PENEMPATAN POHON PADA JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS PANAS MATAHARI DI KOTA SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENEMPATAN POHON PADA JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS PANAS MATAHARI DI KOTA SEMARANG"

Transkripsi

1 Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1-10 PENEMPATAN POHON PADA JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS PANAS MATAHARI DI KOTA SEMARANG Wardianto,G *, Budihardjo,E **, Soetomo, S**, Prianto, E **) Abstrak Dalam berbagai referensi perancangan jalur pejalan kaki pada umumnya memperhatikan secara seksama persyaratan terhadap faktor iklim. Tetapi tidak dijumpai adanya persyaratan spesifik yang dirumuskan untuk jalur pejalan kaki berkaitan dengan kondisi panas matahari. Pohon merupakan elemen utama yang dibutuhkan pejalan kaki untuk berlindung dari panas matahari. Penempatan pohon-pohon secara benar di jalur pejalan kaki akan memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki terhadap panas matahari. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menyusun suatu persyaratan spesifik penempatan pohon-pohon dalam hubungannya dengan pengaruh panas matahari terhadap jalur pejalan kaki khususnya di Semarang. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada observasi visual pada jalur pejalan kaki yang sudah ada yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian ini. Persyaratan untuk penempatan pohon-pohon secara benar sebagai elemen peneduh pada jalur pejalan kaki di Semarangmerupakan hasill dari penelitian ini. Dan hasil penelitian ini akan memberikan manfaat untuk mengevaluasi jalur pejalan kaki yang sudah ada atau untuk merancang jalur pejalan kaki yang baru yang dapat memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki terhadap panas matahari. Kata kunci : pohon peneduh, panas matahari, jalur pejalan kaki, Kota Semarang Pendahuluan Pemerintah kota pada umumnya berpendapat bahwa kendaraan bermotor mempunyai hak yang lebih dibanding dengan pejalan kaki dalam penggunaan ruang publik, sehingga penggunaan jalan lebih diutamakan bagi kendaraan bermotor (Litman, Todd., 2004). Infrastruktur dan pelayanan bagi pejalan kaki di kota-kota di negara berkembang seringkali kurang mendapatkan perhatian dalam perencanaan dan penganggaran oleh pemerintah kota (Krambeck, Holly dan Shah, Jitendra., 2006). Demikian juga kecenderungan perkembangan kawasan urban di Indonesia sampai dengan saat ini lebih memprioritaskan kepentingan pergerakan kendaraan bermotor dengan segala fasilitasnya, dan mengabaikan ragam aktivitas manusia. Padahal kehidupan sebuah kota tercermin dari ragam aktivitas kehidupan manusia dalam kawasan koridor tersebut. Kualitas kenyamanan koridor semakin menurun, termasuk kenyamanan termal sebagai akibat dari pengaruh panas matahari (Kusumawanto, 2004). Matahari merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Sinarnya memberikan penerangan dan panasnya dapat memberikan energi serta mengandung unsur-unsur yang memberikan kehidupan bagi manusia, binatang, tumbuhan, dan mahluk hidup lainnya. Panas matahari dalam kadar tertentu memberikan kenyamanan tetapi sebaliknya dalam kadar tertentu dapat juga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi manusia. Dengan teknologi yang dimilikinya, manusia dapat mengatasi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari dengan melindungi dirinya dalam bangunan-bangunan gedung untuk melakukan aktivitasnya. Dan selanjutnya kemajuan teknologi memungkinkan manusia untuk mengatur kenyamanan didalam ruangan sesuai dengan tingkat kenyamanan yang diinginkannya dengan sistim pengkondisian udara (air conditioning). Kemajuan teknologi telah menjadikan manusia mampu untuk terus menerus memperbaiki kualitas kenyamanan termal di ruang tertutup. Namun masalah besar yang timbul adalah semakin sukses manusia menciptakan kenyamanan di ruang tertutup maka ketertarikan untuk beraktivitas di ruang terbuka semakin menurun (Whyte, 1988). Di ruang terbuka kota seperti halnya di jalur pejalan kaki manusia melindungi dirinya terhadap panas matahari antara lain dengan berlindung dibawah pohon. Oleh karena itu pohon adalah merupakan elemen penting di jalur pejalan kaki untuk memberikan *) Mahasiswa Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan (PDTAP) Undip Semarang **) Promotor dan Co-promotor PDTAP

2 Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang perlindungan bagi pejalan kaki terhadap panas matahari. Tetapi pada kenyataannya banyak dijumpai di jalur pejalan kaki yang sudah ada, penempatan pohon-pohon tidak diperhitungkan terhadap panas matahari sehingga tidak memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki. Fenomena seperti ini terjadi juga di kota Semarang. Dibeberapa jalur pejalan kaki di jalur jalan utama kota seperti di jalan Pandanaran, jalan Pemuda, dan jalan Gajah Mada dijumpai jalur pejalan kaki yang lintasannya tidak terlindung dari panas matahari. Perlindungan terhadap panas matahari di ruang terbuka seperti jalur pejalan kaki khususnya diperlukan pada periode panas matahari tertinggi. Panas matahari terutama pada periode panas tertinggi menimbulkan rasa tidak nyaman kepada para pejalan kaki di ruang terbuka kota antara lain dengan timbulnya keringat, rasa haus, dan rasa lelah. Sedangkan pada periode tersebut banyak warga kota yang harus melakukan aktivitasnya berjalan kaki di jalur pejalan kaki ruang terbuka seperti antara lain pulang sekolah, keluar makan siang, atau pulang kerja. Para pejalan kaki pada periode tersebut memerlukan jalur pejalan kaki yang dapat mengurangi atau mengatasi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari. Di daerah yang beriklim tropis lembab seperti di Indonesia panas tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah tengah hari, karena pada saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi. Sebagai patokan dapat dianggap bahwa temperatur tertinggi sekitar 1 2 jam setelah posisi matahari tertinggi (Lippsmeier, 1994). Penelitian ini akan mengungkap fakta-fakta adanya penempatan pohon-pohon di jalur pejalan kaki yang tidak memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki. Kemudian dilakukan kajian terhadap fakta-fakta tersebut untuk mendapatkan jawaban bagaimana penempatan pohon-pohon yang benar yang dapat memberikan perlindungan optimal kepada pejalan kaki. Selanjutnya jawaban-jawaban tersebut dirumuskan sebagai persyaratan penempatan pohon yang berbasis pengaruh panas matahari. Metoda penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode panas matahari tertinggi. Oleh karena itu harus ditetapkan terlebih dahulu antara jam berapa sampai jam berapa periode panas matahari terjadi. Kemudian diambil data visual berupa foto-foto dari beberapa jalur pejalan kaki yang dipilih sebagai lokasi penelitian pada periode panas matahari tertinggi. (Wardianto dkk) Kusumawanto dalam penelitian disertasinya pada tahun 2005 di jalan Maliobobro Yogyakarta dengan menggunakan metoda pengukuran temperatur udara dan kelembaban antara jam sampai jam mendapatkan bahwa periode panas tertinggi adalah antara jam Wardianto dalam penelitiannya tahun 2007 di jalan Pandanaran, jalan Pemuda dan jalan Gajah Mada secara kualitatif berdasarkan jawaban pejalan kaki di lokasi penelitian diperoleh pernyataan bahwa panas tertinggi yang dirasakan adalah antara jam sampai jam Sedangkan berdasarkan data tahunan tahun 2007 dari Badan Metereologi kota Semarang diperoleh bahwa panas matahari tertinggi terjadi antara jam jam Untuk penelitian ini pengambilan data visual dilakukan diantara jam jam yaitu ketika terdapat banyak pejalan kaki. Diluar periode tersebut panas matahari sudah tidak memberikan efek yang mengganggu terhadap pejalan kaki. Untuk penelitian ini dipilih jalan utama kota yaitu di kawasan segitiga emas kota Semarang meliputi jalan Pandanaran, jalan Pemuda dan jalan Gajah Mada, karena berdasarkan observasi di jalan-jalan tersebut dijumpai banyak pejalan kaki pada periode panas tertinggi yang semestinya memerlukan perlindungan terhadap panas matahari. Studi ini menggunakan metoda pengamatan visual langsung terhadap fakta empirik di lapangan. Fakta empirik diambil dari lokasi studi di kota Semarang di jalan Pandanaran, jalan Pemuda, dan jalan Gajah Mada yang membentuk segitiga sehingga masing-masing jalan berada pada posisi orientasi yang berbeda terhadap lintasan matahari. Perletakan pohon-pohon peneduh di masing-masing jalur pejalan kaki juga berbeda sehingga dapat memperkaya fakta empirik sebagai obyek penelitian. Pengamatan pada lokasi studi dibagi dalam segmen-segmen yang didasarkan pada pengelompokan fungsi bangunan, sistim aktivitas, dan khususnya perbedaan konfigurasi fisik jalur pejalan kaki yang akan berpengaruh pada efek yang terjadi pada jalur pejalan kaki dimasing-masing segmen. Kunci untuk mengurangi atau mengatasi rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh panas matahari di ruang terbuka kota tropis adalah adanya (Lippsmeier, 1994; Golany, 1995; Rohinton, 2005; Nikolopoulou, 2003). Pohon merupakan salah satu elemen utama pada jalur pejalan kaki yang dapat memberikan 2

3 Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1-10 efek yang dapat memberikan perlindungan bagi pejalan kaki terhadap panas matahari (Rapoport, 1969; Shirvani, 1985; Rubenstein, 1992). Bayangan yang terjadi pada permukaan tanah ditentukan oleh dua hal yaitu, sudut datang sinar matahari dan posisi pohon terhadap arah datangnya sinar matahari. Matahari bergerak sepanjang hari dari arah Timur ke Barat dengan perubahan sudut datang 15 setiap 1 jam, berada di puncak pada waktu tengah hari yaitu pada jam dan mencapai panas tertinggi 2 jam setelah matahari mencapai puncaknya (Lippsmeier, 1994) EFEK BAYANGAN PADA JALUR PEJALAN KAKI YANG POSISI LINTASANNYA ARAH UTARA-SELATAN PEJALAN KAKI TIDAK PEJALAN KAKI TERLINDUNG DIAGRAM SUDUT DATANG MATAHARI EFEK BAYANGAN JAM EFEK BAYANGAN JAM Hal lain yang memberikan pengaruh pada efek yang terjadi sepanjang lintasan jalur pejalan kaki adalah posisi lintasan jalur pejalan kaki terhadap lintasan matahari. Merujuk kepada arah lintasan matahari dari timur ke barat. Maka jalur pejalan kaki yang lintasannya sejajar dengan lintasan matahari (timur barat) efek akan selalu jatuh pada posisi yang relatif sama di permukaan lintasan jalur pejalan kaki sepanjang hari. Sedangkan jalur pejalan kaki yang lintasannya pada posisi tegak lurus terhadap lintasan matahari (utara selatan) maka efek tidak selalu jatuh pada posisi yang sama di lintasan jalur pejalan kaki seperti yang terjadi pada gambar tersebut diatas. Selanjutnya efek pada lintasan jalur pejalan kaki ditentukan oleh penempatan pohon-pohon terhadap lebar lintasan. Apakah ditempatkan disisi dalam (pada batas persil) atau disisi luar (pada batas jalur kendaraan bermotor). Data visual yang diambil akan memperlihatkan variasi efek bayang yang terjadi pada permukaan lintasan jalur pejalan kaki. LOKASI PENELITIAN : 3

4 Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang Jl. Pandanaran Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Jl. Pemuda Segmen 4 Segmen 5 Segmen 6 6 PASAR JOHAR C (Wardianto dkk) POSISI TERHADAP SUDUT DATANG DAN LINTASAN MATAHARI Jl. PANDANARAN Posisinya relatif searah terhadap arah lintasan matahari Jl. Gajah Mada Segmen 7 Segmen 8 Segmen 9 SUDUT DATANG PERIODE PANAS TERTINGGI 5 7 Jl. PEMUDA Posisinya diagonal terhadap arah lintasan matahari 4 8 TUGU MUDA B Jl. GAJAH MADA Posisinya relatif tegak lurus terhadap arah lintasan matahari U 1 A SIMPANG LIMA Data visual direkam dengan menggunakan camera foto digital. Dilakukan pada bulan Oktober Dipilih bulan Oktober karena berdasarkan analisa data klimatologi selama periode 30 tahun ( ) yang diambil dari Stasiun Klimatologi Semarang oleh Badan Metereologi Kota Semarang diperoleh data bahwa suhu udara tertinggi di kota Semarang terjadi pada bulan September-Nopember dengan puncaknya pada bulan Oktober. Data visual berupa foto-foto diambil di masingmasing jalur pejalan kaki berdasarkan pembagian segmen yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif berdasarkan data visual (foto-foto) dan berdasarkan pengalaman visual peneliti ketika melakukan pengambilan data visual di lapangan mengenai penempatan pohon-pohon dan efek yang terjadi di setiap segmen di lokasi penelitian pada periode panas matahari tertinggi. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi posisi penempatan pohon-pohon pada jalur pejalan kaki yang ada dan menghasilkan efek yang berbeda-beda. Demikian juga terlihat bahwa posisi jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari dan sudut datang matahari pada periode panas matahari menghasilkan efek yang berbeda-beda. 4

5 Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1-10 Jalan Pandanaran SEGMEN 1 SISI SELATAN SEGMEN 1,2, 3 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pandanaran pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Pandanaran searah dan hampir sejajar dengan arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari tidak berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam terhalang pohon-pohon sepanjang jalan. Bayangan pohon jatuh di permukaan jalur pejalan kaki sepanjang hari. SEGMEN 1 SISI UTARA SEGMEN 2 SISI SELATAN SEGMEN 2 SISI UTARA SISI UTARA SEGMEN 3 SISI SELATAN SEGMEN 3 SISI UTARA Jalan Pemuda SEGMEN 4 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pemuda segmen 4 pohon-pohon ditempatkan pada sisi pagar halaman bangunan. Karena orientasi jalan Pemuda hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan SEGMEN 4 SISI BARAT jatuhnya ke permukaan jalur pejalan SEGMEN 4 kaki. Sinar matahari jam tidak terhalang pohonpohon sepanjang jalan. Sinar matahari jam pada jalur pejalan kaki sisi barat dapat terhalang pohon sedangkan disisi timur tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki hanya di jalur pejalan kaki sisi barat setelah jam SISI TIMUR sisi dalam sisi luar Jalan Pandanaran sisi luar sisi dalam 5

6 Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang (Wardianto dkk) SEGMEN 5 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pemuda segmen 5 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Pemuda hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat SEGMEN 5 SISI BARAT berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya ke permukaan jalur pejalan SEGMEN 5 kaki. Sinar matahari jam tidak terhalang pohonpohon sepanjang jalan. Sinar matahari jam pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki hanya di jalur pejalan kaki sisi timur setelah jam SISI TIMUR Sisi dalam sisi luar sisi luar sisi dalam SEGMEN 6 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Pemuda segmen 6 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Pemuda hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan SEGMEN 6 SISI BARAT sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh SEGMEN 6 secara signifikan pada perubahan jatuhnya ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam tidak terhalang pohonpohon sepanjang jalan. Sinar matahari jam pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon, tetapi terhalang oleh bangunan yang menghasilkan memanjang pada setengah lebar permukaan jalur pejalan kaki. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur dan sebagian jalur pejalan kaki sisi barat setelah jam SISI TIMUR Sisi dalam sisi luar sisi luar sisi dalam Jalan Gajah Mada 6

7 Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1-10 SEGMEN 7 SISI BARAT SEGMEN 7 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Gajah Mada segmen 7 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Gajah Mada hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam terhalang pohonpohon dan kanopi bangunan sepanjang jalan. Sinar matahari jam pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon, tetapi terhalang oleh bangunan yang menghasilkan pada permukaan jalur pejalan kaki. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur dan sebagian jalur pejalan kaki sisi barat setelah jam SEGMEN 7 SISI TIMUR sisi dalam sisi luar sisi luar sisi dalam SEGMEN 8 SISI TIMUR SEGMEN 8 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Gajah Mada segmen 8 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Gajah Mada hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam tidak terhalang pohonpohon dan kanopi bangunan sepanjang jalan. Sinar matahari jam pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur setelah jam Pohon di sisi timur terlalu tinggi dan tidak rindang sehingga tidak optimal menghalangi sinar matahari dengan sudut datang miring. SEGMEN 8 SISI BARAT sisi dalam sisi luar sisi luar sisi dalam 7

8 Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang (Wardianto dkk) SEGMEN 9 SISI TIMUR SEGMEN 9 Disepanjang jalur pejalan kaki di jalan Gajah Mada segmen 9 pohon-pohon ditempatkan pada sisi jalur kendaraan bermotor. Karena orientasi jalan Gajah Mada hampir tegak lurus terhadap arah lintasan matahari maka perubahan sudut datang sinar matahari sangat berpengaruh secara signifikan pada perubahan jatuhnya ke permukaan jalur pejalan kaki. Sinar matahari jam tidak terhalang pohonpohon dan kanopi bangunan sepanjang jalan. Sinar matahari jam pada jalur pejalan kaki sisi timur dapat terhalang pohon sedangkan disisi barat tidak terhalang pohon. Bayangan pohon jatuh dipermukaan jalur pejalan kaki di jalur pejalan kaki sisi timur setelah jam SEGMEN 9 SISI BARAT sisi dalam sisi luar sisi luar sisi dalam Dari hasil penelitian tersebut diatas didapati hal-hal yang penting berkaitan dengan keberadaan pohon dan efek di jalur pejalan kaki pada periode panas matahari tertinggi. 1. Terdapat dua tipologi jalur pejalan kaki berkaitan dengan keberadaan pohon-pohon dan bangunan. Pertama, adalah jalur pejalan kaki yang berada di kawasan dimana antara bangunan dan jalur pejalan kaki dipisahkan oleh adanya halaman, berbatasan dengan pagar hal;aman. Bangunan berada pada jarak yang cukup jauh dari jalur pejalan kaki sehingga efek nya tidak sampai pada lintasan jalur pejalan kaki. dapat terjadi dari keberadaan pagar halaman dengan tinggi tertentu. Pada tipologi ini efek didapat dari keberadaan pohonpohon dan pagar halaman bila tingginya cukup. Termasuk dalam tipologi ini adalah jalur pejalan kaki segmen 1, 2, 3, 4, 5, 8, dan 9. Kedua, adalah jalur pejalan kaki yang berada di kawasan dimana bangunan berbatasan langsung dengan jalur pejalan kaki. Sehingga bangunan pada posisi tertentu dan jam tertentu dapat memberikan efek pada lintasan jalur pejalan kaki. Pada tipologi ini efek didapat dari keberadaan pohon-pohon dan bangunan. Termasuk dalam tipologi ini adalah jalur pejalan kaki segmen 6 dan Pohon-pohon pada semua segmen jalur pejalan kaki ditempatkan secara simetri terhadap keberadaan jalur kendaraan bermotor. Yaitu ditempatkan disisi luar seperti pada segmen 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8 dan 9 atau disisi dalam seperti pada segmen 4. Penempatan pohon secara simetri menghasilkan efek yang berbeda pada masing-masing jalur pejalan kaki di kiri dan kanan jalan kendaraaan bermotor bila posisi jalur pejalan kaki tidak searah dengan lintasan matahari. yaitu seperti yang terjadi pada segmen 5, 6, 7, 8, dan 9. Pada satu sisi terjadi efek sedangkan pada sisi yang lain tidak ada efek. Sedangkan pada jalur pejalan kaki yang posisinya sejajar dengan arah lintasan matahari efek pada jalur pejalan kaki di dua sisi relatif sama seperti pada segmen 1, 2, dan 3, efek terjadi sepanjang hari pada lintasan jalur pejalan kaki. Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut diatas didapatkan bahwa agar penempatan pohonpohon di jalur pejalan kaki dapat memberikan efek untuk memberikan perlindungan yang optimal kepada pejalan kaki, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: i) tipologi jalur pejalan kaki berkaitan dengan keberadaan bangunan di sepanjang lintasan, ii) posisi jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari, iii) sudut jatuh sinar matahari pada periode panas matahari tertinggi. 8

9 Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 1-10 Kesimpulan Dalam merancang penempatan pohon-pohon pada suatu jalur pejalan kaki, agar dapat berfungsi memberikan perlindungan terhadap panas matahari bagi pejalan kaki harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan efek yang sama di dua sisi jalur pejalan kaki penempatan pohon-pohon tidak harus simetri diantara kedua sisi terutama pada jalur pejalan kaki yang posisinya tegak lurus terhadap arah lintasan matahari. EFEK BAYAN sisi barat EFEK BAYAN sisi timur Sudut datang matahari jam Sudut datang matahari jam Dengan penempatan pohon yang tidak simetris maka diperoleh efek optimal pada periode panas matahari tertinggi (jam ) yang sama di sisi barat dan sisi timur Bila jalur pejalan kaki cukup lebar dapat ditempat dua deretan pohon di setiap sisi jalur pejalan kaki. EFEK BAYAN sisi barat EFEK BAYAN sisi timur Dengan penempatan dua pohon jalur pejalan kaki mendapatkan perlindungan maksimal terhadap panas matahari 2. Harus diketahui tipologi jalur pejalan kaki berkaitan dengan keberadaan bangunan di sepanjang jalur pejalan kaki. Apakah bangunan berbatasan langsung dengan jalur pejalan kaki atau terpisah oleh halaman dan jalurpejalan kaki berbatasan dengan pagar halaman. Hal ini untuk dapat merancang kombinasi efek yang dihasilkan oleh pohon dan oleh bangunan atau pagar halaman agar diperoleh perlindungan yang optimal terhadap panas matahari bagi pejalan kaki. Tipologi jalur pejalan kaki ini dapat diketahui dari peta tata guna tanah dan Rencana Umum Tata Ruang Kota. 3. Harus diketahui posisi jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari sehingga dapat diperkirakan efak yang akan terjadi berdasarkan sudut jatuh sinar matahari pada periode panas matahari tertinggi terhadap pohon-pohon dan bangunan atau pagar halaman. Untuk mengetahui sudut jatuh sinar matahari disarankan untuk melakukan observasi langsung di lapangan karena ketepatan terjadinya efek akan lebih akurat berdasarkan fakta sebenarnya. Hal ini dipertimbangkan karena pada kenyataannya posisi lintasan jalur pejalan kaki terhadap arah lintasan matahari variasinya sangat banyak dan setiap perbedaan posisi menghasilkan efek yang berbeda. Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada para pembimbing Program Doktor Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang yang telah menjadi patner selama melakukan penelitian jenjnag strata III ini dan Pemerintah Kota Semarang yang memberi kesempatan untuk mempublikasikan hasil penelitian ini, semoga hasil tulisan ini bermanfaat. 9

10 Penempatan Pohon Pada Jalur Pejalan Kaki Berbasis Panas Matahari di Kota Semarang (Wardianto dkk) DAFTAR PUSTAKA Golany, Gideon S, 1995, Ethics and Urban Design, New York : John Wiley&Sons, Inc. Kusumawanto, Arif., 2005, Pengendalian Arsitektural Terhadap Kondisi Kenyamanan Termal Ruang Luar di Kawasan Urban, Studi Kasus : Koridor Kawasan Malioboro Yogyakarta, Disertasi Institut Teknologi Bandung. Krambeck, Holly dan Shah, Jitendra., 2006, The Global Walkability Index, Dept. of Civil and Environmental Engineering & Dept. Urban Studies and Planning, Massachusetts Insitute of Technology, USA Lippsmeier, George, 1994, Bangunan Tropis, alih bahasa Syahmir Nasution, Jakarta : Penerbit Erlangga. Litman, Todd., 2004, Whose Road?Defining Bicyclists and Pedestrians to Use Public Roadways, Victoria Transport Policy Institute, Victoria, Canada Nikolopoulou, Marialena,2003, Thermal Comfort in Outdoor Spaces: Field Studies in Greece, Centre for Renewable Energy Sources, Greece. Rapoport, 1969, House Form and Culture, London : Prentice Hall International, Inc. Rohinton, M, Emmanuel., 2005, An Urban Approach To Climate-Sensitive Design Strategies For The Tropics, Spoon Press, Oxon OX14 4RN, Great Britain. Rubenstein, Harvey M, 1992, Pedestrian Malls, Streetscape, and Urban Spaces, New York : John Wiley & Sons, Inc. Shirvani Hamid, 1985, The Urban Design Process, New York : Van Nostrand Reinhold Company. Whyte, William, W.,1988, City Rediscovering The Center, New York : Anchor Books Doubleday , 2007, Data Klimatologi Kota Semarang Tahun 2007, Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang. 10

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi proyek hotel bisnis di Kuningan, Jakarta Selatan ini adalah kebutuhan akomodasi di kawasan bisnis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

Kompasiana Pembangunan Jalan Seperempat Dari Pertumbuhan Jumlah Kendaraan. Media Sosial Online. Jakarta Indonesia.

Kompasiana Pembangunan Jalan Seperempat Dari Pertumbuhan Jumlah Kendaraan. Media Sosial Online. Jakarta Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Akuntomo, Priyo. 2007. Evaluasi Kinerja Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di Ruas Jalan Legian Kabupaten Badung. Skirpsi tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya. Arikunto, Suharsimi.

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini BAB VI KESIMPULAN Setelah dilakukannya analisa data statistik dan juga pemaknaan, kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini didapat dari hasil pemaknaan dan diharapkan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel menjadi salah satu solusi tempat sementara seseorang/kelompok untuk menginap selama mereka pelakukan keperluannya di daerah/kota tersebut. Tidak heran di jaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

POLA RUANG LUAR KAWASAN PERUMAHAN DAN KENYAMANAN THERMAL DI SEMARANG

POLA RUANG LUAR KAWASAN PERUMAHAN DAN KENYAMANAN THERMAL DI SEMARANG Riptek, Vol.3, No.2, Tahun 2009, Hal.: 21-26 POLA RUANG LUAR KAWASAN PERUMAHAN DAN KENYAMANAN THERMAL DI SEMARANG Maidinita,D *), Hardiman,G **) ; Prianto,E **) Abstrak Padatnya lahan di pusat kota akan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK Katerina 1), Hari Purnomo 2), dan Sri Nastiti N. Ekasiwi

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengujian kenyamanan termal ruang luar di Koridor Jalan Tugu-Kraton menjadi salah satu alat ukur tingkat kenyamanan di Kota Yogyakarta. terdiri dari kenyamanan ruang,

Lebih terperinci

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya Dini Faza Illiyin (1), Rea Risky Alprianti (2) dinifaza93@gmail.com

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

Evaluasi Tata Bangunan Berdasarkan Overshadowing Pada Lahan Berkontur Di Dusun Sumbersari Kota Batu

Evaluasi Tata Bangunan Berdasarkan Overshadowing Pada Lahan Berkontur Di Dusun Sumbersari Kota Batu Evaluasi ata Bangunan Berdasarkan Overshadowing Pada Lahan Berkontur Di Dusun Sumbersari Kota Batu Syamsuri Satria, Bambang Soemardiono, Haryo Sulistiarso Program Magister Bidang Keahlian Perancangan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS ADAPTASI MANUSIA TERHADAP PANAS MATAHARI DI RUANG TERBUKA KOTA Studi Kasus: Jalur Pejalan Kaki di Kota Semarang DISERTASI

JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS ADAPTASI MANUSIA TERHADAP PANAS MATAHARI DI RUANG TERBUKA KOTA Studi Kasus: Jalur Pejalan Kaki di Kota Semarang DISERTASI JALUR PEJALAN KAKI BERBASIS ADAPTASI MANUSIA TERHADAP PANAS MATAHARI DI RUANG TERBUKA KOTA Studi Kasus: Jalur Pejalan Kaki di Kota Semarang DISERTASI Oleh : Gatoet Wardianto PROGRAM DOKTOR TEKNIK ARSITEKTUR

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP)

KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP) KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP) ABSTRAKSI Jalur pedestrian merupakan wadah atau ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan.

GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA. Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan. GEDUNG KEDUTAAN BERPALING DARI JALAN UTAMA Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, Desember-Januari 2007 Tidak lazim bagi bangunan di koridor Thamrin, Jakarta, memalingkan wajahnya dari jalan protokol termewah

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i ii iii v vi viii xi xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil)

Gambar Proporsi penggunaan sumber energi dunia lebih dari duapertiga kebutuhan energi dunia disuplai dari bahan bakan minyak (fosil) ARSITEKTUR DAN ENERGI Tri Harso Karyono Harian Kompas, 21 September 1995, Jakarta, Indonesia. Pengamatan para akhli memperlihatkan konsumsi energi dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami pada City Hotel yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang memerlukan banyak bangunan baru untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi Penelitian Perkembangan dan pembangunan yang terjadi di perkotaan membuat kawasan kota menjadi semakin padat. Salah satu penyebabnya adalah pertambahan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Tanah Abang, merupakan wilayah yang padat di Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Di samping padat akan pemukiman penduduknya, Tanah Abang adalah kawasan bisnis

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shopping mall atau biasa disebut juga dengan mal adalah salah satu pusat perbelanjaan yang cepat berkembang di kota-kota besar di Indonesia. Mal merupakan bagian yang

Lebih terperinci

Pengaruh Orientasi Bangunan pada Temperatur Udara Kawasan Studi kasus : Kota Bandung

Pengaruh Orientasi Bangunan pada Temperatur Udara Kawasan Studi kasus : Kota Bandung Pengaruh Orientasi Bangunan pada Temperatur Udara Kawasan Studi kasus : Kota Bandung Surjamanto Wonorahardjo KK Teknologi Bangunan Prodi Arsitektur SAPPK Institut Teknologi Bandung E-mail : titus@ar.itb.ac.id

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta dalam sepuluh tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di bidang pendidikan dan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenyaman termal menjadi aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan sebuah kawasan (urban development). Kegiatan manusia secara langsung dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

JALUR EVAKUASI BENCANA DI KAWASAN PERKOTAAN (Study Kasus : Gunung Sahari Jakarta Pusat) Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131

JALUR EVAKUASI BENCANA DI KAWASAN PERKOTAAN (Study Kasus : Gunung Sahari Jakarta Pusat) Jl. Prof Sudarto SH Tembalang Semarang 50131 ISSN : 0853-2877 Jalur Evakuasi Bencana di Kawasan Perkotaan (Study Kasus: MODUL Gunung vol 16 Sahari No 1 Januari Jakarta Juni Pusat) 2016 JALUR EVAKUASI BENCANA DI KAWASAN PERKOTAAN (Study Kasus : Gunung

Lebih terperinci

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung Enggar Septika D. Program Magister, Jurusan Rancang Kota, Fakultas Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan yang terjadi di perkotaan diiringi dengan tingginya kebutuhan penduduk akan hunian menjadikan kawasan kota berkembang menjadi kawasan yang padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa ini adalah hasil analisis pada bab sebelumnya yang kemudian disimpulkan. Konsep ini merupakan konsep turunan dari

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN)

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN) PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN) Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur Oleh SOFIANDY

Lebih terperinci

PREFERENSI PEDESTRIAN DITINJAU DARI PENGGUNAAN TROTOAR DI KORIDOR JALAN PEMUDA KOTA MAGELANG

PREFERENSI PEDESTRIAN DITINJAU DARI PENGGUNAAN TROTOAR DI KORIDOR JALAN PEMUDA KOTA MAGELANG PREFERENSI PEDESTRIAN DITINJAU DARI PENGGUNAAN TROTOAR DI KORIDOR JALAN PEMUDA KOTA MAGELANG Iwan Priyoga Universitas Pandanaran Jl. Banjarsari Barat No. 1, Pedalangan, Banyumanik, Semarang masiw_pr@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kementerian Pekerjaan Umum ( PU ) memiliki inisiatif untuk menerapkan konsep Kota Hijau (Green Cities) di berbagai kota. Beberapa faktor yang melatar belakangi penerapan

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perancangan Visual Display Penunjang Wayfinding yang Ergonomis di Kampung Gajah Wonderland

Evaluasi dan Perancangan Visual Display Penunjang Wayfinding yang Ergonomis di Kampung Gajah Wonderland Evaluasi dan Perancangan Visual Display Penunjang Wayfinding yang Ergonomis di Kampung Gajah Wonderland Iva Elena, Johanna R. O. Hariandja Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Indah Pujiyanti Prodi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL ARSITEKTUR KOTA, BENTUK DAN DINAMIKANYA

BAB I MENGENAL ARSITEKTUR KOTA, BENTUK DAN DINAMIKANYA BAB I MENGENAL ARSITEKTUR KOTA, BENTUK DAN DINAMIKANYA PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT MATERI Dalam bab ini mahasiswa diajarkan untuk mengenal arsitektur kota secara konseptual. Dimana hubungannya arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penelitian disini ingin mencari suatu masukan bagi perancangan suatu wilayah yang berorientasikan pada pejalan kaki khususnya di daerah sekitar kawasan Prof. Soedharto,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 38 3.1 Gambaran Umum BAB III DESKRIPSI PROYEK Gambar 3. 1 Potongan Koridor Utara-Selatan Jalur Monorel (Sumber : Studi Pra Kelayakan Koridor 1 Dinas Perhubungan Kota Bandung Tahun 2014) Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Canopy: Journal of Architecture

Canopy: Journal of Architecture Canopy 2 (1) (2013) Canopy: Journal of Architecture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/canopy PERANCANGAN PUSAT PROMOSI, INFORMASI DAN PERDAGANGAN PRODUK AUDIO VISUAL DI SEMARANG Nur Wahyudi Jurusan

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan Thermal Kota Studi kasus : Kota Bandung

Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan Thermal Kota Studi kasus : Kota Bandung Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan Thermal Kota Studi kasus : Kota Bandung Surjamanto Wonorahardjo M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan Prodi Arsitektur SAPPK Institut Teknologi Bandung E-mail

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota (Studi Kasus : Kawasan Pasar Buah Kota Kendari) Weko Indira Romanti Aulia weko.indira@gmail.com Perencanaan dan Perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan kota dari tahun ke tahun turut memengaruhi suhu perkotaan. Laporan United Nation tahun 2005 menyebutkan bahwa lebih dari setengah populasi dunia tinggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK

MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK Oleh : Teguh Budianto, Edward E. Pandelaki, Edi Purwanto Pusat perbelanjaan merupakan suatu wadah pemenuh kebutuhan gaya hidup masyarakat di kota besar.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah dan merupakan kota terbesar dengan jumlah penduduk sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan running modifikasi, didapatkan beberapa temuan, diantaranya sebagai berikut

Lebih terperinci

JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI

JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI JURNAL TEODOLITA VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN 1411-1586 DAFTAR ISI Perpaduan Arsitektur Jawa dan Sunda Pada Permukiman Bonokeling Di Banyumas, Jawa Tengah...1-15 Wita Widyandini, Atik Suprapti, R. Siti

Lebih terperinci

PENDUKUNG KEGIATAN (ACTIVITY SUPPORT ) Adi Sasmito *) Abstrak

PENDUKUNG KEGIATAN (ACTIVITY SUPPORT ) Adi Sasmito *) Abstrak PENDUKUNG KEGIATAN (ACTIVITY SUPPORT ) Adi Sasmito *) Abstrak Sebuah kota terbentuk dan berkembang secara bertahap sesuai dengan peningkatan kegiatan manusia, dimana manusia sebagai pelaku kegiatan saling

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Terkait dengan pertanyaan penelitian akan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi walkability menjadi acuan dalam proses menganalisa dan pembahasan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin G105 Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin Abdun Nasir dan Wahyu Setyawan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta Adinda Rafika Dani (1), Djoko Wijono (2) adinda.rafika@gmail.com (1) Mahasiswa Program S2 Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll. BAB III METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Penataan Lalu Lintas Mulai Persiapan Pengamatan Pendahuluan Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Studi Pustaka dan Literatur Perundangan yang Berlaku Data Primer : Arus

Lebih terperinci

Ir. Drs. Budi Tjahjono, M.T. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon ABSTRAKSI

Ir. Drs. Budi Tjahjono, M.T. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur - Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon ABSTRAKSI UPAYA PENATAAN BANGUNAN PASAR TRADISIONAL MENJADI BANGUNAN MULTI FUNGSI DI KAWASAN PERDAGANGAN TERHADAP KUALITAS SEBUAH KOTA Studi Kasus : Kawasan Pasar Tradisional / Pasar Pagi di kota Cirebon Ir. Drs.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang dipilih pada proyek adalah Efisiensi Energi karena tipologi dalam sumber dari daftar pustaka sebelumnya buku Metric Planing and Design Data (David Atler,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR

STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR Oleh: ENI RAHAYU L2D 098 428 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di kota Jakarta mendorong perkembangan dari berbagai sektor, yaitu: hunian, perkantoran dan pusat perbelanjaan/ bisnis. Tanah Abang terletak di

Lebih terperinci

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota Hindra K. P. Handana Mahasiswa Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung.

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang What attracts people most it would appear, is other people, kalimat ini dikutip dari William H. Whyte (1985). Salah satu indikasi suksesnya ruang publik adalah banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian Menurut Hamid Shirvani, 1985 dalam buku yang berjudul The Urban Design Process, jalur pejalan kaki merupakan elemen penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar...

Lebih terperinci

SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG

SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG SHOPPING MALL DENGAN KONSEP CITY WALK DI SEMARANG Oleh : Deni Wibawanto, Gagoek Hardiman, R. Siti Rukayah Kota Semarang saat ini adalah kota bisnis yang sedang berkembang menuju kota metropolitan. Kota

Lebih terperinci

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut 5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut Ruang urban Depok terutama jalan Margonda Raya sangat ramai dan berbahaya. Pada pagi hari pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam beraktivitas di ruang kota pasti akan disajikan pemandangan yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci