FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009"

Transkripsi

1 Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009 Yusthin M. Manglapy; MG Catur Yuantari *) Alumni Fakultas Kesehatan Udinus **) Staf pengajar Fakultas Kesehatan ABSTRACT Background: Air pollution is mostly caused by motor vehicle in big cities which 70 % air pollution is caused by motor vehicle activities, such particulate matter and lead. Lead accumulation in blood and lungs. According to WHO, lead is heavy metal could cause acute and chronic body intoxication. The health effect of lead intoxication, such as neurology, hemapoitic system disorders (heme biosynthetic) and blood pressure (hypertension). One of biological indicators of lead exposure is lead in blood. Measurement of degree of lead in blood is done to person with potential risk of lead exposure. One of them is SPBU (gas station attendants) operator. SPBU COCO can sell about to liter/day. Meanwhile, SPBU Coco also had awarded as the highest seller on Central Java and DIY provinces level. According to interview report that was done toward 5 operators of SPBU COCO, 3 female operator sometimes felt nauseous and dizzy while they worked; whereas the remain of 2 male operators often got headache, close to weary weak when they ve been working. Method: Method that is used in this study was survey method and laboratory analysis with cross sectional approach. This study is done for explaining relationship between independent variables (age, sex, and years of service, nutrient status, physical exercise habits, and smoking habits) and dependent variables (blood lead (Pb-B)) through correlation test of Pearson Product Moment, Rank Spearman, and T-test independent. Sample in this research was all of SPBU COCO operator in Ahmad Yani Street Semarang, amounted to 32 persons. Result: Based on results, it s known that gender variable and smoking habitual had relationship with dependent variable (p value < 0.05). In the other side, age, years of service, nutrient status and exercise habitual variables have no significantly relationship with the dependent variables (p value > 0.05). According to result, also gained that dizzy was felt by respondent at most when they in worked. Although based on results not all variables have relationship and Pb contained within blood anchored in normal range and acceptable, and considering that fuel transaction in this place was very high, it s suggested for operator to maintain and keep hygiene their own workplace both inner and outer. Keywords: Leads, blood lead, Pb concentrate 114

2 JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan IPTEK dan semakin meningkatnya populasi manusia serta bertambah banyaknya kebutuhan manusia, mengakibatkan semakin besar pula terjadinya masalah-masalah pencemaran lingkungan. Pada dasarnya, secara alamiah, alam mampu mendaur ulang berbagai jenis limbah yang dihasilkan oleh makhluk hidup, namun bila konsentrasi limbah yang dihasilkan sudah tak sebanding lagi dengan laju proses daur ulang maka akan terjadi pencemaran. Pencemaran lingkungan yang paling mempengaruhi keadaan iklim dunia adalah pencemaran udara. Pencemaran udara ini menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan di muka bumi. Semakin menipisnya lapisan ozon adalah salah satu dampak yang harus diwaspadai karena ini berarti menyangkut lestarinya keanekaragaman hayati, kelangsungan makhluk hidup di bumi dan keberadaan bumi itu sendiri. Hasil penelitian United Nation for Environmental (UNEP) menempatkan Jakarta sebagai kota yang udaranya paling tercemar di dunia setelah Meksiko dan Bangkok. Sedangkan menurut temuan Bapedal (1996) Semarang adalah kota dengan pencemaran udara tertinggi setelah Jakarta dan Bandung. Perkiraan hasil studi Bank Dunia tahun 1994 (Indonesia Environment and Development) menunjukkan bahwa Kendaraan di Jakarta ( diperkirakan kondisi yang sama terjadi pada kota-kota besar lainnya) memberikan konsentrasi Timbal100 %, Suspended Particulate Matter / SPM10 42%, hidrokarbon 89%, nitrogen oksida 64% dan hampir seluruh karbon monoksida. Kendaraan bermotor di kota-kota besar merupakan sumber pencemar udara yang terbesar, dimana 70 % pencemaran udara di perkotaan di sebabkan oleh aktifitas kendaraan bermotor. Bagi banyak daerah perkotaan, terutama kota-kota besar, permasalahan pencemaran udara telah terjadi satu permasalahan yang akut. Kualitas udara diperkotaan, tanpa disadari sebenarnya telah menurunkan kualitas hidup masyarakatnya sendiri. Setiap manusia bernapas dan udara yang dihirup, jika tercemar oleh bahan berbahaya dan beracun, akan berdampak serius pada keadaan kesehatan manusia. Terjadinya pencemaran udara oleh faktor transportasi adalah akibat penggunaan bahan bakar yang dipergunakan sebagai penggerak bagi kendaraan yang menjadi sarana utama sektor transportasi tersebut. Penguapan bahan bakar, sistem ventilasi mesin dan yang terutama adalah buangan dari knalpot hasil pembakaran bahan bakar yang merupakan pencampuran ratusan gas dan aerosol yang menjadi penyebab utama keluarnya berbagai pencemar dari sektor transportasi. Polutan (pencemar) yang dihasilkan oleh sektor transportasi adalah : Karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida (NO), Hidrokarbon (HC), Sulphur dioksida (SO2), Timah hitam (Pb) dan Karbon dioksida (CO2). Senyawasenyawa tersebut seluruhnya bersifat merugikan manusia, baik secara langsung terhadap kesehatan, seperti karbon monoksida dan timah hitam. Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar bertimbal yang dalam pembakarannya melepaskan timbal. Oksida berbentuk debu/ partikulat yang dapat terhirup oleh manusia. Mobil berbahan bakar yang mengandung timbal melepaskan 95 persen timbal yang mencemari udara di negara berkembang. Pencemaran udara oleh Pb perlu mendapat perhatian serius karena berbagai dampak kesehatan yang di timbulkannya. Efek Pb sifatnya akumulatif dalam darah dan paru-paru. Menurut WHO, timbal adalah logam berat yang sangat berbahaya dan akan berpengaruh terhadap biosintesa hemoglobin, system saraf dan tekanan darah. Pb dapat memberikan efek racun terhadap 115

3 Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh. Gejala keracunan kronik ringan yang ditemukan berupa insomnia dan beberapa macam gangguan tidur lainnya. sedangkan gejala pada kasus keracunan ringan adalah menurunnya tekanan darah dan berat badan. Keracunan akut berat dapat mengakibatkan koma dan bahkan kematian. Kota Semarang sebagai ibukota propinsi merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa dengan tingkat kepadatan lalu lintas cukup tinggi. Dari hasil kegiatan monitoring yang dilakukan oleh Pusat Litbang Jalan- Jembatan bekerja sama dengan BPLHD-kota Bandung pada tahun 2003 sampai dengan 2005, dengan memusatkan perhatian kepada pencemaran udara akibat dari kendaraan bermotor, diruas-ruas jalan kota besar menunjukan interval tingkat pencemaran udara di Semarang untuk parameter HC 2,50-5,12 ppm (baku mutu udara ambient 0,24 ppm/3 jam), NO x 0,003-0,490 ppm (baku mutu 0,05 ppm/24 jam), CO 0,64-5,68 ppm (baku mutu 20 ppm/8 jam), O 3 0,020-0,040 ppm (baku mutu 0,10 ppm/24 jam), SPM 10 41,0-189,0 mg/m 3 (baku mutu 0,26mg/m 3 / 24 jam), SO x 0,003-0,040 ppm (baku mutu 0,10 ppm/24 jam). Kota Semarang menjadi salah satu dari 10 kota besar di Indonesia yang kondisi transportasi dan kualitas udaranya paling mengkhawatirkan. Di Semarang kendaraan bermotor menyumbang 98,8% pencemaran CO, 82,5% pencemaran No x, 87,5% pencemaran hidrokarbon dan 41,2% pencemaran partikular. Pertumbuhan sepeda motor di Kota Semarang meningkat 47,86 persen dan mobil pribadi persen, Berdasarkan data Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil Universitas Katholik (Unika) Soegijapranata Semarang, pertumbuhan sepeda motor pada September 2005 sebanyak unit, sedangkan pada Maret 2007 sebanyak unit. Pertumbuhan ini diimbangi dengan meningkatnya jumlah mobil pribadi, seperti sedan, station wagon, dan jeep. Pada September 2005 ada mobil dan pada Maret 2007 ada mobil. Peningkatan itu cukup tinggi, yaitu mobil. Berdasarkan Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di kota Semarang dapat menunjukan indikasi tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) untuk transportasi jalan raya memberi pula konsekuensi pada peningkatan pelayanan di SPBU. Dari peningkatan jumlah kendaraan bermotor dapat di indikasikan kualitas udara Semarang semakin memburuk. Salah satu indikator biologi terhadap pencemaran udara oleh Pb adalah sampel darah manusia. Pengukuran kadar Pb dalam darah dilakukan terhadap orang-orang yang diduga beresiko terhadap pencemaran Pb, salah satunya adalah operator SPBU. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan tentang kadar timah hitam dalam darah yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Diponegoro pada 29 operator SPBU di Samarinda menunjukan hasil kadar Pb dalam darah terendah 42,90 mg/liter dan tertinggi 345,8 mg/liter, dengan rata-rata 115, 31 mg/ liter. Kadar Pb yang di perkenankan yaitu 100,0 mg/liter. Di Semarang ada banyak SPBU dimana satu SPBU di ambil sebagai lokasi penelitian yaitu SPBU COCO ( ) di jalan Ahmad Yani Semarang. SPBU COCO merupakan salah satu SPBU besar milik Pertamina. SPBU COCO ( ) ini mendapatkan penghargaan penjualan terbanyak dan terbaik se Jawa Tengah dan DIY. Selain itu dari observasi pendahuluan, keramaian lalu lintas di jalan cukup ramai, rata-rata penjualan BBM adalah sampai liter/hari, premium mengandung Pb sebesar 0,3 g/l sehingga dapat diperkirakan jumlah Pb yang terlepas ke udara total sebesar liter/hari sampai liter/hari. Jumlah operator pengisian bahan bakar 36 orang. Karena SPBU terletak 116

4 JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 di tepi jalan raya, sehingga operator SPBU selain terpapar dari asap kendaraan bermotor yang baru dinyalakan (stater pertama) setelah pengisian BBM juga terpapar oleh asap kendaraan bermotor dari jalan raya. Dari hasil wawancara terhadap 5 operator SPBU, 3 operator perempuan kadang-kadang merasa mual dan pusing pada saat bekerja, dan 2 operator laki-laki sering mengalami sakit kepala, cepat lelah dan lesu pada saat bekerja. Berdasarkan kondisi tersebut di atas mengingat senyawa Pb adalah bahan yang sangat toksik untuk darah maka perlu dilakukan penelitian untuk meneliti pencemaran udara yang disebabkan oleh Pb dengan sampel darah operator SPBU. Sehubungan dengan hal tersebut akan dilakukan penelitian mengenai Faktorfaktor yang berhubungan dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah pada operator SPBU di Jalan Ahmad Yani Semarang sebagai indikator biologis pencemaran lingkungan. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad yani Semarang. a. Menganalisis hubungan antara masa kerja kerja dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO ( ) di jalan A.Yani Semarang. b. Menganalisis hubungan antara status gizi dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO ( ) di jalan A.Yani Semarang. c. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO ( ) di jalan A.Yani Semarang. d. Menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO ( ) di jalan A.Yani Semarang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksplanatory research yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesa. Sedangkan untuk pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei dan analisis laboratorium dengan pendekatan cross sectional, dengan variabel bebas dan terikat diukur dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. 9 Sebagai populasinya adalah para operator di SPBU COCO ( ) jalan Ahmad Yani Semarang sejumlah 36 orang, baik laki-laki maupun perempuan dengan lama bekerja 8 jam setiap hari. Sebagai sampel penelitian diambil 32 orang operator berdasar kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria Inklusi Yang dijadikan kriteria inklusi yaitu : - Operator yang bekerja di SPBU COCO A.Yani Semarang - Bersedia untuk melakukan tes darah. 2. Kriteria Eklusi Yang dijadikan kriteria eklusi yaitu : - Hari ketika dilakukan pengambilan sampel darah, responden tidak bersedia. HASIL DAN PEMBAHASAN Operator SPBU adalah petugas yang berfungsi melayani langsung pemakai BBM untuk mengisi bahan bakar ke kendaran. Tugas operator adalah memberi pelayanan pengisian BBM yaitu pengaturan lalu lintas di area SPBU (mengarahkan kendaraan, menertibkan antrian), memberikan 3S PAS (senyum, salam, sapa, pas takarannya, pas kembaliannya, pas pelayanannya), pelayanan pengisian BBM (membantu membukakan tutup tangki, set pompa dispenser, menunjukan angka nol, memasukan dan menarik nozzel dari tangki). Selain melayani pelanggan, operator juga memiliki tugas untuk 117

5 Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y melakukan pengukuran kuantitas BBM dan pengukuran kualitas BBM. Pengukuran kuantitas BBM dilakukan 3 kali (3 shift) sehari sedangkan pengukuran kualitas BBM dilakukan pada saat pembongkaran BBM di SPBU. Jam kerja operator terdiri dari 3 shift, shift I ( WIB), shift II ( WIB), shift III ( WIB). 1. Hubungan antara masa kerja dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil analisis korelasi person produk moment tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah dengan korelasi yang sangat rendah karena koefisien korelasinya kurang dari 0, Analisis rank Spearman Dengan menggunakan uji analisis rank spearman untuk mengetahui apakah ada hubungan antara umur dan kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang, dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Dari tabel 2 di ketahui bahwa : 1) Tidak ada hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah. 2) Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah. 3) Tidak ada hubungan antara kebiasaan berolah raga dengan kadar Pb dalam darah a. Analisis Independen T-test Dengan menggunakan uji analisis independent T-test untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin, dan status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Dari tabel 3 di ketahui bahwa : 1) Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar Pb dalam darah. 2) Tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah. Timbal (Pb) adalah salah satu unsur polutan udara. Kadar Pb dalam debu di udara umumnya merupakan hasil pembakaran bahan bakar minyak yang mengandung Tetra Ethyl Lead (TEL). Timbal yang dikeluarkan Tabel 1. Hubungan antara masa kerja dengan kadar timah hitam (Pb) dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun Variabel bebas Masa kerja Variabel terikat Nilai p-value Koefisien korelasi keterangan Pb darah 0,210 0,228 Tidak ada hubungan dengan tingkat keeratan rendah Tabel 2 Hubungan antara umur dan kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun 2009 Variabel bebas Variabel terikat Nilai value Koefisien korelasi Umur Pb darah 0,859 0,033 keterangan Tidak ada hubungan Kebiasaan merokok Pb darah 0,021 0,405 Ada hubungan Kebiasaan olah raga Pb darah 0,589-0,099 Tidak ada hubungan 118

6 JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 kendaraan bermotor bermasa tinggal di udara 4-40 hari. Masa tinggal yang cukup lama ini menyebabkan partikel timbal dapat disebar oleh angin hingga km dari sumbernya. Banyaknya kendaraan yang langsung menghidupkan mesin saat selesai pengisian bensin dan banyaknya kendaraan yang tidak mematikan mesin pada saat antri, dan juga ramainya jalan raya / ramainya lingkungan sekitar SPBU dengan kendaraan bermotor menyebabkan operator berpotensi terpapar Pb. Berdasarkan hasil analisa kadar Pb dalam darah responden di Laboratorium GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) Universitas Diponegoro dengan metode pemeriksaan metode spektrofotometri serapan atom diketahui bahwa kadar Pb dalam darah sebagian besar responden di SPBU COCO A.Yani rata rata kadar Pb dalam darah sebesar 31,74 μg/ml. Konsentrasi Pb dalam darah (PbB) pada taraf μg/dl mampu menghambat sintesis hemoglobin yang pada akhinya merusak hemoglobin darah. Debu yang terhirup, Pb yang terhirup secara akumulasi dapat menganggu fungsi ginjal, alat reproduksi serta menyebabkan tekanan darah tinggi bahkan stress. Standar WHO ambang batas kandungan Pb dalam darah 20 μg/100 cc darah untuk orang dewasa dan μg/100 cc darah anak-anak. Secara umum gejala keracunan Pb adalah lelah, lemah, insomnia, muka dan bawah mata pucat, anoreksia, konstipasi, nyeri lambung. A. Hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah Paru-paru umumnya berkembang sampai umur 20 tahun yang secara perlahan akan turun kemampuannya menahan udara sejalan dengan lanjutnya umur, karena terjadi penyempitan pada paru-paru. Dengan bertambahnya umur berarti waktu yang telah dialami responden dalam menghirup udara yang tercemar semakin panjang. Semakin tua umur seseorang maka akan semakin tinggi pula konsentrasi Pb yang terakumulasi pada jaringan tubuh. Umur dapat mempengaruhi keberadaan Pb dalam tubuh, karena semakin bertambahnya umur semakin besar resiko akumulasi paparan Pb seiring dengan lama jam kerja dan semakin panjang masa kerja. Pada usia pertumbuhan organ tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan baik fungsi maupun ukurannya, sehingga rentan terhadap zat-zat yang masuk dalam organorgan tubuh. Pada usia lanjut juga rentan karena fungsi dan organ tubuh seperti ginjal, hati dan otak sudah menurun. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden di SPBU COCO A.Yani rata rata berumur 25,6 tahun, dengan umur termuda18 tahun, sedangkan yang paling tua adalah 46 tahun. Dengan frekuensi paling banyak adalah 22 tahun. Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman didapat r hitung sebesar 0,033 dan Tabel 3 Hubungan antara jenis kelamin, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, dan status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO di jalan Ahmad Yani Semarang tahun 2009 Variabel bebas Variabel terikat Nilai p-value Nilai t Keterangan Jenis kelamin Pb darah 0,006 2,973 Ada hubungan Status gizi Pb darah 0,881 0,861 Tidak ada hubungan 119

7 Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y r value sebesar 0,85 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada korelasi yang bermakna antara umur dengan kadar Pb dalam darah. Berdasarkan pada hasil penelitian ini, tidak ada hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah. Hal ini dapat dikarenakan distribusi umur yang tidak merata dan juga lama paparan yang berbeda satu dengan lainnya yang dapat dilihat pada masa kerja responden, paparan diluar jam kerja yang berbeda serta dapat dipengaruhi oleh higiene perorangan, tempat tinggal dan kebiasaan kebiasaan (perilaku ) lainnya. B. Hubungan antara jenis kelamin dengan kadar Pb dalam darah Efek toksik terhadap laki-laki dan wanita untuk jenis bahan toksik yang sama mempunyai pengaruh yang berbeda, ini di sebabkan oleh perbedaan faktor ukuran tubuh (fisiologis), keseimbangan hormonal dan perbedaan metabolisme basal. 12 Perempuan lebih rentan dari laki-laki. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden di SPBU COCO A.Yani berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 orang. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent T-test didapat t hitung sebesar 2,973 dan p value sebesar 0,006 pada taraf signifikasi 5 % berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan Pb dalam darah operator. Berdasarkan data juga dapat di lihat, dua orang responden dengan jenis kelamin berbeda, dengan masa kerja yang sama (10 bulan), umur yang sama (22 tahun), samasama tidak merokok, IMT sama (normal), kadar Pb dalam darahnya berbeda yaitu Pb darahnya responden berjenis kelamin perempuan (27,12 μg/ml ) lebih tinggi dibandingkan Pb darah responden laki-laki (26,49 μg/ml). ini menunjukan bahwa wanita lebih rentan terhadap paparan Pb. C. Hubungan antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah Dosis yang besar dan lama pemaparan dapat menimbulkan efek yang berat dan bisa berbahaya. Dosis ditentukan oleh konsentrasi dan lamanya pemaparan seperti jumlah jam kerja dan waktu kerja. Inhalasi adalah jalur utama paparan Pb. Konsentrasi Pb dalam darah meningkat dengan segera ketika Pb terhirup saat bernafas, bertambah secara berangsur-angsur, dan memiliki waktu paruh didalam darah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Paparan yang besar akan meningkatkan level konsentrasi dalam beberapa jam. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden di SPBU COCO A.Yani rata rata masa kerja selama 22,94 bulan dengan masa kerja minimal 1 bulan sampai 54 bulan. Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman didapat r hitung sebesar 0,192 dan r sebesar 0,294 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada korelasi yang bermakna antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dan kadar Pb dalam darah. Dari hasil pengamatan di lapangan pada tanggal 31 juli 2009, operator dapat beristirahat ketika merasa lelah dengan syarat di setiap dispenser tetap harus ada yang menjaga/bertugas. Kadar Pb dalam darah setiap responden berbeda hal ini dapat dikarenakan paparan diluar jam kerja yang berbeda serta dapat dipengaruhi oleh higiene perorangan (kebiasaan makan dan minum), jenis kelamin, tempat tinggal dan kebiasaan merokok, kebiasaan minum minumam beralkohol, tempat tinggal, umur, hobi dan cuaca. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa kadar Pb dalam darah responden tertinggi adalah responden dengan masa kerja 10 bulan ( 65,65 μ/ml ) sedangkan responden dengan masa kerja paling lama 65 bulan kadar Pb dalam darahnya 29,88 μ/ml. 120

8 JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 D. Hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah Status gizi responden yang dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan diukur dengan menggunakan antropometri melalui pengukuran berat badan operator SPBU tersebut, yaitu dengan indeks massa tubuh (IMT). Dari hasil penelitian rata-rata IMT responden yaitu 22,33, dengan IMT minimum 16,53 dan IMT maksimal 29,62. Berdasarkan perhitungan IMT pada status gizi responden bahwa sebagian besar status gizi responden kategori IMT normal. Dari hasil analisis IMT, responden diperkirakan bahwa status responden termasuk dalam status gizi yang baik artinya bahwa status gizi yang dimiliki responden tidak menimbulkan dampak negatif atau merugikan kesehatan tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent T-test didapat t hitung sebesar 0,861 dan r value sebesar 0,881 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada hubungan antara Pb dalam darah operator dengan IMT. Maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah. Status gizi dimungkinkan mempengaruhi kadar Pb dalam darah, bila konsumsi Ca dan Fe cukup maka akan membantu ekskresi Pb dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar Pb dalam darah. Penggambaran status gizi dengan melihat IMT mempunyai kelemahan yaitu tidak mengetahui dengan pasti apakah konsumsi Fe dan Ca seseorang cukup untuk membantu mengeliminasi Pb dari jaringan tubuh. Maka sebaiknya untuk penelitianpenelitian berikutnya sebaiknya menggunakan recall 24 jam untuk mengetahui asupan gizi responden. Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. E. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kadar Pb dalam darah Olah raga yang teratur dalam jangka waktu yang lama dapat membantu meningkatkan efisiensi jantung dan paru-paru secara keseluruhan, mereka yang aktif olah raga mempunyai fungsi paru-paru yang lebih baik dan umumnya lebih jarang merokok dan jarang mempunyai kelainan saluran nafas Sumo,Sardjono,sadoso. Olah Raga dan Kesehatan. Pustaka Kartini. Jakarta Olah raga teratur dapat memperbaiki sistem syaraf dan otot sehingga yang bersangkutan mampu menyesuaikan diri secara cepat pada perubahan situasi. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 16 responden memiliki kebiasaan olahraga 3 kali seminggu dalam waktu minimal 30 menit. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent rank spearman didapat r hitung sebesar -0,099 dan r value sebesar 0,589 pada taraf signifikasi 5 % berarti tidak ada perbedaan rata-rata Pb dalam darah operator. Maka dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kadar Pb dalam darah. Hal ini mungkin di sebabkan karena kebiasaan olahraga hanya dapat meningkatkan kerja jantung dan fungsi paruparu dan sebagian besar Pb diekskresikan melalui urine dan feces, dan sebagian kecil diekskresikan melalui keringat dan rambut. Persentase Pb yang dikeluarkan tergantung dari absorbsi, umur, makanan yang di konsumsi, dan variabel lainnya. F. Hubungan kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah Asap rokok mengandung tar, nikotin, karbon monoksida, ammonia, butan, dan terbentuk dari puluhan zat kimia dan gas sampingan yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. 121

9 Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y Salah satunya dapat menyebabkan sesak napas karena asap rokok dan dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa detik (VEP 1), pertahun adalah 28,7 ml; 38,4 ml; dan 41,7 ml; masingmasing untuk non perokok, perokok bebas, dan perokok aktif. Kebiasaan merokok mempengaruhi terjadinya penyakit paru akibat kerja seperti fibrosis paru akibat paparan alumunium, paparan radon, polimer FUME fever. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu tambang. Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh buruk debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Dari hasil penelitian responden diketahui sebanyak 18 responden memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah batang rokok ratarata 7 batang per hari. Berdasarkan hasil analisis stastistik Independent rank spearman didapat r hitung sebesar 0,405 dan p-value sebesar 0,021 pada taraf signifikasi 5 % berarti ada hubungan yang bermakna dengan tingkat keeratan hubungan sedang dan memiliki arah hubungan yang positif antara jumlah batang rokok dengan kadar Pb dalam darah. Hal ini dikarenakan keadaan sakit atau terjadinya disfungsi dapat mempertinggi toksikologi zat pencemar atau dapat mempermudah terjadinya kerusakan organ. 26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata-rata responden berumur 25,6 tahun. 2. Sebanyak 26 responden berjenis kelamin laki-laki. 3. Rata-rata masa kerja responden 22,3 bulan. 4. Sebanyak 75 % responden berkategori IMT normal. 5. Sebanyak 50 % responden memiliki kebiasaan olahraga 6. Sebanyak 56,2 % responden memiliki kebiasaan merokok 7. Rata-rata kadar Pb dalam darah responden adalah 31,74 μg/ml darah 8. Hasil dari uji rank spearman diperoleh hasil tidak ada hubungan antara umur dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A.Yani 9. Hasil dari uji Indipendent T-test diperoleh hasil ada hubungan antara jenis kelamin dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. 10. Hasil dari uji korelasi person product moment diperoleh hasil tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A.Yani. 11. Hasil dari uji Indipendent T-test diperoleh hasil tidak ada hubungan antara status gizi dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. 12. Hasil dari uji rank spearman diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. 13. Hasil dari uji rank spearman diperoleh hasil ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kadar Pb dalam darah operator SPBU COCO A. Yani. Saran 1. Operator SPBU pada saat mengukur kualitas dan kuantitas BBM sebaiknya menggunakan masker sebagai APD guna mengurangi paparan uap, aromatic dari BBM. 2. Segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila terkena tumpahan atau percikan BBM dan juga mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi absorbsi Pb melalui kulit. 3. Makan dan minum pada saat istirahat. 122

10 4. Segera mencuci seragam yang dikenakan pada saat selesai bekerja / jangan pakai kembali seragam yang telah dikenakan hari sebelumnya. JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 2 / September 2009 DAFTAR PUSTAKA Nurjanah. Jurnal Kesehatan Visikes, Vol 3, No, 2, September 2004 Gunawan Gugun. Polusi udara di ruas jalan perkotaan. Jurnal Jalan-jembatan vol. 24. no. 1 april 2007 Kusminingrum Nanni. Pencemaran Udara dan Manajemen Lalulintas di Indonesia. e-jurnal Balitbang PU. Vol.24. No. 1. april 2007 Aminah Noery. Perbandingan kadar Pb, Hb, Fungsi Ginjal Pada Karyawan BBTKL Dan PPM Surabaya Bagian Sampling Dan Non Sampling. JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 2, NO. 2, JANUARI 2006 : Palar heryando. Pencemaran dan toksikologi logam berat.rineka cipta. Jakarta jogja/ htm Siswanto, A. Toksikologi industri. Balai Hiperkes dan KeselamatanKerja Depnaker jatim.1991 Singarimbun, masri dan Safian effendi. Metodologi penelitian survei. Lembaga penelitian dan pendidikan dan penerangan ekonomi dan sosial (LP3ES) Jakarta.1989 Montgomery, R.et.al. biokimia suatu pendekatan kasus. Gajah Mada university press. Yogyakarta Dampak pencemaran logam timbal (Pb) terhadap kesehatan masyarakat Oleh : Suharto, Spd * majalah indonesia 123

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN GAS BUANG KENDARAAN (Pb) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN ERITROSIT BERDASARKAN LAMA KERJA PADA PETUGAS OPERATOR WANITA SPBU DI WILAYAH SEMARANG SELATAN Mifbakhuddin 1, Wulandari Meikawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang dengan paparan timbal mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi anemia dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar timbal. Padahal anemia sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penduduk Indonesia diprediksi akan meningkat antara tahun 2000 dan 2025 dari sekitar 206 juta menjadi sekitar 274 juta. Rata-rata penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timbal atau timah hitam merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol bilangan oktan pada bahan bakar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit tidak menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat polusi udara yang semakin meningkat terutama di kota kota besar sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu penyumbang polusi udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan aktifitas seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang BAB V PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini semua berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor sebagai produk teknologi memerlukan bahan bakar minyak, timah hitam atau timbal, juga dikenal dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia, terutama di kota-kota di Pulau Jawa berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya peningkatan secara kuantitatif maupun

Lebih terperinci

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal 1 Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal Eforia yang sedang terjadi di akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 yaitu menurunnya harga bahan bakar minyak untuk ketiga kalinya. Hal ini tentu disambut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapasitas paru merupakan volume udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah inspirasi maksimal (costanzo, 2012). Kapasitas vital paru rata rata pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Denpasar sebagai ibu kota Provinsi Bali, saat ini telah menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu alasan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen lingkungan yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Pada keadaan normal, sebagian besar udara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO

STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO Andryes Papuling Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado Abstract. Danger

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak menghasilkan produk teknologi, di antaranya adalah alat transportasi. Dengan adanya alat transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat transportasi sangat berperan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko tercemar kadmium, tembaga dan timbal.makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gerak adalah aktivitas fisik dan merupakan ciri kehidupan. Sesuai dengan pepatah yang mengatakan Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor sudah menjadi kebutuhan mutlak pada saat ini. Kendaraan yang berfungsi sebagai sarana transportasi masyarakat adalah salah satu faktor penting

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paru-paru merupakan alat ventilasi dalam sistem respirasi bagi tubuh, fungsi kerja paru dapat menurun akibat adanya gangguan pada proses mekanisme faal yang salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman yang bergerak di ruang lingkup dunia. Era ini mengakibatkan beberapa perubahan penting dalam sektor kehidupan. Era globalisasi

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA Abstrak Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan beberapa kota sudah melampaui ambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara merupakan suatu kondisi dengan kualitas udara yang terkontaminasi oleh zat-zat tertentu, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi otomotif sebagai alat transportasi, baik di darat maupun di laut, sangat memudahkan manusia dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Selain mempercepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya dari penggunaan beraneka ragam bahan kimia (ATSDR, 2000; ATSDR, 2007). Hal ini berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan suatu organ respiratorik yang memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara antara O 2 dengan CO 2. 1 Kelainan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN (COHb) DALAM DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN UDINUS SEMARANG TAHUN 2013 Novita Wulansari* ), Eni Mahawati**

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik sumber energi yang terbarukan (renewable erergy) ataupun tidak terbarukan (unrenewable energy). Pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar COHb Pada Tenaga Kerja Wanita Yang Bersepeda Di PT. Glory Industrial Semarang 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar COHb Pada Tenaga Kerja Wanita Yang Bersepeda Di PT. Glory Industrial Semarang 2014 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar COHb Pada Tenaga Kerja Wanita Yang Bersepeda Di PT. Glory Industrial Semarang 2014 Ummi Ainu Rofika *), Eni Mahawati **), Eko Hartini **) *) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR RISIKO PAPARAN Pb PADA POLISI LALU LINTAS DI SEMARANG BARAT

FAKTOR-FAKTOR RISIKO PAPARAN Pb PADA POLISI LALU LINTAS DI SEMARANG BARAT Faktor-faktor Risiko Paparan Pb... - Eni Mahawati FAKTOR-FAKTOR RISIKO PAPARAN Pb PADA POLISI LALU LINTAS DI SEMARANG BARAT Eni Mahawati Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl.

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh : DIMAS SONDANG IRAWAN J 110050028

Lebih terperinci