultan Deli Tampak Samping Mesjid Raya Al-Osmani di Belawan Denah Lokasi Mesjid Raya Al-Osmani Mesjid Raya Al-Osmani Tampak Depan Pintu Masuk Tampak Depan Pada Mesjid Raya Al-Osmani Ruang Dalam Mesjid Pada Mesjid Raya Al-Osmani Hiasan Kaligrafi Pada Ruang Dalam Mesjid Hiasan Kaligrafi Pada Ruang Dalam Mesjid Hiasan Kaligrafi Pada Ruang Dalam Mesjid Ventilasi Pada Ruang Dalam Mesjid Tampak Depan Ventilasi Pada Ruang Dalam Mesjid yang Ada Pada Ruang Dalam Mesjid Rumah Penjaga Mesjid Kamar Mandi Mesjid Tempat Pengambilan Air Wudu Mesjid Pada Pemakaman di Halaman Dalam Mesjid Pada Gerbang Pintu Masuk Mesjid Pada Gerbang Mesjid Bagian Dalam Rumah Cindai Tampak Depan Denah Lokasi Cindai Rumah Cindai Tampak Luar Rumah Cindai Tampak Dalam Rumah Cindai Tampak Dalam Lantai Dua Rumah Cindai Tampak Dalam Lantai Dua Rumah Cindai Tampak Dalam Lantai Dua Rumah Cindai Pada Teras Lantai Dua Rumah Cindai Pada Teras Samping Lantai Dua iv

6 v DAFTAR TABEL Tabel Hal Jadwal Penelitian Bangunan Melayu Pada Pintu Masuk Bangunan Pintu Masuk Tampak Depan Istana Maimoon Yang Ada Pada Ruang Utama Tampak Atas Yang Ada Pada Ruang Peterakna Tampak Depan Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon Yang Ada Pada Langit-langit Istana Maimoon Yang Ada Pada Lantai Ruang Utama Peterakna Yang Ada Pada Lantai Ruang Utama Peterakna Yang Ada Pada Teras Depan Istana Maimoon Yang Ada Pada Pintu Masuk Tampak Depan Yang Ada Pada Ruang Dalam Mesjid Al-Osmani Yang Ada Pada Kaligrafi Mesjid Yang Ada Pada Kaligrafi Mesjid Yang Ada Pada Sisi Ruang Dalam Mesjid Yang Ada Pada Langit-langit Ruang Dalam Mesjid Yang Ada Pada Rumah Penjaga Mesjid Yang Ada Pada Bangunan Sekitar Mesjid Yang Ada Pada Gerbang Mesjid Yang Ada Pada Sisi Rumah Cindai Cemara Asri Yang Ada Pada Ruang Dalam Cindai Cemara Asri Yang Ada Pada Ruang Lantai Dua Cindai Cemara Asri Yang Ada Pada Teras Lantai Dua Cindai Cemara Asri Yang Ada Pada Teras Lantai Rumah Dua Cindai 104

7 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Meskipun begitu, banyak pula masyarakat, dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatera dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Langka, Kepulauan Cocos (Keeling) yakni Cocos Malays, dan Afrika Selatan yaitu Cape Malays ( diakses senin, 1 maret 2013, pukul 13:50 WIB). Selanjutnya keberadaan suku Melayu di kota Medan sebagai ibu kota dari Propinsi Sumatra Utara, dan kota terbesar ketiga di Indonesia, maka Medan merupakan perpaduan dari beberapa etnis dan budaya, karena di kota ini di dapati beberapa etnis Aceh, etnis Batak dan etnis Melayu. Demikian pula keturunan Cina banyak berdiam di kota ini sejak zaman Belanda, menyebabkan terjadi akulturasi 1

8 2 di kota ini semakin kaya dengan budaya pantai (Bandar). Walaupun penduduk bandar ini terdiri dari berbagai kaum yang menarik, namun penduduk asal bandar ini adalah orang Melayu. Apabila disoroti dari sisi pariwisata terutama bangunan, Medan memiliki bangunan Melayu, bernuansa seni dan religi yang eksotis untuk dikunjungi khususnya jika kita menyukai bangunan-bangunan khas Melayu. Misalnya Istana Maimoon, Mesjid Raya dengan arsitekturnya yang unik, Museum Sumatra Utara, Pusat Kesawan, bangunan antik yang indah, Balai Kota dan Kantor Pos Pusat, Menara Air dan sebagainya yang memiliki ciri khas bangunan Melayu. Ada mesjid lama lainnya seperti mesjid Osman di Labuhan Deli. Selanjutnya Lukman (2007 : 1), mengatakan bahwa : Sejak masa kebudayaan Megalith, keahlian orang Melayu dalam pahatmemahat patung seperti dapat kita persaksikan pada sisa biara di Padang Lawas, candi-candi di peninggalan Muara Takus maupun sisa patung dan biara di Palembang, Jambi dan Kota Cina (Labuhan Deli, Medan) ataupun kaligrafi pada batu nisan raja dan orang-orang yang terkemuka, dan pada mesjid dan mimbarnya, pada rumah dan senjata-senjata. Ada juga bangunan rumah tinggal Melayu saat ini yang kaya tradisi seperti yang terdapat di Rumah Cindai. Bangunan di kota Medan, khususnya bangunan khas Melayu, desain arsitektur dan dekorasi bangunan Melayu dengan penerapan ornamennya sudah mencerminkan etnis Melayu. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah maupun masyarakat suku Melayu ingin mengangkat dan melestarikan seni Budaya meskipun terjadi pembaharuan arsitektur tradisional menjadi arsitektur modern, tetapi pada bangunan Melayu tersebut masih memiliki nilai

9 3 estetis dengan berbagai jenis bentuk ornamen, warna dan penempatan ornamen Melayu. Penerapan ornamen Melayu pada sebagian bangunan yang menggunakan ornamen Melayu di kota Medan kemungkinan terjadi pembaharuan bentuk dan warna ornamen Melayu yang membuat pergeseran makna simbolik ornamen. Dalam hal pewarnaan ornamen Melayu pada dasarnya menggunakan dua warna yaitu warna hijau dan warna kuning, namun banyak juga ornamen Melayu yang menerapkan warna-warna lain seperti warna putih, cokelat, merah dan biru demi terciptanya nilai estetis yang tinggi. Dengan demikian penulis mencoba untuk mendeskripsikan Analisis Penerapan Bernuansa Melayu Ditinjau Dari Bentuk dan Warna di Kota Medan.

