ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) SKRIPSI RIANA SEPTIANI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 RINGKASAN RIANA SEPTIANI. Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RACHMAT PAMBUDY). Komoditi buah-buahan merupakan komoditi strategis yang dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan sektor pertanian dengan perannya dalam memenuhi kebutuhan pangan dan kontribusi terhadap PDB subsektor hortikultura. Namun disisi lain, kebutuhan produk buah-buahan dalam negeri masih banyak dipenuhi oleh produk impor. Kondisi ini menjadikan produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor dengan dengan mengupayakan peningkatan daya saing produk hortikultura khususnya buah-buahan terkait dengan produktivitas, mutu, performan dan efisiensi produksi. Departemen Pertanian melalui Badan Litbang melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing produk pertanian termasuk di dalamnya produk hortikultura. Salah satu lokasi kegiatan Prima Tani adalah di Kabupaten Banjarnegara dengan komoditi yang dikembangkan adalah produk hortikultura jambu biji. Dimana unit usaha pengolahan jambu biji menjadi produk unggulan dalam kegiatan Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara. Unit usaha pengolahan jambu biji ini berproduksi dengan memanfaatkan jambu biji grade B, namun hingga saat ini kegiatan produksi tersebut belum dilakukan secara optimal dan kontinu. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis kelayakan usaha pengolahan jambu biji merah dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan; (2) menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jambu biji merah; (3) menganalisis sensitivitas usaha pengolahan jambu biji merah; serta (4) menganalisis kombinasi tingkat produksi optimal puree dan sari buah jambu biji. Penelitian dilakukan di Gapoktan KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu) yang berlokasi di Desa Kaliwungu. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara kuantitatif untuk menganalisis kelayakan finansial pengolahan jambu biji berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan payback period serta dilakukan analisis switching value. Selain itu untuk mengetahui tingkat produksi dan alokasi sumber daya optimal digunakan program linier yang diolah menggunakan program LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Berdasarkan analisis aspek pasar, sebagai usaha satu-satunya di Kabupaten Banjarnegara bahkan di Karesidenan Banyumas, usaha pengolahan jambu biji memiliki peluang pengembangan usaha dimana masyarakat Kabupaten Banjarnegara maupun Karesidenan Banyumas dapat menjadi target pasar bagi produk olahan jambu biji yaitu puree dan sari buah. Sehingga usaha pengolahan

3 jambu biji ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar. Dari analisis aspek teknis, pemilihan lokasi pengolahan yang berada di sentra budidaya jambu biji mendukung kelancaran proses produksi. Teknologi pengolahan dapat digunakan dengan mudah oleh pihak Gapoktan KUAT melalui bimbingan teknis dan arahan dari BPTP Jawa Tengah dan BB Litbang Pertanian. Secara teknis pelaksanaan proses produksi tidak menghadapi masalah, sehingga unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis aspek manajemen, usaha pengolahan yang pelaksanaan kegiatan produksinya berada dibawah tanggung jawab Gapoktan KUAT telah layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya pembagian kerja yang jelas pada Gapoktan KUAT antara penanggungjawab unit pengolahan jambu biji dengan tenaga kerja pengolahan. Sedangkan dilihat dari aspek sosial dan lingkungan, unit usaha pengolahan jambu biji ini juga layak untuk dijalankan. Usaha pengolahan ini tidak memberikan dampak buruk bagi keseimbangan lingkungan sekitar serta ikut meningkatkan pendapatan petani jambu biji di Desa Kaliwungu dan membuka kesempatan kerja bagi pemuda Desa Kaliwungu. Hasil analisis aspek finansial untuk kedua skenario menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu ini layak untuk dilaksanakan. Pada skenario I diperoleh nilai NPV selama 10 tahun sebesar Rp ,64. Untuk kriteria IRR dan Net B/C adalah tak terhingga sedangkan nilai payback period tidak dapat dihitung. Hal ini dikarenakan nilai Present Value (PV) yang dihasilkan selalu positif, yang berarti usaha pengolahan ini sangat layak untuk dijalankan. Pada skenario II diperoleh nilai NPV, IRR, net B/C, dan PP sebesar Rp ,32; 45 persen; 4,20; dan pengembalian biaya investasi selama 5 tahun 7 hari. Hal ini berarti ada atau tidaknya bantuan investasi dari pemerintah, usaha pengolahan jambu biji masih layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value dilakukan dengan tiga variabel yaitu jumlah produksi puree dan sari buah, biaya bahan baku jambu biji, dan tingkat harga output puree dan sari buah. Pada skenario I dan II usaha masih layak dijalankan jika produksi turun maksimal sebesar 22, persen dan 16, persen, harga bahan baku naik maksimal sebesar 38, persen dan 21, persen, dan harga puree dan sari buah turun maksimal sebesar 22, persen dan 16, persen. Dari kedua skenario, perubahan volume produksi dan harga jual produk puree dan sari buah merupakan variabel yang lebih sensitif terhadap tingkat kelayakan usaha. Hasil analisis optimalisasi produksi puree dan sari buah, dengan kendala bahan baku, bahan tambahan, jam kerja mesin, jam tenaga kerja, dan permintaan minimum menunjukkan bahwa kombinasi produksi aktual telah mendekati produksi optimal. Pada kondisi aktual jumlah produksi puree dan sari buah adalah sebesar dan , sedangkan untuk kondisi optimal adalah sebesar dan Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan jambu biji telah berproduksi secara optimal pada skala usaha yang dijalankan. Terdapat nilai dual price pada sumberdaya gula pasir dan botol puree sebesar 7,692 dan 2.931,29 yang menunjukkan perubahan akan terjadi pada nilai fungsi tujuan bila nilai ruas kanan kendala sumberdaya ini berubah satu satuan. iii

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) RIANA SEPTIANI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) : Riana Septiani : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manjemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya tulis ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 Riana Septiani

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 15 September Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Watoro dan Ibu Turipah. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1993 di SDN Kutabanjar IV dan selesai pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1 Banjarnegara dan lulus pada tahun Untuk pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 1 Banjarnegara diselesaikan pada tahun Tahun 2005 penulis juga diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan tahun 2006 diterima pada Mayor Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan Minor Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha dan Optimalisasi Produksi Pengolahan Jambu Biji (Psidium Guajava L), (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan jambu biji serta menentukan tingkat kombinasi optimum dari hasil pengolahan yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi petani. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Mayor Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan skripsi ini, sangat disadari oleh penulis masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi selama proses penelitian. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2009 Riana Septiani

9 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur kehadirat Alah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak bekerjasama dan dibantu oleh berbagai pihak. Karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Papah, Ibu, dan adikku Mely atas semua perhatian, doa, kasih sayang, dan pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis. Semoga ini menjadi persembahan terbaik untuk kalian. I ll make you always proud of me. 2. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini. 4. Yeka Hendra Fatika, SP selaku dosen penguji departemen atas saran dan masukan terhadap penulis. 5. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi yang telah menjadi pembimbing akademik selama penulis menjadi mahasiswa di Departemen Agribisnis. 6. Seluruh dosen serta staf pengajar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan. 7. Bapak Romsidi sebagai ketua Gapoktan KUAT, Bapak Sodikin sebagai seksi bagian pengolahan jambu biji, Bapak Tegun sebagai PPL Kecamatan Banjarnegara, dan Bapak Ngadimin dari BPTP Jawa Tengah terimakasih atas izin, bantuan, informasi, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian. 8. Gusri Ayu Farsa sebagai pembahas dalam seminar yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini. 9. Sabahat terbaikku (BCL dan spreiyers) Septi Budhi Lestari (ncep), Dian Lestari (DeeL), Siti MM (Sweety), Syahra Zulfa (Bajul), Gusri Ayu Farsa (Abel), dan Lysti Fatimah (Umi) atas doa, dukungan, perhatian, dan persahabatan yang telah terjalin. Semoga persahabatan dan kebersamaan indah ini akan abadi selamanya.

10 10. Teman-teman Gladikarya Desa Cibodas (Putri Kinanty, Ivan Stenley, Bayu Kristianto, dan Kemala). Atas kebersamaan dan pengalaman yang indah selama dua bulan bersama kalian. 11. Teman satu bimbingan dan seperjuangan Prastiwi atas doa, dukungan, dan motivasi selama penyusunan skripsi ini. 12. Teman-teman AGB 42 atas kebersamaannya selama ini. Sukses selalu untuk kalian semua. 13. Anak-anak HarmonyErz: Verdhut, Mbok, Neina, Jatul, Ntong, Nicha, Meta, Nisa, Ima, Mba Asih, dan Sella. Atas kebersamaan, perhatian, dan dukungannya kepada penulis, Luv u Guys. 14. Teman-teman Omda Banjarnegara (Shely, Diana, Lutfi, Ria, Bayu, Candra, dan lain-lain). 15. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terimakasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis. x

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xiv xvi xvii I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat penelitian Ruang Lingkup Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen, dan Aspek Sosial Lingkungan Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Finansial Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Sensitivitas Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Optimalisasi Produksi III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Jambu Biji A. Asal usul Penyebaran B. Botani dan Morfologi Jambu Biji C. Jenis Tanaman D. Syarat Tumbuh Prima Tani Sistem Agribisnis Sistem Agribisnis Jambu Biji A. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi B. Subsistem Produksi Usahatani C. Subsistem Pengolahan D. Subsistem Pemasaran E. Subsistem Penunjang Studi Kelayakan Proyek Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek Analisis Sensitivitas Teori Produksi Teori Optimalisasi Linear Programming Kerangka Operasional... 44

12 IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Sampel Desain Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data Definisi Operasional Analisis Kelayakan Finansial A. Net Present Value (NPV) B. Internal Rate of Return (IRR) C. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) D. Payback Period (PP) Analisis Sensitivitas Optimalisasi Produksi V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Profil Perusahaan Struktur Organisasi Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Peluang pasar Strategi Pemasaran Aspek Teknis Lokasi usaha Layout bangunan Proses produksi Teknologi pengolahan Skala Usaha Aspek Manajemen Bentuk badan usaha Struktur organisasi Tugas dan wewenang Pengadaan tenaga kerja Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek Sosial Aspek Lingkungan VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis Kelayakan Finansial Skenario 1 (Adanya Bantuan Pemerintah) Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Rugi Laba Analisis Kelayakan Finansial Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) xii

13 7.2 Analisis Kelayakan Finansial Skenario 2 (tidak Adanya Bantuan Pemerintah) Arus Penerimaan (Inflow) Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Rugi Laba Analisis Kelayakan Finansial Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Perbandingan Analisis Kelayakan Finansial Skenario I dan II Perbandingan Hasil Switching Value Skenario I dan II VIII MODEL OPTIMALISASI PRODUKSI Perumusan Fungsi Tujuan Perumusan Fungsi Kendala Kendala Bahan Baku Kendala Bahan Tambahan Kendala Jam Kerja Mesin Pengolahan Kendala Jam Tenaga Kerja Langsung Kendala Permintaan Minimum IX KOMBINASI OPTIMAL PRODUKSI Optimalisasi Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji Tingkat Produksi Optimal Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Tambahan Optimal Penggunaan Jam Kerja Mesin Pengolahan Optimal Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung Optimal Permintaan pada Kondisi Optimal Analisis Status Sumberdaya X KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran xiii

14 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai PDB Subsektor Hortikultura Tahun Volume dan Nilai Ekspor Impor Buah-buahan Tahun Produksi Jambu Biji Indonesia Tahun Jumlah Pohon/Rumpun, Produksi, dan Produktivitas Jambu Biji Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun Pemberian Pupuk Anorganik (Kimia) dan Organik (Pupuk Kandang) Untuk Tanaman Jambu Biji Volume Ekspor Jambu Biji Tahun Volume dan Nilai Impor Puree Jambu Biji Tahun Perkiraan Produksi dan Pendapatan Penjualan Puree dan Sari Buah Jambu Biji pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Barang-barang Hibah pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Nilai Sisa Biaya Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Biaya Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Biaya Reinvestasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Upah Tenaga Kerja per Tahun pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Pembelian Jambu Biji Kualitas Kedua pada Kapasitas Produksi Maksimum Mesin (dalam satu tahun) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Biaya Produksi pada Kapasitas Produksi Maksimum Mesin (dalam satu tahun) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Tabel Pembayaran Angsuran Pinjaman pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Penyusutan Barang-barang Investasi pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Hasil Analisis Finansial pada Skenario I Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT... 94

15 19 Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Hasil Analisis Finansial pada Skenario II Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Hasil Analisis Switching Value pada Skenario II Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Harga Produk, Biaya Produksi, dan Keuntungan Rata-Rata per Kemasan Produk pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Tingkat Produksi Aktual dan Optimal Pengolahan Jambu Biji (per kemasan) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Penggunaan Bahan Baku dan Tambahan pada Kondisi Aktual dan Optimal pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Penggunaan Jam Kerja Mesin Pengolahan pada Kondisi Aktual dan Optimal (Menit) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Penggunaan Jam Tenaga Kerja Langsung pada Kondisi Aktual dan Optimal (Menit) pada Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT xv

16 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Konsep Sistem Agribisnis Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal Diagram Alir Kerangka Pemikiran Skema Sistem Agribisnis Gapoktan KUAT Struktur Organisasi Gapoktan KUAT, di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Layout Bangunan Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Mesin Pengolahan Jambu Biji (1) Mesin Pulper, (2) Mesin Spinner, (3) Mixing Tank dan Pasteurizer Proses Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji Mesin Freezer... 75

17 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta Desa Kaliwungu Hasil Olahan LINDO untuk Optimalisasi Produksi Puree dan sari Buah Jambu Biji Gambar Puree Jambu Biji Gambar Sari Buah Jambu Biji Laporan Laba Rugi Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Cash Flow Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Skenario I Analisis Switching Value terhadap Perubahan Volume Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 22, persen (Skenario I) Analisis Switching Value terhadap Perubahan Biaya Bahan Baku (Jambu Biji) sebesar 38, persen (Skenario I) Analisis Switching Value terhadap Perubahan Harga Jual Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 22, persen (Skenario I) Cash Flow Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Skenario II Analisis Switching Value terhadap Perubahan Volume Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 16, persen (Skenario II) Analisis Switching Value terhadap Perubahan Biaya Bahan Baku (Jambu Biji) sebesar 21, persen (Skenario II) Analisis Switching Value terhadap Perubahan Harga Jual Puree dan Sari Buah Jambu Biji sebesar 16, persen (Skenario II)

18 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dalam memenuhi hak atas pangan (the right to food) serta menyumbang penerimaan devisa dan pendapatan domestik bruto (PDB). Dalam memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian akan terkait dengan subsektor hortikultura yang termasuk di dalamnya adalah komoditi buahbuahan dan sayuran. Subsektor hortikultura selain berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan juga mampu memberikan kontribusi PDB yang cukup besar dimana nilai dari PDB hortikultura selalu mengalami peningkatan pada tiap tahunnya (Tabel 1). Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa komoditas buah-buahan menjadi produk yang memberikan sumbangan terbesar PDB pada subsektor hortikultura. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa komoditi buah-buahan merupakan komoditi strategis yang dapat dikembangkan sebagai komoditi unggulan sektor pertanian. Tabel 1. Nilai PDB Subsektor Hortikultura Tahun Nilai PDB (Milyar) No Kelompok Komoditas Buah-buahan Sayuran Tanamana Biofarmaka Tanaman Hias Total Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 Namun di sisi lain, kebutuhan produk buah-buahan dalam negeri masih banyak dipenuhi oleh produk impor. Meskipun nilai ekspor mengalami peningkatan, pada periode yang sama jumlah impor juga terus meningkat dengan nilai yang lebih besar dari nilai ekspor (Tabel 2). Kondisi ini menjadikan produk hortikultura dalam negeri harus diarahkan untuk menjadi produk yang mampu mensubstitusi impor dengan melakukan promosi terkait peningkatan kesadaran mengkonsumsi produk hortikultura dalam negeri dan memberikan berbagai

19 kemudahan pada pasar ekspor. Selain itu perlu diupayakan peningkatan daya saing produk hortikultura khususnya buah-buahan terkait dengan produktivitas, mutu, performan dan efisiensi produksi 1. Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Impor Buah-buahan Tahun Tahun Ekspor Impor Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$) Total Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 Dalam rangka mewujudkan peningkatan produktivitas, produksi, dan daya saing produk pertanian dalam hal ini juga mencakup produk hortikultura, maka Departemen Pertanian melalui Badan Litbang melaksanakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI). Misi utama Badan Litbang Pertanian adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian (teknologi, kelembagaan dan kebijakan) yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi, serta menginformasikan dan menyediakan materi dasarnya. Kegiatan Prima Tani dimulai pada tahun 2005 dan diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi 2. Kegiatan Prima Tani dibuat untuk menciptakan suatu sistem agribisnis komoditas yang terintegrasi, serentak, dan terkoordinasi dengan baik. Pengembangan sistem agribisnis ini dilakukan mulai dari subsistem input, subsistem usahatani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan subsistem penunjang. Melalui kegiatan Prima Tani maka pemerintah akan lebih mudah dalam penyampaian informasi dan inovasi teknologi serta mengontrol sistem 1 Ditjen Hortikultura. Gambaran Kinerja Makro Hortikultura [20 Juni 2009] 2 Departemen Pertanian. Primatani. [19 Januari 2009] 2

