Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PAPARAN GAS BUANG KENDARAAN (Pb) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN ERITROSIT BERDASARKAN LAMA KERJA PADA PETUGAS OPERATOR WANITA SPBU DI WILAYAH SEMARANG SELATAN Mifbakhuddin 1, Wulandari Meikawati 2, Puji Mumpuni 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang mifbakhuddin@yahoo.com ABSTRAK Latar Belakang: Adanya pertumbuhan kendaraan di kota Semarang berpotensi besar terhadap pencemaran udara yang akan memberikan efek terhadap kesehatan. Dampak paparan Pb terhadap kesehatan adalah adalah hipertensi, anemia, penurunan kemampuan otak dan dapat menghambat pembentukan darah merah. Mengetahui hubungan Pb dalam darah dengan hemoglobin dan eritrosit berdasarkan lama kerja pada wanita petugas operator SPBU di wilayah Semarang Selatan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 30 sampel. Variabel bebas penelitian yaitu kadar Pb dalam darah dan lama kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah hemoglobin dan eritrosit. Uji statistik yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Product Moment. Hasil: Rata-rata lama kerja responden 5 bulan dengan jumlah 8 orang (26,7%). Sebagian besar kadar Pb dalam darah >20 µg/dl yang ditetapkan WHO sebanyak 22 orang (73,3%), kadar hemoglobin sebagian besar operator wanita SPBU masih normal yaitu sebanyak 21 orang (70%), kadar eritrosit sebagian besar operator wanita SPBU masih normal yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = - 0,202 dan p = 0,283 (p>0,05). Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara Pb dalam darah, lama kerja dengan hemoglobin dan eritrosit. Kata kunci: kadar Pb dalam darah, lama kerja, hemoglobin, eritrosit, operator wanita SPBU ABSTRACT Background. The growth of numbers of vehicles in the city of Semarang great potential for air pollution that will give effect to health. The impacts of lead exposure to human health are hypertension, anemia, children s intelligence reduction due to brain s degrading functions and hemoglobin formation inhabitance. Objective. To understand the correlation between of lead in blood with hemoglobin and erythrocytes by the working time duration on female operators gas station in south of Semarang city. Methods. The research uses cross sectional design with 30 samples. The independent variables are lead in blood and working time duration, while the dependent variables are hemoglobin and erythrocytes. Pearson Correlation Product Moment is the statistic test used in this research. Results. Respondent s average working time duration is 5 months on 8 persons (26,7%). Blood lead on most of them is > 20 mg/dl, which the the WHO defined on 22 person (73.3%), hemoglobin on most of the female operators gas station is still normal on 21 persons (70%), and the erythrocytes on 25 persons (83.3%). There is no significant correlation between working time duration with lead in blood with r = and p = (p> 0.05). Conclusion. There is no correlation between lead in the blood, working time duration with hemoglobin and erythrocytes. Keywords. Lead in the blood, working time duration, hemoglobin, erythrocytes, female operators gas station.

