3.6 ALIH FUNGSI LAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.6 ALIH FUNGSI LAHAN"

Transkripsi

1 laut, batu dan terumbu karang dan lain lain) dilakukan kegiatan patroli laut bekerjasama dengan pihak Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan. b. Membentuk dan menumbuhkan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang anggotanya kelompok kelompok nelayan pesisir untuk mengawasi setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan dan Kelautan terutama kegiatan yang tidak wajar seperti Pengambilan/merusak Turumbu Karang dan mangrove, Bom Ikan dan lain lain, bekerjasama dengan pihak Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan 3.6 ALIH FUNGSI LAHAN Seperti pada kabupaten lainnya yang juga melaksanakan pembangunan di segala bidang, mutasi lahan sawah menjadi lahan non (bukan) sawah tidak dapat dihindarkan. Alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten Jembrana meliputi lahan kering/kebun, tambak, perumahan/ pemukiman dan kebutuhan lainnya. Rata rata mutasi lahan sawah dari tahun 2002 s/d 2006 sejumlah 281,5 hektar per tahun. Sedangkan mutasi lahan sawah menjadi non sawah dari tahun 2006 s/d 2007 terjadi hanya 49 hektar dan dari tahun 2007 s/d 2008 terjadi alih fungsi lahan seluas 72 hektar. Mutasi lahan sawah Tahun 2009 terjadi pengurangan dan bahkan lahan sawah yang dulunya berkurang sekarang mengalami peningkatan dimana lahan yang dulunya merupakan lahan perkebunan dirubah oleh petani menjadi lahan sawah sehingga jumlah lahan sawah pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Jumlah lahan sawah pada tahun 2008 yaitu Ha sedangkan tahun 2009 seluas Ha, terjadi kenaikan luas lahan seluas 343 Ha sekitar 5,29%. III - 42

2 Sebagai langkah nyata dalam upaya pemecahan permasalahan tersebut di atas yaitu telah dibangun kapal kapal ikan yang dilengkapi dengan system komunikasi dan perlengkapan yang lebih modern serta dapat beroperasi di perairan lepas pantai dan samudera selama hari. Kapal kapal ikan tersebut adalah sebagai berikut: No Tahun Nama/Bobot Kapal Bahan Nilai (Rp) KM. Jimbarwana 01/18 GT Fibreglass , KM. Jimbar Segara 01/15 GT Kayu , KM. Jimbar Segara 02/15 GT Kayu , KM. Jimbar Segara 03/50 GT Kayu , KM. Jimbar Segara 04/30 GT Fibreglass , KM. Jimbar Segara 05/30 GT Fibreglass , KM. Jimbar Segara 06/30 GT Fibreglass , Dalam rangka pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan, maka Bidang Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana melaksanakan kegiatan sebagai berikut : a. Pengawasan dan pengendalian Sumberdaya alam terkait dengan kegiatan penangkapan ikan di laut (menyangkut perijinan, penangkapan ikan secara tidak wajar, pengambilan pasir III - 41

3 Tabel 3.21 Perkembangan Produksi dan Pendapatan Produksi Ikan Air Tawar 5 (lima) tahun terakhir. No Tahun Produksi (Kg) Pendapatan (Rp) 1 3 ekor 3 5 ekor Konsumsi 1 3 ekor 3 5 ekor Konsumsi , Sumber: Dinas PKL Jembrana PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP Seperti kita ketahui bahwa produksi perikanan selama ini sebagian besar dihasilkan dari kegiatan penangkapan di laut. Hasil penangkapan ikan di perairan Selat Bali utamanya ikan Lemuru belakangan ini sangat fluktuatif bahkan sudah cenderung mulai menurun. Alternatif upaya pemecahan permasalahan tersebut antara lain pengurangan jumlah kapal kapal ikan yang beroperasi di Selat Bali, pengalihan tempat operasi penangkapan ikan menuju perairan laut lepas pantai dan samudera dan mencari alternatif matapencaharian non melaut. Oleh karena itu pengembangan perikanan tangkap diupayakan dengan memodernisasi usaha penangkapan ikan dari perikanan tangkap tradisional oneday fishing yang terkonsentrasi di perairan pantai/selat Bali menuju perikanan tangkap di perairan lepas pantai dan samudera. Program ini harus disertai dengan peningkatan kemampuan dan penciptaan SDM yang lebih andal pada bidang ini, diantaranya dengan pengembangan diklat dan membuka Jurusan Nautika Perikanan Laut (NPL) di SMKN 2 Negara III - 40

4 dalam rangka menunjang program perikanan Budidaya, serta diarahkan agar pembudidaya ikan dapat memperoleh benih ikan bermutu dengan harga terjangkau. Peningkatan produksi komoditas perikanan budidaya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas benih yang ditebarkan, kualitas lingkungan pemeliharaan, tingkat teknologi yang diterapkan serta pemasarannya.benih merupakan sarana produksi yang utama dan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mencapai keberhasilan budidaya ikan. Oleh karena itu, benih harus tersedia dalam jumlah cukup dengan kualitas baik. ketersediaan benih harus murah dan tepat waktu. Selain itu, Untuk penyediaan kebutuhan benih ikan air tawar diupayakan melalui Balai Benih Ikan (BBI) Tegak Gede dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang ada. Balai Benih Ikan (BBI) Tegak Gede berlokasi di Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, terletak 76 km dari Denpasar. Luas total lahan BBI Tegak Gede adalah 2,81 ha dengan luas permukaan air 1,5 ha serta ketinggian tempat 25 m dpl. Sumber airnya berasal dari saluran irigasi. III - 39

5 pengembangan usaha dan peningkatan produksi perikanan dilaksanakan demplot intensifikasi usaha budidaya ikan lele yang bersumber dari APBN tahun Demplot intensifikasi budidaya ikan lele sebanyak 6 unit dilaksanakan di Desa Ekasari oleh kelompok Pembudidaya Ikan Pusaka Tirta Wahana Wiri yang merupakan daerah pengembangan budidaya ikan terintegrasi. Demplot budidaya ikan lele ini dilaksanakan dengan sistem kolam terpal yang merupakan teknologi budidaya ikan di lahan sulit air. Penebaran dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2009 dengan padat penebaran masing masing ekor. Sedangkan panen dilaksanakan pada tanggal 24 januari Dengan masa pemeliharaan selama 67 hari, total produksi yang dicapai sebanyak kg. 4. Bantuan Selisih Harga Benih Dalam rangka meningkatkan kualitas produksi ikan budidaya yang berbasis ekonomi rakyat dan membantu pembudidaya ikan kecil agar mampu membeli benih ikan budidaya berkualitas dengan harga yang terjangkau, petani pembudidaya ikan diberikan Bantuan Selisih Harga Benih Ikan. Bantuan Selisih Harga Benih Ikan yang dialokasikan serta dikelola oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil produksi Perikanan Budidaya yang berbasis ekonomi rakyat, III - 38

6 2. Demplot Budidaya Gurami Gurami termasuk dalam kelompok ikan yang digemari konsumen karena tekstur dagingnya yang kekar, tidak memiliki duri dalam daging, lapisan daging relatif tebal serta memiliki tingkat kesegaran relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Keterbatasan produksi ikan gurami disebabkan karena keengganan petani untuk membudidayakannya. Salah satu faktor yang menyebabkan petani kurang meminati usaha budidaya ikan gurami yaitu sifatnya yang lambat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi diperlukan waktu pemeliharaan ± 1 tahun. Untuk mensiasati lamanya masa pemeliharaan Gurami dilakukan dengan memelihara ikan Gurami per sekwen. Dengan cara ini petani tidak harus memelihara gurami dari benih sampai konsumsi. Petani hanya memelihara persekwen saja seperti ada petani yang menghasilkan telur, penghasil larva, menghasilkan benih dasar, benih ukuran kuaci, ukuran kuku, benih tanggung dan ada yang menghasilkan ukuran konsumsi. Dengan sistem ini maka perputaran modal petani bisa lebih cepat. 3. Demplot Budidaya Lele Lele termasuk jenis ikan carnifora yang cepat pertumbuhannya. Untuk mencapai ukuran konsumsi hanya diperlukan masa pemeliharaan selama 3 bulan. Untuk meningkatkan III - 37

7 No Kecamatan Tabel 3.20 Jumlah Perahu dan Kapal Penangkap Ikan 5 Tahun Terakhir Perahu Kapal Motor Motor Tempel Kapal Motor Sub Jumlah Jukung/Perahu Tanpa Motor Jumlah 1. Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber: Jembrana Dalam Angka 2009; Dinas PKL Jembrana PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA 1. Demplot Budidaya Ikan Demplot budidaya ikan dilaksanakan dengan tujuan untuk memotovasi para petani untuk memelihara ikan, sebagai wahana belajar bagi para petani, meningkatkan luas usaha budidaya ikan dan meningkatkan produkasi ikan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sekaligus meningkatkan pendapatan petani ikan. Demplot budidaya ikan yang berlokasi di lahan petani diharapkan dapat menjadi tempat belajar dan contoh bagi para petani. III - 36

8 dari 335 buah menjadi 318 buah. Dengan demikian maka produksi ikan akan terus meningkat. Sedangkan alat tangkap yang dipergunakan adalah jaring (purse seine), Gilinet, pancing dan lain lain, masyarakat yang telah melakukan kegiatan pengembangan budidaya perikanan seperti tambak, petani kolam dan petani mina padi. Jumlah Tenaga Kerja di Bidang Penangkapan dan Budidaya Perikanan secara keseluruhan telah terorganisir secara baik dalam kelompokkelompok dengan tujuan untuk memberdayakan petani dalam kehidupan perekonomian mereka. Tabel 3.19 Jumlah Nelayan 5 (lima) Tahun Terakhir No Kecamatan Nelayan Utama Sambilan Jumlah 1. Pekutatan Mendoyo Jembrana Negara Melaya Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber: Jembrana Dalam Angka 2009; Dinas PKL Jembrana 2009 III - 35

9 pemanfaatan 363,45 Ha dan budidaya air tawar 652 Ha dengan pemanfaatan 50,78 Ha. Berdasarkan potensi sumberdaya tersebut sektor perikanan dan kelautan memiliki peluang pengembangan dan pemanfaatan yang terbuka lebar dan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangnan di Kabupaten Jembrana, melalui pengelolaan yang profesional, efektif dan efisien serta bertanggungjawab (Responsible Fisheries) sesuai dengan kaidah Tri Hita Karana. Perkembangan produksi perikanan dalam 5 (lima) tahun terakhir seperti disajikan dalam tabel berikut ini. No. Kecamatan Perikanan Laut Penangkapan Tabel 3.18 Produksi Perikanan (Kg) 5 Tahun terakhir Budidaya Penangkapan di Perairan Umum Tambak Perikanan Darat Kolam Air Tenang Kolam Air Deras Saluran Irigasi 1. Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana 2009 Sawah Jumlah Potensi sumberdaya manusia di bidang perikanan dan kelautan sangat mendukung, selain berbagai aktifitas dan kegiatan yang berkaitan dengan pesisir dan penangkapan ikan 9462 jiwa yang merupakan nelayan tradisional dengan aktifitas yang mempergunakan armada penangkapan ikan pada tahun 2008 jumlah perahu motor tempel dan kapal motor sebanyak buah dan tahun 2009 mencapai buah dan perahu tanpa motor (Jukung) menurun III - 34

10 1. Perikanan Laut : Penangkapan : ton/thn. Budidaya : Ha. 2. Perikanan Darat : Tambak : 1.129,22 Ha. Kolam : 100,00 Ha. Minapadi : 652,00 Ha. Potensi Perikanan Budidaya yang ada di kabupaten Jembrana terdiri dari Budidaya Laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar dengan pemanfaatannya sebagai berikut: No Tabel 3.17 Data Potensi Perikanan Budidaya Jenis Budidaya Potensi (Ha) Pemanfaatan (Ha) Prosentase 1. Budidaya Laut 1.000,00 311,00 74,94 2. Perairan Umum 12,85 5,00 38,91 3. Budidaya Air payau 1.129,00 363,45 32,19 4. Budidaya Kolam 100,00 7,88 31,84 5. Budidaya di sawah 652,00 50,78 9,67 Jumlah 1.756,60 738,11 42,02 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Jembrana 2009 Potensi sumberdaya perikanan Kabupaten Jembrana terdiri dari potensi perikanan laut dan darat, sumber daya perikanan laut terdiri dari potensi lestari sumber daya perikanan tangkap sebesar ton/th, serta dengan garis pantai 80,45 km dan luas wilayah laut diperkirakan sebesar 595,97 km 2, memiliki potensi budidaya laut sebesar 1000 Ha. Sedangkan perikanan darat diperairan umum mempunyai potensi 117 ton/th dengan pemanfaatan 5 ton dan budidaya air payau seluas 1.129,22 Ha dengan III - 33

11 dilakukan oleh pemerintah melalui pendampingan dan pemberdayaan untuk usaha, antara lain: a. Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Sarang Burung Sriti dan Walet b. Inventarisasi Potensi Wilayah, Pembinaan/ Penyuluhan dan Pengembangan Lebah Madu. c. Inventarisasi Potensi Wilayah, Pembinaan/Penyuluhan dan Pengembangan Sutera Alam. 3.5 PERIKANAN DAN KELAUTAN P embangunan Perikanan budidaya meliputi budidaya ikan air tawar, budidaya laut, budidaya air payau (tambak) termasuk pembenihan ikan dan udang. Pemilihan jenis usaha budidaya yang diterapkan dimasing masing wilayah disesuaikan dengan potensi yang ada. Budidaya air tawar dilaksanakan di kecamatan Mendoyo, Pekutatan dan Melaya. Budidaya laut dilaksanakan di kecamatan Melaya dan Negara dengan usaha budidaya kerang mutiara dan budidaya rumput laut. Sedangkan untuk budidaya air payau (tambak) dilaksanakan di kecamatan Pekutatan, Mendoyo, Jembrana, Negara dan Melaya dengan komoditi udang dan bandeng. Selanjutnya perikanan tangkap meliputi 3 bagian, yaitu tradisional, menengah dan modern. Potensi utama kegiatan penangkapan adalah penangkapan dengan alat tangkap purse seine dengan hasil tangkapan utama berupa ikan lemuru yang terkonsentrasi di Selat Bali. Secara umum potensi perikanan sebagai berikut: III - 32

12 No Kecamatan Desa Penyanding Hutan Luas Hutan (Ha) Luas Kerusakan Hutan (Ha) Persentase (%) Keterangan Tukadaya 1.050,60 318,25 30,29 dilakukan Tahun Manistutu 1.950,00 255,75 13, JUMLAH 5.713,72 642,25 11,24 TOTAL HUTAN LINDUNG ( 1 ) , ,14 26,82 Blimbingsari 795,00 PM PM Hutan Melaya 890,00 PM PM 5. Produksi Gilimanuk 925,20 PM PM (Kec. Melaya) JUMLAH 2.610, ,00 79,50 Tukadaya (HPTtp) 383, TOTAL HUTAN PRODUKSI ( 2 ) 2.993, ,00 79,50 TOTAL ( ) , , Wil. Operasi Kab. Jembrana TOTAL HUTAN KONSERVASI ( 3 ) 5.073,70 0,00 Wil. TN. Bali Barat TOTAL ( ) , , Sumber : Data Primer Tahun 2003 Dinas PKL Kabupaten Jembrana Wil. Adm. Kab. Jembrana No R P H Jumlah Personil (orang) Tabel 3.16 Luas Kerusakan Kawasan Hutan per RPH Hutan Produksi ( Ha ) Luas Wilayah Hutan Lindung ( Ha ) Total ( Ha ) Luas Kawasan Hutan Rusak ( Ha ) ( % ) 1 RPH Pulukan , , ,290 91,950 2 RPH Yeh Embang , , ,860 10,025 3 RPH Tegal Cangkring , , ,740 9,493 4 RPH Candikusuma , , ,100 25,576 5 RPH Penginuman , , , ,250 40,262 6 RPH Kring Gilimanuk Jumlah , , , ,240 30,33 Sumber : Data primer Tahun 2003 Dinas PKL Kabupaten Jembrana PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT Untuk mewujudkan pembangunan kehutanan secara holistik, berbagai komponen penting pelaku/ pelaksana haruslah mendapatkan perhatian yang lebih, dalam hal ini adalah masyarakat penyanding hutan. Masyarakat inilah yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian lebih agar keberadaan hutan tidak terusik dengan alasan ekonomi. Upaya ini III - 31

13 mengalami kerusakan yaitu seluas ± ,95 Ha, dari luas wilayah operasi Kabupaten Jembrana, dengan rincian yaitu : a. Hutan Produksi : 2.075,00 Ha (79,50 %) b. Hutan Lindung : 8.914,14 Ha (26,82 %) Namun dari tingkat degradasi Kawasan Hutan tersebut, dalam kurun waktu Tahun 2002 s/d 2009 telah dilakukan reboisasi dan rehabilitasi lahan dari berbagai kegiatan sebanyak 20 % dari degradasi Kawasan Hutan tersebut atau seluas 2.850,30 Ha. Kegiatan Rehabilitasi atau reboisasi Kawasan Hutan dan rincian kerusakan Hutan pada desa penyanding hutan di masing masing kecamatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini. No Kecamatan Tabel 3.15 Degradasi Kawasan Hutan Desa Penyanding Hutan Luas Hutan (Ha) Luas Kerusakan Hutan (Ha) Persentase (%) Keterangan Medewi 1.425, ,50 90,00 Pulukan 1.940, ,79 90,00 Asah Duren 425,00 403,75 95,00 Luas perkiraan karena belum Manggisari 841,00 798,95 95,00 1. Pekutatan dilakukan Pengaragoan 1.300, ,00 95,00 pengukuran (Hasil Gumbrih 700,00 630,00 90,00 Laporan KRPH) Pangyangan 34,00 32,30 95,00 JUMLAH 6.665, ,29 91,95 Mendoyo Dh. Tkd 296,00 12,56 4,24 Pohsanten 740,00 112,62 15,22 Pergung 690,00 354,00 51,30 Tegalcangkring 1.180,00 362,56 30,73 Pengukuran luas kerusakan 2. Mendoyo Penyaringan 2.645,00-0,00 Yeh Embang Kauh 2.100,00 13,62 0,65 dilakukan pada Yeh Embang 3.258,08 128,87 3,96 tahun 2004 Yeh Embang Kgn 4.000,00 401,81 10,05 Yeh Sumbul 606,00 454,56 75,01 JUMLAH , ,60 11,86 Berangbang 1.250,00 228,00 18,24 Baler Bale Agung 600,00 52,75 8,79 Pengukuran luas 3. Negara Batu Agung 1.365,59 21,25 1,56 kerusakan Pendem 630,00-0,00 dilakukan pada Dauh Waru 1.500,00-0,00 Tahun 2003 JUMLAH 5.345,59 302,00 5,65 4. Melaya Ekasari 2.713,12 68,25 2,52 Pengukuran III - 30

14 3.4.3 DEGRADASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN JEMBRANA Kerusakan Kawasan Hutan dilatar belakangi sejarah kehutanan di Kabupaten Jembrana itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat pada masa dekade lampau sekitar Tahun 1970 an, jauh sebelum program Pemetaan, Penunjukkan, Penataan Batas, dan Penetapan Kawasan Hutan Negara masyarakat Penyanding Hutan telah melakukan kegiatan pemanfaatan Hutan yg akan ditetapkan sebagai Hutan Negara (sejak 1940 an). Selanjutnya dilakukan proses Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), TGH Padu Serasi Kawasan Hutan Tetap dengan dasar Rencana Tata Ruang dan Wilayah Pemerintah Provinsi Bali dan Kabupaten Jembrana. Selanjutnya pada dekade euforia Reformasi (pasca Tahun 1998), sebagian Kawasan Hutan Lindung dialihfungsikan dan dikerjakan secara illegal menjadi areal penanaman tanaman budidaya produktif, dengan dalih Sosial, Ekonomi, dan Politis. Sedangkan konsep Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada saat itu juga belum mantap. Jenis tanaman yang diusahakan antara lain coklat, kopi, cengkeh, pisang, durian, nangka, dan lain lain. Kondisi tersebut telah menjadi sumber isu kecemburuan sosial bagi kelompok masyarakat lainnya yang berdampak pada pembenaran terhadap apa yang dilakukan tidak begitu salah. (studi kasus RTK 12 dan 19 RPH Pulukan). Sampai saat ini 30 % kondisi Kawasan Hutan Bali Barat Kabupaten Jembrana telah III - 29

15 kebijakan Zero Visit to Forest pada Tahun Kebijakan ini merupakan langkah awal kebijakan Pemerintah Kabupaten Jembrana dalam rangka Pelestarian Hutan Bali Barat, yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan kerjasama dengan Dinas Kehutanan Propinsi Bali untuk menjadikan Polisi Kehutanan (POLHUT) Propinsi Bali di Kabupaten Jembrana berada pada Bawah Kendali Operasi (BKO) Pemerintah Kabupaten Jembrana. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan personil khususnya dalam hal perlindungan dan pengamanan Hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jembrana pada saat itu. Dalam perkembangannya kemudian dibentuklan Tim Penanggulangan Gangguan Kemanan Hutan (PGKH) Bali Barat. Disamping itu juga, pemerintah melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana terus melakukan pembinaan kepada masyarakat guna menunjang dan mensukseskan revitalisasi di sektor kehutanan dengan melakukan kegiatan antara lain: a. Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Pelelangan terhadap Hasil Hutan Temuan/Sitaan pada para pengusaha industri perkayuan. b. Pembinaan dan sosialisasi kepada para pengusaha industri perkayuan tentang prosedur Pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat (IPKR), Legalitas Pengetokan Kayu Rakyat dan Pelayanan Pengangkutan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU). c. Pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat (IPKR), Legalitas Pengetokan Kayu Rakyat dan Pelayanan Pengangkutan Kayu Rakyat. III - 28

16 Jenis Kegiatan Tabel 3.14 Kegiatan Reboisasi Di Kabupaten Jembrana Tahun Desa Penyanding Kecamatan Lindung Dalam Kawasan Hutan (Ha) Produksi Produksi Mangrove Tetap Terbatas Tahun 2008 a. Penanaman oleh KODIM Jembrana Blimbingsari Melaya 2,00 b. Penanaman oleh POLRES Blimbingsari Melaya 2,00 Jembrana Jumlah 4,00 Tahun 2009 Dana Alokasi Khusus Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Pengkayaan Vegetatif) Tukadaya (Dsn. Kembangsari) Manistutu (Dsn. Kemoning) Pengeragoan (Dsn. Pasut) Pengeragoan (Dsn. Mengenuanyar) Pengeragoan (Dsn. Badingkayu) Pengeragoan (Dsn. Pengeragoan Dh. Tukad) Jenis Lapangan Tembak (Mahoni, Jati) Blok Nyangkrut (Jati, Mahoni, Bentawas) Melaya 75,00 Pulai Trembesi Melaya 75,00 Pulai Trembesi Pekutatan 55,00 Pulai Trembesi Pekutatan 55,00 Pulai Trembesi Pekutatan 55,00 Pulai Trembesi Pekutatan 55,00 Pulai Trembesi Jumlah 370,00 Sumber : Data Primer Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana REVITALISASI SEKTOR KEHUTANAN Prioritas utama Pembangunan Kehutanan Kabupaten Jembrana yaitu Pengendalian Pencurian Kayu, Kebakaran Hutan, Perambahan Hutan dan Perdagangan/Peredaran Kayu Ilegal. Untuk mendukung kebijakan tersebut maka pemerintah Kabupaten Jembrana mengambil langkah melaksanakan III - 27

17 Dalam rangka menjaga dan mengembalikan serta melestarikan fungsi hutan, kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Jembrana melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana memprioritaskan kebijakan pada manajemen pengelolaan hutan sebagaimana diisyaratkan dalam undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Hutan yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan konservasi, keberadaan luas dan fungsinya akan tetap dipertahankan, sedangkan hutan produksi dalam sistem pengelolaannya lebih diarahkan dapat berfungsi ganda yaitu selain memberi nilai ekonomi juga memberikan kontribusi bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Peran serta dan partisifasi masyarakat dalam ikut serta membangun hutan perlu ditingkatkan, karena menempati posisi strategis dalam keberhasilan pembangunan kehutanan yang diarahkan dalam upaya mewujudkan fungsi hidrologis hutan dan optimalisasi manfaat hutan secara lestari. III - 26

18 lingkungan (terutama dengan penutupan lahan) sehingga penggunaannya dapat dipergunakan untuk menambah pendapatan. Berbagai program yang paling baru diantaranya adalah Program GERHAN di luar kawasan hutan. Tabel 3.12 Potensi Hutan Rakyat No Tahun Jumlah Pohon (Btg) Luas (Ha) 1. Tahun ,00 2. Tahun ,00 3 Tahun ,50 4. Tahun ,00 5. Tahun ,95 6. Tahun ,25 7. Tahun ,00 JUMLAH ,70 Sumber : Data Primer 2002 s/d 2009 No Kecamatan Bulan Tabel 3.13 Daftar Produksi Hutan Rakyat Produksi Kayu Rakyat Jenis Jumlah (Pohon) Volume (m 3 ) 1. Melaya Campuran ,028 Negara Campuran ,626 Januari Mendoyo Campuran ,161 Pekutatan Campuran , Melaya Campuran ,134 Negara Campuran ,002 Februari Mendoyo Campuran ,308 Pekutatan Campuran , Melaya Campuran ,800 Negara Campuran ,956 Maret Mendoyo Campuran ,181 Pekutatan Campuran , Melaya Campuran ,213 April Negara Campuran ,607 Mendoyo (s/d 19 April Campuran ,258 Pekutatan 2007) Campuran ,546 Jumlah ,422 III - 25

19 Pada Tahun 2008 sebagian kawasan hutan mangrove tersebut ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Tetap melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.439/Menhut II/2008 tanggal 26 Nopember 2008 tentang Penunjukkan Tanah Pengganti Seluas 44,00 Ha Sebagai Kawasan Hutan Tetap Dengan Fungsi Produksi Yang terletak di Desa Loloan Timur dan Desa Budeng Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Kawasan tersebut merupakan hasil tukar menukar lahan Kawasan Hutan untuk pengembangan pariwisata oleh PT. Bali Turtle Island Development (PT. BTID) yang terletak di Pulau Serangan Kota Denpasar sesuai denga Surat Persetujuan Menteri Kehutanan Nomor : S.480/Menhut VII/2004 tanggal 19 Oktober 2004, Nomor : S.682/Menhut VII/2006 tanggal 3 Nopember 2006, dan Nomor S.772/Menhut II/2007 tanggal 27 Nopember Berdasarkan Berita Acara Tukar Menukar Kawasan Hutan antara Departemen Kehutanan dengan PT. BTID Nomor : 11/VII KP/2008 tanggal 7 April 2008 PT. BTID telah menyerahkan tanah seluas 84,20 Ha yang terdiri atas 44,00 Ha berada dan 40,20 Ha terletak di Kabupaten Karangasem. 3. Hutan Rakyat Potensi hutan rakyat (tanaman kayuan di areal milik masyarakat) di Kabupaten Jembrana adalah potensi yang dapat dikembangkan untuk menambah kesejahteraan sekaligus menjaga III - 24

20 No RPH Tabel 3.11 Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya per Resor Polisi Hutan (RPH) Kelompok Hutan No. RTK Hutan Lindung Fungsi Hutan (Ha) Hutan Produksi Suaka Alam Hutan TN Wisata Tetap Terbatas SM CA Tahura Jumlah 1 Penginuman Bali Barat , , ,41 2 Candi Kusuma Bali Barat ,42 383,10 726, ,31 3 Tegalcangkring Bali Barat , ,59 4 Yeh Embang Bali Barat , ,08 5 Pulukan Bali Barat , ,88 Yeh Leh Yeh Lebah , ,00 Jumlah (1) ,97 383,1 2610, , ,27 2. Hutan Mangrove Potensi Hutan Mangrove di Kabupaten Jembrana banyak terdapat di wilayah Perancak, Tuwed, Budeng, Loloan Pelaksanaan Penanaman Mangrove Timur, dan Gilimanuk. Perancak, Budeng, Loloan Timur merupakan kawasan yang berada di luar dan dalam Kawasan Hutan. Kawasan kawasan ini sebagian merupakan Kawasan Hutan tetapi belum ditetapkan atau dikukuhkan menjadi Kawasan Hutan dan sebagian Jenis Tanaman Mangrove di Kabupaten Jembrana di dominasi oleh jenis antara lain yaitu Nipah, Ketapang (Terminalia catapa), Pandan Laut, Nyamplung (Baringtonia speciosa), Dapdap Laut, Waru Lengis, Api-api (Avicenia marina), Bruguera gymnorhzza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agalocha, Bakau (Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Rhizopora stylosa), Sonneratia alba, Lumnitzera racemosa, Aegiceras corniculatum. lagi berada di luar Kawasan Hutan. Sedangkan kawasan Mangrove Tuwed merupakan Kawasan Mangrove yang berada di luar Kawasan Hutan. III - 23

21 seluas ,27 Ha. Luas Kawasan Hutan adalah ,27 Ha atau 7, 48 % dari Luas Pulau Bali; atau 31,61 % dari luas Kawasan Hutan Pulau Bali; atau 49,07 % dari luas daratan Kabupaten Jembrana dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.9 Luas Kawasan Hutan menurut fungsinya No Jenis Fungsi Hutan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Hutan Fungsi Lindung ,27 80,471 2 Hutan Produksi Terbatas 2.610,20 6,319 3 Hutan Produksi Tetap. 383,1 0,927 4 Hutan Konservasi/TNBB 5.073,70 12,283 Jumlah ,27 Sumber : Sub BIPHUT Singaraja Tabel 3.10 Luas Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya per Kecamatan FUNGSI HUTAN (HA) No Kecamatan Kelompok No. Suaka Hutan Hutan Produksi Hutan Jumlah Hutan RTK Alam TN Lindung Wisata Tahura Tetap Terbatas SM CA 1 Melaya Bali Barat ,50 383, , , ,80 2 Negara Bali Barat , ,00 3 Mendoyo Bali Barat , ,47 Bali Barat , ,00 4 Pekutatan Yeh Leh Yeh Lebah , ,00 Jumlah (1) ,97 383, ,20 0,00 0, ,00 0,00 0, ,27 Sumber : Sub BIPHUT Singaraja III - 22

22 membantu dan memberdayakan peternakan untuk memperoleh pemodalan baik dari pemerintah kabupaten dalam bentuk dana bergulir maupun dari instansi perbankkan (KKP E, KTA dan KUR). 2). Pembinaan Kelompok Ternak Agar masyarakat dapat mengakses program program pemerintah, BUMN, BUMD maupun pihak swasta maka perlu diwujudkan suatu wadah bagi petani dalam bentuk kelompok tani ternak. Melalui keberadaan kelompok tani ternak maka peternak lebih mudah mendapatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta mendapatkan sumber informasi informasi lainnya. 3.4 KEHUTANAN L uas lahan kawasan non budidaya adalah sebesar ,27 Ha yang merupakan kawasan hutan lindung, hutan konservasi (Tanam Nasional Bali Barat), Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap. Wilayah Kabupaten Jembrana merupakan wilayah yang memiliki garis pantai terpanjang ke 2 setelah Kabupaten Buleleng, sehingga keberadaan hutan mangrove sangat perlu dijaga kelestariannya POTENSI KEHUTANAN 1. Hutan Lindung Kawasan Hutan berada pada kelompok Hutan Yeh Leh Yeh Lebah (RTK 12) seluas 2.813,00 Ha dan Kelompok Hutan Bali Barat (RTK 19) III - 21

23 penyedian pakan ternak (Kebun HMT), pemeliharaan itik petelur, serta pengolahan pupuk padat yang kesemuanya itu diharapkan berfungsi sebagai pusat percontohan bagi masyarakat peternakan Jembrana. 3) Pengembangan Batamas (Biogas asal ternak bersama masyarakat) Kegiatan ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah ternak kususnya kotoran sapi untuk kepentingan sumber energi (Bio Energi) bagi peternak baik untuk memasak maupun sumber listrik. 4) Pengamanan Ternak Pengamanan ternak yang telah dilaksanakan tahun 2009 terdiri dari pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular (Vaksinasi dan Spraying). Pelayanan kesehatan hewan (pengobatan ternak sakit), penyadaran masyarakat tentang penyakit Avian Influenza, penyakit raies dan yang lainnya, penyuluhan kesehatan hewan, penyebaran brosur, liflet, poster dan sejenisnya. Survaillance dan pengamatan penyakit secara dini ke peternak. C. Kegiatan yang mendukung Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1). Fasilitasi/penyediaan permodalan Kegiatan ini adalah upaya pemerintah dalam III - 20

24 3). Pelayanan Kesehatan Hewan melalui Kegiatan Pengadaan Obat dan Vaksin Kegiatan ini difokuskan terhadap pelayanan kesehatan hewan guna mencegah, menanggulangi serta mengobati hewan sakit. 4). Pelaksanaan Cacah Jiwa Ternak Kegiatan pelaksanaan cacah jiwa ternak bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi ternak dan pendukung lainnya yang dilakukan oleh petugas pencatat pada 5 (lima) kecamatan, selanjutnya dihimpun di kabupaten yang sebelumya telah dilakukan penyebaran blangko dan sosialisasi cara pengisian blangko serta penarikan blangko yang telah diisi dan lebih lanjut hasilnya diolah di kabupaten. B. Kegiatan yang mendukung Program Pengembangan Agribisnis 1) Pelayanan Kegiatan Kawin Suntik (Inseminasi Buatan/IB) Kegiatan ini difokuskan pada kegiatan pengadaan N2 cair, Straw, peralatan IB dan Operasional petugas IB. Selain bertujuan memperbaiki mutu bibit sapi kegiatan ini juga diharapkan mendukung program percepatan swasembada daging sapi (P2SDS). 2) Pengembangan Agrotechnopark (ATP) Jembrana Kegiatan ini ditujukan untuk mendukung penyediaan bibit sapi berkualitas melalui kegiatan IB Sexing dan ET (Embrio Transfer), III - 19

25 A. Kegiatan yang mendukung Program Ketahanan Pangan 1). Kegiatan Pengembangan Usaha Sapi Bali. Fokus kegaiatan ini mengarah kepada pemeliharaan ternak sapi sebagai komoditas unggulan pada lokasilokasi yang menerapkan sistem pemelihatanan secara intensif menggunakan kandang koloni misalnya : di Koperasi Nandini Krisna di Desa Nusasari dan Agrotechnopark (ATP) Jembrana di Desa Melaya. 2). Pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT) melaui Kegiatan Pengelolaan Lahan dan Air (PLA). Kegiatan ini diharapkan untuk mendukung ketersediaan hijauan makanan ternak sepanjang tahun. Adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi pembuatan sumur bor, cubang/embung, jalan produksi untuk memudahkan pengangkutan HMT, optimasi lahan dengan penanaman rumput raja dan leguminosa. Selain kegiatan penamanam HMT berupa penanaman Rumput Raja juga disiapkan kegiatan pakan awetan dalam bentuk UMMB, silase, dan konsentrat di pabrik pakan mini yang berlokasi di Persil Poh Desa Nusasari, Kecamatan Melaya. III - 18

26 Tabel 3.7 Produksi Hasil Ternak 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana No. Jenis Ternak Produksi Daging (Ton) Sapi 1.142,90 390,05 503, , ,08 2. Kerbau 431,51 401,22 3. Babi 2.720, ,11 62, ,70 999,26 4. Kambing 320,85 188,94 20,16 26,13 25,92 5. Ayam Buras 828,35 833,69 609,87 683,69 681,74 6. Ayam Petelur 72,30 57,38 48,19 36,72 11,47 7. Ayam Pedaging 593,37 466,97 425,13 404,12 466,47 8. Itik 30,87 31,43 28,72 23,56 26,70 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009 No Kecamatan MELAYA NEGARA JEMBRANA MENDOYO PEKUTATAN Bukan ras Tabel 3.8 Populasi Unggas A Y A M R a s Petelur Pedaging U N G G A S ( Ekor ) Jumlah Ayam Bali I T I K Khaki Chamble Manila Entog Jml Itik Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Pertumbuhan 3,59 32,29 7,24 6,00 10,80 0,38 Rata rata ( % ) Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009 Dalam upaya mewujudkan masyarakat khususnya petani ternak yang sejahtera sebagaimana tertuang dalam visi Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, pelaksanaan kegiatan sub sektor peternakan yang mendukung program tahun 2009 antara lain : III - 17

27 Potensi peternakan merupakan satu subsektor pertanian yang banyak dikerjakan oleh penduduk dikabupaten Jembrana meliputi ternak besar dan ternak unggas seperti Sapi, kerbau, babi, kambing, kuda dan di antara jenis ternak tersebut ternyata sapi dan babi merupakan ternak yang paling banyak dipelihara masyarakat. Dari usaha tersebut untuk sapi tahun 2008 sebanyak ekor dan tahun 2009 mencapai ekor atau meningkat 2,62 % sedangkan ternak babi tahun 2008 sebanyak ekor mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi ekor (6,32 %). Populasi ternak kambing tahun ekor, tahun 2008 dan tahun 2009 menurun masing masing menjadi ekor (23,62%), ekor (24,61%). Ternak kerbau tahun 2008 sebanyak ekor, tahun 2009 menurun menjadi ekor (5,12%) ini disebabkan produksinya berkurang sedangkan permintaan untuk dipotong meningkat. Jumlah Populasi Unggas (Ayam bukan ras) jumlah mengalami penurunan pada tahun 2009 sejumlah ekor dari tahun 2008 sebanyak ekor (3,59%), data selengkapnya pada tabel berikut. Tabel 3.6 Populasi Hewan Ternak 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana No Jenis Ternak Populasi Ternak (Ekor) Sapi Bali Kerbau Kuda Kambing Babi Ayam Pedaging Ayam Petelur Ayam Buras Itik Aneka Ternak Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kab. Jembrana 2009 III - 16

28 Grafik 3.5 Total Produksi Kakao (Biji Kering) 5 Tahun Terakhir Di Kabupaten Jembrana , ,78 1 2, , Produksi (Ton) 3.376, PETERNAKAN D aerah potensial sebagai kawasan peternakan berkisar km 2 atau sekitar 44,94% dari luas Wilayah Kabupaten Jembrana, yang terdiri dari daerah persawahan, perkebunan, tegalan dan lain sebagainya. Berbagai pepohonan seperti waru, bunut, nangka, rumput gajah rumput raja, rumput setaria dan rumput lapangan dapat tumbuh subur sebagai pakan ternak. Dengan kondisi yang demikian berbagai potensi ternak dapat berkembang yang terdiri dari ternak besar, kecil dan unggas. Dari sisi potensi areal untuk penanaman hijauan makanan ternak (HMT) adalah seluas Ha (20%) dari luas wilayah Kabupaten Jembrana, dengan rincian : Lahan Sawah Ha (25,0%) dan Lahan Kering seluas Ha (75,0%). III - 15

29 dengan klon yang jelas, yang diproduksi dengan teknologi SE (Somatic Embriogenetic), dan pemberian bantuan sarana serta biaya upah kerja. Dengan klon yang jelas dan bermutu (unggul) guna perbaikan kualitas tanaman dengan harapan akan menghasilkan biji kakao yang bermutu dengan produktivitas yang tinggi. Kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Tahun 2009 dilakasanakan Kegiatan Peremajaan Tanaman Kakao seluas 700 Ha berlokasi di Kecamatan Melaya, Negara dan Jembrana, sedangkan kegiatan Intensifikasi dialokasikan di Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan seluas 400 Ha. Tabel 3.5 Realisasi Fisik Kegiatan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Tahun 2009 No. Kecamatan Kegiatan Peremajaan (Ha) Kegiatan Intensifikasi (Ha) 1. Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan 250 Jumlah Keterangan III - 14

30 daya saing nasional maupun Internasional. Tahun ini tampaknya program tersebut telah menampakan hasil, seperti halnya dalam produksi, seperti produksi Kelapa dalam meningkat 330,52 ton, Kelapa Hibrida 4,73 ton, Kelapa genjah 7,94 ton. Kopi robusta meningkat 13,59 ton, namun Cengkeh mengalami penurunan 271,77 ton, disebabkan oleh karena faktor musim yang sangat berpengaruh terhadap proses pembungaan, juga karena siklus produksi tahunan. Komoditi Panili mengalami kenaikan 40,56 ton, Kakao naik 154,21 ton. Dan dari sisi peningkatan Mutu, telah diproduksi Kakao Fermentasi sebanyak 23 ton. Grafik 3.4 Luas Areal Dan Produksi Komoditi Kakao Di Kabupaten Jembrana Tahun , , , ,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0, , , ,96 984, ,58 527,95 556, ,33 216,63 188,06 Luas Areal (Ha) Produksi (ton) Melaya Negara Jembrana Mendoyo Pekutatan Kabupaten Jembrana adalah satu dari dua kabupaten (satu lagi Tabanan) di Provinsi Bali yang mendapatkan bantuan program GERNAS Kakao dari pemerintah pusat yang dilaksanakan secara bertahap selama 3 tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun Kegiatan diprogramkan untuk Kegiatan Peremajaan Tanaman dan Intensifikasi tanaman Kakao. Dalam kegiatan Peremajaan meliputi kegiatan penggantian tanaman dengan bibit unggul III - 13

31 serentak, terpadu dan menyeluruh melalui suatu gerakan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan maupun sumber daya yang ada secara kontinyu dan berkelanjutan. Dilihat dari letak Geografis Kabupaten Jembrana, termasuk daerah yang potensial untuk perkembangan tanaman perkebunan. Luas lahan kering Berbagai Hasil Pengolahan Produk Pertanian Kabupaten Jembrana potensial untuk komoditi perkebunan berkisar 30 % dari luas wilayah Kabupaten. Dari potensi wilayah ini Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) dengan berlandaskan keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang berkesinambungan (sustinable) demi terciptanya peningkatan perekonomian masyarakat. Pencanangan program yang ditempuh dalam rangka pembangunan sektor perkebunan dilaksanakan melalui kegiatan: Intensifikasi, Rehabilitasi, Peremajaan, Ektensifikasi, serta Diversifikasi baik tanaman maupun produk produk perkebunan. Hal ini terbukti dengan telah terbangunnya Pusat Unit Pengolahan Kakao Rakyat Kabupaten Jembrana, sebagai pusat sentra unit pengolahan Kakao Primer (proses Fermentasi) dan unit pengolahan Kakao Skunder (pengolahan kakao siap saji). Dan didukung oleh Unit Usaha Pengolahan Kakao (pengolahan Kakao Primer Proses Kakao Fermentasi) yang berada pada Kelompok Kelompok Tani (Subak Abian) tersebar di masing masing Kecamatan (5 unit UUP). Hal ini sejalan dengan konsep kebijaksanaan Pemerintah dalam hal aspek produksi yaitu konsep Petik Olah Kemas Jual. Dengan tidak lupa pula memperhatikan aspek Kualitas/Mutu demi mewujudkan pertanian tangguh yang mempunyai III - 12

32 kabupaten pelakasananya yaitu Tabanan dan Jembrana. Tanaman Kakao merupakan komoditi unggulan bidang Perkebunan. Luas areal tanaman Kakao sampai dengan tahun 2009 seluas 4.268,13 Ha dengan areal produktif 3.788,10 Ha dan produksi 3.376,495 ton atau dengan rata rata produktifitas 837 Kg/Ha yang melibatkan kk Petani pekebun, Produktifitas tersebut masih berada dibawah potensi produksi potensial (2.000 kg/ha/tahun). Dilihat dari segi umur tanaman relatif sudah sangat tua, yakni sudah lebih dari 20 tahun, sehingga produksi menurun disamping adanya serangan hama dan penyakit yaitu serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK), Helopeltis dan Penyakit Busuk Buah, Vascular Streak Dieback (VSD) yang mengakibatkan mati ranting. Selain itu banyak pertanaman berasal dari bibit tidak jelas/tidak berasal dari varietas unggul, pemeliharaan tanaman belum sesuai anjuran teknis, menurunnya kualitas SDA, belum efektifnya lembaga petani (kelompok tani/subak Abian) serta sulitnya petani mendapatkan sumber pendanaan khusus untuk pengembangan kakao. Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut seperti pemberdayaan petani melalui: 1). Sekolah lapang pengendalian Hama terpadu (SL PHT). 2). Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE). 3). Penerapan Teknologi Pengendalian hama penyakit dengan metoda PsPSP (Panen sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan). 4). Penyediaan bibit unggul untuk pengendalian PBK dan VSD. Mengingat pelaksanaannya masih parsial sehingga hasilnya belum optimal. Oleh karena itu kegiatan tersebut perlu dilakukan secara III - 11

33 B. Pengembangan Kapas Komoditi Kapas di Kabupaten Jembrana mulai dirintis pengembangannya melalui pendanaan dari Dinas Perkebunan Provinsi Bali, mengingat kedepan kebutuhan akan kapas dirasakan akan terus meningkat. Dalam tahun 2009 telah dilaksanakan demplot tanaman Kapas seluas 1,00 Ha yang berlokasi di Desa Kaliakah Kecamatan Negara, dan Akselerasi Pengembangannya seluas 97 Ha yang dilaksanakan Produksi yang telah dicapai adalah sebanyak 721,5 Kg (kapas berbiji) dan dilihat dari sisi produktivitas dirasa masih sangat rendah disebabkan oleh beberapa faktor alam seperti kurangnya pengairan pada saat tanaman membutuhkan air, disamping juga para petani masih dalam tahap pembelajaran menanam komoditi kapas ini. pada 2 Subak yaitu Subak Tegal Jati Desa kaliakah dan Subak Benel Desa Kaliakah Kecamatan Negara. C. Pengembangan Kakao 1. Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Pro Kakao) dilaksanakan secara serentak di Indonesia pada 9 Provinsi, 40 Kabupaten. Bali termasuk salah satu provinsi yang mendapat alokasi pelaksanaan Gernas dengan III - 10

34 A. Pengembangan Kelapa Dalam Tanaman Kelapa disebut juga tanaman sosial dalam artian bahwa tanaman Kelapa bagi masyarakat secara umum sangat besar manfaatnya dan kegunaannya. Tanaman Kelapa dari seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan dari hari ke hari areal tanaman kelapa cenderung berkurang, diakibatkan oleh kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku bangunan, namun disisi lain tindakan penyelamatan eksistensi keberadaan tanaman kelapa dapat dikatakan sangat kurang. Areal tanaman Kelapa dalam tahun 2009 seluas Ha. yang terdiri dari tanaman yang belum menghasilkan seluas 469 ha, tanaman menghasilkan seluas ha dan tanaman sudah tua/rusak seluas16 ha. Namun dari segi produktifitas relatif rendah, hal ini diakibatkan oleh kondisi tanaman yang sudah berumur tua, serta kurang adanya pemeliharaan tanaman secara intensif. Dengan melihat kondisi tanaman yang sudah sangat tua, pada tahun 2009 Pemerintah melalui Dinas Perkebunan Provinsi Bali telah mengadakan kegiatan peremajaan tanaman kelapa melalui pengadaan pembibitan Kelapa Dalam, untuk kegiatan Peremajaan Tanaman seluas 200 Ha, yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Melaya seluas 100 Ha, Kecamatan Negara seluas 50 Ha, Kecamatan Mendoyo sebanyak 50 Ha. III - 9

35 Pengembangan komoditas dalam sub sektor perkebunan terdapat beberapa jenis tanaman yang dibina antara lain Kelapa Dalam, Kelapa Genjah, Kopi Robusta, Cengkeh, Panili dan Kakao, serta akhir akhir ini dalam tahun 2009 telah dirintis pengembangan komoditas Kapas. Dari komoditas tersebut yang menjadi komoditas Unggulan dalam bidang sub sektor Perkebunan adalah Komoditi Kakao. Dalam program pembangunan sub sektor perkebunan dari aspek on farm (Budidaya) diprogram kegitan kegiatan antara lain Intensifikasi, Rehabilitasi, Peremajaan dan dengan disertai pengelolaan sumber daya alam (lahan dan air) serta sarana dan prasarana pendukung lainnya. Demikian juga halnya dari aspek of farm (Panen dan Pasca panen) diprogramkan berbagai kegiatan seperti Pengembangan Agroindustri Perdesaan melalaui pembinaan dan pemberian fasilitasi peralatan pasca panen. Demikian juga halnya pembinaan peningkatan Sumber Daya Manusia sebagai pelaku pelaksana pembangunan bidang perkebunan di lapang, dilaksanakan melalui pelatihanpelatihan berbagai teknologi, baik bidang budidaya maupun pengolahan produksi pasca panen lewat kelembagaan petani yaitu kelompok tani atau yang disebut Subak Abian. Dalam Tahun Anggaran 2009 telah dilaksanakan kegiatan kegiatan untuk mendukung pembangunan sub sektor perkebunan baik yang bersumber dari dana APBD Provinsi dan Kabupaten maupun dari APBN dalam rangka pengembangan komoditas perkebunan. III - 8

36 dalam sayuran antara lain: kacang panjang (64,70 ton), cabe (620 ton) dan ketimun (4.904 ton). 3.2 PERKEBUNAN S eiring dengan perubahan orientasi/paradigma pembangunan pertanian dalam arti luas, sehingga pembangunan sub sektor perkebunanpun sudah semestinya bergeser dari orientasi menjual apa yang diproduksi (peningkatan produksi dari budidaya dengan hasil panen tinggi) menjadi pembangunan perkebunan yang beroirentasi memproduksi apa yang kita jual (Agroindustri) melalui peningkatan peranan petani sebagai pemasok produksi yang ditangani dengan penerapan Good Handling Proses (GHP) dalam pengolahan produk dengan keaneka ragaman hasil olahan produk yang bermutu dan ditangani secara hygienis (Good Manufactur Prosedur GMP) untuk dapat bersaing dan meraih pangsa pasar baik Nasional maupun Internasional. Untuk mengantisipasi perubahan paradigma tersebut maka pembangunan perkebunan lebih diarahkan pada penanganan pengembangan komoditas unggulan kompetitif dan komparatif suatu daerah atau wilayah, yang ditangani secara terpadu serta terintegratid baik lintas dan antar sektoral, guna mempertahankan ketahanan pangan, menyiapkan pasokan bahan baku industri, mengentaskan angka kemiskinan melalui terciptanya lapangan kerja dalam proses penanganan pasca panen (keanekaragaman produk) yang pada gilirannya akan terjadi pertumbuhan perekonomian masyarakat. III - 7

37 Tabel 3.4 Panjang Saluran Daerah Irigasi Pemerintah Tahun 2009 No Klasifikasi Panjang (M) 1 Saluran Induk Saluran Sekunder Saluran Tersier Saluran Pembuang Jumlah Grafik 3.3 Panjang Saluran Irigasi Disamping itu sumber air untuk kegiatan pertanian dalam arti luas bersumber dari air sungai yang ada dengan jumlah sekitar 37 sungai dan bersumber di 5 (lima) kecamatan yaitu: Kecamatan Melaya sebanyak 6 Sungai. Kecamatan Negara sebanyak 5 Sungai. Kecamatan Jembrana sebanyak 5 sungai Kecamatan Mendoyo sebanyak 10 Sungai Kecamatan Pekutatan sebanyak 11 Sungai. Selain itu juga tersedia sumber pengairan yang berasal dari Sumur Bor berjumlah 23 Buah. Agar pembinaan terhadap komoditas Pertanian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dilakukan pembagian wilayah pembinaan yang terbagi menjadi 50 Wilayah Binaan Penyuluh Pertanian (WIL BIN PP). Produksi komoditas hortikultura Kabupaten Jembrana Tahun 2009 selain semangka yang menjadi produk unggulan holtikultura Kabupaten Jembrana antara lain; mangga ( ton), durian (4.052 ton), papaya (5.958 ton), pisang ( ton), rambutan (6.814 ton). Sedangkan yang digolongkan III - 6

38 kawasan semangka dan penerapan GAP/SOP semangka seluas 1 Ha. Penerapan GAP/SOP semangka mengacu kepada penggunaan bahan non kimia dalam budidaya tanaman semangka sehingga dapat menghasilkan produksi semangka yang ramah lingkungan dan aman untuk dikonsumsi. Kecamatan Tabel 3.3 Produksi Semangka di Masing masing Kecamatan Tahun 2009 Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Rata rata Produksi (Kw/Ha) Produksi (Ton) Keterangan Melaya , Buah Segar Negara , Jembrana , Mendoyo , Pekutatan , Jembrana , , , , , Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, 2009 Untuk menunjang keberadaan pengairan di lahan sawah khususnya untuk usaha tani padi, pemerintah melalui Dinas Pekerjaan Umum sampai dengan tahun 2010 telah membangun jaringan n ) o (T k s i u d ro P irigasi yang dibedakan menjadi beberapa kelas yang disesuaikan dengan peruntukan dan fungsinya. Adapun kelas jaringan irigasi yang telah terbangun adalah sebagai berikut: Grafik 3.2 Produksi Semangka Tahun Tahun III - 5

39 Tabel 3.2 Produksi Kedelai 5 tahun terakhir Kecamatan Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Rata-rata Produksi (Kw/Ha) Produksi (Ton) Keterangan Melaya ,56 330,82 Biji Kering Negara ,58 958,75 Jembrana ,90 513,57 Mendoyo , ,41 Pekutatan ,51 122,94 Jembrana , , , , , ,362 Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan, KOMODITAS HORTIKULTURA Komoditas Hortikultura terdiri dari komoditas sayuran dan buahbuahan semusim, buah buahan dan sayuran tahunan, biofarmaka (tanaman obat) dan tanaman hias. Untuk jenis komoditas hortikultura tanaman semangka merupakan tanaman unggulan hortikultura yang setiap tahun terus dikembangkan dan telah mampu memenuhi kebutuhan lokal, regional dan nasional. Komoditas buah buahan lainnya yang ada di Jembrana antara lain jenis tanaman buah buahan tahunan seperti: mangga, durian, pepaya, pisang dan rambutan. Sedangkan yang digolongkan dalam sayuran: kacang panjang, cabe dan ketimun. Khusus untuk jenis tanaman Pupuk Organik Buatan Perusahaan Daerah Kabupaten Jembrana hortikultura semangka pada tahun 2009 dilaksanakan kegiatan pengembangan III - 4

5.1. Pertanian Komoditas Tanaman Pangan

5.1. Pertanian Komoditas Tanaman Pangan 5.1. Pertanian 5.1.1. Komoditas Tanaman Pangan L uasan areal yang potensial untuk pengembangan komoditas pertanian seluas 32.702 Ha atau 38,87 % dari luas wilayah Kabupaten (84.140 Ha), terdiri dari lahan

Lebih terperinci

5.1. Pertanian. Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2012

5.1. Pertanian. Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2012 5.1. Pertanian Temperatur udara yang berkisar antara 20-29 C, kelembaban udara berkisar antara 74-87 % serta rata-rata curah hujan 2.002 per tahun dan ketinggian tempat antara 0-600 m dpl, Kabupaten Jembrana

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN P erencanaan Strategis Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan merupakan bagian dari implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN KAKAO KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Strategis (RENSTRA) 20142019 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana program indikatif dimaksudkan sebagai pedoman bagi aktifitas pembangunan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 3-8 VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN AWAL TARGET INDIKATOR 3 4 5 6 7 8 8 3 4 5 6 7 8 9 3 4 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN

RENCANA KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN KABUPATEN PACITAN SASARAN 1 2 3 4 5 6 7 8 Prosentase layanan 100% Program Pelayanan Peningkatan dan Pengelolaan Input : Dana Rp 1.004.854.000,00 adminstrasi Administrasi Perkantoran Administrasi Perkantoran : Terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN Anggaran : 207 Formulir RKA SKPD 2.2 Urusan Pemerintahan : 3. 03 Urusan Pilihan Pertanian Organisasi : 3. 03. 0 Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KAKAO Penyebaran Kakao Nasional Jawa, 104.241 ha Maluku, Papua, 118.449 ha Luas Areal (HA) NTT,NTB,Bali, 79.302 ha Kalimantan, 44.951 ha Maluku,

Lebih terperinci

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak Hasil-hasil penelitian/pengkajian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya BPTP Sulawesi Tengah merupakan paket teknologi spesifik lokasi yang selanjutnya perlu disebarkan kepada pada ekosistem

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program

BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA. dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan program BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN MAJALENGKA A. Program dan Indikasi Kegiatan Program merupakan instrumen kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG POS KESEHATAN DESA ( POSKESDES ) DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG POS KESEHATAN DESA ( POSKESDES ) DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG POS KESEHATAN DESA ( POSKESDES ) DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan SASARAN Dinas Tan. Pangan, Horti. & Peternakan Kalimantan Tengah 1 Meningkatkan Jumlah Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; 2 Meningkatkan Jumlah

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Isi Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xiv I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1 1.2. Maksud dan Tujuan Studi......8 1.2.1. Maksud......8

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

PERTANIAN.

PERTANIAN. PERTANIAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN Menyediakan kebutuhan pangan penduduk Menyerap tenaga kerja Pemasok bahan baku industri Sumber penghasil devisa SUBSEKTOR PERTANIAN Subsektor tanaman pangan

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 No. 33/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI BANTEN TAHUN 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2013-2018 DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 Renstra Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar Tahun 2013-2018 1 KATA PENGANTAR Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel

diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. dilihat pada tabel mengisi daftar kehadiran atau berdasar data yang diperoleh melalui sistem pendataan pengunjung. Adapun jumlah Pengunjung Perpustakaan dapat dilihat pada tabel 2.184. Tabel 2.184. Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 201-2018 DINAS PERTANIAN KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2017 1 KATA PENGANTAR Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gianyar 201-2018 telah mengamanatkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Tujuan Sasaran RPJMD Kinerja Utama Program dan Kegiatan Indikator

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN ST01-L BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA SENSUS PERTANIAN 01 PENCACAHAN LENGKAP RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN RAHASIA I. KETERANGAN UMUM RUMAH TANGGA 101. Provinsi Kab/Kota Kecamatan Desa/Kel. No.

Lebih terperinci

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD 0-06 BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI NO II URUSAN PILIHAN PERTANIAN Program Pengembangan Agribisnis Kinerja Program Meningkatnya aktivitas ekonomi regional

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI V isi dan misi organisasi Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Garut ditujukan untuk menunjang visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan

Lebih terperinci

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b. 30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 INDIKATOR KEGIATAN

PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 INDIKATOR KEGIATAN PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN 2014 SKPD : DINAS PERTANIAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN NO NAMA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN PLAFON ANGGARAN LOKASI SUMBER KELUARAN

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) 231590 Garut PENETAPAN KINERJA (TAPKIN) PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 1 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BULELENG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BULELENG KABUPATEN BULELENG LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAHAN DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BULELENG 2016 DINAS PERTANIAN KABUPATEN BULELENG TAHUN 2017 i KATA PENGANTAR Puji Syukur

Lebih terperinci

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Nomor Tanggal : : 8 Tahun 201 1 Oktober 201 PEMERINTAH KOTA MEDAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP)

LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET PROGRAM KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA SATUAN TARGET KEGIATAN ALOKASI ANGGARAN (RP) SUMBER DANA (INTERNAL DAN EKSTERNAL) 1 Meningkatnya layanan masyarakat tanbunakhut

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERTANIAN DAN PERIKANAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 AKUNTABILITAS KINERJA A. EVALUASI CAPAIAN KINERJA Indikator kinerja

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Instansi Visi : Dinas, : Terwujudnya Masyarakat Yang Sehat dan Produktif Melalui Pembangunan, Kelautan dan yang Berwawasan agribisnis dan Berbasis Sumberdaya lokal Misi 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N 1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional, dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, setiap

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 4.2.5.1 KONDISI UMUM Sebagai salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di wilayah pesisir, Kota Semarang memiliki panjang pantai 36,63 km dengan

Lebih terperinci

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013 C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN Pembangunan pertanian khususnya sektor perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi, dalam hal ini sektor perikanan adalah sektor

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 No. 33/07/31/Th.XVI, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI DKI JAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

II. PENGUKURAN KINERJA

II. PENGUKURAN KINERJA Kota Prabumulih 2 II. PENGUKURAN KINERJA Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan merumuskan 3 misi utama dalam mencapai visi organisasi, setiap misi mempunyai 3 sasaran yang mengacu

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 35

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 35 Kota 35 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA III.1. EVALUASI KINERJA Pengukuran Kinerja memberikan informasi terhadap hasil realisasi dari petetapan kinerja yang sudah melalui proses anggaran (budgeting process).

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018

RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018 Target Kinerja Sasaran RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018 Indikator Target Kegiatan Anggaran Penanggung Triwulan Sasaran Indikator Kinerja Volume Satuan Program / Kegiatan Kegiatan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014

DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 KABUPATEN BADUNG DOKUMEN PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA BIMA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN KOTA BIMA TAHUN 2016

Lebih terperinci

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu : PROJECT DIGEST NAMA CLUSTER : Ternak Sapi JUDUL KEGIATAN : DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI pembibitan menghasilkan sapi bakalan super (bobot lahir > 12 kg DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TTU PENANGGUNG JAWAB

Lebih terperinci

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr.

MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL. OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. MENDORONG KEDAULATAN PANGAN MELALUI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNGGUL LOKAL OLEH : GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Dr. ERZALDI ROSMAN V I S I 2017-2022 MISI PROVINSI TERKAIT PERTANIAN MISI 1 : MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

REKAPITULASI REALISASI PER PROGRAM BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014

REKAPITULASI REALISASI PER PROGRAM BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014 REKAPITULASI REALISASI PER PROGRAM BELANJA LANGSUNG APBD KABUPATEN JEMBRANA TAHUN ANGGARAN 2014 BULAN : NOPEMBER 2014 NO 1 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA OLAHRAGA, PARIWISATA DAN 46.877.699.625,00 82,74 20.845.634.092,00

Lebih terperinci

BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB. IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Sebagai penjabaran Visi Pemerintah Kabupaten Lamandau yaitu Terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat Terlaksananya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 04/06/Th. XIV, 1 Juni 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2011 NILAI TUKAR PETANI SEBESAR 99,49 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Mei 2011 tercatat sebesar 99,49 persen,

Lebih terperinci