10 4 B. Identifikasi Masalah Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Ali (1984 : 49) mengatakan bahwa : Untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit, dan sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit maka diharapkan analisis secara luas dan mendalam. Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan, serta berpedoman pada tujuan dari identifikasi masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Bentuk ornamen yang sering digunakan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan. 2. Warna ornamen Melayu pada bangunan yang ada di kota Medan tersebut. 3. Penerapan jenis ornamen pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan, seharusnya terdapat pada seluruhnya tetapi hanya terdapat 3% saja. 4. Makna simbolik ornamen Melayu masih difungsikan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu dan kemampuan teoritis maka penulis merasa perlu membatasi masalah-masalah dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

11 5 Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai berikut : 1. Bentuk ornamen Melayu apa saja yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan. 2. Warna pada setiap bentuk ornamen yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan suatu titik dari pada penelitian yang hendak dilakukan. Berdasarkan identifikasi dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka permasalahan diatas dapat dirumuskan pada : 1. Apa saja bentuk ornamen Melayu yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan. 2. Apa sajakah warna pada setiap bentuk ornamen yang diterapkan pada bangunan Melayu yang ada di kota Medan. E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnya pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu yang jelas maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.

12 6 Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penempatan bentuk ornamen pada bangunan Melayu di kota Medan. 2. Untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang penerapan warna ornamen Melayu pada bangunan Melayu di kota Medan. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dicapai, diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai tambahan dokumentasi bagi perpustakaan daerah Sumatera Utara dan museum Medan. 2. Sebagai bahan referensi bagi pemerintah daerah Medan setempat dalam sektor kesenian pariwisata. 3. Sebagai tambahan literature bagi Jurusan Seni rupa UNIMED. 4. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi para mahasiswa jurusan seni rupa untuk menggunakan ornamen tradisional Melayu sebagai konsep berkarya. 5. Sebagai bahan masukan bagi penikmat seni rupa khususnya seni rupa tradisional Melayu. 6. Sebagai bahan pengenalan bagi masyarakat secara khusus generasi muda tentang pentingnya pelestarian ornamen Melayu.

13 7 BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis Landasan teoritis adalah deskripsikan dari hasil suatu studi kepustakaan yang berhubung (relevan) serta mendukung pokok permasalahan yang hendak diteliti, sehingga landasan teoritis ini merupakan acuan ataupun pedoman dalam penyelesaian masalah suatu penelitian. Dengan pengembangan teori-teori yang sudah ada disimpulkan bahwa otoritas yang diangkat dari analisis kepustakaan, yang bisa mendukung logika berfikir penulis apalagi didukung fakta-fakta yang ada. Sehingga penelitian ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan tujuan-tujuan yang telah dibuat. Adapun yang akan dibahas adalah yang berhubungan dengan ornamen Melayu yang diterapkan pada beberapa bangunan yang ada di kota Medan. 1. Pengertian Analisis Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003 : 43). Dalam kamus Ensiklopedi Nasional Indonesia (1988 : 19), dijelaskan bahwa: Analisis adalah cara memeriksa suatu masalah untuk menemukan semua unsur dasar dan hubungan antar unsur-unsur yang bersangkutan. Oleh karena itu masalah yang diperiksa dapat diketahui susunannya.

14 8 Depdikbud Dirjen Kebudayaan Museum Propinsi Sumatera Utara, (2008 : 46) menyebutkan : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya) penguraian suatu pokok atau berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Analisis juga merupakan proses pencarian jalan keluar, pemecahan masalah yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya, penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan uraian di atas, maka yang perlu dianalisis pada bangunan yang ada di kota Medan adalah menjelaskan bagaimana penerapan ornamen tradisional Melayu dan bagaimana hubungan ornamen dengan bangunanbangunan yang bernuansa Melayu di Medan. 2. Pengertian Penerapan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 1506), pengertian penerapan adalah proses perbuatan menerapkan, mengenakan, dan mempraktikan. Sedangkan penerapan ornamen adalah merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan atau obyek. 3. Pengertian Menurut Suardi (2000 : 30), ornamen berasal dari kata ornare yang berarti menghias. Dalam Ensiklopedia Indonesia (2004 : 135), ornamen dijelaskan sebagai setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya. dibuat pada

15 9 suatu bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan (perabot, pakaian, dan lain sebagainya) dan arsitektur. Dalam seni arsitektur dan seni dekoratif, ornamen merupakan dekorasi yang digunakan untuk memperindah bagian dari sebuah bangunan atau obyek. arsitektural dapat diukir dari batu, kayu atau logam mulia, dibentuk dengan plester atau tanah liat, atau terkesan ke permukaan sebagai ornamen terapan; dalam seni terapan lainnya, bahan baku obyek, atau yang berbeda dapat digunakan.( 07pl, diakses pada maret 2013, pukul WIB). Fungsi ornamen penghias secara keseluruhan menyangkut segi keindahaan, misalnya untuk menambah keindaahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik. Selanjutnya ornamen sering terdapat nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu. Bisa berhubungan dengan pandangan hidup (falsafah hidup) dari manusia atau masyarakat pembuatnya. Bahkan berkaitan dengan benda-benda yang diterapinya memiliki arti (makna yang mendalam) dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula. Menurut Sunaryo (2009 : 14), adalah : Pada perkembangan-perkembangan lebih lanjut, pemanfaatan ornamen di samping memiliki maksud-maksud tertentu dan pada waktu yang lebih kekinian (saat sekarang) banyak penekannya hanya sekedar sebagai penghias saja, dengan demikian ornamen betul-betul merupakan komponen produk seni yang di tambahkan atau sengaja di buat untuk tujuan sebagai hiasan semata. Dengan demikian jelas bahwa tugas dan fungsi ornamen adalah sebagai penghias suatu objek, dan apabila ornamen tersebut di letakkan atau diterapkan

16 10 pada benda lain akan memiliki nilai tambah pada benda tersebut. Baik dalam menambah indah, antik, angker, cantik, dan sebagai predikat lainnya. Menurut Azmi (2012 : 19), Pada hakekatnya keberadaan ragam hias atau disebut ornamen adalah sebagai unsur untuk memperindah. Selanjutnya apabila diteliti lebih mendalam dari pembahasan di atas, cakupan ornamen menjadi sangat luas. Karena sesuatu yang mempunyai tugas menghiasi serta menambah nilai dari benda yang ditempatinya berarti disebut sebagai ornamen. Namun, secara rinci ornamen memiliki ciri, sifat dan karakter yang sangat khusus. Sunaryo (2009 : 3), menjelaskan bahwa : merupakan penerapan hiasan pada suatu produk. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah memperindah benda produk atau barang yang dihias, benda produk tadi mungkin sudah indah, tetapi setelah ditambahkan ornamen padanya diharapkan semakin indah. Berbicara tentang pengertian ornamen di atas, maka ornamen berhubungan erat dengan kebudayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 141) dikatakan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi, dan adat istiadat. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, bahwa ornamen atau ragam hias adalah suatu usaha manusia untuk memperindah atau menghias suatu karya seni. hadir ditengah-tengah masyarakat merupakan media sebagai ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual dan dapat berperan dalam pengembangan masa lampau. ini juga diciptakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan makna budaya dari suatu daerah terhadap masyarakat setempat.