2 !" #$ A. PENDAHULUAN Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan dimana angka peningkatan jumlah kendaraan bermotor rata-rata pertahun mencapai 5 9 %. Adanya pertumbuhan kendaraan di kota Semarang berpotensi besar terhadap pencemaran udara yang akan memberikan efek terhadap kesehatan [1]. Paparan Pb dengan kadar rendah yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama akan menimbulkan dampak kesehatan diantaranya adalah Hipertensi, Anemia, penurunan kemampuan otak dan dapat menghambat pembentukan darah merah (eritrosit) [2]. Timbal (Pb) atau secara umum dikenal dengan sebutan timah hitam merupakan sumber polutan udara utama di udara perkotaan selain sulphur dioksida (SO 2 ), partikulat tersuspensi (Suspended Particulate Matter), nitrogen oksida (NO x ) dan karbon monoksida (CO) [3]. Akumulasi Pb dalam darah yang relatif tinggi akan menyebabkan sindroma saluran pencernaan, kesadaran menurun (cognitive effect), anemia, kerusakan ginjal, Hipertensi, neuromuscular dan konsekuensi psikologis serta kerusakan saraf pusat dan perubahan tingkah laku. Menurut Child, J.A (1995), hemoglobin adalah protein utama tubuh manusia yang terdapat dalam eritrosit dan berperan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut karbon dioksida dari jaringan ke paruparu untuk diekskresi [4]. Sel darah merah (eritrosit) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh melalui darah. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Warna merah sel darah merah berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Tujuan dari penelitian ini adalah unutuk mengetahui hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin dan eritrosit berdasarkan lama kerja pada petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan. B. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory research dengan metode survey dan pemeriksaan Laboratorium dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pekerja operator SPBU di wilayah Semarang Selatan yang berjumlah 43 orang. Besar sampel penelitian diambil berdasarkan acuan dari Suprapto dengan rumus sebagai berikut: n= Z 2.N.p.q d 2 (N-1) + Z 2.p.q Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang. Penelitian ini dilakukan di SPBU-SPBU di wilayah Semarang Selatan yang terdapat petugas operator wanitanya antara lain SPBU Banyumanik, SPBU Srondol, SPBU DR. Wahidin, SPBU Akpol, SPBU Pandanaran, dan SPBU Ahmad Yani. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April 2010.

3 Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan nilai minimum, maksimum, mean dan rata-rata dari tiap variabel-variabel yang diteliti yang dijabarkan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasil uji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan data berdistribusi normal (p>0,05), sehingga uji yang digunakan adalah uji Korelasi Pearson Product Moment. C. HASIL a. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata umur petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan adalah 20,4 tahun dengan umur termuda 18 tahun dan umur tertua 28 tahun dengan standar deviasi 1,903 tahun. Gambar 1 diagram batang umur responden Pada gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berumur 19 tahun dengan jumlah 11 orang (36,7%). b. Lama Kerja Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lama kerja petugas operator wanita SPBU bervariasi antara 5 bulan sampai 24 bulan dengan rata-rata 12,5 bulan dan standar deviasi 6,5 bulan. Gambar 2 diagram batang lama kerja responden Pada gambar 2 menunjukkan rata-rata lama kerja responden adalah 5 bulan dengan jumlah 8 orang (26,7%). c. Hasil Pemeriksaan Pb Dalam Darah, Hemoglobin dan Eritrosit Petugas Operator Wanita SPBU

4 !" #$ Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran minimum kadar Pb dalam darah adalah 5,09 µg/dl dan maksimum adalah 77,16 µg/dl, sedangkan untuk rata-rata kadar Pb dalam darah adalah 35,6163 µg/dl dengan standar deviasi µg/dl. Nilai rata-rata tersebut melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 µg/dl. Rata-rata kadar hemoglobin petugas operator wanita SPBU masih di bawah nilai normal, sedangkan untuk eritrosit masih normal. Tabel 1 Hasil pemeriksaan Pb Dalam Darah, hemoglobin dan eritrosit petugas operator wanita SPBU Variabel Min Max SD Rata-rata NAB Pb (µg/dl) 5,09 77, Hb (g/dl) 10,2 13,9 0, Eritrosit (juta/µl) E6 4,0 5,0 d. Kategori Hasil Pemeriksaan Pb Dalam Darah, Hemoglobin dan Eritrosit Dari 30 responden petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan yang diteliti sebagian besar kadar Pb dalam darahnya >20 µg/dl yang ditetapkan WHO yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petugas operator wanita SPBU kadar Pb dalam darahnya telah melebihi ambang batas. Pada pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 21 orang (70%). Meskipun demikian ditemukan petugas operator wanita SPBU yang kadar hemoglobinnya rendah atau dibawah normal yaitu ada 9 orang (30%). Sedangkan untuk pemeriksaan kadar eritrosit sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Meskipun demikian ditemukan petugas operator wanita SPBU yang kadar eritrositnya rendah atau dibawah normal yaitu ada 5 orang (16,7%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 Tabel 2 Kategori hasil pemeriksaan Pb dalam darah, hemoglobin dan eritrosit No Variabel Frekuensi % 1 Pb (µg/dl) a. Normal b. Tidak normal 2 Hemoglobin (g/dl) a. Rendah b. Normal 3 Eritrosit a. Rendah b. Normal ,7 73,3 30,0 70,0 16,7 83,3 e. Keluhan-keluhan yang dirasakan petugas operator wanita SPBU di Wilayah Semarang Selatan Dari hasil wawancara diketahui beberapa keluhan subyektif yang dialami responden selama bekerja sebagai petugas operator wanita SPBU. Secara rinci telihat pada tabel 3

5 Tabel 3 Keluhan subyektif petugas operator wanita SPBU No Keluhan Frekuensi % 1 Batuk 1 3,3 2 Pusing 2 6,7 3 Cepat lelah 7 23,3 4 Mata pedih 4 13,3 5 Migrain 1 3,3 6 Nyeri dada 15 50,0 Dari tabel 3 ditemukan 50% petugas operator wanita SPBU mengeluhkan nyeri dada, 23,3% cepat lelah dan 13,3% mata pedih. f. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Pb Dalam Darah Pada Petugas SPBU Wanita Di Wilayah Semarang Selatan Hasil uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,202 dan p = 0,283 (p>0,05). Menurut WHO NAB dari Pb dalam darah adalah 20 µg/dl. g. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Hemoglobin Pada Petugas SPBU Wanita Di Wilayah Semarang Selatan Berdasarkan uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,025 dan p = 0,895 (p>0,05). h. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Eritrosit Pada Petugas SPBU Wanita di Wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,228 dan p = 0,226 (p>0,05). i. Hubungan Antara Pb Dalam Darah Dengan Hemoglobin Pada Petugas SPBU Wanita di Wilayah Semarang Selatan Berdasarkan uji Korelasi Pearson Product Moment menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = -0,025 dan p = 0,895 (p>0,05). j. Hubungan Antara Pb Dalam Darah Dengan Eritrosit Pada Petugas SPBU Wanita di Wilayah Semarang Selatan Hasil uji Korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa tidak ada hubungan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan dengan nilai r = 0,043 dan p = 0,820 (p>0,05). D. PEMBAHASAN a. Lama kerja Rata-rata lama kerja petugas operator wanita SPBU adalah 12,5 bulan, dengan lama kerja paling rendah 5 bulan dengan jumlah 8 (26,7%)

6 !" #$ responden dan lama kerja paling lama yaitu 24 bulan dengan jumlah 3 (10,0%). Lama kerja petugas operator wanita SPBU di wilayah Semarang selatan bervariasi disebabkan karena beberapa SPBU belum lama berdiri, seperti SPBU Srondol berdiri baru 5 bulan dan sudah memakai tenaga wanita sebagai operator. Setiap hari petugas operator SPBU bekerja selama 7 jam tanpa menggunakan APD (masker) karena penggunaan masker tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) di SPBU yang mengharuskan senyum kepada konsumen, sehingga selama 7 jam tersebut kemungkinan mereka terpapar Pb baik dari emisi gas buang kendaraan bermotor maupun dari bahan bakar yang mereka tuangkan ke kendaraan bermotor, mobil maupun truk cukup tinggi. b. Pb dalam darah Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kadar Pb dalam darah operator wanita SPBU adalah 35,6163 µg/dl dengan angka minimum 5,09 µg/dl dan maksimal yaitu 77,16 µg/dl, hal itu menunjukkan bahwa Pb dalam darah operator wanita SPBU sudah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20 µg/dl, serta angka maksimal yang jauh melampaui ambang batas. Hal ini kemungkinan bisa disebabkan karena kadar Pb udara yang tinggi sehingga Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. Jumlah kendaraan bermotor yang mengisi bahan bakar rata-rata perhari berjumlah dan rata-rata mobil atau truk rata-rata berjumlah kendaraan. Semakin banyak jumlah kendaraan yang masuk ke SPBU emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor juga semakin banyak, sehingga kandungan Pb diudara juga akan meningkat. Peningkatan kadar Pb udara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kelembaban dan arah angin. Dampak dari peningkatan kadar Pb udara terutama pada petugas operator SPBU dapat menimbulkan peningkatan Pb dalam darah dan gangguan kesehatan. Paparan Pb dalam darah dapat terjadi melalui dua proses yaitu memalui pernafasan (inhalasi) dan mulut (ingesti), melalui dua proses tersebut maka darah akan terkontaminasi Pb sehingga akan mengganggu proses metabolisme darah khususnya pada hemoglobin dan eritrosit dalam tubuh manusia, serta lebih jauh lagi akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti anemia, gangguan otak, gangguan pertumbuhan janin, dan lainlain [5]. c. Hemoglobin Dari 30 responden yang diteliti rata-rata kadar hemoglobin mencapai 12,450 g/dl dan masih termasuk dalam kategori normal. Hemoglobin mempunyai peranan penting dalam tubuh taitu mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru untuk diekskresi [4]. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama jam pematangan, retikulum menjadi larut dan menjadi sel darah merah yang matang. Seseorang yang kandungan Pb dalam darahnya tinggi maka akan mencerminkan rendahnya profil darah terutama kadar hemoglobin dan eritrosit [5]. Rendahnya kadar hemoglobin, menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti anemia. Berdasarkan

7 penelitian sebelumnya lebih dari 90% logam Pb yang terserap dalam darah berikatan dengan sel darah merah (eritrosit) dan akan menghambat proses pembentukan hemoglobin, sehingga seseorang yang mengabsorbsi Pb di udara, kandungan Pb dalam darah akan meningkat dan hemoglobin akan menurun [5]. d. Eritrosit Berdasarkan hasil penelitian pada operator wanita SPBU eritrosit terendah yaitu /µl dan tertinggi mencapai /µl. Setelah dikategorikan sebagian besar responden eritrositnya dalam keadaan normal dengan jumlah 25 orang (83,3%). Pb mempunyai afinitas yang tinggi terhadap eritrosit, sekitar 95% akan terikat dalam eritrosit. Pb mempunyai waktu paruh dalam darah sangat lambat sekitar 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari dan pada tulang 25 tahun. Dengan sifat ekskresi yang sangat lambat ini Pb mudah terakumulasi dalam tubuh [5]. Selain hemoglobin kandungan Pb dalam darah yang tinggi juga dapat menurunkan kadar eritrosit, karena tingginya kadar Pb dalam darah dapat menghambat proses pembentukan eritrosit (eritropoeisis) [5]. Selain Pb proses pembentukan eritrosis dapat juga disebabkan oleh senyawa kimia lain seperti Zn, Cu, dan Fe. e. Keluhan-keluhan yang dirasakan petugas operator wanita SPBU di Wilayah Semarang Selatan Petugas operator wanita SPBU 50% mengeluhkan nyeri dada, 23,3% cepat lelah dan 13,3% mata pedih. Dengan ditemukannya 50% responden yang mengeluh sering mengalami nyeri dada berarti kemungkinan Pb dalam darah walaupun dalam kategori normal atau tinggi sangatlah mempengaruhi kesehatan dan mengganggu produktivitas pada pekerja. f. Hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,283 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Pada penelitian sebelumnya terdapat hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah operator SPBU di Samarinda, dengan lama kerja dari operator SPBU minimal 3 tahun dan maksimal 10 tahun [6]. Dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara lama kerja dengan Pb dalam darah, hal ini dikarenakan sampel yang diteliti bekerja sebagai petugas operator SPBU minimal lama kerja 5 bulan dan maksimal 24 bulan. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi Pb dalam darah adalah Pb udara, asupan makanan, dan tanaman di area SPBU yang dapat menyerap Pb. Kadar Pb udara dilihat dari jumlah pengeluaran BBM dan jumlah kendaraan yang masuk ke SPBU. Semakin banyak jumlah kendaraan yang maasuk ke SPBU emisi gas buang yang di keluarkan oleh kendaraan bermotor juga semakin banyak, sehingga kandungan Pb di udara juga akan meningkat. Pb udara yang konsentrasinya tinggi akan mengakibatkan kadar Pb dalam darah cenderung tinggi pula, karena salah satu proses masuknya Pb dalam darah adalah melalui proses pernafasan.

8 !" #$ Asupan makanan operator SPBU diperoleh di sekitar SPBU, sehingga kemungkinan besar makanan akan tercemar senyawa Pb. Di area SPBU terdapat pula tanaman yang dapat menyerap Pb, tetapi tanaman tersebut belum terlalu besar sehingga proses penyerapan juga belum maksimal. g. Hubungan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,366 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Dalam penelitian ini tidak ada hubungan lama kerja dengan hemoglobin, dapat dilihat dari rata-rata hemoglobin yaitu 12,450 g/dl masih termasuk normal. Menurut teori semakin lama seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin besar pula terpapar Pb. Tingginya kadar Pb dalam darah maka akan menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin [5]. Kadar hemoglobin yang rendah, dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan seperti anemia. Berdasarkan penelitian sebelumnya lebih dari 90% logam Pb yang terserap dalam darah berikatan dengan sel darah merah (eritrosit) dan akan menghambat proses pembentukan hemoglobin, sehingga seseorang yang mengabsorbsi Pb di udara, kandungan Pb dalam darah akan meningkat dan hemoglobin akan menurun [5]. Pada penelitian ini pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 21 orang (70%). h. Hubungan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,226 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara lama kerja dengan eritrosit. Karena selain Pb dalam proses pembentukan eritropoesis dapat terhambat oleh adanya keracunan zat kimia lain seperti Zn, Cu, Se, Fe, kurangnya asupan protein serta kurangnya konsumsi mineral dan vitamin B12. Berdasarkan teori semakin lama seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin tinggi pula kadar Pb yang masuk dalam darahnya. Selain hemoglobin, dengan tingginya kadar Pb dalam darah maka akan mempengaruhi rendahnya kadar eritrosit [5]. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sebagian besar operator SPBU kadar eritrositnya masih normal dengan jumlah 25 orang (83,3%). i. Hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,895 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. Menurut teori semakin tinggi kadar Pb dalam darah maka akan menyebabkan rendahnya kadar hemoglobin, hal tersebut akan mempengaruhi timbulnya penyakit anemia [5]. Dalam penelitian ini tidak

9 ada hubungan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin, karena dari hasil laboratorium sebagian besar responden kadar Pb dalam darahnya sudah melebihi dari ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20 µg/dl selain dapat dilihat juga dari pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 21 orang (70%). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di lingkungan industri kecil Bugangan Semarang yang terdapat hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan kadar hemoglobin, hanya saja sampel yang digunakan adalah pekerja industri peleburan timah hitam [7]. Penelitian tersebut jelas terdapat hubungan karena sampel yang diteliti setiap hari terpapar langsung dengan timah hitam dimana Pb mempunyai afinitas yang tinggi terhadap profil darah terutama hemoglobin dan eritrosit, sekitar 95% terikat dalam eritrosit. Pb mempunyai waktu paruh dalam darah yang sangat lambat sekitar 25 hari, pada jaringan lunak sekitar 40 hari, dan pada tulang 25 tahun, dengan sifat ekskresi yang sangat lambat ini Pb mudah terakumulasi dalam tubuh [5]. j. Hubungan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh nilai p = 0,820 (p>0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan, karena dari hasil laboratorium sebagian besar responden kadar Pb dalam darahnya sudah melebihi dari ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu 20 µg/dl. Berdasarkan teori semakin lama seseorang bekerja sebagai operator SPBU maka semakin tinggi pula kadar Pb dalam darahnya, sehingga tingginya kadar Pb dalam darah akan mempengaruhi kadar eritrosit. Dari hasil pemeriksaan kadar eritrosit diperoleh bahwa sebagian besar petugas operator wanita SPBU masih termasuk normal yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni Faisal Yuniar yang menyatakan tidak ada hubungan antara Pb dalam darah dengan eritrosit pada penyapu jalan di Simpang Lima [8]. E. KESIMPULAN 1. Lama kerja petugas operator wanita SPBU bervariasi minimal kerja 5 bulan dengan jumlah 8 orang dan maksimal 24 bulan dengan jumlah 3 orang. 2. Kadar Pb dalam darah pada petugas operator wanita SPBU rata-rata 35,6163 dan sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20 µg/dl. 3. Kadar hemoglobin pada petugas operator wanita SPBU rata-rata 12,450 dan masih dibawah nilai normal dari nilai ambang batas yaitu 14 g/dl. 4. Kadar eritrosit pada petugas operator wanita SPBU rata-rata 4,24E6 juta/µl dan masih normal dari nilai ambang batas yaitu 4-5 juta/ µl.

