Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 Bab I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional merupakan satu-satunya institusi yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Kewenangan ini mencakup kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan serta kegiatan pelayanan publik, baik pelayanan kepada masyarakat, badan hukum swasta, sosial ataupun keagamaan serta institusi pemerintah. Sebagai institusi pelayanan publik, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pertanahan, salah satunya dengan melaksanakan inovasi-inovasi layanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat semakin memudahkan pekerjaan yang sebelumnya cukup panjang, lama dan kurang terintegrasi menjadi lebih efektif dan efisien. Efektif memiliki arti yaitu tepat sasaran serta sesuai waktu yang direncanakan, sedangkan efisien yaitu cepat dan mudah dalam proses dan setiap tahapan pelaksanaan. Diharapkan seiring kemajuan teknologi informasi maka pelaksanaan pelayanan dapat semakin efektif dan efisien khususnya pelayanan di bidang pertanahan. Pelaksanaan kerja yang efektif dan efesien diharapkan dapat diimplikasikan dalam bidang pengukuran dan pendaftaran tanah. Guna keperluan pendaftaran di Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional maka kebutuhan akan data spasial yang tunggal, up to date, serta terintegrasi semakin dibutuhkan. Melalui inovasi layanan diharapkan mampu menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat khususnya pada bidang pendaftaran tanah. Untuk menjawab tantangan pada sektor pelayanan publik khususnya di bidang pendaftaran tanah maka Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman khususnya membuat

2 2 produk teknologi inovasi bernama LARIS (Layanan Rakyat Istimewa). Mengingat Kabupaten Sleman sebagai kabupaten dengan tingkat permohonan sertipikasi yang paling padat serta dinamis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maka dibutuhkanlah pelayanan pendaftaran tanah yang efektif dan efisien. Suwito (2015) menyatakan bahwa LARIS merupakan perpaduan antara Aplikasi KKP-Web (Larasita) dengan Aplikasi Tata Kelola Dokumen Pertanahan Digital yang diyakini dapat meningkatkan kualitas pelayanan pertanahan. sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi istimewa karena dapat dilakukan dimanapun dengan cepat, mudah dan murah.. LOC (Land office Computerization) atau Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) yang dimulai sejak tahun 1997 merupakan program nasional untuk meningkatkan standar pelayanan khususnya di bidang pertanahan. Pelayanan LARIS dikhusukan untuk pemeliharaan data pendaftaran tanah (derivatif) serta mendukung KKP yang berbasis web untuk kegiatan dokumentasi yang dapat diimplemantasikan pada pendaftaran hak maupun membantu kegiatan teknis pengukuran. Penerapan teknologi ini diharapkan mempermudah baik dari BPN sebagai pelayan publik maupun masyarakat itu sendiri. Melalui uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pelayananan LARIS dalam pendaftaran tanah sehingga dapat diterapkan dan meningkatkan pelayanan publik di instansi terkait. I.2. Rumusan Masalah 1. Seberapa efektif pelaksaan kerja pada produk layanan LARIS? 2. Bagaimana penerapan teknologi LARIS dalam mendukung kegiatan pengukuran? 3. Seberapa efektif pelaksanaan LARIS pada masyarakat? I.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengevaluasi efektifitas pelaksanaan kerja pada pelayananan dokumen atau pemeliharaan data pendaftaran tanah melalui adanya LARIS 2. Untuk mengevaluasi penerapan teknologi LARIS dalam mendukung pelaksanaan pengukuran 3. Untuk mengevaluasi efektifitas pelayanan LARIS pada Masyarakat

3 3 I.3. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan masukan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman serta instansi terkait dalam melakukan inovasi-inovasi layanan pertanahan. 2. Dapat digunakan sebagai referensi ilmu pengetahuan, khususnya bidang pertanahan. I.4. Tinjauan Pustaka Sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang terkait pemanfaatan teknologi dan komputerisasi kantor pertanahan khususnya dalam pendaftaran tanah, seperti yang dilakukan Patriot Ginanjar Satriya (2014) dan Klaus Deininger (2009). Klaus Deininger (2009) melalui papernya melakukan analisa pengaruh pendaftaran hak secara digital di Andhra Pradesh, India terhadap akses kredit pinjaman melalui bank. Melalui program pendaftaran tanah secara digital bernama CARD (Computer-Assisted Registration of Deeds) maka dapat diakses informasi pribadi akan kepemilikan properti. Penelitian ini menggunakan data perbankan serta volume bidang tanah yang telah didaftarkan secara digital dari tahun Dalam penelian tersebut menggunakan metode perbandingan antar dua variabel. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan akses pengajuan kredit dan kegiatan perbankan setelah komputerisasi pendaftaran tanah. Patriot Ginanjar Satriya (2014) melalui skripsinya melakukan evaluasi terhadap pemanfaatan GEO KKP terhadap proses sertipikasi tanah. GEO KKP merupakan sistem pelayanan pertanahan yang telah terkomputerisasi, sehingga data tentang bidang tanah baik tekstual maupun spasialnya dapat terintegrasi dengan baik secara nasional dan menjadi standar pelayanan yang diluncurkan oleh BPN RI. Penelitianan ini menggunakan data base yang dibangun melalui GEO KKP yang dikaji terhadap efektifitas proses pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal. Kemudian penelitian ini membandingkan kajian efektifitas penerbitan sertipikat sebelum dan sesudah adanya GEO KKP. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemanfaatan GEO KKP pada Kantor Pertanahan Kabupaen Kendal sudah efektif.

4 4 I.5. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan masalah untuk melakukan kajian pemanfaatan LARIS yang fokus dan sesuai dengan tujuan penelitian. Batasan masalah pada penelitian adalah sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian adalah Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman. 2. Data yang digunakan merupakan dokumen fisik maupun data digital pendaftaran yang diakses melalui database Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman menggunakan situs berbasis web. 3. Analisa penelitian dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan LARIS dalam mendukung kegiatan pendaftaran hak tanah, kegitan pengukuran maupun efektifitas pelayanan di lingkungan masyarakat. 4. Kegiatan pendaftaran hak tanah dimaksud merupakan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah serta efektifitas LARIS dalam pelaksanaanya. I.6. Landasan Teori I.6.1. Definisi efektifitas Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, efektifitas didefinisikan sebagai berhasil guna (tentang usaha tindakan), dapat membawa hasil, manjur atau mujarab (tentang obat), ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan). Sedarmayanti (2001) mendefinisikan efektifitas sebagai suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Keban (2004) mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif kalau tujuan organisasi atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. Nilai-nilai yang disepakati bersama antara para stakeholders dari organisasi yang bersangkutan Dari pengertian efektifitas yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berarti tercapainya sasaran, target tujuan dengan menggunakan waktu sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya sesuai kualitas yang diharapkan.

5 5 Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelayanan di bidang pertanahan maka BPN RI mengeluarkan prosedur/ tata cara pelayanan yang lebih dikenal dengan standar pelayanan pertanahan atau SOP yang diatur dalam Peraturan Kepala BPN Nomor 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Standar pelayanan meliputi : 1. Persyaratan, merupakan persyaratan pelayanan yang harus dipenuhi oleh pemohon agar berkasnya dapat diproses lebih lanjut. 2. Biaya, merupakan tarif wajib yang dikenakan pada pemohon sesuai perundang-undangan tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku di lingkungan BPN RI. 3. Waktu, merupakan jangka waktu penyelesaian pelayanan pertanahan terhitung sejak penerimaan berkas lengkap dan telah lunas pembayaran biaya sesuai tahapan layanan yang ditetapkan. Jangka waktu dimaksud ialah jangka waktu terlama untuk penyelesaian masing masing jenis pelayanan pertanahan yang dihitung berdasarkan hari kerja. 4. Prosedur, merupakan tahapan proses pelayanan untuk masing masing jenis pelayanan pertanahan. I.6.2. Pendaftaran tanah Berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 pasal 19 pendaftaran tanah meliputi : 1. Pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah 2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut 3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Pelayanan pendaftaran tanah sebagai berikut : a) Pendaftaran tanah pertama kali meliputi: 1. Pengumpulan dan proses data fisik; 2. Pembuktian dan pembukuan hak; 3. Penerbitan sertipikat; 4. Informasi data fisik dan yuridis;

6 6 5. Dokumentasi. b) Pemeliharaan data pendaftaran meliputi : 1. Perubahan dan peralihan hak; 2. Hipotek; 3. Pemecahan dan penggabungan bidang tanah. Menurut PP no 24 tahun 1997 Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. I.6.3. Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah Berdasaran PP 24/1997 Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, daftar surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Berdasarkan Pasal 36 PP 24/1997, pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Perubahan fisik terjadi kalau diadakan pemisahan, pemecahan, atau penggabungan bidang-bidang tanah yang sudah didaftar. Perubahan data yuridis terjadi misalnya jika diadakan pembebanan atau pemindahan hak atas bidang tanah yang sudah didaftar. Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan data fisik atau data yuridis tersebut kepada Kantor Pertanahan dan Kabupaten/Kota setempat untuk dicatat dalam buku tanah. Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah, terdiri atas: 1 Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak, meliputi : a. pemindahan hak dengan lelang

7 7 b. peralihan hak karena pewarisan c. peralihan hak karena penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi d. pembebanan hak e. penolakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak 2 Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya, meliputi: a. perpanjangan jangka waktu hak atas tanah; b. pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang tanah c. pembagian hak bersama; d. hapusnya hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun e. peralihan dan hapusnya hak tanggungan; f. perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan; g. perubahan nama. I.6.4. Pengukuran dan pemetaan kadastral Berdasarkan PP no 24 tahun 1997 pasal 14, pengukuran dan pemetaan kadastral merupakan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik. Rangkaian Kegiatan pengukuran dan pemetaan untuk pendafataran tanah meliputi : 1. Pembuatan peta dasar pendaftaran; 2. Penetapan batas bidang-bidang tanah; 3. Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran; 4. Pembuatan daftar tanah; 5. Pembuatan surat ukur ; Pengukuran Bidang tanah pada dasarnya menjadi Tanggung jawab Kepala Kantor Pertanahan yang pendelegasian wewenang kepada: 1. Petugas Ukur/ Juru Ukur 2. Surveyor Kadastral Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 Tahun 1998 Surveyor Kadastral adalah seseorang yang mempunyai keahlian di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral dan kemampuan mengorganisasi pekerjaan

8 8 pengukuran dan pemetaan kadastral, yang diberi kewenangan untuk melakukan pekerjaan pengukuran dan pemetaan kadastral tertentu dalam rangka pendaftaran tanah, baik sebagai usaha pelayanan masyarakat sendiri maupun sebagai pegawai badan hukum yang berusaha di bidang pengukuran dan pemetaan.dengan kata lain tugas pengukuran dan pemetaan dapat dilakukan oleh pihak swasta, dalam hal ini surveyor berlisensi yaitu Surveyor Kadastral dan Asisten Surveyor Kadastral. Ruang lingkup pekerjaan Kadastral adalah melaksanakan usaha jasa pelayanan kepada masyarakat dengan : 1. melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sporadis;. 2. melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka pemisahan, pemecahan dan penggabungan bidang tanah I.6.5. Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) KKP merupakan proses pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan penyajian data yang difasilitasi untuk lebih mudah dan lebih cepat dengan kehadiran teknologi informasi khususnya pengembangan sistem data base untuk meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan. Land Office Computerization (LOC) atau Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) memiliki tujuan untuk menciptakan tertib administrasi pertanahan, meningkatkan dan mempercepat pelayanan dibidang pertanahan, meningkatkan kualitas informasi pertanahan BPN, untuk mempermudah pemeliharaan data pertanahan, menghemat space / storage untuk penyimpanan data-data pertanahan dalam bentuk digital (paperless), meningkatkan kemampuan SDM pegawai BPN dibidang teknologi informatika / komputer, melakukan standarisasi data dan sistem informasi dalam rangka mempermudah pertukaran informasi pertanahan serta menciptakan suatu sistem informasi pertanahan yang handal. Fitur yang digunakan pada pada KKP digunakan untuk monitoring pelayanan pertanahan itu sendiri. Dengan adanya sistek KKP pimpinan di Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah BPN Propinsi maupun Kantor Pusat BPN RI dapat memonitor pelaksanaan pelayanan pertanahan, baik pelayanan rutin, pelaksanaan APBN

9 9 maupun LARASITA serta kinerja pelayanan, dapat mengetahui informasi dokumen pertanahan (Buku Tanah, Surat Ukur, Persil, Gambar Ukur) serta kualitas data pertanahan, baik data tekstual tentang subyek, obyek dan asal-usul perolehan hak maupun data spasial tentang letak, luas dan bentuk obyek hak serta peta pendaftaran. I.6.6. Inovasi Layanan Pertanahan Inovasi layanan pertanahan dimaksudkan untuk memberikan layanan yang lebih baik (layanan prima) kepada masyarakat/badan hukum serta stake holder, baik mengenai persyaratan, prosedur, waktu maupun biaya layanan, serta terwujudnya transfaransi dan akuntabiltas layanan pertanahan. Inovasi layanan ini diawali dengan disusunnya standarisasi persyaratan, prosedur, waktu dan biaya layanan pertanahan serta dimulainya pembangunan sistem komputerisasi layanan pertanahan pada tahun Berbagai inovasi telah dilaksanakan baik oleh BPN, untuk tingkat nasional, inovasi yang telah diterapkan antara lain : Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), Layanan jemput bola atau LARASITA, Quick Service, One Day Service, Layanan malam hari, Weekend Service, Layanan Tujuh Menit (Lantum), sistem pembayaran non tunai, SMS Pertanahan dan yang terbaru layanan Semua layanan ini dilaksanakan pada BPN Pusat, Kantor Wilayah BPN Propinsi maupun Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Inovasi layanan publik di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional menjadi kegiatan yang berkelanjutan (continous improvement) seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta meningkatnya harapan masyarakat/badan hukum pengguna layanan sehingga memberi kesempatan sebesar besarnya kepada tingkat daerah untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui layanan inovasi. I.6.7. LARIS LARIS merupakan produk inovasi oleh Kantor Pertanahan kabupaten Sleman untuk mendukung programan KKP. LARIS pada dasarnya program tata kelola dokumen untuk pendaftaran tanah yang bertujuan untuk membuat proses pembaruan

10 10 data pendaftaran tanah yang lebih efisien serta mendukung kegiatan pelaksanaan pengukuran dengan membuat basis data yang saling terintegrasi yang mendukung KKP itu sendiri. LARIS digunakan untuk mendukung KKP dalam mempermudah proses pekerjaan pendaftaran yang dapat diakses melalui internet. Sumber data yang digunakan berupa salinan grafik dari : 1. Surat Ukur/ gambar ukur 2. Warkah 3. Buku tanah Untuk pelayanan dokumentasi, program LARIS ditujukan langsung kepada masyarakat yang dapat dilayani melalui kantor pertanahan BPN Sleman maupun langsung ke lapangan di lokasi pemohon yang telah dijadwalkan oleh Kantor BPN Sleman. Dalam membantu pelaksanaann pekerjaan dilakukan dengan penggunaan internet melalui situs web yang diakses oleh petugas kantor yang berwenang dan terintegrasi dengan sistem KKP. Pelayanan dokumen dilakukan dalam satu hari dengan ruang lingkup pelayanan berupa : 1 Roya Penghapusan Hak Tanggungan atas suatu hak atas tanah atau sertipikat. 2 Pengecekan Pengecekan dimaksud untuk mengetahui keaslian data fisik dan data yuridis atas tanah. Pengecekan dilakukan dengan mencocokan sertipikat dengan buku tanah yang disimpan pada arsip Kantor Pertanahan Sleman. 3 Jual-beli Kantor pertanahan memiliki wewenang untuk melakukan pencatatan balik nama atas peralihan hak atas tanah yang melalui kegiatan jual beli. 4 Peningkatan Hak Guna Bangunan (HGB) ke Hak Milik (HM) HGB berdiri di atas tanah negara sehingga mempunyai batasan-batasan. Untuk meningkatkan status kepemilikan hak atas tanah tersebut menjadi HM maka perlu diajukan permohonan ke kantor pertanahan setempat. Dalam rangka mendukung kegiatan pengukuran, melalui program LARIS maka data pendukung yang digunakan oleh petugas ukur untuk kegiatan di lapangan dapat diberikan secara cepat karena terhubung oleh akun masing-masing pada situs

11 11 web LARIS. Selain itu LARIS juga memfasilitasi dalam pemantauan pekerjaan pelaksanaan pengukuran. Semua ini difasilitasi menggunakan situs web yang hanya dapat diakses oleh petugas kantor pertanahan sehingga koordinator dapat memantau dari mana saja dan kapan saja pelaksanaan pekerjaan pertanahan. Tampilan utama situs web dari LARIS sendiri ditampilkan pada gambar 1.1 berikut : Gambar I. 1 Halaman utama websites LARIS Pada masyarakat situs web LARIS juga dapat diakses untuk mengecek perjalanan berkas permohonan sehingga tidak perlu repot untuk ke kantor. Melalui situs web ini juga masyarakat dapat memperoleh informasi terkai syarat dan kelengkapan, biaya, dll dalam kegiatan pendaftan tanah. Sosialisasi secara langsung juga dilakukan guna menjangkau masyarakat. I Jenis Pelayanan LARIS Pelayanan yang dilakukan dalam ruang lingkup program LARIS saat ini adalah sebagai berikut:

12 12 1. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi pada program LARIS maupun produk layanan pertanahan yang ada di Kantor Pertanahan Sleman 2. Pelayanan dokumen dan pemeliharaan data Pelayanan dokumen dimaksud dengan memanfaatkan data arsip dalam bentuk digital dan dikelola untuk membantu pelaksaan pendaftaran tanah. 3. Pelayanan di luar kantor Melakukan pelayanan dokumen seperti yang dimasudkan sebelumnya yang seluruh kegiatannya dilakukan di luar Kantor Pertanahan Sleman. Selain itu dilakukan kegiatan sosialialisasi dan interaksi langsung pada masyarakat yang berada jauh dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman Sosialisasi kegiatan LARIS Bentuk kegiatan sosialisasi yang dilakukan untuk mengenalkan program LARIS maupun informasi terkait pelayanan pertanahan lainnya. Kegiatan sosialisasi dibagi sebagai berikut : 1. Sosialisasi dengan komunikasi langsung Pada kegiatan sosialisasi dengan komunikasi langsung dengan cara tatap muka. a. Seminar Kantor Pertanahan Sleman turut serta dalam seminar nasional layanan inovasi kantor pertanahan. Melalui seminar ini diharapkan mampu memacu kantor pertanahan agar terus berinovasi untuk memberikan pelayanan optimal di wilayah kerja masing masing. Kantor Pertanahan juga aktif untuk mengundang seminar b. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan di tingkat desa atau kecamatan. Penyuluhan dilakukan dapat melalui camat atau kepala desa langsung ke pada masyarakat maupun langsung ke masyarakat. Penyuluhan dapat dilakukan di balai desa maupun balai pertemuan kecamatan yang sebelumnya telah dilakukan pemberitahuan atau surat edaran terlebih dahulu. c. Stan informasi

13 13 Pembuatan stan dilakukan untuk menjangkau masyarakat luas secara langsung di luar jam kantor. Pemilihan lokasi stan yaitu Car Free Day yang diselengarakan di sepanjang jalan P. Mangkubumi kota Yogyakarta. Selain itu stan juga diselenggarakan pada Lapangan Denggung Sleman. Untuk waktu pelaksaan sendiri dilakukan pada hari minggu pagi untuk menarik banyak minat masyarakat sekitar. Melalui stan ini masyarakat dapat bertanya langsung kepada petugas serta disediakan juga brosur dan spanduk di lokasi tersebut. 2. Sosialisasi tidak langsung a. Media internet Melalui internet dan sosial media masyarakat dapat menjangkau informasi mengenai pertanahan. Melalui akun sosial media twitter dengan dapat dilihat informasi terbaru. Selain itu masyarakat dapat mengakses situs untuk mengetahui informasi persyaratan maupun info berkas. Melalui layanan info berkas pada website ini maka kita dapat mengetahui proses berkas kita sejauh mana tanpa harus datang ke kantor langsung. b. Media cetak Melalui media cetak khususnya koran maka Kantor Pertanahan memberi jawaban langsung surat pembaca mengenai infornasi pertanahan. c. Pembagian Leaflet/ brosur Ada beberapa brosur yang disediakan oleh Kantor Pertanahan Sleman. Brosur ini bertujuan mengenalkan produk layanan yang ada pada Kantor Pertanahan Sleman. Brosur ini diletakan di loket informasi Kantor Pertanahan Sleman. Selain itu brosur juga dibagikan saat penyuluhan maupun di stan ataupun layanan keliling. d. Pemasangan baliho dan Spanduk Pemasangan baliho di tempat strategis maupun saat pelayanan keliling.

14 14 I Prosedur kegiatan LARIS berikut : Prosedur kegiatan pelayanan dokumen LARIS dijelaskan melalui gambar I.2. Sertifikasi Pemohon Pengecekan Back Office /dokumen lain Data Arsip Gambar I. 2 Diagram alir prosedur pelaksanaan LARIS Diagram di atas dapat dijelaskan melalui uraian sebagai berikut: 1. Pemohon melakukan pendaftaran pelayanan LARIS 2. Pengecekan persyaratan oleh petugas loket apabila ada kekurangan agar dikembalikan ke pemohon untuk dilengkapi. Apabila syarat telah lengkap maka dilanjutkan ke bagian back office, 3. Back office sebagai pelaksana kegiatan. Back office akan melakukan input tekstual dan pelimpahan kerja sampai ke tingkat lebih tinggi.. Pelimpahan pekerjaan dilakukan untuk memeriksa pekerjaaan secara ulang dan setelah ditanda tangani oleh Kepala Kantor atau penjabat terkait maka produk dihasilkan berupa sertipikat atau dokumen lain. 4. Sertipikat / dokumen lain akan dikembalikan ke pemohon. Salinan sertipikat atau dokumen akan disimpan oleh Kantor Pertanahan Sleman sebagai data arsip 5. Data arsip yang ada akan disimpan serta dikelola. Pelunya pengolalaan yang baik karena data arsip digunakan sumber data dan informasi pengurusan sertipikat. Kegiatan pengecekan lebih efektif melalui adanya data arsip digital yang difasilitasi melalui adanya LARIS. Pada tahap pengecekan yang dilakukan tanpa melalui database LARIS proses pelaksanaan pencarian dilakukan secara manual. Hal

15 15 ini dapat memungkinkan adanya faktor kesalahan manusia yang menyebabkan arsip rusak atau hilang. Hal ini tejadi akibat adanya arsip yang tercecer saat pencarian ataupun rusak saat penyalinan oleh petugas ukur. Selain itu faktor bencana alam juga dapat menyebabkan hilangnya data arsip yang ada. I Basis data LARIS LARIS sebagai basis data yang digunakan untuk mendukung KKP dengan tujuan mempermudah kegiatan pendaftaran tanah dijelaskan melalui gambar 1.3 sebagai berikut : Imagery /Data visual hasil scnning Gambar I. 3 Diagram alir basis data LARIS

16 16 Diagram di atas dijelaskan melalui uraian berikut : 1. Dokumen arsip berisi dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan data yuridis bidang tanah yang dipergunakan sebagai dasar pendaftaran atas suatu bidang tanah. 2. Scanning merupakan kegiatan untuk mengubah dokumen arsip ke dalam bentuk digital. 3. Imagery merupakan data visual. Data visual dari setiap dokumen arsip disimpan dan dikelola sehingga menjadi basis data. Data visual ini diperoleh melalui proses scanning. 4. Basis data LARIS merupakan kumpulan informasi yang disimpan dan dikelola sehingga mempermudah dalam mengakses, mengatur serta memperbarui data khususnya dalam membantu pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman. 5. Basis data LARIS mendukung dalam administrasi. Administrasi dimaksud berupa pelimpahan tugas secara digital kepada petugas terkait. 6. Basis data LARIS mendukung dalam kendali mutu pelaksanaan kerja. Melalui basis data LARIS perlu dilakukan validasi pekerjaaan sebelum dokumen pekerjaan menuju tahap selanjutnya ataupun dikembalikan ke petugas terkait, selain itu pada fungsi pengawasan kerja maka basis data LARIS memfasilitasi untuk memantau produktivitas kerja pegawai. 7. Back office sebagai pengguna basis data serta pelaksana. Back office bertugas melakukan input data maupun updating. 8. Produk akhir yang dihasilkan berupa sertipikat atau dokumen lain. Dokumen dan sertipikat yang dihasilkan akan dikembalikan ke pemohon dan salinannya akan disimpan sebagai arsip kantor pertanahan kabupaten Sleman.

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Organisasi Badan Pertanahan Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, yang mempunyai tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dibumi khusunya manusia. Oleh karena itu, manusia menggunakan tanah

BAB I PENDAHULUAN. ada dibumi khusunya manusia. Oleh karena itu, manusia menggunakan tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan makhluk hidup yang ada dibumi khusunya manusia. Oleh karena itu, manusia menggunakan tanah untuk bercocok tanam, tempat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Dengan memperhatikan hasil penelitian dan analisis terhadap Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Perpres No 10 Tahun 2006 dan Perpres No 20 tahun 2015 dalam hal Perumusan

Lebih terperinci

Inovasi Layanan Pertanahan BPN

Inovasi Layanan Pertanahan BPN Inovasi Layanan Pertanahan BPN Penggagas/Inovator Nama Editor : Kementerian Agraria & Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional : A.A. Sri Astiti Tantangan Perbaikan Layanan Publik bidang Pertanahan Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Pelayanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Pelayanan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada pemerintah. Tuntutan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seorang tersebut Aryono Prihandito (1988) yang mengungkapkan Peta

BAB II LANDASAN TEORI. seorang tersebut Aryono Prihandito (1988) yang mengungkapkan Peta BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peta Pendaftaran Peta pendaftaran merupakan gabungan kata dari Peta dan Pendaftran tanah. Pengertian peta menurut beberapa ahli sangat banyak dan beragam, salah seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Sertipikat Pada dasarnya istilah sertipikat itu sendiri berasal dari bahasa Inggris Certificate yang berarti ijazah atau Surat Keterangan yang dibuat oleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang ber-kelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Sleman 2.1.1. Letak Wilayah Kabupaten Sleman merupakan salah satu bagian integral dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri atas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara yang corak kehidupan serta perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, sebagian besar kehidupan rakyatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peningkatan Pembangunan Nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan bidang agraria dapat dipandang sebagai penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan bidang agraria dapat dipandang sebagai penyelenggaraan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan bidang agraria dapat dipandang sebagai penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang berkaitan dengan organisasi publik yang memerlukan kepemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN AGRARIA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN DI KAWASAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata No.1275, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. PRONA. Percepatan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan.

BERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan. No.1042, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENDAFTARAN TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA LATAR BELAKANG PENDAFTARAN TANAH Belum tersedia Hukum Tanah Tertulis yang Lengkap dan Jelas Belum diselenggarakan Pendaftaran Tanah yang Efektif

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PENDAFTARAN TANAH RH

PENDAFTARAN TANAH RH PENDAFTARAN TANAH RH Menurut Boedi Harsono yang dimaksud dengan pendaftaran tanah adalah : Merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan secara teratur, terus menerus untuk mengumpulkan, menghimpun

Lebih terperinci

PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI

PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014

PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014 PUBLIKASI KINERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BOGOR Edisi : Selasa, 9 Desember 2014 Dalam upaya mewujudkan Visi Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 yaitu Kabupaten Bogor menjadi Kabupaten Termaju di

Lebih terperinci

PROPOSAL PENAWARAN SISTEM INFORMASI IZIN CETAK MANDIRI

PROPOSAL PENAWARAN SISTEM INFORMASI IZIN CETAK MANDIRI PROPOSAL PENAWARAN SISTEM INFORMASI IZIN CETAK MANDIRI DAFTAR ISI Pendahuluan... Tentang Aplikasi... Manfaat Aplikasi... Fitur - Fitur Aplikasi... Layanan dan Dukungan... Screenshot Aplikasi... Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berurusan dengan sertifikat tanah. Dalam pembuatan sertifikat tanah Badan

BAB I PENDAHULUAN. yang berurusan dengan sertifikat tanah. Dalam pembuatan sertifikat tanah Badan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN RI) merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang agraria atau pertanahan dan menangani halhal

Lebih terperinci

Nomor : Kepada Yth. : Lampiran : Sdr. Kepala Kantor Wilayah Perihal : Pengenaan Tarif Pelayanan BPN Propinsi Pengukuran dan Pemetaan, di -

Nomor : Kepada Yth. : Lampiran : Sdr. Kepala Kantor Wilayah Perihal : Pengenaan Tarif Pelayanan BPN Propinsi Pengukuran dan Pemetaan, di - KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 31 Juli 2003 Nomor : 600-1900 Kepada Yth. : Lampiran : Sdr. Kepala Kantor Wilayah Perihal : Pengenaan Tarif Pelayanan BPN Propinsi Pengukuran dan Pemetaan, di

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya masih bercorak agraris dan sebagian besar

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2016 KEMEN-ATR/BPN. KEK. Pengaturan ATR/Pertanahan. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA

BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA BAB III DESKRIPSI PLA DAN PELAKSANAAN PLA 3.1 Sejarah Singkat Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Badan Pertanahan Nasional merupakan suatu lembaga yang dibentuk tanggal 19 Juli 1988, berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG LARASITA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Implementasi Program One Day Service Di Kabupaten Bantul Tahun

BAB III PEMBAHASAN. A. Implementasi Program One Day Service Di Kabupaten Bantul Tahun BAB III PEMBAHASAN A. Implementasi Program One Day Service Di Kabupaten Bantul Tahun 2014-2015 Badan Pertanahan Nasional telah melaksanakan program One Day Service, program inimerupakan program nasional

Lebih terperinci

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan BPN dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Berdasarkan keputusan presiden nomor 96/M/1993 tentang pembentukan Kabinet Pembangunan IV kegiatan pertanahan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-menerus,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 1 BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL 3.1. PENGERTIAN PENDAFTARAN TANAH Secara general, pendaftaran tanah adalah suatu kegiatan administrasi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelayanan rakyat saat ini menjadi isu kebijakan yang semakin strategis, karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung berjalan di tempat. Sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

I. PENDAHULUAN. kedudukan akan tanah dalam kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak-hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, makin padat penduduknya akan menambah lagi pentingnya kedudukan akan tanah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar dan penting dalam kehidupan manusia, sehingga dalam melaksanakan aktivitas dan kegiatannya manusia selalu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Organisasi Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan PerkembanganPerusahaan Pengiriman tenaga kerja di luar negeri sangat dirasakan manfaatnya, selain untuk memperoleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.470, 2015 KEMENLHK. Usaha Pemanfaatan. Karbon. HutanProduksi. Hutan Lindung. Perizinan. Tata Cara PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA 17 /PER/M.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA 17 /PER/M. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 17 /PER/M. KOMINFO/03/2009 TENTANG DISEMINASI INFORMASI NASIONAL OLEH PEMERINTAH,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

BAB II LANDASAN TEORI. berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pemerintah menggariskan bahwa penyelenggaraan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Lebih terperinci

PELAYANAN PRIMA DITJEN PPI

PELAYANAN PRIMA DITJEN PPI PELAYANAN PRIMA DITJEN PPI 1. PELIMPAHAN KEWENANGAN 2. CALL CENTER 159 3. PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) 4. E - LICENSING Kunci Peningkatan Pelayanan Publik INOVASI ASN Kunci Peningkatan Pelayanan

Lebih terperinci

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 24/1997, PENDAFTARAN TANAH *35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. xi

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah 12 1.3 Tujuan Penelitian. 13 1.4 Manfaat Penelitian.. 14 1.5 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA BLOKIR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktifitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki

Lebih terperinci

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU

PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU PELAYANAN ONLINE PERTANAHAN DAN PERALIHAN HGB TERTENTU DI WILAYAH TERTENTU DIREKTORAT JENDERAL HUBUNGAN HUKUM KEAGRARIAAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Landasan Hukum

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia manusia membutuhkan tanah untuk tempat tinggal dan sumber kehidupan. Manusia

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.1112, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Blokir dan Sita. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR - 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr

2018, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Tr No.45, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Penyelenggaraan TIK. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : IMPLEMENTASI LAYANAN 70-70 DI BIDANG PERTANAHAN (Studi di ) Johanes Prima Cahya*, Ana Silviana, Sukirno Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail : primacahya12@gmail.com

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak agraris. Bagi masyarakat Indonesia tanah merupakan sumber penghidupan dan dalam kesehariannya masyarakat

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI MELALUI PROGRAM LARASITA DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BOGOR

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI MELALUI PROGRAM LARASITA DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BOGOR PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI MELALUI PROGRAM LARASITA DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BOGOR Aan Tianlajanu, Albi Aria Padmanaba, dan Dwi Nanda Ayuningtyas Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN

-1- URAIAN JABATAN FUNGSIONAL UMUM DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN -1- LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Bumi ini manusia memiliki ketergantungan dengan tanah yang dimilikinya, sehingga manusia memiliki hak dan kewajibannya dalam mengelola dan memanfaatkan segala yang

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017 PENDAFTARAN TANAH MENGGUNAKAN SISTEM PUBLIKASI NEGATIF YANG MENGANDUNG UNSUR POSITIF MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH 1 Oleh: Anastassia Tamara Tandey 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI KKP PROSEDUR LAYANAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP

PANDUAN APLIKASI KKP PROSEDUR LAYANAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP PANDUAN APLIKASI KKP PROSEDUR LAYANAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP PUSAT DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN, TATA RUANG DAN LPPB KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jan 2017

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2013 BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Tanah. Pelaksanaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI 1. VISI BPM-P2TSP KAB. KEDIRI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan dari suatu lembaga/institusi yang harus dibawa

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FASILITASI PRA DAN PASKA SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH UNTUK MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Tanah dari tahun ke tahun memiliki fungsi dan nilai ekonomis yang tinggi, dapat terlihat dari semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah

Lebih terperinci