20 agribisnis komoditas yang dikembangkan di suatu wilayah dalam rangka peningkatan produktifitas dan nilai tambah produk. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu lokasi pelaksanaan Prima Tani di Propinsi Jawa Tengah yang telah dirintis sejak tahun Pemilihan desa di Kabupaten Banjarnegara sebagai lokasi Prima Tani dilakukan oleh BPTP Jawa Tengah yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Litbang Pertanian. Berdasarkan hasil penyusunan PRA (Partisipatory Rural Appraisal) yang dilakukan oleh BPTP Jawa Tengah, Desa Kaliwungu Kecamatan Mandiraja ditetapkan sebagai daerah pengembangan Prima Tani dengan komoditi yang akan dikembangkan adalah produk hortikultura jambu biji. Pelaksanaan kegiatan Primatani di Desa Kaliwungu ini dilakukan melalui Gapoktan KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu). Jambu biji merupakan buah yang enak dan dapat dikonsumsi dalam keadaaan segar maupun dalam bentuk olahan. Jambu biji sangat kaya vitamin C dan beberapa jenis mineral yang mampu menangkal berbagai jenis penyakit degenerative seperti kanker usus besar (kanker kolon), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit batu ginjal, serta menjaga kebugaran tubuh 3. Permintaan jambu biji kebanyakan dipasok oleh produsen dari Jawa Barat seperti terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut Jawa Barat memasok ton jambu biji atau 36,29 dari total produksi nasional yang besarnya ton (BPS, 2008). Sedangkan dilihat dari sisi pesaing dari Jawa Tengah, sentra produksi jambu biji merah belum terbentuk. Pertanaman jambu biji di Jawa Tengah masih tersebar, belum dikelola secara intensif, dan tidak dalam satu kawasan 4. Karena itu peluang pengembangan komoditi jambu biji di daerah Jawa Tengah khususnya Kabupaten Banjarnegara relatif besar terlebih keadaan tanah dan kondisi iklimnya sangat mendukung terhadap pengembangan budidaya jambu biji. 3 Indofamilyhealth Manfaat Jambu Biji. [19 Januari 2009] 4 BPTP Jateng. Prima Tani Lahan Kering Dataran Rendah Beriklim Basah di Kabupaten Banjarnegara. [19 Januari 2009] 3

21 Tabel 3. Produksi Jambu Biji Indonesia Tahun 2007 No Provinsi* Produksi (ton) 1 Jawa Barat NTB Jawa Tengah Sumatra Utara Jawa Timur Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008 (diolah) *provinsi dengan urutan produksi terbesar Penetapan jambu biji sebagai komoditi unggulan Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara juga terkait dengan tipe agroekosistem Desa Kaliwungu yaitu lahan kering dataran rendah iklim basah yang cocok bagi tanaman jambu biji. Selain itu, pengembangan pertanaman jambu di Desa Kaliwungu masih terbuka luas dan masih banyak lahan-lahan kosong yang belum dimanfaatkan. Kegiatan budidaya jambu biji merah ini sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat Desa Kaliwungu sejak tahun , dan terbukti dengan hasil panen yang diperoleh melimpah. Namun, pada tahun 1985 terjadi serangan virus dan harga jambu menjadi anjlok sehingga produksi pun mulai terhenti. Dengan adanya kegiatan Prima Tani, budidaya jambu biji di Desa Kaliwungu mulai bangkit kembali. Produksi jambu biji di Desa Kaliwungu dikelompokkan berdasarkan ukurannya yaitu jambu biji grade A dan B. Produksi rata-rata jambu biji grade A setiap tahunnya sebesar 40 persen sedangkan untuk jambu biji grade B sebesar 60 persen. Perbandingan harga jual antara jambu biji grade A dan B cukup berbeda jauh dimana harga jual jambu biji grade A dan B terdapat selisih hampir 50 persen (Gapoktan KUAT, 2008). Sedangkan kondisi di pasaran, menunjukkan bahwa jambu biji grade B kurang diminati oleh konsumen. Hal ini terlihat dari tidak seluruh hasil panen jambu biji grade B dapat laku terjual dalam keadaan segar. Dengan kondisi produksi jambu biji grade B yang lebih besar namun harga jualnya rendah dapat menyebabkan penurunan pendapatan bagi petani Desa Kaliwungu. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan pengolahan jambu biji. Selain itu dengan karakteristik 4

22 jambu biji yang mudah rusak, tidak tahan lama, memakan tempat, memiliki ukuran yang beragam, dan produksinya bersifat musiman sementara konsumsi terjadi sepanjang tahun menjadikan pentingnya proses pengolahan jambu biji. Dengan kegiatan pengolahan maka jambu biji grade B dapat dimanfaatkan dengan baik dan merupakan suatu cara untuk dapat memberikan nilai tambah produk. Dalam usaha peningkatan nilai tambah produk jambu biji, dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk kegiatan pengolahan jambu biji. Selain itu unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT merupakan usaha yang melibatkan banyak pihak baik pemerintah maupun pengurus dan anggota Gapoktan KUAT yang berkepentingan dalam unit usaha ini. Hal ini menjadikan pentingnya dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha pengolahan jambu biji. Dengan melakukan analisis kelayakan usaha akan diketahui apakah usaha yang dijalankan akan menghasilkan keuntungan atau malah kerugian. Selain itu dari analisis ini juga menunjukkan bahwa program yang direncanakan pemerintah apakah sudah dimanfaatkan dengan baik oleh Gapoktan KUAT sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal selama kegiatan usaha pengolahan jambu biji ini berjalan. Usaha yang menunjukkan layak untuk dijalankan belum tentu telah berproduksi secara optimal menggunakan sumber daya yang tersedia. Untuk dapat berproduksi secara optimal, pada unit usaha jambu biji Gapoktan KUAT yang menghasilkan dua macam produk puree dan sari buah dengan tingkat keuntungan yang berbeda dapat ditentukan dengan melakukan analisis optimalisasi produksi untuk menentukan kombinasi dari dua produk yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal. Dimana untuk dapat mencapai produksi yang optimal akan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya yang dimiliki unit usaha yang mendukung kegiatan produksi tersebut. Adanya investasi yang besar pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT juga menjadi dasar untuk dilakukan analisis optimalisasi produksi hasil pengolahan agar menghasilkan keuntungan maksimal dari sejumlah sumber daya yang dimiliki oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. 5

23 1.2 Perumusan Masalah Gabungan Kelompok Tani Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (Gapoktan KUAT) merupakan sebuah kelembagaan petani yang terletak di Desa Kaliwungu, Kecamatan Madiraja, Kabupaten Banjarnegara. Gapoktan ini dibangun dengan adanya kegiatan Prima Tani yang dirintis oleh Departemen Pertanian melalui BPTP Jawa Tengah sebagai unit percontohan inovasi pertanian baik berupa teknologi, kelembagaan, dan kebijakan yang maju dan strategis. Gapoktan KUAT terdiri dari empat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Lohjinawi, Kelompok Tani Mentesing Tani, Kelompok Tani Matsudo Tani, dan Kelompok Tani Portal. Komoditi yang diusahakan oleh anggota kelompok tani bermacam-macam dengan tanaman jambu biji varietas Getas sebagai komoditi unggulan dan paling banyak ditanam oleh anggota Gapoktan KUAT. Selain jambu biji, komoditi lain sebagai pendukung adalah kambing, pisang rajalawe, padi gogo, dan jagung. Pengolahan jambu biji adalah unit usaha yang menghasilkan produk unggulan dari Gapoktan KUAT. Pengolahan jambu ini menghasilkan dua macam produk olahan yaitu puree dan sari buah jambu biji merah. Sari buah jambu biji merupakan produk turunan dari puree dimana proses pengolahan sari buah berbahan dasar puree jambu biji merah. Pengolahan jambu biji merah menjadi puree dan sari buah menggunakan alat berupa mesin pengolahan dan alat pendingin (freezer) untuk hasil olahannya. Sehingga biaya investasi yang dikeluarkan unuk kegiatan pengolahan ini cukup besar. Pelaksanaan usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT memperoleh bantuan mesin pengolahan dan peralatan investasi lainnya dari BPTP Jawa Tengah maupun Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan pengolahan dipersiapkan sejak tahun 2007 yang meliputi persiapan mesin dan pelatihan penggunaan mesin pengolahan tersebut. Untuk kegiatan produksi telah berjalan secara mandiri oleh Gapoktan KUAT dan dipasarkan secara luas di Kabupaten Banjarnegara sejak tahun Produk puree dan sari buah di Gapoktan KUAT masih diproduksi dalam jumlah sedikit terkait dengan pemasaran produk yang terbatas di sebagian wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dimana penjualan produk olahan jambu biji ini masih 6

24 dilakukan secara langsung. Selain itu, kegiatan produksi pada unit usaha pengolahan ini juga belum dilakukan secara kontinu. Hal ini terjadi terkait dengan produk yang dihasilkan oleh unit usaha Gapoktan KUAT tergolong masih baru yang masih dalam tahap proses perijinan produk ke lembaga-lembaga yang berhubungan dengan keamanan produk pangan. Kondisi ini menyebabkan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan pemasaran produknya yang menunjukkan terdapat beberapa permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Kegiatan produksi puree dan sari buah jambu biji di Gapoktan KUAT belum dilakukan secara optimal, yang terlihat dari produksi puree dan sari buah jambu biji untuk tahun 2008 baru mencapai kurang dari lima persen dari kapasitas produksi maksimum. Padahal, disisi lain untuk kegiatan pengolahan ini dibutuhkan biaya investasi yang cukup besar. Meskipun untuk biaya investasi merupakan bantuan dari pemerintah, namun jika usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT tidak dilakukan secara optimal maka usaha ini bisa menjadi tidak menguntungkan untuk dijalankan. Selain itu adanya bantuan barang-barang investasi dari pemerintah melalui kegiatan Prima Tani harus dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan sehingga program yang dicanangkan oleh pemerintah tidak sia-sia dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sehingga dengan kondisi seperti ini maka analisis kelayakan secara finansial maupun non finansial usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT menjadi penting dilakukan. Analisis dilakukan untuk menilai apakah usaha ini layak dijalankan dan mendatangkan keuntungan atau malah menimbulkan kerugian. Kegiatan Prima Tani merupakan program yang dilakukan sebagai unit percontohan, yang nantinya jika program tersebut berhasil maka dapat diterapkan pada kelompok tani lain. Hal ini dapat dilakukan melihat bahwa di Banjarnegara masih terdapat beberapa kecamatan yang berpotensi bagi pengembangan jambu biji merah (Tabel 4). Dengan produksi jambu biji dari beberapa kecamatan di Banjarnegara yang cukup besar, memungkinkan untuk dilakukan usaha pengolahan jambu biji seperti yang dijalankan oleh Gapoktan KUAT. 7

25 Tabel 4. Jumlah Pohon/Rumpun, Produksi, dan Produktivitas Jambu Biji Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2007 Jambu biji No Kecamatan Rata-rata Jumlah pohon Produksi (Kw) Produksi panen (pohon) (Kg/pohon) 1 Susukan Pwj Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pagedongan Pandanarum Total Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara, 2007 Pada usaha pengolahan jambu biji oleh Gapoktan KUAT yang merupakan usaha binaan pemerintah melalui Prima Tani, investasi usaha seperti alat-alat pengolahan dan bangunan pabrik diperoleh dari bantuan atau hibah pemerintah. Sedangkan bagi kelompok tani lain atau individu yang akan mengusahakan hal yang sama bercermin dari keberhasilan kegiatan Prima Tani, kemungkinan harus mempunyai modal sendiri untuk memulai usaha pengolahan tersebut. Sehingga pada analisis kelayakan dibuat dua skenario dimana skenario yang pertama jika terdapat bantuan dan skenario kedua jika tidak terdapat bantuan pemerintah. Dari 8

26 hasil analisis finansial tersebut dapat dibandingkan apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua skenario yang dibuat. Pengolahan jambu biji sangat dipengaruhi oleh pasokan bahan baku yaitu jambu biji yang dihasilkan oleh petani. Dimana jumlah pasokan jambu biji sendiri juga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan curah hujan. Selain jumlah pasokan, harga jambu biji juga akan berpengaruh terhadap kegiatan pengolahan. Di sisi lain, dengan semakin banyaknya produk olahan buah-buahan menjadi puree dan sari buah juga akan berpengaruh terhadap usaha pengolahan jambu biji. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis bagaimana pengaruh dari ketiga variabel terhadap kelayakan proyek apabila terjadi penurunan produksi puree dan sari buah jambu biji, kenaikan harga jambu biji karena langka, serta penurunan harga dari puree maupun sari buah jambu biji akibat persaingan dengan usaha pengolahan jambu biji lain atau produk subtitusinya. Pada Gapoktan KUAT jambu biji yang diolah menghasilkan dua jenis produk baru yaitu puree dan sari buah. Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah. Puree dapat diolah kembali menjadi produk olahan yang diinginkan 5. Puree juga dapat digunakan sebagai bahan baku minuman sari buah, es krim, selai, dodol, serta sebagai campuran yoghurt dan permen. Sedangkan sari buah merupakan produk yang siap dikonsumsi dan berbahan dasar puree. Kedua produk olahan jambu biji yang dihasilkan, memiliki karakteristik yang berbeda. Hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah permintaan dan target konsumen produk puree dan sari buah jambu biji. Selain itu tingkat keuntungan dari masing-masing produk juga berbeda, sehingga hal ini menyebabkan perlu dilakukan analisis optimalisasi produksi dari usaha pengolahan jambu biji agar mendapatkan kombinasi produk puree dan sari buah jambu biji yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal bagi unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. 5 Departemen Pertanian. 4 Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. [19 Januari 2009] 9

27 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang terjadi dalam usaha pengolahan jambu biji merah adalah: 1. Bagaimana kelayakan usaha pengolahan jambu biji merah dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pengolahan jambu biji merah apabila dilihat dari dua skenario yaitu skenario 1 adalah adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi dan skenario 2 yaitu tidak adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi? 3. Bagaimana sensitivitas usaha pengolahan jambu biji merah apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya? 4. Bagaimana kombinasi produksi optimal yang dapat menghasilkan keuntungan maksimum bagi petani sekaligus memenuhi permintaan pasar? 1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha pengolahan jambu biji merah dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pengolahan jambu biji merah apabila dilihat dari dua skenario yaitu skenario 1 adalah adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi dan skenario 2 yaitu tidak adanya bantuan atau hibah untuk barang investasi. 3. Menganalisis sensitivitas usaha pengolahan jambu biji merah apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya 4. Menganalisis kombinasi tingkat produksi optimal puree dan sari buah jambu biji yang dapat memberikan keuntungan maksimum bagi petani. 10

28 1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Gapoktan KUAT diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam menetukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya. 2. Bagi kelompok tani dan pihak lain, analisis ini dapat memberikan informasi mengenai usaha pengolahan jambu biji terkait dengan kelayakan dan optimalisasi produksi olahan jambu biji. 3. Bagi investor, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menanamkan investasinya pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. 4. Bagi pemerintah, analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi untuk pertimbangan dalam pengembangan unit usaha pengolahan jambu biji di Kabupaten Banjarnegara. 5. Bagi penulis, merupakan pengalaman yang sangat berharga dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan perkuliahan. Selain itu sebagai bahan pembelajaran yang dapat diterapkan nantinya dan memberikan inspirasi untuk mengusahakan jambu biji khususnya pengolahan jambu biji. 6. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai kelayakan usaha pengolahan jambu biji dan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian terbatas pada subsistem agribisnis pengolahan jambu biji. Gapoktan KUAT memiliki empat unit usaha pengolahan yaitu pengolahan jambu biji merah, pengolahan jagung, pengolahan pisang rajalawe, dan pupuk organik. Namun penelitian ini hanya dibatasi pada usaha pengolahan jambu biji merah menjadi produk puree dan sari buah yang merupakan produk unggulan dari Gapoktan KUAT. Penelitian ini difokuskan untuk melihat tingkat kelayakan finansial dan non finansial pada usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT dengan dua pola yaitu jika terdapat bantuan atau hibah dari pemerintah dan jika tidak ada bantuan atau hibah dari pemerintah. Dan dilakukan juga analisis optimalisasi produksi 11

29 untuk menentukan kombinasi dari hasil pengolahan jambu biji yaitu puree dan sari buah yang optimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT sehingga dapat memberikan keuntungan maksimal bagi usaha ini. 12

30 II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memperoleh penelitian yang mendalam tentang studi kelayakan usaha dan optimalisasi produksi, maka berikut ini akan dipaparkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan topik tersebut. Dimana topik-topik tersebut menjadi dasar kerangka pemikiran bagi penulis dan memberikan masukan terhadap penelitian yang dilakukan. 2.1 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Aspek Pasar, Aspek Teknis, Aspek Manajemen, dan Aspek Sosial Lingkungan Utami (2008) melakukan penelitian analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat (studi kasus: koleksi taman obat dan spa kebugaran Syifa, Bogor). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, serta menganalisis kelayakan finansial dan sensitifitas. Dilihat dari aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, Taman Syifa dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Namun aspek manajemen dinilai tidak layak karena tidak terdapat efisiensi tenaga kerja sehingga perlu adanya perbaikan usaha. Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat di Taman Syifa memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp , net B/C, IRR, dan payback period yang tidak terdefinisi. Hal ini berarti usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat Taman Syifa dinilai tidak layak. Analisis finansial usaha ini dinyatakan tidak layak terkait dengan aspek manajemen dimana Taman Syifa dinilai memiliki kelebihan tenaga kerja yang berimplikasi pada biaya variabel yang besar pada analisis finansialnya. Penelitian lain terkait dengan kelayakan usaha dilakukan juga oleh Utama (2008) yaitu analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Aspek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah aspek finansial, aspek pasar dan aspek teknis. Berdasarkan aspek pasar dan aspek finansial menunjukkan bahwa usaha layak untuk dijalankan. Namun untuk aspek teknis, usaha ini masih memerlukan banyak perbaikan dalam kegiatan budidaya karena kebanyakan petani masih menggunakan cara tradisional yang beresiko tinggi menyebabkan kegagalan

31 penen. Adanya kegagalan panen ini akan berpengaruh terhadap analisis finansial yang dapat mengakibatkan usaha menjadi tidak layak untuk dijalankan. Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manjemen, dan aspek sosial lingkungan perlu dikaji untuk menentukan apakah usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Hal ini karena dari aspek tersebut akan berpengaruh juga terhadap aspek finansial dari suatu usaha. Sehingga pada penelitian ini meniliki persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu dilakukan analisis pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. 2.2 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Kelayakan Finansial Utami (2008) melakukan penelitian analisis kelayakan usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat (studi kasus: koleksi taman obat dan spa kebugaran Syifa, Bogor). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, serta menganalisis kelayakan finansial dan sensitifitas. Dilihat dari aspek pasar, teknis, hukum, sosial, dan lingkungan, Taman Syifa dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Namun aspek manajemen dinilai tidak layak sehingga perlu adanya perbaikan usaha. Berdasarkan analisis finansial usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat di Taman Syifa memperoleh NPV < 0 yaitu sebesar Rp , net B/C, IRR, dan payback period yang tidak terdefinisi. Hal ini berarti usaha serbuk minuman instan berbasis tanaman obat Taman Syifa dinilai tidak layak. Total penerimaan (TR) serbuk minuman instan berbasis tanaman obat yang dijalankan oleh Taman Syifa lebih kecil dari total biaya variabelnya. Kondisi ini memberi isyarat pada Taman Syifa untuk menutup usahanya. Namun, apabila perusahaan mampu mengurangi biaya tenaga kerja sebesar 45 persen maka Taman Syifa dapat terus membuka usahanya. Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penyebab usaha menjadi tidak layak tidak hanya karena adanya biaya investasi yang besar dan tidak tertutupi selama umur proyek, namun dapat juga disebabkan oleh biaya variabel yang lebih besar daripada penerimaan. Sehingga pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan skenario adanya bantuan 14

32 investasi dan tidak adanya bantuan investasi. Skenario ini dilakukan karena ada kemungkinan meskipun biaya investasi tidak dikeluarkan oleh perusahaan, namun usaha dapat menjadi tidak layak jika biaya operasional usaha lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh perusahaan. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah persamaan dalam alat analisis untuk menilai kriteria aspek finansial yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period. 2.3 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Sensitivitas Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan pengolahan puree mangga pada CV Promindo Utama di Cirebon Jawa Barat. Dilihat dari aspek non finansial menunjukkan bahwa usaha pengolahan puree mangga ini layak untuk dilaksanakan. Dari aspek finansial, usaha pengolahan puree mangga menghasilkan nilai NPV selama 10 tahun sebesar Rp ,00 dengan kapasitas mesin sebesar kg mangga selama 5 bulan berproduksi, nilai IRR sebesar 87,26%, nilai Net B/C sebesar 6,14 dan payback period lebih singkat dari umur proyek yaitu selama 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian berdasarkan aspek finansial usaha pengolahan puree mangga ini layak untuk dijalankan. Pada penelitian di CV Promindo Utama juga dilakukan analisis sensitivitas mengggunakan analisis switching value dimana akan dicari perubahan yang mengakibatkan usaha tidak layak pada variabel volume produksi puree mangga, harga jual puree mangga dan kenaikan harga mangga. Hasil analisis stwitching value menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun sebesar 15,08664, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31,896. Dari penelitian terdahulu ini terdapat persamaan yaitu terkait dengan topik penelitian pengolahan buah-buahan yang bersifat musiman. Dimana berdasarkan analisis switching value variabel volume produksi puree mangga, harga jual puree mangga dan kenaikan harga mangga cukup berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Pengolahan jambu biji yang merupakan buah-buahan dengan karakteristik 15

33 dapat berbuah sepanjang tahun namun juga memiliki waktu panen raya dan waktu langka. Sehingga pada penelitian ini juga perlu dilakukan analisis switching value dimana dilakukan menggunakan variabel yang sama dengan penelitian yang telah dilakukan untuk pengolahan puree mangga. 2.4 Penelitian Terdahulu Terkait dengan Analisis Optimalisasi Produksi Untuk penelitian mengenai optimalisasi pernah dilakukan oleh Ridyawati (2007) yaitu optimalisasi produksi susu olahan pada KUD Mitrayasa Tasikmalaya. Berdasarkan hasil optimalisasi produksi susu olahan di pabrik MT KUD Mitrayasa, diketahui bahwa pengolahan yang dilakukan masih belum optimal. Untuk mencapai tingkat produksi yang optimal maka produksi susu cup plain dan yoghurt plain masing-masing sebesar ,859 liter dan liter. Sedangkan susu cup coklat, cup strawberry, cup vanilla, cup melon, yoghurt strawberry, yoghurt melon, dan susu dingin diproduksi masing-masing sebesar liter; liter; liter; liter; 984 liter; 984 liter dan liter. Dengan berproduksi pada kondisi optimal ini KUD Mitrayasa dapat memperoleh keuntungan tambahan sebesar Rp ,00. Hasil analisis dual menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya selain susu segar, lactobacillus, dan lid cup berlebih. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Simanjuntak (2007) juga telah melakukan penelitian Optimalisasi Produksi Kapsul Ekstrak Obat Tradisional pada Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) di Taman Sringanis, Bogor. Data yang diperoleh diolah dengan model linear programming dengan fungsi tujuan merupakan nilai harga per kapsul dari setiap jenis produk, sedangkan kendala yang dapat dibentuk terdiri dari kendala bahan baku, jam tenaga kerja lapangan, jam kerja mesin ekstrak, upah untuk tenaga kerja lapangan, permintaan dan target produksi, dan cangkang kapsul. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan adanya analisis optimalisasi maka terjadi peningkatan penerimaan sebesar 19,14% dari penerimaan aktual. Tingkat produksi optimal dari seluruh aktifitas produksi kapsul tersebut sebesar kapsul atau mengalami peningkatan sebesar kapsul atau 19,6% dari kondisi aktual. Tingkat produksi kapsul ekstrak ini dapat memenuhi 95% dari target permintaan pasar yang ditetapkan. 16

34 Persamaan penelitian optimalisasi produksi pengolahan jambu biji di Kabupaten Banjarnegara dengan penelitian terdahulu adalah pada alat analisis yang digunakan untuk menilai optimalisasi produksi dengan metode linear programming yang diolah menggunakan program LINDO. Selain itu terdapat persamaan pada kegiatan penelitian yaitu dilakukan pada subsistem agribisnis pengolahan suatu komoditi. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah adanya perbedaan komoditi yang diteliti dan lokasi tempat dilakukannya penelitian. 17

35 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Jambu Biji A. Asal usul Penyebaran Jambu Biji (Psidium guajava L) merupakan salah satu produk hortikultura yang termasuk komoditas internasional. Jambu biji ini bukan tanaman asli dari Indonesia. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vacilov saat melakukan ekspedisi ke beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Serikat, dan Uni Soviet pada tahun Tanaman jambu biji menyebar di beberapa negara seperti Thailand, Taiwan, Jepang, Malaysia, Australia, dan Indonesia. Hingga saat ini di Indonesia telah banyak dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa (Prihatman, 2000). B. Botani dan Morfologi Jambu Biji Nama ilmiah Jambu Biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani yaitu psidium yang berarti delima dan guajava berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut (Parimin, 2007) : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Psidium Spesies : Psidium Guajava Linn Jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak dengan tinggi mencapai 3-10 m. Pada umumnya umur tanaman jambu biji hingga tahun, dimana tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan hasil cangkokan atau okulasi. Batang jambu biji memiliki ciri khusus yaitu berkayu keras, liat, tidak mudah patah, kuat, dan padat. Sedangkan kulit kayunya halus dan mudah terkelupas. Daun jambu biji berbentuk bulat panjang, bulat

36 langsing, atau bulat oval dengan ujung tumpul atau lancip. Panjang helai daun sekitar 5-15 cm dan panjang tangkai berkisar 3-7 mm. Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunga keluar di ketiak daun dengan jumlah bunga disetiap tangkai antara 1-3 bunga. Buah jambu biji berbentuk bulat atau bulat lonjong dengan kulit buah berwarna hijau saat muda dan berubah kuning muda mengkilap setelah matang. Warna daging buah umumnya putih biasa, putih susu, merah muda, atau merah tua dan aroma buah harum saat buah matang. Biji jambu biji pada umumnya cukup banyak, meskipun ada beberapa jenis buah yang berbiji sedikit bahkan tanpa biji. Tanaman jambu biji berakar tunggang dimana perakarannya lateral, berserabut cukup banyak, dan tumbuh relatif cepat. Perakaran jambu biji cukup kuat dan penyerapan unsur haranya cukup efektif sehingga mampu berbuah sepanjang tahun. C. Jenis Tanaman Hingga saat ini terdapat lebih dari 97 varietas jambu biji yang tersebar di beberapa negara termasuk di Indonesia. Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan alasan nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya adalah (Parimin, 2007): 1) Jambu sukun. Jambu ini merupakan salah satu jenis jambu biji tanpa biji (triploid) yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali. Ciri jambu sukun tanpa biji antara lain buahnya berbentuk bulat simetris atau persegi panjang. Warna kulit buah hijau muda dan mengkilap setelah matang. Daging buah berwarna putih, tebal, padat, serta bertekstur keras. 2) Jambu Bangkok. Jambu yang berasal dari Bangkok, Thailand ini memiliki buah yang berukuran besar dengan bobot gram per buah. Daging buahnya tebal, berwarna putih, dan bijinya sedikit. Rasa daging buah manis dan enak dengan tekstur yang renyah dan keras. Jenis jambu biji ini sudah banyak tersebar di Indonesia karena merupakan jenis jambu biji unggul. 19

37 3) Jambu merah getas. Jambu biji merah getas merupakan hasil silangan antara jambu pasarminggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok sebagai hasil temuan dari Lembaga Penelitian Getas, Salatiga Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Jambu biji merah getas memiliki keunggulan yaitu daging buahnya merah menyala, tebal, manis, harum, dan segar. Ukuran buahnya mencapai 400 gram per buahnya. Jambu ini banyak diminati karena selain rasanya yang enak juga dapat meningkatkan trombosit darah pada penderita demam berdarah. 4) Jambu pasarminggu. Jambu biji pasarminggu adalah jenis jambu unggul karena merupakan hasil seleksi kultivar jambu biji kebun rakyat pada tahun Bobot buah sekitar gram dengan bentuk yang agak lonjong. Daging buah berwarna merah, manis, bertekstur lembut, dan beraroma harum. Kulit buah tipis dan berwarna hijau kekuning-kuningan dengan permukaan halus pada saat matang. 5) Jambu sari, 6) Jambu apel, dan 7) Jambu Palembang. D. Syarat Tumbuh 1) Iklim dan Ketinggian Tempat Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh didaerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta ketinggian antara m dpl. Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga. Tanaman ini dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar C disiang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), kondisi yang ideal adalah musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli-September sedangkan musim buahnya terjadi bulan November-Februari bersamaan dengan musim penghujan. 20

38 2) Media Tanam Tanaman jambu biji sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun tanaman jambu biji akan tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen, bahan organik atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir. Derajat keasaman tanah (ph) tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu antara 4,5-8,2 dan bila kurang dari ph tersebut maka perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu Prima Tani Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan penyampaian inovasi teknologi pertanian berserta umpan baliknya. Program Prima Tani yang diprakarsai oleh Badan Litbang dibentuk dengan latar belakang bahwa Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan dan menemukan inovasi teknologi, namun di sisi lain berdasarkan evaluasi menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi tersebut kepada masyarakat cenderung melambat, bahkan menurun. Sehingga dengan program Prima Tani diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Badan Litbang sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi (Badan Litbang Departemen Pertanian, 2006). Pelaksanaan kegiatan Prima Tani pada intinya adalah mengimplementasikan secara terbatas (unit percontohan) inovasi teknis dan inovasi kelembagaan agribisnis di lokasi kegiatan. Dengan adanya peningkatan kinerja pada kedua aspek tersebut diharapkan akan berdampak positif pada kinerja hasil usahatani yang dicapai petani, dan bagi kehidupan masyarakat desa yang berupa peningkatan pendapatan dan peningkatan kesempatan kerja. Kegiatan Prima Tani diimplementasikan menggunakan lima pendekatan yaitu (Badan Litbang Departemen Pertanian, 2006): a. Pendekatan agroekosistem Dalam implementasi Prima Tani harus memperhatikan kesesuaian kondisi lokasi yang meliputi sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan. 21

39 b. Pendekatan agribisnis Memperhatikan keterkaitan subsistem penyediaan input, usaha tani, pascapanen dan pemasaran. c. Pendekatan wilayah Optimisasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan) untuk memudahkan fasiltasi dari pemerintah. d. Pendekatan kelembagaan Dalam pengembangan agribisnis tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input, proses dan output, tetapi juga modal sosial, norma dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani. e. Pendekatan pemberdayaan Masyarakat mengandung arti lebih menekankan pada upaya penumbuhan kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya setempat Pada tahap awal tahun 2005 Prima Tani dilaksanakan di 14 Propinsi, mencakup 21 Laboratorium Agribisnis, pada tahun 2006 bertambah menjadi 25 Provinsi yang meliputi 30 desa, dan pada tahun 2007 pelaksanaan Prima Tani diperluas ke 200 Kabupaten di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satu lokasi Prima Tani adalah di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah yang dilaksanakan mulai tahun 2005 hingga tahun Sistem Agribisnis Menurut David dan Goldberg (1957), diacu dalam Saragih (2001), agribisnis didefinisikan sebagai total dari keseluruhan kegiatan operasi di dalam manufaktur dan distribusi pertanian, operasi produksi pertanian, proses dan distribusi komoditi pertanian serta produk olahannya. Agribisnis meliputi keseluruhan kegiatan manajemen bisnis mulai dari perusahaan yang menghasilkan sarana produksi untuk usahatani, proses produksi pertanian, serta perusahaan yang menangani pengolahan, pengangkutan, penyebaran, penjualan secara borongan maupun penjualan eceran produk kepada konsumen akhir (Downey dan Ericson (1992) diacu dalam Suparta, 2001) Agribisnis sebagai suatu sistem dapat diartikan bahwa agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga 22

40 membentuk suatu totalitas. Hal ini berarti agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas (Hermawan, 2008). Sebagai suatu sistem, maka pembangunan agribisnis tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri atau saling terlepas (decoupling), namun yang harus dilakukan adalah mengembangkannya secara sinergis melalui pembangunan sistem agribisnis yang mencakup beberapa subsistem. Menurut Saragih (2001) subsistem dalam agribisnis adalah sebagai berikut: 1) Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), merupakan subsistem yang menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk. Yang termasuk ke dalam subsistem ini adalah industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian, seperti industri perbenihan/pembibitan, tanaman, ternak, ikan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan), industri alat dan mesin pertanian (agrootomotif). 2) Sub-sistem pertanian primer (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan). Subsistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. 3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri makanan/minuman, industri pakan, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain. Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian 23

41 sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk memberikan nilai tambah (value added) dari produksi primer tersebut. 4) Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri. 5) Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) atau subsistem jasa penunjang yang meliputi perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan kebijakan ekonomi. Konsep agribisnis sebagai suatu sistem, merupakan suatu entitas, yang tersusun dari sekumpulan subsistem yang bergerak secara bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama. Masing masing subsistem tersebut harus dapat bekerja secara efisien, dimana setiap subsistem menjalin hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem untuk lebih meningkatkan efisiensi usaha dan mencapai tujuan agribisnis (Gambar 1). Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi: Bibit Pupuk Pakan Obat-obatan Alat dan Mesin Teknologi Subsistem Produksi Usahatani: Pangan Hortikultura Ternak Perkebunan Subsistem Pengolahan Hasil (Agroindustri): Penanganan Pasca Panen Pengolahan Lanjutan Subsistem Pemasaran Hasil: Perdagangan domestik Perdagangan ekspor Subsistem Jasa Penunjang: Pengaturan, Penelitian, Penyuluhan, Informasi, Kredit modal, Transportasi, Asuransi agribisnis dan Pasar. Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis Sumber : Suparta (2001) 24

42 3.1.4 Sistem Agribisnis Jambu Biji Jambu biji merupakan komoditi yang prospektif untuk dikembangkan mengingat masih terdapat peluang pasar baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dapat mengembangkan komoditi jambu biji maka diperlukan suatu sistem agribisnis yang saling terintegrasi sehingga dapat menunjang antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya. Sistem agribisnis jambu biji ini terdiri dari subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi usahatani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan sub sistem penunjang. A. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Input produksi yang umumnya digunakan oleh petani jambu biji dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu input benih (biji) jambu biji, input bibit jambu biji siap tanam, input sarana produksi, serta input pupuk dan obat-obatan. 1) Input benih (biji) jambu biji Tanaman jambu biji dapat dikembangbiakkan secara generatif melalui biji. Cara tersebut cukup mudah dilakukan oleh petani atau pemulia tanaman. Daya tumbuh (viabilitas) biji dapat dipertahankan sekitar satu tahun pada suhu 8 C dan kelembaban rendah sehingga dapat disimpan sekitar satu tahun sebelum digunakan. Perbanyakan tanaman melalui biji akan mengalami perubahan sifat dari induknya. Namun perbanyakan dengan biji biasanya dilakukan untuk mempersiapkan bahan batang bawah sebagai bahan perbanyakan okulasi atau sambung pucuk. Penggunaan biji sebagai batang bawah relatif sangat murah dan mudah dilakukan. 2) Input bibit jambu biji siap tanam Bibit jambu biji dapat diperoleh dengan okulasi (budding), sambung pucuk (grafting), cangkok, dan setek batang atau akar. Harga bibit ditingkat pengusaha atau pedagang bibit berbeda bibit yang ada di tingkat petani. Harga bibit jambu merah getas grade A dijual dengan harga Rp ,00/tanaman, grade B Rp ,00/tanaman, dan grade C Rp ,00/tanaman. Keuntungan yang didapat dengan menggunakan bibit diantaranya adalah: 25

43 Hasil buah yang dihasilkan akan sama dengan induknya Tanaman lebih cepat berbuah (misalnya dengan cangkok akan berbuah pada umur 3-4 bulan) Tanaman akan lebih cepat besar 3) Input sarana produksi Sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan budidaya jambu biji diantaranya adalah bahan pembungkus buah berupa kertas koran, kertas karbon bekas, kertas minyak, kertas semen, plastik, dan sebagainya. Selain itu juga dibutuhkan alat-alat pertanian seperti cangkul, kored, sprayer, drum, dan ember. 4) Input pupuk dan obat-obatan Pupuk yang digunakan dalam budidaya jambu biji dapat dibedakan menjadi pupuk organik dan pupuk anorganik atau kimia. Pupuk organik dapat berupa kompos dan pupuk kandang/hewan. Semetara pupuk kimia yang digunakan diantaranya adalah urea, TSP/SP36, KCl, atau pupuk majemuk NPK. Selain pupuk, juga diperlukan obat-obatan kimia untuk memberantas hama dan penyakit yang muncul selama budidaya jambu biji. Obat-obatan kimia yang sering digunakan oleh petani diantaranya decis, antracol, curacron, dan dithane. B. Subsistem Produksi Usahatani Budidaya jambu Biji 1) Pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam Sebelum membuat lubang, langkah awal adalah mengatur dan menentukan jarak tanam. Jarak tanam pada budidaya tanaman jambu biji tergantung dari tingkat kesuburannya, namun umumnya jarak tanam yang digunakan adalah 4mx4m atau dalam satu hektar ditanami 625 tanaman. Untuk lubang tanam dibuat berukuran 75cmx75cmx75cm. Pembuatan lubang tanam diusahakan pada awal musim kemarau dan selesai pada awal musim hujan atau minimal 15 hari sebelum bibit ditanam. Tanah galian bagian atas (top soil, cm dari permukaan tanah) digundukkan di sisi kiri lubang, sedangkan tanah bagian bawah (lebih dari 30 cm) digundukkan di sisi kanan lubang. Pembuatan lubang hendaknya dibuat seawal mungkin sebelum bibit ditanam. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari keasaman tanah sekaligus menggemburkan tanah yang baru digali. Setelah mendapatkan cukup sinar 26

44 matahari, tanah galian lapisan bawah dicampur dan diaduk merata dengan pupuk kandang yang telah matang. Pemberian pupuk kandang membuat tanah menjadi lebih gembur dan subur. Setelah tercampur merata, campuran tanah dan pupuk dimasukkan ke dalam lubang tanam sampai penuh. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan seminggu sebelum tanam agar terkena sinar matahari serta bebas dari gas asam yang berbahaya bagi tanaman. 2) Penanaman Bibit Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat musim hujan dan ketika bibit cukup umur untuk ditanam. Untuk mengantisipasi kemungkinan bibit yang mati atau rusak selama proses adaptasi di kebun maka perlu disiapkan bibit cadangan untuk penyulaman. Kebutuhan bibit cadangan yang biasa digunakan sbesar 10% dari kebutuhan normal. Setelah berlangsung selama satu minggu lubang ditutup dengan susunan tanah seperti semula, baru bibit jambu biji mulai ditanam. Penanaman tidak perlu terlalu dalam, dimana batas antara akar dan batang jambu biji diusahakan setinggi permukaan tanah yang ada disekelilingnya. Kemudian dilakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari (pagi dan sore), kecuali pada musim hujan tidak perlu dilakukan penyiraman. 3) Perawatan tanaman Meskipun penanaman jambu biji mampu tumbuh dan menghasilkan tanpa perlu diperhatikan keadaan tanah dan cuaca yang mempengaruhinya, tetapi akan lebih baik apabila keberadaannya diperhatikan. Hal ini dikarenakan tanaman yang diperhatikan dengan baik akan memberikan hasil yang memuaskan. a) Penjarangan dan Penyulaman Penyulaman tanaman perlu dilakukan agar populasi tanaman per satuan luas lahan tetap sama sehingga jumlah produksi tidak berkurang. Apabila bibit tidak tumbuh dengan baik segera dilakukan penggantian dengan bibit cadangan. Apabila tumbuh tanaman terlalu jauh jaraknya maka perlu dilakukan penyulaman dan sebaliknya apabila tumbuhnya sangat berdekatan dilakukan penjarangan. b) Penyiangan Rumput atau gulma yang tumbuh di sekitar tanaman perlu disiangi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penyiangan disesuaikan dngan lebar tajuk tanaman. Diameter penyiangan untuk tanaman yang masih kecil biasanya 0,5-1 m, 27

45 sedangkan tanaman sedang berdiameter 1,5-2 m, dan tanaman besar lebih dari 2 m. Kedalaman penyiangan rumput biasanya antara 5-10 cm, tetapi hal ini dipengaruhi jenis rumput yang ada. Penyiangan terhadap tanaman yang masih kecil dilakukan setiap bulan sekali. Sementara penyiangan terhadap tanaman yang sudah besar dilakukan antara 2-3 bulan sekali atau disesuaikan dengan keadaan gulma yang ada. c) Pembubunan Agar tanah tetap gembur dan subur pada lokasi penanaman bibit jambu biji, maka perlu dilakukan pembalikan dan penggemburan tanah supaya tetap dalam keadaan lunak. Pembubunan dilakukan setiap 1 bulan sekali hingga tanaman bisa dianggap benar-benar kuat. d) Pemangkasan tanaman Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang dan memberi bentuk tanaman, pemangkasan juga berguna untuk memperbanyak dan mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya. e) Pemupukan Salah satu faktor penting agar tanaman jambu biji tumbuh optimal, lebih produktif, dan rajin berbuah sepanjang tahun adalah pemupukan. Secara alami, semua unsur hara yang diperlukan tanaman telah tersedia dalam tanah. Namun, adanya perubahan lingkungan dan berkurangnya unsur hara dalam tanah maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman (Tabel 5). f) Pengairan dan Penyiraman Selama dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan atau okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah tumbuh benar-benar kuat frekuensi 28

46 penyiraman bisa dilakukan saat-saat diperlukan saja. Penyiraman tanaman dapat dilakukan dengan dengan beberapa cara yaitu dengan menggenangi kebun, menggunakan selang, ember atau embrat serta sistem tetes. Tabel 5. Pemberian Pupuk Anorganik (Kimia) dan Organik (Pupuk Kandang) Untuk Tanaman Jambu Biji Umur Tanaman (tahun) >7 Dosis dan jenis Pupuk (tanaman/tahun) kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL kg pupuk kandang, g urea, g TSP, dan g KCL. 160 kg pupuk kandang, 700 g urea, g TSP, dan g KCL. g) Penjarangan buah Jambu Biji Tidak semua buah jambu biji yang terbentuk dipelihara, terutama buah yang telalu lebat atau banyak. Agar ukuran buah yang dihasilkan cukup besar dan memenuhi kualitas pasar maka buah jambu biji perlu dijarangkan. Penjarangan buah dilakukan setelah umur 1,5 bulan dihitung sejak bunga mekar atau buah sebesar kelereng. Buah yang akan dibuang atau dijarangkan adalah buah yang bentuknya abnormal atau cacat, terserang hama dan penyakit, layu atau keriput, serta buah yang terlalu lebat. Dalam setiap tandan cukup dipelihara 2-3 buah. 29

47 h) Pembungkusan Buah Tujuan pembungkusan buah adalah agar buah lebih mulus, mengkilap, tidak cacat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, warna buah lebih menarik, nilai jual buah lebih baik serta meningkatkan produksi buah. Bahan pembungkus buah yang dapat digunakan berupa kertas koran, kertas karbon bekas, kertas semen, kertas minyak, plastik dan sebagainya. Panen Jambu Biji Tanaman jambu biji asal cangkok, okulasi, dan sambung pucuk akan segera berbuah ketika berumur 6-12 bulan setelah penanaman. Pada tahun pertama biasanya hanya menghasilkan 2-4 buah/tanaman/tahun. Sementara pada tahun kedua mampu menghasilkan sekitar buah/tanaman/tahun. Pada tahun ketiga mampu berproduksi antara kg/tanaman/tahun, sedangkan pada umur 4 tahun poduksi berkisar kg/tanaman/tahun. Produksi buah akan terus bertambah hingga berumur 6-8 tahun dengan masa produksi hingga 30 tahun. Panen buah harus diperhatikan agar mutu buah lebih baik. Panen buah jambu biji pada umumnya dilakukan berdasarkan perubahan warna kulit buah. Sebaiknya buah dipanen pada umur hari setelah bunga mekar untuk konsumsi segar. Sementara untuk olahan seperti sirup, nectar, jeli, jam, dan dodol sebaiknya buah dipanen antara hari setelah bunga mekar. Jambu biji mampu berbuah sepanjang tahun. C. Subsistem Pengolahan Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jambu biji dapat diolah menjadi produk baru. Kegiatan pengolahan dilakukan untuk menciptakan produk turunan jambu biji yang lebih variatif dan inovatif. Ada berbagai jenis variasi pengolahan jambu biji yang berguna selain agar produknya lebih awet, juga untuk menghindari adanya rasa bosan dalam mengkonsumsi jambu biji. Produk hasil olahan dari jambu biji antara lain 6 : 1) Bubur Jambu Biji Bubur (puree) merupakan produk antara dari pengolahan buah-buahan dan merupakan bahan baku industri jus, sirup serta industri pangan 6 Anonim. Jambu Biji. [11 Maret 2009] 30

48 lainnya. Produk berbentuk bubur akan memudahkan dalam transportasi, mutu produk lebih konsisten dan daya simpan lebih lama sehingga kontinuitas bahan baku untuk industri lanjutan dapat terjamin. 2) Sari Buah Jambu Biji Sari buah atau juice merupakan produk jadi yang langsung dapat dikonsumsi. Sari buah adalah larutan sari dari daging buah jambu biji yang diencerkan sehingga mempunyai cita rasa yang sama dengan buah aslinya. 3) Pasta Pasta jambu biji atau keju jambu biji yang terkenal di Hindia Barat dibuat dengan cara menguapkan daging buah dan dicampur gula, yang kemudian dimakan sebagai kue manis. 4) Pengalengan jambu biji dalam bentuk irisan Produk ini dibuat dari irisan-irisan bagian luar buah tanpa biji yang kemudian dijadikan produk yang dikalengkan. Buah jambu biji dikupas, dibelah dua dan direbus dalam sirup encer, dan terakhir dikemas dengan menggunakan kaleng. 5). Jam (selai) jambu biji D. Subsistem Pemasaran Pemasaran jambu biji merupakan tahapan akhir dalam sistem agribisnis dan merupakan bagian penting karena memegang peranan dalam penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Perjalanan jambu biji dari produsen hingga konsumen melewati rantai pemasaran yang sederhana hingga kompleks. Mata rantai tersebut melibatkan petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen. Berikut ini beberapa sasaran pemasaran dari jambu biji diantaranya adalah (Parimin, 2007): 1). Pedagang Pengumpul Sebagian besar pedagang pengumpul mengetahui tempat atau sentra produksi buah jambu biji. Bahkan, mereka memiliki petani pelanggan yang akan menjual hasil panennya. Ada dua arah penjualan yaitu pengumpul mendatangi kebun petani kemudian melakukan transaksi buah sesuai harga saat itu dan yang kedua yaitu pedagang hanya menunggu di pasar atau tempat transaksi dan petani membawa hasil panen ke tempat tersebut. 31

49 2). Pasar dalam negeri Pasar dalam negeri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu pasar umum, pasar induk, pasar swalayan, dan pasar khusus. Pasar umum Pasar umum merupakan pasar yang menjual beraneka macam keperluan dan tersebar di beberapa kota kecamatan, kabupaten, propinsi, dan ibukota negara. Di pasar ini harga jambu biji sesuai dengan kualitasnya. Pasar induk Pasar induk adalah pasar yang didominasi oleh salah satu produk hortikultura atau gabungan dari dua atau tiga produk tersebut. Pasar ini biasanya menjadi pusat penampungan berbagai sentra produk hortikultura misalnya buah baik dari pulau Jawa maupun luar Jawa bahkan produk impor. Pasar swalayan Pasar swalayan mampu membeli buah jambu biji dengan harga lebih tinggi dibandingkan pasar umum dan pasar induk. Umumnya pasar swalayan menghendaki kualitas buah yang baik atau grade A. Pasar khusus Pasar khusus adalah pasar yang menerima hasil produksi berdasarkan pesanan, misalnya rumah sakit, hotel, restoran, industri pengolahan hasil panen dan lainlain. Industri pengolahan jambu biji seperti puree, sari buah, dodol, dan lainlain yang semakin berkembang sehingga menjadi target pemasaran jambu biji. 3). Pasar luar negeri Selain di dalam negeri, jambu biji juga diminati oleh konsumen luar negeri baik dalam bentuk segar maupun olahan. Hal ini dapat dilihat dari angka ekspor jambu biji Indonesia yang mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2005 (Tabel 6). Sedangkan untuk tahun 2007 dan 2008 volume ekspor mengalami penurunan. Namun hal ini dapat menjadi suatu peluang untuk mengambil pangsa pasar yang telah ada di luar negeri. Pasar luar negeri buah jambu biji diantaranya adalah Uni Eropa, Amerika, Jepang, Hongkong, dan Singapura. 32

50 Tabel 6. Volume Ekspor Jambu Biji Tahun No Tahun Volume Ekspor (Kg) Sumber : Departemen Perdagangan, 2009 E. Subsistem Penunjang Dalam sistem agribisnis jambu biji terdapat subsistem agribisnis penunjang yang penting dalam mendukung kelancaran dan keberhasilan sistem agribisnis. Lembaga-lembaga yang mendukung sistem agribisnis jambu biji diantaranya yaitu : 1). Bank atau lembaga perkreditan. Bank merupakan salah satu lembaga penunjang sistem agribisnis. Peran bank dalam mendukung perkembangan agribisnis yaitu melalui sarana penyedia kredit kepada petani dan lembaga pertanian lainnya yang memerlukan modal untuk menjalankan usahanya. 2). Pemerintah Pemerintah menjadi lembaga penunjang yang berpengaruh dalam perkembangan sistem agribisnis jambu biji. Pemerintah atau dalam hal ini Dinas Pertanian melalui PPL berfungsi sebagai pembimbing petani dan kelompok tani mulai dari kegiatan budidaya sampai dengan pemasaran. PPL juga membantu petani dalam akses terhadap lembaga-lembaga penunjang. Selain itu, PPL juga berfungsi sebagai fasilitator penghubung petani dengan dinas-dinas terkait mengenai teknologi petanian dan permohonan bantuan. 3). Lembaga Litbang Lembaga penelitian dan pengembangan berperan dalam transfer inovasi teknologi dan informasi terkait dengan komoditi jambu biji dalam subsistem budidaya, pengolahan maupun pemasaran. 33

51 3.1.5 Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktifitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktifitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) diwaktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah et al, 1999). Pada umumnya sumber-sumber yang tersedia untuk menjalankan proyek adalah terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Untuk dapat mengambil keputusan pemilihan proyek perlu dilakukan evaluasi atas investasi proyek tersebut. Menurut Husein Umar (2005) studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Pengertian lain dari studi kelayakan proyek adalah analisa untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya dan menentukan proyek-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak (Gittinger, 1986). Secara sederhana yang dimaksud dengan biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan sedangkan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari (Husnan dan Suwarsono, 1999): 1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut. 2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut manfaat ekonomi). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3. Manfaat sosial proyek bagi masyarakat di sekitar proyek Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek Untuk dapat merencanakan dan menganalisa proyek yang efektif harus mempertimbangkan banyak aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Proses analisis setiap aspek saling terkait antar satu aspek dengan aspek lainnya sehingga analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi dan berhubungan. Menurut Gittinger (1986) aspek-aspek yang diteliti dalam dalam studi kelayakan 34

52 proyek meliputi aspek pasar (komersial), aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek finansial. A. Aspek Pasar (Komersial) Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Yang termasuk dalam aspek-aspek pasar dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Sedangkan dari sudut pandang input diperlukan terkait dengan penawaran barang dan jasa untuk kegiatan produksi dalam suatu proyek. Analisis dalam aspek pasar ini mencakup peluang permintaan pasar dan strategi pemasaran produk. B. Aspek Teknis Studi mengenai aspek teknis berkaitan dengan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Analisa aspek ini berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang nyata dan jasa-jasa. Menurut Husein Umar (2005) terdapat tiga masalah pokok yang dihadapi suatu proyek terkait dengan aspek teknis atau kegiatan operasional yaitu: 1) Masalah penentuan posisi perusahaan. Penentuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat dijalankan secara ekonomis, efektif, dan efisien. Oleh karena itu perlu diputuskan bagaimana posisi perusahaan ditentukan yang meliputi pemilihan strategi berproduksi, penentuan produk yang akan ditawarkan, dan kualitas produk. 2) Masalah desain. Masalah desain mencakup perancangan fasilitas operasi yang akan digunakan, meliputi perencanaan letak pabrik, proses operasi, teknologi yang digunakan, rencana kapasitas mesin yang dipakai, perencanaan bangunan, tata letak (layout) bangunan, dan lingkungan kerja. 35

53 3) Masalah operasional. Masalah operasional biasanya timbul pada saat proses produksi sudah berjalan, diantaranya adalah rencana produksi, rencana persediaan bahan baku, penjadwalan kerja pegawai, pengawasan kualitas, dan pengawasan biaya produksi. C. Aspek Manajemen Manajemen merupakan proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Studi aspek manajemen dilaksanakan saat pembangunan proyek dan saat proyek dioperasionalkan secara rutin. Dalam aspek ini dilakukan pengkajian mengenai bentuk badan usaha; jenis-jenis pekerjaan, tugas dan wewenang; struktur organisasi; serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. D. Aspek Sosial dan Lingkungan Dalam studi kelayakan proyek diperlukan informasi berkaitan dengan lingkungan perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi proyek. Dalam analisis aspek sosial perlu mempertimbangkan pola dan kebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek serta implikasi sosial yang lebih luas dari adanya investasi proyek. Hal-hal penting yang dikaji berhubungan dengan aspek sosial adalah manfaat proyek bagi peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Selain masalah sosial, dalam studi kelayakan juga harus mempertimbangkan masalah dampak lingkungan yang dapat merugikan. Daerah proyek harus dipilih melalui peninjauan secara langsung agar dapat ikut menjaga kelestarian alam. E. Aspek Finansial Tujuan menganalisis aspek keuangan dari studi kelayakan proyek adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Analisis keuangan ini didasarkan pada data proyeksi keuangan atau data keuangan historis. Untuk proyek pada perusahaan yang telah berjalan perhitungan keuangan menggunakan data historis perusahaan sampai pada permulaan proyek, sedangkan 36

54 untuk proyek yang baru laporan tersebut akan diproyeksikan sampai melewati umur proyek. Aspek finansial proyek dituangkan dalam bentuk arus kas proforma (proforma cashflow) dan laporan laba rugi proforma (proforma income statement). 1) arus kas proforma (proforma cashflow) Laporan cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaanpenggunaannya. Dalam mempertimbangkan suatu investasi proyek perlu diketahui tiga arus kas yaitu (Halim, 2009) : - Arus kas keluar awal (initial cash outflow), yaitu pengeluaranpengeluaran kas awal yang dilakukan sehubungan dengan dilakukan suatu investasi. - Arus kas operasional (operational cash outflow), yaitu penerimaanpenerimaan kas yang diperoleh setelah suatu investasi beroperasi. Disamping penerimaan-penerimaan kas juga terdapat pengeluaranpengeluaran kas yang terjadi setelah suatu investasi beroperasi. - Terminal arus kas (terminal cash outflow), yaitu penerimaan-penerimaan yang diperoleh dari nilai sisa (salvage value) suatu investasi dan/atau pengembalian modal kerja (working capital) 2) laporan laba rugi proforma (proforma income statement) Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi dan memberikan gambaran tentang kegiatan-kegiatan dari waktu ke waktu. Melalui analisis terhadap laporan laba rugi dapat diketahui apakah usaha yang akan dijalankan merupakan usaha yang menguntungkan (profitable) dengan melihat proyeksi laba yang dapat diperoleh atau usaha tersebut tidak menguntungkan dilihat dari potensi kerugian (loss) yang dapat ditimbulkan selama beberapa periode ke depan. Pada studi kelayakan finansial juga perlu dianalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Menurut Kadariah, et al. (1999) pada umumnya ada empat 37

55 metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi yaitu : 1) Net Present Value (NPV), merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. 2) Internal Rate of Return (IRR), merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif dengan present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor. 4) Payback Period (PP), merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas Analisis Sensitivitas Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasardasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah et al., 1999). Dalam analisis sensitifitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Menurut Gittinger (1988), proyek pertanian sensitif terhadap perubahan yang diakibatkan dari empat masalah yaitu: 1) Harga Pada setiap proyek pertanian harus diteliti apa yang akan terjadi apabila asumsi mengenai harga jual produk pertanian ternyata keliru. Untuk itu dapat dibuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang netto yang akan diterima oleh proyek, terhadap tingkat pengembalian secara nilai finansial atau ekonomi, atau terhadap ratio perbandingan manfaat dan investasi netto. 38

56 2) Keterlambatan pelaksanaan Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir seluruh proyek-proyek pertanian. Keterlambatan ini dapat disebabkan dalam pemesanan dan penerimaan peralatan atau masalah dan persyaratan administrasi. 3) Kenaikan biaya Proyek-proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya karena biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan yang mungkin faktor diskonto yang digunakan terlalu besar atau karena semua fasilitas sudah tersedia padahal manfaat proyek belum direalisasi. Suatu proyek yang diperkirakan memiliki tingkat pengembalian yang cukup menarik berdasarkan estimasi biaya yang telah diperhitungkan mungkin saja tidak diterima sama sekali bila dalam pelaksanaannya harga-harga telah melonjak naik. 4) Hasil Dalam proyek pertanian terdapat kecenderungan untuk bersikap optimis dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Analisis sensitifitas terhadap hasil tidak hanya memberikan informasi yang berguna dalam menentukan apakah proyek harus dilaksanakan, tetapi juga dapat menekankan perlunya perluasan pelayanan yang cukup bila diinginkan proyek dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Suatu variasi pada analisa sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Dalam analisis sensitivitas secara langsung dapat memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisa proyek dan kemudian dapat ditentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya untuk menghitung nilai pengganti harus diketahui berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa proyek yang akan diganti agar proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu ukuran-ukuran kemanfaatan proyek Teori Produksi Output yang dihasilkan berupa barang atau jasa merupakan hasil pengkombinasian antara faktor-faktor produksi atau input. Hubungan antara input 39

57 yang digunakan dalam proses produksi dengan jumlah output yang dihasilkan disebut fungsi produksi (Lipsey,1995). Menurut Buffa dan Sarin (1996), diacu dalam Ridyawati (2007), sistem produksi didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Rangkaian masukan-konversi-keluaran merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi dimulai dari unit terkecil dari kegiatan produksi yang biasanya dinamakan operasi. Proses pengubahan ini secara jelas digambarkan dalam Gambar 2. Masukan: Material Mesin Fasilitas Energi Informasi Teknologi Proses transformasi atau konversi Manajemen Operasi : Desain sistem Perencanaan dan pengendalian operasi Keluaran: Produk jasa Gambar 2. Sistem Produksi sebagai Proses Transformasi atau Konversi Sumber : Buffa dan Sarin (1996) diacu dalam Ridyawati (2007) Salah satu tujuan dalam berproduksi adalah bagaimana memperoleh output dengan menggunakan input yang terbatas secara efektif dan efisien untuk dapat mendapatkan hasil yang optimal. Usaha untuk menentukan alokasi sumber daya untuk memperoleh keuntungan maksimal dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan garis isorevenue. Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) menunjukkan semua kombinasi keluaran (output) yang dapat diproduksi dengan menggunakan sumberdaya (input) dengan jumlah yang terbatas (Nicholson, 1995). KKP disebut juga isoresources curve karena setiap titik-titik dalam kurva tersebut menunjukkan kombinasi output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan input yang sama, sedangkan garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat memberikan penerimaan tertentu kepada perusahaan. 40

58 X 1 KKP Q 1 TR 1 A E C B TR 2 Q 2 X 2 Gambar 3. Kurva Kemungkinan Produksi dan Kombinasi Produksi Optimal Sumber: Nicholson (1995) Keterangan; X 1 : Produk 1 X 2 : Produk 2 TR 1 : Total penerimaan 1 TR 2 : Total penerimaan 2 C : Kombinasi produksi yang tidak dapat dicapai E : Kombinasi produksi optimal Q 1,2 : Jumlah produk 1 dan 2 yang dihasilkan pada kombinasi optimal A,B : Kombinasi produk yang tidak optimal Penentuan kombinasi produk optimal untuk memperoleh keuntungan maksimal dapat diilustrasikan pada Gambar 3, dimana perusahaan diasumsikan perusahaan menghasilkan dua produk yaitu X 1 dan X 2. Perusahaan dapat berproduksi optimal pada titik E dimana pada titik tersebut dapat menghasilkan produk X 1 sebesar Q 1 dan produk X 2 sebesar Q 2, sehingga penerimaan yang diperoleh perusahaan akan maksimal yaitu sebesar TR 2. Kombinasi produk optimal ini akan dicapai pada saat KKP bersinggungan dengan garis revenue. Pemilihan kombinasi produk selain dari titik E akan mengurangi penerimaan total. Jika perusahaan memilih kombinasi produk yang ditunjuk pada titik A dan B maka penerimaan yang diperoleh hanya sebesar TR 1, berarti perusahaan belum dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara optimal. Titik C adalah 41

59 kombinasi produk X 1 dan X 2 yang tidak dapat dicapai karena terbatasnya sumberdaya. Menurut Lipsey (1995), batas kemungkinan produksi mengungkapkan tiga konsep yaitu kelangkaan (scarcity), pilihan (choice), dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak bisa dicapai melebihi batas, pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari sekian titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas, biaya peluang diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah Teori Optimalisasi Dalam kegiatan produksi persoalan yang muncul berkenaan dengan penggunaan sumber secara efisien atau alokasi sumber-sumber yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam keadaan sumber yang terbatas tersebut harus dicapai suatu hasil yang optimum. Hal ini menjadi dasar dilakukannya riset operasi. Menurut Supranto (1988) riset operasi adalah riset dengan penerapan metode ilmiah melalui suatu tim secara terpadu untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam kegiatan operasi suatu sistem organisasi agar diperoleh pemecahan yang optimum. Menurut Supranto (1988) tahapan-tahapan dalam penerapan riset operasi untuk memecahkan persoalan adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan atau menganalisis persoalan sehingga jelas tujuan apa yang akan dicapai (objectives). 2) Pembentukan model matematika untuk mencerminkan persoalan yang akan dipecahkan. Biasanya model dinyatakan dalam bentuk persamaan yang menggambarkan hubungan antara input dan output serta tujuan yang akan dicapai dalam bentuk fungsi objektif. 3) Mencari pemecahan dari model yang telah dibuat dalam tahap sebelumnya, misalnya dengan menggunakan metode simpleks. 4) Menguji model dan hasil pemecahan dari penggunaan model, sering juga disebut melakukan validasi. Harus ada mekanisme untuk mengontrol pemecahan misalnya dengan kriteria tertentu. 5) Implementasi hasil pemecahan. 42

60 Linear Programming Teknik optimalisasi yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah optimalisasi adalah teknik Linear programming (LP). Program linear merupakan model matematik untuk mendapatkan alternatif penggunaan terbaik atas sumber-sumber organisasi. Menurut Supranto (1998) linear programming (LP) adalah salah satu teknik dari Riset Operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimisasi atau minimisasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Model LP mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah LP menjadi sah. Menurut Aminuddin (2005) asumsi-asumsi yang mendasari LP adalah sebagai berikut: 1. Proportionality, asumsi ini berarti naik turunnya fungsi tujuan dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat kegiatan. 2. Additivity, berarti nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam program linear dianggap bahwa kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai tujuan yang diperoleh dari kegiatan lain. 3. Divisibility, berarti keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. 4. Deterministic (certainty), berarti bahwa semua parameter yang terdapat dalam program linear dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun dalam kenyataannya tidak sama persis. 43

61 3.2 Kerangka Operasional Upaya peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing produk pertanian termasuk produk hortikultura dilakukan oleh pemerintah melalui program Prima Tani yang dilaksanakan di 200 Kabupaten di seluruh Provinsi di Indonesia. Salah satu kabupaten yang menjadi lokasi kegiatan Prima Tani adalah Kabupaten Banjarnegara melalui Gapoktan KUAT. Pelaksanaan kegiatan Prima Tani pada intinya adalah mengimplementasikan secara terbatas (digunakan sebagai unit percontohan) inovasi teknis dan inovasi kelembagaan agribisnis di lokasi kegiatan. Inovasi teknis diharapkan mampu meningkatkan kinerja teknologi yang dilakukan oleh praktisi agribisnis khususnya petani. Sedangkan dari segi kelembagaan diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas petani terhadap pasar input, pasar output, permodalan dan teknologi unggul. Sasaran dari kegiatan Prima Tani adalah petani pelaku kegiatan agribisnis, sehingga kelembagaan berbentuk Gapoktan dipilih sebagai wadah pelaksanaan Prima Tani. Pembentukan Gapoktan KUAT dari masyarakat secara sukarela selain berfungsi sebagai pemersatu petani di Desa Kaliwungu juga berperan banyak dalam kegiatan agribisnis yang dilakukan oleh petani. Dengan adanya Gapoktan, petani memiliki suatu daya tawar yang lebih terhadap pihak lain dalam kegiatan usahataninya. Hal ini dikarenakan adanya suatu kekompakan, visi, misi, dan tujuan yang sama dari petani sebagai anggota Gapoktan menjadikan petani memiliki kekuatan yang lebih untuk meningkatkan posisi tawarnya. Pembentukan Gapoktan juga berguna dalam hal memudahkan penyediaan input atau sarana produksi. Dimana Gapoktan dapat mengkoordinasi semua kebutuhan anggotanya secara bersama-sama sehingga akan terdapat jaminan ketersediaan input sarana produksi bagi petani. Selain itu Gapoktan juga berfungsi dalam kegiatan pasca panen dan pemasaran hasil produksi. Dimana salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat unit pengolahan hasil usahatani. Kegiatan ini akan lebih mudah dilaksanakan dengan adanya dukungan dan kerjasama dari petani anggota Gapoktan. Dengan kegiatan pengolahan ini maka produk akan memiliki harga jual yang lebih dibandingkan hanya sekedar dipasarkan dalam keadaan segar dan dapat memberikan nilai tambah produk. 44

62 Gapoktan KUAT menjalankan beberapa unit usaha sebagai sarana untuk meningkatkan nilai tambah produk. Unit usaha yang menjadi produk unggulan pada Gapoktan KUAT adalah pengolahan jambu biji yang diolah menjadi puree dan sari buah. Kegiatan pengolahan jambu biji ini dilakukan dengan memanfaatkan jambu biji kualitas kedua atau grade B dengan produksi rata-rata hampir 60 persen dari total di Desa Kaliwungu. Produk puree dan sari buah di Gapoktan KUAT masih diproduksi dalam jumlah sedikit dan belum dilakukan secara kontinu. Kondisi ini terjadi terkait dengan produk yang dihasilkan oleh unit usaha pengolahan jambu biji masih tergolong baru dan dalam proses perijinan serta pendaftaran produk ke lembaga-lembaga yang berhubungan dengan produk pangan. Hal ini menyebabkan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam kegiatan pemasaran produknya yang menunjukkan terdapat beberapa permintaan pasar yang belum bisa dipenuhi oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapokatan KUAT. Kegiatan pengolahan jambu biji mulai berjalan pada tahun 2007 dan merupakan unit percontohan bagi petani atau pihak lain yang akan melakukan kegiatan yang sama. Biaya investasi untuk membeli mesin pengolahan dan mesin pendingin diperoleh dari bantuan pemerintah. Karena melihat biaya investasi yang cukup besar, maka diperlukan analisis kelayakan secara finansial maupun non finansial. Analisis dilakukan untuk menilai apakah usaha ini layak dijalankan dan mendatangkan keuntungan atau malah menimbulkan kerugian. Kelayakan pada usaha pengolahan jambu biji di Gapoktan KUAT belum tentu menunjukkan bahwa usaha tersebut telah berproduksi secara optimal menggunakan sumber daya yang tersedia. Sehingga perlu juga dilakukan optimalisasi produksi dimana akan berimplikasi pada keuntungan yang diperoleh usaha tersebut. Adanya investasi yang besar pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT juga menjadi dasar untuk dilakukan analisis optimalisasi produksi hasil pengolahan agar menghasilkan keuntungan maksimal dari sejumlah sumber daya yang tersedia. Dari analisis optimalisasi produksi akan dicari kombinasi output yang dihasilkan yaitu puree dan sari buah jambu biji yang akan menghasilkan keuntungan maksimal. Secara ringkas kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 45

63 Program Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara Unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT sebagai upaya peningkatan nilai tambah produk dan pemanfaatan jambu biji grade B dimana hingga saat ini unit usaha pengolahan jambu biji ini belum dapat berproduksi secara optimal Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial: 1. Aspek Pasar, meliputi peluang pasar dan strategi pemasaran 2. Aspek Teknis, meliputi lokasi, layout bangunan, proses produksi, teknologi pengolahan, dan skala usaha 3. Aspek Manajemen, meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, serta kebutuhan tenaga kerja 4. Aspek Sosial dan lingkungan, meliputi pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan dampak lingkungan Aspek Finansial: 1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) 4. Payback Period (PP) Analisa Sensitifitas: - Penurunan produksi puree dan sari buah - Kenaikan harga bahan baku jambu biji - Penurunan harga jual puree dan sari buah Layak Tidak Layak Usaha dapat terus dilaksanakan Perbaiki dan peningkatan efisiensi usaha Penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal Optimalisasi produksi puree dan sari buah jambu biji Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Pemikiran 46

64 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan KUAT (Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu) yang berlokasi di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pengolahan jambu biji di Gapoktan KUAT yang dibentuk dengan bantuan pemerintah adalah sebagai unit usaha percontohan dan merupakan usaha yang baru, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan dan optimalisasi produksi. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus Metode Penentuan Sampel Pada penelitian dengan metode kasus digunakan narasumber atau responden sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Narasumber berjumlah empat orang dimana narasumber ini merupakan pihakpihak yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Narasumber ini terdiri dari ketua Gapoktan KUAT, ketua seksi pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT, PPL Kecamatan Mandiraja, dan penanggungjawab kegiatan pengolahan BPTP Jawa Tengah. 4.3 Desain Penelitian Rancangan dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode kasus yaitu suatu metode penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari seluruh personalitas. Subyek penelitian bisa terdiri dari suatu individu, suatu kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Subyek penelitian ini adalah Gabungan Kelompok Tani KUAT dan yang menjadi obyek adalah penanggungjawab dan pengelola unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Dalam penelitian ini yang menjadi kasus adalah kelayakan usaha pengolahan jambu biji serta optimalisasi produk yang dapat dihasilkan dari unit usaha tersebut.

65 4.4 Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pengelola Gapoktan KUAT yaitu ketua seksi unit usaha pengolahan jambu biji, PPL Kecamatan Mandiraja dan staf BPTP Jawa Tengah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan Gapoktan KUAT terkait dengan data pengeluaran dan pemasukan, rekapan jumlah produksi, jumlah tenaga kerja dan jumlah penjualan. Data sekunder lainnya juga diperoleh dari studi literatur berbagai buku, bahan bacaan dari internet, penelitian sebelumnya dan beberapa instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, Departemen Perdagangan, serta Badan Pusat Statistik. 4.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian yaitu pada unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. Kegiatan pengumpulan data dimulai dari bulan Maret sampai April Data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung dengan pihak pengelola Gapoktan KUAT yaitu ketua Gapoktan KUAT dan ketua seksi unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT. 4.6 Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial pengolahan jambu biji berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, dan PP. Data kuantitatif ini diolah dengan menggunakan komputer program Microsoft Excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mengklasifikasi data yang ada serta mempermudah dalam melakukan analisis data. Untuk mengetahui tingkat produksi dan alokasi sumber daya optimal digunakan program linier dengan tujuan memaksimumkan keuntungan dari produksi pengolahan jambu biji. Data kuantitatif berupa faktor kendala yang menjadi pembatas, penentuan koefisien input dan output serta penentuan fungsi 48

66 tujuan diolah dengan bantuan komputer menggunakan program LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer). Sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan aspek non finansial yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif merupakan hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan. 4.7 Definisi Operasional Analisis Kelayakan Finansial Dalam mengukur atau menilai suatu proyek yang akan atau telah didirikan terdapat beberapa kriteria yang digunakan. Setiap kriteria yang ada dipakai untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu usul proyek dan juga dapat dipakai untuk memberikan urutan (ranking) berbagai usul investasi menurut tingkat keuntungan masing-masing. A. Net Present Value (NPV) NPV merupakan manfaat bersih tambahan (nilai kini bersih) yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu, yang dirumuskan sebagai berikut (Kadariah et al., 1999): NPV = n t=1 Bt Ct (1+i) t Dimana: Bt = benefit sosial kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t Ct = biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t n = umur ekonomis dari proyek i = social opportunity cost of capital, yang ditunjuk sebagai social discount rate Kriteria penilaian; 1) Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima, karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya 2) Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya 49

67 3) Jika NPV = 0, maka proyek mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. B. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return. IRR ini berupa tingkat discount rate yang membuat NPV proyek sama dengan nol. IRR juga merupakan hasil bunga yang sesungguhnya yang dijanjikan oleh suatu proyek selama umurnya. Prosedur perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Kadariah et al., 1999): 1. Dipilih nilai discount rate yang dianggap dekat dengan nilai IRR yang benar, lalu dihitung NPV dari arus benefit dan biaya. 2. Jika hasil dari NPV tadi negatif, hal itu berarti bahwa nilai percobaan I terlalu tinggi (benefit diwaktu yang akan datang di-discount terlalu besar, yang membuat present value biaya melebihi present value benefit), jadi dipilih nilai percobaan I baru yang lebih rendah. 3. Jika sebaliknya present value tersebut positif, diketahui bahwa nilai percobaan I terlalu rendah (benefit diwaktu yang akan datang belum didiscount terlalu besar untuk disamakan dengan present value biaya), jadi dipilih nilai percobaan I baru yang lebih tinggi. 4. Nilai percobaan pertama untuk discount rate dilambangkan dengan i, yang kedua dengan i, nilai percobaan pertama untuk NPV dilambangkan dengan NPV dan yang kedua dengan NPV. Asalkan salah satu perkiraan NPV tidak terlalu jauh dari nol, maka perkiraan IRR yang dekat diperoleh melalui persamaan berikut: IRR = i + NPV NPV NPV" (i - i ) Kriteria penilaian dengan indikator IRR: Jika IRR > tingkat discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk dilaksanakan Jika IRR < tingkat discount rate yang berlaku maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan 50

68 C. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara present value positif dengan present value negatif, yang dirumuskan sebagai berikut (Kadariah et al., 1999): Net B/C = n Bt Ct t=1(1+i) t n Ct Bt t=1(1+i) t [Bt Ct > 0] [Bt Ct < 0] Kriteria investasi berdasarkan net B/C adalah : Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek tidak menguntungkan Net B/C = 0, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi D. Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Semakin cepat kemampuan proyek mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka proyek semakin baik. Perhitungan payback period adalah sebagai berikut (Umar, 2005): PP = I Ab Dimana : I = biaya investasi Ab = benefit brsih yang diterima setiap tahunnya Analisis Sensitivitas Analisis sensitifitas adalah suatu alat analisis untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah, 1999). Analisis ini diperlukan karena pada setiap proyek pasti terdapat unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. 51

69 Pada penelitian ini digunakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas yaitu nilai pengganti (switching value). Nilai pengganti ini dilakukan untuk mengukur nilai dari perubahan yang membuat tingkat minimum diterimanya proyek. Perubahan yang diukur adalah perubahan pada penurunan produksi puree dan sari buah, penurunan harga jual puree dan sari buah, serta kenaikan harga bahan baku jambu biji. Perubahan penurunan produksi puree dan sari buah diakibatkan oleh adanya penurunan pasokan buah jambu biji akibat penurunan jumlah panen. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan cuaca, dimana pada musim kemarau panen jambu biji cenderung lebih sedikit dibandingkan pada musim penghujan. Adanya kelangkaan jambu biji pada bulan-bulan tertentu juga menyebabkan terjadinya kenaikan harga bahan baku jambu biji. Sedangkan untuk faktor yang menyebabkan penurunan harga jual puree dan sari buah yaitu adanya persaingan dengan produk sari buah lainnya dan munculnya pesaing-pesaing baru dengan produk yang serupa di masa yang akan datang Optimalisasi Produksi Permasalahan optimalisasi produksi dapat diselesaikan salah satunya menggunakan program linier. Kata sifat linier digunakan untuk menunjukkan fungsi-fungsi matematik yang digunakan dalam bentuk linier dalam arti hubungan langsung dan persis proporsional. Program menyatakan penggunaan teknik matematik tertentu. Sehingga program linier dapat diartikan suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang analisisnya menggunakan model matematis, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan. Bentuk umum model program linear: Optimumkan Z = dengan batasan: n n j=1 c j x j j=1 aij x j / b i, untuk i = 1,2,3,..,m X j 0, untuk j = 1,2,3,,n 52

70 atau dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut: Optimumkan Z = c 1 x 1 + c 2 x 2 + +c n x n dengan batasan: a 11 x 1 + a 12 x 2 + +a 1n x n b 1 a 21 x 1 + a 22 x 2 + +a 2n x n b 2... a m1 x 1 + a m2 x 2 + +a mn x n b m Dimana: Z = fungsi tujuan yang dicari nilai optimalnya (maksimal, minimal) C j n = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan x j dengan satu satuan unit atau sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap Z = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia m = macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia x j a ij b i = tingkat kegiatan ke-j = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j = kapasitas sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan Masalah optimalisasi produksi dirumuskan ke dalam program linier dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan Fungsi Tujuan Fungsi tujuan pada penelitian optimalisasi produksi adalah untuk mengetahui kombinasi jenis dan tingkat produksi sari buah dan puree jambu biji yang menghasilkan keuntungan maksimal. Keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan sebelum dikurangi biaya tetap atau disebut juga laba kotor. Hal ini berdasar pada tidak adanya perubahan pada biaya tetap apabila terjadi perubahan jumlah produksi sesuai dengan asumsi yang mendasari LP. 53

71 2) Menentukan Sistem Kendala Dalam penelitian ini permasalahan yang menjadi kendala dalam optimalisasi produksi diantaranya adalah bahan baku, bahan tambahan, jam kerja mesin, permintaan pasar, dan jam tenaga kerja. a. Bahan baku Penggunaan bahan bagi bagi pembuatan puree maupun sari buah disesuaikan berdasarkan standar pemakaian dalam memproduksi setiap jenis produk per satuan kemasan yang telah ditetapkan oleh Gapoktan KUAT. Ketersediaan bahan baku berupa jambu biji yang berfluktuasi tergantung musim menjadi koefisien kendala dalam optimalisasi produksi. Dimana nilai sisi kanan (right hand side) dalam kendala tersebut adalah ketesediaan bahan baku jambu biji selama periode Formulasi modelnya adalah: ajxj BB Keterangan: aj = koefisien penggunaan bahan baku jambu biji untuk produk ke-j (kg) BB = ketersediaan bahan baku selama tahun 2008 (kg) b. Bahan tambahan Bahan tambahan dalam pembuatan sari buah dan puree dimasukkan ke dalam variabel kendala karena kegiatan produksi sangat bergantung pada bahanbahan lain seperti asam sorbat, asam sitrat, gula pasir dan kemasan. Hal ini mengingat bahwa di Gapoktan KUAT penyediaan bahan tambahan disediakan dalam jumlah terbatas karena terdapat kebutuhan untuk alokasi dana usaha lainnya. Formulasi modelnya adalah : bijxj BPi Keterangan: bj = koefisien penggunaan bahan tambahan ke-i untuk satu kemasan produk ke-j (botol, cup), dimana; i=1 untuk asam sorbat (gram), i=2 untuk asam sitrat (gram), i=3 untuk gula pasir (gram), i=4 untuk botol (buah), i=5 untuk label puree (buah), i=6 untuk plastik segel (buah), i=7 untuk cup (buah), dan i=8 untuk plastik seal cup (lembar) BPi = ketersediaan bahan tambahan ke-i selama tahun 2008 (gram, buah, dan lembar) 54

72 c. Jam kerja mesin Jam kerja mesin pengolahan merupakan kendala dalam optimalisasi produksi yang dihadapi Gapoktan KUAT. Mesin ini dapat menjadi kendala karena penggunaan jam kerja mesin yang tidak optimal atau sering menganggur. Koefisien untuk kendala jam kerja mesin adalah jam yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kemasan olahan jambu biji, sedangkan nilai ruas kanannya adalah ketersediaan jam kerja mesin yang dihitung berdasarkan kapasitas kerja mesin per proses produksi selama periode Formulasi modelnya adalah : cijxj JM Keterangan: cij = koefisien kebutuhan jam kerja mesin ke-i untuk satu kemasan produk ke-j (botol, cup), dimana; i=1 untuk mesin pulper, i=2 untuk mesin spinner, i=3 untuk mixing tank, i=3 untuk mesin pasteurisasi, i=4 untuk mesin sterilisasi botol, dan i=5 untuk mesin seal cup. JM = ketersediaan jam kerja mesin pada jam kerja normal selama tahun 2008 (menit) d. Jam tenaga kerja langsung Tenaga kerja pengolahan jambu biji diperhitungkan sebagai kendala karena adanya keterbatasan jam kerja dari para pekerja. Koefisien untuk kendala jam tenaga kerja adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kemasan puree atau sari buah. Untuk nilai sisi kanan dalam kendala jam kerja yaitu ketersediaan jam kerja yang diperhitungkan berdasarkan jumlah jam kerja dalam waktu satu tahun. Formulasi modelnya adalah : djxj JTK Keterangan: dj = koefisien kebutuhan jam tenaga kerja untuk satu kemasan produk ke-j (botol, cup) JTK = ketersediaan jam tenaga kerja pada jam kerja normal selama tahun 2008 (menit) 55

73 e. Permintaan minimum Permintaan minimum pasar produk sari buah dan puree merupakan jumlah penjualan masing-masing produk selama tahun Permintaan pasar dimasukkan ke dalam model sebagai kendala untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar menghindari kehilangan pangsa pasar yang telah ada. Nilai ruas kanan dalam model linear ini adalah permintaan minimum berdasarkan penjualan periode Formulasi modelnya adalah : Xj PPXj Keterangan: PPXj = Jumlah penjualan produk ke-j selama tahun 2008 (botol, cup) 3) Variabel keputusan Variabel keputusan yang akan dicari dalam permasalahan ini adalah terkait dengan jumlah produk hasil pengolahan jambu biji yang akan diproduksi yaitu puree dan sari buah, dimana: X1 = jumlah puree jambu biji yang akan diproduksi X2 = jumlah sari buah jambu biji yang akan diproduksi Setelah fungsi tujuan dan kendala terbentuk, data yang ada diolah dengan menggunakan program LINDO. Analisis yang dilakukan meliputi: 1) Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan keuntungan paling besar, dengan tetap mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Aktifitas yang tidak termasuk skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Dengan membandingkan antara kombinasi produk terbaik hasil perhitungan dengan kombinasi produksi aktual akan diketahui apakah selama ini kegiatan produksi perusahaan sudah optimal atau belum. 2) Analisis Dual Analisis dual dapat diketahui dengan melihat nilai slack atau surplus. Nilai ini menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan. Nilai dual atau shadow price juga menunjukkan batas harga tertinggi suatu sumber daya yang masih memungkinkan untuk dilakukan pembelian oleh perusahaan. Dari 56

74 nilai dual juga dapat diketahui kelebihan atau kekurangan sumberdaya yang dihadapi oleh perusahaan. 57

75 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Profil Perusahaan Gabungan Kelompok Tani Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu atau disingkat dengan Gapoktan KUAT merupakan organisasi profesi yang bersifat sosial ekonomi sebagai lembaga masyarakat yang tumbuh dari bawah dan bersifat independen. Pusat sekretariat organisasi ini terletak di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Gapoktan ini terdiri dari empat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Lohjinawi, Kelompok Tani Mentesing Tani, Kelompok Tani Matsudo Tani, dan Kelompok Tani Portal. Gapoktan KUAT didirikan dengan SK pendirian tanggal 15 Februari Sedangkan untuk kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan KUAT sudah terbentuk sejak tahun 1970-an. Berdasarkan AD/ART Gapoktan KUAT, tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk menyatukan gerak langkah kelompok tani yang ada di desa agar petani kompak dalam berusaha tani, mempermudah petani mendapatkan informasi dan sarana produksi, membantu petani menangani panen dan pasca panen sampai dengan pemasaran, serta membantu petani untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Anggota Gapoktan KUAT terdiri dari para petani maupun dari masyarakat yang bergerak dalam bidang pertanian atau masyarakat yang peduli terhadap petani yang berada di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Ketentuan masayarakat yang dapat bergabung dalam kenggotaan KUAT adalah petani yang aktif memiliki usaha pertanian secara kelompok, wanita tani yang memiliki usaha tani dan keahlian dalam bidang pertanian, pemuda tani yang berprestasi dalam bidang pertanian serta lembaga-lembaga yang mempunyai kesamaan cita-cita dalam mensejahterakan petani. Dengan adanya pendirian gapoktan ini diharapkan lebih memudahkan koordinasi dari semua kelompok tani yang ada di Desa Kaliwungu. Hal ini terkait dengan dibuatnya program Prima Tani oleh Departemen Pertanian melalui BPTP Jawa Tengah sebagai unit percontohan inovasi pertanian baik berupa teknologi, kelembagaan dan kebijakan yang maju dan strategis bagi petani sebagai pelaku kegiatan agribisnis.

76 Kegiatan Prima Tani merupakan suatu program yang dibuat oleh pemerintah untuk menciptakan sistem agribisnis dalam suatu kawasan yang harmonis dan serentak. Untuk lebih memudahkan pengembangan sistem agribisnis ini maka seluruh kegiatan berada dibawah koordinasi Gapoktan KUAT. Berbagai kegiatan yang dilakukan dirancang untuk dapat saling mendukung antara satu usaha dengan usaha yang lain sehingga terdapat hubungan kebersamaan dan saling ketergantungan dalam suatu sistem. Pelaksanaan program Prima Tani berada di bawah bimbingan dan tanggungjawab BPTP Jawa Tengah dengan melibatkan petani, Kepala Desa, dan Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara melalui PPL. Untuk permodalan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan disediakan oleh BPTP Jawa Tengah serta bantuan dari Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Gapoktan KUAT merupakan wadah yang menjalankan sistem agribisnis mulai dari subsistem input hingga subsistem pemasaran. Komoditas utama yang dikembangkan pada Gapoktan KUAT adalah jambu biji merah dan ternak kambing terintegrasi dengan tanaman pangan (padi gogo, jagung, dan pisang) sebagai komoditas pendukung. Penetapan komoditas ini difokuskan pada komoditas-komoditas yang bernilai ekonomis, mempunyai sebaran agroklimat yang luas, dan permintaan pasar yang tinggi. Dari berbagai komoditi yang dihasilkan tersebut, Gapoktan KUAT mengelola empat unit usaha pengolahan yaitu pengolahan jambu biji merah, ceriping pisang rajalawe, kripik jagung dan pupuk organik. Skema sistem agribisnis dalam program Prima Tani di Gapoktan KUAT dapat dilihat pada Gambar 5. Kegiatan agribisnis yang dilakukan di Desa Kaliwungu dirancang untuk menciptakan sistem agribisnis yang terintegrasi. Usaha peternakan kambing selain menghasilkan kambing potong juga dapat memanfaatkan kotoran kambing sebagai pupuk organik. Dimana pupuk ini digunakan oleh petani untuk kegiatan budidaya jambu biji dan tanaman pangan lainnya seperti jagung, pisang rajalawe, dan padi gogo. Sehingga petani akan lebih mudah memperoleh sarana produksi terutama pupuk yang akan berimplikasi pada produksi hasil pertanian. Dari produk yang dihasilkan oleh petani, dilakukan kegiatan pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah produk dan meningkatkan pendapatan petani. Dengan 59

77 adanya hubungan yang harmonis dan sinergis maka akan ikut mendukung kelancaran dan kontinuitas pada tiap subsistem agribisnis. Usaha ternak kambing skala rumah tangga Budidaya jambu biji Pupuk Organik Pengolahan pupuk organik Budidaya tanaman pangan: padi gogo, jagung, pisang rajalawe Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu Industri pengolahan jambu biji, ceriping pisang, dan keripik jagung Gambar 5. Skema Sistem Agribisnis Gapoktan KUAT Jambu biji merupakan komoditi unggulan dari Gapoktan KUAT dan menjadi maskot utama dalam kegiatan Prima Tani. Penetapan jambu biji sebagai komoditi unggulan terkait dengan tipe agroekosistem Desa Kaliwungu yaitu lahan kering dataran rendah iklim basah yang cocok untuk tanaman jambu biji. Selain dijual dalam bentuk segar, jambu biji juga diolah menjadi puree dan sari buah untuk meningkatkan nilai tambah produk. Jambu biji dengan kualitas unggul atau grade A dipasarkan dalam bentuk segar melalui Gapoktan KUAT maupun pedagang pengumpul, sedangkan jambu biji grade B diolah menjadi puree dan sari buah. 5.2 Struktur Organisasi Gapoktan KUAT memiliki struktur organisasi yang cukup lengkap, dimana tiap bagian subsistem agribisnis terdapat pengurus yang bertanggungjawab. Struktur organisasi Gapoktan KUAT dapat dilihat pada 60

78 Gambar 6. Pembentukan struktur organisasi ini dibuat untuk memperjelas pembagian tugas dalam menjalankan kegiatan di Gapoktan KUAT. Pengurus dari Gapoktan KUAT berasal dari warga Desa Kaliwungu yang merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok tani. Pengurus organisasi terdiri dari petani maupun pengurus kelompok tani yang dipilih atas dasar pemilihan langsung oleh perwakilan kelompok tani yang ada di Desa Kaliwungu dengan masa kerja pengurus selama 5 tahun. Seluruh kegiatan Prima Tani di Gapoktan KUAT berada dibawah tanggungjawab Kepala Dasa Kaliwungu. Untuk setiap subsistem agribisnis terdapat pengurus masing-masing yaitu seksi tanaman pangan bertanggung jawab pada seluruh aktifitas budidaya pisang rajalawe, padi gogo, dan jambu biji; seksi peternakan pada seluruh aktifitas usaha ternak kambing dan pengolahannya; seksi taruna tani dan wanita tani pada kegiatan yang dilakukan oleh taruna tani dan wanita tani; serta seksi pengolahan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional pengolahan jambu biji, pisang rajalawe, dan kripik jagung. Penanggung Jawab Kepala Desa Kaliwungu Ketua : Romsidi Wakil : Gunarso Sekretaris Akh. Suswandi & W. Purwanto Bendahara Suswati & Basti Lestari Seksi Tanaman Pangan Saryoto Seksi Peternakan Muharno Seksi Taruna Tani dan Wanita Tani Jumar, Rusmini Seksi Pengolahan Sodikin, Sarinem Saprodi Hadiman Seksi Pemasaran Supriyanto Gambar 6. Struktur Organisasi Gapoktan KUAT, di Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara 61

79 5.3 Unit Usaha Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Jambu biji merupakan komoditas unggulan dalam kegiatan Prima Tani di Desa Kaliwungu. Hal ini dikarenakan terdapat peluang pasar yang cukup besar bagi pengembangan usaha jambu biji mengingat di Jawa Tengah sendiri belum banyak terdapat sentra jambu biji. Sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu kawasan sebagai sentra jambu biji. Selain dipasarkan dalam bentuk segar, jambu biji juga diolah menjadi produk puree dan sari buah. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan nilai tambah produk. Jambu biji yang diolah merupakan jambu biji varietas getas yang sudah matang dengan kualitas kedua atau grade B. Kegiatan pengolahan jambu biji di Gapoktan KUAT mulai berjalan pada tahun Proses pembangunan unit pengolahan ini melibatkan berbagai pihak yaitu BPTP Jawa Tengah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (BB Litbang Petanian), Dinas Pertanian Jawa Tengah melalui PPL, dan Gapoktan KUAT. BPTP Jawa Tengah dan BB Litbang Petanian berperan dalam menyiapkan teknologi pengolahan, melakukan pembinaan teknis penggunaan teknologi tersebut, serta memantau dan mengevaluasi kegiatan pengolahan. Teknologi pengolahan berupa mesin-mesin, pendingin (freezer), dan peralatan pendukung lainnya merupakan inventarisasi yang berasal dari BPTP Jawa tengah dan Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan pengolahan ini dilakukan dengan teknologi semi manual yaitu menggunakan mesin pulper, spinner, mixing tank dan pasteurizer. Sedangkan untuk pabrik pengolahan dibangun oleh Dinas Pertanian Banjarnegara pada lahan milik pemerintah desa. Pabrik tempat pengolahan jambu biji berukuran 9x6 m digunakan sebagai tempat kegiatan proses produksi dan penyimpanan produk hasil olahan. Produk yang dihasilkan berupa puree dikemas dengan menggunakan botol pastik 300 gram yang disegel, sedangkan untuk sari buah dikemas dengan cup berukuran 200 ml. Produk puree dan sari buah jambu biji dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Produk ini diolah secara higienis dengan warna dan aroma asli serta pemanis gula pasir. Produk ini telah mendapatkan ijin dari Dinas Perindustrian Kabupaten Banjarnegara, serta mendapatkan nomor registrasi pengawasan kesehatan Depkes RI SP 356/11.10/2007 dari Dinas Kesehatan 62

80 Kabupaten Banjarnegara. Puree dan sari buah jambu dapat dikonsumsi sebagai minuman kesehatan karena kandungan vitamin C pada jambu bji merah 3-6 kali lebih banyak dibandingkan dengan buah jeruk segar. Kegiatan produksi puree dan sari buah di unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT masih belum dilakukan secara kontinu dan produksi juga masih dalam jumlah yang relatif sedikit. Pada tahun 2008 jumlah produksi hanya mencapai kurang dari lima persen dari kapasitas maksimum dalam berproduksi. Hal ini terkait dengan produk yang dihasilkan oleh unit usaha Gapoktan KUAT tergolong masih baru yang masih dalam tahap proses perijinan produk ke lembaga-lembaga yang berhubungan dengan keamanan produk pangan. Selain itu kondisi pemasaran produk yang masih terbatas di lokasi usaha dan sebagian wilayah di Kabupaten Banjarnegara, sehingga menyebabkan puree dan sari buah jambu biji yang diproduksi menyesuaikan dengan persediaan produk di pabrik. Dengan kondisi produk yang belum diproduksi secara kontinu, maka unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam kegiatan pemasaran puree dan sari buah. Terdapat beberapa permintaan dari industri olahan jambu biji, tempat wisata maupun rumah sakit yang belum dapat dipenuhi oleh unit usaha ini. Hal ini memungkinkan unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT untuk meningkatkan produksinya sehingga dapat memenuhi permintaan yang ada. Pada tahun 2008 jumlah produksi dari puree dan sari buah jambu biji di unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT adalah sebanyak botol puree dan cup sari buah. Dengan jumlah produksi ini, kebutuhan bahan baku jambu biji yang dibutuhkan yaitu sebanyak kilogram jambu biji. Dimana dari produksi yang dilakukan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT baru mampu menyerap sekitar 11,38 persen dari total produksi jambu biji grade B di Desa Kaliwungu. Dengan adanya ketersediaan bahan baku jambu biji yang belum dimanfaatkan oleh unit usaha jambu biji Gapoktan KUAT menjadi peluang bagi peningkatan jumlah produksi sehingga dapat memenuhi permintaan pasar. Kondisi ini menjadikan perusahaan memiliki rencana untuk dapat meningkatkan produksi hingga mencapai 30 persen dari kapasitas produksi maksimum. Dengan 63

81 peningkatan sebesar 30 persen unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT telah mencapai skala ekonomis (Gapoktan KUAT, 2009). Selain itu dengan peningkatan produksi hingga 30 persen ini kebutuhan bahan baku masih dapat dipenuhi dari produksi jambu biji yang ada di Desa Kaliwungu dan dapat menyerap hampir seluruh produksi jambu biji grade B yang ada di Desa Kaliwungu 64

82 VI ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar perlu dilakukan untuk mengetahui adanya peluang dan potensi pasar bagi suatu produk. Dalam aspek ini akan dikaji mengenai peluang pasar dan juga strategi pemasaran yang dilakukan menyangkut bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi Peluang pasar Budidaya jambu biji di Kabupaten Banjarnegara belum banyak dilakukan masyarakat secara optimal. Kebanyakan jambu biji yang dijual hanya buah jambu dalam keadaan segar. Kegiatan pengolahan jambu biji oleh Gapoktan KUAT menjadi usaha pengolahan pertama dan satu-satunya di Banjarnegara bahkan pada lingkup yang lebih luas yaitu di Karesidenan Banyumas. Sebagai usaha satusatunya, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi pengembangan usaha dimana masyarakat Kabupaten Banjarnegara maupun Karesidenan Banyumas dapat menjadi target pasar bagi produk olahan jambu biji yaitu puree dan sari buah. Puree jambu biji merupakan produk intermediate yang dapat dimanfaatkan oleh industri hilir maupun oleh konsumen akhir. Dalam industri, puree dapat dijadikan bahan baku bagi produk lain seperti dodol, jus, permen, dan lain-lain. Nilai jual puree jauh lebih tinggi dibandingkan produk segarnya. Dengan penggunaan bahan baku jambu biji kualitas kedua, maka melalui pengolahan nilai tambahnya akan meningkat. Namun selain itu, puree juga dapat langsung dinikmati oleh konsumen akhir sebagai selai ataupun sari buah dengan cara menambahkan air secukupnya. Pasar produk puree jambu biji masih sangat terbuka, baik ekspor maupun konsumsi dalam negeri. Selama ini kebutuhan puree masih banyak dipenuhi oleh produk impor. Hal ini dikarenakan di dalam negeri sendiri belum banyak yang melakukan pengolahan puree jambu biji. Volume dan nilai impor puree jambu biji dapat dilihat pada Tabel 7. Volume dan impor puree jambu biji hanya dilakukan hingga tahun 2003, untuk tahun berikutnya (hingga tahun 2008) volume dan nilai impornya sangat kecil atau tidak terdapat volume impor. Sedangkan untuk ekspor puree jambu biji hanya pernah dilakukan pada tahun 2003 dengan volume

83 kg atau senilai US$ (Departemen Perdagangan, 2009). Dengan adanya produk puree yang dihasilkan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT diharapkan dapat menjadi produk subtitusi impor. Tabel 7. Volume dan Nilai Impor Puree Jambu Biji Tahun No Tahun Volume (kg) Nilai (US$) Sumber : Depertemen Perdagangan, 2009 Sari buah jambu biji merupakan produk akhir berupa minuman siap saji dibuat dari bubur jambu biji yang ditambahkan air dan bahan tambahan lainnya. Untuk target pasar sari buah jambu biji sendiri adalah konsumen akhir yang langsung dapat mengkonsumsinya. Dengan sifat konsumen sekarang ini yang menginginkan kepraktisan maka dapat menjadi peluang pasar bagi produk sari buah jambu biji. Penjualan puree maupun sari buah jambu biji dari Gapoktan KUAT dari awal beroperasi yaitu tahun 2007 hingga 2008 menunjukkan nilai yang semakin meningkat. Pada tahun 2007 penjualan puree dan sari buah hanya sebanyak 621 kg dan lt, sedangkan untuk tahun 2008 dapat mencapai kg puree dan lt sari buah. Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan oleh unit usaha Gapoktan KUAT dapat diterima pasar dan terdapat peluang bagi pengembangan usaha dengan melakukan peningkatan produksi. Hingga saat ini produksi yang dilakukan oleh unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT masih dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari lima persen dari kapasitas produksi maksimum. Produksi dilakukan menyesuaikan dengan ketersediaan produk puree dan sari buah jambu biji yang ada di pabrik. Dimana produksi ini hanya dapat memenuhi permintaan konsumen di sekitar lokasi usaha yang membeli secara eceran maupun pesanan namun dalam jumlah yang kecil. 66

84 Unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT belum melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk kegiatan pemasaran produknya. Sehingga beberapa permintaan produk olahan jambu biji dari industri olahan jambu biji, tempat wisata, dan rumah sakit belum dapat dipenuhi oleh usaha pengolahan ini. Kondisi ini menunjukkan adanya peluang pasar bagi unit usaha pengolahan jambu biji untuk meningkatkan produksi puree dan sari buah jambu biji karena masih ada permintaan yang belum terpenuhi Strategi Pemasaran Dengan adanya kegiatan pengolahan jambu biji menjadi puree dan sari buah maka memungkinkan untuk memasarkan ke area yang lebih luas karena sifat produk yang lebih awet. Selain itu akan lebih memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya bahkan ketika jambu biji sedang tidak musim atau langka. Hal ini dapat menjadi keuntungan dalam memasarkan produk puree dan sari buah jambu biji. Hasil olahan jambu biji khususnya di Banjarnegara belum banyak dikenal oleh masyarakat khususnya untuk puree jambu biji. Karena itu perlu adanya bauran pemasaran yaitu strategi pemasaran yang dilakukan untuk memasarkan suatu produk. Bauran pemasaran ini terdiri dari empat komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi). 1) Product (produk) Produk olahan jambu biji yang dihasilkan oleh Gapoktan KUAT berbahan baku jambu biji varietas getas grade B yang telah mengalami penyortiran sehingga terpilih jambu yang matang dan tidak busuk. Hal ini dikarenakan bahan baku berupa jambu akan sangat mempengaruhi kualitas produk puree dan sari buah yang dihasilkan. Selain itu penggunaan jambu varietas getas yang memiliki keunggulan yaitu daging buahnya yang merah menyala, tebal, terasa manis, harum dan segar dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Puree dan sari buah jambu biji dikemas cukup menarik dengan merk dagang Pritanik. Puree dikemas dalam botol plastik berkapasitas 300 gram dengan ditempeli stiker dan disegel. Sedangkan untuk sari buah dikemas dalam gelas plastik berukuran 200 ml. Selain itu, kedua produk juga telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan dengan nomor registrasi Depkes RI SP 356/11.10/

85 Sehingga dengan kemasan yang baik dan produk yang dijamin keamanannya akan lebih menarik minat konsumen untuk mengkonsumsinya. 2) Price (harga) Harga yang ditawarkan oleh Gapoktan KUAT untuk produk pengolahan jambu biji ditetapkan untuk bisa menjangkau semua kalangan masyarakat. Selain itu target pasar dari produk olahan jambu biji tidak hanya kepada konsumen akhir, namun juga kepada industri pegolahan khususnya untuk produk puree. Harga jual dari puree adalah Rp 8.000,00 per botol atau per 300 gr, sedangkan untuk sari buah dijual dengan harga Rp 1.000,00 per cup. Harga puree lebih mahal dibandingkan sari buah karena puree merupakan bubur jambu tanpa campuran apapun. Penetapan harga produk berdasarkan pada biaya per produk ditambah dengan keuntungan yang ingin diperoleh usaha ini. Dengan adanya dua macam poduk olahan jambu biji dan variasi harga tersebut dapat memberikan alternatif pilihan bagi konsumen sesuai dengan kemampuan daya belinya. Sehingga diharapkan semua konsumen dapat menikmati produk olahan jambu biji ini. 3) Place (distribusi) Untuk saat ini distribusi puree dan sari buah dilakukan dengan cara penjualan langsung ke konsumen. Biasanya konsumen baik perorangan ataupun pesanan dari instansi pemerintah dan swasta akan langsung datang ke tempat penjualan produk Gapoktan KUAT yaitu di kantor Prima Tani Gapoktan KUAT atau di pabrik pengolahan. Namun untuk kedepannya, setelah produksi dapat dilakukan dengan kapasitas optimum, Gapoktan KUAT akan menjalin kerjasama dengan industri, tempat wisata, rumah sakit, dan restoran untuk memasarkan produknya. Hal ini dapat dilakukan melihat masih terdapat ketersediaan sumber daya khususnya bahan baku jambu biji yang mendukung unit usaha pengolahan jambu biji Gapoktan KUAT untuk meningkatkan produksinya. 4) Promotion (promosi) Agar produk lebih kenal oleh konsumen maka kegiatan promosi penting untuk dilakukan. Untuk mengenalkan produk puree dan sari buah jambu biji produksi Gapoktan KUAT, maka produk ini telah banyak diikutsertakan dalam pameran baik tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu promosi 68

86 dilakukan dari mulut ke mulut oleh konsumen yang telah mengetahui produk Gapoktan KUAT. Promosi juga dilakukan dengan menetapkan produk minuman hasil olahan Gapoktan KUAT sebagai well come drink Kabupaten Banjarnegara. Melalui Surat Bupati nomor 050/0949 tanggal 19 Maret 2008 juga menghimbau kepada lembaga/instansi untuk ikut serta mempromosikan dan menggunakan produk olahan Prima Tani khususnya sari buah jambu biji. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar diketahui bahwa potensi pasar bagi hasil pengolahan jambu biji baik puree maupun sari buah sangat potensial bagi pemasaran produk tersebut. Selain itu, sebagai usaha yang baru berjalan dengan produk yang belum banyak dikenal masyarakat, strategi pemasaran meliputi product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi) yang dilakukan oleh Gapoktan KUAT ikut mendukung pengembangan usaha. Dengan demikian, berdasarkan aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha pengolahan jambu biji ini layak untuk dilaksanakan. 6.2 Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, desain dan layout bangunan, proses produksi, teknologi pengolahan dan skala usaha. Berikut adalah hasil analisis pada setiap setiap kriteria aspek teknis Lokasi usaha Pemilihan lokasi sebagai tempat menjalankan kegiatan usaha merupakan hal yang penting agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Desa Kaliwungu merupakan wilayah dengan karakterisik yang sesuai bagi kegiatan budidaya jambu biji. Hal ini terbukti pada tahun 1980-an daerah ini menjadi sentra jambu biji dimana dalam satu hari dapat menghasilkan panen kurang lebih sebanyak satu ton. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Desa Kaliwungu dipilih sebagai lokasi usaha pengolahan jambu biji. Dengan lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku yaitu jambu biji maka akan lebih memudahkan dalam penyediaan bahan baku yang dibutuhkan secara kontinu. Desa Kaliwungu telah memiiliki fasilitas sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti sarana transportasi berupa jalan dan angkutan, sarana 69

87 komunikasi, listrik, dan air. Selain itu di desa ini banyak pemuda yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja pada pabrik pengolahan. Sehingga hal tersebut akan ikut mendukung kelancaran kegiatan usaha pengolahan jambu biji Layout bangunan Kegiatan proses produksi pengolahan jambu biji dilakukan pada bangunan pabrik dengan luas sekitar 54 m 2. Pabrik pengolahan ini dibangun pada lahan milik pemerintah desa yang diberi hak pakai dengan SK Kepala desa No. 05/VIII/2007 tanggal 3 Agustus 2007 (Gambar 7). Dengan ukuran bangunan yang tidak terlalu luas dan desain yang sederhana, ruangan ditata sesuai dengan alur produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan efisien. Pada bangunan ini hanya dibagi menjadi dua ruangan dimana ruang pertama sebagai tempat pemrosesan dan ruang lainnya sebagai tempat pengemasan dan penyimpanan produk. Gambar 7. Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Kegiatan pengolahan mulai dari sortasi, pengupasan buah hingga pasteurisasi dilakukan dalam satu ruangan yang selalu bersih dan steril. Setelah proses selesai, produk dikemas di ruangan lainnya yang disatukan dengan ruang penyimpanan untuk memudahkan dalam pengangkutan dari proses pengemasan ke proses penyimpanan dalam lemari pendingin. Layout bangunan dapat dilihat pada Gambar 8. 70

88 P R Pendingin A O C O K M Pintu PERALATAN masuk CUCI PENYARINGAN CUCI PULPER SPINER PASTEURISASI CUCI Gambar 8. Layout Bangunan Pabrik Pengolahan Jambu Biji Gapoktan KUAT Proses produksi Proses pengolahan jambu biji dilakukan secara mekanik menggunakan teknologi semi manual, yaitu dengan dibantu mesin pulper, spinner, mixing tank dan mesin pasteurisasi (Gambar 9). Mesin pengolahan ini memiliki kapasitas maksimum produksi 100 kilogram jambu biji per satu kali proses produksi. Dimana mesin dapat dioperasikan selama enam jam per hari. Sehingga kapasitas maksimum jambu biji yang dapat diolah setiap harinya adalah sebanyak 600 kilogram. 71

89 (1) (2) (3) Gambar 9. Mesin Pengolahan Jambu Biji (1) Mesin Pulper, (2) Mesin Spinner, (3) Mixing Tank dan Pasteurizer 72

90 Pengolahan jambu biji menjadi puree melalui beberapa tahapan yaitu sortasi, pencucian, pengupasan, pembuburan, penyaringan, pencampuran bahan tambahan, pasteurisasi serta pengemasan. Sedangkan untuk sari buah jambu biji dibuat berbahan dasar puree yang kemudian dilakukan pengenceran, pencampuran bahan tambahan, pasteurisasi, penyaringan dan pengemasan. Proses produksi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 10. Proses produksi dimulai dengan melakukan penyortiran untuk memilih buah jambu biji yang sudah matang, sehat, dan tidak busuk. Kemudian buah dicuci dengan air mengalir sambil digosok dengan kain bersih dan terakhir ditiriskan. Buah jambu yang telah bersih kemudian dikupas dan dipotong kecilkecil dengan pisau stainless, selanjutnya digiling dengan mesin pulper yang bertujuan untuk memisahkan biji buah dengan daging buah. Setelah dihasilkan daging buah jambu tanpa biji, kemudian dimasukkan ke mesin spinner untuk menghancurkan daging jambu menjadi bubur yang lebih halus. Tahapan selanjutnya, hancuran buah tersebut ditimbang dengan tujuan untuk menentukan bahan tambahan seperti gula pasir, asam sitrat, asam sorbat sesuai dengan ukurannya. Dimana setiap kg bubur jambu ditambahkan 125 g gula pasir, 1 gram asam sitrat, dan 0,25 gram asam sorbat. Penambahan asam sitrat dan asam sorbat bertujuan untuk mempertahankan warnanya. Pencampuran bahan dilakukan pada mixing tank berkapasitas 60 liter. Setelah semua bahan tercampur, kemudian dilakukan proses pasteurisasi pada mesin pasteurizer hingga mencapai suhu antara C. Setelah mencapai suhu C selama kurang lebih 15 menit puree siap untuk dikemas dalam botol kemasan yang telah disterilisasi. Sedangkan untuk proses pembuatan sari buah jambu biji merah yaitu dengan menambahkan air masak dengan perbandingan 1 liter puree dicampur air sebanyak 5 liter. Kemudian ditambah 750 g gula pasir, asam sitrat 6 g, dan asam sorbat 1,5 g ke dalam 1 kg puree yang telah dicampur air. Setelah proses pasteurisasi atau pemanasan hingga suhu C dilakukan penyaringan dengan kain kasa dan selanjutnya dikemas dengan gelas plastik. Proses terakhir adalah penyegelan gelas plastik dengan plastik seal cup. 73

91 Buah Jambu Biji Sortasi Pencucian Pengupasan Pembuburan Penyaringan Bahan tambahan Pencampuran Pemanasan C Pasteurisasi Puree Pengenceran Pembotolan Pencampuran Pasteurisasi Sari buah Pengemasan dalam cup Gambar 10. Proses Produksi Puree dan Sari Buah Jambu Biji 74

92 Setelah dikemas, baik puree maupun sari buah diawetkan dengan cara pendinginan atau pembekuan agar tidak mudah rusak. Puree dan sari buah dapat disimpan di dalam almari pendingin atau cooling storage (Gambar 11) dengan suhu 10 C. Penyimpanan puree dan sari buah dalam cooling storage dapat membuat awet selama kurang lebih enam bulan. Namun untuk daya simpan puree dalam penyimpanan beku dapat awet selama satu tahun. Gambar 11. Mesin Freezer Teknologi pengolahan Teknologi pengolahan jambu biji dilakukan secara mekanik dimana mesin-mesin pengolahan disediakan oleh BPTP Jawa Tengah. Untuk penggunaan teknologi tersebut dilakukan pelatihan teknis oleh pihak teknisi dari BPTP Jawa Tengah dan dibantu oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (BB Litbang Petanian). Dengan adanya pelatihan dan pantauan langsung maka lebih memudahkan bagi petani atau pihak Gapoktan KUAT untuk mengoperasikan peralatan pengolahan. Teknologi pengolahan ini terdiri dari mesin pulper, spinner, mixing tank, dan pasteurizer. Mesin pulper berfungsi sebagai pemisah antara daging dan biji buah jambu biji. Spinner digunakan sebagai penghancur buah dalam proses pembuburan buah, dengan kapasitas mesin 100 kg per jam. Mixing tank digunakan untuk mencampur bubur buah dengan bahan tambahan seperti gula, asam sitrat, dan asam sorbat. Tangki ini berkapasitas 60 liter dengan daya pengaduk sebesar 375 watt. Sedangkan untuk pasteurizer digunakan pada proses pasteurisasi yang berfungsi membunuh mikroba pathogen. Tangki pasteurisasi berkapasitas liter dengan daya pengaduk 200 watt dan menggunakan 75

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN OPTIMALISASI PRODUKSI PENGOLAHAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) (Kasus Gapoktan KUAT, Desa Kaliwungu, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah) SKRIPSI RIANA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor non migas merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat dibutuhkan Indonesia dalam mendukung perekonomian nasional. Selama beberapa tahun terakhir, sektor

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor) ANALISIS KELAYAKAN USAHA SERBUK MINUMAN INSTAN BERBASIS TANAMAN OBAT (Studi Kasus:Koleksi Taman Obat Dan Spa Kebugaran SYIFA, Bogor) Oleh: NADIA LARASATI UTAMI A14104085 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini karena sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

SKRIPSI DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H

SKRIPSI DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat) SKRIPSI DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Disamping peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering) Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A

OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A OPTIMALISASI PRODUKSI KARET OLAHAN RIBBED SMOKED SHEET (Kasus : Perkebunan Widodaren, Kabupaten Jember, Jawa Timur) OLEH JUVENA ELIZABETH A14103102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci