BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Smith dan Watts (1992) melihat pengaruh investment

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Smith dan Watts (1992) melihat pengaruh investment"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Smith dan Watts (1992) Penelitian Smith dan Watts (1992) melihat pengaruh investment opportunity set (IOS) dengan kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi pada level industri dengan menggunakan ordinary least square regression (OLS). Menurut Smith dan Watts (1992), nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat (berupa nilai buku baik aktiva maupun ekuitas perusahaan) dan nilai kesempatan tumbuh suatu perusahaan di masa yang akan datang (berupa nilai pasar perusahaan). Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai bukunya. Perusahaan yang berpotensi tumbuh akan memiliki skor nilai pasar terhadap nilai bukunya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan pendanaan, dividen, kompensasi (menggunakan incentive plan) sebagai variabel dependen, IOS sebagai variabel indepeden dan regulasi, ukuran perusahaan, accounting return sebagai variabel kontrol. Sampel penelitian tersebut adalah 106 perusahaan dari 16 sektor industri. Proksi gabungan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan analisis sensitifitas. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa, rasio book to market value of asset, depreciation to firm value, research, development to firm value, variance of 8

2 9 rate of return dan earning to price memiliki signifikan dalam pengujian level IOS dengan kebijakan pendanaan dan dividen. Jadi, jika perusahaan memiliki peluang pertumbuhan yang lebih tinggi maka perusahaan akan menggunakan hutang dan membayar dividen lebih kecil, dan membayar kompensasi eksekutif lebih besar daripada perusahaan tidak bertumbuh. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan masalah-masalah agensi yang berasosiasi dengan aliran kas bebas perusahaan. Secara keseluruhan mereka memberikan bukti yang mendukung pandangan bahwa keputusan kebijakan perusahaan dimotivasi oleh hasrat manajer untuk menyelesaikan potensi konflik secara efisien antara perusahaan dengan pihakpihak internal dan eksternal yang melakukan kontrak Gaver dan Gaver (1993) Penelitian Gaver dan Gaver (1993) bertujuan memperoleh bukti tambahan terkait penelitian smith dan watts (1992). Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS adalah nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran yang akan datang yang ditetapkan oleh manajemen, yang pada saat ini sebagai alternatif investasi yang memiliki expected return lebih besar. Opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable).

3 10 Variabel dalam penelitian Gaver dan Gaver adalah kebijakan pendanaan (book value of debt to total equity, book value of debt to market value of equity), kebijakan dividen (dividend payout, dividend yield), kebijakan kompensasi (log "cash compensation", stock option, bonus, performance plan, restricted stock) sebagai variabel dependen, IOS sebagai variabel independen, dan ukuran perusahaan, kinerja perusahaan sebagai variabel kontrol. Peneliti menggunakan proksi IOS gabungan dengan maksud untuk meminimalisir measurement error. Beberapa proksi gabungan yang digunakan yaitu, analisis sensitifitas dan common factor analysis untuk menghitung factor score sebagai indeks umum IOS. Dengan sampel 237 perusahaan bertumbuh dan 237 perusahaan tidak bertumbuh (diperoleh dengan menggunakan proksi IOS). Hasil penelitian membuktikan IOS berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan, deviden, dan kompensasi dengan sampel pada level perusahaan. Semua alternatif proksi IOS memiliki korelasi signifikan dengan faktor umum (common factor). Hasil analisis konsisten dengan hipotesis, menyatakan adanya pengaruh antara IOS dan keputusan kebijakan pendanaan dan kebijakan lainnya. Selain itu, perusahaan bertumbuh yang memiliki rasio debt to equity yang lebih rendah membayar kompensasi eksekutif yang lebih tinggi dari perusahaan yang tidak bertumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi kontrak berdasarkan pada penelitian tersebut meliputi beberapa faktor yang bersumber pada teori keagenan yaitu terjadinya konflik antara shareholder-debtholder, adanya agency cost, dan permasalahan pengukuran kinerja.

4 11 Penggunaan proksi yang lebih banyak berdampak pada ketepatan penentuan kelompok/karakteristik perusahaan dan dapat mengurangi kesalahan penentuan klasifikasi. Penelitian selanjutnya perlu melihat adanya interaksi antara tax environment dan pemilihan kebijakan pendanaan yang juga akurat Mahmud Hossain (1998) Penelitian Hossain (1998) melihat pengaruh corporate ownership, directorship, auditing dan kebijakan voluntary disclosure di New Zealand. Dari 10 (sepuluh) hipotesis, hipotesis ke 7 (tujuh) menyatakan bahwa dengan mengasumsikan voluntary disclosure konstan maka perusahaan akan meningkatkan atau menurunkan corporate ownership (board composition) untuk meningkatkan atau me nurunkan investment opportunity set (IOS). Penelitian tersebut menggunakan ordinary least square regression (OLS) untuk menguji hipotesis. Hasil dari pngujian hipotesis menyatakan bahwa keseluruhan hipotesis tidak signifikan merubah nilai IOS, namun hipotesis ke 9 dan 10 (sembilan dan sepuluh) secara parsial signifikan bahwa pengaruh outside directors dan eksternal auditor terhadap IOS diperkuat oleh corporate ownership (board composition). Hossain menyatakan juga bahwa, penggunaan data time series sangat lemah dalam mendukung pengujian hipotesisnya Fitrijanti dan Jogiyanto (2002) Penelitian Fitrijanti dan Jogiyanto menguji analisis korelasi investment opportunity set (IOS) dengan realisasi pertumbuhan, kebijakan pendanaan dan

5 12 deviden dengan tingkat IOS pada level (t+1 sampai dengan t+5). Tiga proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio empiris tunggal (market to book value of assets or MVABVA, market to book value of equity or MVEBVE, price to earning per price or PER, capital expenditure to book value of asset or CAPBVA dan capital expenditure to market value of asset or CAPMVA), instrumental variable (VIOS), dan factor score (Skor). Sampel yang digunakan untuk menguji hipotesa ini adalah laporan keuangan yang dipublikasi BEJ antara tahun dengan total sample 68 sampel. Hasil yang dicapai dalam penelitian tersebut adalah rasio individual MVABVA, MVEBVE, PER, CAPBVA, dan CAPMVA serta indeks umum IOS yakni variabel faktor skor (SKOR) dan variabel instrumental (VIOS) berkorelasi positif dan signifikan dengan realisasi pertumbuhan pada periode setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar) diterima. Signifikansinya hanya pada rentan satu tahun setelah penetapan level IOS. Penelitian mendukung kontrak kompensasi bahwa perusahaan bertumbuh memiliki leverage dan kebijakan dividen relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan tidak bertumbuh, perusahaan bertumbuh cenderung merupakan perusahaan besar, dan ukuran perusahaan memiliki korelasi positif dengan kebijakan investasi melalui hutang. Terdapat keterbatasan penelitian yaitu, proksi individual IOS terbatas, jumlah sampel kecil, penggunaan nilai buku dan nilai pasar, pengaruh industri dan peraturan pemerintah, dan pengaruh struktur kepemilikan.

6 Akhtaruddin dan Hossain (2008) Penelitian Akhtaruddin dan Hossain menguji pengaruh antara voluntary disclosure dengan investment opportunity set di Malaysia. Pengaruh dari kepemilikan perusahaan dalam penelitian ini menjadi penghubung dari variabel yang juga diteliti. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 104 perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa voluntary disclosure memiliki pengaruh yang positif dengan investment opportunity set. Secara keseluruhan dapat diprediksi bahwa perusahaan bertumbuh cenderung mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak dibanding perusahaan yang pertumbuhannya rendah. Hal tersebut konsisten dengan perspektif pengawasan pada teori agensi, penelitian tersebut mencatat bahwa, tingkat kepemilikan perusahaan yang lebih besar pada pemegang saham dari luar perusahaan memiliki pengaruh yang positif dengan voluntary disclosure. Penemuan ini menyatakan juga bahwa, perusahaan yang bertumbuh memperoleh keuntungan dari pengungkapan sukarela yang lebih banyak dan semakin besar kepemilikan perusahaan oleh pihak luar, maka akan meningkatkan biaya agensi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah dengan tingkat kepemilikian perusahaan lebih banyak dimiliki oleh anggota dewan dan rendahnya tingkat pengungkapan sukarela, maka biaya agensinya rendah. Lebih lanjut hasil penelitian ini menunjukan bahwa teori agensi tentang pengawasan lebih relevan terjadi dalam perusahaan yang bertumbuh.

7 Landasan Teori Teori Agensi Teori agensi pertamakali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang didasari asumsi bahwa manajemen perusahaan merupakan agen dari pemegang saham dan pemegang saham sebagai prinsipal atau pemilik perusahaan yang saling berinteraksi. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, yaitu berusaha mencapai kemakmurannya sendiri. Untuk meminimalkan konflik tersebut, maka pemilik dan manajemen melakukan kesepakatan kontrak kerja dengan cara mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing guna mencapai utilitas yang diharapkan. Lambert (1984) menyatakan bahwa dalam kesepakatan tersebut diharapkan dapat memaksimumkan utilitas pemilik, dan dapat memuaskan serta menjamin manajemen untuk menerima reward atas hasil pengelolaan perusahaan. Adapun manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak didasarkan atas kinerja perusahaan. Hubungan antara pemilik dan manajemen sangat tergantung pada penilaian pemilik tentang kinerja manajemen. Untuk itu, pemilik menuntut pengembalian atas investasi yang dipercayakan untuk dikelola oleh manajemen. Oleh karenanya, manajemen harus memberikan pengembalian yang memuaskan kepada pemilik perusahaan, karena kinerja yang baik akan berpengaruh positif pada kompensasi yang diterima, dan sebaliknya kinerja yang buruk akan berpengaruh negatif.

8 Teori Signal Teori sinyal pertama kali dikemukakan oleh Akerlof (1970) yang membahas bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Asimetris informasi perlu diminimalkan, sehingga perusahaan, terutama yang telah go public, dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada investor. Hal positif dalam teori signal adalah bahwa perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki berita bagus dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka. Sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus, akan sulit dipercaya oleh pasar Voluntary Disclosure Menurut Meek et.al (1995) mandatory disclosure merupakan pengungkapan yang diwajibkan oleh peraturan pemerintah, sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh peraturan pemerintah, sehingga perusahaan bebas untuk memilih jenis informasi yang akan diungkapkan dan dipandang relevan untuk pengambilan keputusan para pihak.

9 16 Menurut Singhvi dan Desai (1971). Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela bila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk pengungkapan informasi tersebut. Aida (2006:280) menyatakan bahwa pengungkapan yang disajikan dalam annual report merupakan media dalam penyampaian corporate disclosure, yaitu semua informasi baik tentang keuangan maupun non keuangan yang relevan sebagai dasar pengambilan keputusan investor dan calon investor. Menurut Susanto (2001). voluntary disclosure dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kualitas manajemen, mengirim summary story, membedakan perusahaan dengan pesaingnya dan menciptakan harga saham. Dengan voluntary disclosure maka manajemen dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, karena hal ini akan membantu investor untuk dapat memahami strategi bisnis manajemen dan resiko investasi, selain itu perusahaan yang melakukan voluntary disclosure juga akan menarik perhatian analis karena akan meningkatkan akurasi dari ekspektasi pasar dan menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar. Indeks voluntary disclosure yang digunakan adalah indeks yang digunakan dalam Annual Report Award (ARA) dengan 78 item (Lihat lampiran 10).

10 Kebijakan Pendanaan Myers (1984) menyatakan bahwa, struktur modal merupakan suatu tekateki yang belum bisa dijawab sebab tidak dapat diketahui bagaimana perusahaan memilih debt, equity atau campuran dari keduanya. Kebijakan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba yang ditahan yang berasal dari kegiatan perusahaan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang. Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melaksanakan aktivitasnya. Terkait kebijakan pendanaan dan struktur modal, Sawir (2004:81-82) menyatakan bahwa: Dalam teori struktur modal telah disimpulkan bahwa bauran pendanaan (financing mix) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini memotivasi manajemen perusahaan untuk mencari suatu struktur modal yang optimal bagi perusahaannya. Berbagai alat analisis digunakan dalam pemilihan struktur modal yang bisa meminimumkan biaya modal, sehingga nilai perusahaan menjadi maksimum. Analisis yang umum digunakan adalah analisis EBIT-EPS, analisis komparatif rasio-rasio leverage, dan analisis arus kas. Menurut Winarko (2005) pendanaan dapat berasal dari modal sendiri (ekuitas) atau hutang. Modal sendiri ini dapat diperoleh dari internal berupa retaied earnings maupun eksternal perusahaan berupa hutang dan saham. Kebijakan hutang perusahaan bisa juga didasarkan pada upaya mempertahankan pengendalian, terutama pada perusahaan yang dikontrol oleh keluarga, jadi

11 18 semakin terkonsentrasi struktur kepemilikan di perusahaan, maka semakin besar porsi hutang yang dapat ditolerir. Manajer yang kepemilikannya relatif besar cenderung memiliki tambahan hutang daripada tambahan ekuitas supaya kepemilikannya tidak terdilusi. Menurut Winarko (2005) manfaat hutang juga terkait dengan besarnya pajak penghasilan selain biaya hutang yang ditanggung perusahaan, perusahaan lebih suka menggunakan hutang dibanding ekuitas, karena mampu mengurangi pajak atas pembayaran bunga. Agency cost/ tax shield trade off model mengambil asumsi bahwa struktur modal perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat disatu sisi dan meningkatnya agency cost ketika hutang menigkat di sisi lain. Hal itu sejalan dengan asumsi Modigliani dan Miller (1963) yaitu ketika manfaat pengurangan pajak lebih tinggi dibandingkan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya. Argumentasi bahwa, pemilihan kebijakan perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan mulai populer setelah adanya perdebatan tentang eksistensi ide akuntansi positif oleh Watts dan Zimmerman (1990) yang menyatakan bahwa, adanya banyak perbedaan dalam kebijakan prosedur akuntansi diantara perusahaan disebabkan oleh perilaku manajer sesuai dengan kepentingannya. Hal ini berkaitan dengan perspektif efficiency contracting dan perilaku manajemen yang oppotunistism. Dalam perspektif efficiency contracting, secara khusus manajer akan memilih metode akuntansi yang akan meminimkan

12 19 kos agensi (agency cost). Dengan demikian, manajer akan memaksimalkan nilai perusahaan Kebijakan Dividen Dalam beroperasi setiap periodenya, perusahaan mengharapkan akan mendapatkan laba. Salah satu komponen laba yang akan dibagikan oleh perusahaan yang berbentuk korporasi adalah deviden. Ardiyos (1998:80) berpendapat bahwa dividen adalah bagian dari laba atau pendapatan perusahaan yang ditetapkan oleh direksi (dan disahkan oleh rapat pemegang saham) untuk dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Warsono (2003:271) dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) dalam bentuk tunai. Menurut Warsono (2003:272) macam-macam dividen dapat dikategorikan menjadi tiga macam,yaitu: dividen tunai, dividen saham, dan dividen kekayaan. a. Cash Devidend (Dividen Tunai), yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk tunai atau kas. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham biasa melalui cek atau terkadang mereka menginvestasikannya kembali dalam saham biasa di perusahaan. b. Stock Devidend (Dividen Saham), yaitu yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk saham. Perusahaan yang akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut kedalam presentase tertentu. c. Property Devidend (Dividen Kekayaan), yaitu dividen yang dibagikan berupa aset fisik yang dihasilkan oleh perusahaan selain kas. Menurut Warsono (2003: 271) keputusan keuangan yang berkaitan dengan penentuan berapa besarnya laba yang tersedia bagi para pemegeng saham biasa sebagai dividen dan berapa banyak jumlah yang ditahan sering disebut sebagai keputusan dividen. Keputusan dividen dalam perusahaan akan menghasilkan

13 20 kebijakan dividen. Copeland dan Weston (1997:125) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai kebijakan dalam menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan keputusan yang penting karena dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat dapat berimplikasi terhadap kekayaan para pemegang saham perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (1994: 198) kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Menurut Sawir (2004: 137) kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Hal ini berdampak pada penentuan besarnya alokasi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dalam bentuk dividen dan berdampak juga pada laba ditahan terhadap nilai perusahaan yang berlaku Kebijakan Kompensasi Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari karyawan. Jadi, nilai prestasi kerja karyawan harus lebih besar dari kompensasi yang dibayarkan perusahaan, supaya perusahaan mendapatkan laba dan kontinuitas perusahaan terjamin. Penghitungan kompensasi ini dapat didasarkan pada angka akuntansi, maupun pada harga saham. Angka akuntansi memiliki peran dalam melaporkan

14 21 kinerja perusahaan dan memberikan informasi kepada investor. Dalam hal ini tujuan sosial yang ingin dicapai adalah memotivasi manajer dan peningkatan operasi pasar tenaga kerja yang tepat, ini sama pentingnya dengan tujuan IOS sendiri untuk keputusan investasi yang baik dan operasi pasar sekuritas yang tepat. Kompensasi yang didasarkan pada angka akuntansi biasanya menggunakan acuan dari pendapatan bersih perusahaan. Menurut Rao (1989) IOS yang didasarkan pada angka akuntansi asset memiliki reliabilitas yang tinggi. Menurut Scott (2009: 357) pendapatan bersih yang memiliki kualitas (sensitivitas dan ketepatan) sangat berperan dalam memberikan informasi tentang upaya manajer dalam meningkatkan nilai perusahaan. Namun demikian, informasi akuntansi sering kali tidak tepat, sehingga pengukuran kinerja manajer terkait dengan kebijakan kontrak kompensasi menjadi tidak akurat dan perencanaan kompensasi tidak bisa optimal dan efisien. Menurut Smith dan Watts (1992) hal tersebut terkait dengan upaya manajemen laba oleh manajer. Perusahaan dengan investment opportunity set tinggi lebih senang menggunakan kompensasi yang didasarkan pada harga saham. Namun, hal ini tidak sesuai untuk target jangka panjang. Menurut Smith dan Watts (1992) angka akuntansi juga digunakan dalam kontrak kompensasi manajer, yaitu untuk meminimalkan agency cost. Ini menggunakan nomor akuntansi dalam rencana bonus menyarankan kemungkinan bahwa pilihan akuntansi dapat mempengaruhi kekayaan dan sehingga peneliti

15 22 akuntansi mulai mempekerjakan yang digunakan untuk menjelaskan pilihan akuntansi. Watts dan Zimmerman (1978) adalah contoh awal dari pendekatan ini. Menurut Fama dan Jensen (1983a dan 1983b), dalam persaingan antara perusahaan, mereka yang mengorganisir diri untuk meminimalkan biaya kontrak lebih mungkin untuk bertahan hidup. Hal tersebut mendukung pendapat Watts (1974 dan 1977) bahwa hal tersebut adalah langkah pendek untuk menunjukkan bahwa metode akuntansi yang mempengaruhi biaya organisasi perusahaan dan metode akuntansi yang bertahan hidup adalah hasil dari keseimbangan ekonomi serupa Insider Ownership Insider ownership merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak yang berada dalam perusahaan (insider). Insiders adalah semua pihak yang mempunyai peluang terlibat dalam pengambilan keputusan dan mengakses informasi yang terdapat dalam perusahaan. Besley dan Brigham (2005:659) mendefinisikan insiders sebagai pejabat perusahaan, para direksi, pemegang saham utama dan semua pihak yang mempunyai informasi tentang kegiatan operasi perusahaan. Menurut UU RI Penjelasan Pasal 95 No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud dengan insiders adalah: a. Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik. b. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik.

16 23 c. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperileh informasi orang dalam. d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau hurf c diatas. Menurut Jensen dan Meckling (1976) insider ownership berhubungan negatif dengan biaya keagenan. Meningkatnya persentase insider ownership membuat tindakan yang dilakukan oleh manajer akan mencerminkan kepentingan pemegang saham. Manajer diharapkan dapat memaksimalkan nilai perusahaan sesuai dengan kepentingan pemegang saham lainnya. Selain itu manajer juga akan terdorong untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini mendasarkan definisi insiders pada UU RI No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal pada poin a yaitu kepemilikan saham perusahaan oleh komisaris dan direktur Investment Opportunity Set Menurut Christie (1989) investment opportunity set (IOS) berkaitan dengan faktor industri dan siklus hidup produk. Faktor industri berkaitan dengan ada atau tidaknya hambatan masuk dalam sebuah industri, sedangkan siklus hidup produk berkaitan dengan investasi pada siklus hidup produk yang pendek (R&D/Sumber Daya Manusia) yang tujuannya lebih kepada produktivitas perusahaan (hasil akhir berupa peningkatan keuntungan komparatif dan nilai perusahaan). Menurut Smith dan Watts (1992), IOS merupakan komponen dari

17 24 nilai perusahaan dan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi yang akan datang. Menurut Gaver dan Gaver (1993) IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung dari pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang dan pada saat ini merupakan pilihan investasi yang diharapkan menghasilkan return lebih besar. Kondisi ini membutuhkan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan yang sifatnya tidak dapat diobservasi. Nilai IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi. Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian. Menurut Kallapur dan Trombley (1999), proksi IOS dapat diklasifikasikan menjadi tiga proksi, yaitu proksi berbasis harga (price-based proxies), proksi berbasis investasi (investmentbased proxies) dan proksi berbasis varian (varian measures). Proksi berbasis harga mendasarkan perbedaan antara asset dan nilai perusahaan, proksi berdasarkan harga percaya pada gagasan bahwa jika prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar, maka perusahaan yang berpotensi tumbuh akan mempunyai nilai pasar relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place), oleh karena itu proksi ini tergantung pada harga saham. Proksi berbasis harga ini di antaranya adalah market to book value of equity (MVE/BVE), market to book value of asset (MVA/BVA), replacement value of asset to market value (tobin s Q), price earning ratio (P/E), ratio of property, plant, equipment to firm value (PPE/BVA), firm

18 25 value to depreciation ratio, Market value of equity plus book value of debt (MVE+BVD). Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi, yang kemudian dikonversi menjadi asset yang dimiliki, dengan kata lain, proksi berdasarkan investasi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu perusahaan yang diharapkan dapat memberikan peluang investasi berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. Proksi berbasi investasi ini diantaranya adalah R&D expense to total asset ratio, R&D expense to sales, R&D expense to firm value ratio, capital expenditure to market value of asset (CAP/MVA), investment to sales ratio, capital expenditure to book value of asset (CAP/BVA), investment to earning ratio, log of firm value. Sedangkan menurut Kallapur dan Trombley (1999), proksi berbasis varian didasarkan pilihan pertumbuhan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan asset, dengan kata lain, proksi berdasarkan varian ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggurtakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi berbasis varian ini diantaranya adalah variance of total returns, assets betas, the variance of assets deflated sales. Ketiga proksi di atas menggambarkan keberagaman ukuran IOS yang memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi. Hal ini di karenakan sifat IOS yang unobservable seperti yang diungkapkan oleh

19 26 Gaver dan Gaver (1993). Dengan demikian IOS kurang tepat bila diproksikan dari satu ukuran tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit. Dengan menggunakan pendekatan proksi komposit, maka akan dapat mengurangi measurement error yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal untuk proksi IOS. Gaver dan Gaver (1993), Ahmar dan Fauziah (2006), Wiyono (2009) menggunakan proksi gabungan, yaitu mengkombinasikan ukuran tunggal menjadi ukuran gabungan dengan menggunakan common factor analysis untuk memperoleh factor score sebagai indeks umum IOS. Proksi gabungan dari proksi tunggal IOS digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan bertumbuh (growth firms) dan perusahaan tidak bertumbuh (nongrowth firms), agar dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Berdasarkan Collins dan Kothari (1989) dan didukung juga oleh Smith dan Watts (1992), serta Gaver dan Gaver (1993), dalam suatu penelitian tentang IOS ada tiga bentuk proksi yang biasanya digunakan. Pertama, menggunakan sebuah rasio saja sebagai proksi IOS, misalnya BE/MVE (book to market value ratio) yang merupakan rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas. Kedua, menggunakan metoda statistik analisis faktor untuk memperoleh skor faktor yang digunakan sebagai indeks umum IOS dalam mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. Ketiga, menggunakan analisis sensitivitas terhadap beberapa rasio individual dan kemudian membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain dari proksi IOS.

20 27 Alternatif proksi IOS yang digunakan Smith dan Watts (1992) yaitu dengan melakukan analisis sensitivitas terhadap beberapa rasio individual dan membentuk variabel instrumental IOS dalam rangka menemukan proksi IOS yang lebih baik, dan analisis faktor oleh Gaver dan Gaver (1993) untuk memperoleh proksi gabungan IOS, hal ini karena pada sebagian besar rasio individual terkandung potensi measurement error. Gaver dan Gaver (1993) mencatat bahwa market to book of equity, market to book of asset, earning per-share to price, research and development to total asset, variance of total return dan funds memiliki korelasi signifikan dengan faktor umum IOS. Sedangkan Sami, et.al (1999) mencatat bahwa variabel yang memiliki korelasi cukup tinggi dengan faktor umum IOS adalah MVA/BVA, MVE/BVE, PPE/BVA, Capital Expenditure Committed/EVA, CAPX Incurred/EVA dan DEP/EVA, sedangkan EPS/Price dan VARSALE (variance of sale) memiliki koefisien korelasi yang sangat kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai proksi IOS. Alasan penggunaan skor faktor serta variabel dummy dalam Sami, et.al (1999) adalah karena level IOS yang bersifat tidak dapat diobservasi cenderung tidak sempurna jika diukur dengan menggunakan hanya satu rasio saja (single empirical proxy), sehingga diperlukan scbuah proksi berupa satu set variabel (an ensemble of variables). Sesuai dengan penelitian Gaver dan Gaver (1993) serta Sami, et.al (1999) maka dalam penelitian ini rasio yang diuji antara lain: market to book value of asset (MVABVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham dan bahwa pasar menilai perusahaan

21 28 bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya; market to book value of equity (MVEBVE), dengan dasar pemikiran bahwa MVEBVE menunjukan pasar akan menilai return investasi di masa depan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya; Price to earning (PER), dengan dasar pemikiran bahwa nilai ekuitas merupakan jumlah dari nilai kapitalisasi laba dan pengelolaan aset plus nilai sekarang netto (NPV) dan juga pilihan investasi masa datang sehingga, semakin besar PER, semakin kecil proporsi nilai ekuitas yang diatribusikan kedalam laba yang dihasilkan dan aset relatif terhadap kesempatan bertumbuh; Capital expenditure to book value of asset (CAPBVA) dan capital expenditure to market value of asset (CAPMVA), dengan dasar pemikiran sejalan dengan Kallapur dan Trombley (1999) bahwa, perusahaan bertumbuh memiliki level aklivitas investasi lebih tinggi. Berdasarkan beberapa penelitian, kelima proksi individual di atas merupakan proksi yang memiliki korelasi signifikan dengan realisasi pertumbuhan perusahaan. Pada penelitian ini tidak digunakan proksi berbasis varian karena menurut Winarko (2005) proksi ini menggunakan beta untuk mengukur variabilitas return dalam suatu periode tertentu, sehingga diduga akan menimbulkan beta yg bias yang disebabkan adanya perdagangan yang tidak singkron di pasar modal Indonesia (ketidakstabilan kondisi pasar modal) Pertumbuhan Perusahaan melalui Pendekatan Proksi IOS Nilai perusahaan merupakan gabungan antara aktiva riil dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi diidentif ikasi sebagai perusahaan yang mengalami

22 29 peningkatan pada aktiva riilnya dan peningkatan pada peluang investasi yang ada. Perusahaan yang memiliki potensi tumbuh rendah diidentifikasi sebagai perusahaan yang kurang mengalami peningkatan pada aktiva riilnya atau bahkan mengalami penurunan nilai karena perusahaan tersebut tidak mampu menangkap peluang investasi yang ada. Myers (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan gabungan antara asset in place dan opsi future invesment. Opsi future investment tersebut tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibanding perusahaan lain dalam satu kelompok industri Pengaruh Voluntary Disclosure dengan IOS Akhtaruddin dan Hossain (2008) menunjukan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh yang positif dengan voluntary disclosure. Secara keseluruhan dapat diprediksi bahwa perusahaan bertumbuh cenderung mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak dibanding perusahaan yang pertumbuhannya rendah. Penemuan ini menyatakan juga bahwa, perusahaan yang bertumbuh yang memperoleh keuntungan dari pengungkapan sukarela yang lebih banyak memiliki biaya agensi lebih besar. Lebih lanjut hasil penelitian ini menunjukan bahwa teori agensi tentang pengawasan lebih relevan terjadi dalam perusahaan yang bertumbuh.

23 30 Lebih lanjut Akhtaruddin dan Hossain (2008) menyatakan bahwa struktur kepemilikan memperkuat pengaruh variabel voluntary disclosure terhadap investment opportunity set. Hal ini sejalan dengan pernyataan Watts dan Zimmerman (1986) bahwa, pengungkapan (disclosure) yang detail dan memberikan gambaran kinerja, serta operasionalisasi perusahaan yang sesungguhnya akan menimbulkan kepercayaan dari pihak stakeholder akan kinerja manajemen dan kapabilitas perusahaan. Peningkatan kepemilikan manajerial (insider ownership) dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan. Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggungjawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan kepemilikan manajerial kecil. Kepemilikan manajerial yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham Pengaruh Kebijakan Pendanaan dengan IOS Kebijakan pendanaan adalah kebijakan yang berpengaruh dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan perimbangan pembelanjaan yang optimal, dan perusahaan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan atau akan mengambil dana dari luar perusahaan. Salah satu

24 31 tolak ukur pertumbuhan perusahaan ditunjukkan oleh besarnya investasi. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan pendanaan yang dibuat. Oleh karena itu, diduga bahwa perusahaan yang memilik potensi tumbuh tinggi mempunyai kebijakan pendanaan yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki potensi tumbuh rendah. Perusahaan bertumbuh membutuhkan dana yang besar untuk membiayai investasinya. Perusahaan harus membuat keputusan pendanaan dengan menggunakan dana yang bersumber dari dalam perusahaan (berupa retained earning) atau mengambil dana dari luar perusahaan (berupa hutang dan ekuitas). Perusahaan yang mempunyai investasi tinggi akan menyebabkan hutang menjadi tinggi. Hal tersebut terjadi karena hutang yang tinggi digunakan untuk membiayai kesempatan investasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Fama (2000) bahwa, hutang biasanya akan bertambah ketika investasi melebihi retained earning dan hutang akan berkurang jika investasi kurang dari retained earning Pengaruh Kebijakan Dividen dengan IOS Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pembayaran dividen. Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi mempunyai kesempatan yang memungkinkan untuk membayar dividen yang lebih rendah karena mereka mempunyai kesempatan yang menguntungkan dalam mendanai investasinya secara internal, sehingga tidak terdorong untuk membayar bagian laba yang lebih besar kepada para investor. Sebaliknya perusahaan yang pertumbuhannya rendah

25 32 berusaha menarik dana dari luar untuk mendanai investasinya dengan mengorbankan sebagian besar labanya dalam bentuk dividen. Pernyataan tersebut didukung oleh Sulistyowati (2003) yang berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki peluang investasi akan lebih memilih pendanaan internal daripada eksternal, akibatnya kebijakan dividen lebih menekankan pada pembayaran dividen yang kecil Pengaruh Kebijakan Kompensasi dengan IOS Smith dan Watts (1992:274) dalam size hypotheses-nya menyatakan bahwa, secara umum manajer dari perusahaan yang besar dengan persediaan sumber daya yang besar akan memberikan dampak pada keputusan manajerial yang akan diberikan. Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) pada level perusahaan mendukung hasil penelitian Smith dan Watts (1992) pada level industri, yang menunjukan adanya hubungan yang positif antara investment opportunity set dengan kebijakan kompensasi, bahwa perusahaan tumbuh akan memberikan kompensasi lebih besar dibanding perusahaan tidak tumbuh. Apa yang dilaporkan oleh Healy (1985) dan Holthausen, et.al (1995) merupakan cermin dari pentingnya pemahaman tentang perilaku manajer terhadap keberadaan rencana kompensasi yang dapat mempengaruhi kemakmurannya baik saat ini maupun waktu mendatang. Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) pada level perusahaan mendukung hasil penelitian Smith dan Watts (1992) pada level industri, yang menunjukan hasil adanya hubungan yang positif antara investment opportunity set dengan kebijakan kompensasi dan mereka menyimpulkan bahwa

26 33 perusahaan tidak tumbuh akan memberikan kompensasi lebih kecil dibanding perusahaan tumbuh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial

BAB I PENDAHULUAN. (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi adalah penanaman modal untuk satu / lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi nilai

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu 8 II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. antara aktiva riil (asset in place) dan pilihan-pilihan investasi pada masa

BAB II DASAR TEORI. antara aktiva riil (asset in place) dan pilihan-pilihan investasi pada masa BAB II DASAR TEORI 2.1. Invesment Opportunity Set (IOS) Myers (1977) sebagai orang pertama yang mengemukakan istilah IOS dengan menguraikan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada tahun

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal. dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Konflik keagenan akan

BABI PENDAHULUAN. Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal. dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Konflik keagenan akan BABI PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang Masalah Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Konflik keagenan akan mempengaruhi kedua pihak untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Investment Opportunity Set Istilah Investment Opportunity Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pertumbuhan ekonomi global dimulai pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan pertumbuhan ekonomi di Asia dipelopori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Kebijakan Utang Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihakpihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan, baik internal perusahaan yaitu menajemen maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan analisis investasi di pasar sekuritas dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan analisis investasi di pasar sekuritas dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam melakukan analisis investasi di pasar sekuritas dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satu diantaranya adalah dengan analisis fundamental. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability

BAB II URAIAN TEORITIS. Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. waktu yang tertentu. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan. dibedakan menjadi dua, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. waktu yang tertentu. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan. dibedakan menjadi dua, yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Jogiyanto (2003), investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory) Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling theory) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta 12 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Meckling (1976), dalam kerangka hubungan keagenan (agency theory), timbulnya masalah keagenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak perusahaan baik itu pihak internal perusahaan yaitu manajemen, maupun eksternal perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang maksimum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang pengaruh aliran kas bebas, keputusan pendanaan, set kesempatan investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut: 1.1 Aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 1.1 Landasan Teori Penelitian pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen terhadap membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 2.1.1 Signalling Theory Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam setiap usahanya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam setiap usahanya adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam setiap usahanya adalah untuk mendapatkan keuntungan, baik yang sudah dilaksanakan maupun yang belum atau masih dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi dan bertambah luasnya ilmu pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era globalisasi seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampulabaan Kemampulabaan (profitabilitas) adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).Rasio profitabilitas

Lebih terperinci

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan Investasi Sebagai Variabel Moderasi membutuhkan kajian teori

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi dan perdagangan bebas telah membuat persaingan usaha semakin ketat. Berbagai perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dan mengembangkan usaha

Lebih terperinci

diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Potensi pertumbuhan perusahaan

diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Potensi pertumbuhan perusahaan BAB I PENDAHULUAN LI Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan sebuah kombinasi antara aset milik perusahaan dengan pilihan investasi di masa datang (Myers, 1977 dalam Gaver dan Gaver, 1993). Pilihan-pilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham sebagai principal. Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham sebagai principal. Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory merupakan teori yang mempelajari hubungan antara agent dan principal. Dalam hal ini manajemen perusahaan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut agency theory, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik. Terjadinya konflik yang disebut agency conflict

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada laba yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (Salvatore, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam perkembangan perusahaan, yaitu memiliki tugas dan kewajiban untuk membuat suatu keputusan dan kebijakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh principal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Signalling Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Spense di dalam artikelnya tahun 1973. Teori tersebut menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Struktur Modal a. Agency Theory Pearce dan Robinson (2009), mendefinisikan bahwa teori keagenan merupakan sekelompok gagasan mengenai pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh return.

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh return. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan terutama bagi para pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan cara memaksimumkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang penting yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang diperoleh dari perusahan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan perusahaan tersebut dimasa depan. Tujuan utama perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan perusahaan tersebut dimasa depan. Tujuan utama perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, setiap individu maupun kelompok atau organisasi cenderung berupaya memposisikan diri individu maupun organisasi tersebut kearah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), laba dalam jangka

Lebih terperinci

( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ) SKRIPSI

( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ) SKRIPSI ANALISIS PERBEDAAN PERUSAHAAN TUMBUH DAN TIDAK TUMBUH DALAM HAL KEBIJAKAN PENDANAAN DAN DIVIDEN DENGAN PENDEKATAN ASOSIASI PROKSI INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitability (Profitabilitas) 2.1.1 Pengertian Profitability (Profitabilitas) Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan adalah suatu hal yang ingin dicapai setiap individu, terutama kesejahteraan secara financial. Tercapainya kesejahteraan financial dapat dilihat dari terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang bermunculan, maka semakin ketat persaingan antar perusahaan. Untuk itu setiap perusahaan mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah investasi yang dimaksudkan untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat perusahaan. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk

Lebih terperinci

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel moderating (pada perusahaan property

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory) Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur modal Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada dua kerangka

Lebih terperinci

menggunakan beragam rasio proksi IOS. Secara umum, set kesempatan investasi pada suatu perusahaan akan tergantung kepada faktor-faktor khusus dari

menggunakan beragam rasio proksi IOS. Secara umum, set kesempatan investasi pada suatu perusahaan akan tergantung kepada faktor-faktor khusus dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investment Opportunity Set (IOS) Investment Opportunity Set (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva tetap yang dimiliki (assets in place) dan opsi investasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan sudah mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah disajikan, karena di dalam Laporan Keuangan tersebut terdapat informasiinformasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang menjelaskan sifat dari hubungan antar variabel, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan tempat yang didirikan untuk melakukan proses produksi barang atau jasa. Perusahaan yang telah berkembang secara baik, umumnya memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting perusahaan dan merupakan bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Terdapat dua alasan mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali dan Pemegang Saham Nonpengendali Pada kepemilikan perusahaan yang tersebar terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi sinyal

BAB I PENDAHULUAN. dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi sinyal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan dividen sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat. Bagi para pemegang saham atau investor, dividen merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efisien. Hal tersebut bertujuan agar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Signal (Signalling Theory) Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan tahunan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan tahunan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga meningkatkan harga saham (Untung dan Hartini, 2006) dalam Sarpi

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga meningkatkan harga saham (Untung dan Hartini, 2006) dalam Sarpi BAB II LANDASAN TEORI A. Signalling Theory Teori ini menyatakan bahwa keputusan investasi memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Kinerja keuangan diukur dengan profitabilitas, menurut Warsono (2003) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai berikut: 1. Novi Anggraini (2015)

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORETIS DAN HIPOTESIS

BAB II TELAAH TEORETIS DAN HIPOTESIS BAB II TELAAH TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kebijakan Dividen Dalam investasi saham, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh investor yaitu dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi (Agency Theory) melihat bagaimana kontrak dan insentif dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi (Agency Theory) melihat bagaimana kontrak dan insentif dapat 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi (Agency Theory) melihat bagaimana kontrak dan insentif dapat ditulis untuk memotivasi individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen perusahaan untuk dapat bekerja lebih efektif dan efesien. Perusahaan yang dapat bekerja dengan efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan agar investor mendapatkan profit maksimal yang dapat meningkatkan kesejahteraannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan memberikan modal usaha dalam bentuk saham yang digunakan untuk menjalakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976) 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan antara total utang dan modal sendiri. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Teori sinyal (signaling theory) dibangun sebagai upaya untuk memaksilalkan nilai Teori sinyal menunjukkan aya asimetri informasi antara manajemen perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bidang akuntansi dalam perusahaan bertanggungjawab terhadap laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bidang akuntansi dalam perusahaan bertanggungjawab terhadap laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bidang akuntansi dalam perusahaan bertanggungjawab terhadap laporan keuangan, baik sebagai alat ukur prestasi manajemen di masa lalu maupun sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Dividen Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah dividen. Menurut Napa (1999) dalam Mahendra (2011) dividen merupakan bagian dari laba bersihyangdibagikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin hari semakin ketat dan sangat kompetitif. Terbukti jika perusahaan tidak dapat menghadapi tantangan ini sangat banyak perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutang dan Jenis-Jenis Hutang. jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi dimasa lalu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutang dan Jenis-Jenis Hutang. jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi dimasa lalu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Hutang dan Jenis-Jenis Hutang Hutang adalah kewajiban suatu badan usaha/perusahaan kepada pihak ketiga yang dibayar dengan cara menyerahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan bisnis di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya perkembangan bisnis di Indonesia, persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham yang ditandai dengan meningkatnya nilai perusahaan. Pengertian nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi stratejik yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Pengelolaan ini ditujukan agar perusahaan mampu menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Marcella Fransisca Santosa dan Paskah Ika Nugroho (2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Marcella Fransisca Santosa dan Paskah Ika Nugroho (2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan topik pengaruh set peluang investasi, pertumbuhan perusahaan, struktur aset, retained earning (laba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan pasti dibutuhkan dana yang dimana dana tersebut dimiliki oleh para

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan pasti dibutuhkan dana yang dimana dana tersebut dimiliki oleh para BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti ini perkembangan ekonomi mengalami peningkatan dan persaingan yang begitu signifikan sehingga para manajer mulai berhati-hati dalam pengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan penelitian ini, yaitu : 1. Kadek dan Luh (2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kinerja Keuangan Informasi mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan investor dalam menentukan kebijakan investasi. Kinerja keuangan digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) diasumsikan menerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam menjalankan perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja merupakan investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Nilai Perusahaan 2.1.1.1 Pengertian Nilai Perusahaan Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pada dasarnya tujuan semua perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pada dasarnya tujuan semua perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Pada dasarnya tujuan semua perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep manajerial pada perusahaan publik memiliki tujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham dan Gapenski, 1996, dalam Wahidahwati,

Lebih terperinci