17 11 dekorasi. Di dalam ornamen, terdapat juga istilah stilasi, distorsi, repetisi dan 1. Stilasi Defenisi stilasi diungkapkan oleh Sulastianto (2008 : 4) yang menjelaskan stilasi merupakan motif hias yang digayakan. Maksudnya yaitu memberikan suatu gaya atau mode untuk mendisain suatu bentuk motif hias agar tercipta variasi motif hias yang berbeda dan inovatif. 2. Distorsi Menurut Sulastianto (2008 : 4) distorsi merupakan penyederhanaan motifmotif hias. Distorsi dan stilasi sebenarnya merupakan kegiatan mengubah motif-motif hias dengan melakukan penambahan atau penyederhanaan. Terkadang bentuk aslinya sulit dikenali lagi. 3. Repetisi Sulastianto dalam bukunya Seni Budaya untuk kelas IX (2008 : 4) menjelaskan bahwa repetisi merupakan pengulangan motif-motif hias, motif digambarkan secara berulang-ulang. Dari defenisi tersebut dapat dijelaskan bahwa repetisi ini merupakan suatu kegiatan mengulangi penggambaran motif-motif hias agar terwujud motif hias yang inovatif. 4. Dekorasi Defenisi mengenai dekorasi diungkapkan oleh Sulastianto (2008 : 4) yang menjelaskan bahwa dekorasi adalah hiasan atau gambar yang dibuat untuk memperindah sesuatu untuk lebih menarik. Dekorasi umumnya dilakukan

18 12 dengan melakukan penambahan-penambahan bentuk agar terlihat lebih indah dan penyederhanaan bentuk agar terlihat lebih indah dan penyederhanaan bentuk agar terkesan lebih minimalis. Selanjutnya di dalam ornamen juga dapat menunjukkan periode perkembangannya seperti ornamen jenis primitif, ornamen tradisional, ornamen klasik dan ornamen modern. adalah komponen dari suatu produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. a. Primitif Menurut Sunaryo (2009 : 3) ornamen primitif ini hidup dan berkembang pada masa nenek moyang. Dalam perwujudannya biasanya memiliki bentuk-bentuk yang sederhana, naif dan selalu dikaitkan pada hal-hal magis, juga merupakan penggambaran dari para leluhurnya yang telah meninggal dunia. Contoh : ukir Asmat yang ada di Irian Jaya. b. Tradisional Menurut Sunaryo (2009 : 3) ornamen tradisional merupakan ornamen yang hidup dan berkembang pada masa nenek moyang, dan dipelihara secara turun menurun hingga sekarang. c. Klasik Menurut Sunaryo (2009 : 4) ornamen klasik merupakan ornamen yang telah mencapai puncak kejayaannya, sehingga ciri dan bentuknya sudah tidak dapat diubah kembali karena apabila sudah mengalami perubahan walaupun sedikit saja maka ornamen tersebut sudah tidak bisa dikatakan ornamen klasik. Contoh : Pajajaran, Majapahit,

19 13 Yogyakarta, Surakarta, Madura, Jepara, Cirebon, dan Bali. d. Modern Menurut Sunaryo (2009 : 4) ornamen modern merupakan hasil kreasi individu yang telah keluar dari aturan-aturan ornamen tradisional modern maupun klasik. Bahkan, sering kali ornamen modern ini menyimpang dari bentuk aslinya dan sulit untuk dikenali lagi. 4. Jenis Motif Ragam Hias Melayu Berdasarkan motif hiasnya, ornamen dibagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis-jenis ornamen berdasarkan bentuknya antara lain yaitu : a. Motif Tumbuh- Tumbuhan (Flora) Motif hias tumbuh-tumbuhan merupakan motif hias yang diambil dari berbagai jenis-jenis tumbuhan seperti bentuk daun, bunga dan batang. Kemudian distilir menjadi bentuk hiasan yang merambat bersulur meliuk kekiri dan kekanan. Motif tumbuh-tumbuhan diterapkan secara luas sebagai ornamen yang dipahat pada batu untuk hiasan candi, pada benda-benda pakai mulai dari yang terbuat dari tanah liat atau keramik, kain bersulam, bordir, tenun dan batik, barang-barang yang terbuat dari emas, perak, kuningan, perunggu, sampai benda-benda berukir dari kayu. Hiasan yang menstilir tumbuh-tumbuhan sangat banyak dipergunakan. Motif tumbuh-tumbuhan hampir menguasai setiap bentuk hiasan yang dibuat.

20 14 Namun secara umum, berbagai ukiran itu dimasukkan kedalam tiga kelompok induk yang menjadi dasar ukiran, yaitu kelompok Kaluk Pakis, kelompok Bungabungaan, dan kelompok Pucuk Rebung. 1. Kelompok Kaluk Pakis Ukiran Kaluk Pakis biasanya ditempatkan pada bidang memanjang, seperti pada papan tutup kaki dinding, daun pintu, lis dinding, tiang dan lis ventilasi. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah semua bentuk bermotif daun-daunan dan akar-akaran. Gambar 2.1. Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw Motif daun-daunan dipakai oleh daun susun, daun tunggal, dan daun bersanggit. Sementara yang memakai motif akar-akaran adalah akar pakis, akar rotan, dan akar tunjang. Selain motif daun-daunan dan akar-akaran diatas, yang termasuk kedalam kelompok kaluk pakis adalah Genting Tak Putus dan Lilit Kangkung. a. Genting Tak Putus Genting tak putus merupakan langkung yang berlilit-lilit ke kanan dan ke kiri, kait-mengait dengan variasi daun yang disesuaikan dengan tempatnya berada. Adakalanya lilitan daun digabung dengan bentuk-bentuk fauna seperti burung ataupun ikan. Makna yang terkandung dalam ragam hias genting tak putus adalah bahwa sesusah-susahnya manusia menjalanai hidup, tidak akan habis sama sekali.

21 15 Gambar 2.2. Ragam Hias Genting Tak Putus Sumber : Amran Ekoprawoto Genting Tak Putus ditempatkan pada lubang bawah bagian dalam, yang dimaksud dengan lubang bawah bagian dalam adalah batas antara serambi tengah dengan ruang kamar, dibatasi oleh dinding sebagai penyekatnya. Dibagian atas dinding penyekat ditempatkan papan yang diberi ukiran terawang yang berbentuk segi tiga atau segi empat, sesuai dengan bentuk dari susunan konstruksi atap rumah. Ragam hias ini berfungsi sebagai ventilasi pada bagian dalam. b. Lilit Kangkung Lilit kangkung merupakan hiasan memanjang yang mengikuti garis-garis lurus, meliuk atau ke kiri dengan berbagai variasi, sehinga mengesankan menjunjung bagi arah yang tegak dan melebar bagi arah horizontal. Ragam hias ini ditempatkan pada tiang atau sebagai lis dinding rumah, yang memiliki makna semangat yang tak kunjung padam, maju terus walaupun mendapat halangan, namun tujuan disesuaikan dengan kondisi waktu itu.

22 16 Gambar 2.3. Ragam Hias Lilit Kangkung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw 2. Kelompok Bunga-bungaan a. Kelompok Bunga Tunggal 1. Bunga Kundur Motif ini diambil dari bentuk bunga kundur (sejenis sayuran). Makna dari Bunga Kundur adalah melambangkan ketabahan dalam hidup. Gambar 2.4. Motif Bunga Kendur Sumber : Mahyudin Al Mudra 2. Bunga Melati Motif ini diambil dari bunga melati. Makna dari Bunga Melati ini adalah melambangkan kesucian, dan selalu dipergunakan di berbagai upacara sebagai alat upacara.

23 17 Gambar 2.5. Moambar tif Bunga Melati 1 Sumber : Mahyudin Al Mudra Gambar 2.6. Motif Bunga Melati 2 Sumber : Mahyudin Al Mudra 3. Bunga Manggis Disebut juga tampuk manggis. Bunga Manggis memiliki makna kemegahan. Gambar 2.7. Motif Bunga Manggis Sumber : Mahyudin Al Mudra 4. Bunga Cengkih Bentuk motif sama seperti bunga cengkih. Bunga Cengkih ini memiliki makna kemegahan.

24 18 Gambar 2.8. Motif Bunga Cengkih Sumber : Mahyudin Al Mudra 5. Bunga Melur Bentuk motif sama seperti bunga melur. Bunga Melur ini mempunyai makna yang sama dengan Bunga Melati, yaitu melambangkan kesucian. Gambar 2.9. Motif Bunga Melur Sumber : Mahyudin Al Mudra 6. Bunga Cina Bunga cina disebut juga Bunga Susun Kelapa. Bunga Cina ini mempunyai makna keikhlasan hati. Gambar Motif Bunga Cina Sumber : Mahyudin Al Mudra

25 19 7. Bunga Hutan Motif ini menggambarkan segala bentuk bunga, baik yang dalam kenyataan maupun khayalan. Bunga Hutan ini mempunyai makna keanekaragaman dalam kehidupan masyarakat. Gambar Motif Bunga Hutan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw b. Kelompok Bunga Rangkai a. Bunga Matahari Sinar matahari dipercaya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Melayu. Ragam Hias Bunga Matahari berbentuk setangkai bunga matahari yang dikelilingi secara simetris dengan sulur daun-daunan. Ragam hias Bunga Matahari mempunyai makna ketentraman dan kerukunan pemilik rumah, serta memberi berkah dan rasa nyaman bagi penghuninya. Menurut Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013 : 29), Ukiran Bunga Matahari terdapat pada singab dalam (singap yang berada di dalam sebagai penyekat atas bagian serambi tengah dan serambi belakang). Onamen ini sering disebut dengan bentukan Groda (roda) merupakan ornamen dengan berbagai varian. Ukiran ini juga berfungsi sebagai lubang angin (ventilasi) dan menambah keindahan rumah.

26 20 Gambar Ragam Hias Bunga Matahari Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw b. Tampuk Pinang Ragam Hias Tampuk Pinang merupakan susunan tampuk pinang. Satu sama lainnya saling berkaitan dan berhubungan, sehingga menyerupai bentuk tegel. Ragam hias tampuk pinang di tempatkan pada singap bagian dalam diatas singap penyekat pada rumah keluarga bangsawan. Gambar Ragam Hias Tampuk Pinang Sumber : Amran Ekoprawoto

27 21 c. Roda Bunga roda bunga berasal dari bentuk bunga-bungaan, yang dimaksudkan hanya sebagai keindahan dan menandakan ketentraman siempunya rumah. Selain itu, ragam hias Roda Bunga berbentuk setengah lingkaran, yang mengingatkan setengah roda dengan hiasannya dibuat jari-jari dibuat dari tangkupan bunga. Pada bagian atas disudut kanan dan kiri diisi dengan hiasan berbentuk mahkota dari sulur-sulur daun dan bunga. Kesemuanya ini dibingkai dengan empat persegi. Ragam hias roda bunga berarti ketentraman bagi pemilik rumah. Gambar Ragam Hias Roda Bunga Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw a. Kelompok Pucuk Rebung a. Pucuk Rebung Pucuk rebung adalah pucuk bambu yang masih muda. Pucuk rebung berbentuk segitiga dengan garis-garis lengkung dan lurus didalamnya. Pada umumnya didalam segitiga tersebut terdapat satu garis tegak lurus yang dirantai dengan ranting (garis-garis) melengkung kekiri dan kekanan. Garis-garis lengkung inilah yang membentuk pola ukiran pucuk rebung. Motif ini diambil dari pucuk

28 22 bambu yang baru tumbuh. Selain itu, motif ornamen pucuk rebung ini banyak macamnya yang digunakan pada anatomi rumah atau hiasan benda pakai seharihari (misalnya hiasan tempayan). Motif ini melambangan kesuburan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia Gambar Pucuk Rebung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw b. Sulo Lalang Bentuknya sama dengan pucuk rebung, tetapi segitiganya tidak sama kaki. Dalam sebuah ukiran sulo lalang, terdapat beberapa segitiga yang disususn berlenggek (bertindihan satu dengan yang lainnya) semakin keatas semakin kecil. Ukiran ini melambangkan kesuburan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia.

29 23 b. Motif Hewan (Fauna) Motif hewan banyak diterapkan untuk menghias benda-benda terbuat dari kayu, perunggu, emas, dan perak, benda ukir, bangunan, tekstil, atau busana pada batik, sulaman dan tenun. Pada umumnya munculnya motif hewan mengandung maksud-maksud perlambangan. Motif-motif digambarkan dalam corak yang beragam, ada yang realistis, stilisasi dekoratif, imajinatif, dan dalam bentuk transformatip atau khayali. Penggambaran binatang dalam ornamen sebagian besar merupakan hasil gubahan/stilirisasi, jarang berupa binatang secara natural, tapi hasil gubahan tersebut masih mudah dikenali bentuk dan jenis binatang yang digubah, dalam visualisasinya bentuk binatang terkadang hanya diambil pada bagian tertentu (tidak sepenuhnya) dan dikombinasikan dengan motif lain. Jenis binatang yang dijadikan obyek gubahan antara lain ukiran semut beriring, ukiran itik sekawan, lebah bergantung dan naga. Nama dan bentuk ukiran fauna antara lain : a. Pelana Kuda Kencana Menurut Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah (2013 : 29), ornamen ini terletak pada singab bagian luar dengan motif stilir tumbuhan.

30 24 Gambar Sinar Matahari Pagi Sumber : Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah b. Semut Beriring Bentuknya mirip semut yang beriringan. Bagian badan dan kepala semut diberi hiasan berupa lengkungan atau hiasan daun-daunan. Sedangkan pada bagian kakinya diberi hiasan kuntum atau kumbang. Ukiran ini ditempatkan pada bidang yang memanjang, seperti kerangka pintu, lis dinding, pintu dan jendela, tiang dan lain sebagainya. Motif ukiran ini adalah memiliki hidup rukun serta penuh kegotongroyongan. Gambar Ukiran Motif Semut Beriring Sumber : Mahyudin Al Mudra c. Ikan Motif ikan melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Motif ikan juga biasa digunakan sebagai penghias rumah, karna pada motif ikan dan motif binatang lainnya tidak diperbolehkan untuk disembah.

31 25 Gambar Motif Ikan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw d. Lebah Bergantung Diambil dari bentuk sarang lebah yang bergantung didahan kayu. Diberi variasi dengan lekukan dan bunga-bunga yang memanjang. Ukiran lebah bergantung biasanya ditempatkan pada lisplang dan sebagai hiasan pada pinggir bawah bidang yang memanjang. Ukiran ini disebut juga dengan ombak-ombak. Motif lebah bergantung mempunyai arti yang baik bagi kesehatan tubuh serta mendatangkan manfaat bagi manusia. Gambar Lebah Bergantung Kuntum Setaman Sumber : Mahyudin Al Mudra e. Itik Sekawan Biasa pula disebut Itik Pulang Petang, memiliki bentuk dasar huruf S yang bersambung. Huruf S itu dapat dibuat tegak ataupun miring. Dibagian tengah dibuat variasi berupa daun-daunan, bunga-bungaan dan sebagainya. Huruf S itulah yang mirip seekor itik. Ukiran ini diempatkan pada bidang yang

32 26 memanjang, seperti kerangka pintu dan lis dinding dan pintu. Motif ukiran ini memiliki arti kerukan dan ketertiban. Gambar Ukiran Motif Itik Sekawan dan Itik Pulang Petang Sumber : Mahyudin Al Mudra f. Siku Keluang Bentuk ukiran ini hampir sama semua dengan ukiran Pucuk Rebung. Pada ukiran siku keluang garis-garis segitiganya saling bersusun berderetan kekiri dan kekanan. Dinamakan demikian sesuai dengan gerak keluang (kalong) yang terbang. Gambar Sket Siku Keluang Padu Sumber : Mahyudin Al Mudra g. Burung-burung Ukiran ini mengambil motif dari berbagai jenis burung. Motif yang sering digunakan adalah burung merpati.

33 27 Gambar Motif Burung-burung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw h. Ular-ularan Bentuk ukiran ini ada dua macam. Bentuk yang pertama hampir sama dengan ukiran akar pakis dan akar rotan, sedang yang kedua adalah bentuk ular atau ular naga. Badannya seperti ular naga, dengan kepalanya memiliki mahkota namun bentuk ular ini tidak memiliki kaki, serta disekeliling badannya diberi hiasan ukiran yang dijalin seperti daun-daunan. Ukiran ini melambangkan kesuburan dan kemakmuran serta, kecerdikan dan kekuasaan. Gambar Motif Ular-ularan Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw

34 28 i. Naga Berjuang Ragam hias Naga Berjuang berbentuk dua ekor naga yang berhadapan dalam bentuk setengah lingkaran. Menurut beberapa pendapat bentuk Ragam hias Naga Berjuang ini hanya dipergunakan sebagi lambang. walaupun bentuk yang digambarkan tidak berupa naga, melainkan salur-saluran dalam bentuk simetris, ragam hias seperti ini bisa digolongkan kedalam Naga Berjuang. Ragam hias ini diletakkan pada lubang angin diatas pintu depan maupun diatas daun pintu atau jendela. Ragam hias ini mengandung arti kemampuan, berkecukupan, kaya dan berani. Gambar Lubang Angin dengan Motif Naga Berjuang Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw j. Roda Bunga dan Burung Ragam hias ini berbentuk roda bunga dengan burung-burung yang sedang mengisap madu pada bunga, serta berbentuk bunga dengan sulur-suluran daun, dengan burung disebelah kanan dan kiri yang dibatasi dengan bingkai yang berbentuk setengah lingkaran didalam sebuah tempat persegi panjang. Motif ini diterapkan pada bentuk tebukan pada lubang angin.

35 29 Ragam Hias ini melambangkan kemakmuran, serta pemilik rumah memperoleh berkah dan keagungan dalam kehidupan. ini terinsfirasi oleh ukir motif China Melayu Malaka. Gambar Lubang Angin dengan Motif Roda Bunga dan Burung-burung Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw c. Motif Alam Motif alam tidak banyak dipergunakan. Motif yang agak mendekati bentuk alam adalah ukiran bintang-bintang, sedangkan ukiran awan larat hanya namanya saja yang dari alam (awan) sedangkan bentuknya tidak mirip dengan awan. 1. Awan Larat Bentuk ukiran awan larat tidak terikat, tetapi pola dasarnya berupa garisgaris lemas dan lengkung. Hiasannya berupa daun-daunan, bunga dan kuntum. Ukiran ini hampir sama dengan ukiran Kaluk Pakis. Ukiran ini lazimnya hijau, biru, merah, kuning dan putih. Pada ukiran ini lazim ditempatkan pada bidang memanjang, bersegi atau bulat dan dapat ditempatkan dimana saja. Motif awan larat ini mempunyai makna kelemahlembutan dalam pergaulan.

36 30 Gambar Motif Ukiran Awan Larat Sumber : Mahyudin Al Mudra 2. Ukiran Bintang-Bintang Motif ini dinamakan demikian karena bentuknya agak menyerupai bintang yang bersinar. Pada umumnya ukiran ini berwarna putih, kuning dan keemasan. Ukiran ini lazim ditempelkan pada loteng sebagai sebagai tempat tali gantungan lampu, pada panel daun pintu dan daun jendela. Motif Bintang-bintang mempunyai makna keaslian, kekuasaan Tuhan, dan sumber sinar dalam kehidupan manusia. Gambar Ukiran Motif Bintang-bintang Sumber : Mahyudin Al Mudra d. Motif Kaligrafi dan Kepercayaan Agama Islam dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu sehingga pengaruh Islam sangat menonjol. Pengaruh Kebudayaan Islam antara lain tampak pada bentuk kubah masjid yang diterapkan pada ragam hias Pucuk Rebung, atau ragam hias Gigi Belalang. Pengaruh Islam terlihat pada motif ukiran kaligrafi

37 31 Arab yang lazim disebut kalimah, maupun ragam hias ukiran dengan pola-pola geometris. Bentuk kaligrafi adalah huruf-huruf Arab yang dibuat dalam berbagai variasi. Tulisan ini adalah kalimat-kalimat yang terdapat dalam kitab suci Al- Qur an. Jalinan huruf-huruf itu dibentuk menyerupai burung, orang dan sebagainya. Ayat-ayat yang lazim dipergunakan adalah Ayat Qursi, Fatihah, Surat Ikhlas, Allah, Muhammad, Bismillahirrahmanirrahim, Allahu Akbar, dan ayatayat lainnya yang pendek-pendek. Ukiran ini biasanya ditempatkan pada tempat ketinggian, terutama diatas ambang pintu. Hiasan ini umumnya diambil dari ayat-ayat suci, maka amatlah pantang terlangkahi. Di rumah tempat tinggal, ukiran ini biasanya ditempatkan diruang muka dan diruang tengah, sedangkan di rumah ibadah (masjid atau surau), terutama diletakkan di mimbar dan dinding. Gambar Ragam Hias motif Kaligrafi Sumber : Ayu Kartini, Corel Draw e. Motif Beraneka Ragam Selain ragam hias seperti yang telah dibahas terdahulu, masih ada lagi beberapa ragam hias yang termasuk khazanah perbendaharaan Melayu. Ragam hias yang dimaksud adalah : Jala-jala, Terali Biola, Ricih Wajid.

38 32 1. Ragam hias Jala-jala Ragam hias jala-jala berbentuk belah ketupat, dengan cara penyusunan kayu yang sejajar dan saling berlawanan arah. Ragam hias ini hanya berwarna kecoklat-coklatan atau warna putih kapur saja. Ragam hias ini dipasang pada kasa pintu, kasa jendela rumah rakyat. Gambar Motif Jala-jala Sumber : Mahyudin Al Mudra 2. Ragam hias Sinar Matahari Pagi Sinar matahari pagi dipercaya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Melayu. ini dipasang pada kasa jendela atau kasa pintu. Sering disebut dengan bentukan groga (atau roda) merupakan ornamen dengan berbagai varian. Gambar Sinar Matahari Pagi Sumber : Julaihi Wahid dan Bhakti Alamsyah

39 33 3. Ragam hias Terali Biola terali biola diambil sesuai dengan bentuknya. Ragam hias ini berbentuk lekuk-lekuk tebukan yang disesuaikan dengan bentuk biola, yang terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan. Berfungsi hanya sebagai pagar, memperindah beranda. Ragam hias terali biola berwarna keemasan, kuning putih ataupun hijau dan warna kayu saja. Gambar Motif Terali Biola Sumber : Mahyudin Al Mudra Gambar Motif Terali Biola Sumber : Amran Ekoprawoto

40 34 4. Ragam Hias Ricih Wajid Ragam hias ricih wajid atau disebut juga gigi belalang, berbentuk potongan wajid, yaitu sejenis makanan yang terbuat dari beras pulut. Pulut merupakan lambang pemersatu masyarakat Melayu. Terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan. Ricih wajid ditempatkan pada bagian bawah tepi lantai, sehingga sebagai hiasan pada tutup angin atau ikat pinggang. Ragam hias ini melambangkan pemersatu masyarakat Melayu. Gambar Motif Ricih Wajid Sumber : Mahyudin Al Mudra 5. Unsur-Unsur Desain atau ragam hias memiliki unsur-unsur rupa yang menjadi dasar dalam pembuatannya. Sebuah desain ragam hias terdiri dari kumpulan elemenelemen rupa yang membentuk suatu kesatuan, dan kemudian disebut dengan unsur-unsur desain. Unsur-unsur desain ornamen meliputi:

41 35 a. Garis Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 15), garis adalah sebuah titik yang diperpanjang akan menjadi sebuah garis. Selain itu Francis juga menyebutkan bahwa garis memiliki panjang, arah dan posisi. Garis adalah hasil goresan benda keras ataupun tinta/cat pada permukaan benda yang memanjang bentuknya. Garis juga merupakan kumpulan titik-titik yang berhubungan satu sama lain secara memanjang. Dalam aplikasinya garis dapat berbentuk; garis lurus dan garis lengkung, yang dapat dirinci lagi menjadi garis patah-patah, garis bergelombang, garis putus-putus, garis zig zag, garis tebal dan garis tipis. Penggunaan garis dalam sebuah desain ragam hias harus tetap memperhatikan prinsip desain, sehingga memunculkan motif ragam hias yang indah. (Nawawi. 2005, Analisis Penerapan Estetika Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal ). b. Bidang Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 15), bidang merupakan sebuah garis yang diperluas akan menjadi senuah bidang. Selain itu, Francis D.K. Ching juga menambahkan bahwa sebuah bidang akan memiliki panjang dan lebar, wujud, permukaan, orientasi dan posisi. Dan sebuah Bidang yang dikembangkan akan menjadi sebuah ruang. Sebuah garis yang bertemu ujung pangkalnya akan membentuk sebuah bidang. Demikian juga beberapa garis yang saling berpotongan satu sama lain akan membentuk beberapa bidang. Seperti halnya garis, bidang atau unsur bidang

42 36 juga mempunyai sifat atau watak yang berbeda-beda. Bidang rata yang lebar akan menimbulkan kesan lapang, bidang datar mengesankan lantai dan bidang tegak mengesankan dinding. Bidang bergelombang secara mendatar mengesankan berkesan labil, dan bidang bergelombang tegak menimbulkan kesan menyempit. Pemanfaatan unsur bidang secara bervariasi dan proporsional dapat menimbulkan suasana menarik dan indah. (Nawawi. 2005, Analisis Penerapan Estetika Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal ). c. Bentuk Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau tubuh seseorang yang mendudukinya. Dalam seni dan perancangan, seringkali dipergunakan istilah ini untuk menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan-cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambar nyata. Setiap benda mempunyai bentuk. Istilah bentuk dalam bahasa Indonesia dapat berarti bangun (shape), atau benda plastis (form). Setiap benda mempunyai bangun dan bentuk plastis. Bangun adalah bentuk benda yang polos seperti yang terlihat oleh mata, sekedar untuk menyebutkan sifatnya yang bulat, persegi, segitiga, ornamental, tak teratur dan sebagainya.

43 37 Bentuk plastis ialah bentuk benda sebagaimana terlihat dan terasa karena adanya unsur nilai (value) gelap-terang, hingga kehadiran benda itu tampak dan terasa lebih hidup. (Nawawi. 2005, Analisis Penerapan Estetika Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal ). Menurut Sembiring (2008 : 27-28), bentuk adalah gambar (figure) dapat berupa dua dimensi atau tiga dimensi. Semua benda alam atau buatan manusia memiliki bentuk seperti bulat, persegi, segitiga, ornamental, atau tak teratur. Sebuah bentuk akan berbeda sifatnya apabila diberi warna gelap atau terang. d. Warna Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa : warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Selain itu Francis D.K. Ching menyebutkan bahwa warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk. Kehadiran warna menjadikan benda dapat dilihat, dan melalui unsur warna orang dapat mengungkapkan suasana perasaa, atau watak benda yang dirancangnya. Warna juga menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda. Berdasarkan sifatnya kita dapat menyebutkan warna muda, warna tua, warna tua, warna gelap, warna redup dan warna cemerlang. Dilihat dari macamnya, warna terdiri dari warna merah, kuning, biru dan sebagainya, sedangkan dari segi karakternya orang dapat menyebutkan warna

44 38 panas, warna dingin, warna lembut, warna mencolok, warna ringan, warna berat, warna sedih, warna gembira. Penataan warna dalam desain ornament mempunyai peranan penting, karena karakternya yang akan mempengaruhi si pengamat, yang berdampak kepada minat untuk memilikinya. (Nawawi. 2005, Analisis Penerapan Estetika Ragam Hias pada Kriya Keramik Mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS-UNIMED Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal ). Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju. Sementara di kebanyakan Negara Timur, warna putih memberi kesan kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan kain kafan (meskipun secara teoritis putih bukanlah sebuah warna). Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara warna putih, dianggap sebagai representasi pada kehadiran seluruh gelombang warna dengan posisi seimbang. ( Diakses 3 Maret 2013, pukul 19:21 WIB). Misalnya, warna merah dan putih dalam bendera kebangsaan Indonesia masing-masing melambangkan keberanian dan kesucian. (Azmi. 2008, Memahami Karya Seni Rupa Kontemporer Melalui Karya Semiotika Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 5 No. 2 Desember. Hal 2-3).

45 39 Dalam hal ini, pada dasarnya ornamen Melayu menggunakan dua warna, yaitu warna hijau dan warna kuning. Namun pada saat ini ornamen Melayu juga mengadopsi warna-warna lain, misalnya warna putih, warna coklat, warna keemasan dan warna lain sebagainya. Warna ini pada umumnya sering digunakan sebagai warna ornamen Melayu. Warna kuning ornamen Melayu pada bangunan Istana, Mesjid maupun rumah penduduk di kota Medan ini melambangkan kemegahan dan kesuburan dan kemakmuran dalam hidup. Warna ini pada umumnya sering digunakan pada latar ornamen. Warna hijau melambangkan warna identik agama Islam. Sehingga warna hijau selalu digunakan pada bangunan bernuansa Islam. Seperti contoh pada Mesjid Al- Osmani di Belawan, maupun pada Istana Maimoon di Kota Medan. e. Tekstur Menurut Francis D. K. Ching (2000 : 14) dalam bukunya Arsitekur bentuk ruang dan tatanan, mengatakan bahwa : tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Selain itu Francis D.K. Ching juga mengatakan bahwa tekstur juga menentukan sampai dimana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya datang. Tekstur merupakan kesan permukaan (halus-kasar, tinggi-rendah, timbuldalam) dari sebuah benda. Tekstur ada yang bersifat nyata halus-kasarnya, dan ada pula tekstur semu. Tekstur semu hanya dapat dilihat dan dirasakan melalui perasaan dari dalam. Tekstur nyata dalam sebuah ragam hias dapat berupa hasil pahatan atau goresan, dan tekstur tidak nyata dapat dimunculkan dengan penataan

46 40 garis dan warna yang menghasilkan bidang-bidang datar bergelombang dan tegak, seperti pada ornamen Melayu di langit-langit mesjid Al-Osmani. f. Ukuran Ukuran (size) merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dalam sebuah desai, karena besar kecilnya sebuah benda erat hubungannya dengan ruang. Dalam merancang desain ragam hias, biasanya keterbatasan ruang untuk menampilkan motif menjadi salah satu tolak ukur dalam pemilihan motif yang akan diterapkan. Ruang yang sempit akan dihiasi dengan motif-motif yang minimal, sehingga akan terasa lebih longgar dan tetap indah. Sementara ruang yang lebar dapat diisi dengan motif-motif ornamen yang lebih rumit dan agak besar. (Muhammad Nawawi. 2005, Analisis Penerapan Estetika Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal ). g. Nada Gelap- Terang Benda dapat dilihat karena adanya cahaya. Kemampuan mata untuk mengamati sebuah benda juga dipengaruhi oleh gelap atau terangnya cahaya yang menimpa benda tersebut, sehingga timbul nuansa warna nada gelap- terang pada permukaan benda itu. Nada gelap- terang juga akan mempengaruhi penampilan sebuah benda terlihat indah. Sebuah desain ragam hias, gelap terang dapat dimunculkan dengan menggunakan variasi warna, dan dapat juga dengan menggunakan tekstur pada permukaan sebuah benda. (Muhammad Nawawi. 2005, Analisis Penerapan Estetika Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED Vol. 2 No. 2 Desember. Hal ).

47 41 6. Prinsip-Prinsip Desain Ragam Hias Prinsip-prinsip desain ragam hias atau ornamen adalah sebagai berikut : a. Kesederhanaan Kesederhanaan adalah pertimbangan-pertimbangan yang mengutamakan pengertian dan bentuk yang inti (prinsipal). Segi-segi lain seperti kemewahan, kecanggihan struktur, kerumitan bentuk, sebaiknya dikesampingkan. b. Keselarasan (Harmoni) Dalam pengertian yang pokok, keselarasan berarti kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam suatu benda, atau antara benda yang satu dengan yang lain yang dipadukan, atau antara unsur yang satu dengan yang lainnya. c. Irama (Ritme) Irama adalah kesan gerak yang ditimbulkan oleh keselarasan. Keselarasan yang baik akan menimbulkan kesan gerak gemulai yang menyambung dari bagian yang satu kebagian yang lain pada suatu benda, atau dari unsur yang satu ke unsur yang lain dalam sebuah susunan (komposisi). Keselarasan yang jelek akan menimbulkan kesan gerak yang kacau atau simpang siur. Kesan gerak yang ditimbulkan keselarasan (harmoni) dan ketidakselarasan (kontras) itu yang disebut dengan irama. d. Kesatuan (unity) Bentuk suatu benda akan akan nampak utuh kalau bagian yang satu menunjang bagian yang lain secara selaras. Bentuknya akan akan tampak terbelah apabila masing-masing bagian muncul sendiri-sendiri, atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU PADA MASJID AZIZI DI TANJUNG PURA

ANALISA PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU PADA MASJID AZIZI DI TANJUNG PURA ANALISA PENERAPAN ORNAMEN BERNUANSA MELAYU PADA MASJID AZIZI DI TANJUNG PURA Andrie Suparman Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jln. Almamater No. 9 Kampus USU Medan

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Ukiran Ornamen Dasar Kaluk Pakis Gambar 2.2. Ornamen Lilit Kangkung... 19

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Ukiran Ornamen Dasar Kaluk Pakis Gambar 2.2. Ornamen Lilit Kangkung... 19 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Ukiran Ornamen Dasar Kaluk Pakis... 18 Gambar 2.2. Ornamen Lilit Kangkung... 19 Gambar 2.3. Ornamen Genting Tak Putus... 19 Gambar 2.4. Ornamen Kaluk Pakis... 20 Gambar 2.5. Ornamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MOTIF DARI ORNAMEN MELAYU BUNGA CENGKIH DAN BUNGA MANGGIS

PENGOLAHAN MOTIF DARI ORNAMEN MELAYU BUNGA CENGKIH DAN BUNGA MANGGIS e-proceeding of Art & Design : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 992 PENGOLAHAN MOTIF DARI ORNAMEN MELAYU BUNGA CENGKIH DAN BUNGA MANGGIS Rafita Ulfah Adawiyah Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi No.

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang meliputi Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, dan Kesultanan Asahan, salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID,

JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID, JENIS-JENIS KALIGRAFI, MOTIF MOTIF ORNMEN, ORNAMEN MELAYU, ORNMEN ARAB, (LAMPIRAN) DENA LOKASI, PETA, GAMBAR MASJID, PRASASTI, KALIGRAFI MASJID, ORNAMEN MASJID, DAN ANGKET Jenis-jenis Kaligrafi 2.2 Jenis

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni Pengertian Seni Rupa Secara sederhana, seni rupa adalah ungkapan ide atau perasaan yang estetis dan bermakna dari pembuatnya yang diwujudkan melalui media rupa yang bisa ditangka dan dirasakan dengan rabaan.

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar Klara Puspa Indrawati Tulisan mengenai batik sebagai sebuah produk geometri ini muncul dari ketertarikan saya terhadap keindahan pada detail. Dalam ilmu arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama Islam, memberikan pengaruh yang kuat terhadap masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang

Lebih terperinci

RUMAH MELAYU CINDAI MODEL RUMAH PANGGUNG BERCIRIKAN SENIUKIR ORNAMEN

RUMAH MELAYU CINDAI MODEL RUMAH PANGGUNG BERCIRIKAN SENIUKIR ORNAMEN RUMAH MELAYU CINDAI MODEL RUMAH PANGGUNG BERCIRIKAN SENIUKIR ORNAMEN MELAYU DELI A z m i Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Rumah Melayu Cindai merupakan salah satu pelestarian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

INKULTURASI BUDAYA : STUDI TENTANG PENERAPAN POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI DI TANJUNG PURA ABSTRAK

INKULTURASI BUDAYA : STUDI TENTANG PENERAPAN POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI DI TANJUNG PURA ABSTRAK INKULTURASI BUDAYA : STUDI TENTANG PENERAPAN POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI DI TANJUNG PURA Maya Masyitah 1*, Adek Cerah Kurnia Azis 2* Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni Rupa, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan beberapa pertemuan

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM TUGAS PRAKARYA KERAJINAN DARI BAHAN ALAM Oleh: NAMA : FARHAN ARIYANDI SAPUTRA KELAS : VII D SMP YKPP DUMAI T.A 2015/2016 I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat Palembang sejak dahulu dan merupakan benda yang mengandung banyak nilai di dalamnya, seperti nilai intrinsik

Lebih terperinci

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Menata Pola Ragam Hias Tekstil MENATA POLA RAGAM HIAS TEKSTIL 81 Menata Pola Ragam Hias Tekstil A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan belajar menata pola ragam hias tekstil. Sebelumnya kita telah memiliki pengetahuan tentang keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu. Namun mereka menyebutnya dengan istilah gerabah atau tembikar. Terbukti dengan ditemukannya

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara

Ragam Hias Tenun Songket Nusantara RAGAM HIAS TENUN SONGKET NUSANTARA 115 Ragam Hias Tenun Songket Nusantara A. RINGKASAN Dalam bab ini kita akan mempelajari kebiasaan masyarakat Nusantara dalam membuat hiasan, khususnya menghias dengan

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peninggalan sejarah Islam diacehsalah satunya kesenian. Kesenian merupakan sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan yang dapat didengar

Lebih terperinci

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ARSITEKTUR BANGUNAN MASJID AL OSMANI DAN MASJID AZIZI TANJUNG PURA SKRIPSI OLEH ATIKA ZALINA

STUDI PERBANDINGAN ARSITEKTUR BANGUNAN MASJID AL OSMANI DAN MASJID AZIZI TANJUNG PURA SKRIPSI OLEH ATIKA ZALINA STUDI PERBANDINGAN ARSITEKTUR BANGUNAN MASJID AL OSMANI DAN MASJID AZIZI TANJUNG PURA SKRIPSI OLEH ATIKA ZALINA 110406016 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 STUDI

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK. Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2*

PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK. Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2* PENGKAJIAN KAIN SONGKET MELAYU BATUBARA DITINJAU DARI BENTUK ORNAMEN, WARNA DAN MAKNA SIMBOLIK Andry Dwira Utama 1*, Sugito 2* Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang memiliki kekayaaan berbagai khasanah ragam hias atau ornamen yang tersebar di wilayah Nusantara, dari Sabang sampai Merauke, masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata masjid secara etimologi diambil dari akar kata sajada-sujudun, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata masjid secara etimologi diambil dari akar kata sajada-sujudun, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Masjid Kata masjid secara etimologi diambil dari akar kata sajada-sujudun, yang memiliki arti patuh, taat, serta tunduk. Lalu kata sajada ini diberikan awalan ma,

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat

Lebih terperinci

Hiasan teknis. Bentuk hiasan yang disamping berguna sebagai hiasan juga memiliki fungsi yang lain. (lihat gambar 3)

Hiasan teknis. Bentuk hiasan yang disamping berguna sebagai hiasan juga memiliki fungsi yang lain. (lihat gambar 3) A. Ornamen Ornamen berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ornare yang artinya hiasan atau perhiasan. Yang dimaksud menghias di sini adalah mengisi sesuatu yang semula kosong menjadi terisi hiasan,

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang merepresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang

BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang BAB IV Analisa Bentuk dan Makna Songket Palembang 4.1 Tinjauan Songket Palembang di Wilayah Ki Gede Ing Suro Di Indonesia banyak menghasilkan produk-produk dari hasil kerajinan tradisional seperti kerajinan

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu Netty Juliana Abstrak Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan kreasi baru ragam hias Gorga Desa Naualau namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Ornamen

Lebih terperinci

BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM

BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM BAB IV RAGAM HIAS RUMAH BAGHI DI DESA GUNUNG AGUNG PAUH KECAMATAN DEMPO UTARA KOTA PAGARALAM A. Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

DATA INFORMAN. : Amran Ekoprawoto. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 1 Januari Alamat : Villa Bogor Indah 2. Blok. DD 1 No. 17.

DATA INFORMAN. : Amran Ekoprawoto. Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 1 Januari Alamat : Villa Bogor Indah 2. Blok. DD 1 No. 17. Lampiran I DATA INFORMAN Nama : Amran Ekoprawoto Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 1 Januari 1951 Alamat : Villa Bogor Indah 2. Blok. DD 1 No. 17. Ciparigi. Bogor. 16158. Pekerjaan : Pensiunan PNS Profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad. Salah satu dari buku yang popular

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Potensi Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang berarti keras, kuat. Dalam pemahaman

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dan pembangunan bangsa, baik sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANG DALAM

PERANCANGAN RUANG DALAM UNIVERSITAS UDAYANA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN RUANG DALAM Ulasan Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam Metode Studi Literatur Mahasiswa; ARFIEL ZAQTA SURYA 131925105 Teori dan konsep

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pertama rumah Besemah disebut ghumah baghi yang berarti rumah lama. Rumah tersebut

Lebih terperinci

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1 Unsur dasar senirupa Pertemuan ke 1 Titik Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam seni rupa. Sebagai

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan

Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan 105 PENEKANAN UNSUR DEKORATIF MELALUI APLIKASI ORNAMEN ULOS BATAK TOBA PADA PERANCANGAN BUSANA Yetty Pangaribuan Abstrak Perancangan busana ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan dalam produksi

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Tema Perancangan Metafora Layang layang 3.1.1 Tinjauan Teoritis Tentang Metafora Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan

Lebih terperinci

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam - Struktur bentuk pada bagian kepala kain (tumpal), terdapat ragam hias ombak 16 batang, tali air dan patah beras, umpak ayam, pucuk rebung kembang jagung, dan tawur sisik nanas. Ombak 16 batang Patah

Lebih terperinci