10 !" #$ 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan Pb dalam darah, hemoglobin, eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. 6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pb dalam darah dengan hemoglobin dan eritrosit pada petugas SPBU wanita di wilayah Semarang Selatan. F. SARAN 1. Pengelola SPBU hendaknya menyediakan APD (masker) yang memadai bagi seluruh karyawan SPBU untuk mengurangi paparan Pb dari gas buang kendaraan bermotor. 2. Agar tetap menghormati konsumen, meskipun menggunakan APD (masker), senyum, salam, sapa dapat diganti dengan hormat (menundukkan badan), salam, dan sapa. 3. Melakukan pemantauan kesehatan yang teratur dengan interval tertentu (minimal satu tahun sekali) bagi karyawan SPBU. G. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Operator wanita SPBU di wilayah Semarang Selatan yang mau membantu dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. 2. Bapak Agus Kismono, SKM yang telah membantu pengambilan darah. 3. dr. H. Margo Utomo,MS selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah memberikan kemudahan kepada kami dalam meminta surat perijinan penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar. 4. Bapak Mifbakhuddin, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, yang telah bersedia membimbing penulis, memberikan masukan dan motivasi, serta berdiskusi tentang segala hal sampai penyusunan skripsi ini dapat selesai. 5. Ibu Wulandari Meikawati, SKM, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, atas segala kemudahan, nasehat dan saran kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. 6. Ibu Ratih Sari Wardani, S.Si, M.Kes selaku dosen penguji, yang telah bersedia membimbing penulis, memberikan nasehat dan saran kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. 7. Kedua orang tua dan keluargaku tercinta, yang selalu membantu dan mendoakan untuk kelancaran dalam penyusunan laporan penelitian ini. 8. Teman-teman yang selalu memberi semangat dan membantu penyusunan laporan penelitian ini. H. DAFTAR PUSTAKA 1. BPS. Laporan Tahunan. BPS Jateng Retno Andriani. Kadar Pb Udara. Pb Darah dan Efeknya Terhadap Kesehatan Pedagang kaki lima Jalan. Darmawangsa di Kota Surabaya.. Url: 10.Htm Diakses tanggal 17

11 Januari United National Environment Program (UNEP). Urban Air Polution,UNEP/GEMS Environment Library, Nairoby, Kenya Child. J.A. Aids to Clinical Haematologi. First Editionongman Group London. Limited. Churchill Living Stone Heryanto Palar. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. 1994: Nurjazuli,Berliana. Hubungan Lama Kerja Dengan Kadar Timah Hitam (Pb) dalam darah Operator SPBU di Samarinda Kalimantan Timur. Media kesehatan masyarakat Indonesia. Vol 2. no Faizah, Laila. Hubungan Kadar dan Lama Paparan Partikel Pb Udara dan Kadar Hb Pada Pekerja Industri Peleburan Timah Hitam (Pb) di Lingkungan Industri Kecil Bugangan baru Semarang Faisal Yuniar W. Hubungan Kadar Pb Darah dengan Jumlah Eritrosit Pada Penyapu Jalan Simpang Lima dan Sekitarnya di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia, terutama di kota-kota di Pulau Jawa berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya peningkatan secara kuantitatif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang dengan paparan timbal mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi anemia dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar timbal. Padahal anemia sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH DENGAN JUMLAH ERITROSIT PADA PEDAGANG PASAR BUKU BELAKANG SRIWEDARI SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH DENGAN JUMLAH ERITROSIT PADA PEDAGANG PASAR BUKU BELAKANG SRIWEDARI SURAKARTA HUBUNGAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH DENGAN JUMLAH ERITROSIT PADA PEDAGANG PASAR BUKU BELAKANG SRIWEDARI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nazrotul

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sekitar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Andhika Yuli Pratama R.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman yang bergerak di ruang lingkup dunia. Era ini mengakibatkan beberapa perubahan penting dalam sektor kehidupan. Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah yang mempunyai tugas utama untuk menghantarkan oksigen ke paru-paru. Hemoglobin dapat meningkat ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat cukup membahayakan kehidupan. Salah satu logam berbahaya yang menjadi bahan pencemar tersebut adalah Timbal (Pb). Timbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi dapat menyebabkan polusi udara. Banyak kota di seluruh dunia sekarang menghadapi masalah pencemaran

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH MASA KERJA DAN PENGGUNAAN MASKER TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH PETUGAS PARKIR AKIBAT PAPARAN GAS BUANG KENDARAAN DI WILAYAH PASAR KECAMATAN NGABANG KALIMANTAN BARAT PERIODE JANUARI-SEPTEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan suatu organ respiratorik yang memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara antara O 2 dengan CO 2. 1 Kelainan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko tercemar kadmium, tembaga dan timbal.makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penduduk Indonesia diprediksi akan meningkat antara tahun 2000 dan 2025 dari sekitar 206 juta menjadi sekitar 274 juta. Rata-rata penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat transportasi sangat berperan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. tersebut sering terpapar gas karbon monoksida (CO) yang berasal dari gas

BAB V PEMBAHASAN. tersebut sering terpapar gas karbon monoksida (CO) yang berasal dari gas BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini adalah pedagang kuliner di area kuliner daerah Gladag dimana area kuliner tersebut terletak di sisi jalan Mayor Sunaryo yang ramai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM UNDIP ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat polusi udara yang semakin meningkat terutama di kota kota besar sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu penyumbang polusi udara

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross sectional study) yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika hubungan atau korelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

PROFIL DARAH DAN STATUS GIZI PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (Pb) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG TIMUR

PROFIL DARAH DAN STATUS GIZI PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (Pb) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG TIMUR PROFIL DARAH DAN STATUS GIZI PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (Pb) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG TIMUR Mifbakhuddin, Ulfa Nurulita FKM, UNIMUS ABSTRACT Background, Lead (Pb) constitutes

Lebih terperinci

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal 1 Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal Eforia yang sedang terjadi di akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 yaitu menurunnya harga bahan bakar minyak untuk ketiga kalinya. Hal ini tentu disambut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan masyarakat di banyak negara maju dan perkembangannya lebih baik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya dari penggunaan beraneka ragam bahan kimia (ATSDR, 2000; ATSDR, 2007). Hal ini berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

The Association Between Blood Lead Level (BLL) with Hemoglobin Level on Women of Childbearing Age in Metal Smelting Industryin Tegal Regency

The Association Between Blood Lead Level (BLL) with Hemoglobin Level on Women of Childbearing Age in Metal Smelting Industryin Tegal Regency Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 2 / Oktober 2013 Hubungan Antara Kadar Timbal dalam Darah dengan Kadar Hemoglobin pada Wanita Usia Subur di Lingkungan Industri Peleburan Loga Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS GIZI DAN PROFIL DARAH PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (PB) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG

GAMBARAN STATUS GIZI DAN PROFIL DARAH PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (PB) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG GAMBARAN STATUS GIZI DAN PROFIL DARAH PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (PB) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG Nutritional Status and Blood Profile Description of Gas Station Workers Exposure

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timbal atau timah hitam merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol bilangan oktan pada bahan bakar,

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS Renaldi, 2013 Pembimbing I : dr. Fenny, Sp.PK., M.Kes Pembimbing II : dr. Indahwaty,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA

HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Nafilatul

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi dan Lingkungan Kebutuhan akan transportasi timbul karena adanya kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO

STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO Andryes Papuling Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado Abstract. Danger

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research yaitu penelitian yang bersifat penjelasan pada setiap variabelnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April Ratih Hafsari Purwindah, Sulistiyani, Budiyono

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April Ratih Hafsari Purwindah, Sulistiyani, Budiyono Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April 2012 Hubungan Kadar Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Dengan Profil Darah Studi Pada Petugas Pengujian Emisi Gas Buang Dinas Perhubungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang telah banyak menghasilkan produk teknologi, di antaranya adalah alat transportasi. Dengan adanya alat transportasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar COHb Pada Tenaga Kerja Wanita Yang Bersepeda Di PT. Glory Industrial Semarang 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar COHb Pada Tenaga Kerja Wanita Yang Bersepeda Di PT. Glory Industrial Semarang 2014 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar COHb Pada Tenaga Kerja Wanita Yang Bersepeda Di PT. Glory Industrial Semarang 2014 Ummi Ainu Rofika *), Eni Mahawati **), Eko Hartini **) *) Alumni Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara di kota-kota besar telah menyebabkan menurunnya kualitas udara. Penurunan kualitas udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009 Faktor-faktor Yang Berhubungan... - Yusthin M. Manglapy; MG Catur Y FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR TIMAH HITAM (PB) DALAM DARAH OPERATOR SPBU COCO DI JL. AHMAD YANI SEMARANG 2009 Yusthin M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

KANDUNGAN TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAK KESEHATAN PADA PENGEMUDI BUS KOTA AC DAN NON AC DI KOTA SURABAYA

KANDUNGAN TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAK KESEHATAN PADA PENGEMUDI BUS KOTA AC DAN NON AC DI KOTA SURABAYA Suhendro, Soedibyo H.P., dan Windhu P., Kandungan Timbal dalam Darah KANDUNGAN TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAK KESEHATAN PADA PENGEMUDI BUS KOTA AC DAN NON AC DI KOTA SURABAYA Blood Lead Levels and Its Health

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran Plumbum (Pb) merupakan masalah penting yang sering terjadi di negara-negara berkembang. Pencemaran lingkungan oleh Pb disebabkan karena pembuangan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat seperti timbal, merkuri dan cadmium memiliki efek berbahaya pada kesehatan manusia sebagai akibat dari penyebaran di lingkungan dan kemampuan untuk terakumulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kontaminan Adalah semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang bersih. 2. Cemaran (Pollutant) Adalah kontaminan

Lebih terperinci

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area ANALISIS KUALITAS NO 2 DALAM RUANG PADA PERPARKIRAN BASEMENT DAN UPPER GROUND ( Studi Kasus : Mall X, Semarang) Qiyam Maulana Binu Soesanto, Haryono Setiyo Huboyo, Endro Sutrisno Program Studi Teknik Lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb Rata-rata kadar Besi (Fe) darah puyuh hasil penelitian pengaruh pemberian kitosan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam aktivitas sehari-hari kendaraan bermotor sebagai produk teknologi memerlukan bahan bakar minyak, timah hitam atau timbal, juga dikenal dengan nama

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL

ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL ANALISIS RISIKO KESEHATAN AKIBAT PAJANAN TIMBAL (Pb) MELALUI JALUR INHALASI PADA OPERATOR DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) DI KOTA KENDARI TAHUN 2016 (STUDI DI SPBU TIPULU, WUA-WUA, ANDUONOHU

Lebih terperinci

Medical Laboratory Technology Journal

Medical Laboratory Technology Journal 3 (2), 2017, 47-52 Medical Laboratory Technology Journal Received 2017-11-28; Received in revised form 2017-12-20; Accepted 2017-12-29 Available online at : http://ejurnal-analiskesehatan.web.id KADAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM. ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : IRMAYANTI NIM. 081000069 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN (COHb) DALAM DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN UDINUS SEMARANG TAHUN 2013 Novita Wulansari* ), Eni Mahawati**

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci