MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/M/Kp/VIII/2006

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/M/Kp/VIII/2006"

Transkripsi

1 DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/M/Kp/VIII/2006 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOOLOGI TAHUN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan Iptek merupakan proses yang berkelanjutan, dan dalam pelaksanaannya bersifat lintas instansi/lembaga melalui koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi; b. bahwa guna memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja dalam pelaksanaan pembangunan Iptek yang berkelanjutan tersebut, dipandang perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Negara Riset dan Teknologi ; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 3. Peraturan pemerintah nomor 7 Tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara Republik Indonesia, sebagaimana

2 telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden RI Nomor 62 tahun 2005; 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 6. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP); 7. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 02/M/PER/III/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Riset dan Teknologi; M E M U T U S K A N : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI PERTAMA : Rencana Strategis Kementerian Negara Riset dan Teknologi Tahun yang selanjutnya disebur RENSTRA KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI sebagaimana terdapat dalam lampiran ini dan merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan ini. KEDUA : Renstra Kementerian Negara Riset dan Teknologi merupakan panduan dalam melaksanakan penyusunan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan Kementerian Negara Riset dan Teknologi. KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 08 Agustus 2006 MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, KUSMAYANTO KADIMAN

3 RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI Jakarta 2006

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sejarah kemanusiaan membuktikan bahwa dari sejak dahulu kala hanya bangsa-bangsa yang dapat menguasai dan memberdayakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) lah yang dapat mempertahankan harkat hidup dan harga diri kebangsaan dan kenegaraannya. Penguasaan dan pemberdayaan Riset Iptek mensyaratkan pandangan yang jauh ke depan. Riset Iptek hanya akan dapat dikuasai dan diberdayakan jika aspek-aspek persyaratan sustainabilitas rantai-aktifitas dan kondusifitas lingkungan pertumbuhannya mendukung. Aktifitas Riset Iptek sangat rentan pada jebakan yang dapat memutus seluruh kegiatan jika aktifitas penguasaan tidak menciptakan keterhubungan dengan aktifitas pemberdayaan. Dan, pada gilirannya menumbuhkan kesan pemborosan sumberdaya. Transformasi penguasaan Riset Iptek perlu diupayakan agar dapat mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan sumber-sumberdaya Riset Iptek secara keseluruhan. Untuk mencapai tingkat itu memang dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabailitas yang dapat membuktikan bahwa aktifitas penguasaan dan pemberdayaan Riset Iptek akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan bangsa. Pada ranah ini diperlukan penyadaran pada seluruh elemen bahwa eksistensi dan harga diri bangsa ini hanya akan bisa dipertahankan jika Riset Iptek sebagai elemen dasar kehidupan berbangsa di masa depan terkuasai dan dapat diberdayakan. Untuk mencapai tingkat penyadaran pada seluruh elemen masyarakat bangsa, maka persoalan Riset Iptek perlu digeser menjadi DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM, BAGIAN HUKUM, BIRO HUKUM DAN HUMAS

5 persoalan politik bangsa. Dalam konteks ini, Soekarno sebagai Presiden pertama menyebutnya sebagai Politik Teknologi. Perkembangan di masa mendatang akan semakin membuktikan bahwa Riset Iptek akan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam derap pembangunan bangsa Indonesia. Beberapa faktor yang dapat disebut sebagai kendala dalam mewujudkan hal tersebut antara lain: rendahnya perhatian pemerintah terhadap Riset Iptek dalam kurun empat tahun terakhir ini, tidak adanya mekanisme intermediasi Riset Iptek, kerangka konsep pembangunan jangka panjang baik sebagai visi maupun kebijakan strategis, dan lemahnya tingkat sinergi berbagai kelembagaan Riset Iptek, sedikitnya produk legislasi dalam kaitannya dengan Riset Iptek. Di dalam berbagai pertemuan internasional maupun pada tingkat regional sangat diakui bahwa peran pemerintah menjadi sangat penting dalam mendorong Iptek menjadi pilar pembangunan nasional. Peran key driver di dalam mempertahankan dan memfasilitasi keterhubungan antara riset dan inovasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk: insentif (fiskal maupun penelitian), pendorong purchasing power bagi produk-produk riset di dalam negeri, pemberi seed funding dan fasilitator proses spinning-off. Oleh karenanya, penting peran Iptek dalam penumbuhan keunggulan kompetitif, ditujukan pada, paling tidak ada tiga hal: (1) penumbuhan aset dan kapabilitas masyarakat agar secara kolektif dapat menjadi sumber keunggulan negara bangsa (resource advantage), (2) penguatan rantai pertambahan nilai produksi agar citra dan pangsa pasar produk dalam negeri meningkat ditopang oleh hasil penelitian anak bangsa yang mampu berdaya saing di pasar global (positional advantage) dan dapat meningkatkan pendapatan negara, (3) upaya untuk mengatasi berbagai bentuk persaingan yang melemahkan posisi tawar bangsa, sehingga secara berkelanjutan memperbaharui sumber-sumber

6 keunggulan bangsa (regenerating advantage) Landasan Beberapa referensi yang melandasi kebijakan pembangunan di bidang Iptek secara ringkas mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut : UUD 1945 Pasal 31 Ayat 5 Iptek merupakan salah satu amanah yang tertuang di dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia (UUD 1945) Amandemen 4 pada pasal 31 ayat 5 menyatakan Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sinas P3 IPTEK) Agar usaha-usaha pengembangan Iptek lebih efektif, berorientasi pada kepentingan masyarakat, menghasilkan kemanfaatan yang nyata, serta tidak hanya terpusat di daerah-daerah tertentu, maka telah di sahkan Undangundang tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas P3 IPTEK). Tujuan undang-undang ini adalah membentuk kerangka hukum yang diperlukan untuk menanamkan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa perkembangan kemampuan Iptek hanya dapat terjadi secara berkelanjutan apabila semua elemen sistem nasional Iptek dapat tumbuh dengan baik dan berinteraksi membentuk jaringan yang memungkinkan terjadi pendayagunaan sumber daya Iptek secara lebih efisien dan efektif. Oleh karena itu perkembangan kemampuan Iptek tidak dapat hanya dibebankan kepada para pelaku

7 pendidikan dan pelaku Litbang, namun juga merupakan tanggung jawab Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang ingin dicapai melalui undangundang No. 18/2002 adalah : Membentuk kerangka hukum bagi perkembangan tatanan kelembagaan yang diperlukan untuk memperkuat kemampuan Iptek. Membangun kesadaran tentang pentingnya peran serta masyarakat, khususnya dunia usaha, dalam memperkuat sistem nasional Iptek, sehingga akan terbentuk kemampuan yang berakar dikalangan masyarakat dan dapat secara nyata mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat dan peradaban bangsa, serta memperkuat posisi negara kita dalam perkembangan global. Meletakkan rambu-rambu tentang hak dan kewajiban yang dapat menjamin perimbangan antara perlunya perlindungan kepentingan perorangan dan badan usaha dalam melakukan upaya di bidang Iptek, dengan perlunya jaminan bahwa kepentingan perorangan dan badan usaha tersebut harus merupakan bagian dari kepentingan masyarakat luas. Memberikan landasan hukum bagi pemerintah untuk membentuk lingkungan yang kompetitif, memacu perkembangan dan sinergi elemenelemen sistem nasional Iptek, serta mengatasi berbagai bentuk hambatan dan kesenjangan yang tidak dapat diatasi secara sendiri-sendiri oleh setiap elemennya. Untuk segera mengefektifkan UU No. 18/2002 tersebut saat ini sedang dipersiapkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah yang akan memberikan dasardasar operasionalisasi kegiatan Iptek yaitu : 1. Penggunaan Pendapatan Perguruan Tinggi, Lembaga Litbang dari Hasil Alih Teknologi dan Jasa Pelayanan Iptek;

8 2. Perizinan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Litbang Asing, dan Orang Asing dalam melakukan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek di Indonesia; 3. Perizinan untuk Kegiatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek yang Berisiko Tinggi; 4. Alokasi Pendapatan Badan Usaha untuk Peningkatan Kemampuan dan Kinerja Produksi serta Kemitraan dengan Lembaga Litbang. Arah kebijakan Peningkatan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi difokuskan pada enam bidang prioritas yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan, (iii) pengembangan teknologi dan manajemen transportasi, (iv) pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, dan (vi) pengembangan teknologi kesehatan dan obatobatan; yang dijabarkan ke dalam program-porgram pembangunan sebagai berikut : 1. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2. Program Difusi dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 3. Program Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 4. Program Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahun dan Teknologi Sistem Produksi Inpres No.4 tahun 2003 Kebijaksanaan Strategis Pembangunan Nasional IPTEK Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek), berfungsi sebagai pedoman nasional dalam implementasi program riset dan perakitan teknologi di semua sektor. Jakstranas Iptek diformulasikan guna memfasilitasi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang

9 berkelanjutan melalui pemanfaatan dan pendayagunaan Iptek dalam pola kemitraan antara pemerintah sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pengguna Iptek, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Jakstranas Iptek menggariskan bahwa Tujuan Strategis Pembangunan Iptek ditujukan sebagai landasan untuk menjamin efektivitas dan efisiensi program, seperti dibawah ini : 1. Pemberdayaan Ekonomi Nasional Yang Berkelanjutan: Memperkuat dan meningkatkan keefektifan dukungan iptek untuk mendukung upaya mengatasi dampak krisis serta memanfaatkan peluang yang terbuka untuk memulihkan kegiatan ekonomi nasional; serta meningkatkan insentif bagi industri, dunia usaha dan masyarakat di pusat dan daerah untuk memperkuat sistem produksi nasional secara konsisten dan berkelanjutan. 2. Pemantapan Tatanan Sosial Politik : mengkaji kelemahan struktural dan kelembagaan yang perlu dalam rangka mengurangi dampak kesenjangan sosial politik serta mendukung upaya kesetaraan jender dalam suasana harmonis untuk memperkokoh landasan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. 3. Reposisi Kelembagaan Iptek : Memfungsikan lembaga iptek agar dapat memiliki posisi strategis dalam pembangunan nasional. 4. Pembentukan Kemandirian dan Keunggulan: Meningkatkan daya serap kemajuan iptek dan menumbuh-kembangkan kemampuan inovasi sebagai landasan pembentukan kemandirian dan keunggulan iptek yang menjunjung tinggi hukum dan menghormati hak atas kekayaan intelektual. 5. Penyelarasan dengan Perkembangan Global: Menyediakan dukungan iptek untuk meningkatkan kompatibilitas pembangunan nasional dengan perkembangan global Tujuan Renstra

10 Menjadi panduan dan arah kegiatan bagi segenap unit organisasi di lingkungan Kementerian Negara Riset dan Teknologi dalam menyusun dan melaksanakan program-program secara terpadu dan komprehensif dalam rangka peningkatan peran Kemenneg. Ristek di masa yang akan datang. Sebagai instrumen dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi dalam rangka pengukuran kinerja Kementerian Negra Riset dan Teknologi baik dalam bentuk laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) maupun peningkatan pengawasan internal Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan Renstra mencakup latar belakang, landasan (referensi dasar kebijakan Iptek), analisis faktor internal dan eksternal, tantangan dan peluang, tupoksi, visi, misi, nilai-nilai, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan.

11 BAB II ANALISIS LINGKUNGAN DAN FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN 2.1. Perkembangan Lingkungan Strategis Adanya tuntutan perubahan yakni bergesernya peran pemerintah dari pelaku utama menjadi fasilitator dalam pembangunan di bidang Iptek. Hal itu berarti, peran pemerintah lebih diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman, serta menekankan pada upaya-upaya yang dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya kegiatan inovasi dan difusi teknologi, terutama untuk dunia usaha, dengan memperbesar masukan, mengayomi penjalinan kemitraan, memodali pencetusan pengetahuan baru, memperlancar arus informasi, menyediakan kemudahan dan apabila diperlukan akan menata rambu-rambu. Sekalipun hal ini merupakan aspirasi yang sudah lama dicetuskan dari pihak pemerintah namun dorongan perubahan kali ini adalah akibat dari meningkatnya tuntutan terhadap transparansi pemerintahan serta semakin terbatasnya anggaran pemerintah untuk pembiayaan di bidang Iptek. Konsekuensi dari tuntutan ini adalah perlunya pendekatan kebijakan baru, yang lebih banyak menerapkan skema-skema insentif yang dapat memperbesar masukan, mengayomi penjalinan kemitraan, memodali pencetusan pengetahuan baru dan memperlancar arus informasi, serta menyediakan kemudahan, di samping instrumen anggaran untuk membiayai penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa) di lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang). Semangat Reformasi Semangat reformasi dapat dijadikan momentum yang tepat untuk mengadakan perubahan mendasar di segala bidang, termasuk dalam upaya pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan Iptek.

12 Penerapan Otonomi Daerah Penerapan undang-undang tentang otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada masyarakat setempat untuk mengelola potensi yang ada di daerahnya. Hal ini tidak hanya membuka kesempatan luas bagi pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan Iptek, tetapi juga dapat mendorong perkembangan kelembagaan Iptek di daerah serta menumbuhkan jaringan Iptek yang lebih merata di seluruh wilayah nusantara. Perkembangan Iptek Kepesatan kemajuan iptek pada dua dasawarsa terakhir memberikan sumbangan berharga dalam bentuk banyaknya pilihan Iptek yang bisa didayagunakan dalam rangka mendukung penguatan ekonomi, industri dan peningkatan kesejahteraan di Indonesia (lihat Lampiran A untuk beberapa bidang pilihan utama di berbagai negara). Kecenderungan global perkembangan Iptek perlu secara terus menerus dipantau dan diantisipasi melalui teknik-teknik pengkajian, pemantauan dan peramalan teknologi. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia dapat menyeleksi, mengadaptasi, dan memfokuskan program-program Iptek dalam rangka penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi sosial budaya masyarakat. Meningkatnya Tuntutan Konsumen Dengan terbukanya sumber informasi modern, masyarakat Indonesia telah dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di luar negaranya. Sebagai akibatnya tuntutan untuk dapat menikmati barang dan jasa yang diproduksi dengan teknologi modern ikut pula meningkat. Disamping itu dorongan

13 liberalisasi sistem perdagangan telah menciptakan insentif pasar bagi pendayagunaan kemajuan teknologi untuk memperbaiki QCD (Quality, Cost & Delivery) kegiatan produksi dengan nilai tambah optimum Lingkungan Internal a. Kekuatan : Visi dan misi yang jelas; Jumlah SDM, anggaran, sarana dan prasarana yang mendukung kewenangan merumuskan kebijakan bidang riset Iptek; Kewenangan perumusan kebijakan bidang riset Iptek; Kewenangan koordinasi antar Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) di lingkungan riset dan Teknologi; Kewenangan koordinasi kebijakan pelaksanaan pengawasan; Komitmen dan kemauan politik pimpinan. b. Kelemahan : Kelembagaan yang belum sepenuhnya mendukung kebijakan di bidang riset Iptek; Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia masih terbatas; Inkonsistensi dan dukungan dalam penerapan kebijakan; Belum lengkapnya prosedur operasi baku (Standard Operating Procedure); Belum optimalnya perumusan kebijakan; Lemahnya pelaksanaan koordinasi Lingkungan Eksternal

14 a. Peluang : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ; Agenda Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu; Tuntutan kebutuhan adanya sistem inovasi Iptek; Kerjasama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan LPND di lingkungan riset dan teknologi. Tuntutan kebijakan di bidang riset Iptek; Dukungan kerjasama dengan berbagai pihak (lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang), masyarakat dan dunia usaha) dalam negeri dan luar negeri. b. Ancaman : Lemahnya peraturan perundang-undangan mengenai pengembangan, pengusaan dan penerapan Iptek; Rendahnya kemampuan SDM Iptek; Kebijakan yang sering berubah (tidak konsisten dan tidak selaras) Tantangan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Kemenneg Ristek) merupakan unsur pemerintah yang memiliki fungsi utama merumuskan kebijakan dan mengkoordinasikan program-program pembangunan Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Riset Iptek). Keberhasilan Kemenneg Ristek diukur dari kemampuannya dalam membentuk iklim dan meningkatkan program-program

15 yang memungkinkan setiap elemen yang terkait dengan kegiatan Riset Iptek berkembang dan berinteraksi secara produktif untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan melalui produk-produk kebijakan dan aktifitas koordinasi. Sesuai dengan UU No. 18/2002, stakeholders Kemenneg Ristek adalah masyarakat pelaksana dan pengguna Riset Iptek baik yang berada di lingkungan lembaga penelitian dan pengembangan, pendidikan tinggi, dunia usaha/industri, dan lembaga pendukung termasuk pemerintah daerah. Keempat lembaga Iptek tersebut perlu diupayakan agar secara sinergis mampu mendorong percepatan perubahan dalam masyarakat terutama dalam kaitannya dengan penerimaan Iptek sebagai mind-set bangsa. Dalam era globalisasi maka mekanisme pasar menjadi dasar pengaturan berbagai aspek hubungan antar bangsa. Dalam hal ini, kemampuan inovasi dan mendifusikan hasil-hasil Riset Iptek merupakan aset yang sangat berharga ketimbang pemilikan sumber daya alam yang berlimpah. Perkembangan teknologi informasi yang mendasari perkembangan global tersebut memunculkan berbagai isu, antara lain: bentuk kerjasama antara pelaku Iptek, pengguna Iptek dan pembuat kebijakan harus difasilitasi, ketersediaan dan pemanfaatan teknologi informasi dalam menjaga keseimbangan antara perlindungan kekayaan intelektual dan kebebasan dalam mengakses informasi yang dihasilkan oleh aktifitas Riset Iptek. Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa lemahnya kemampuan Riset Iptek merupakan salah satu faktor penyebab dangkalnya struktur kegiatan produksi dan tingginya terhadap ketergantungan impor, yang berakibat rapuhnya perekonomian nasional. Kompleksitas persoalan semakin rumit mengingat terbatasnya anggaran dan cepatnya laju perkembangan Iptek. Terlebih lagi di dalam kaitannya dengan laju perkembangan Iptek yang

16 membutuhkan fasilitas penelitian dan pengembangan. Tantangan tersebut meningkatkan ketergantungan dalam sistem inovasi dan memerlukan adanya suatu arah yang jelas bagaimana Iptek dapat menunjang pertumbuhan dalam pembangunan yang berkelanjutan. Sementara itu pada umumnya pelaku ekonomi nasional belum terdorong untuk melakukan investasi yang bermakna untuk mengakumulasikan kemampuan Riset Iptek bagi pembentukan kemandirian dan keunggulan bangsa. Sering hal itu terkait dengan ketidaktersediaan mekanisme intermediasi baik dalam bentuk kebijakan, insentif maupun kelembagaan yang menjembatani antara riset dan inovasi. Oleh karenanya, secara makro orientasi kebijakan dan koordinasi yang dilakukan oleh Kemenneg Ristek perlu mempertimbangkan unsur-unsur: teknologi, modal, informasi dan birokrasi. Lebih jauh lagi, dapat dicatat pula keengganan pihak praktisi untuk mengalokasikan pendanaan litbang. Investasi pemerintah di bidang Riptek sampai saat ini pada umumnya belum dirasakan manfaatnya secara nyata bagi pelaku ekonomi yang mentransformasi kemampuan Riset Iptek ke dalam berbagai aplikasi yang bermanfaat bagi kehidupan bangsa Peluang Disadari bahwa pemerintah terutama di negara-negara berkembang merupakan unsur utama dalam mendorong dan meningkatkan keterhubungan antara penelitian dan pengembangan (Litbang) dengan inovasi untuk dunia usaha/industri dan masyarakat. Fasilitasi pemerintah dapat berupa: peraturan, regulasi, kebijakan, jaminan pembelian, insentif, dlsb.

17 Saat ini aktifitas Riptek telah mempunyai dasar konstitusional yang cukup kokoh di dalam UUD 45 Pasal 31 Ayat 5 berkaitan dengan peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada tingkat perundang-undangan yang lebih rendah telah dikeluarkan pula UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Presiden melalui INPRES No. 4/2003 telah pula menginstruksikan agar Menteri Negara Riset dan Teknologi mengkoordinasikan perumusan dan pelaksanaan Kebijakan Strategis Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Landasan konstitusional dan hukum seperti tersebut di atas diperlukan untuk memperkuat langkah-langkah pembangunan di bidang Riset Iptek. Memang, perlu disadari pula bahwa Kemenneg Ristek belum sepenuhnya berperan selaku arsitek kebijakan Riset Iptek nasional yang manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat luas. Perhatian Kemenneg Ristek masih terfokus pada program-program Riset Iptek yang dibiayai oleh pemerintah dan kurang memperhatikan instrumen insentif yang diperlukan untuk membentuk iklim dan suasana yang kondusif bagi para pelaku Riset Iptek. Masih lemahnya kelembagaan sistem nasional inovasi, memperlemah determinasi aktifitas Riset Iptek ke dalam skala ekonomi. Kelompok kerja regional seperti APEC, ASEAN dan NAM banyak sekali memberi perhatian tentang lemahnya mekanisme intermediasi di negara-negara anggotanya. Science and Technology Intermediary Mechanism (STIM) ini dirasakan sangat penting oleh negara-negara tersebut dengan pertimbangan : Di dalam era globalisasi dan knowledge based economy, penyebab terjadinya kegagalan tidak diperolehnya dukungan program-program kegiatan Iptek di suatu negara pada umumnya terletak pada ketidakmampuan masyarakat Iptek (policy makers dan peneliti) mengartikulasikan hasil-hasil kegiatan Iptek ke dalam aktifitas berskala nilai ekonomi;

18 Aktifitas penelitian, pengembangan dan rekayasa serta komersialisasi ternyata bukan tahap yang mudah untuk dilalui karena munculnya fenomena death valley. Fenomena ini terjadi karena seringnya terjadi kemandekan ketika aktifitas penelitian hanya berhenti pada laporan dan tidak berdampak pada di sisi komersial atau pemanfaatan lanjut (sustain); a. Di sepakati bahwa fungsi utama STIM di suatu negara: i. Transformer dalam konteks komersialisasi dan produktivitas; ii. Catalyst or enzyme pengembangan; mendorong dan mempercepat proses iii. iv. Impartial assessor or evaluator melakukan kajian yang tidak memihak, teliti dan adil; Productivity Enhancer meningkatkan produktifitas agar produk Iptek dapat dipasarkan secara efektif; v. Market Enabler mengembangkan platform agar terjadi transaksi; vi. vii. Agar industri melakukan R&D Cluster Builder mendorong agar tumbuh kluster yang menggabungkan: jaringan industri, pakar, perusahaan dan lembaga penelitian yang terkait. Kementerian Negara Riset dan Teknologi, sesuai dengan tugas dan fungsinya, diharapkan oleh berbagai pihak agar lebih proaktif mengambil prakarsa yang dapat menstimulasi perkembangan dan meningkatkan efektifitas pendayagunaan sumberdaya Riset Iptek. Berbagai prakarsa yang dilakukan oleh Kemenneg Ristek, dalam sistem insentif seperti Insentif Penelitian Dasar, Insentif Penelitian Terapan, Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan

19 Teknologi, Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS), Insentif Peningkatan Inovasi dan Kapasitas Iptek Sistem Produksi. Untuk itu Kemenneg Ristek perlu memiliki SDM dan Sistem Kerja yang lebih memadai untuk menganalisis perkembangan Riset Iptek, dinamika masyarakat serta merumuskan kebijakan Riset Iptek yang selaras dengan dinamika masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan dan hambatan yang ada. Sehingga kesepakatan pimpinan Kemenneg Ristek yang telah terbentuk tentang berbagai aspek keberhasilan yang mendasar, dapat ditindaklanjuti secara efektif Faktor Kunci Keberhasilan Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihimpun dari kondisi internal dan eksternal Kementerian Negara Riset dan Teknologi merupakan kondisi yang mungkin berkembang dan timbul di kemudian hari yang akan mempengaruhi eksistensi Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Dengan diketahuinya faktor yang paling berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap perkembangan Kementerian Negara Riset dan eknologi, dari Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT Analysis) ditentukan asumsi strategis, yaitu: a) menggunakan kekuatan yang ada pada organisasi untuk memanfaatkan peluang; b) memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman; c) mengatasi kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang; dan d) mewaspadai dan mencegah ancaman kelemahan yang menjadi ancaman terwujudnya visi dan misi. Dengan melihat keterkaitan masing-masing faktor (aspek kekuatan dan kelemahan) dengan visi, misi yang hendak dicapai, maka rumusan hasil

20 analisis strategis yang menjadi prioritas Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) adalah : 1.Peningkatan profesionalisme SDM Kementerian Negara Riset dan Teknologi; 2.Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung kebijakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi; 3.Peningkatan kinerja organisasi; 4.Peningkatan perumusan kebijakan Iptek dan sosialisasinya. Selanjutnya untuk memberi fokus dan memperkuat rencana yang memperjelas hubungan antara misi dan tujuan disusun faktor kunci keberhasilan sebagai berikut : 1. Adanya pembinaan dan pengembangan SDM Kementerian Negara Riset dan Teknologi agar menjadi profesional; 2. Dukungan sumber daya yang memadai; 3. Adanya struktur organisasi dan prosedur operasi baku (standard operating procedure) yang mendukung kebijakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi; 4. Adanya perumusan dan penerapan kebijakan riset Iptek yang konsisten.

21 BAB III VISI DAN MISI 3.1. Tugas Pokok dan Fungsi Tugas Pokok Kementerian Negara Riset dan Teknologi adalah membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Menteri Negara Riset dan Teknologi menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan nasional di bidang riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi; b. Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang riset, ilmu pengetahuan dan teknologi; c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya; d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; e. Penyampai laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden Visi Untuk menyatukan persepsi dan fokus arah pembangunan kemampuan Iptek nasional, maka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Negara Riset dan Teknologi dilandasi suatu visi dan misi yang ingin diwujudkan. Visi dan misi tersebut merupakan panduan yang memberikan pandangan dan arah kedepan sebagai dasar acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam mencapai sasaran atau target yang ditetapkan.

22 Visi Kementerian Negara Riset dan Teknologi dirumuskan sebagai berikut : Menjadi lembaga yang efektif untuk mewujudkan Iptek sebagai kekuatan utama kesejahteraan berkelanjutan dan peradaban bangsa Misi Untuk mencapai visi tersebut diatas, ditetapkan misi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang menggambarkan hal yang harus dilaksanakan, yaitu : 1. Menetapkan arah, prioritas utama dan kebijakan bagi perkembangan riset, ilmu pengetahuan dan teknologi: 2. Meningkatkan efektivitas koordinasi lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa) dengan dunia usaha dan masyarakat 3. Mendorong peningkatan kapasitas dan kapabilitas lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa); 4. Mengembangkan sistem inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional Nilai-nilai Sesuai karakteristik tugas dan kegiatan yang dilaksanakan, maka nilai-nilai kehidupan organisasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi yang harus dikembangkan, adalah : 1. Visionary (berpandangan jauh kedepan) Pembangunan Iptek senantiasa dimaksudkan untuk memberikan solusi yang bersifat strategis atau jangka panjang, menyeluruh dan holistik (atau kait mengait). Pembangunan Iptek akan diupayakan untuk tidak bersifat sektoral dan hanya memberikan implikasi yang terbatas. Lebih

23 lanjut visionary juga berarti bahwa pembangunan Iptek dimasa kini akan diupayakan sebagai solusi taktis di masa kini sekaligus bagian integral dari solusi permasalahan dimasa depan. Atau dengan kata lain solusi pembangunan Iptek di masa kini jangan sampai menjadi sumber permasalahan baru di masa datang. 2. Accountable (dapat dipertanggung jawabkan) Hal ini berarti bahwa seluruh denyut nadi pembangunan Iptek berikut seluruh aspek di dalamnya dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak. Pertanggungjawaban disini tidak hanya terbatas pada aspek finansial (seperti anggaran pembangunan Iptek) akan tetapi lebih dari itu, pertanggungjawaban disini mencakup aspek moralitas, dampak lingkungan, dampak budaya, dampak sosio-kemasyarakatan, dampak politis dan dampak ekonomis pada pembangunan nasional. 3. Excellent (prima) Kata ini dapat diartikulasikan sebagai terbaik, yang terbaik atau berusaha untuk menjadi yang terbaik. Pembangunan Iptek yang excellent dapat diartikan bahwa keseluruhan tahapan pembangunan Iptek mulai dari fase inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan implikasinya pada masyarakat maupun bangsa ini, harus yang terbaik. Pembangunan Iptek, terutama perencanaan, pelaksanaan dan dampaknya tidak boleh berkesan serampangan, akan tetapi harus berlandaskan pada tataran yang terbaik (excellent platform) guna memberikan hasil yang sempurna. 4. Innovative (inovatif) Kata inovatif berasal dari bahasa Latin innovare yang artinya temuan baru. Nilai luhur Inovatif dalam pembangunan Iptek berarti bahwa pembangunan Iptek senantiasa berorientasi pada segala sesuatu yang

24 baru, mulai dari konteks upaya untuk perolehan temuan-temuan baru sampai dengan upaya untuk menginduksikan proses pembaharuan dalam dinamika kehidupan masyarakat, tentunya pembaharuan yang dimaksud di sini adalah dalam tataran yang positif dan bertanggung jawab. Lebih lanjut inovatif juga berarti bahwa pembangunan Iptek memberikan apresiasi yang tinggi pada segala bentuk upaya untuk memproduksi inovasi-inovasi baru serta segala aktifitas inovatif untuk meningkatkan produktifitas Tujuan dan Sasaran Strategis Untuk mencapai visi dan misi Kementerian Negara Riset dan Teknologi seperti yang dikemukakan diatas, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusanan tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Kementerian Negara Riset dan Teknologi dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dengan diformulasikannya tujuan strategis ini dalam mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis ini juga akan memungkinkan Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk mengukur sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi. Untuk itu, agar dapat diukur keberhasilan organisasi di dalam mencapai tujuan strategisnya, setiap tujuan strategis yang ditetapkan akan memiliki indikator kinerja

25 (performance indicator) yang terukur. Rumusan tujuan strategis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Memberikan arah program penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa) ilmu pengetahuan dan teknologi nasional; 2. Meningkatkan kemitraan lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa) dengan dunia usaha dan masyarakat; 3. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa); 4. Meningkatkan sistem inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Sedangkan sasaran strategis merupakan rumusan yang lebih spesifik, terukur, dan dlam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan strategis. Sasaran strategis Kementerian Negara Riset dan teknologi, adalah : 1. Meningkatnya kemampuan dan penemuan baru dalam dalam penguasaan, pemanfaatan dan pemajauan Iptek; 2. Meningkatnya sinergi, kerjasama, jejaring antar lembaga, komunitas dan pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mobilitas sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi; 3. Menguatnya kompetensi inti lembaga penelitian, pengembangan dan rekayasa (Litbangyasa); 4. Meningkatnya produktivitas dan nilai tambah produk nasional.

26 BAB IV STRATEGI PENCAPAIAN (KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN) Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi, maka strategi organisasi yang dikembangkan memerlukan persepsi dan tekanan khusus dalam bentuk kebijakan. Kebijakan sebagai pedoman pelaksanaan tindakan tertentu merupakan kumpulan keputusan untuk menentukan bagaimana strategi dilaksanakan, dan mengatur suatu mekanisme tindakan lanjutan untuk pelaksanaan pencapaian tujuan dan sasaran Kebijakan Secara umum, kebijakan Kementerian Negara Riset dan Teknologi mencakup kebijakan utama dan kebijakan operasional. Kebijakan utama Kementerian Negara Riset dan Teknologi diarahkan untuk peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang meliputi : Penetapan kebijakan bidang prioritas, Roadmapping, Komersialisasi, Apresiasi, Resource Sharing, Sistem insentif, Pengembangan Open Source, Peningkatan Kandungan Local (Local Content). Sedangkan kebijakan operasional Kementerian Negara Riset dan Teknologi berkaitan dengan pelaksanaan teknis organisasi, pengelolaan sumber daya organisasi (sarana dan prasarana), keuangan (penggunaan sumber dana), SDM (personalia) yang diperlukan untuk menunjang implementasi kebijakan utama.

27 4.2. Program dan Kegiatan Sejalan dengan arah kebijakan strategis Kementerian Negara Riset dan Teknologi tang telah disebutkan diatas, dan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005, maka ditetapkan serangkaian program dan kegiatan untuk dapat mewujudkan tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan, sebagai berikut : 1. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tujuan program ini adalah meningkatkan fokus dan mutu kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan dasar, terapan, dan teknologi sesuai dengan kompetensi inti dan kebutuhan pengguna. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Riset Dasar. b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Program Utama Ristek (Fokus Program). c. Penyusunan dan Penyelengaraan Kebijakan Pengukuran, Standardisasi, Pengujian dan Mutu. d. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pengembangan Iptek Tepat Guna. e. Penyusunan dan Penyelenggaran Kebijakan Dukungan Iptek Untuk Kebijakan Pemerintah. f. Insentif Penelitian Dasar. g. Insentif Penelitian Terapan. 2. Program Difusi dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

28 Tujuan program ini adalah mendorong proses diseminasi hasil litbang serta pemanfaatannya oleh dunia usaha, industri, dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Diseminasi Hasil Litbang. b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Kemitraan dan Jaringan Kelembagaan Iptek. c. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pembudayaan Iptek. d. Insentif Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Teknologi. e. Penyusunan dan Penyelenggaraan Pendukung Kebijakan Difusi dan Pemanfaatan Teknologi. 3. Program Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tujuan program ini adalah meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga iptek dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Revitalisasi Kelembagaan Iptek. b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan serta Pengelolaan & Pengembangan Pusat-Pusat Iptek. c. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Manajemen Iptek Terpadu. d. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Insentif dan Pembiayaan Iptek.

29 e. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Partisipasi Profesi Ilmiah Dalam Perumusan Iptek. f. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Sistem Insentif dan Pembiayaan Iptek. g. Insentif Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) 4. Program Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sistem Produksi Tujuan program ini adalah mendorong peningkatan kapasitas teknologi pada sistem produksi di dunia usaha dan industri serta peningkatan sinergi antar berbagai komponen sistem inovasi. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Iptek Untuk Dunia Usaha. b. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pengembangan Technopreneur. c. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Peningkatan Kemampuan IKMK Berbasis Teknologi. d. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Pelayanan Jasa Iptek. Insentif Peningkatan Inovasi dan Kapasitas Iptek Sistem Produksi. e. Penyusunan dan Penyelenggaraan Kebijakan Proses Transformasi Industri. 5. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Negara

30 Program ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan secara efektif dan efisien. Sedangkan sasaran program adalah tersedianya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan tugas dan administrasi pemerintahan yang memadai pada unit kerja. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Pengembangan SDM dan administrasi kepegawaian b. Pemberdayaan orsos/lsm dan organisasi profesi c. Pengumpulan, pengembangan informasi data dan statistik d. Pembinaan, perancangan, harmonisasi, kerjasama & publikasi, litigasi & fasilitasi perancangan Perda peruu e. Penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas pemerintah pusat dan daerah f. Peningkatan arus informasi antar lembaga negara dan pemerintah pusat g. Pengembangan sistem h. Pengadaan peralatan perlengkapan gedung i. Pengadaan kendaraan berat/alat besar j. Monitoring, evaluasi dan pelaporan k. Kajian manajemen kebijaksanaan dan pelayanan l. Pembinaan Pelaksanaan Anggaran m. Pengelolaan keuangan negara n. Pembinaan dan pengembangan jaringan komunikasi dan informasi o. Perencanaan dan penyusunan program p. Peningkatan pengawasan barang beredar q. Sistem Pengelolaan Administrasi Keuangan r. Penyelenggaraan diklat aparatur negara s. Peningkatan kapasitas manajemen sarana dan prasarana aparatur negara

31 t. Pembinaan informasi publik 6. Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Sedangkan sasaran program adalah terwujudnya aparatur negara yang profesional dan berkualitas, jumlah dan kompetensi serta distribusi PNS sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan pemerintahan. Program ini akan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan penting seperti penyusunan kebijakan dan berbagai peraturan perundangundangan dalam rangka meningkatkan remunerasi, kinerja dan pengelolaan SDM aparatur, penyusunan kajian dan pedoman dalam rangka meningkatkan pengelolaan SDM aparatur, meningkatkan budaya kerja aparatur. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Pengembangan SDM dan Administrasi Kepegawaian 7. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan Program ini bertujuan untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan. Sedangkan sasaran program ini adalah terselenggaranya pelaksanaan tugas dan fungsi manajemen dengan lancar. Kegiatan yang dilakukan meliputi :

32 a. Peningkatan Manajemen, Perangkat Hukum Profesionalisme Sumberdaya Manusia dan Sarana b. Pembinaan dan pelaksanaan tatausaha, rumah tangga, dan pengolahan perlengkapan departemen c. Penyelenggaraan dan Pengkorordinasian Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri d. Administrasi Umum e. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan Negara yang Berasal Dari APBN dan APBD f. Pembinaan Pendapat Umum dan Koordinasi Humas-Humas antar Departemen/Lembaga Tinggi/Tertinggi Negara g. Penyelenggaraan Pembinaan Jabatan h. Pemantauan dan Evaluasi i. Pengembangan Sistem Informasi j. Pembinaan Administrasi dan Pengolahan Keuangan k. Perencanaan Program, Rencana Kerja dan Anggaran l. Penyusunan dan Penyelenggaran Kebudayaan Iptek m. Penyusunan dan Pengembangan Indikator dan Statistik Iptek Nasional n. Pembinaan dan Penguatan Kelembagaan Iptek 8. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Program ini bertujuan untuk menyempurnakan dan mengefektifkan sistem pengawasan, meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan kinerja aparatur dalam kerangka mewujudkan kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. Sedangkan sasaran program adalah terwujudnya sistem pengawasan

33 yang efektif serta mewujudkan aparatur yang akuntabel di lingkungan instansi pemerintah. Beberapa kegiatan penting yang terkait dengan program ini antara lain adalah penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang pengawasan dan peningkatan akuntabilitas, pelaksanaan koordinasi pengawasan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan percepatan pemberantasan korupsi, penyusunan berbagai pedoman yang diperlukan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah serta melakukan evaluasi dalam rangka meningkatkan penerapan manajemen kinerja di instansi pemerintah. Kegiatan yang dilakukan meliputi : a. Pemeriksaan Tanggung Jawab Atas Keuangan Negara

34 BAB V PENUTUP Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Negara Riset dan Teknologi tahun disusun dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun dan Agenda Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi dan diperhitungkan akan berpengaruh terhadap bidang peningkatan kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi. Dokumen rencana strategis tersebut memuat visi, misi, nilai-nilai, tujuan, sasaran dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang dijabarkan ke dalam kebijakan dan program. Sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis ini kemudian akan dijabarkan lebih lanjut kedalam suatu rencana kinerja tahunan (RKT). Rencana strategis ini merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja dan pelaporan akuntabilitas kinerja Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Dokumen rencana strategis Kementerian Negara Riset dan Teknologi tahun ini, telah memuat kebijakan dan program yang sejalan dengan pelaksanaan transformasi iptek sesuai dengan perubahan paradigma yang terjadi. Dengan demikian diharapkan berbagai kebijakan dapat dihasilkan baik dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang meliputi: Penetapan kebijakan bidang prioritas, Roadmapping, Komersialisasi, Apresiasi, Resource Sharing, Sistem insentif, Pengembangan Open Source, Peningkatan Kandungan Local (Local Content), serta kebijakan operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis organisasi, pengelolaan sumber daya organisasi (sarana dan prasarana), keuangan (penggunaan sumber dana), SDM (personalia) yang diperlukan untuk menunjang implementasi kebijakan utama.

35 Untuk mewujudkan berbagai perubahan sesuai paradigma tersebut, diperlukan proses, waktu dan konsistensi dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dengan adanya perencanaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang lebih terarah dan didukung iklim yang kondusif, transformasi penguasaan riset Iptek perlu diupayakan agar dapat mencapai nilai ambang batas yang dapat memicu dan memacu tumbuhnya kemandirian dalam upaya menciptakan pembaharuan sumber-sumber daya riset Iptek secara keseluruhan. Untuk mencapai tingkat itu memang dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kapabilitas yang dapat membuktikan bahwa aktifitas penguasaan dan pemberdayaan riset Iptek akan memberikan sumbangsih bagi kehidupan bangsa.

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Nomor 16B /M/Kp/I/2008 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI. Nomor 16B /M/Kp/I/2008 TENTANG MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI Nomor 16B /M/Kp/I/2008 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR 108/M/Kp/VIII/2006

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 2. Mewujudkan kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri;

KATA PENGANTAR. 2. Mewujudkan kolaborasi riset lembaga litbang dengan industri; KATA PENGANTAR Penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas) merupakan salah satu program yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Riset dan Teknologi 2010-2014, dimana jaringan Iptek, merupakan

Lebih terperinci

BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4 V i s i. 4.1. Visi da n Misi. B adan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA PENDAHULUAN Kunci kemajuan suatu bangsa sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi

Lebih terperinci

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

Page 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BIRO HUKUM DAN HUMAS RENCANA KINERJA TAHUNAN 2011 BIRO HUKUM DAN HUMAS BIRO HUKUM DAN HUMAS SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 Kata Pengantar Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENCANA STRATEGIS INSPEKTORAT KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 A. Latar Belakang RPJMD Kota Tangerag tahun 2014-2018 adalah merupakan tahapan ke- III dalam rangka mewujudkan Visi Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif.

kelembagaan yang satu ke unsur kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif. P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI I. UMUM Ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Telah ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2007 dan Keputusan Walikota Bandung Nomor 250 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok,

Lebih terperinci

BAB I REVIEW RENSTRA SETDA KALTIM

BAB I REVIEW RENSTRA SETDA KALTIM BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan publik dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait antara satu dengan yang lainnya. Untuk memahami kinerja Birokrasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor : 6 tahun 2001 Tanggal : 24 april 2001 Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia Pendahuluan Pesatnya kemajuan teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya ** PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya ** A. Pendahuluan Era globalisasi sekarang ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA Pendahuluan Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014 2019 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN GARUT KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah Kabupaten Lingga mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Permasalahan yang dihadapi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Program kegiatan di lingkup BPMPT Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 2. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perokonomian daerah. Otonomi yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance) BAB II RENCANA STRATEGIS A. RENCANA STRATEGIS 1. VISI Tantangan birokrasi pemerintahan masa depan meliputi berbagai aspek, baik dalam negeri maupun manca negara yang bersifat alamiah maupun sosial budaya,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar

REFORMASI BIROKRASI. Pengantar REFORMASI BIROKRASI Pengantar Keterpihakan serta dukungan terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Lembaga Administrasi Negara merupakan suatu amanah yang harus diikuti dengan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Utara Dalam upaya mewujudkan rencana pembangunan jangka menengah daerah 2010-2015

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2010-2014 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT KABINET 2012 SEKRETARIAT

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut Renstra Inspektorat Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 Kata Pengantar KATA PENGANTAR Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Untuk mencapai terselenggaranya manajemen pemerintahan yang efisien dan efektif menuju terwujudnya kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. No.227, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi oleh negara, telah terjadi pula perkembangan penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumedang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

menjadi Dasar Perekonomian Kerakyatan, dalam menunjang perekonomian sebagian besar penduduk Indonesia telah terbukti terutama pada saat krisis

menjadi Dasar Perekonomian Kerakyatan, dalam menunjang perekonomian sebagian besar penduduk Indonesia telah terbukti terutama pada saat krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan sektor yang menjadi Dasar Perekonomian Kerakyatan, dalam menunjang perekonomian sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, semakin membuka kesempatan yang cukup luas bagi daerah untuk mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional pada bab XIV salah satu agenda pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA B adan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Probolinggo menjalankan amanat Misi Kedua dari RPJMD Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 2018 yaitu MEWUJUDKAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan pada masa depan tepat melalui

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG Untuk memberikan arahan pada pelaksanaan pembangunan daerah, maka daerah memiliki visi, misi serta prioritas yang terjabarkan dalam dokumen perencanaannya. Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK 2013 RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010 2014 BPS KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW 2.1.

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI

DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG PEREKONOMIAN 2010 2014 DUKUNGAN SARAN KEBIJAKAN BIDANG EKONOMI SECARA TEPAT WAKTU DAN TEPAT ISI Kata Pengantar Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Deputi bidang

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Keberadaan BKN secara yuridis formal termuat di dalam Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci